PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN ANTIKORUPSI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAN ANTIKORUPSI

DI SUSUN OLEH:
Ayu Diah Pangesti
Cahyaning Tiara
Dewi
Seri Yunita Marlena
POLITENIK KESEHATAN
TAJUNGKARANG
D IV KEBIDANAN
TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi Pendidikan dan Budaya
Anti Korupsi.
Harapan
saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena
itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Bandar Lampung, 19 september
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah............................................................................................. 1
1.3
Tujuan............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Korupsi.......................................................................................... 2
2.2 Jenis-Jenis
Korupsi.......................................................................................... 3
2.3 Model,
Bentuk dan Jenis Korupsi................................................................... 7
BAB III KASUS
BAB IV ANALISIS KASUS
BAB V PE NUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................... 10
5.2
saran-saran....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Korupsi,berasal
dari Bahasa latin "Corruptio atau Corruptus", yang kemudian muncul
pada bahasa Ingris dan Perancis "Corruption" dalam bahasa Belanda
"Korruptie",dan selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan sebutan
"Korupsi" (Dr.Andi Hamzah, S.H.,1958: 143),Korusi berarti Jahat atau
Busuk (John M Echols dan Hassan Shadily,1997: 149),sedangkan A.I.N Kramer ST,
menerjemahkannya sebagai busuk,rusak atau dapat disuapi (A.I.N. Kramer ST,
1997: 62) oleh karena itutindak Pidana Korupsi berarti suatu detik akibat perbuatan
buruk,busuk,jahat,rusak,atau suap.
Istilah
korupsi pertama kali muncul pada khasanah hukumindonesia dalam Peraturan
Penguasa Perang Nomor Prt/Perpu/013/1958 tentang Peraturan Pemberantasan
Korupsi.Kemudian, dimasukkan juga dalam Undang-undang Nomor 24/Prp/1960 tentang
Pengusutan Penuntutan dan pemeriksaan Tindak Piidana Korupsi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa itu korupsi?
2.
Ada berapa jenis-jenis korupsi?
1.3 Tujuan
1.
Memeahami korupsi di indonesia.
2.
Mengerti dan memahami jenis-jenis korupsi di indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Korupsi,berasal
dari Bahasa latin "Corruptio atau Corruptus", yang kemudian muncul
pada bahasa Ingris dan Perancis "Corruption" dalam bahasa Belanda
"Korruptie",dan selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan sebutan "Korupsi"
(Dr.Andi Hamzah, S.H.,1958: 143),Korusi berarti Jahat atau Busuk (John M Echols
dan Hassan Shadily,1997: 149),sedangkan A.I.N Kramer ST, menerjemahkannya
sebagai busuk,rusak atau dapat disuapi (A.I.N. Kramer ST, 1997: 62) oleh karena
itutindak Pidana Korupsi berarti suatu detik akibat perbuatan
buruk,busuk,jahat,rusak,atau suap.
Istilah
korupsi pertama kali muncul pada khasanah hukumindonesia dalam Peraturan
Penguasa Perang Nomor Prt/Perpu/013/1958 tentang Peraturan Pemberantasan
Korupsi.Kemudian, dimasukkan juga dalam Undang-undang Nomor 24/Prp/1960 tentang
Pengusutan Penuntutan dan pemeriksaan Tindak Piidana Korupsi.
2.2
Jenis-Jenis
Korupsi
Jenis-jenis korupsi
Memperhatikan
Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001,maka tindak
Pidana Korupsi itu dapat dilihat dari dua segi yaitu korupsi Aktif dan Korupsi
Pasif, Adapun yang dimaksud dengan Korupsi
Aktif adalah sebagai berikut :
- Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
-
Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau dapat merugikan keuangan Negara,atau
perekonomian Negara (Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
-Memberi
hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang
melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal 4 Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999)
- Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak pidana Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
- Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak pidana Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
- Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
- Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara karena atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 20 Tagun 2001)
- Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
- Pemborong,ahli bangunan yang
pada waktu membuat bangunan atau penjual bahan bangunan yang pada waktu
menyerahkan bahan bangunan,melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan
keamanan orang atau barang atau keselamatan negara dalam keadaan perang (Pasal
(1) huruf a Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
-Setiap
ot\rang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan
bangunan,sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a
(Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
- Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara nasional Indonesia atau Kepolisian negara Reublik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang (Pasal 7 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
-
Setiap orrang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara
nasional indpnesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja
mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c (pasal 7 ayat (1)
huruf d Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
-
Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yyang di tugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu,dengan sengaja
menggelapkan uang atau mebiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau
digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut
(Pasal 8 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
-
Pegawai negeri atau selain Pegawai Negeri yang diberi tugas menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu,dengan sengaja memalsu
buku-buku atau daftar-daftar khusus pemeriksaan administrasi (Pasal 9
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
-
Pegawai negeri atau orang selain Pegawai Negeri yang diberi tugas menjalankan
suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu dengan
sengaja menggelapkanmenghancurkan,merusakkan,atau mebuat tidak dapat dipakai
barang,akta,surat atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan
di muka pejabat yang berwenang yang dikuasai karena jabatannya atau membiarkan
orang lain menghilangkan,menghancurkan,merusakkan,attau membuat tidak dapat
dipakai barang,akta,surat atau daftar tersebut (Pasal 10 Undang-undang Nomor 20
tahun 2001)
-
Pegawai negeri atau Penyelenggara Negara yang :
a. Dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang antara
lain secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu atau menerima pembayaran dengan potongan atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri (pasal 12 e undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
lain secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu atau menerima pembayaran dengan potongan atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri (pasal 12 e undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
b.Pada waktu menjalankan tugas meminta,menerima atau memotong pembayaran kepada pegawai Negeri atau Penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai hutang kepadanya.padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan mrupakan hutang (huruf f)
c Pada waktu menjalankan tugas meminta atau menerima pekerjaan atau penyerahan barang seplah-olah merupakan hutang pada dirinya,padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan hutang (huruf g)
d. Pada waktu menjalankan tugas telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai,seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan,telah merugikan orang yang berhak,apadahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau
e. baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,pengadaan,atau persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan,untuk seluruhnya atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya (huruf i)
-
Memberi hadiah kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang
yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan itu (Pasal 13 Undang-undang Nomor
31 Tahun 1999).
Sedangkan Korupsi
Pasif adalah sebagai berikut :
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
- Hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili atau untuk mepengaruhi nasihat atau pendapat yang diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili (Pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 20 Tahun 2001)
- Orang yang menerima penyerahan bahan atau keparluan tentara nasional indonesia, atau kepolisisan negara republik indonesia yang mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau c Undang-undang nomor 20 tahun 2001 (Pasal 7 ayat (2) Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan utnuk mengerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya,atau sebaga akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (pasal 12 huruf a dan huruf b Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
- Hakim yang enerima hadiah atau janji,padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau
janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili (pasal 12 huruf c Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
-
Advokat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut
diduga,bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat uang diberikan berhubungan dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili (pasal 12 huruf d Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
-
Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi yang
diberikan berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya (pasal 12 Undang-undang nomor 20 tahun 2001).
sedangkan dalam prakteknya kita kenal ada dua jenis korupsi yaitu :
a. Adminstrative Coruption
dimana
segala sesuatu yang dijalankan adalah sesuai dengan hukum/peraturan yang
berlaku.Akan tetapi individu-individu tetentu memperkaya dirinya
sendiri.Misalnya proses rekruitmen pegawai negeri,dimana dilakukan dalam
negeri,dimana dilakukan ujian seleksi mulai dari seleksi administratif sampai
ujian pengetahuan atau kemampuan,akan tetapi yang harus diluluskan sudah tertentu
orangnya.

b.Against The Rule Corruption
Artunya
korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya bertentangan dengan hukum,misalnya
penyuapan,penyalahgunaan jabatan untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau korporasi.

2.3 Model, Bentuk dan Jenis Korupsi
Tindak
pidana korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan, penyuapan dan
gratifikasi pada dasarnya telah terjadi sejak lama dengan pelaku mulai dari
pejabat negara sampai pegawai yang paling rendah. Korupsi pada hakekatnya
berawal dari suatu kebiasaan (habit) yang tidak disadari oleh setiap aparat,
mulai dari kebiasaan menerima upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas tertentu
ataupun yang lain dan pada akhirnya kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi
bibit korupsi yang nyata dan dapat merugikan keuangan negara.
Beberapa bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:
Beberapa bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Penyuapan (bribery) mencakup
tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa uang maupun barang.
2.
Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan
pencurian sumber daya yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang mengelola
sumber daya tersebut, baik berupa dana publik atau sumber daya alam
tertentu.
3.
Fraud, merupakan suatu tindakan
kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan (trickery or swindle). Termasuk
didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi informasi dan fakta dengan tujuan
mengambil keuntungan-keuntungan tertentu.
4.
Extortion, tindakan meminta uang atau
sumber daya lainnya dengan cara paksa atau disertai dengan
intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Lazimnya
dilakukan oleh mafia-mafia lokal dan regional.
5.
Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan
kekuasaan yang berimplikasi pada tindakan privatisasi sumber daya.
Melanggar
hukum yang berlaku dan merugikan negara. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara
kolektif atau korupsi berjamaah. Jenis
korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M.
Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu (Anwar,
2006:18):
1.
Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap
yang dilakukan pengusaha kepada penguasa.
2.
Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang
yang memiliki kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk
membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha ekonominya.
3.
Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena
ada ikatan kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya.
4.
Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok
kekayaan negara secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan
sejumlah keuntungan pribadi.
Diantara
model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis adalah: pungutan liar,
penyuapan, pemerasan, penggelapan, penyelundupan, pemberian (hadiah atau hibah)
yang berkaitan dengan jabatan atau profesi seseorang.
Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam Toward a General Theory of Official Corruption menguraikan secara rinci bentuk-bentuk korupsi yang umum dikenal, yaitu:
Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam Toward a General Theory of Official Corruption menguraikan secara rinci bentuk-bentuk korupsi yang umum dikenal, yaitu:
1.
Berkhianat,
subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.
2.
Penggelapan
barang milik lembaga, swastanisasi anggaran pemerintah, menipu dan
mencuri.
3.
Penggunaan
uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan uang, mengalirkan uang
lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak, menyalahgunakan dana.
4.
Penyalahgunaan
wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, memberi ampun dan grasi tidak
pada tempatnya.
5.
Menipu
dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan memperdaya,
memeras.
6.
Mengabaikan
keadilan, melanggar hukum, memberikan kesaksian palsu, menahan secara tidak
sah, menjebak.
7.
Tidak
menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain seperti
benalu.
8.
Penyuapan
dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan, meminta komisi.
9.
Menjegal
pemilihan umum, memalsukan kartu suara, membagi-bagi wilayah pemilihan umum
agar bisa unggul.
10.
Menggunakan
informasi internal dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi; membuat
laporan palsu.
11.
Menjual
tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan surat izin
pemrintah.
12.
Manipulasi
peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak, dan pinjaman
uang.
13.
Menghindari
pajak, meraih laba berlebih-lebihan.
14.
Menjual
pengaruh, menawarkan jasa perantara, konflik kepentingan.
15.
Menerima
hadiah, uang jasa, uang pelicin dan hiburan, perjalanan yang tidak pada
tempatnya.
16.
Berhubungan
dengan organisasi kejahatan, operasi pasar gelap.
17.
Perkoncoan,
menutupi kejahatan.
18.
Memata-matai
secara tidak sah, menyalahgunakan telekomunikasi dan pos.
19.
Menyalahgunakan
stempel dan kertas surat kantor, rumah jabatan, dan hak istimewa jabatan.
BAB III
KASUS
1.korupsi yang dilakukan oleh Bupati Sleman
nonaktif Ibnu Subiyanto. Dimana bupati tersebut terbukti bersalah melanggar Pasal 2 Ayat (1)
jo Pasal 18 UU No 31/1999 yang telah diubah dan ditambah dengan UU No.20 tahuin 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 jo
Pasal 64 ayat (1) KUHP.
Yang bersangkutan dinilai terbukti melakukan
korupsi pengadaan buku ajar SD, SMP, dan SMA Dinas Pendidikan Sleman senilai Rp
10 miliar. Dengan tuntutan 6 (enam) tahun penjara dan denda senilai Rp 500 juta
subsider 6 (enam) bulan penjara.
Hal ini menjadi persoalan karena pada akhirnya
bupati Sleman tersebut hanya divonis 4 (empat) tahun penjara oleh majelis hakim
yang dipimpinan Heri Supriono dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Sleman di
Jalan KRT Pringgodiningrat pada tanggal 14 Januari 2010. Dengan denda Rp 200
juta subsider 3 bulan penjara, di potong masa tahanan dan memutuskan terdakwa
tetap ditahan.
2.Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera
Selatan, Rizal Abdullah, disangkakan telah menyalahgunakan wewenang dalam
proyek Wisma Atlet dan gedung serbaguna Provinsi Sumatera Selatan 2010-2011.
Saat proyek Wisma Atlet berlangsung, dia menjabat sebagai ketua komite proyek.
Dia disangkakan melanggar Pasal 2 ayat (1) dan atau Pasal 3 Undang-undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana. Ditengarai dia melakukan penggelembungan
harga dan menyebabkan negara merugi hingga Rp 25 miliar.
PT Duta Graha Indah (saat ini bernama PT Nusa Bakti Engineering) merupakan kontraktor utama proyek Wisma Atlet. Perseroan itu dibawa oleh pemilik Grup Permai, Muhammad Nazaruddin, buat memenangkan proyek itu. Mereka mendapat pekerjaan itu, setelah memberikan sejumlah duit pelicin kepada anggota DPR dan Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin.
PT Duta Graha Indah (saat ini bernama PT Nusa Bakti Engineering) merupakan kontraktor utama proyek Wisma Atlet. Perseroan itu dibawa oleh pemilik Grup Permai, Muhammad Nazaruddin, buat memenangkan proyek itu. Mereka mendapat pekerjaan itu, setelah memberikan sejumlah duit pelicin kepada anggota DPR dan Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin.
3.Nama yang akhir-akhir ini mencuat karena namanya disebut
oleh mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji memiliki uang sebesar Rp 25 miliar
dalam rekening pribadinya. Hal tersebut sangat mencuri perhatian karena Gayus
Tambunan hanyalah seorang PNS golongan III A yang mempunyai gaji berkisar
antara 1,6-1,9 juta rupiah saja.
Lelaki yang memiliki nama lengkap Gayus Halomoan Tambunan
ini bekerja di kantor pusat pajak dengan menjabat bagian Penelaah Keberatan
Direktorat Jenderal Pajak. Posisi yang sangat strategis, sehingga ia dituduh
bermain sebagai makelar kasus (markus). Kasus pun berlanjut karena di duga
banyak pejabat tinggi Polri yang terlibat dalam kasus Gayus. Gayus dijadikan
tersangka oleh Polri pada November 2009 terkait kepemilikan uang yang
mencurigakan di rekeningnya mencapai Rp 25 miliar. Gayus terindikasi melakukan
pidana korupsi, pencucian uang, dan penggelapan senilai Rp 395 juta.
Namun di persidangan, jaksa hanya menjerat pasal penggelapan
saja, dengan alasan uang yang diduga hasil korupsi telah dikembalikan. Sisa
uang Rp 24,6 miliar, atas perintah jaksa, blokirnya dibuka. Hakim pun
memutuskan Gayus divonis 6 bulan penjara dan masa percobaan setahun
"Menjatuhkan pidana terhadap Anas Urbaningrum
dengan pidana penjara selama delapan tahun," kata majelis hakim dalam
sidang yang berakhir sekitar pukul 18.10 WIB, Rabu (24/09) petang.
Anas juga dihukum harus membayar pidana denda
sebesar Rp300 juta dan harus membayar uang penganti kerugian negara sedikitnya
Rp 57,5 miliar.
Putusan ini berbeda dengan tuntutan jaksa yang
menuntut Anas dihukum 15 tahun penjara, membayar uang pengganti Rp 94,18 miliar
dan mencabut hak politiknya.
Atut sudah beberapa kali diperiksa
penyidik KPK dalam kasus dugaan suap yang menyeret mantan Ketua Mahkamah
Konstitusi, Akil Mochtar pada sengketa Pemilihan
Kepala Daerah Lebak, Banten.
Adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, sudah
lebih dahulu dinyatakan sebagai tersangka dalam dugaan suap tersebut.
"Telah ditemukan lebih dari dua alat bukti
untuk meningkatkan dan menetapkan status dalam kasus ini," kata Ketua KPK
Abraham Samad saat mengumumkan kemajuan kasus ini, Selasa (17/12) siang.
BAB IV
ANALISIS KASUS
.1. Berbagai elemen
penggiat antikorupsi ikut berperan dengan cara terus mendorong penuntasan kasus yang melibatkan Bupati
Sleman ini untuk dituntaskan. Dalam mengawasa kasus buku ini membutuhkan waktu kurang
lebih selama empat tahun. Oleh karena kasus ini terungkap sejak tahun 2005 tapi
baru diajukan ke pengadilan negeri pada bulan Mei 2009.
2..
Awalnya, Nazaruddin
mengincar proyek Hambalang dan Wisma Atlet. Karena perusahaannya tidak mampu
mengerjakan proyek, akhirnya suami Neneng Sri Wahyuni itu menggandeng PT Duta
Graha Indah, sebagai salah satu kontraktor dikenal memiliki reputasi baik, dan
bermitra dengan Grup Permai miliknya.
3. Setelah dilakukan pemeriksaan, dari
uang total Rp 25 miliar, uang sejumlah Rp 395 juta disita, dan sisanya sebesar
Rp 24,6 miliar pun hilang entah kemana dan tidak ada pembahasan lanjut mengenai
uang sebesar itu. Dalam kasus ini, Gayus dijerat 3 pasal sekaligus, yakni
Korupsi, Pengelapan Uang dan Pencucian Uang. Tetapi pada persidangan ia hanya
didakwa kasus Penggelapan Uang saja. Alhasil, hukuman sangat ringan pun ia
dapatkan, yaitu 1 tahun. Tetapi, tak lama kemudian, Gayus pun malah dibebaskan.
Dikarenakan ada penghapusan pasal yang dilakukan jaksa, yakni menghilangkan
pasal korupsi dan pencucian uang dan hanya mengenakan pasal penggelapan,
Berita terakhir
menyebutkan bahwa Gayus Tambunan sudah tertangkap. Gayus di vonis hanya 6 bulan
dengan masa percobaan 1 tahun. Gayus Tambunan (GT) ternyata telah dijatuhi
hukuman melalui vonis di Pengadilan Negeri Tangerang hanya selama 6 bulan
dengan masa percobaan 1 tahun. Vonis itu lebih rendah dari tuntutan Jaksa
Penuntut Umum 1 tahun penjara dengan masa percobaan 1 tahun.Proses hukumnya
berlangsung 23 Februari 2010 dimana Gayus tambunan dituntut hukuman 6 bulan dengan percobaan
hukuman 1 tahun oleh JPU. saat naik di Kejaksaan Negeri, tuntutan berubah
menjadi 1 tahun penjara dengan masa percobaan 1 tahun.
4.
Putusan ini berbeda dengan tuntutan jaksa yang menuntut Anas dihukum 15 tahun
penjara, membayar uang pengganti Rp 94,18 miliar dan mencabut hak politiknya.
Di hadapan majelis hakim, Anas Urbaningrum
menyatakan, vonis terhadap dirinya "tidak adil karena tidak didasarkan
fakta persidangan."
Anas dan jaksa penuntut umum kemudian meminta waktu
sepekan untuk "berpikir" mengajukan upaya banding atau tidak.
Dalam amar putusannya, dua orang majelis hakim
sempat mengajukan perbedaan pendapat
5.
Dalam kasus yang saat ini ditangani KPK, ia dikenai pasal 6 ayat 1a UU Tipikor,
juncto pasal 55 ayat 1 KUHP.
"Dalam kasus tersebut tersangka Atut Chosiyah
dinyatakan bersama-sama atau turut serta dengan tersangka TCW dalam kasus
pemberian terhadap ketua MK Akil Mochtar," tambah Samad.
Sementara untuk kasus Alkes, menurut Samad sudah
disepakati para penyidik penetapan Atut sebagai tersangka, "namun masih
perlu direkonstruksikan perbuatan serta pasal-pasalnya".
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Pendidikan
anti korupsi dini sebagai langkah awal terhadap penanganan
kasus korupsi yang bermula dari diri sendiri dan diharapkan
berimplikasi terhadap kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam jangka panjang, pendidikan anti
korupsi dini diharapkan mampu mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas
dari KKN serta mampu melaksanakan Undang-Undang Dasar ’45 demi
terwujudnya good goverment. Pendidikan anti korupsi dini diharapkan
mampu memberikan pola pikir baru terhadap generasi muda dalam mewujudkan negara
yang bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Pedidikan merupakan salah satu tonggak
kehidupan masyarakat demokrasi yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil
dalam hal pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam
kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter
bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi mahasiswa. Karena pada dasarnya
mereka adalah agen perubahan bangsa dalam perjalanan sejarah bangsa.
Dengan kemampuan intelektual
yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni terlah
terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah
perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini
telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen perubahan (agent of change).
5.2 SARAN-SARAN
1. Perlu
peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti korupsi dini
sebagai figur dalam pembentukan karakter. Karena pendidikan utama yang paling
awal didapatkan generasi muda berasal dari keluarga.
2. Pemerintah
dalam halnya melalui Dinas Pendidikan memformulas kan pendidikan anti korupsi
dalam mata pelajaran pada jenjang pendidikan formal.
3. Pendidikan
anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan Tinggi sebagai
mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, Mahasiswa sebagai salah satu
bagian dari generasi penerus bangsa memiliki kompetensi intelektual, ide-ide
inovatif, kebijakan, dan pola pikir yang lebih diplomatis menjadikan mereka
agen perubahan pembelajaran kehidupan kebangsaan.
4. Pendidikan
Anti Korupsi (PAK) di tingkat Perguruan Tinggi memberikan pembelajaran lebih
efektif dan pengalaman aktif bagi mahasiswa tentang realitas sosial,
masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi, pelayanan umum, dll. Sehingga
termotivasi untuk kreatif dan mandiri mengajak dirinya sendiri, keluarga dan
lingkungannya untuk proaktif memberantas korupsi.
5. Pemerintah
seharusnya mampu memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat
kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.
6. Adanya
kerjasama masyarakat, pemerintah serta instansi terkait secara sinergis untuk
dapat mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan anti korupsi dini di segala
aspek kehidupan.
7. Salah
satu cara memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang independen
yang khusus menangani korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html (24/11/2014)
Razib,
Rizal : 2013. Peran Pemuda dalam
Pemberantasan Korupsi di Indonesia; Internalisasi Tiga Ajaran Ki Hajar
Dewantara.http://rizalrazib.blogspot.com/2011/11/peran-pemuda-dalampemberantasan.html
Komentar
Posting Komentar