KONSEP PRINSIP DAN LINGKUP PROMOSI KESEHATAN




KONSEP PRINSIP DAN LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

http://images.profileengine.com/large/429726954/akper..poltekkes.tanjung.karang
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nama Kelompok
LAILA YULIA
SUCI USWATUN KHASANAH




POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2015/2016
 


KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep prinsip dan Lingkup Promosi Kesehatan”
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.



                                                                                        Bandar Lampung, Februari 2016


                                                                                                                    Penyusun










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2     Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3     Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Promosi Kesehatan..................................................................................................... 3
2.2 Konsep Promosi Kesehatan....................................................................................... 12
2.3 Lingkup Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan....................................... 16


BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 24
3.2 Saran............................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun banyak orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam kehidupannya. Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh pelayanan kesehatan hal ini berdasarkan undang-undang dasar 1945 yang tercantum didalam pasal 28 ayat I. Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang harus diambil dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu bagi masyarakat adalah salah satunya dengan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki prinsip, metode, media juga strategi dan akan diintervensikan ketika dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarkat.Sehingga promosi kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dapat dimengerti masyarakat dan ditampilkan dalam bentuk perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik dalam prilaku kesehatan.
Mengingat tugas kita sebagai tim medis adalah salah satunya memperkenalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami akan membahas tentang “Promosi Kesehatan”.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari promosi kesehatan?
2.      Bagaimana konsep dalam promosi kesehatan?
3.      Apa saja ruang lingkup dalam promosi kesehatan?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dari promosi kesehatan.
2.      Mengetahui  bagaimana konsep promosi kesehatan.
3.      Mengetahui apa saja ruang lingkup promosi kesehatan.




































BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan (Lawrence Green, 1984).
Promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO 1984).
Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawa, 1986).

2.1.1 Determinan Kesehatan
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa ada empat determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Empat determinan tersebut diurut berdasarkan besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah: 1) lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik (sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya); 2) perilaku; 3) pelayanan kesehatan; dan 4) keturunan atau herediter. Determinan lingkungan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana dan prasarana, dan sebagainya), dan lingkungan non fisik, seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Derajat kesehatan dalam pengertian tersebut jelas dibedakan antara derajat kesehatan individu, kelompok atau komunitas (masyarakat). Hal ini dapat dipahami karena derajat kesehatan perorangan (individu), kelompok dan masyarakat memang berbeda. Determinan untuk kesehatan kelompok atau komunitas mungkin sama, tetapi untuk kesehatan individu, disamping empat faktor tersebut faktor internal individu juga berperan , misalnya: umur, gender, pendidikan dan sebagainya, selain faktor herediter. Oleh sebab itu, bila kita analisi lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua faktor diluar kehidupan manusia, baik secara individual, kelompok maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal inii berarti, disamping determinan-determinan derajat kesehatan yang telah dirumuskan oleh Blum tersebut masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.
Faktor-faktor atau determinan-determinan yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok, atau masyarakat ini, dalam piagam Ottawa (Ottawa Charter) disebut prasyarat untuk kesehatan (prerequisites for health). Piagam Ottawa (1986) mengidentifikasikan prasyarat (pre requisites) untuk kesehatan ini dalam sembilan faktor, yakni:
a.       Perdamaian atau keamanan (peace)
b.      Tempat tinggal (shelter)
c.       Pendidikan (education)
d.      Makanan (food)
e.       Pendapat (income)
f.       Ekosistem yang stabil dan seimbang (a stable eco-system)
g.      Sumber daya yang berkesinambungan (sustainable resources)
h.      Keadilan sosial (sosial justice)
i.        Pemerataan (equity).
Faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi kesehatan tidaklah berdiri sendiri, tetapi bersama-sama atau secara akumulatif, karena masing-masing faktor tersebut saling mempengaruhi. Lebih rinci masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan diberikut ini.

Perdamaian (peace)
Perdamaian, termasuk didalamnya keamanan ditempatkan pada urutan pertama dalam Piagam Ottawa, karena perdamaian merupakan pra kondisi yang diperlukan oleh semua sektor, termasuk kesehatan. Dalam kondisi aman dan damai semua sektor kehidupan manusia dapat berjalan dengan baik untuk mencapai visi dan misinya masing-masing. Dalam kondisi masyarakat yang aman dan damai maka semua sektor perekonomian (pertanian, perindustrian, perdagangan, perbankan dan sebagainya) dapat berjalan dengan baik, tanpa hambatan. Lancarnya perekonomian baik ditataran individu, keluarga, masyarakat jelas akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan keluarga dan masyarakat. Dengan meningkatnya pemdapatan keluarga dan masyarakat maka akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat, baik untuk makanan dan gizi, perumahan, dan kebutuhan hidup yang lain termasuk meningkatnya daya beli pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Disamping itu perdamaian dan keamanan dan secara psikologis dan sosiologis akan berpengaruh kepada menurunya sumber stres masryarakat, yang akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan, terutama kesehatan mental.
Sebaliknya, kondisi masyarakat tidak aman dan damai, terjadi konflik sosial dan politik, terjadi pertikaian sosial dan politik bagi masyarakat, baik secara horisontal atau vertikal akan mengganggu proses perekonomian dimasyarakat. Para buruh, petani, dan nelayan tidak bisa bekerja secara optimal, sehingga produktivitas menurun, para pedagang dan pengusaha baik disektor formal maupun informal terganggu usahanya dan menurun produktivitasnya. Dengan kondisi perdamaian dan keamanan yang tidak kondusif ini jelas akan menurunkan daya beli masyarakat.daya beli yang rendah, baik untuk makanan, perumahan, pendidikan, pelayanan (termauk pelayanan kesehatan) dan sebagainya akan berpengaruh kepada rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.

Perumahan (Shelter)
Sebagian besar hidup manusia, lebih-lebih pada usia dini dihabiskan didalam keluarga, atau lebih jelasnya lagi ditempat tinggal atau rumah masing-masing anggota keluarga yang bersangkutan. Ditempat tinggal atau rumah tangga inilah sebenarnya kesehatan kita dibentuk atau ditentukan. Oleh sebab itu apabila ada ungkapan bahwa kesehatan diciptakan dalam kehidupan sehari0hari (health is created in everyday life) adalah tepat sekali. Kehidupan sehari-hari manusia sebagian besar waktunya dihabiskan didalam rumah atau tempat tinggal(shelter) masing-masing. Kesehatan kita saat ini secara jujur merupakan hasil kumulasi lingkungan rumah tangga, keluarga atau lingkungan tempat tinggal kita masing-masing. Rumah tangga atau tempat tinggal yang dimaksud bukan dalam arti bangunan dan fasilitas fisik saja, melainkan juga semua orang dimana kita berinteraksi sehari-hari dalam rumah tangga atau keluarga kita.
Suatu kondisi tempat tinggal seseorang baik fsik maupun nonfisik merupakan prasyarat untuk terwujudnya derajat kesehatan seseorang. Derajat kesehatan seseorang sebenearnya telah ditentukan bukan hanya dari sejak lahir saja, bahkan sejak dalam kandungan ibu. Seorang anak yang dikandung, dilahirkan dan dibesarkan dalam suatu rumah tangga atau tempat tinggal yang secara fisik (rumah yang memenuhi syarat kesehtan) dan nonfisik (ekonomi yang baik, rukun, damai dan sebagainya) akan menjadi orang berderajat kesehatan yang optimal. Sebaliknya, lingkungan tempat tinggal yang kurang menguntungkan baik secara fisik maupun nonfisik akan menjadi seorang yang derajat kesehatannya rendah.

Pendidikan (Education)
Indeks Pembangunan Manusia (human development index) yang dikembangkan oleh badan pembangunan- perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) mencakup tiga indikator utama, yakni: pendidikan (education), kesehatan (health), dan ekonomi (economy). Hal ini sangat beralasan karena memang ketiga faktor ini bukan hanya karena saling terkait dan mempengaruhi, tetapi saling melengkapi dalam bentuk kulaitas hidup manusia. Oleh sebab itu rendahnya ketiga indikator tersebut, jelas akan menimbulkan masalah dimasyarakat, dan jga saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.kalau kita amati dalam masyarakat, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia ini tiga masalah sosial yang ada adalah a) kebodohan (igonarancy)-akibat rendahnya pendidikan, b) berbagai macam penyakit (diseases)-akibat rendahnya derajat dan pelayanan kesehatan, dan c) kemiskinan (proverty)- akibat rendahnya ekonomi. Ketiga hal ini saling mempengaruhi dan membentuk lingkaran setan dari dulu.
a.       kebodohan→ kemiskinan → penyakit (sakit-sakitan
b.      kemiskinan → penyakit (tidak mampu memelihara kesehatannya) →kebodohan
c.       penyakit → kemiskinan (tidak produktif)→ kebodohan (tidak mampu sekolah)
           
      Oleh sebab itu solusi untuk memutus mata rantai tersebut dapat dilakukan melalui ketiga upaya secarabersama, yang hasilnya juga akan saling berpengaruh :  
a.       pendidikan: bertujuan untuk memerangi kebodohan, dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berusaha atau bekerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan (ekonomi). Selanjutnya akan dapat meningkatkan kemampuan mencegah penyakit, meningkatkan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehtannya.
b.      Ekonomi: bertujuan untuk meningkatkan pendapatan perkapita (ekonomi untuk memerangi kemiskinan, dapat berpengaruh terhadap peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang tinggi. Masyarakat yang berpendidikan tinggi dapat berpengaruh terhadap meningkatnya kemampuan mencegah penyakit, meningkatkan kemampuan memelihara dan meningkatkan kesehatan.
c.       Kesehatan: bertujuan untuk memerangi penyakit sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan. Derajat kesehatan yang tinggi dapat berpengaruh terhadap meningkatnya produktifitas. Selanjutnya produktifitas tinggi berarti ekonomi meningkat, dan dengan tingkat ekonomi yang tinggi akan meningkatkan akses terhadap pendidikan yang tinggi pula, yang berarti kebodohan menurun.
Tingkat pendidikan amsyarakat yang dihitung dari rata-rata lama sekolah menjadi prasyarat untuk derajat kesehatan masyarakat, baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui ekonomi. Uraian tentang hubungan yang saling mempengaruhi antara : penyakit- kebodohan-kemiskinan, dan; kesehatan – pendidikan – ekonomi sebagai upaya atau kegiatan intervensi terhadap tiga faktor tersebut dapat di ilustrasikan dalam diagram dibawah ini.
Diagram 1
Hubungan: Penyakit-Kebodohan-Kemiskinan
Kesehatan











 






                                    Ekonomi                                                       Pendidikan



Makanan (foods)       
Makanan dan gizi merupakan asupan utama untuk kesehatan. Tanpa asupan makanan yang cukup baik kualitas (gizi seimbang) maupum kuantitasnya (jumlah asupan) niscaya orang tidak dapat mencapai derajat kesehatan yang optimum. Makanan, disamping diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan menggantikan sel-sel yang rusak juga diperlukan untuk mempertahankan tubuh dari berbagai ancaman dari luar termasuk bibit penyakit (agent). Kecukupan asupan makanan kedalam tubuh, dalam tataran individu sangat dipengaruh oleh ketersediaan makanan dalam keluarga, dan pada gilirannya dipengaruhi oelh pendapatan eluarga yang bersangkutan. Pada tatanan kelompok atau masyarakat, ketersediaan makanan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain sistem pengelolaan pangan oleh pemerintah setempat, tingkat pendapatan daerah, keadaan geografi, dan iklim. Secara global, kecukupan ketersediaan makanan bagi penduduk sangat terkait dengan pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan, yang biasanya diukur dengan pendpatan nasional bruto (gross national product). Secara statistik memang terbukti bahwa makin tinggi pendapatan nasional bruto angka harapan hidup, dan angka kematian balita yang merupakan bagian dari derajat kesehatan masyarakat dari beberapa negara di Asia.
Dari 5 negara di Asia, angka kematian bayi (AKB) paling tinggi adalah Indonesia, pendapatan nasional bruto perkapita paling rendah, dan angka harapan hidup bersama dengan Filipina juga paling rendah.
Pendapatan Nasional Bruto
Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Balita
Di 5 Negara Asia, 2010

Negara
Pend. Nas. Bruto
(GNP: US$)/cap
Angka kematian balita
Umur harapan
Hidup (tahun)
Singapura
31.710
3/1000
80
Malaysia
11.300
12/1000
74
Indonesia
3.950
34/1000
69
Thailand
9.140
8/1000
71
Filipina
5.980
32/1000
69
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2009
Ekosistem yang stabil (A stable eco-system)
            Manusia hidup didunia ini dalam suatu sistem yakni bumi dan seisinya atau dunia yang satu ini. Masing-masing isi dunia atau bumi ini mempunyai sistem sendiri, antara lain manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan seperti makhluk hidup, dan ciptaan Tuhan yang lain, yakni: tanag, air, udara. Semuanya ini baik makhluk hidup maupun ciptaan Tuhan yang tidak hidup ini berada dalam suatu sistem yang satu ini (ekosistem). Semua sistem yang menyatu dalam ekositem ini, masing-masing mempunyai peran dalam menyeimbangkan sistem yang besar ini atau ekosistem ini. Apabila salah satu dari sistem ini terganggu, akan berakibat terhadap sistem yang lain. Contoh tumbuh-tumbuhan atau hutan berfungsi untuk menyerap zat sisa pembakaran (CO2) dari udara sehingga udara yang dihirup manusia tetap bersih, disamping itu, hutan juga berfungsi menyerap air hujan. Tetapi kalau pohon-pohon berkurang atau hutan gundul jelas akan mengganggu penyerapan CO2 dan air tersebut, sehingga menyebabkan ppolusi udara, erosi tanah, dan banjir. Akibat lebih lanjut, jelas akan mengganggu kesehatan manusia, yang berarti mengganggu sistem kehidupam manusia. Contoh lain, apa akibat dari pertumbuhan penduduk yang tidak terkendalikan? Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendalikan dalam suatu komunitas atau negara, jelas akan mengganggu sistem yang lain. Antara lain penggundulan hutan untuk lahan transmigrasi, kurangnya lahan pertanian akibat digunakan untuk perumahan. Pertumbuhan penduduk yang besar juga dapat merusak lahan untuk di ekspoitasi, karena sempitnya mata pencaharian yang lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa ekosistem yang tidak “stable” akan mengganggu kesehatan, karena memang kesehatan memerlukan prasyarat ekonomi yang seimbang.

Sumber daya yang berkesinambungan (Sustainable resources)
Sumber daya yang mencakup sumber daya fisik yang terdiri dari sumber daya alam (natural resources) dan seumber daya yang berupa hasil ciptaan manusia yang berupa teknologi, serta sumber daya manusia (human resources) dalam suatu komunitas, seyogianya terjadi kesinambungan sumber daya dari waktu ke waktu, dan dari jaman ke jaman. Hal ini penting karena sumber daya- sumber daya inilah merupakan aset pembangunan disemua sektor, termasuk kesehatan. Oleh sebab itu, para pihak yang mempunyai otoritas untuk pengelolaan sumber daya ini harus bertanggung jawab  demi terwujudnya kesinambungan sumber daya tersebut. Kesinambungan sumber daya alam maupun sumber daya manusia, merupakan tanggung jawab dari para pengusaha dalam hal ini adalah pemerintahan di berbagai tingkat, mula dari pusat, provinsi, kabupaten, sampai yang paling bawah. Sumber daya alam yang terdiri dari air, udara, tanah, dan yang terkandung didalamnya adalah tanggung jawab pemerintah untuk mengeksploitasi dan mengelolanya, agar senantiasa berkesinambungan dalam mendukung kehidupan masyarakatnya. Apabila pada suatu komunitas berhenti mengeksplotasi sumber daya alamnya demi utnuk kesejahteraan rakyatnya- terhenti karena telah habis misalnya, maka sumber daya manusia didalamnya harus mempersiapkan sumber daya lain (man made resources) demi kesinambungan sumber daya untuk mendukung semua sektor pembangunan, utamanya kesehatan.
Keadilan sosial (Sosial justice)
Terjadinya kesenjangan sosial di suatu masyarakat akan jelas mengganggu kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat akan terwujud apabila terjadi kesempatan yang sama untuk hidup sehat bagi semua orang. Hal ini akan tercapai apabila keadilan sosial terwujud dalam masyarakat itu selama keadilan belum ada, mustahil terjadi kesempatan yang sama bagi semua anggota masyarakat untuk hidup sehat. Keadilan sosial bukan berarti setiap orang atau keluarga berada dalam tingkat ekonomi yang sama, dan memperoleh hak yang sama. Keadilan sosial terjadi apabila setiap orang memperoleh hak untuk memenuhi secara minimal kebutuhan hidupnya secara layak, termasuk pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Apabila didalam masyarakat masih terjadi kesenjangan sosial yang dalam, disatu pihak sangat berlebihhan untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan akan sehari-hari saja tidak cukup-cukup oleh sebab itu, jelas dalam kondisi yang masih adanya kesenjangan sosial yang dalam ini, adalah merupakan kendala terwujudnya kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan kesehatan memang memerlukan prasyarat adanya “keadilan sosial”.
Pemerataan (Equity)
Berbeda dengan keadilan sosial, pemerataan adalah adanya kesempatan yang sama untuk memperoleh akses pelayanan dari pihak-pihak yang berwajib. Pemerataan terjadi apabila semua orang atau keluarga bisa mempbeli sembako yang murah. Apabila semua tempat tersedia sembako, tetapi ada bebrapa orang atau keluarga masih dekat dengan penjualan sembako; tidak mampu membeli, maka hal ini belum terjadi pemerataan. Pada umumnya, pemerataan ini terkait dengan kesejahteraan sosial. Apabila masih terjadi kesenjangan sosial di masyarakat, maka sulit adanya pemerataan. Oleh sebab itu untuk terwujudnya kesehatan masyarakat memang diperlukan adanya pemerataan, utamanya pemerataan bidang ekonomi. Memang secara statistik pelayanan kesehatan di Indosensia sudah tersebar diseluruh tanan air, namun masih banyak anggota masyarakat yang belum terjangkjau leh pelayanan kesehatan tersebut. Bukan semata-mata karena terjangkau jaraknya, tetapi terjangkau biayanya. Namun dipihak yang lain, bagi masyarakat golongan mampu mereka dapat mengakses pelayanan yang semahal mungkin, bahkan diluar negeri sekalipun.

2.2 Konsep Promosi Kesehatan
2.2.1 Visi dan Misi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan harus mempunyai visi yan jelas. Yang dimaksud “visi” dalam konteks ini adalah apa yang di inginkan oleh promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain. Visi umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang Undang Kesehatan No. 36/2009, maupun WHO, yakni meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial tadi. Promosi kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, baik kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Untuk mencapai visi tersebut, perlu upaya-upaya yang harus dilakukan, dan inilah yang disebut “misi”. Jadi yang dimaksud misi pendidikan kesehatan adalah upaya yang harus dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Misi promosi kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi tiga butir.
1.      Advokat (Advocate)
Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan di berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.
2.      Menjembatani (Mediate)
Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Dalam melaksanakan program-program kesehatan perlu kerja sama dengan program lain dilingkungan kesehatan, maupun sektor lain yang terkait. Oleh sebab itu, dalam mewujudkan kerja sama atau kemitraan ini peran promosi kesehatan diperlukan.
3.      Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan atau ketrampilan kepada masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini berarti kepada masyarakat diberikan kemampuan untuk ketrampilan agar mereka mandiri di bidang kesehatan, termasuk memelihara 3 kedalam rangka meningkatkan ketrampilan cara-cara bertani, berternak, bertanam obat-obatan tradisional, operasi dan sebagainya dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga (income generating). Selanjutnya dengan ekonomi keluarga yang meningkat, maka kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga juga meningkat.

2.2.2 Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran dibagi dalam 3 kelompok sasaran:
1.      Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi; kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.
2.      Sasaran sekunder (Secondary Target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditunjukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial.
3.      Sasaran Tertier
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tertier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tertier ini sejalan dengan strategi advokasi.

2.2.3 Strategi Promosi Kesehatan
       Adalah cara atau langkah yang diperlukan untuk mencapai, memperlancar atau mempercepat pencapaian tujuan promosi kesehatan.
Ada 3 strategi promosi kesehatan:
1.      Advokasi
Pendekatan kepada dari para pengambil keputusan, sekutu atau teman, kelompok yang menolak/lawan untuk mendorong suatu perubahan dalam kebijakan, program dan peraturan secara aktif mendukung suatu masalah /isu serta mencoba mendapatkan dukungan dari pihak lain.
2.      Bina suasana
Upaya untuk menciptakan suasana kondusif untuk menunjang pembangunan kesehatan, sehingga masyarakat, terdorong melakukan perilaku hidup sehat.
3.      Gerakan Masyarakat
Memandirikan masyarakat secara proaktif mempraktekan hidup bersih dan sehat secara mandiri.

2.2.4 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
            1. Promosi Kesehatan Pada Aspek Promotif
Sasaran: Kelompok orang sehat
Tujuan: Agar tetap sehat dan meningkatkan kesehatannya
Caranya:
a.       Aktifitas seimbang
b.      Makanan seimbang
c.       Tidak merokok
d.      Pengelolaan Stres
e.       Hindari alkohol dan napza
f.       Seks yang aman
2. Promosi Kesehatan pada Aspek Preventif
Sasaran: Kelompok beresiko tinggi
Tujuan: Tidak jatuh sakit
Pada kelompok: Lansia, ibu hamil, bulin dan lain-lain
3. Promosi Kesehatan pada Aspek Kuratif
 Sasaran: Kelompok penderita penyakit
Tujuan: Sembuh tidak menjadi parah
4. Promosi Kesehatan pada Aspek Rehabilitatif
Sasaran: Penderita yang baru sembuh
Tujuan: Agar segera pulih kesehatannya

2.3 Lingkup Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan
            A. Masa Bayi
                 Masa bayi 0-1 tahun. Penyesuaian sepanjang rentang hidup pada masa bayi yaitu belajar memakan makanan padat, belajar berjalan, belajar berbicara, belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh, mempersiapkan diri membedakan benar dan salah dan mulai mengembangkan hati nurani.
                 Promosi kesehatan pada bayi:
1.      Memberikan imunisasi untuk melindungi anak terhadap beberapa penyakit yang berbahaya. Bila tidak diimunisasi besar kemungkinan untuk menderita cacat dan meninggal dunia.
2.      Periksakan dan timbangkan bayi secara teratur di Pohsyandu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi.
3.      Berikan ASI pada bayi sampai umur 2 tahun dan berikan makanan lain yang sesuai dengan kebutuhannya mulai umur 6 bulan, untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan.
4.      Berikan ASI pada anak sebanyak mungkin dan sering mungkin
5.      Anjurkan perawatan tali pusat yaitu hanya dengan membungkus kasa steril
6.      Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
7.      Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, dengan mengganti popok dan selimut sesuai dengan keperluan
8.      Anjurkan untuk mengkonsumsi makan makanan yang bergizi, penuh nutrisi dan bervitamin
9.      Peganglah, sayangilah dan nikmati kehidupan bersama bayi
10.  Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu
11.  Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi
12.  Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik
13.  Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua dan beri tau orang tua agar merujuk bayi segera untuk perawatan lebih lanjut, jika ditemui tanda-tanda bahaya

B. Anak Balita
Anak balita 1-5 tahun. pada anak balita ini bisa melakukan penyesuaian sepanjang rentang hidup yaitu mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung, mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata nilai, belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya, membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum, dan mencapai kebebasan pribadi.
Promosi kesehatan pada anak balita adalah:
1.      Pemeriksaan dan pernimbangan anak dilaksanakan setiap bulan untuk menjamin kesehatan, perkembangan termasuk kecerdasan dan pertumbuhan anak.
2.      Berikan anak balita satu kapsul vitamin A takaran tinggi setiap 6 bulan untuk mencegah kebutaan akibat kekurangan vitamin A
3.      Berikan anak balita sayuran dan buah-buahan berwarna untuk mencegah kebutaan
4.      Berikan oralit pada anak balita yang terkena penyakit mencret atau diare
5.      Anak yang menderita diare tetap memerlukan makanan, oleh sebab itu jangan dipuasakan
6.      Berbicara, bermain dan memperlihatkan kasih sayang pentinggi bayi pertumbuhan jasmani, mental dan emosi anak
7.      Anak balita yang tumbuh dan berkembang dengan baik akan menjamin kelangsungan hidup yang lebih besar sehingga menimbulkan rasa tentram pada peserta KB testari

C. Masa Remaja
Usia 13-14 tahun sampai dengan 18 tahun
Tedensi tingkah laku pasif aktifitas yang lebih mengarah ke dalam diri sendiri. Yang meliputi yaitu:
1.      Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya, pria, dan wanita
2.      Mencapai peran sosial pria atau wanita
3.      Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4.      Mengharapkan dan mencapai perilaku sehat yang bertanggung jawab
5.      Mempersiapkan karir ekonomi
6.      Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
7.      Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
8.      Berperilaku



D. Ibu hamil
Setiap ibu hamil menghadapi resiko komplikasi yang mengancam jiwanya. Ibu hamil tersebut hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir. Untuk mendapatkan semua informasi yang diperlukan, sehubungan dengan hal-hal diatas, petugas kesehatan akan memberikan asuhan antenatal yang baik.
Promosi kesehatan pada ibu hamil yaitu:
1.      Makanan yang cukup kualitas dan kuantitas
2.      Istirahat dan tidur yang cukup bekerja sesuai kemampuan dan jangan terlalu berlebihan
3.      Melakukan senam hamil atau olahraga ringan
4.      Adanya hubungan keluarga yang harus harmonis
5.      Bila ada kelainan segera datang ketempat pelayana kesehatan minta pertolongan
6.      Rencanakan jumlah keluarga (KB)
7.      Hidup dalam lingkungan sehat
8.      Berperilaku hidup sehat (tidak merokok, tidak memakai obat-obatan, dan minum-minuman keras)
9.      Memperoleh pellayanan kesehatan yang bermutu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan terutama tentang kehamilannya
10.  Memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4 kali. Untuk kesejahteraan janin dengan memeriksakan secara teratur
11.  Kebersihan diri (kulit, rambut, gigi, mata, kaki, dan tangan serta alat kelamin)
12.  Hindari perjalana yang melelahkan
13.  Menasehati ibu untuk  mencari pertolongaan segera jika ia mendapati tanda-tanda bahaya
14.  Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman
15.  Memberikan zat besi 90 hari mulai minggu ke 20


E. Ibu Bersalin
Dimana seorang ibu dalam masa bersalin yang dalam tahap dan fase dalam persalinan. Promosi kesehatan ibu bersalin yaitu:
1.      Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan: berilah dukungan dan yakini dirinya, berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya dan dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap perasaannya
2.      Bila ibu tampak kesakitan, berilah dukungan atau asuhan dengan:
a.       Lakukan perubahan posisi
b.      Anjurkan tidur miring kekiri
c.       Sarankan ia untuk berjalan
d.      Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau membasuh mukanya diantara kontraksi
e.       Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai kemampuan’
f.       Ajarkan kepadanya teknis bernapas
3.      Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan tirai atau penutup, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seijin pasien atau ibu
4.      Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
5.      Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air besar atau kecil
6.      Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atas dengan cara: gunakan kipas angin atau AC dalam kamar; menggunakan kipas biasa dan menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
7.      Untuk memnuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum
8.      Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

F. Ibu Nifas
Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu nifas meliputi nutrisi dan cairan, ambulasi, eliminasi, kebersihan diri dan bayi, istirahat, sexual, latihan/senam nifas, tanda bahaya, keluarga Berencana dan pemberian ASI.

Bidan tetap mendampingi ibu selama 2 jam setelah pesalinan. Dalam masa nifas bidan dianjurkan untuk menanyakan tentang perasaan ibu. Biasanya ibu merasa capek dan lemas. Ibu dan bayi diberikan kesempatan untuk beristirahat. Saat ibu masih merasa lemas, promosi kesehatan dapat diberikan melalui keluarga ibu nifas, misanya keluarga pasien diberitahukan bawa ibu boleh minum dan makan ringan setiap waktu, bangun bila mau kencing dan sebagainya.
Baru setelah ibu merasa lebih baik dan bersedia diberikan pendidikan kesehatan, bidan diperkenankan untuk memberikan pendidikan kesehatan. Itupun sedikit demi sedikit sesuai kemampuan ibu. Pendidikan kesehatan yang diberikan misalnya setelah melahirkan ibu boleh makan seperti biasa, setiap hari minum air putih minimal 8 gelas, ibu diajari cara menyusui dan perawatan payudara, gizi ibu nifas dan sebagainya. Diharapkan dengan memberikan promosi kesehatan pada ibu nifas, ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal.

G.   Ibu Menyusui

Hak seorang bayi adalah menyusu kepada ibunya. Sebagai promotor kesehatan, bidan diharapkan mampu memberikan pendidikan pada ibu menyusui. Pendidikan lebih baik diberikan sebelum ibu bersalin, sehingga ibu dapat melakukan persiapan-persiapan ibu menyusui.
Lingkup promosi kesehatan yang diberikan kepada ibu menyusui meliputi kebersihan diri, istirahat, sexual, pemberian ASI, nutrisi bagi bayi, pendidikan kesehatan gizi ibu menyusui, dan meyakinkan pada ibu menyusui bahwa tidak ada pantangan makan selama menyusui. Sebagai contoh terdapat mitos yang sudah beredar sejak dulu bahwa ibu menyusui tidak boleh makan makanan yang berbau amis karena akan menyebabkan asinya amis. Disinilah tugas bidan untuk meluruskan mitos tersebut bahwa justru makanan yang amis dibutuhkan oleh ibu menyusui karena mengandung protein tinggi melalui promosi kesehatan.

H.    PUS/WUS

Lingkup promosi kesehatan terhadap PUS/WUS meliputi persiapan hamil, keluarga berencana, kesehatan, parenting, nutrisi dan produktifitas.
Penyuluhan tentang kesehatan pada masa pra kehamilan di sampaikan pada kelompok wanita usia subur/pria usia subur yang akan menikah. Penyampaian tentang kesehatan ini disesuaikan dengan tingkat intelektual klien. Nasehat yang diberikan menggunakan bahasa yang mudah dicerna, karena informasi yang diberikan bersifat pribadi dan sensitif.
Wanita usia subur juga diberikan pendidikan mengenai gangguan kesehatan, akibat gangguan sistem reproduksi. Gangguan sistem reproduksi tidak berdiri sendiri. Gangguan tersebut dapat terhadap kondisi psikologis dan lingkungan sosial klien itu sendiri. Bila masalah kesehatan itu sangat kompleks, perlu dikonsultasikan ke ahli yang relevan atau dirujuk ke unit pelayanan kesehatan yang fasilitasnya lebih lengkap. Faktor keluarga juga turut mempengaruhi kondisi WUS/PUS yang akan memasuki pintu gerbang pernikahan. Bidan dapat menggunakan pengaruh keluarga untuk memperkuat mental WUS/PUS dalam memasuki masa perkawinan dan kehamilan.

I.       Klimakterium/ Menopause

Lingkup promosi kesehatan terhadap klimakterium/menopause meliputi nutrisi, psikologis, olah raga, kesehatan umum, support keluarga san support tenaga kesehatan.

Masa menopause merupaka fase yang selalu terjadi pada wanita yang menginjak umur 44 tahun dan ditandai dengan berhentinya haid. Terkadang wanita belum siap menghadapi masa ini karena mereka selalu beranggapan bahwa seorang wanita yang mengalamim menopause adalah wanita yang tidak berguna.
Untuk mengawali promosi kesehatan, bidan sebelumnya harus mengetahui ketakutan-ketakutan yang mungkin dialami pada masa menopause, misalnya secara fisik wanita sering merasa dirinya tidak cantik lagi, berkulit keriput, berbadan bungkuk dan sebagainya. Secara biologis kekhawatiran tidak mampu melayani suami karena dirasakan sakit saat berhubungan seksual. Secara psikologis sering mengalami susah tidur sehingga mengganggu aktivitas di siang hari.

















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO 1984).
Visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut : “Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.”
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
Ruang lingkup promosi kesehatan dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu aspek promotif, aspek  preventif, aspek kuratif, dan aspek rehabilitatif.

3.2  Saran
Dalam mewujudkan promosi kesehatan yang bisa meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dibutuhkan kerja sama antara unsur-unsur yang meliputi pemerintah, petugas kesehatan dan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, taraf kesehatan masyarakat bisa dipelihara atau bahkan ditingkatkan dengan baik.





DAFTAR PUSTAKA

Notoatmojo, Soekidjo.2012.Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.
Syafrudin dan Yudhia Fratidhina.2009.Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan.Jakarta:Trans Info Media.











      
    





Komentar

Postingan Populer