MAKALAH PERKEMBANGAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI KLINIK
MAKALAH
PERKEMBANGAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI KLINIK

Disusun oleh :
Suci
Aspriyanti Anwar
NIM.
13244033
POLTEKKES TANJUNGKARANG
JURUSAN DIII KEBIDNAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “perkembangan system infomasi di klinik ”.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Bandar
Lampung, Januari 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR
ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Sistem Informasi Kesehatan........................................... 4
2.2. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan...................................... 5
2.3. Peran Sistem Informasi Kesehatan Dalam Sistem Kesehatan..... 6
2.4. Model Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia... 7
2.5. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional............................. 8
2.6. Implementasi Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional....... 9
27 Penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan................................ 12
2.8 Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan.................. 12
2.9 Ruang Lingkup Sistem Informasi Kesehatan............................. 14
2.10 Sistem Informasi klinik ............................................................ 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 17
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan
mengalami 3 pembagian masa sebagai berikut :
1. Era manual
(sebelum 2005)
2. Era Transisi
(tahun 2005 – 2011)
3. Era
Komputerisasi (mulai 2012)
Masing-masing era Sistem Informasi
Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda sebagai bentuk adaptasi dengan
perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi – TIK).
- Era Manual (sebelum 2005)
Pada era manual ini dimulai sebelum
tahun 2005. Pada era manual Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber
data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui berbagai jalan. Data dan informasi
dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen Kesehatan. Bentuk
data nya agregat. Kelemahan nya adalah Sering terjadi duplikasi dalam
pengumpulan data dan Sangat beragamnya bentuk laporan. Kemudian Validitas nya
masih diragukan. Data yang ada sulit diakses. Karena banyaknya duplikasi,
permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit dioah dan dianalisis.
Dan terpenting dalam Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga
tidak ramah lingkungan.
- Era Transisi (2005 – 2011)
Dimulai masa transisi pada tahun
2005 sampai 2011 Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal
prinsip 1 pintu, walau beberapa masih terfragmentasi). Peresebaran data
Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual. Sebagian data
sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual. Keamanan dan kerahasiaan data
kurang terjamin. Pada masa transisi ini posisi nya masih setengah setengah
karena mulai menggunakan sistem komputerisasi tapi masih belum meninggalkan
sistem manual.
- Era Komputerisasi (mulai 2012)
Baru pada 2012 era komputerisasi
dimulai , pada era ini Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi). Data
yang ada adalah individual (disagregat). Data dari Unit Pelayanan Kesehatan
langgsung diunggah (uploaded) ke bank data di pusat (e-Helath). Penerapan
teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data. Keamanan
dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login). Lebih cepat, tepat waktu
dan efisien yang pastinya Lebih ramah lingkungan.
Sistem informasi merupakan
sekumpulan komponen yang saling berhubungan, mengumpulkan, memproses,
menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan
dan pengawasan dalam suatu organisasi. Selain menunjang proses pengambilan
keputusan, kordinasi, dan pengawasan sistem informasi juga dapat membantu
manusia dalam menganalisis permasalahan, menggambarkan hal-hal yang rumit dan
menciptakan produk baru. (Kenneth C. Laudon Dan Jane P. Laudon, 2007).
Pembangunan kesehatan merupakan
bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembangunan nasional, karena kesehatan
sangat terkait dalam konotasi di pengaruhi dan dapat juga mempengaruhi aspek
demografi atau kependudukan, keadaan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat
termasuk pendidikan serta keadaan dan perkembangan lingkungan fisik maupun
biologik.
Untuk mewujudkan informasi atas
segala kegiatan pelayanan kesehatan salah satunya adalah Puskesmas maka
perlu satu system alat bantu berupa system informasi Puskesmas (Simpus)
agar semua kegiatan dapat termonitor dengan baik.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(Simpus) merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan
diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan
informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan
keputusan manajemen.
Oleh karena itu pada kesempatan kali
ini penulis merasa penting dan tertarik untuk membuat sebuah tugas ujian tengah
semester yang berjudul “Sistem Informasi Kesehatan”. Dimana tugas ini di
harapkan mampu memberikan sebuah kontribusi dan informasi yang bermanfaat bagi
semua pihak dalam mendukung kemajuan di bidang sistem informasi kesehatan.
Akhir kata, semoga tugas yang berjudul “Sistem Informasi Kesehatan” Mata Kuliah
Strata I Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan sistem informasi kesehatan ?
2.
Apa saja peran sistem informasi kesehatan dalam sistem
kesehatan?
3.
Apa sistem keseahtan di klinik?
1.3. Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem
informasi dalam kesehatan.
2.
Untuk mengetahui peranan sistem informasi kesehatan
dalam sistem kesehatan.
3.
Untuk mengetahui model yang digunakan dalam
pengelolaan sistem informasi kesehatan di Indonesia.
4.
Untuk mengetahui system informasi kesehatan klinik?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Sistem Informasi
Kesehatan
Saat ini perkembangan Teknologi Informasi bisa menjadi
sebagai bahan tolak ukur untuk melihat kemajuan disuatu daerah. terutama dengan
hal-hal yang berkaitan dengan aspek pelayanan kesehatan. Indonesia sebagai
negara yang sangat luas dan memiliki jumlah pelayanan kesehatan yang tersebar
dari pelosok desa dan sampai perkotaan sangat membutuhkan sekali bentuk solusi
yang bisa menjadi andalan dalam penyelesaian berkaitan dengan data dan
pelayanan tersebut. apalagi saat ini dengan era Teknologi Informasi sangat
diharapkan sekali adanya bentuk solusi yang mampu membantu dalam mewujudkan
integrasi dan pelaporan data yang cepat, akurat dan mudah untuk diolah.
InfoKes (Informasi dan Monitoring Kesehatan Indonesia)
merupakan salah satu produk karya anak bangsa sebagai media alternatif yang
disiapkan untuk menjawab semua keprihatinan tersebut mencoba melakukan
inovasi-inovasi untuk memberikan jalan keluar dalam mengatasi persoalan sistem
informasi pelayanan dan manajemen kesehatan di Indonesia. dengan visi untuk
melakukan "Digitalisasi dan monitoring pelayanan kesehatan di Indonesia
secara Online dan Terintegrasi" maka infokes mencoba secara bertahap
melakukan pengembangan.
Berawal dari tahun 2007 langkah besar untuk melakukan
perubahan ini sudah mulai dilakukan dengan bermodalkan ilmu dan kemampuan di
bidang Teknologi Informasi dan didukung beberapa pengalaman project-project
maka team Infokes mulai melakukan suatu terobosan untuk menyediakan sarana
elektronik berbasiskan web based untuk mencatatan pelaporan kesehatan setiap
pelayanan kesehatan di Indonesia secara online. hasil pekerjaan tersebut cukup
mendapatkan sambutan baik di kalangan pengelola unit pelayanan kesehatan dan
pemerintah pusat karena sudah membantu mengatasi masalah berkaitan dengan
lambatnya informasi dan pelaporan kesehatan dari unit pelayanan kesehatan
sampai di tangan pemerintah. padahal laporan dan data-data tersebut sangat di
butuhkan dalam proses percepatan pengambilan keputusan.
Namun seiring waktu berjalan akhirnya team Infokes
dengan cara pengalangan dana sendiri terus mencoba melakukan riset untuk
penyempurnaan dalam megatasi masalah kesehatan di Indonesia yang pada akhirnya
melalui produk infokes di petakan menjadi 3 kelompok bagian :
1. Infokes
Manajemen Pasien
2. Infokes
Manajemen program
3. Infokes
Manajemen Organisasi
Setelah melalui beberapa tahapan riset maka akhirnya
infokes melihat cukup 3 bagian tersebut yang harus dimiliki oleh Indonesia
dalam mengatasi solusi Teknologi Informasi Kesehatan di Indonesia. maka
akhirnya 3 pengelompokan tersebut menjadi ciri khas yang sudah dimiliki oleh
produk infokes saat ini yakni segala sesuatu berkaitan dengan solusi IT untuk
pelayanan kesehatan baik, dokter,Puskesmas,Klinik, Rumah Sakit dan Labor
Kesehatan maka akan terkelompokan dalam Manajemen Pasien, sedangkan untuk
melakukan rekapitulasi data untuk pelaporan secara berjenjang dari unit
pelayanan kesehatan maka akan di akomodir dalam solusi manajemen program,
sedangkan sara IT pendukung lainya di dibutuhkan oleh instansi kesehatan akan
dikelompokan dalam Manajemen organisasi.
Perlahan tapi pasti apa yang sudah dicita-citakan
tersebut dan berkat dukungan dari Team Infokes maka proses pengembangan
aplikasi Infokes sudah memperlihatkan hasil yang cukup membanggakan yang
dibuktikan tahun 2010 produk infokes berhasil meraih beberapa juara kompetisi
IT di tingakat Nasional yakni "Winner" pengembangan aplikasi kategory
E-Goverment dalam ajang kompetisi INAICTA (Indonesia ICT Award) oleh Depkominfo
RI, "Winner" dalam Kompetisi IndigoFellowship 2010 yang
diselengarakan oleh PT Telkomunikasi Indonesia yang juga akhirnya pada tahun
tersebut berhak untuk mewakili Indonesia dalam kompetisi APICTA (Asia Pasific
ICT Award) International untuk kategory E-Health di Kuala Lumpur.
Dengan semua bekal tersebut Team Infokes terus
melakukan inovasi-inovasi untuk terus melakukan pengembangan baik dari sisi
konten dan Teknologi supaya aplikasi ini benar-benar bisa diterima dan
disenangi oleh penguna unit pelayanan kesehatan dan pengambil keputusan di
Indonesia. Saat ini dengan Teknologi Cloud Computing maka Infokes telah
menyiapkan unit pelayanan kesehatan secara online terintegrasi siap menggunakan
aplikasi Infokes semoga mimpi Team Infokes untuk melakukan digitalisasi dan
monitoring pelayanan kesehatan di Indonesia secara Online dan Terintegrasi
dapat terwujud dengan cepat untuk melakukan perubahan dalam pelayanan kesehatan
di Indonesia.
2.2. Pengertian Sistem Informasi
Kesehatan
Pengambilan keputusan akan lebih mudah jika semua
informasi yang dibutuhkan sudah tersedia. Untuk tujuan itu, suatu sistem
informasi perlu dibangun dengan mengorganisir berbagai data yang telah
dikumpulkan secara sistematik, memproses data menjadi informasi yang berguna.
Sistem informasi atau sistem informasi manajemen pada hakekatnya adalah
serangkaian prosedur dan integrasinya dengan perangkat dan manusia untuk menghasilkan
data/informasi untuk manajemen. Sistem informasi merupakan tatanan yang
melibatkan manusia, peralatan, dan prosedur untuk menghasilkan data dan
informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
SIK adalah suatu sistem yang menyediakan dukungan informasi
bagi proses pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi kesehatan,
baik di tingkat unit pelaksana upaya kesehatan, di tingkat kabupaten/kota, di
tingkat provinsi, maupun di tingkat pusat.
Dalam pengembangan dan penguatan SIK harus memperhatikan
prinsip-prinsip:
·
Keamanan dan kerahasiaan data – SIK harus dapat
menjamin keamanan dan kerahasiaan data.
·
Standarisasi – Standarisasi SIK khusus dalam
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dibahas dalam petunjuk teknis
ini
·
Integrasi – SIK harus dapat mengintegrasikan berbagai
macam sumber data, termasuk pula dalam pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi.
·
Keterwakilan – Data dan informasi yang dikumpulkan
harus dapat ditelusuri lebih dalam secara individual dan agregat sehingga dapat
menggambarkan perbedaan gender, status sosial ekonomi, dan wilayah geografi.
·
Kemudahan akses – Data dan informasi yang tersedia
oleh SIK harus mudah diakses oleh semua pihak sesuai hak dan kewenangannya.
·
Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi (platform
elektronik) – Sistem informasi yang dikembangkan akan berbasis data
disaggregate atau individu dari fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga sistem
berbasis elektronik sangat dibutuhkan.
·
Etika, integritas dan kualitas.
2.3. Peran Sistem Informasi
Kesehatan Dalam Sistem Kesehatan
Menurut World Health Organization (WHO) dalam buku
“Design and Implementaiton of Health Information System” (2000) bahwa suatu
sistem informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai
bagian dari suatu sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif
memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan semua jenjang.
Sistem informasi harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen. WHO
juga menyebutkan bahwa SIK merupakan salah satu dari 6 “building blocks” atau
komponen utama dalam suatu sistem kesehatan. Enam komponen Sistem kesehatan
tersebut adalah:
·
Service Delivery / Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
·
Medical products, vacines, and technologies / Produk
Medis, Vaksin, dan Teknologi Kesehatan
·
Health Workforce / Tenaga Medis
·
Health System Financing / Sistem Pembiayaan Kesehatan
·
Health Information System / Sistem Informasi Kesehatan
·
Leadership and Governance / Kepemimpinan dan
Pemerintahan
SIK disebut sebagai salah satu dari 7 komponen yang
mendukung suatu sistem kesehatan, dimana sistem kesehatan tidak bisa berfungsi
tanpa satu dari komponen tersebut. SIK bukan saja berperan dalam memastikan
data mengenai kasus kesehatan dilaporkan tetapi juga mempunyai potensi untuk
membantu dalam meningkatkan efisiensi dan transparansi proses kerja.
Sistem Kesehatan Nasional terdiri dari dari tujuh
subsistem, yaitu: (1) Upaya kesehatan, (2) Penelitian dan pengembangan
kesehatan, (3) Pembiayaan kesehatan, (4) Sumber daya manusia kesehatan, (5)
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, (6) Manajemen, informasi, dan
regulasi kesehatan, dan (7) Pemberdayaan masyarakat.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian
dari sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Subsistem
manajemen dan informasi kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan
fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi kesehatan
dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya
kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Dengan subsistem manajemen,
informasi dan regulasi kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna dapat
mendukung penyelenggaraan keenam subsistem lain dalam sistem kesehatan nasional
sebagai satu kesatuan yang terpadu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
2.4. Model Pengelolaan Sistem
Informasi Kesehatan di Indonesia
Pada saat
ini di Indonesia terdapat 3 (tiga) model pengelolaan SIK, yaitu :
1. Pengelolaan
SIK Manual, dimana pengelolaan informasi di fasilitas pelayanan kesehatan
dilakukan secara manual atau paper based melalui proses pencatatan pada buku
register, kartu, formulir-formulir khusus, mulai dari proses pendaftaran sampai
dengan pembuatan laporan. Hal ini terjadi oleh karena adanya keterbatasan infrastruktur,
dana, dan lokasi tempat pelayanan kesehatan itu berada. Pengelolaan secara
manual selain tidak efisien juga menghambat dalam proses pengambilan keputusan
manajemen dan proses pelaporan.
2. Pengelolaan
SIK Komputerisasi Offline, pada jenis ini pengelolaan informasi di pelayanan
kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan
perangkat komputer, baik itu dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi
Manajemen (SIM) maupun dengan aplikasi perkantoran elektronik biasa, namun
masih belum didukung oleh jaringan internet online ke dinas kesehatan
kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional.
3. Pengelolaan
SIK Komputerisasi Online, pada jenis ini pengelolaan informasi di pelayanan
kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan
perangkat komputer, dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan
sudah terhubung secara online melalui jaringan internet ke dinas kesehatan
kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional untuk memudahkan dalam
komunikasi dan sinkronisasi data.
2.5. Model Sistem Informasi
Kesehatan Nasional
SIK Nasional yang diharapkan adalah SIK Terintegrasi yaitu sistem
informasi yang menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem informasi
dengan berbagai cara yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga data dari
satu sistem secara rutin dapat melintas, menuju atau diambil oleh satu atau
lebih sistem yang lain. Hal ini melingkupi sistem secara teknis (sistem yang
bisa berkomunikasi antar satu sama lain) dan konten (data set yang sama).
Aliran informasi antar sistem sangat bermanfaat bila data dalam file suatu
sistem diperlukan juga oleh sistem yang lainnya, atau output suatu sistem
menjadi input bagi sistem lainnya. Bentuk fisik dari SIK Terintegrasi adalah
sebuah aplikasi sistem informasi yang dihubungkan dengan aplikasi lain
(aplikasi sistem informasi puskesmas, sistem informasi rumah sakit, dan
aplikasi lainnya) sehingga secara interoperable terjadi pertukaran data antar
aplikasi.
Dengan SIK Terintegrasi, data entri hanya perlu dilakukan satu kali
sehingga data yang sama akan disimpan secara elektronik dan bisa dikirim dan
diolah. SIK Terintegrasi yang berbasis elektronik adalah strategi pengembangan
yang akan diadopsi untuk meringankan beban pencatatan dan pelaporan petugas
kesehatan di lapangan.
Dalam rangka mewujudkan SIK Terintegrasi, dikembangkan model SIK
Nasional yang menggantikan sistem yang saat ini masih diterapkan di Indonesia.
Model ini memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tetapi tetap
dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai
keterbatasan infrastruktur (seperti pasokan listrik dan peralatan komputer
serta jaringan internet). Kedepan semua pemangku kepentingan SIK bisa bergerak
menuju ke arah SIK Komputerisasi dimana proses pencatatan, penyimpanan dan
diseminasi informasi bisa lebih efisien dan efektif serta keakuratan data dapat
ditingkatkan.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan
melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas. Laporan
dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data rekapan/agregat ke dinas
kesehatan kabupaten/kota.
Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan
dikirim dalam bentuk softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi online, data
individual langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang
telah ditentukan.
Petugas kesehatan di lapangan (bidan desa, perawat desa/perawat
perkesmas, posyandu, polindes) melapor kepada puskesmas yang membinanya, berupa
data rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya akan
dikembangkan program mobile health (mHealth) dengan teknologi informasi dan
komunikasi sehingga data individual dapat langsung masuk ke Bank Data Kesehatan
Nasional.
Di dinas kesehatan kabupaten/kota, laporan hardcopy dari semua fasilitas
pelayanan kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi dan pemerintah pusat)
akan dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy yang diterima,
akan diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik selanjutnya semua bentuk laporan
diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional.
Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk laporan dari unit pelayanan kesehatan milik Provinsi.
Informasi yang bersumber dari luar fasilitas kesehatan (misalnya
kependudukan) akan diambil dari sumber yang terkait (contohnya BPS) dan dimasukkan
ke dalam Bank Data Kesehatan Nasional. Semua pemangku kepentingan yang
membutuhkan informasi kesehatan dapat mengakses informasi yang diperlukan dari
bank Data Kesehatan Nasional melalui website Kemenkes.
2.6. Implementasi Model Sistem
Informasi Kesehatan Nasional
Implementasi model SIK Nasional akan dilakukan secara bertahap :
Tahap 1 – Pengembangan fasilitas Bank Data Kesehatan Nasional dan
platform (dashboard) diseminasi informasi. Bank Data Kesehatan Nasional
menyimpan data kesehatan individu (data disaggregat), data survei, sensus,
penelitian dan data lintas sektor. Platform desiminasi informasi akan berperan
sebagai pintu utama akses data kesehatan dimana semua pemangku kepentingan dan
pemakai data kesehatan bisa mengakses secara online dari mana saja dan
melakukan ”data mining” atau pembuatan laporan secara fleksibel dan
terkomputerisasi. Pelaksana tahap ini adalah Pusdatin Kemenkes.
Tahap 2 – Implementasi SIK komputerisasi di semua komponen sistem
kesehatan (puskesmas, RS, dinkes kabupaten/kota/provinsi). Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah mengalokasikan dana dan melaksanakan implementasi ini secara
bertahap.
Tahap 3 – Pengembangan dan Implementasi mHealth untuk petugas kesehatan
di lapangan. Melihat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan
memiliki banyak lokasi terpencil, mHealth perlu dikembangkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan, pelaporan, dan pembelajaran.
Tahap 4 - Pengembangan dan Implementasi e-Health lainnya, termasuk
telemedicine, distance learning, dll.
2.7 Penyelenggara Sistem Informasi
Kesehatan
Pengelolaan SIK merupakan suatu hal
yang penting dan tidak mudah sehingga memerlukan unit khusus yang fokus dan
kompeten. Pengelolaan SIK diselenggarakan oleh semua tingkatkan manajemen
kesehatan di pusat maupun daerah dan melibatkan semua pemangku kepentingan
(bidang kesehatan dan selain bidang kesehatan). Berikut ini diuraikan
organisasi penyelenggara di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
pelayanan kesehatan.
2.8 Tujuan Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan
Melalui hasil pengembangan sistem informasi diatas,
maka diharapkan dapat menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan
sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
2.
Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan
jaringan akan bersifat interoperable dengan jaringan lain.
3.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan
mensosialisasikan dan mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network
di dalam kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai
komponen sistem di masa depan.
4.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan
mengembangkan kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data
nirkabel universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien
sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
5.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan
merencanakan, mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi
yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
6.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan
secara proaktif mencari, menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan
mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders
7.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan
memanfaatkan website dan access point lain agar data kesehatan dan kedokteran
dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka
memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai
sebaik-baiknya
8.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan
merencanakan pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen,
penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan
pengembangan karir.
9.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan
mengembangkan unit organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber
masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi
kesehatan dan kedokteran.
10. Dapat
digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk
mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif.
11. Mengarah
pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.
2.9 Ruang Lingkup Sistem Informasi
Kesehatan
Ruang
lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup pengelolaan informasi
dalam lingkup manajemen pasien (front office management). Lingkup ini antara
lain sebagai berikut:
1.
Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien
untuk memudahkan pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien
masuk sampai keluar. Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama,
pendaftaran rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
2.
Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit,
seperti: penyakit dalam, bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf,
jiwa, THT, mata, gigi dan mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi,
paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat
diagnosa dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam
medis pasien.
3.
Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan
terhadap pasien, konsultasi dokter, hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
4.
Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi
pemeriksaan seperti: ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan
lain-lain.
5.
Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan
pembayaran untuk rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium,
radiologi, rehab medik), baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak
ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi harian pasien
(laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan
lain-lain.
6.
Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi
inventori dan transaksi obat-obatan. Melalui lingkup manajemen pasien tersebut
dapat diperoleh laporan-laporan mengenai:
2.10 Sistem Informasi klinik
Sistem secara umum dapat didefinisikan
sebagai sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling
bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk
satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan.
Informasi merupakan hasil pengolahan data
sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara
langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang (Edhy
Sutanta : 2003).
Ketika saya berkunjung ke rumah sakit,
kemudian saya juga pernah berobat ke klinik, sistem informasinya berbeda. Yang
akan saya bahas yaitu sistem informasi di klinik khususnya klinik yang ada di
padalarang. Ketika saya berobat kesana, saya di data oleh bagian pendaftaran
yang kemudian di beri nomor antrian namun sebelumnya kita ditanya terlebih
dahulu apakah kita sudah pernah berobat kesana atau belum. Apabila kita belum
pernah, maka kita akan diberi sebuah kartu yang nantinya akan diberikan kepada
dokter ketika sudah giliran kita untuk diperiksa, dimana kartu tersebut
berisikan apa yang menjadi keluhan kita. Setelah diperiksa, obat yang akan
diberikan kepada kitapun dituliskan oleh dokter di kartu tersebut yang kemudian
kartu tersebut diberikan kepada apoteker untuk mengambil obat sesuai yang telah
diresepkan oleh dokter.
fungsi dari adanya bagian pendaftaran yaitu untuk memberikan data pasien yang datang kemudian data
tersebut menjadi informasi yaitu bagian
pendaftaran mengetahui berapa jumlah pasien yang datang pada waktu itu. untuk
kartu yang diberikan kepada pasien tadi, itu disimpan diloker oleh bagian
pendaftaran supaya ketika pasien yang sudah berobat pada waktu itu ketika dia
akan berobat kembali, bagian pendaftaran tidak lagi membuat kartu yang baru,
sebagaimana transformasi data menjadi informasi yaitu input, unit pengolah, dan
output. Input adalah data yang akan diolah oleh unit
pengolahan, dan output adalah informasi sebagai hasil pengolahan data yang
telah diinputkan tersebut.
Sistem
Informasi Klinis
pada sistem ini tidak
hanya membantu dokter dalam menangani masalah
administratif pasien, tetapi lebih dari itu, untuk meningkatkan kualitas
layanan kepada pasien. Sistem informasi kesehatan klinis dapat didukung dengan
sistem pendukung keputusan, yang diantaranya membantu dalam diagnosa penyakit
dan menentukan tindakan medis.
Selain dalam perspektif
arsitektur teknologi saat ini, dimana era teknologi informasi yang semakin
lebih dekat ke arah mobilitas pengguna, ada tiga pengembangan terpenting dalam
sistem informasi kesehatan yaitu:
1. Sistem Informasi
Berbasis Komponen Objek
teknologi
bebasis pada komponen objek mengubah paradigma teknologi berbasis pada
perpindahan data (data-driven technology) menjadi arsitektur berbasis
pada pengetahuan (knowledge-driven technology) yang menekankan pada
proses penyelesaian masalah.
2.
Sistem
Terdistribusi
dalam era keterbukaan dan era keterhubungan, maka
diperlukan mekanisme yang dapat menghubungkan antar satu sistem dengan sistem
yang lain.
3.
Teknologi Mobile
saat ini teknologi mobile seperti handphone,
PDA (personal digital assistant), dan berbagai macam teknologi
wireless lainnya memungkinkan proses komputasi dan pemanfaatan sistem
informasi kesehatan dipergunakan oleh pengguna yang secara fisik tidak terhubung
secara langsung dengan sistem. Sistem ini memungkinkan akses terhadap sistem
informasi kesehatan secara remote maupun secara lokal baik dari sisi administrator maupun pengguna umum (regular
user).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
SIK adalah suatu sistem yang menyediakan dukungan informasi bagi proses
pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi kesehatan, baik di tingkat
unit pelaksana upaya kesehatan, di tingkat kabupaten/kota, di tingkat provinsi,
maupun di tingkat pusat.
Menurut World Health Organization (WHO) dalam buku “Design and
Implementaiton of Health Information System” (2000) bahwa suatu sistem
informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari
suatu sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan
dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan semua jenjang. Sistem
informasi harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen. WHO juga
menyebutkan bahwa SIK merupakan salah satu dari 6 “building blocks” atau
komponen utama dalam suatu sistem kesehatan.
SIK disebut sebagai salah satu dari 7 komponen yang mendukung suatu
sistem kesehatan, dimana sistem kesehatan tidak bisa berfungsi tanpa satu dari
komponen tersebut. SIK bukan saja berperan dalam memastikan data mengenai kasus
kesehatan dilaporkan tetapi juga mempunyai potensi untuk membantu dalam
meningkatkan efisiensi dan transparansi proses kerja.
DAFTAR
PUSTAKA
Kemenkes RI. Pedoman Sistem
Informasi Kesehatan. 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
http://infokes.co.id/index.php/text/209/Sejarah
http://www.dinkes-dki.go.id/sik.htm
http://blogs.unpad.ac.id/s4nti/2011/05/05/sistem-informasi-klinik-di-padalarang/
Komentar
Posting Komentar