MAKALAH SISTEM REPRODUKSI PROMOSI KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DENGAN PROSEDUR SKRINING BERKALA : SKRINING KANKER PAYUDARA (SADARI) DAN SKRINING KANKER SERVIKS DENGAN PAP SMEAR



MAKALAH SISTEM REPRODUKSI
PROMOSI KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DENGAN PROSEDUR SKRINING BERKALA : SKRINING KANKER PAYUDARA (SADARI) DAN SKRINING KANKER SERVIKS DENGAN PAP SMEAR




OLEH KELOMPOK 2
APRILIA IKA PURNAMA SARI
AYU TRIYANI
DELLA ELDINA



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN DIII KEBIDANAN
TAHUN 2016


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Promosi Kesehatan Sistem Reproduksi Dengan Prosedur Skrining Berkala : Skrining Kanker Payudara (SADARI) Dan Skrining Kanker Serviks Dengan Pap Smear”. Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem reproduksi I.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah sistem reproduksi dan teman kelompok yang telah memberikan arahan dan masukan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Atas perhatian dan dukungannya, kami mengucapkan terima kasih.


Bandar Lampung, Februari 2016


Penulis







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I  PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3.Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Kanker Payudara (Ca. Mamae)...................................................... 4
2.2  Kanker Serviks (Ca. Cerviks).......................................................... 9
2.3  Skrining Kanker Payudara (SADARI)........................................ 12
2.4  Skrining Kanker Serviks Dengan Pap Smear.............................. 21

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan..................................................................................... 24
3.2  Saran............................................................................................... 25

 

DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
        Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara bnormal, mengakibatkan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkaan sekitar sel tersebut (Brunner&Suddarth, 2002). Selama rentang kehidupan seseorang, berbagai jaringan tubuh normalnya mengalami periode perumbuhan atau proliferatif yang harus dibedakan dari aktivitas pertumbuhan maligna.. terdapat beberapa pola pertumbuhan sel dan disebut dengan istilah hyperplasia, metaplasia, dysplasia, anaplasia dan neoplasia. Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali inilah yang disebut kanker payudara (Luwia, 2003). Sedangkan kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahiim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, who menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun.
Ada beberapa cara agar dapat mememriksa untuk mengetahui, mencegah dan meminimalkan angka kematian pada penderita kanker payudara dan kanker serviks. Dapat dilakukan skrining kanker payudara (sadari) dan skrining kanker serviks dengan pap smear. Hal tersebut dapat dilakukan oleh perawat sebagai pemberi edukasi sehingga dapat dilakukan promosi kesehatan kepada masyarakat luas agar lebih perdulu akan kesehatannya.




1.2.Rumusan Masalah
1.2.1    Apa yang dimaksud dengan kanker payudara (Ca. Mamae) ?
1.2.2    Bagaimana skrining kanker payudara (SADARI) ?
1.2.3    Apa yang dimaksud dengan kanker serviks (Ca. Cerviks) ?
1.2.4   Bagaimana skrining kanker serviks dengan pap smear ?
1.3.Tujuan
1.3.1    Tujuan Umum
1.        Mengetahui tentang kanker payudara (Ca. Mamae).
2.        Mengetahui skrining kanker payudara (SADARI).
3.        Mengetahui tentang kanker serviks (Ca. Cerviks).
4.        Mengetahui skrining kanker serviks dengan pap smear.

1.3.2    Tujuan Khusus
1.        Mendeskripsikan definisi kanker payudara.
2.        Mendeskripsikan etiologi kanker payudara.
3.        Mendeskripsikan faktor resiko kanker payudara.
4.        Mendeskripsikan patofisiologi kanker payudara.
5.        Mendeskripsikan manifestasi klinis kanker payudara.
6.        Mendeskripsikan stadium kanker payudara
7.        Mendeskripsikan pencegahan kanker payudara.
8.        Mendeskripsikan skrining kanker payudara (SADARI).
9.        Mendeskripsikan definisi kanker serviks.
10.    Mendeskripsikan etiologi kanker serviks.
11.    Mendeskripsikan faktor resiko kanker serviks.
12.    Mendeskripsikan patofisiologi kanker serviks.
13.    Mendeskripsikan manifestasi klinis kanker serviks.
14.    Mendeskripsikan klasifikasi kanker serviks.
15.    Mendeskripsikan pencegahan kanker serviks.
16.    Mendeskripsikan skrining kanker serviks dengan pap smear.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Kanker Payudara (Ca. Mamae)
2.1.1      Definisi
           Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
           Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
           Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)
           Kanker payudara adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006).

2.1.2 Etiologi
           Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker payudara (Brunner & Suddarth, 2002). Banyak faktor yang diprediksi menjadi penyebab terjadinya kanker payudara (John Cleese, 2010) :
1.      Genetik
Genetik merupakan faktor penting karena kejadian kanker payudara akibat kelainan genetik sebesar 5-10%. Untuk mengenalinya cukup mudah yaitu dengan mengumpulkan riwayat keluarga yang terkenan kanker payudara dan memetakannya dalam bentuk silslah. Riwayat keluarga yang perlu dicatat diantaranya adalah kanker oayudara pada ibu atau saudara perempuanyang terkena kanker payudara pada umur dibawah 50 tahun atau keponakan dengan jumlah lebih dari dua (Luwia, 2003).
2.      Hormon estrogen
Hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam proses tumbuh kembang organ seksual wanita. Hormon estrogen justru sebagai penyebab awal kanker pada sebagian wanita. Hal ini disebabkan adanya reseptor estrogen pada sel-sel epitel saluran kelenjar susu. Hormon estrogen yang menempel pada saluran ini, lambat laun akan mengubah sel-sel epitel tersebut menjadi kanker (Luwia, 2003). Penggunaan KB hormonal seperti pil, suntik KB dan susuk yang mengandung banyak dosis estrogen meningkatkan resiko kanker payudara (John Cleese, 2010).
3.      Lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat menjadi pemicu kanker payudara. Lingkungan tersebutberupa paparan radiasi bahan-bahan radioaktif, sinar X dan pencemaran bahan kimia. Resiko kanker payudara meningka apabila radiasi terjadi sebelum umur 40 tahun (Luwia, 2005).

2.1.3      Faktor Resiko
           Faktor-faktor yang memiliki resiko dan berhubungan dengan terjadinya kanker payudara diantaranya adalah :
1.      Umur
Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun mempunyai resiko kanker payudara lebih besar dibandingkan umur kurang dari 40 tahun. Hal ini di karenakan pada umur ini kebanyakan wanita melakukan mamografi pada program pemeriksaan payudara setempat. Banayak kasus kanker payudara yang ditemukan terjadi pada wanita berumur antara 40-64 tahun (Wilensky dan Lincoln, 2008).
2.      Jenis kelamin
Jenis kelamin berpengaruh untuk terjadinya kanker payudara, wanita mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan pria. Menurut penelitian di Inggris 99% dari semua kasus kanker payudara terjadi pada wanita dan pada pria hanya 1% saja (John Cleese, 2010).
3.      Umur menarche
Pada wanita yang riwayat menarchenya lambat insedensinya lebih rendah akan tetapi menarche awal (dibawah 12 tahun) termasuk dalam faktor resiko terjadinya kanker payudara (Luwia, 2003).
4.      Umur menopause
Wanita yang umur menopausnya terlambat atau lebih dari 50 tahun mempunyai resiko terkena kanker payudara leih besar dibandingkan wanita yang umur menopousnya normal yaitu umur kurang dari 50 tahun (Luwia, 2003).
5.      Riwayat keluarga dengan kanker payudara (genetik)
Resiko terkena kanker payudara meningkat pada wanita yang mempunyai ibu atau saudara perempuan yang terkena kanker payudara. Semua saudara dari penderita kanker payudara memiliki peningkatan resiko mengalami kanker payudara (Wilensky dan Lincoln, 2008).
6.      Paritas
Paritas merupakan keadaan yang menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan. Wanita yang tidak mempunyai anak (nullipara) mempunyai resiko insiden 1,5 lebih tinggi dari pada wanita yang mempunyai anak (multipara) (Wilensky dan Lincoln, 2008).
7.      Tidak menyusui anak
Menyusui merupakan salah satu faktor penting yang memberikan proteksi terhadap resiko kanker payudara. Wanita yang tidak menyusui bayinya, mempunyai resiko yang tinggi karena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang menyusui bayinya (Bustan, 2007).

2.1.4      Patofisiologi
     Diagosa kanker dapat ditegakkan dengan baik terutama untuk melakukan pengobatan yang tepat. Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tidak berguna, yang tidak mebgikuti pengaru jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya atau terjadi metastase dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Perubahan secara biokimiawi dan genetis terjadi di dalam sel tersebut terutama dalam inti sel. Hampir semua tumor ganas berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Wilensky dan Lincoln, 2008).
Menurut Luwia (2003), proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase yaitu :
1.    Fase induksi : 15-30 tahun
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai dapat merubah jaringan dysplasia menjadi tumor ganas.
2.    Fase insitu : 5-10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre cancerous” yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dan akhirnya juga di payudara.
3.    Fase invasi : 1-5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang baik dan menginfiltrasi melalui membran sel jaringan sekitarnya dan melalui pembuluh darah serta saluran limfa.
4.    Fase desiminasi : 1-5 tahun
Terjadi penyebaran ke tempat lain

2.1.5      Manifestasi Klinis
          Penemuan dini kanker payudara masih, kebanyakan ditemukan jika sudah teraba oleh pasien atau sudah stadium lanjut (Wilensky dan Lincoln, 2008). Berikut
1.         Tanda dan gejala kanker payudara
a.       Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, di bawah ketiak, bentuknya tak beraturan, terfiksasi dan sakit jika digerakan.
b.      Nyeri di daerah massa.
c.       Adanya lekukan ke dalam, tarikan pada area mammae.
d.      Edema dengan peaut d orange (keriput seperti kulit jeruk).
e.       Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan, kadang disertai darah.
f.       Pengelupasan papilla mammae.
g.      Ditemukan lesi pada pemeriksaan mamografi.
2.    Penentuan ukuran dan penyebaran tumor berdasarkan 3 kategori yaitu  tumor size (T), regional limpho nodus (N) dan metastase jauh (M). Berikut penjelasannya :
a.    Tumor Size (T)
1)      Tx  : tak ada tumor.
2)      To  : tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer.
3)      T1  : tumor dengan diameter, kurang dari 2 cm.
4)      T2  : tumor dengan diameter 2-5 cm.
5)      T3  : tumor dengan diameter lebih dari 5 cm.
6)      T4  : tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan secara langsung ke dinding thorak atau kulit.
b.    Regional Limpho Nodus (N)
1)      Nx : kelenjar ketiak tak ketaba.
2)      No : tak ada metastase kelenjar ketiak homolateral.
3)      N1 : metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan.
4)      N2 : metastase ke kelenjar ketiak hormonal, melekat terfiksasi satu sama lain atau jaringan sekitarnya.
5)      N3 : metastase ke kelenjar homolateral supraklavikulaer atau infraklavikuler atau edema lengan.
c.    Metastase Jauh (M)
1)      Mo : tak ada metastase jauh.
2)      M1 : metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara.

2.2  Skrining Kanker Payudara (SADARI)
Pemeriksaan payudara secara rutin sangat diperluka untuk mendeteksi kanker payudara atau tumor sedini mungkin. Seringkali penderita mengetahui dirinya terkena kanker payudara sesudah stadium lanjut sehingga sulit disembuhkan. Lebih dini kanker ditemukan dan mendapatkan penanganan yang tepat, akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup yang lebih besar. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan salah satunya adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yaitu merupakan cara sederhana untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada payudara. Sadari harus dilakukan setiap bulan oleh wanita setelah berumur 20 tahun. Meskipun sadari merupakan suatu teknik untuk penyaringan yang sederhana, dan tidak mahal, tetapi sadari efektif untuk mengetahui adanya kanker secara dini, tidak berbahaya, aman dan tidak menimbulkan nyeri (Luwia, 2003).
Pemeriksaan payudara secara mandiri ini dapat menjadi salah stu bagian terpenting untuk promosi kesehatan yang sangat tepat untuk wanita memeriksa secara dini adanya kanker payudara. Pemeriksaan dini payudara ini dapat diajarkan oleh beberapa instansi kesehatan, LSM yang kompeten dibidangnya dan wanita yang mengerti tentang hal ini. Dalam hal ini perawat cukup mengambil andil besar dalam upaya promosi kesehatan yang dapat diberikan pada semua wanita. Perawat dapat memberi informasi dan pengajaran serta memberikan pendidikan kesehatan serta upaya untuk mencari bantuan medis apabila menemukan benjolan.
Sumber-sumber pengajaran pemeriksaan dini skrining payudara ini dapat meningkatkan motivasi untuk melakuakn pemeriksaan secara mandiri dan rutin. Pilihan waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan payudara adalah pada hari ke 5 dan hari ke 10 dari siklus haid. Wanita pasca menopous dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap awal bulan. Semua pasien yang sudah menjalani masektomi yang tersisa dan letak insisi untuk mendeteksi setiap nodul yang dapat menandakan adanya kekambuhan.
Yang dilakukan sebelum melakukan pemerikasaan dengan teknik sadari adalah melakukan inspeksi payudara sebagai berikut :
1.      Kulit, termasuk warna dan penebalan. Penebalan kulit yang tidak biasa disertai penonjolan pori-pori dapat menyertai obstruksi limfatik.
2.      ukuran dan kesimetrisan payudara. Apakah payudara simetris atau tidak, beberapa perbedaan dalam ukuran payudara termasuk areola adalah umum dan biasanya normal.
3.      Kontur. Carilah perubahan seperti massa, dimpling atau merata. Bandingkan satu sisi dengan sisi lainnya.
4.      Karakteristik dari puting susu, termasuk ukuran dan bentuk, arah, setiap ruam atau lesi dan cairan yang keluar.
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA




Pemeriksaan sadari menurut Bustan (2007) adalah sebagai berikut :
1.      Pada saat mandi
Angkat sebelah tangan, dengan menggunakan satu jari gerakkan secara mendatar perlaha-lahan ke semua tempat bagi setiap payudara. Gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara kiri dan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan. Periksa dan cari apabila terdapat gumpalan atau kebetulan.
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA
2.      Posisi berdiri di depan cermin
Menganagkat kedua tangan ke atas kepala, putar-putar tubuh perlahan-lahan dari susu kanan ke sisi kiri. Pinggang dicekak, tekan turun perlahan-lahan kebawahn untuk menengangkan otot dada dan membuat payudara condong ke depan. Perhatikan dengan teliti segala perubahan seperti besar, bentuk dan kontur payudara. Lihat pula jika terdapat kekakuan, lekukan atau puting masuk ke dalam. Perlahan-lahan pijit kedua puting dan perhatikan jika terdapat cairan keluar. Periksa lebih lanjut apakah cairan itu jernih atau mengandung darah.


LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA



3.      Posisi berbaring
Cara memeriksa payudara sebelah kanan, letakkan bantal di bawah bahu kanan dan tangan kanan diletakkan dibelakang kepala. Jari menekan payudara dan bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan kecil, bermula dari bagian pangkal payudara. Selepas satu putaran, jari digerakkan 1 inci (2,5 cm) kearah putting. Ulangi hal yang sama pada payudara sebelah kiri dengan meletakkan bantal dibawah bahu kiri dan tangan kiri di belakang kepala. Coba rasakan apakah ada benjolan di payudara.
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA



2.3  Kanker Serviks (Ca. Cerviks)
2.3.1      Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini. Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.
Description: kanker serviks





     Kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh du daerah leher rahim (serviks), yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus dan liang senggama (vagina). Kanker leher rahim terjadi jika sel0sel yang ada di daerah tersebut membelah secara tak terkendali dan menjadi abnormal. Jika sel-sel tersebut terus membelah, maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tummor. Tumor dapat bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut menjadi ganas, maka keadaannya disebut sebagai kanker leher rahim (Share, 2008).

2.3.2      Etiologi Kanker Serviks
           Menurut Tobing (2002), etiologi pasti kanker rahim belum diketahui secara pasti. Tetapi dapat diduga penyebab terjadinya kanker leher rahim adalah sebagi berikut :
1.      Human Papilloma Virus (HPV) terutama tipe 16 dan 18 diduga sebagai penyebab kanker leher rahim.
Kesimpulan ini diambil berdasarkan pada lesi infeksi HPV tipe 16 dan 18 ditemukan adanya ancuploidi dan gambaran mitotik abnormal, sehingga dapat menyebabkan timbulnya kanker. Virus ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual dan masuk ke sel-sel tubuh lewat perlukaan yang terjadi di leher rahim.
Menurut Nasdaldy (1998), HPV makin mudah menginfeksi bila ada kerentaan pada selaput lendir mulut rahim. Hal ini umumnya terjadi pada pasien yang berusia muda, daya tahan imunologi yang rendah, berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Penelitian baru-baru ini memperlihatkan bahwa infeksi HPV dapat menyebabkan kanker leher rahim. Hal ini terdeteksi menggunakan penelitian molecur. Pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV merupakan penyebab mutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi ganas).
Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30 diantaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang menyerang dubur dan alat kelamin. Ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah di manusia. Seperti 2 subtipe HPV dengan resiko tinggi keganasan. Yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan pada 70% kanker leher rahim. Serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts (kutil kelamin).

2.      Sperma yang mengandung komplemen histone (sejenis protein) yang dapat bereaksi dengan DNA sel rahim
Sperma juga dapat menyebabkan terjadinya kanker leher rahim. Oleh karena bagian kepala sperma mengandung protein dasar, sehingga apabila menyatu dengan leher rahim, protein dasar ini dapat mengakibatkan gangguan sel di serviks. Sehingga sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan neoplasia pada sel leher rahim.
    
2.3.3      Faktor Resiko Kanker Serviks
           Menurut Sukaca (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker leher rahim adalah :
1.      Makanan
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatakan resiko terjadinya displasia ringan dan sedang. Makanan yang mungkin juga meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks pada wanita adalah makanan yang rendah Beta karoten, Retinol (vitamin A), Vitamin C, dan Vitamin E.
Sedangkan makanan yang dapat berkhasiat dalam pencegahan kanker adalah bahan-bahan antioksidan seperti : advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat, vitamin E, vitamin C dan beta karoten juga mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Antioksidan merupakan bahan yang dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Sumber dari vitamin E adalah banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang-kacangan). Sedangkan vitamin C banyak terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan.
2.      Gangguan sistem kekebalan
           Wanita yang terkena gangguan kekebalan tubuh atau kondisi imunosupresi (penurunan kadar kekebalan tubuh) dapat terjadi peningkatan terjadinya kanker leher rahim. Pada wanita imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas menjadi ganas).
3.      Umur
Menopause memang akan dialami semua wanita. Pada masa itu sering terjadi perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Pada usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker mulut rahim (serviks). Semakin tua umur seseorang akan mengalami proses kemunduran, proses tersebut tidak terjadi pada suatu alat saja tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lanjut lebih banyak kemungkinan jatuh sakit, atau mudah mengalami infeksi.
4.      Paritas
Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup atau viable. Paritas berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan normal banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim dan dapat berkembang menjadi keganasan.
5.      Usia wanita saat menikah
           Dalam kenyataannya menikah dini mempunyai beberapa resiko. Selain kurangnya kesiapan mental juga mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan sel-sel mulut rahim.
           Hal ini karena pada saat usia muda, sel-sel rahim masih belum matang. Sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma. Dengan segala macam perubahannya dan jika belum matang ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dengan sel yang mati maka kelebihan sel ini bisa berubah sifat menjadi sel kanker.
6.      Hubungan seksual pada usia muda
           Faktor resiko ini merupakan faktor utama. Sebab semakin muda seseorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar resiko untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar dari pada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
7.      Pasangan seksual lebih dari satu (Multipatner Sex)
           Perilaku bergonta-ganti pasangan akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papiloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.
           Ditemukan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa golongan wanita yang mulai mempunyai pasangan seksual yang berganti-ganti lebih resiko untuk menderita kanker serviks. Sebab wanita yang berganti-ganti pasangan akan rentan terkena virus HPV. Tinjauan kepustakaan mengenai etiologi kanker leher rahim menunjukkan bahwa faktor resiko lain yang penting adalah hubungan seksual suami dengan wanita tuna susila (WTS). Dari WTS itu suami dapat membawa virus dan menularkan pada isterinya.

8.      Pemakaian alat kontrasepsi
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal tidak jarang pula ditemukan displasia serviks, sehingga selama masih menggunakan kontrasepsi hormonal sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan ginekologik secara teratur, seperti pemeriksaan pap’smear setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali (Ali, 2002).
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan resiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Pil KB dapat memberikan efek negatif pada kanker leher rahim sebab tugas pil KB adalah mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dilalui sperma. Pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
9.      Ras
           Ras juga dapat menyebabkan resiko kanker leher rahim sebab pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-Amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga Amerika.
10.  Polusi udara
           Polusi udara ternyata dapat juga memicu penyakit kanker leher rahim. Sumber dari polusi udara ini disebabkan oleh dioksin. Zat dioksin ini merugikan tubuh. Sumber dioksin berasal dari beberapa faktor antara lain : pembakaran limbah padat dan cair, pembakaran sampah, asap kendaraan bermotor, asap hasil industri kimia, kebakaran hutan dan asap rokok.
11.  Golongan ekonom rendah
           Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.


2.3.4      Patofisiologi Kanker Serviks
           Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes.
           Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
           Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
           Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).

2.3.5      Manifestasi Klinis Kanker Serviks
1.    Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2.    Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.
Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3.    Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.

2.3.6      Pencegahan Kanker Serviks
           Pencegahan dapat dilakukan dengan 3 strategi :
  1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah sebuah pencegahan awal kanker yang utama. Hal ini untuk menghindari faktor resiko yang dapat dikontrol. Cara-cara tersebut seperti tundalah hubungan seksual sampai usia diatas remaja, batasi jumlah pasangan seksual, menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai banyak pasangan, menolak berhubungan seksual dengan orang terinfeksi genital warts, hubungan seksual yang aman (kondom tidak memproteksi infeksi HPV), hentikan merokok.
  1. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan cara uji Pap’Smear dengan teratur. Hal tersebut dapat dilakukan pada : semua wanita usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan seksual, wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim, wanita yang telah menopause, bila telah 3 kali Pap’Smear dan hasilnya normal maka pemeriksaan akan lebih jarang.
  1. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah pencegahan yang dilakukan pada orang yang sudah terkena penyakit. Pengobatan kanker serviks dapat dilakukan dengan pembedahan (pengangkatan leher rahim, indung telur dan seluruh jaringan di sekitarnya), radioterapi dan kemoterapi. Tingkat keberhaslan pengobatan ini tentunya tergantung dari tingkatan kanker serviks yang dialami oleh si penderita. Dari segi biaya, pengobatan kanker serviks ini tergolong mahal.




2.4  Skrining Kanker Serviks Dengan Pap Smear
Memahami pentingnya Pap smear, termasuk cara melakukannya, apa artinya jika hasil abnormal dan mengapa perlu menjadi bagian pemeriksaan kesehatan rutin anda. Pap smear, disebut juga tes Pap adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel serviks anda (bagian bawah, ujung dari uterus). Dinamai sesuai dengan penemunya, George Papanicolaou,MD. Pap smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker. Deteksi dini sel ini merupakan langkah awalanda menghindari timbulnya kanker serviks.Sejak wanita mulai melakukan Pap smear lebih dari 50 tahun lalu, angka kematian karena kanker serviks menurun drastis. Dulu kanker serviks merupakan penyebab utama kematian karenakanker pada wanita di Amerika Serikat.
Siapa yang Harus Melakukan Pap Smear?
American Cancer Society merekomendasikan Pap smear pertama sekitar 3 tahun setelah hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Setelah usia 21 tahun, petunjuknya sbb : Usia (tahun) Frekuensi 21 ± 29Sekali setahun Pap smear regular atau setiap 2 tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan 30 ± 69 Setiap 2 ± 3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan Lebih dari 70 Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3 tesnormal secara berurutan dan Pap smear anda normal selama 10 tahunTanpa melihat usia anda, jika anda memiliki faktor resiko anda perlu melakukan tes setiap tahun.
Faktor resikonya yaitu:
1.      Riwayat aktivitas seksual saat remaja, khususnya jika anda memiliki lebih dari 1 pasangan seks.
2.      Saat ini memiliki pasangan seks yang banyak (multiple)
3.      Pasangan yang memulai aktivitas seksual sejak dini dan yang memiliki banyak pasanganseksual sebelumnya.
4.      Riwayat penyakit menular seksual
5.      Riwayat keluarga dengan kanker serviks
6.      Diagnosis kanker serviks atau Pap smear memperlihatkan sel prakanker 
7.      Infeksi human papilloma virus (HPV)
8.      Perokok 
9.      Terpapar dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir 
10.  Infeksi HIV

Syarat dilakukan pap smear :
Tidak semua perempuan bisa langsung begitu saja melakukan pap smear. Hanya kelompok wanita yang beresiko terkena kanker serviks yang dianjurkan melakukan pap smear. Syarat dilakukan pap smear antara lain:
1.      Tidak boleh sedang haid atau ada perdarahan. Jika ingin melakukan pap smear sebaiknya tiga hari sesudah haid selesai.
2.      Tidak boleh berhubungan seksual walaupun menggunakan kondom sekalipun, minimal tifa hari terhitung 3x24 jam.
3.      Tidak boleh memakai douch, cairan pembersih vagina, sabun sirih atau antiseptik sejenisnya yang dimasukkan ke dalam vagina (bila sekedar untuk membersihkan daerah bagian luar vagina atau untuk cebok diperbolehkan).
4.      Tidak sedang hamil. Jika hendak pap smear sebaiknya dilakukan dua atau tiga bulan setelah melahirkan. Pada masa ini, umumnya darah nifas atau cairan pada masa nifas sudah tidak ada. Ibu juga lebih siap untuk melakukan pemeriksaan dalam.

Cara Pemeriksaan Pap Smear
1.      Persiapan
a.       Alat dan bahan
1)        Periksa kelengkapan alat yang akan digunakan
a)      Meja periksa, kursi
b)      Lampu penerangan
c)      Sarung tangan, apron
d)     Spekulum Graves/cocor bebek/sekulum cusco
e)      Cervico brush, spatula ayre
f)       Kaca objek berlabel
2)        Periksa kelengkapan alat yang digunakan:
a)      Larutan alkohol/etanol 95%
b)      Cytofix/hairspray
3)        Periksa alat yang akan digunakan.

2.      Penatalaksanaan
a.         Pasien berbaring di meja ginekologi dan di posisikan secara ginekologis.
b.         Dokter atau pun tenaga medis duduk dengan pandangan lurus ke vagina (gunakan masker).
c.         Bersihkan kemaluan luar dengan menggunakan kasa steril yang di basahi dengan saflonmulai dari anterior ke posterior ( cukup setu kali usapan ).
d.        Gunakan speculum yang sesuai dengan ukuran lubang vagina.
e.         Pasang speculum dan tampakan portio secara jelas
f.          Minta asisten untuk menyiapakan 2 gelas objek dan spatula aire, cytobrush, lidi kapas.
g.         Dengan mengukan spatula aire lakuakan swap di mulut serviks secara gentle ( putarspatula aire 360` C
h.         Pulaskan hasil swap di gelas obyek.
i.           Denagan mengunkan cytobrush lakuakan swap di endoserviks secara gentle ( putarspatula aire 360 derajat searah jarum jam)
j.           Pulaskan hasil seap di gelas obyek , lakuakan fiksasi dengan merendam gelas obyek didalam larutan alcohol 96%
k.         Lakukan swap lender serviks dan vagina dengan lidi kapas.
l.           Pulaskan hasil swap pada gelas obyek, teteskan KOH dan tutup dengan penutup gelasobyek.
m.       Bersihakn vagina dan mulut serviks
n.         Lepaskan speculum secara gentle dan rendam dalam larutan klorin.

                                                                                                          


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Terdapat banyak kanker yang didunia ini yang mematikan untuk sebagian besar wanita, diantaranya kanker payudara dan kanker serviks. Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara, banyak faktor prediksi penyebab terjadinya kanker payudara meliputi ginetik, hormone estrogen dan lingkungan. Tanda dan gejala kanker payudara yang perlu diperhatikan, terdapat massa utuh kenyal,nyeri di daerah massa, adanya lekukan ke dalam, tarikan pada area mammae, edema dengan peaut d orange (keriput seperti kulit jeruk), Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan, kadang disertai darah, pengelupasan papilla mammae, ditemukan lesi pada pemeriksaan mamografi.Pemeriksaan payudara secara rutin sangat diperlukan untuk mendeteksi kanker payudara atau tumor sedini mungkin. Seringkali penderita mengetahui dirinya terkena kanker payudara sesudah stadium lanjut sehingga sulit disembuhkan. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan salah satunya adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yaitu merupakan cara sederhana untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada payudara.
Sedangkan kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan, diduga penyebab terjadinya kanker serviks ialah Human Papilloma Virus (HPV) terutama tipe 16 dan 18, berdasarkan pada lesi infeksi HPV tipe 16 dan 18 ditemukan adanya ancuploidi dan gambaran mitotik abnormal, sehingga dapat menyebabkan timbulnya kanker. Virus ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual dan masuk ke sel-sel tubuh lewat perlukaan yang terjadi di leher rahim. Terdapat tanda dan gejala yang biasanya terjadi yaitu keputihan, pendarahan dan nyeri. Ada beberapa pemeriksaan untuk mendeteksi kanker serviks salah satunya Pap smear, adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel serviks anda (bagian bawah, ujung dari uterus). Pap smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker. Deteksi dini sel ini merupakan langkah awal anda menghindari timbulnya kanker serviks.

3.2  Saran
Hal terpenting menghadapi penderita kanker payudara dan kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih berupa simptomatis karena masih belum menyentuh dasar  penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Maka dari itu, deteksi sedini mungkin pada para penderita kanker tersebut sangatlah penting mengingat mahalnya pengobatan sehingga dapat dilakukan pencegahan sekunder secepat mungkin dan dapat meningkatkan harapan hidupdari penderita kanker payudara dan kanker serviks.













DAFTAR PUSTAKA


Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta : EGC

Farrer, H.2001.Perawatan Maternitas Edisi 2.Jakarta : EGC

Guyton. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC. Jakarta

Hefener J. Linda dan Danny J.Schust,2006.At a Glance Sistem Reproduksi edisi kedua Jakarta : EMS

Galle,Danielle, Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC

Hinchliff, S. 1999.Kamus Keperawatan. Edisi 17.Jakarta : EGC

Manuaba. 1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.  EGC. Jakarta

Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta : Media Aesculapius

Price A . Sylvia .2005. Patofisiologi Konsep Penyakit Klinis Proses–Proses Penyakit Edisi 6.Jakarta : EGC

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong.1998.Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2.Jakarta : EGC

Tirtoprodjo, Prijono.2007.Makalah Pap Smear, Refresing Pap Smear Bagi Bidan. D.I. Yogyakarta : Yayasan Kanker Indonesia Cabang

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : Tridasa






 

Komentar

Postingan Populer