KONSEP PRINSIP DAN LINGKUP PROMOSI KESEHATAN
KONSEP PRINSIP DAN LINGKUP PROMOSI
KESEHATAN

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nama Kelompok
LAILA YULIA
SUCI USWATUN KHASANAH
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin,
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep prinsip dan Lingkup
Promosi Kesehatan”
Dalam penyusunannya,
penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua yang
telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis
berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu
ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Bandar Lampung,
Februari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.........................................................................................................
ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang............................................................................................................
1
1.2
Rumusan
Masalah.......................................................................................................
1
1.3
Tujuan.........................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Promosi Kesehatan.....................................................................................................
3
2.2 Konsep Promosi
Kesehatan.......................................................................................
12
2.3 Lingkup Promosi
Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan.......................................
16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................
24
3.2 Saran............................................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun banyak
orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam
kehidupannya. Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh pelayanan kesehatan
hal ini berdasarkan undang-undang dasar 1945 yang tercantum didalam pasal 28
ayat I. Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang harus diambil dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu bagi
masyarakat adalah salah satunya dengan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki
prinsip, metode, media juga strategi dan akan diintervensikan ketika dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarkat.Sehingga promosi kesehatan yang
diberikan kepada masyarakat dapat dimengerti masyarakat dan ditampilkan dalam
bentuk perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik dalam prilaku kesehatan.
Mengingat tugas kita sebagai tim medis adalah salah satunya memperkenalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah
ini kami akan membahas tentang “Promosi Kesehatan”.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dari promosi
kesehatan?
2.
Bagaimana konsep dalam promosi
kesehatan?
3.
Apa saja ruang lingkup dalam promosi
kesehatan?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui pengertian dari promosi
kesehatan.
2.
Mengetahui bagaimana konsep promosi kesehatan.
3. Mengetahui
apa saja ruang lingkup promosi kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi
pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan
yang kondusif bagi kesehatan (Lawrence Green, 1984).
Promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO 1984).
Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan orang dalam mengendalikan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat,
seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi,
mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam
Ottawa, 1986).
2.1.1 Determinan Kesehatan
Teori klasik yang dikembangkan oleh
Blum (1974) mengatakan bahwa ada empat determinan utama yang mempengaruhi
derajat kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Empat determinan
tersebut diurut berdasarkan besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah: 1)
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik (sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya); 2) perilaku; 3) pelayanan kesehatan; dan 4)
keturunan atau herediter. Determinan lingkungan ini lebih lanjut dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yakni lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana
dan prasarana, dan sebagainya), dan lingkungan non fisik, seperti lingkungan
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Derajat kesehatan dalam pengertian
tersebut jelas dibedakan antara derajat kesehatan individu, kelompok atau
komunitas (masyarakat). Hal ini dapat dipahami karena derajat kesehatan
perorangan (individu), kelompok dan masyarakat memang berbeda. Determinan untuk
kesehatan kelompok atau komunitas mungkin sama, tetapi untuk kesehatan
individu, disamping empat faktor tersebut faktor internal individu juga
berperan , misalnya: umur, gender, pendidikan dan sebagainya, selain faktor
herediter. Oleh sebab itu, bila kita analisi lebih lanjut determinan kesehatan
itu sebenarnya adalah semua faktor diluar kehidupan manusia, baik secara
individual, kelompok maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal inii berarti, disamping
determinan-determinan derajat kesehatan yang telah dirumuskan oleh Blum
tersebut masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan
terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.
Faktor-faktor atau
determinan-determinan yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan baik
individu, kelompok, atau masyarakat ini, dalam piagam Ottawa (Ottawa Charter)
disebut prasyarat untuk kesehatan (prerequisites for health). Piagam Ottawa
(1986) mengidentifikasikan prasyarat (pre requisites) untuk kesehatan ini dalam
sembilan faktor, yakni:
a. Perdamaian
atau keamanan (peace)
b. Tempat
tinggal (shelter)
c. Pendidikan
(education)
d. Makanan
(food)
e. Pendapat
(income)
f. Ekosistem
yang stabil dan seimbang (a stable eco-system)
g. Sumber
daya yang berkesinambungan (sustainable resources)
h. Keadilan
sosial (sosial justice)
i.
Pemerataan (equity).
Faktor-faktor
tersebut dalam mempengaruhi kesehatan tidaklah berdiri sendiri, tetapi
bersama-sama atau secara akumulatif, karena masing-masing faktor tersebut
saling mempengaruhi. Lebih rinci masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan
diberikut ini.
Perdamaian
(peace)
Perdamaian,
termasuk didalamnya keamanan ditempatkan pada urutan pertama dalam Piagam
Ottawa, karena perdamaian merupakan pra kondisi yang diperlukan oleh semua
sektor, termasuk kesehatan. Dalam kondisi aman dan damai semua sektor kehidupan
manusia dapat berjalan dengan baik untuk mencapai visi dan misinya
masing-masing. Dalam kondisi masyarakat yang aman dan damai maka semua sektor
perekonomian (pertanian, perindustrian, perdagangan, perbankan dan sebagainya)
dapat berjalan dengan baik, tanpa hambatan. Lancarnya perekonomian baik
ditataran individu, keluarga, masyarakat jelas akan berpengaruh terhadap
peningkatan pendapatan keluarga dan masyarakat. Dengan meningkatnya pemdapatan
keluarga dan masyarakat maka akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat,
baik untuk makanan dan gizi, perumahan, dan kebutuhan hidup yang lain termasuk
meningkatnya daya beli pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Disamping itu
perdamaian dan keamanan dan secara psikologis dan sosiologis akan berpengaruh
kepada menurunya sumber stres masryarakat, yang akhirnya dapat meningkatkan
derajat kesehatan, terutama kesehatan mental.
Sebaliknya,
kondisi masyarakat tidak aman dan damai, terjadi konflik sosial dan politik,
terjadi pertikaian sosial dan politik bagi masyarakat, baik secara horisontal
atau vertikal akan mengganggu proses perekonomian dimasyarakat. Para buruh,
petani, dan nelayan tidak bisa bekerja secara optimal, sehingga produktivitas
menurun, para pedagang dan pengusaha baik disektor formal maupun informal
terganggu usahanya dan menurun produktivitasnya. Dengan kondisi perdamaian dan
keamanan yang tidak kondusif ini jelas akan menurunkan daya beli
masyarakat.daya beli yang rendah, baik untuk makanan, perumahan, pendidikan,
pelayanan (termauk pelayanan kesehatan) dan sebagainya akan berpengaruh kepada
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.
Perumahan
(Shelter)
Sebagian besar hidup
manusia, lebih-lebih pada usia dini dihabiskan didalam keluarga, atau lebih
jelasnya lagi ditempat tinggal atau rumah masing-masing anggota keluarga yang
bersangkutan. Ditempat tinggal atau rumah tangga inilah sebenarnya kesehatan
kita dibentuk atau ditentukan. Oleh sebab itu apabila ada ungkapan bahwa
kesehatan diciptakan dalam kehidupan sehari0hari (health is created in everyday
life) adalah tepat sekali. Kehidupan sehari-hari manusia sebagian besar
waktunya dihabiskan didalam rumah atau tempat tinggal(shelter) masing-masing.
Kesehatan kita saat ini secara jujur merupakan hasil kumulasi lingkungan rumah
tangga, keluarga atau lingkungan tempat tinggal kita masing-masing. Rumah
tangga atau tempat tinggal yang dimaksud bukan dalam arti bangunan dan
fasilitas fisik saja, melainkan juga semua orang dimana kita berinteraksi
sehari-hari dalam rumah tangga atau keluarga kita.
Suatu
kondisi tempat tinggal seseorang baik fsik maupun nonfisik merupakan prasyarat
untuk terwujudnya derajat kesehatan seseorang. Derajat kesehatan seseorang
sebenearnya telah ditentukan bukan hanya dari sejak lahir saja, bahkan sejak
dalam kandungan ibu. Seorang anak yang dikandung, dilahirkan dan dibesarkan
dalam suatu rumah tangga atau tempat tinggal yang secara fisik (rumah yang
memenuhi syarat kesehtan) dan nonfisik (ekonomi yang baik, rukun, damai dan
sebagainya) akan menjadi orang berderajat kesehatan yang optimal. Sebaliknya,
lingkungan tempat tinggal yang kurang menguntungkan baik secara fisik maupun
nonfisik akan menjadi seorang yang derajat kesehatannya rendah.
Pendidikan
(Education)
Indeks
Pembangunan Manusia (human development index) yang dikembangkan oleh badan
pembangunan- perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) mencakup tiga indikator utama,
yakni: pendidikan (education), kesehatan (health), dan ekonomi (economy). Hal
ini sangat beralasan karena memang ketiga faktor ini bukan hanya karena saling
terkait dan mempengaruhi, tetapi saling melengkapi dalam bentuk kulaitas hidup
manusia. Oleh sebab itu rendahnya ketiga indikator tersebut, jelas akan
menimbulkan masalah dimasyarakat, dan jga saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya.kalau kita amati dalam masyarakat, terutama di negara-negara berkembang
seperti Indonesia ini tiga masalah sosial yang ada adalah a) kebodohan
(igonarancy)-akibat rendahnya pendidikan, b) berbagai macam penyakit
(diseases)-akibat rendahnya derajat dan pelayanan kesehatan, dan c) kemiskinan
(proverty)- akibat rendahnya ekonomi. Ketiga hal ini saling mempengaruhi dan
membentuk lingkaran setan dari dulu.
a. kebodohan→
kemiskinan → penyakit (sakit-sakitan
b. kemiskinan
→ penyakit (tidak mampu memelihara kesehatannya) →kebodohan
c. penyakit
→ kemiskinan (tidak produktif)→ kebodohan (tidak mampu sekolah)
Oleh sebab itu solusi untuk memutus mata rantai tersebut dapat
dilakukan melalui ketiga upaya secarabersama, yang hasilnya juga akan saling
berpengaruh :
a. pendidikan:
bertujuan untuk memerangi kebodohan, dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan berusaha atau bekerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan
(ekonomi). Selanjutnya akan dapat meningkatkan kemampuan mencegah penyakit,
meningkatkan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehtannya.
b. Ekonomi:
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan perkapita (ekonomi untuk memerangi
kemiskinan, dapat berpengaruh terhadap peningkatan akses masyarakat terhadap
pendidikan yang tinggi. Masyarakat yang berpendidikan tinggi dapat berpengaruh
terhadap meningkatnya kemampuan mencegah penyakit, meningkatkan kemampuan
memelihara dan meningkatkan kesehatan.
c. Kesehatan:
bertujuan untuk memerangi penyakit sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan. Derajat kesehatan yang tinggi dapat berpengaruh terhadap
meningkatnya produktifitas. Selanjutnya produktifitas tinggi berarti ekonomi
meningkat, dan dengan tingkat ekonomi yang tinggi akan meningkatkan akses
terhadap pendidikan yang tinggi pula, yang berarti kebodohan menurun.
Tingkat pendidikan amsyarakat yang
dihitung dari rata-rata lama sekolah menjadi prasyarat untuk derajat kesehatan
masyarakat, baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui ekonomi.
Uraian tentang hubungan yang saling mempengaruhi antara : penyakit-
kebodohan-kemiskinan, dan; kesehatan – pendidikan – ekonomi sebagai upaya atau
kegiatan intervensi terhadap tiga faktor tersebut dapat di ilustrasikan dalam
diagram dibawah ini.
Diagram 1
Hubungan: Penyakit-Kebodohan-Kemiskinan

![]() |
|||||
![]() |
![]() |
Ekonomi Pendidikan
Makanan (foods)
Makanan dan gizi merupakan asupan
utama untuk kesehatan. Tanpa asupan makanan yang cukup baik kualitas (gizi
seimbang) maupum kuantitasnya (jumlah asupan) niscaya orang tidak dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimum. Makanan, disamping diperlukan tubuh
untuk pertumbuhan dan menggantikan sel-sel yang rusak juga diperlukan untuk
mempertahankan tubuh dari berbagai ancaman dari luar termasuk bibit penyakit
(agent). Kecukupan asupan makanan kedalam tubuh, dalam tataran individu sangat
dipengaruh oleh ketersediaan makanan dalam keluarga, dan pada gilirannya
dipengaruhi oelh pendapatan eluarga yang bersangkutan. Pada tatanan kelompok
atau masyarakat, ketersediaan makanan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain sistem pengelolaan pangan oleh pemerintah setempat, tingkat pendapatan
daerah, keadaan geografi, dan iklim. Secara global, kecukupan ketersediaan
makanan bagi penduduk sangat terkait dengan pertumbuhan ekonomi negara yang
bersangkutan, yang biasanya diukur dengan pendpatan nasional bruto (gross national
product). Secara statistik memang terbukti bahwa makin tinggi pendapatan
nasional bruto angka harapan hidup, dan angka kematian balita yang merupakan
bagian dari derajat kesehatan masyarakat dari beberapa negara di Asia.
Dari 5 negara di Asia, angka kematian
bayi (AKB) paling tinggi adalah Indonesia, pendapatan nasional bruto perkapita
paling rendah, dan angka harapan hidup bersama dengan Filipina juga paling
rendah.
Pendapatan
Nasional Bruto
Angka
Harapan Hidup, Angka Kematian Balita
Di
5 Negara Asia, 2010
Negara
|
Pend. Nas. Bruto
(GNP: US$)/cap
|
Angka kematian balita
|
Umur harapan
Hidup (tahun)
|
Singapura
|
31.710
|
3/1000
|
80
|
Malaysia
|
11.300
|
12/1000
|
74
|
Indonesia
|
3.950
|
34/1000
|
69
|
Thailand
|
9.140
|
8/1000
|
71
|
Filipina
|
5.980
|
32/1000
|
69
|
Sumber: Profil Kesehatan
Indonesia 2009
Ekosistem
yang stabil (A stable eco-system)
Manusia hidup didunia ini dalam
suatu sistem yakni bumi dan seisinya atau dunia yang satu ini. Masing-masing
isi dunia atau bumi ini mempunyai sistem sendiri, antara lain manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan seperti makhluk hidup, dan ciptaan Tuhan yang lain, yakni:
tanag, air, udara. Semuanya ini baik makhluk hidup maupun ciptaan Tuhan yang
tidak hidup ini berada dalam suatu sistem yang satu ini (ekosistem). Semua
sistem yang menyatu dalam ekositem ini, masing-masing mempunyai peran dalam
menyeimbangkan sistem yang besar ini atau ekosistem ini. Apabila salah satu
dari sistem ini terganggu, akan berakibat terhadap sistem yang lain. Contoh
tumbuh-tumbuhan atau hutan berfungsi untuk menyerap zat sisa pembakaran (CO2)
dari udara sehingga udara yang dihirup manusia tetap bersih, disamping itu,
hutan juga berfungsi menyerap air hujan. Tetapi kalau pohon-pohon berkurang
atau hutan gundul jelas akan mengganggu penyerapan CO2 dan air tersebut, sehingga
menyebabkan ppolusi udara, erosi tanah, dan banjir. Akibat lebih lanjut, jelas
akan mengganggu kesehatan manusia, yang berarti mengganggu sistem kehidupam
manusia. Contoh lain, apa akibat dari pertumbuhan penduduk yang tidak
terkendalikan? Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendalikan dalam suatu
komunitas atau negara, jelas akan mengganggu sistem yang lain. Antara lain
penggundulan hutan untuk lahan transmigrasi, kurangnya lahan pertanian akibat
digunakan untuk perumahan. Pertumbuhan penduduk yang besar juga dapat merusak
lahan untuk di ekspoitasi, karena sempitnya mata pencaharian yang lain. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa ekosistem yang tidak “stable” akan
mengganggu kesehatan, karena memang kesehatan memerlukan prasyarat ekonomi yang
seimbang.
Sumber daya yang berkesinambungan (Sustainable
resources)
Sumber daya yang mencakup sumber
daya fisik yang terdiri dari sumber daya alam (natural resources) dan seumber
daya yang berupa hasil ciptaan manusia yang berupa teknologi, serta sumber daya
manusia (human resources) dalam suatu komunitas, seyogianya terjadi
kesinambungan sumber daya dari waktu ke waktu, dan dari jaman ke jaman. Hal ini
penting karena sumber daya- sumber daya inilah merupakan aset pembangunan
disemua sektor, termasuk kesehatan. Oleh sebab itu, para pihak yang mempunyai
otoritas untuk pengelolaan sumber daya ini harus bertanggung jawab demi terwujudnya kesinambungan sumber daya
tersebut. Kesinambungan sumber daya alam maupun sumber daya manusia, merupakan
tanggung jawab dari para pengusaha dalam hal ini adalah pemerintahan di
berbagai tingkat, mula dari pusat, provinsi, kabupaten, sampai yang paling
bawah. Sumber daya alam yang terdiri dari air, udara, tanah, dan yang
terkandung didalamnya adalah tanggung jawab pemerintah untuk mengeksploitasi
dan mengelolanya, agar senantiasa berkesinambungan dalam mendukung kehidupan
masyarakatnya. Apabila pada suatu komunitas berhenti mengeksplotasi sumber daya
alamnya demi utnuk kesejahteraan rakyatnya- terhenti karena telah habis
misalnya, maka sumber daya manusia didalamnya harus mempersiapkan sumber daya
lain (man made resources) demi kesinambungan sumber daya untuk mendukung semua
sektor pembangunan, utamanya kesehatan.
Keadilan sosial (Sosial justice)
Terjadinya kesenjangan sosial di
suatu masyarakat akan jelas mengganggu kesehatan masyarakat. Kesehatan
masyarakat akan terwujud apabila terjadi kesempatan yang sama untuk hidup sehat
bagi semua orang. Hal ini akan tercapai apabila keadilan sosial terwujud dalam
masyarakat itu selama keadilan belum ada, mustahil terjadi kesempatan yang sama
bagi semua anggota masyarakat untuk hidup sehat. Keadilan sosial bukan berarti
setiap orang atau keluarga berada dalam tingkat ekonomi yang sama, dan
memperoleh hak yang sama. Keadilan sosial terjadi apabila setiap orang
memperoleh hak untuk memenuhi secara minimal kebutuhan hidupnya secara layak,
termasuk pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Apabila didalam masyarakat masih
terjadi kesenjangan sosial yang dalam, disatu pihak sangat berlebihhan untuk
memperoleh pemenuhan kebutuhan akan sehari-hari saja tidak cukup-cukup oleh
sebab itu, jelas dalam kondisi yang masih adanya kesenjangan sosial yang dalam
ini, adalah merupakan kendala terwujudnya kesehatan masyarakat. Untuk
mewujudkan kesehatan memang memerlukan prasyarat adanya “keadilan sosial”.
Pemerataan (Equity)
Berbeda dengan keadilan sosial,
pemerataan adalah adanya kesempatan yang sama untuk memperoleh akses pelayanan
dari pihak-pihak yang berwajib. Pemerataan terjadi apabila semua orang atau
keluarga bisa mempbeli sembako yang murah. Apabila semua tempat tersedia
sembako, tetapi ada bebrapa orang atau keluarga masih dekat dengan penjualan
sembako; tidak mampu membeli, maka hal ini belum terjadi pemerataan. Pada
umumnya, pemerataan ini terkait dengan kesejahteraan sosial. Apabila masih
terjadi kesenjangan sosial di masyarakat, maka sulit adanya pemerataan. Oleh
sebab itu untuk terwujudnya kesehatan masyarakat memang diperlukan adanya
pemerataan, utamanya pemerataan bidang ekonomi. Memang secara statistik pelayanan
kesehatan di Indosensia sudah tersebar diseluruh tanan air, namun masih banyak
anggota masyarakat yang belum terjangkjau leh pelayanan kesehatan tersebut.
Bukan semata-mata karena terjangkau jaraknya, tetapi terjangkau biayanya. Namun
dipihak yang lain, bagi masyarakat golongan mampu mereka dapat mengakses
pelayanan yang semahal mungkin, bahkan diluar negeri sekalipun.
2.2
Konsep Promosi Kesehatan
2.2.1 Visi dan Misi
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan harus mempunyai
visi yan jelas. Yang dimaksud “visi” dalam konteks ini adalah apa yang di
inginkan oleh promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan
yang lain. Visi umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang Undang
Kesehatan No. 36/2009, maupun WHO, yakni meningkatnya kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial tadi. Promosi
kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan, maupun program
kesehatan lainnya bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, baik kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Untuk mencapai visi tersebut, perlu
upaya-upaya yang harus dilakukan, dan inilah yang disebut “misi”. Jadi yang
dimaksud misi pendidikan kesehatan adalah upaya yang harus dilakukan untuk
mencapai visi tersebut. Misi promosi kesehatan secara umum dapat dirumuskan
menjadi tiga butir.
1. Advokat
(Advocate)
Melakukan kegiatan advokasi
terhadap para pengambil keputusan di berbagai program dan sektor yang terkait
dengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para
pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini
bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui
kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.
2. Menjembatani
(Mediate)
Menjadi jembatan dan menjalin
kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
Dalam melaksanakan program-program kesehatan perlu kerja sama dengan program
lain dilingkungan kesehatan, maupun sektor lain yang terkait. Oleh sebab itu,
dalam mewujudkan kerja sama atau kemitraan ini peran promosi kesehatan
diperlukan.
3. Memampukan
(Enable)
Memberikan kemampuan atau ketrampilan
kepada masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri secara mandiri. Hal ini berarti kepada masyarakat diberikan
kemampuan untuk ketrampilan agar mereka mandiri di bidang kesehatan, termasuk
memelihara 3 kedalam rangka meningkatkan ketrampilan cara-cara bertani,
berternak, bertanam obat-obatan tradisional, operasi dan sebagainya dalam
rangka meningkatkan pendapatan keluarga (income generating). Selanjutnya dengan
ekonomi keluarga yang meningkat, maka kemampuan dalam pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan keluarga juga meningkat.
2.2.2
Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran dibagi dalam 3 kelompok
sasaran:
1.
Sasaran Primer (Primary
Target)
Masyarakat
pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi
kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi; kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil
dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk
kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran
primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.
2.
Sasaran sekunder
(Secondary Target)
Para
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini
diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan
masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh
masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh
masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditunjukan kepada sasaran sekunder ini
adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial.
3.
Sasaran Tertier
Para
pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah
adalah sasaran tertier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap
perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat
umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
tertier ini sejalan dengan strategi advokasi.
2.2.3 Strategi Promosi
Kesehatan
Adalah cara atau langkah yang
diperlukan untuk mencapai, memperlancar atau mempercepat pencapaian tujuan
promosi kesehatan.
Ada
3 strategi promosi kesehatan:
1. Advokasi
Pendekatan
kepada dari para pengambil keputusan, sekutu atau teman, kelompok yang
menolak/lawan untuk mendorong suatu perubahan dalam kebijakan, program dan
peraturan secara aktif mendukung suatu masalah /isu serta mencoba mendapatkan
dukungan dari pihak lain.
2. Bina
suasana
Upaya untuk menciptakan
suasana kondusif untuk menunjang pembangunan kesehatan, sehingga masyarakat,
terdorong melakukan perilaku hidup sehat.
3. Gerakan
Masyarakat
Memandirikan masyarakat
secara proaktif mempraktekan hidup bersih dan sehat secara mandiri.
2.2.4
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Ruang
Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup
promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: dimensi aspek pelayanan
kesehatan, dan dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi
kesehatan.
1.
Promosi Kesehatan Pada Aspek Promotif
Sasaran: Kelompok orang sehat
Tujuan: Agar tetap sehat dan
meningkatkan kesehatannya
Caranya:
a. Aktifitas
seimbang
b. Makanan
seimbang
c. Tidak
merokok
d. Pengelolaan
Stres
e. Hindari
alkohol dan napza
f. Seks
yang aman
2. Promosi
Kesehatan pada Aspek Preventif
Sasaran:
Kelompok beresiko tinggi
Tujuan:
Tidak jatuh sakit
Pada
kelompok: Lansia, ibu hamil, bulin dan lain-lain
3. Promosi Kesehatan pada Aspek Kuratif
Sasaran: Kelompok penderita penyakit
Tujuan:
Sembuh tidak menjadi parah
4. Promosi Kesehatan
pada Aspek Rehabilitatif
Sasaran: Penderita yang
baru sembuh
Tujuan: Agar segera
pulih kesehatannya
2.3
Lingkup Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan
A. Masa Bayi
Masa
bayi 0-1 tahun. Penyesuaian sepanjang rentang hidup pada masa bayi yaitu
belajar memakan makanan padat, belajar berjalan, belajar berbicara, belajar
mengendalikan pembuangan kotoran tubuh, mempersiapkan diri membedakan benar dan
salah dan mulai mengembangkan hati nurani.
Promosi
kesehatan pada bayi:
1. Memberikan
imunisasi untuk melindungi anak terhadap beberapa penyakit yang berbahaya. Bila
tidak diimunisasi besar kemungkinan untuk menderita cacat dan meninggal dunia.
2. Periksakan
dan timbangkan bayi secara teratur di Pohsyandu untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan bayi.
3. Berikan
ASI pada bayi sampai umur 2 tahun dan berikan makanan lain yang sesuai dengan
kebutuhannya mulai umur 6 bulan, untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan, dan
kecerdasan.
4. Berikan
ASI pada anak sebanyak mungkin dan sering mungkin
5. Anjurkan
perawatan tali pusat yaitu hanya dengan membungkus kasa steril
6. Jaga
tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
7. Jaga
bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, dengan mengganti popok dan
selimut sesuai dengan keperluan
8. Anjurkan
untuk mengkonsumsi makan makanan yang bergizi, penuh nutrisi dan bervitamin
9. Peganglah,
sayangilah dan nikmati kehidupan bersama bayi
10. Awasi
masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu
11. Jaga
keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi
12. Ukur
suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik
13. Ajarkan
tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua dan beri tau orang tua agar merujuk bayi
segera untuk perawatan lebih lanjut, jika ditemui tanda-tanda bahaya
B. Anak Balita
Anak
balita 1-5 tahun. pada anak balita ini bisa melakukan penyesuaian sepanjang
rentang hidup yaitu mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis,
dan berhitung, mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata nilai,
belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya, membangun sikap yang
sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mempelajari
keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum, dan mencapai
kebebasan pribadi.
Promosi
kesehatan pada anak balita adalah:
1. Pemeriksaan
dan pernimbangan anak dilaksanakan setiap bulan untuk menjamin kesehatan,
perkembangan termasuk kecerdasan dan pertumbuhan anak.
2. Berikan
anak balita satu kapsul vitamin A takaran tinggi setiap 6 bulan untuk mencegah
kebutaan akibat kekurangan vitamin A
3. Berikan
anak balita sayuran dan buah-buahan berwarna untuk mencegah kebutaan
4. Berikan
oralit pada anak balita yang terkena penyakit mencret atau diare
5. Anak
yang menderita diare tetap memerlukan makanan, oleh sebab itu jangan dipuasakan
6. Berbicara,
bermain dan memperlihatkan kasih sayang pentinggi bayi pertumbuhan jasmani,
mental dan emosi anak
7. Anak
balita yang tumbuh dan berkembang dengan baik akan menjamin kelangsungan hidup
yang lebih besar sehingga menimbulkan rasa tentram pada peserta KB testari
C. Masa Remaja
Usia
13-14 tahun sampai dengan 18 tahun
Tedensi
tingkah laku pasif aktifitas yang lebih mengarah ke dalam diri sendiri. Yang
meliputi yaitu:
1. Mencapai
hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya, pria, dan wanita
2. Mencapai
peran sosial pria atau wanita
3. Menerima
keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Mengharapkan
dan mencapai perilaku sehat yang bertanggung jawab
5. Mempersiapkan
karir ekonomi
6. Mempersiapkan
perkawinan dan keluarga
7. Memperoleh
perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
8. Berperilaku
D. Ibu hamil
Setiap ibu hamil menghadapi resiko
komplikasi yang mengancam jiwanya. Ibu hamil tersebut hendaknya disarankan
untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau
jika ia merasa khawatir. Untuk mendapatkan semua informasi yang diperlukan,
sehubungan dengan hal-hal diatas, petugas kesehatan akan memberikan asuhan
antenatal yang baik.
Promosi kesehatan pada ibu hamil yaitu:
1.
Makanan yang cukup
kualitas dan kuantitas
2.
Istirahat dan tidur
yang cukup bekerja sesuai kemampuan dan jangan terlalu berlebihan
3.
Melakukan senam hamil
atau olahraga ringan
4.
Adanya hubungan
keluarga yang harus harmonis
5.
Bila ada kelainan
segera datang ketempat pelayana kesehatan minta pertolongan
6.
Rencanakan jumlah
keluarga (KB)
7.
Hidup dalam lingkungan
sehat
8.
Berperilaku hidup sehat
(tidak merokok, tidak memakai obat-obatan, dan minum-minuman keras)
9.
Memperoleh pellayanan
kesehatan yang bermutu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan terutama
tentang kehamilannya
10.
Memeriksakan kehamilannya
paling sedikit 4 kali. Untuk kesejahteraan janin dengan memeriksakan secara
teratur
11.
Kebersihan diri (kulit,
rambut, gigi, mata, kaki, dan tangan serta alat kelamin)
12.
Hindari perjalana yang
melelahkan
13.
Menasehati ibu
untuk mencari pertolongaan segera jika
ia mendapati tanda-tanda bahaya
14.
Merencanakan dan
mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman
15.
Memberikan zat besi 90
hari mulai minggu ke 20
E.
Ibu Bersalin
Dimana
seorang ibu dalam masa bersalin yang dalam tahap dan fase dalam persalinan.
Promosi kesehatan ibu bersalin yaitu:
1. Bantulah
ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan: berilah
dukungan dan yakini dirinya, berikan informasi mengenai proses dan kemajuan
persalinannya dan dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif
terhadap perasaannya
2. Bila
ibu tampak kesakitan, berilah dukungan atau asuhan dengan:
a. Lakukan
perubahan posisi
b. Anjurkan
tidur miring kekiri
c. Sarankan
ia untuk berjalan
d. Ajaklah
orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau membasuh mukanya
diantara kontraksi
e. Ibu
diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai kemampuan’
f. Ajarkan
kepadanya teknis bernapas
3. Penolong
tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan tirai
atau penutup, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seijin
pasien atau ibu
4. Menjelaskan
kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan
dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
5. Membolehkan
ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air besar atau
kecil
6. Ibu
bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atas dengan cara: gunakan
kipas angin atau AC dalam kamar; menggunakan kipas biasa dan menganjurkan ibu
untuk mandi sebelumnya
7. Untuk
memnuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum
8. Sarankan
ibu untuk berkemih sesering mungkin
F. Ibu Nifas
Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu
nifas meliputi nutrisi dan cairan, ambulasi, eliminasi, kebersihan diri dan
bayi, istirahat, sexual, latihan/senam nifas, tanda bahaya, keluarga Berencana
dan pemberian ASI.
Bidan tetap mendampingi ibu selama 2 jam setelah pesalinan. Dalam masa nifas bidan dianjurkan untuk menanyakan tentang perasaan ibu. Biasanya ibu merasa capek dan lemas. Ibu dan bayi diberikan kesempatan untuk beristirahat. Saat ibu masih merasa lemas, promosi kesehatan dapat diberikan melalui keluarga ibu nifas, misanya keluarga pasien diberitahukan bawa ibu boleh minum dan makan ringan setiap waktu, bangun bila mau kencing dan sebagainya.
Baru setelah ibu merasa lebih baik dan bersedia diberikan pendidikan kesehatan, bidan diperkenankan untuk memberikan pendidikan kesehatan. Itupun sedikit demi sedikit sesuai kemampuan ibu. Pendidikan kesehatan yang diberikan misalnya setelah melahirkan ibu boleh makan seperti biasa, setiap hari minum air putih minimal 8 gelas, ibu diajari cara menyusui dan perawatan payudara, gizi ibu nifas dan sebagainya. Diharapkan dengan memberikan promosi kesehatan pada ibu nifas, ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal.
G. Ibu Menyusui
Hak seorang bayi adalah menyusu kepada ibunya. Sebagai promotor kesehatan, bidan diharapkan mampu memberikan pendidikan pada ibu menyusui. Pendidikan lebih baik diberikan sebelum ibu bersalin, sehingga ibu dapat melakukan persiapan-persiapan ibu menyusui.
Lingkup promosi kesehatan yang diberikan kepada ibu menyusui meliputi kebersihan diri, istirahat, sexual, pemberian ASI, nutrisi bagi bayi, pendidikan kesehatan gizi ibu menyusui, dan meyakinkan pada ibu menyusui bahwa tidak ada pantangan makan selama menyusui. Sebagai contoh terdapat mitos yang sudah beredar sejak dulu bahwa ibu menyusui tidak boleh makan makanan yang berbau amis karena akan menyebabkan asinya amis. Disinilah tugas bidan untuk meluruskan mitos tersebut bahwa justru makanan yang amis dibutuhkan oleh ibu menyusui karena mengandung protein tinggi melalui promosi kesehatan.
H. PUS/WUS
Lingkup promosi kesehatan terhadap PUS/WUS meliputi persiapan hamil, keluarga berencana, kesehatan, parenting, nutrisi dan produktifitas.
Penyuluhan tentang kesehatan pada masa pra kehamilan di sampaikan pada kelompok wanita usia subur/pria usia subur yang akan menikah. Penyampaian tentang kesehatan ini disesuaikan dengan tingkat intelektual klien. Nasehat yang diberikan menggunakan bahasa yang mudah dicerna, karena informasi yang diberikan bersifat pribadi dan sensitif.
Wanita
usia subur juga diberikan pendidikan mengenai gangguan kesehatan, akibat
gangguan sistem reproduksi. Gangguan sistem reproduksi tidak berdiri sendiri.
Gangguan tersebut dapat terhadap kondisi psikologis dan lingkungan sosial klien
itu sendiri. Bila masalah kesehatan itu sangat kompleks, perlu dikonsultasikan
ke ahli yang relevan atau dirujuk ke unit pelayanan kesehatan yang fasilitasnya
lebih lengkap. Faktor keluarga juga turut mempengaruhi kondisi WUS/PUS yang
akan memasuki pintu gerbang pernikahan. Bidan dapat menggunakan pengaruh
keluarga untuk memperkuat mental WUS/PUS dalam memasuki masa perkawinan dan
kehamilan.
I. Klimakterium/ Menopause
I. Klimakterium/ Menopause
Lingkup promosi kesehatan terhadap klimakterium/menopause meliputi nutrisi, psikologis, olah raga, kesehatan umum, support keluarga san support tenaga kesehatan.
Masa menopause merupaka fase yang selalu terjadi pada wanita yang menginjak umur 44 tahun dan ditandai dengan berhentinya haid. Terkadang wanita belum siap menghadapi masa ini karena mereka selalu beranggapan bahwa seorang wanita yang mengalamim menopause adalah wanita yang tidak berguna.
Untuk
mengawali promosi kesehatan, bidan sebelumnya harus mengetahui
ketakutan-ketakutan yang mungkin dialami pada masa menopause, misalnya secara
fisik wanita sering merasa dirinya tidak cantik lagi, berkulit keriput,
berbadan bungkuk dan sebagainya. Secara biologis kekhawatiran tidak mampu
melayani suami karena dirasakan sakit saat berhubungan seksual. Secara
psikologis sering mengalami susah tidur sehingga mengganggu aktivitas di siang
hari.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Promosi
kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan
memperbaiki kesehatan mereka (WHO 1984).
Visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
“Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi
maupun sosial.”
Ruang
Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup
promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: dimensi aspek pelayanan
kesehatan, dan dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi
kesehatan.
Ruang lingkup promosi kesehatan dibagi menjadi
beberapa aspek, yaitu aspek promotif, aspek
preventif, aspek kuratif, dan aspek rehabilitatif.
3.2 Saran
Dalam mewujudkan promosi
kesehatan yang bisa meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dibutuhkan
kerja sama antara unsur-unsur yang meliputi pemerintah, petugas kesehatan dan
masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, taraf kesehatan masyarakat bisa
dipelihara atau bahkan ditingkatkan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo, Soekidjo.2012.Promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.
Syafrudin dan Yudhia Fratidhina.2009.Promosi Kesehatan
Untuk Mahasiswa Kebidanan.Jakarta:Trans Info Media.
Komentar
Posting Komentar