MAKALAH SISTEM REPRODUKSI PROMOSI KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DENGAN PROSEDUR SKRINING BERKALA : SKRINING KANKER PAYUDARA (SADARI) DAN SKRINING KANKER SERVIKS DENGAN PAP SMEAR
MAKALAH SISTEM REPRODUKSI
PROMOSI
KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DENGAN PROSEDUR SKRINING BERKALA : SKRINING KANKER PAYUDARA
(SADARI) DAN SKRINING KANKER SERVIKS DENGAN PAP SMEAR

OLEH KELOMPOK 2
APRILIA IKA
PURNAMA SARI
AYU TRIYANI
DELLA
ELDINA
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN
DIII KEBIDANAN

KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Promosi Kesehatan Sistem Reproduksi
Dengan Prosedur Skrining Berkala : Skrining Kanker Payudara (SADARI) Dan
Skrining Kanker Serviks Dengan Pap Smear”. Proposal ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah sistem reproduksi I.
Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa
bantuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini
kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah sistem
reproduksi dan teman kelompok yang telah memberikan arahan dan masukan.
Kami menyadari bahwa makalah
ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Atas perhatian dan dukungannya,
kami mengucapkan terima kasih.
Bandar Lampung, Februari 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL..................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang................................................................................. 1
1.2.Rumusan
Masalah............................................................................ 2
1.3.Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kanker
Payudara (Ca. Mamae)...................................................... 4
2.2 Kanker
Serviks (Ca. Cerviks).......................................................... 9
2.3 Skrining
Kanker Payudara (SADARI)........................................ 12
2.4 Skrining
Kanker Serviks Dengan Pap Smear.............................. 21
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 24
3.2 Saran............................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kanker adalah proses penyakit yang
bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel
abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara bnormal,
mengakibatkan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkaan sekitar sel tersebut
(Brunner&Suddarth, 2002). Selama rentang kehidupan seseorang, berbagai
jaringan tubuh normalnya mengalami periode perumbuhan atau proliferatif yang
harus dibedakan dari aktivitas pertumbuhan maligna.. terdapat beberapa pola
pertumbuhan sel dan disebut dengan istilah hyperplasia, metaplasia, dysplasia,
anaplasia dan neoplasia. Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Ketika sejumlah sel
di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali inilah yang
disebut kanker payudara (Luwia, 2003). Sedangkan kanker serviks adalah kanker
yang terdapat pada serviks atau leher rahiim, yaitu area bagian bawah rahim
yang menghubungkan rahim dengan vagina (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, who
menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena
jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun.
Ada beberapa
cara agar dapat mememriksa untuk mengetahui, mencegah dan meminimalkan angka
kematian pada penderita kanker payudara dan kanker serviks. Dapat dilakukan
skrining kanker payudara (sadari) dan skrining kanker serviks dengan pap smear.
Hal tersebut dapat dilakukan oleh perawat sebagai pemberi edukasi sehingga
dapat dilakukan promosi kesehatan kepada masyarakat luas agar lebih perdulu
akan kesehatannya.
1.2.Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa
yang dimaksud dengan kanker payudara (Ca. Mamae) ?
1.2.2
Bagaimana
skrining kanker payudara (SADARI) ?
1.2.3
Apa
yang dimaksud dengan kanker serviks (Ca. Cerviks) ?
1.2.4
Bagaimana
skrining kanker serviks dengan pap smear ?
1.3.Tujuan
1.3.1 Tujuan
Umum
1.
Mengetahui
tentang kanker payudara (Ca. Mamae).
2.
Mengetahui
skrining kanker payudara (SADARI).
3.
Mengetahui
tentang kanker serviks (Ca. Cerviks).
4.
Mengetahui
skrining kanker serviks dengan pap smear.
1.3.2 Tujuan
Khusus
1.
Mendeskripsikan
definisi kanker payudara.
2.
Mendeskripsikan
etiologi kanker payudara.
3.
Mendeskripsikan
faktor resiko kanker payudara.
4.
Mendeskripsikan
patofisiologi kanker payudara.
5.
Mendeskripsikan
manifestasi klinis kanker payudara.
6.
Mendeskripsikan
stadium kanker payudara
7.
Mendeskripsikan
pencegahan kanker payudara.
8.
Mendeskripsikan
skrining kanker payudara (SADARI).
9.
Mendeskripsikan
definisi kanker serviks.
10.
Mendeskripsikan
etiologi kanker serviks.
11.
Mendeskripsikan
faktor resiko kanker serviks.
12.
Mendeskripsikan
patofisiologi kanker serviks.
13.
Mendeskripsikan
manifestasi klinis kanker serviks.
14.
Mendeskripsikan
klasifikasi kanker serviks.
15.
Mendeskripsikan
pencegahan kanker serviks.
16.
Mendeskripsikan
skrining kanker serviks dengan pap smear.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Kanker
Payudara (Ca. Mamae)
2.1.1 Definisi
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan
lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Kanker
payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh
berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada
bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang
di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Kanker
payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan
jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Kanker payudara
adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai
tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan
ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)
Kanker
payudara adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang
menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono,
2006).
2.1.2 Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik
dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal dan
kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker payudara
(Brunner & Suddarth, 2002). Banyak faktor yang diprediksi menjadi penyebab
terjadinya kanker payudara (John Cleese, 2010) :
1.
Genetik
Genetik merupakan faktor penting karena
kejadian kanker payudara akibat kelainan genetik sebesar 5-10%. Untuk
mengenalinya cukup mudah yaitu dengan mengumpulkan riwayat keluarga yang
terkenan kanker payudara dan memetakannya dalam bentuk silslah. Riwayat
keluarga yang perlu dicatat diantaranya adalah kanker oayudara pada ibu atau
saudara perempuanyang terkena kanker payudara pada umur dibawah 50 tahun atau
keponakan dengan jumlah lebih dari dua (Luwia, 2003).
2.
Hormon
estrogen
Hormon estrogen adalah hormon yang
berperan dalam proses tumbuh kembang organ seksual wanita. Hormon estrogen
justru sebagai penyebab awal kanker pada sebagian wanita. Hal ini disebabkan
adanya reseptor estrogen pada sel-sel epitel saluran kelenjar susu. Hormon
estrogen yang menempel pada saluran ini, lambat laun akan mengubah sel-sel
epitel tersebut menjadi kanker (Luwia, 2003). Penggunaan KB hormonal seperti
pil, suntik KB dan susuk yang mengandung banyak dosis estrogen meningkatkan
resiko kanker payudara (John Cleese, 2010).
3.
Lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat menjadi
pemicu kanker payudara. Lingkungan tersebutberupa paparan radiasi bahan-bahan
radioaktif, sinar X dan pencemaran bahan kimia. Resiko kanker payudara meningka
apabila radiasi terjadi sebelum umur 40 tahun (Luwia, 2005).
2.1.3
Faktor
Resiko
Faktor-faktor
yang memiliki resiko dan berhubungan dengan terjadinya kanker payudara
diantaranya adalah :
1. Umur
Wanita
yang berumur lebih dari 40 tahun mempunyai resiko kanker payudara lebih besar
dibandingkan umur kurang dari 40 tahun. Hal ini di karenakan pada umur ini
kebanyakan wanita melakukan mamografi pada program pemeriksaan payudara
setempat. Banayak kasus kanker payudara yang ditemukan terjadi pada wanita
berumur antara 40-64 tahun (Wilensky dan Lincoln, 2008).
2. Jenis
kelamin
Jenis
kelamin berpengaruh untuk terjadinya kanker payudara, wanita mempunyai resiko
lebih tinggi dibandingkan pria. Menurut penelitian di Inggris 99% dari semua
kasus kanker payudara terjadi pada wanita dan pada pria hanya 1% saja (John
Cleese, 2010).
3. Umur
menarche
Pada
wanita yang riwayat menarchenya lambat insedensinya lebih rendah akan tetapi
menarche awal (dibawah 12 tahun) termasuk dalam faktor resiko terjadinya kanker
payudara (Luwia, 2003).
4. Umur
menopause
Wanita
yang umur menopausnya terlambat atau lebih dari 50 tahun mempunyai resiko
terkena kanker payudara leih besar dibandingkan wanita yang umur menopousnya
normal yaitu umur kurang dari 50 tahun (Luwia, 2003).
5. Riwayat
keluarga dengan kanker payudara (genetik)
Resiko
terkena kanker payudara meningkat pada wanita yang mempunyai ibu atau saudara
perempuan yang terkena kanker payudara. Semua saudara dari penderita kanker
payudara memiliki peningkatan resiko mengalami kanker payudara (Wilensky dan
Lincoln, 2008).
6. Paritas
Paritas
merupakan keadaan yang menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan. Wanita
yang tidak mempunyai anak (nullipara)
mempunyai resiko insiden 1,5 lebih tinggi dari pada wanita yang mempunyai anak
(multipara) (Wilensky dan Lincoln, 2008).
7. Tidak
menyusui anak
Menyusui
merupakan salah satu faktor penting yang memberikan proteksi terhadap resiko
kanker payudara. Wanita yang tidak menyusui bayinya, mempunyai resiko yang
tinggi karena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang menyusui bayinya
(Bustan, 2007).
2.1.4
Patofisiologi
Diagosa kanker
dapat ditegakkan dengan baik terutama untuk melakukan pengobatan yang tepat.
Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri
proliferasi yang berlebihan dan tidak berguna, yang tidak mebgikuti pengaru
jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya atau terjadi metastase
dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Perubahan secara
biokimiawi dan genetis terjadi di dalam sel tersebut terutama dalam inti sel.
Hampir semua tumor ganas berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel
normal (Wilensky dan Lincoln, 2008).
Menurut Luwia (2003),
proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase yaitu :
1. Fase
induksi : 15-30 tahun
Kontak
dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai dapat merubah jaringan
dysplasia menjadi tumor ganas.
2. Fase
insitu : 5-10 tahun
Terjadi
perubahan jaringan menjadi lesi “pre
cancerous” yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru,
saluran cerna, kulit dan akhirnya juga di payudara.
3. Fase
invasi : 1-5 tahun
Sel
menjadi ganas, berkembang baik dan menginfiltrasi melalui membran sel jaringan
sekitarnya dan melalui pembuluh darah serta saluran limfa.
4. Fase
desiminasi : 1-5 tahun
Terjadi
penyebaran ke tempat lain
2.1.5
Manifestasi
Klinis
Penemuan
dini kanker payudara masih, kebanyakan ditemukan jika sudah teraba oleh pasien
atau sudah stadium lanjut (Wilensky dan Lincoln, 2008). Berikut
1.
Tanda dan gejala kanker
payudara
a. Terdapat
massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, di bawah ketiak,
bentuknya tak beraturan, terfiksasi dan sakit jika digerakan.
b. Nyeri
di daerah massa.
c. Adanya
lekukan ke dalam, tarikan pada area mammae.
d. Edema
dengan peaut d orange (keriput
seperti kulit jeruk).
e. Adanya
kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan, kadang disertai
darah.
f. Pengelupasan
papilla mammae.
g. Ditemukan
lesi pada pemeriksaan mamografi.
2. Penentuan
ukuran dan penyebaran tumor berdasarkan 3 kategori yaitu tumor size
(T), regional limpho nodus (N) dan
metastase jauh (M). Berikut penjelasannya :
a. Tumor
Size (T)
1) Tx : tak ada tumor.
2) To : tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer.
3) T1 : tumor dengan diameter, kurang dari 2 cm.
4) T2 : tumor dengan diameter 2-5 cm.
5) T3 : tumor dengan diameter lebih dari 5 cm.
6) T4 : tumor tanpa memandang ukurannya telah
menunjukkan perluasan secara langsung ke dinding thorak atau kulit.
b. Regional
Limpho Nodus (N)
1) Nx : kelenjar ketiak tak ketaba.
2) No : tak ada metastase kelenjar ketiak
homolateral.
3) N1 : metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi
masih bisa digerakkan.
4) N2 : metastase ke kelenjar ketiak hormonal,
melekat terfiksasi satu sama lain atau jaringan sekitarnya.
5) N3 : metastase ke kelenjar homolateral
supraklavikulaer atau infraklavikuler atau edema lengan.
c. Metastase
Jauh (M)
1) Mo : tak ada metastase jauh.
2) M1 : metastase jauh termasuk perluasan ke dalam
kulit di luar payudara.
2.2 Skrining
Kanker Payudara (SADARI)
Pemeriksaan
payudara secara rutin sangat diperluka untuk mendeteksi kanker payudara atau
tumor sedini mungkin. Seringkali penderita mengetahui dirinya terkena kanker
payudara sesudah stadium lanjut sehingga sulit disembuhkan. Lebih dini kanker
ditemukan dan mendapatkan penanganan yang tepat, akan memberikan kesembuhan dan
harapan hidup yang lebih besar. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan salah
satunya adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yaitu merupakan cara
sederhana untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada payudara. Sadari
harus dilakukan setiap bulan oleh wanita setelah berumur 20 tahun. Meskipun
sadari merupakan suatu teknik untuk penyaringan yang sederhana, dan tidak
mahal, tetapi sadari efektif untuk mengetahui adanya kanker secara dini, tidak
berbahaya, aman dan tidak menimbulkan nyeri (Luwia, 2003).
Pemeriksaan
payudara secara mandiri ini dapat menjadi salah stu bagian terpenting untuk
promosi kesehatan yang sangat tepat untuk wanita memeriksa secara dini adanya
kanker payudara. Pemeriksaan dini payudara ini dapat diajarkan oleh beberapa
instansi kesehatan, LSM yang kompeten dibidangnya dan wanita yang mengerti
tentang hal ini. Dalam hal ini perawat cukup mengambil andil besar dalam upaya
promosi kesehatan yang dapat diberikan pada semua wanita. Perawat dapat memberi
informasi dan pengajaran serta memberikan pendidikan kesehatan serta upaya
untuk mencari bantuan medis apabila menemukan benjolan.
Sumber-sumber
pengajaran pemeriksaan dini skrining payudara ini dapat meningkatkan motivasi
untuk melakuakn pemeriksaan secara mandiri dan rutin. Pilihan waktu yang tepat
untuk melakukan pemeriksaan payudara adalah pada hari ke 5 dan hari ke 10 dari
siklus haid. Wanita pasca menopous dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap awal
bulan. Semua pasien yang sudah menjalani masektomi yang tersisa dan letak
insisi untuk mendeteksi setiap nodul yang dapat menandakan adanya kekambuhan.
Yang dilakukan
sebelum melakukan pemerikasaan dengan teknik sadari adalah melakukan inspeksi
payudara sebagai berikut :
1.
Kulit,
termasuk warna dan penebalan. Penebalan kulit yang tidak biasa disertai
penonjolan pori-pori dapat menyertai obstruksi limfatik.
2.
ukuran
dan kesimetrisan payudara. Apakah payudara simetris atau tidak, beberapa
perbedaan dalam ukuran payudara termasuk areola adalah umum dan biasanya
normal.
3.
Kontur.
Carilah perubahan seperti massa, dimpling atau merata. Bandingkan satu sisi
dengan sisi lainnya.
4.
Karakteristik
dari puting susu, termasuk ukuran dan bentuk, arah, setiap ruam atau lesi dan
cairan yang keluar.

Pemeriksaan sadari menurut Bustan (2007)
adalah sebagai berikut :
1.
Pada
saat mandi
Angkat sebelah tangan, dengan
menggunakan satu jari gerakkan secara mendatar perlaha-lahan ke semua tempat
bagi setiap payudara. Gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara kiri dan
tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan. Periksa dan cari apabila terdapat
gumpalan atau kebetulan.

2.
Posisi
berdiri di depan cermin
Menganagkat kedua tangan ke atas kepala,
putar-putar tubuh perlahan-lahan dari susu kanan ke sisi kiri. Pinggang
dicekak, tekan turun perlahan-lahan kebawahn untuk menengangkan otot dada dan
membuat payudara condong ke depan. Perhatikan dengan teliti segala perubahan
seperti besar, bentuk dan kontur payudara. Lihat pula jika terdapat kekakuan,
lekukan atau puting masuk ke dalam. Perlahan-lahan pijit kedua puting dan
perhatikan jika terdapat cairan keluar. Periksa lebih lanjut apakah cairan itu
jernih atau mengandung darah.

3.
Posisi
berbaring
Cara memeriksa payudara sebelah kanan,
letakkan bantal di bawah bahu kanan dan tangan kanan diletakkan dibelakang
kepala. Jari menekan payudara dan bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan
kecil, bermula dari bagian pangkal payudara. Selepas satu putaran, jari
digerakkan 1 inci (2,5 cm) kearah putting. Ulangi hal yang sama pada payudara
sebelah kiri dengan meletakkan bantal dibawah bahu kiri dan tangan kiri di
belakang kepala. Coba rasakan apakah ada benjolan di payudara.

2.3
Kanker Serviks (Ca. Cerviks)
2.3.1 Definisi
Kanker Serviks
Kanker
serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker
Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana
sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.
Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status
sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan
hubungan seksual pernah menderita kanker ini. Biasanya kanker ini menyerang
wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia
35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita
penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.

Kanker leher rahim adalah tumor ganas yang
tumbuh du daerah leher rahim (serviks), yaitu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim
(uterus dan liang senggama (vagina). Kanker leher rahim terjadi jika sel0sel
yang ada di daerah tersebut membelah secara tak terkendali dan menjadi
abnormal. Jika sel-sel tersebut terus membelah, maka akan terbentuk suatu massa
jaringan yang disebut tummor. Tumor dapat bersifat jinak atau ganas, jika tumor
tersebut menjadi ganas, maka keadaannya disebut sebagai kanker leher rahim
(Share, 2008).
2.3.2 Etiologi
Kanker Serviks
Menurut Tobing (2002), etiologi pasti
kanker rahim belum diketahui secara pasti. Tetapi dapat diduga penyebab
terjadinya kanker leher rahim adalah sebagi berikut :
1.
Human
Papilloma Virus (HPV) terutama tipe 16 dan 18 diduga sebagai penyebab
kanker leher rahim.
Kesimpulan ini diambil berdasarkan
pada lesi infeksi HPV tipe 16 dan 18
ditemukan adanya ancuploidi dan
gambaran mitotik abnormal, sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kanker. Virus ini umumnya ditularkan melalui
hubungan seksual dan masuk ke sel-sel tubuh lewat perlukaan yang terjadi di
leher rahim.
Menurut Nasdaldy (1998), HPV makin mudah menginfeksi bila ada
kerentaan pada selaput lendir mulut rahim. Hal ini umumnya terjadi pada pasien
yang berusia muda, daya tahan imunologi yang rendah, berhubungan seksual dengan
lebih dari satu pasangan, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Penelitian baru-baru ini
memperlihatkan bahwa infeksi HPV dapat menyebabkan kanker leher rahim. Hal ini
terdeteksi menggunakan penelitian molecur. Pada 99,7% wanita dengan karsinoma
sel skuamosa karena infeksi HPV merupakan penyebab mutasi neoplasma (perubahan
sel normal menjadi ganas).
Terdapat 138 strain HPV yang sudah
diidentifikasi, 30 diantaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari
sekian tipe HPV yang menyerang dubur dan alat kelamin. Ada 4 tipe HPV yang
biasa menyebabkan masalah di manusia. Seperti 2 subtipe HPV dengan resiko
tinggi keganasan. Yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan pada 70% kanker leher
rahim. Serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts (kutil kelamin).
2.
Sperma yang mengandung komplemen histone (sejenis protein) yang
dapat bereaksi dengan DNA sel rahim
Sperma juga dapat menyebabkan
terjadinya kanker leher rahim. Oleh karena bagian kepala sperma mengandung
protein dasar, sehingga apabila menyatu dengan leher rahim, protein dasar ini
dapat mengakibatkan gangguan sel di serviks. Sehingga sperma yang bersifat
alkalis dapat menimbulkan hiperplasia
dan neoplasia pada sel leher rahim.
2.3.3 Faktor
Resiko Kanker Serviks
Menurut
Sukaca (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker leher rahim
adalah :
1.
Makanan
Ada beberapa penelitian yang
menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatakan resiko terjadinya
displasia ringan dan sedang. Makanan yang mungkin juga meningkatkan resiko
terjadinya kanker serviks pada wanita adalah makanan yang rendah Beta karoten,
Retinol (vitamin A), Vitamin C, dan Vitamin E.
Sedangkan makanan yang dapat
berkhasiat dalam pencegahan kanker adalah bahan-bahan antioksidan seperti :
advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat, vitamin E,
vitamin C dan beta karoten juga mempunyai khasiat antioksidan yang kuat.
Antioksidan merupakan bahan yang dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh
buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia.
Sumber dari vitamin E adalah banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai,
jagung, biji-bijian dan kacang-kacangan). Sedangkan vitamin C banyak terdapat
dalam sayur-sayuran dan buah-buahan.
2.
Gangguan
sistem kekebalan
Wanita
yang terkena gangguan kekebalan tubuh atau kondisi imunosupresi (penurunan
kadar kekebalan tubuh) dapat terjadi peningkatan terjadinya kanker leher rahim.
Pada wanita imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi
ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari
noninvasif menjadi invasif (tidak ganas menjadi ganas).
3.
Umur
Menopause memang akan dialami semua
wanita. Pada masa itu sering terjadi perubahan sel-sel abnormal pada mulut
rahim. Pada usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita
kanker mulut rahim (serviks). Semakin tua umur seseorang akan mengalami proses
kemunduran, proses tersebut tidak terjadi pada suatu alat saja tetapi pada
seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada
usia lanjut lebih banyak kemungkinan jatuh sakit, atau mudah mengalami infeksi.
4.
Paritas
Paritas merupakan keadaan dimana
seorang wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup atau viable. Paritas
berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak
persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel
abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan
normal banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel
pada mulut rahim dan dapat berkembang menjadi keganasan.
5.
Usia
wanita saat menikah
Dalam
kenyataannya menikah dini mempunyai beberapa resiko. Selain kurangnya kesiapan
mental juga mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan sel-sel mulut
rahim.
Hal ini
karena pada saat usia muda, sel-sel rahim masih belum matang. Sel-sel tersebut
tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma. Dengan segala
macam perubahannya dan jika belum matang ketika ada rangsangan sel yang tumbuh
tidak seimbang dengan sel yang mati maka kelebihan sel ini bisa berubah sifat
menjadi sel kanker.
6.
Hubungan
seksual pada usia muda
Faktor
resiko ini merupakan faktor utama. Sebab semakin muda seseorang perempuan
melakukan hubungan seks, semakin besar resiko untuk terkena kanker serviks.
Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada
usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar dari pada yang
menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
7.
Pasangan seksual lebih dari satu (Multipatner Sex)
Perilaku
bergonta-ganti pasangan akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit
yang ditularkan seperti infeksi human papiloma virus (HPV) telah terbukti dapat
meningkatkan timbulnya kanker serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10
kali lipat pada wanita yang mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih. Di
samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.
Ditemukan
berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa golongan wanita yang mulai
mempunyai pasangan seksual yang berganti-ganti lebih resiko untuk menderita
kanker serviks. Sebab wanita yang berganti-ganti pasangan akan rentan terkena
virus HPV. Tinjauan kepustakaan mengenai etiologi kanker leher rahim
menunjukkan bahwa faktor resiko lain yang penting adalah hubungan seksual suami
dengan wanita tuna susila (WTS). Dari WTS itu suami dapat membawa virus dan
menularkan pada isterinya.
8.
Pemakaian
alat kontrasepsi
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal
tidak jarang pula ditemukan displasia
serviks, sehingga selama masih menggunakan kontrasepsi hormonal sangat
disarankan untuk melakukan pemeriksaan ginekologik
secara teratur, seperti pemeriksaan pap’smear
setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali (Ali, 2002).
Penggunaan kontrasepsi pil dalam
jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan resiko kanker leher rahim
sebanyak 2 kali. Pil KB dapat memberikan efek negatif pada kanker leher rahim
sebab tugas pil KB adalah mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi
dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dilalui sperma. Pemakaian AKDR akan berpengaruh
terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian
menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai
pencetus terbentuknya kanker serviks.
9.
Ras
Ras juga
dapat menyebabkan resiko kanker leher rahim sebab pada ras Afrika-Amerika
kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika hispanik.
Sedangkan untuk ras Asia-Amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga
Amerika.
10. Polusi udara
Polusi udara
ternyata dapat juga memicu penyakit kanker leher rahim. Sumber dari polusi
udara ini disebabkan oleh dioksin. Zat dioksin ini merugikan tubuh. Sumber
dioksin berasal dari beberapa faktor antara lain : pembakaran limbah padat dan
cair, pembakaran sampah, asap kendaraan bermotor, asap hasil industri kimia,
kebakaran hutan dan asap rokok.
11. Golongan ekonom rendah
Karsinoma serviks banyak dijumpai
pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat
kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan
sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
2.3.4 Patofisiologi
Kanker Serviks
Karsinoma
serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah
menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau
lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui
beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu
dan akhirnya invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi
kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali
tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes.
Onkogen
dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis,
dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan tumor
supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang
terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive berkembang melalui
perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi
preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
Bentuk
ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu
yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1
– 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker
serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang
perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas
regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi,
infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu
7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi
invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan
lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat
berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada
serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika
urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada
molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta
kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998;
Debbie, 1998).
2.3.5 Manifestasi
Klinis Kanker Serviks
1. Keputihan
Menurut
Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai
dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah
yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera
setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala
karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak
ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya
siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering
atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan
yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.
Menurut Baird (1991) tidak ada
tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah
koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering
terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi
dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi karena
penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke
ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang
mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning,
berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina
akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut
meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat
terjadi karena obstruksi ureter.
2.3.6 Pencegahan
Kanker Serviks
Pencegahan dapat dilakukan dengan 3 strategi :
- Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah sebuah pencegahan awal kanker
yang utama. Hal ini untuk menghindari faktor resiko yang dapat dikontrol.
Cara-cara tersebut seperti tundalah hubungan seksual sampai usia diatas remaja,
batasi jumlah pasangan seksual, menolak berhubungan seksual dengan yang
mempunyai banyak pasangan, menolak berhubungan seksual dengan orang terinfeksi genital warts, hubungan seksual yang
aman (kondom tidak memproteksi infeksi HPV), hentikan merokok.
- Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan
dengan cara uji Pap’Smear dengan
teratur. Hal tersebut dapat dilakukan pada : semua wanita usia 18 tahun atau
telah melakukan hubungan seksual, wanita yang telah dilakukan pengangkatan
rahim, wanita yang telah menopause,
bila telah 3 kali Pap’Smear dan
hasilnya normal maka pemeriksaan akan lebih jarang.
- Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah pencegahan yang dilakukan
pada orang yang sudah terkena penyakit. Pengobatan kanker serviks dapat
dilakukan dengan pembedahan (pengangkatan leher rahim, indung telur dan seluruh
jaringan di sekitarnya), radioterapi dan kemoterapi. Tingkat keberhaslan
pengobatan ini tentunya tergantung dari tingkatan kanker serviks yang dialami
oleh si penderita. Dari segi biaya, pengobatan kanker serviks ini tergolong
mahal.
2.4 Skrining
Kanker Serviks Dengan Pap Smear
Memahami pentingnya Pap smear, termasuk cara
melakukannya, apa artinya jika hasil abnormal dan mengapa perlu menjadi bagian
pemeriksaan kesehatan rutin anda. Pap smear, disebut juga tes Pap adalah
prosedur sederhana untuk mengambil sel serviks anda (bagian bawah, ujung dari
uterus). Dinamai sesuai dengan penemunya, George Papanicolaou,MD. Pap smear
tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tapi juga perubahan sel
serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker. Deteksi dini sel ini merupakan
langkah awalanda menghindari timbulnya kanker serviks.Sejak wanita mulai
melakukan Pap smear lebih dari 50 tahun lalu, angka kematian karena
kanker serviks menurun drastis. Dulu kanker serviks merupakan penyebab
utama kematian karenakanker pada wanita di Amerika Serikat.
Siapa yang Harus Melakukan Pap Smear?
American Cancer Society merekomendasikan Pap smear pertama sekitar 3 tahun
setelah hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Setelah usia 21
tahun, petunjuknya sbb : Usia (tahun) Frekuensi 21 ± 29Sekali setahun Pap smear
regular atau setiap 2 tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan 30 ± 69
Setiap 2 ± 3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan
Lebih dari 70 Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3
tesnormal secara berurutan dan Pap smear anda normal selama 10 tahunTanpa
melihat usia anda, jika anda memiliki faktor resiko anda perlu melakukan tes
setiap tahun.
Faktor resikonya yaitu:
1. Riwayat aktivitas seksual saat remaja, khususnya jika anda memiliki lebih
dari 1 pasangan seks.
2. Saat ini memiliki pasangan seks yang banyak (multiple)
3. Pasangan yang memulai aktivitas seksual sejak dini dan yang memiliki banyak
pasanganseksual sebelumnya.
4. Riwayat penyakit menular seksual
5. Riwayat keluarga dengan kanker serviks
6. Diagnosis kanker serviks atau Pap smear memperlihatkan sel prakanker
7. Infeksi human papilloma virus (HPV)
8. Perokok
9. Terpapar dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir
10. Infeksi HIV
Syarat dilakukan pap smear :
Tidak semua perempuan bisa langsung
begitu saja melakukan pap smear. Hanya kelompok wanita yang beresiko terkena
kanker serviks yang dianjurkan melakukan pap smear. Syarat dilakukan pap smear
antara lain:
1. Tidak boleh
sedang haid atau ada perdarahan. Jika ingin melakukan pap smear sebaiknya tiga
hari sesudah haid selesai.
2. Tidak boleh
berhubungan seksual walaupun menggunakan kondom sekalipun, minimal tifa hari
terhitung 3x24 jam.
3. Tidak boleh
memakai douch, cairan pembersih vagina, sabun sirih atau antiseptik sejenisnya
yang dimasukkan ke dalam vagina (bila sekedar untuk membersihkan daerah bagian
luar vagina atau untuk cebok diperbolehkan).
4. Tidak sedang
hamil. Jika hendak pap smear sebaiknya dilakukan dua atau tiga bulan setelah
melahirkan. Pada masa ini, umumnya darah nifas atau cairan pada masa nifas
sudah tidak ada. Ibu juga lebih siap untuk melakukan pemeriksaan dalam.
Cara Pemeriksaan Pap Smear
1. Persiapan
a. Alat dan
bahan
1)
Periksa kelengkapan alat yang akan
digunakan
a)
Meja periksa, kursi
b) Lampu
penerangan
c) Sarung
tangan, apron
d) Spekulum
Graves/cocor bebek/sekulum cusco
e) Cervico
brush, spatula ayre
f) Kaca objek
berlabel
2)
Periksa kelengkapan alat yang
digunakan:
a)
Larutan alkohol/etanol 95%
b)
Cytofix/hairspray
3)
Periksa alat yang akan digunakan.
2. Penatalaksanaan
a.
Pasien
berbaring di meja ginekologi dan di posisikan secara ginekologis.
b.
Dokter
atau pun tenaga medis duduk dengan pandangan lurus ke vagina (gunakan masker).
c.
Bersihkan
kemaluan luar dengan menggunakan kasa steril yang di basahi dengan saflonmulai
dari anterior ke posterior ( cukup setu kali usapan ).
d.
Gunakan
speculum yang sesuai dengan ukuran lubang vagina.
e.
Pasang
speculum dan tampakan portio secara jelas
f.
Minta
asisten untuk menyiapakan 2 gelas objek dan spatula aire, cytobrush, lidi
kapas.
g.
Dengan
mengukan spatula aire lakuakan swap di mulut serviks secara gentle (
putarspatula aire 360` C
h.
Pulaskan
hasil swap di gelas obyek.
i.
Denagan
mengunkan cytobrush lakuakan swap di endoserviks secara gentle ( putarspatula
aire 360 derajat searah jarum jam)
j.
Pulaskan
hasil seap di gelas obyek , lakuakan fiksasi dengan merendam gelas obyek
didalam larutan alcohol 96%
k.
Lakukan
swap lender serviks dan vagina dengan lidi kapas.
l.
Pulaskan
hasil swap pada gelas obyek, teteskan KOH dan tutup dengan penutup gelasobyek.
m.
Bersihakn
vagina dan mulut serviks
n.
Lepaskan
speculum secara gentle dan rendam dalam larutan klorin.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kanker
adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi
genetik dari DNA seluler. Terdapat banyak kanker yang didunia ini yang mematikan untuk sebagian
besar wanita, diantaranya kanker payudara dan kanker serviks. Kanker payudara merupakan
tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara, banyak faktor prediksi penyebab terjadinya kanker payudara meliputi
ginetik, hormone estrogen dan lingkungan. Tanda dan gejala kanker payudara yang
perlu diperhatikan, terdapat
massa utuh kenyal,nyeri
di daerah massa, adanya
lekukan ke dalam, tarikan pada area mammae, edema dengan peaut d orange (keriput seperti kulit
jeruk), Adanya kerusakan dan
retraksi pada area puting, keluar cairan spontan, kadang disertai darah, pengelupasan papilla mammae, ditemukan
lesi pada pemeriksaan mamografi.Pemeriksaan payudara secara rutin sangat
diperlukan untuk mendeteksi kanker payudara atau
tumor sedini mungkin. Seringkali penderita mengetahui dirinya terkena kanker
payudara sesudah stadium lanjut sehingga sulit disembuhkan. Beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan salah satunya adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yaitu
merupakan cara sederhana untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada
payudara.
Sedangkan kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut
rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah
displasia atau mengarah keganasan, diduga penyebab terjadinya kanker serviks ialah Human Papilloma Virus (HPV)
terutama tipe 16 dan 18, berdasarkan pada
lesi infeksi HPV tipe 16 dan 18
ditemukan adanya ancuploidi dan
gambaran mitotik abnormal, sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kanker. Virus ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual dan masuk ke
sel-sel tubuh lewat perlukaan yang terjadi di leher rahim. Terdapat tanda dan gejala yang biasanya terjadi yaitu keputihan,
pendarahan dan nyeri. Ada beberapa pemeriksaan untuk mendeteksi kanker serviks
salah satunya Pap smear, adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel serviks
anda (bagian bawah, ujung dari uterus). Pap smear tidak hanya efektif untuk
mendeteksi kanker serviks tapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat
menimbulkan kanker. Deteksi dini sel ini merupakan langkah awal anda
menghindari timbulnya kanker serviks.
3.2 Saran
Hal terpenting menghadapi penderita
kanker payudara dan kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin
dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat
ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau
kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini
masih berupa simptomatis karena masih belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya perubahan
perilaku sel. Maka dari itu,
deteksi sedini mungkin pada para penderita kanker tersebut sangatlah penting
mengingat mahalnya pengobatan sehingga dapat dilakukan pencegahan sekunder
secepat mungkin dan dapat meningkatkan harapan hidupdari penderita kanker
payudara dan kanker serviks.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta
: EGC
Farrer, H.2001.Perawatan
Maternitas Edisi 2.Jakarta : EGC
Guyton. Hall. 1997. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC. Jakarta
Hefener J. Linda dan Danny J.Schust,2006.At a Glance Sistem Reproduksi edisi kedua Jakarta : EMS
Galle,Danielle, Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
Hinchliff, S. 1999.Kamus
Keperawatan. Edisi 17.Jakarta : EGC
Manuaba. 1998.Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. EGC. Jakarta
Mansjoer,
Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta : Media Aesculapius
Price A . Sylvia .2005. Patofisiologi Konsep Penyakit Klinis Proses–Proses Penyakit Edisi 6.Jakarta : EGC
Sjamsulhidayat,
R. dan Wim de Jong.1998.Buku Ajar Imu
Bedah, Edisi revisi. Jakarta : EGC
Smeltzer,
Suzanne C. and Brenda G. Bare.2002.Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2.Jakarta : EGC
Tirtoprodjo, Prijono.2007.Makalah Pap Smear, Refresing Pap Smear Bagi Bidan. D.I.
Yogyakarta : Yayasan
Kanker Indonesia Cabang
Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : Tridasa
![]() |
||
![]() |
Komentar
Posting Komentar