SISTEM INFORMASI KESEHATAN (PENGELOMPOKAN DATA DASAR MENURUT BLUM)
SISTEM INFORMASI
KESEHATAN
(PENGELOMPOKAN DATA DASAR
MENURUT BLUM)

Disusun Oleh
Kelompok 10 :
Denty Alvita
Sari 13244010
Fina Eka Aulia 13244017
Sely
Yolandina 13244029
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEBIDANAN
DIV KEBIDANAN TANJUNGKARANG
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan
yang Maha Esa karena berkat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu dan berjalan dengan
baik. Makalah ini berupa pemgumpulan data dan referensi sehingga dapat terkumpul dan tersusun dengan baik dan bermakna.
Penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada
orang tua, serta teman-teman yang atas dukungannya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancer dan tepat waktu.
Penulis mengharapkan
agar makalah ini dapat sangat bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi mahasiswa Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang sehingga dapat mengerti dan memahami tentang pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.
Bandar Lampung, Oktober
2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang.................................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Data Status Kesehatan (Statistik Derajat Kesehatan) ...............................2
2.2
Data Kependudukan (Statistik Vital Dan Kependudukan )...................... 5
2.3
Data Pelayanan Kesehatan (Statistik Pelayanan Kesehatan).................... 8
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan........................................................................................................ 13
3.2
Saran ................................................................................................................. 13
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang
Pada dasarnya ada dua tugas utama suatu Negara
yakni (1) mengatur dan mengendalikan kekuatan-kekuatan sosial agar tidak
bertentangan dan membahayakan, (2) mengorganisasi dan mengintegrasikan kegiatan
manusia, golongan-golongan ke arah pencapaian tujuan masyarakat.
Dalam
pembukaan UUD 1945 secara tegas dinyatakan bahwa tugas umum pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Manajemen pelayanan kesehatan masyarakat yang
diusung dalam makalah ini akan membahas tentang pemahaman pelayanan, konsepsi
wawasan pelayanan, karakteristik pelayanan, pengelolaan pelayanan masyarakat
yang memusakan. Sehingga, diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pemahaman
kita serta mampu diimplementasikan dibidang kesehatan masyarakat supaya
memberikan manfaat ke semua pihak termasuk kita sendiri sebagai calon Ahli
Kesehatan Masyarakat.
1.2
RumusanMasalah
1.
Apa yang
dimaksud
dengan data status kesehatan masyarakat ?
2.
Apa yang
dimaksud
dengan data kependudukan ?
3.
Apa yang dimaksud
dengan data pelayanan kesehatan ?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan data status kesehatan masyarakat.
2.
Untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan data kependudukan.
3.
Untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan data pelayanan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Status Kesehatan (Statistik Derajat Kesehatan)
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (Pusdatin Kemenkes
RI) telah menerbitkan buku Data Dasar Puskesmas 2013. Data Puskesmas
dikumpulkan dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Seperti ketahui pada Puskesmas memegang peran
pemberi pelayanan kesehatan di tingakt pertama yang langsung bersentuhan dengan
masyarakat sebagai penerima layanan. Selain itu, Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Informasi yang lengkap tentang Puskesmas, di antaranya berkaitan dengan
kondisi bangunan Puskesmas dan sarananya, kondisi jaringan Puskesmas, dan
tenaga di Puskesmas penting diketahui untuk upaya meningkatkan layanan
kesehatan kepada masyarakat. Data-data mengenai Puskesmas digunakan pula
sebagai masukan pengambilan keputusan dalam proses manajemen pembangunan Puskesmas
di setiap jenjang administrasi kesehatan.
Buku Data Dasar Puskesmas diterbitkan dengan tujuan mendapatkan data
dasar Puskesmas yang terbaru atau kondisi terkini untuk kebutuhan evaluasi dan
pengambilan keputusan di seluruh jenjang administratif pemangku kepentingan
kesehatan serta seluruh pihak yang membutuhkannya. Data yang disajikan berupa
data agregat provinsi dan kabupaten/kota bukan per Puskesmas. Untuk melihat
Puskesmas per individu dapat dilihat pada aplikasi komunikasi data di
www.siknasonline.depkes.go.id. Data yang disajikan dalam buku ini berupa jumlah
Puskesmas, kondisi Puskesmas, jumlah Puskesmas PONED, jumlah tempat tidur,
sumber air, sumber listrik, kondisi rumah medis, jumlah dan kondisi Puskesmas
pembantu, jumlah polindes/poskesdes, jumlah dan kondisi Puskesmas keliling,
jumlah dan kondisi kendaraan operasional Puskesmas, dan jumlah tenaga yang ada
di Puskesmas.
Data dan informasi Puskesmas di Papua dapat dilihat setiap
kabupaten/kota disamping per provinsi. Data Puskesmas terkait dengan jumlah
tempat tidur, sumber air, sumber listrik, dan kondisi rumah medis tidak
tersedia dalam buku ini. Walaupun demikian data yang tersedia dapat memberikan
gambara mengenai kondisi Puskesmas di Kabupten/Kota. Berikut data yang
Puskesmas di Provinsi Papua dan 4 kabupaten/kota yang menjadi wilayah dampingan
PML Papua.
-
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI ) tahun 2012
Hasil Survei
Demografi dan Kesehan Indonesia (SDKI) yang dilaksanakan pada Mei hingga
Agustus 2012 telah dirilis pekan lalu (25 September). Survei ini terselenggara
atas kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), dan Kementerian Kesehatan.
SDKI, yang
dihelat lima tahun sekali sejak tahun 1987, ditujukan untuk mengumpulkan data mengenai
kependudukan, keluarga berencana, dan kesehatan. Dari survei ini diperoleh
estimasi atau perkiraan indikator-indikator utama kependudukan dan kesehatan,
misalnya, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (ABI).
Belakangan
ini, santer diberitakan di sejumlah media mengenai polemik AKI. Betapa tidak,
hasil SDKI terbaru (selanjutnya disebut SDKI-2012) menyebutkan, sepanjang
periode 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak cukup tajam. Diketahui, pada
2012, AKI mencapai 359 per 100 ribu penduduk atau meningkat sekitar 57 persen
bila dibandingkan dengan kondisi pada 2007, yang hanya sebesar 228 per 100 ribu
penduduk.
Dalam
literatur demografi, AKI merupakan indikator yang menunjukkan banyaknya
kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per
100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2011).
Secara
sederhana, AKI mencerminkan besarnya resiko yang dihadapi oleh ibu selama
kehamilan dan saat melahirkan. Kenaikan AKI, selain menunjukkan peningkatan
kasus kematian ibu, juga menunjukkan kain besarnya resiko kematian yang
dihadapi oleh ibu selama kehamilan dan saat melahirkan. Karena itu, lonjakan AKI
yang cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh hasil SDKI-2012 merupakan
peringatan serius buat pemerintah.
Hasil
SDKI-2012 mengkonfirmasi bahwa berbagai program yang dilaksanakan pemerintah
belum berhasil menekan angka kematian ibu. Salah satu program yang menjadi
andalan pemerintah dalam soal ini adalah Jaminan Persalinan (Jampersal), yang
berupa bantuan finansial yang diberikan kepada penduduk miskin agar mereka
dapat bersalin dibantu tenaga kesehatan (bidan atau dokter) di tempat pelayanan
kesehatan.
Selain itu,
ihwal pencapaian target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), hal ini tentu
merupakan sinyalemen buruk. Upaya pemerintah untuk menurunkan AKI hingga
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015—sesuai target MDGs—nampaknya
bakal meniti jalan terjal.
Tidak heran
bila kemudian muncul “nada penolakan” dari instansi pemerintah—yang terevaluasi
kinerjanya—terhadap AKI hasil SDKI-2012. Kemenkes menengarai, lonjakan
AKI yang cukup tinggi disebabkan oleh kurang tepatnya metodologi perhitungan
yang digunakan (Metronews.com, 25 September). Karena itu, Kemenkes lebih
memilih menggunakan AKI yang dihitung berdasarkan hasil Sensus Penduduk
yang dilaksanakan pada 2010 (disingkat SP-2010). Diketahui, bila menggunakan
hasil SP-2010, AKI secara nasional menjadi lebih rendah, yakni hanya sebesar
259 per 100.000 kelahiran hidup.
Sebetulnya,
meski menggunakan AKI yang dihitung berdasarkan hasil SP-2010, kesimpulannya
bakal sama, yakni pemerintah belum berhasil menekan AKI selama lima tahun
terakhir, dan target AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015
bakal sulit direngkuh.
Terlepas
dari alasan kurang tepatnya metode perhitungan yang digunakan, munculnya dua
angka untuk indikator yang sama tentu bakal membingungkan publik. Selain itu,
keengganan Kemenkes untuk menggunakan AKI yang dihasilkan dari SDKI-2012 bakal
memunculkan anggapan bahwa pemerintah mengabaikan obyektivitas statistik. Dalam
soal ini, publik bakal menganggap pemerintah hanya akan menggunakan data
statistik bila potret yang disajikan mengkonfirmasi keberhasilan pemerintah.
Dengan kata lain, statistik hanya digunakan untuk kepentingan politis dan
“pencitraan” semata.
Karena itu,
AKI yang dihasilkan dari SDKI-2012 mestinya dapat diterima dengan lapang
dada—sebagai bahan evaluasi berbagai program yang ditujukan untuk menekan angka
kematian ibu—oleh pihak-pihak yang terevaluasi kinerjanya.
Apalagi,
indikator ini sejatinya dihitung dengan menggunakan metode baku yang diakui
secara internasional keabsahannnya, serta diramu dari hasil kegiatan pengumpulan
data (survei) yang benar-benar obyektif dan telah melalui proses validasi yang
ketat di lapangan.
Sikap
penolakan yang ditunjukkan oleh instansi pemerintah justru bakal memunculkan
kekaburan dan distorsi terhadap realitas persoalan yang sesungguhnya terjadi.
Kesehatan
ibu
Ditengarai
masih tingginya AKI disebabkan buruknya kualitas kesehatan ibu di negeri ini.
Hal ini berhubungan erat dengan ketiadaan atau kurangnya akses terhadap
fasilitas dan pelayanan kesehatan yang merupakan persoalan yang lazim terjadi
di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Menurut Bank
Dunia (2006), ada empat alasan untuk menjelaskan penyebab rendahnya akses ibu
hamil terhadap pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang.
Pertama,
rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan. Hal ini mengakibatkan ibu hamil
tak memiliki pengetahuan yang cukup dalam mengatur kehamilan mereka.
Kedua,
dominasi laki-laki dalam pengambilan keputusan. Ibu hamil boleh jadi mengetahui
dan memiliki kesadaran tentang pentingnya mendatangi pusat-pusat pelayanan
kesehatan—misalnya puskesmas—namun urung melakukannya karena tak mendapat izin
dari suami. Ketiga, ketiadaan fasilitas kesehatan. Ini merupakan persoalan yang
jamak terjadi di Tanah Air, terutama di wilayah-wilayah terpencil yang sulit
diakses karena keterbatasan infrastruktur.
Keempat
adalah aspek-aspek non-teknis seperti adat-istiadat atau budaya. Misalnya, ibu
hamil merasa enggan untuk ditangani oleh dokter atau tenaga kesehatan yang
berjenis kelamin laki-laki.
Karena itu,
untuk meningkatkan akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah
perlu berfokus pada empat hal ini. Ditengarai, rendahnya efektivitas Jampersal
dalam menekan AKI selama ini karena pemerintah kurang memperhatikan empat hal
ini. Faktanya, meski penduduk miskin mendapat bantuan finansial agar dapat
bersalin dibantu tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, kenyataannya tak ada
jaminan bahwa mereka bakal bersedia datang ke fasilitas kesehatan.
Kesehatan ibu sejatinya tak hanya berhubungan dengan AKI, tapi juga
kualitas generasi penerus dan masa depan bangsa ini. Karena hanya dari ibu yang
sehatlah akan lahir bayi-bayi yang bakal menjadi tenaga kerja produktif untuk
menggerakkan perekonomian serta mengambilalih kepemimpinan bangsa ini di masa
mendatang.
2.2 Data Kependudukan
(Statistik Vital Dan Kependudukan )
Secara umum data
dapat diartikan sebagai kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan
berupa angka, lambang atau sifat yang dapat memberikan gambaran tentang suatu
keadaan atau persoalan. Data juga dapat didefinisikan sebagai sekumpulan
informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu objek.
Oleh karena itu data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable),
tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran
tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan.
Sedangkan kependudukan atau
demografi merupakan ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia.
Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana
jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta
penuaan.
Analisis kependudukan dapat merujuk
masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria
seperti pendidikan, kewarganegaraan,agama atau etnisitas tertentu.
Dengan demikian data kependudukan
adalah segala tampilan data penduduk dalam bentuk resmi maupun tidak
resmi yang diterbitkan oleh badan-badan pencatatan kependudukan (pemerintah
maupun non pemerintah), dalam berbagai bentuk baik angka, grafik, gambar dan
lain lain.
Secara khusus UU No.24 Tahun 2013
pasal 1 point 9 menyebutkan bahwa data kependudukan adalah data perseorangan
dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil.
Satu dekade terakhir
Kementerian Dalam Negeri cq. Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, telah melakukan pendataan penduduk dengan membangun database
penduduk yang sistematik, terstruktur dan saling berhubungan dengan menggunakan
perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan komunikasi data. Data base
penduduk tersebut disimpan dalam data center yang terletak di kantor
Kementerian Dalam Negeri Jl. Merdeka Selatan Jakarta Pusat, Ditjen Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Jl. Taman Makan Pahlawan No. 17 Jakarta Selatan, dan di
Pulau Batam.
Untuk mendukung pendataan penduduk
tersebut telah disahkan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan dan direvisi terakhir menjadi Undang Undang Nomor 24 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan.
Dalam UU Nomor 24 Tahun 2013
tentang Administrasi Kependudukan, data dikelompokkan menjadi :
1. Data Pribadi adalah data
perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta
dilindungi kerahasiaannya (pasal 1 point 22).
2. Database adalah kumpulan
berbagai jenis data kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur
dan saling berhubungan dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan
jaringan komunikasi data (pasal 1 point 29 PP No. 37 Tahun 2007).
3. Data Kependudukan adalah
data perseorangan atau data agregat yang terstruktur sebagai hasil
kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Data perseorangan menurut UU No. 24
Tahun 2013, pasal 58 ayat 2, meliputi nomor Kartu Keluarga; Nomor Induk
Kependudukan; nama lengkap; jenis kelamin; tempat lahir;
tanggal/bulan/tahun lahir; golongan darah; agama/kepercayaan; status
perkawinan; status hubungan dalam keluarga; cacat fisik dan/atau mental;
pendidikan terakhir; jenis pekerjaan; NIK ibu kandung; nama ibu kandung; NIK
ayah; nama ayah; alamat sebelumnya; alamat sekarang; kepemilikan akta
kelahiran/surat kenal lahir; nomor akta kelahiran/nomor surat kenal
lahir; kepemilikan akta perkawinan/buku nikah; nomor akta perkawinan/buku
nikah; tanggal perkawinan; kepemilikan akta perceraian; nomor akta
perceraian/surat cerai; tanggal perceraian; sidik jari; iris mata; tanda
tangan; dan elemen data lainnya yang merupakan aib seseorang.
4. Data agregat adalah kumpulan
data tentang peristiwa kependudukan, peristiwa penting, jenis kelamin, kelompok
usia, agama, pendidikan, dan pekerjaan (penjelasan pasal 58 ayat 3 UU No. 24
Tahun 2013).
Data kependudukan hasil pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil dijamin keamanannya dan
kerahasiaannya oleh Negara dengan menyimpannya di
Data Center. Data Center digunakan sebagai tempat atau ruang penyimpanan
perangkat database pada penyelenggara pusat yang menghimpun data kependudukan
dari penyelenggara provinsi, penyelenggara kabupaten/kota dan instansi
pelaksana (pasal 1 point 30 PP No. 37 Tahun 2013).
Data pribadi penduduk yang memuat
keterangan tentang cacat fisik atau cacat mental, sidik jari, iris mata , tanda
tangan, dan elemen data lainnya yang merupakan aib seseorang harus dilindungi
kerahasiaannya (pasal 84 ayat 1) dan ketentuan lebih lanjut seperti tersebut
pasal 84 ayat 1 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Data kependudukan yang dihimpun
dari pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil menjadi data agregat penduduk
yang meliputi himpunan data perseorangan berupa data kuantitatif
dan data kualitatif. Data Kependudukan tersebut digunakan untuk semua keperluan
berasal dari Kementerian Dalam Negeri (pasal 58 UU No. 24 Tahun 2013), antara
lain dimanfaatkan untuk :
1. Pelayanan publik antara lain
untuk penerbitan surat izin mengemudi, izin usaha, pelayanan wajib pajak,
pelayanan perbankan, pelayanan penerbitan sertifikat tanah, asuransi, jaminan
kesehatan masyarakat, dan jaminan sosial tenaga kerja.
2. Perencanaan pembangunan yakni
untuk perencanaan pembangunan nasional, perencanaan pendidikan, perencanaan
kesehatan, perencanaan tenaga kerja, dan pengentasan masyarakat dari
kemiskinan.
3. Alokasi anggaran meliputi
penentuan Dana Alokasi Umum (DAU) dan perhitungan potensi perpajakan.
4. Pembangunan demokrasi yaitu
penyiapan Data Agregat Kependudukan per kecamatan (DAK2) dan penyiapan data
Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4).
5. Penegakan hukum dan
pencegahan kriminal antara lain untuk memudahkan pelacakan pelaku kriminal,
mencegah perdagangan orang dan mencegah pengiriman tenaga kerja illegal.
Sejalan dengan terbangunnya
database kependudukan maka perlu pula diperjelas perihal pengaturan
hak akses atas pemanfaatan data kependudukan baik bagi petugas pada
penyelenggara, instansi pelaksana, dan pengguna data kependudukan. Dengan
demikian perlu diterapkan sanksi pidana bagi setiap penduduk sehingga tidak ada
lagi diskriminasi sesama penduduk maka diperlukan penyesuaian besarnya sanksi
pidana bagi penduduk Warga Negara Indonesia maupun penduduk Warga Negara Asing.
Data Kependudukan diterbitkan
secara berkala, untuk skala Nasional, skala Provinsi dan Kabupaten/Kota
diterbitkan per semester yaitu semester pertama diterbitkan tiap tanggal
30 Juni dan semester kedua diterbitkan tanggal 31 Desember setiap tahun
kelender (penjelasan pasal 5 s/d 7 UU No. 24 Tahun 2013).
Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta
sesuai kekhususannya berbeda dengan provinsi yang lain karena diberi kewenangan
untuk menyelenggarakan Administrasi Kependudukan seperti kabupaten/kota. (pasal
7 ayat2)
Pemanfaatan data kependudukan oleh
lembaga negara, kementerian/lembaga pemerintah non kementerian atau badan hukum
Indonesia adalah data kependudukan yang sudah dikonsolidasikan dan dibersihkan
oleh Kementerian Dalam Negeri (pasal 58 ayat 4 UU No. 24 Tahun 2013).
Dengan terwujudnya database
kependudukan yang valid dapat dipergunakan sebagai data/bahan/masukan untuk
pembangunan database kependudukan kabupaten, juga sebagai dasar dalam pemberian
NIK kepada setiap penduduk, untuk mendukung tertib administrasi kependudukan,
tertib administrasi pelayanan publik, pelaksanaan pemilu dan untuk pelaksanaan
pemilu Kepala Daerah serta dalam jangka panjang digunakan sebagai data dasar
dalam rangka Pembangunan Database Penduduk Nasional.
2.3 Data Pelayanan Kesehatan
(Statistik Pelayanan Kesehatan)
Manajemen Pelayanan Masyarakat adalah suatu proses atau kemampuan dalam
mengelola jasa pelayanan yang dibutuhkan masyarakat mulai saat permintaan
sampai jasa pelayanan itu diserahkan, digunkan. Pengelolaan jasa pelayanan yang
cepat, tepat dan bermutu, karakteristiknya sesuai dengan yang dijanjikan atau
diharapkan masyarakat (konsumen), itulah suatu manajemen atau pengelolaan
pelayanan prima atau memuaskan.
Dalam pengelolaan pelayanan kesehatan di masyarakat agar dapat memuaskan
ada 4 tahap aktifitas utamayang harus dilakukan secara berurutan dan terpadu,
yakni:
(1) Merencanakan jasa pelayanan yang
dibutuhkan,
(2) Memproses atau mengolah jasa pelayanan,
(3) Menyerahkan jasa,
(4) Menanggapi kebutuhan
1.
Merencanakan jasa pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat
a.
Identifikasi Kebutuhan
Sebelum menentukan kebutuhan pelayanan kesehatan, lebih dahulu diketahui
siapa yang menjadi sasaran (masyarakat) yang akan dilayani. Pada umumnya
pelanggan yang dilayani setiap pegawai adlah semua orang atau organisasi/unit
kerja yang berinteraksi, berhubungan dan mengharapkan sesuatu keperluan
kebutuhannya sesuai dengan pekerjaan kita, sebagai calon ahli kesehatan. Mereka
mengharapkan kita dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan karakteristik, kualitas
tertentu atau standard.
b. Memahami kebutuhan pelanggan
Dalam memahami kebutuhan pelanggan yang sesuai dengan ekspektasi mereka ,
ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu: komunikasi (3 cara) dan
benchmarking (1 cara). Dengan demikian, ada 4 cara memahami kebutuhan
pelanggan/konsumen/masyarakat, yaitu;
1)
Reaktif
Memahami kebutuhan pelanggan secara reaktif adalah dengan mendengar keluhan
pelanggan/ masyarakat. Jika ada keluhan baru beraksi menanggapi. Pendekatan ini
kurang efektif dalam menciptakan pelayanan yang memuaskan pelanggan secara
berkesinambungan.
2) Aktif
Memahami kebutuhan masyarakat secara aktif adalah dengan menjawab setiap
ada pertanyaan pelanggan atau masyarakat yang datang ke pelayanan kesehatan dan
menawarkan jasa yang disediakan. Cara ini menurut kami masih kurang efektif,
karena tujuannya baru pada tingkat mendengar secara aktif, belum menggali apa
harapan masyarakat yang dating ke pelayanan kesehatan.
3) Proaktif
Adalah aktif menjaring informasi tentang harapan masyarakat, melalui
wawancar, survai. Penyedia jasa ini seolah-olaah memposisikan diri sebagai
pelanggan. Pendekatan proaktif ini, menurut kami sangatlah efektif jika
diterapkan pada penyedia jasa pelayanan kesehatan masyarakat.
4) Benchmarking
Memahami kebutuhan pelanan dengan benchmarking adalah suatu proses
pengukuran pelayanan yang diberikan secara terus-menerus dengan car
amembandingkan pelayanan terbaik dari instansi lain (pesaing).
c. Memproses Jasa Pelayanan
Setiap pekerjaan mempunyai hasil atau mengarah pada pencapaian tujuan.
Dalam era Globalisasi ini, tuntutan terhadap setiap pekerjaan bukan hanya hasil
atau produk barang dan jasa, tetapi yang dihasilkan itu bermutu, dapat
memuaskan konsumen dan efisien. Sehingga memiliki daya saing dalam kualitas dan
harga.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan, ada
2 hal sebagai komponen utama yang harus diproses dengan tepat, benar dan
menerapkan system pengendalian proses kualitas sebagai berikut:
1. Ketepatan Aktifitas
a) Dalam melakukan pelayanan kesehatan untuk masyarakat
ada serangkaian aktivitas yang harus dilaksanakan untuk divalidasi agar tepat
dan benar-benar akan menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat
sesuai dengan yang telah direncanakan atau didesain.
b) Aktifitas yang telah ditentukan harus dipadukan agar saling mendukung dan
terarah dalam memberikan pelayan kesehatan kepada masyarakat.
c) Setiap aktifitas yang telah ditentukan dibidang masing-masing sesuai tugas
pokok dan fungsinya harus dilaksanakan secara benar dan tepat waktu berdasarkan
standar yang telah ditetapkan.
2) Ketepatan Sumber
Daya
Agar aktivitas-aktifitas yang dilakukan oleh kita dalam melayani kesehatan
masyarakat semakin efektif, harus tersedia sejumlah Sumber Daya yang tepat.
Karena, Sumber Daya lah yang mendukung kita, sebagai calon ahli kesehatan
masyarakat untuk tetap dapat berproduksi, menghasilkan sesuatu yang dapat
dibutuhkan oleh masyarakat. Sumber Daya itu meliputi: Tenaga (SDM), Dana,
Bahan, Alat atau Teknologi, Metode, Data, Informasi, Waktu, dan Lingkungan.
Sumber Daya ini bisa menjadi sumber pemborosan. Oleh karena itu, menurut
kami harus dikelola, diproses dengan benar, dan tepat sebagai berikut:
1)
Penyediaan Sumber Daya Kesehatan
a) Sumber daya yang kita perlukan untuk melayani kesehatan masyarakat harus
tersedia dengan tepat, dalam keadaan cukup dan siap pakai.
b) Bahan-bahan masukan (input) yang akan dikelola harus
diteliti dengan cermat, agar tepat kuantitas dan kualitas sesuai spesifikasi
yang ditentukan untuk menjamin kualitas produk berupa pelayanan yang dihasilkan
itu memuaskan semua pihak.
2) Penggunaan Sumber Daya Kesehatan
a) Penggunaan Sumber Daya Haruslah Tepat, seperti:
(1) SDM harus diberdayakan sesuai keterampilan, keahlian, kecakapan atau
kompetensi.
(2) Teliti kompetensi yang kita miliki apakah tepat dengan pekerjaan yang
dipercayakan, menjadi tanggung jawab kita.
b) Sarana kerja
Kita teliti
kerja atau teknologi yang tersedia, apakah dalam kondisi yang siap pakai, dan
dapat kita operasikan dengan baik, sehingga penyelesaian pekerjaan kita dalam
melayani kesehatan masyarakat semakin cepat, tepat dan hasilnya memuaskan semua
pihak, tanpa ada cacat.
c) Usia pakai
Karakteristik sarana dan teknologi yang tersedia harus dipahami dan dijaga,
dipelihara dengan baik, agar kapasitas kerja dalam melayani kesehatan
masyarakat tetap optimal. Karena, dengan memahami karakteristik, mekanisme
kerja sarana, teknologi yang tersedia berarti saudara akan dapat mengendalikan
waktu pengoprasian, pemeliharaan, dan perbaikannya.
d) Memfungsikan Sumber Daya
Sumber Daya yang tersedia harus dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai
dengan fungsinya.
3) Sistem Pengendalian Proses Kualitas modern
Untuk menjalin sejumlah aktivitas dan Sumber Daya yang terpadu keaarah
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan efisiensinya secara
berkesinambungan, perlu kita lakukan suatu system pengendalian proses kualitas
melalui kegiatan inspeksi dengan melakukan penelitian maupun kunjungan
langsung.
System pengendalian proses kualitas pelayanan kesehatan masyaarakat,
setidaknya menurut kami harus memiliki 5 karakteristik:
a)
Berorientasi kepada Masyarakat
Kebutuhan
didesain berdasarkan keinginan atau ekspektasi masyarakat
b) Partisipasi aktif Pegawai
Konsepsi peningkatan mutu pelayanan kesehatan tidak hanya menjadi tanggung
jawab unit pengendali mutu, tetapi menjadi tanggung jawab semua unit pegawai.
c) Setiap pegawai memahami tanggung jawab
spesifikasi kualitas
d) Berorientasi pada tindakan pencegahan
System pengendalian proses kualitas pelayanan kesehatan berorientasi pada
pencegahan, bukan pada aktifitas seleksi (inspeksi). Proses input menjadi
keluaran (output) dilakukan melalui aktifitas yang tepat, sumber daya yang
tepat, dan dengan cara yang tepat dan benar.
e) Kualitas Pelayanan pada Kesehatan yang
bermasyarakat merupakan “Jalan Hidup”.
Dengan adanya pengendalian mutu pelayanan kesehatan sejak dini, dan pada
semua level, maka ada jaminan pelayanan yang berkualitas, bebas cacat, sehingga
Organisasi mempunyai daya saing yakni produk berupa pelayanan jasa kesehatan
yang berkualitas, sehingga Organisasi dapat bertahan terus.
4) Penyerahan Jasa Layanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan pada saat penyerahan kepada masyarakat dan sesudah jasa
pelayanan kesehatan itu diterima, meliputi:
a) Ketepatan waktu proses pelayanan kesehatan.
b) Konsisten menepati waktu penyerahan jasa
pelayanan kesehatan yang diminta oleh masyarakat.
c) Kualias jasa yang diserahkan benar-benar sesuai
dengan kualifikasi atau standar yang ditentukan, bebas dari
kesalahan-kesalahan, termasuk kelengkapannya.
d) Informasi yang berkaitan penggunaan, manfaat jasa
pelayanan kesehatan kepada masyarakat haruslah jelas.
e) Tanggapan terhadap keluhan pelayanan kesehatan
harus tepat dan cepat.
f) Komitmen terhadap jaminan pelayanan kesehatan
yang diberikan.
g) Interaksi dengan masyarakat menyenangkan terutama
dalam hal: Menanggapi keperluan masyarakat, harus:
(1) Penampilan yang menarik dengan berpakaian yang rapid dan bersih.
(2) Sentuhan yang khas baik melalui bahasa tubuh dan bahasa tutur.
(3) Kesopanan dan kepekaan dalam menanggapi keluhan-keluhan.
(4) Cara penyampaian atau penyerahan pelayanan kesehatan dengan menawarkan,
alternative seperti pemberian informasi mengenai efek samping dari obat-obatan
yang akan digunakan oleh masyarakat dan manfaatnya.
5) Menanggapi Keluhan Pelayanan Kesehatan (Memuaskan
Pelanggan yang Mengeluh).
Keterbatasan dalam berbagai hal membuat pelayanan kesehatan tidak selalu
memaksimalkan kepuasan masyarakat. Pelanggan atau pemakai jasa pelayanan kesehatan
yang menyampaikan keluhan, harus mwndapat pelayanan khas, sekalipun cara
penyampaiannya kurang tepat. Kalau mereka tidak menyampaikan secar langsung
kepada penyedia jasa pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit ataupun Puskesmas,
tetapi disampaikan kepada orang lain dari mulut ke mulut, atau melalui mass
media, dampaknya akan lebih buruk terhadap keberlangsungan Organisasi penyedia
layanan kesehatan itu dan akan mengakibatakan resiko orang sakit akan semakin
tinggi karena orang-orang atau masyarakat penikmat jasa pelayanan kesehatan,
enggan untuk berobat ke Rumah Sakit tetapi menggunakan jalur lain, seperti
dukun atau pengobatan yang kurang sesuai secara medis.
Berikut ini ada beberapa langkah yang dilakukan dalam memuaskan masyarakat
yang mengeluh:
(a)
Dengarakan dengan cermat keluhan tentang pelayanan kesehatan yang
disampaikan.
(b)
Catat dengan benar keluhan mereka
(c)
Ulangi inti pokok yang dilakukan untuk meyakinkan mereka bahwa kita telah
mendengar, mengerti dengan benar keluhan mereka
(d)
Berikan sebuah sikap, bahwa kita berempati kepada masyarakat yang mengeluh
(e)
Akui bahwa kita dapat memaklumi perasaan, sikap, kekecewaan, kemarahan,
kejengkelan mereka.
(f)
Minta maaf
(g)
Jelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi keluhan itu.
(h)
Ucapkan terima kasih dan pernyataan akan lebih berhati-hati dikemudian
hari.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah suatu proses atau kemampuan
dalam mengelola jasa pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat mulai dari
permintaan untuk dilayani sampai pelayanan jasa di bidang kesehatan itu
diterima oleh masyarakat untuk dgunakan. Oleh karena itu, dengan menilik semua
teori di sub bab-bab yang telah kami sampaikan, dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa konsepsi Pelayanan Kesehatan harus berpihak kepada masyarakat dengan
sebuah gerakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan Memberdayakan
Masyarakat (Reinverting Goverment) untuk lebih meningkatkan efektifitas dan
efisiensi manajemen pelayanan Kesehatan Masyarakat, dengan melakukan
progam-progam yang sifatnya mendidik masyarakat sehingga masyarakat itu sadar
akan pentingnya kesehatan itu sendiri.
3.2. saran
Semoga dapat memberikan
pengetahuan baru kepada mahasiswa tentang pembinaan dan peningkatan desa siaga
dan poskesdes
Semoga dapat memberikan
manfaat bagi penulis dalam meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan sehingga dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam praktik di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/kadirsaja/catatan-menjelang-2014-angka-kematian-ibu-meningkat_552fdb636ea83469518b45e0
Komentar
Posting Komentar