ETIKA PROMOSI KESEHATAN

DisusunOleh:
Kelompok 4
Meri Andani
Nisrina
Efa Shintya
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNG KARANG
DIII
KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN
AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang
“Etika Promosi Kesehatan”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua
orang tua yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu
besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Bandar Lampung, Februari 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i........
KATA PENGANTAR................................................................................... ii........
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.......................................................................... 1........
1.2
Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3
Tujuan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Etika Promosi Kesehatan............................................................ 3
2.2 Menetapkan Sasaran................................................................... 5
2.3 Menetapkan Tujuan.................................................................... 6
2.4 Menetapkan Pesan Pokok........................................................... 7
2.5 Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi........................... 7
2.6 Menetapkan Kegiatan Operasional............................................. 8
2.7 Menetapkan Pemantauan dan Evaluasi...................................... 9
2.8 Hubungan Dengan Klien.......................................................... 10
2.9
Kepedulian dengan Determinan Sosial dan
Hubungannya
dengan Kesehatan........................................................................ ..11
2.10 Pertimbangan-Pertimbangan Etis............................................ 12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA
Pembangunan kesehatan
merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, dimana tercantum
dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar peranannya dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka mengimbangi makin
ketatnya persaingan bebas di era globalisasi. Keberhasilan pembangunan kesehatan
tersebut memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan produktif
dengan melibatkan semua sektor terkait termasuk swasta dan masyarakat.
Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah menjadi bidang yang
semakin penting dari tahun ke tahun. Dalam tiga dekade terakhir, telah terjadi
perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian dunia mengenai masalah promosi
kesehatan. Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan
berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka,
melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal
ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang
menitik beratkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha
individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
Bagi individu, promosi kesehatan terkait dengan pengembangan program
kebiasaan kesehatan yang baik sejak muda hingga dewasa dan lanjut usia (Taylor,
2003). Secara kolektif, berbagai sektor, unsur, dan profesi dalam masyarakat
seperti praktisi medis, psikolog, media massa, dll.
1)
Apa pengertian
etika dalam promosi kesehatan?
2)
Bagaimana
menetapkan sasaran promosi kesehatan?
3)
Bagaimana
menetapkan tujuan?
4)
Bagaimana
bentuk operasional kegiatan promosi kesehatan?
5)
Bagaimana upaya
melakukan evaluasi?
6)
Apa saja pertimbangan
etis dalam promosi kesehatan?
1)
Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang pengertian etika dalam promosi kesehatan
2)
Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang bagaimana menetapkan sasaran promosi kesehatan
3)
Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang bagaimana menetapkan tujuan
4)
Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang bagaimana bentuk operasional kegiatan promosi
kesehatan
5)
Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang upaya melakukan evaluasi
6)
Mahasiswa
mampu menjelaskan pertimbangan etis dalam promosi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etika Promosi Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948
disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa
membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.
Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai
berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan
kesehatan.
Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang
kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah
dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan
negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan.
Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang
berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan.
Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global
sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi,
telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan. Kelima,
Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta
semakin maju IPTEK denganinformasi tentang determinan penyebab penyakit telah
menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan
pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma
pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk
lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat
sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu
mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran
yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif
danpreventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan
adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas
dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai,
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat
Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat.
Pada tahun
2002, American Public Health Association secara resmi mengadopsi dua belas
prinsip praktek kode etik untuk umum. Dua belas prinsip yang diuraikan:
1. Kesehatan
masyarakat terutama harus membahas penyebab dasar penyakit dan persyaratan
untuk kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan.
2. Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan masyarakat dengan cara yang
menghormati hak-hak individu dalam masyarakat.
3. Kebijakan kesehatan masyarakat, program, dan
prioritas harus dikembangkan dan dievaluasi melalui proses yang menjamin
kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat.
4. Kesehatan masyarakat harus mengadvokasi dan bekerja untuk pemberdayaan dari
pemuda anggota masyarakat, yang bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya
dasar dan kondisi diperlukan untuk kesehatan dapat diakses oleh semua.
5. Kesehatan masyarakat harus mencari informasi
yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan yang efektif dan program yang
melindungi dan mempromosikan kesehatan.
6. Institusi kesehatan umum harus menyediakan masyarakat dengan informasi yang
mereka miliki yang diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau
program-program dan harus mendapatkan persetujuan masyarakat untuk
pelaksanaannya.
7. Lembaga
kesehatan publik harus bertindak secara tepat waktu pada informasi yang mereka
miliki dalam sumber daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh
masyarakat.
8. Program
kesehatan umum dan kebijakan harus menggabungkan berbagai pendekatan yang
mengantisipasi dan menghormati nilai-nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya
dalam masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang
paling meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.
10. Lembaga kesehatan publik harus melindungi
kerahasiaan informasi yang dapat membawa kerugian bagi individu atau komunitas
jika dibuat publik. Pengecualian harus dibenarkan
11. Atas dasar
kemungkinan tinggi membahayakan signifikan terhadap individu atau orang lain.
12. Lembaga kesehatan publik harus memastikan kompetensi
profesional karyawan mereka. Institusi kesehatan umum dan karyawan mereka harus
terlibat dalam kolaborasi dan afiliasi dengan cara yang membangun kepercayaan
publik dan efektivitas lembaga.
2.2 Menetapkan
Sasaran
1.
Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya
menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai
dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi
kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah
KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan
sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan
dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
2. Sasaran
sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena dengan
memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya
kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya.
Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil
pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan
memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya
promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan
dengan strategi dukungan sosial (social support).
3. Sasaran
tersier
Para pembuat keputusan atau
penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier
pendidikan kesehatan dengan kebijakan – kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para
tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran
primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini
sejalan dengan strategi advokasi.
2.3 Menetapkan
Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh
wilayah Indonesia.
2.4 Menetapkan Pesan Pokok
Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok
program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sektor
lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7 Program
pembangunan kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999) :
1.
Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat
2.
Program lingkungan sehat
3.
Program upaya kesehatan
4.
Program pengembangan sumber daya kesehatan
5.
Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya
6.
Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
7.
Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Untuk
meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai
penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan 10
pogram unggulan kesehatan(DepKes RI, 1999) :
1.
Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan
2.
Program perbaikan gizi
3.
Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi
4.
Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental
5.
Program lingkungan pemukiman, air dan sehat
6.
Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
7.
Program keselamatan dan kesehatan kerja
8.
Program anti tembakau, alkohol dan madat
9.
Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan dan minuman
10. Program pencegahan
kecelakaan, rudapaksa dan keselamatan lalu lintas
2.5 Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi
Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan
perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua
informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasikan dengan dukungan
seperti audio visual (video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet),
visual (flip charts).
2.6 Menetapkan Kegiatan Operasional
Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka yang terpenting adalah
menetapkan kegiatan operasional yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan
dasar:
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum,
cara pencegahan dan pemberantasannya
2. Peningkatan
persediaan pangan dan kecukupan gizi
3. Penyediaan
air minum dan sanitasi dasar
4. Pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pengobatan
dan pengadaan obat
7. Oleh karena pelayanan kesehatan dasar
merupakan kunci untuk mencapai derajat kesehatan yang layak bagi semua, maka
perencanaan, pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien mutlak diperlukan
disamping harus berdasarkan : Perikemanusiaan, Kesehatan sebagai hak asasi,
Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
8.
Pengutamaan upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan preventif
9.
Pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai kebutuhan
10. Dukungan
sumber daya kesehatan
11. Misi
Pembangunan Kesehatan
12. Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010,
telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999)
13. Menggerakkan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan
14. Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010,
para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan
pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Oleh
karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai
penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
15. Mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
16. Perilaku
sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
17. Memelihara
dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
18. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan
adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak hanya
berada ditangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan masyarakat dan potensi
swasta.
19. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
20. Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan
upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah bersifat promotif dan preventif
yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.
21. Strategi
Pembangunan Kesehatan
22. Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan
pada kebijakan nasional, mencakup garis besar kegiatan dimana semua sektor yang
terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaan tersebut. Beberapa hal penting yang
harus diterapkan adalah (DepKes RS, 1999): pembangunan berwawasan kesehatan
23. Setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan
di Indonesia harus memberikan konstribusi positif terhadap kesehatan, yaitu
terbentuknya lingkungan sehat dan pembentukan perilaku sehat.
2.7 Menetapkan
Pemantauan dan Evaluasi
1. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan
teknik perilaku Program promosi Hygiene Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare melalui
pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas. Program ini
dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat.
Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan
pihak yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan sederhana, positif,
menarik yang dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana lokal seperti poster,
leaflet.
2. Mengidentifikasikan perubahan perilaku
masyarakat, dalam tahap ini akan dilakukan identifikasi perilaku beresiko
melalui pengamatan terstruktur. Sehingga dapat ditentukan cara pendekatan baru
terhadap perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak terhindar dari
lingkungan yang terkontaminasi.
3. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat,
langkah-langkah untuk memotivikasi orang untuk mengadopsi perilaku hygiene
termasuk memilih beberapa perubaha perilaku yang diharapkan dapat diterapkan.
4. Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok
sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi terfokus, wawancara dan
melalui uji coba perilaku
5. Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau
melakukan perubahan perilaku.
6. Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif,
menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran.
2.8 Hubungan
Dengan Klien
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal
ini ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam
merubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat.
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal
PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit
menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas.
Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan
masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut
(Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan
kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat
serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi
dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengan
promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil
bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat
untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal
yang cukup untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat
dimana mereka bekerja.
2.9 Kepedulian dengan Determinan Sosial dan Hubungannya dengan Kesehatan
Perilaku adalah resultan antar stimulus (faktor eksternal) dengan respons
(faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Perilaku
seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor – faktor baik
dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk
perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan ada 3 teori
yang sering menjadi acuan dalam penelitian – penelitian kesehatan yaitu :
1. Teori
Lawrence Green
Ada 2 determinan masalah
kesehatan tersebut yaitu Behavioral factor (faktor perilaku) dan Non Behavioral
factor (faktor non perilaku). Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3 faktor
utama yaitu :
a. Faktor
– faktor predisposisi, yaitu faktor – faktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai – nilai, tradisi dan sebagainya.
b. Faktor
– faktor pemungkin, yaitu faktor – faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan.
c. Faktor – faktor penguat, yaitu faktor- faktor
yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
2. Teori
Snehandu B.Karr
Mengidentifikasi adanya 5
determinan perilaku, yaitu :
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk
bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar dirinya.
b. Adany
dukungan dari masyarakat sekitar (social support)
c. Terjangkaunya
informasi, yaitu tersedianya informasi – informasi terkait dengan tindakan yang
akan di ambil oleh seseorang
d. Adanya
otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan
e. Adanya kondisi dan situasi yang memuingkinkan
3. Teori
WHO
Ada 4 determinan yaitu :
a. Pemikiran
dan perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku
b. Adanya
acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
c. Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung
untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat
d. Sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk
terbentuknya perilaku seseorang.
2.10
Pertimbangan-Pertimbangan Etis
Pertimbangan-pertimbangan
etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yakni :
1. Promotor kesehatan tidak akan secara sengaja
menunda pelayanan atau informasi, dilihat dari status pengetahuan sekarang yang
dapat memberikan manfaat kepada klien, mereka berusaha mengikuti perkembangan
promosi kesehatan
2. Promotor kesehatan akan menghargai
kerahasiaan informasi yang dapat mereka akses kecuali atas permintaan hokum dan
demi kepentingan klien
3. Promotor kesehatan harus tidak melakukan
kegiatan promosi kesehatan yang tidak kompoten bisa kerjakan.
Upaya promosi kesehatan merupakan
tanggung jawab bersama. Olehkarena itu, promosi kesehatan perlu didukung oleh
semua pihak yang berkepentingan. Rancangan program promosi kesehatan yang
dilaksanakan oleh bidan melalui program kemitraan pelayanan persalinan terpadu.
Program ini diharapkan dapat membantu peningkatan upaya keselamatan ibu dengan
menjalin kemitraan lintas sektoral yang terkait. Bentuk kemitraan terdiri atas
kemitraan dengan masyarakat, dukun bayi, organisasi IBI, dan dengan penentu
kebijakan ( pemerintah atau tokoh masyarakat) dalam mendukung pelayanan
kesehatan reproduksi. Kemitraan mengandung arti saling bertukar pengetahuan,
sumber daya, dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa kegiatannya
meliputi pelatihan dukun bayi, pendidikan/pelatihan kaum wanita dan pria
tentang persalina dirumah, keluarga berencana, mengembangkan persiapan rujukan
kerumah sakit, serta mengembangkan materi informasi tentang kesehatan
reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, Sinta.
2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
http://phls.org/CMSuploads/Principles-of-the-Ethical-Practice-of-PH-Version-2.2-68496.pdf
Komentar
Posting Komentar