MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU A (DBD)
MAKALAH
PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU A
(DBD)
![]() |
OLEH
DIAH AYU KURNIAWATI
NIM.14331009
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah…..
Tiada kata yang
paling indah selain puji dan puja syukur kehadirat Allah swt,yang mana dengan
limpahan rahmat dan karunia Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabiyaullah Muhammad saw
beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah rela mempetaruhkan harta,jiwa
dan raganya untuk membawa umat manusia dari dunia kegelapan menuju dunia yang
terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.
Saya sadari peyusunan makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan maka berpegang dari itu semua saya sangat mengharapkan
adanya saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca pada umumnya dan
dosen bidang studi pada khususnya.
Akhir kata
semoga makalah ini dapat menambah referensi kita semua….
“
tak ada gading yang tak retak,tak ada manusia yang sempurna ˝
Billahifii sabililhaq fastabiqulkhairat
Wassalammualaikum Wr.Wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ii
BAB
I. PENDAHULUAN.......................................................................................
1
A.Latar belakang.............................................................................................
1
B.Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB
II. PEMBAHASAN.........................................................................................
3
a.
Definisi Demam Berdarah Dengue......................................................................
3
b.
Mengenal nyamuk Ae.Aegypti............................................................................
3
c.
Siklus hidup Ae.Aegypti......................................................................................
5
d. Masa inkubasi dan gejala DBD............................................................................
6
e.
Diagnosis..............................................................................................................
6
f. Penularan..............................................................................................................
7
g. Penyebaran...........................................................................................................
7
h. Pengobatan .......................................................................................................... 8
i.
Epidemiologi........................................................................................................
8
j.
Pencegahan
......................................................................................................... 9
k. Dengue dan Permasalahannya.............................................................................
11
BAB III. PENUTUP
a. Kesimpulan.................................................................................................... 13
b. Saran.............................................................................................................. 13
Daftar Pustaka
ii
BAB I.
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang ini
berbagai macam penyakit terus di temukan dan terus berkembang seiring dengan
perkembangan zaman,baik pola penularan,pengobatan, pencegahan serta penyebabnya
pun berbeda – beda mulai dari penyakit yang ringan sampai yang sulit di
sembuhkan.
Demam berdarah dengue atau
yang biasa di singkat DBD adalah salah satu penyakit yang sulit di sembuhkan hal
ini di sebabkan karena Sampai saat ini belum ditemukan obat atau vaksin untuk
penanggulangan DBD ini.
Demam berdarah dengue banyak terjangkit di
daerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita demam berdarah dengue tiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama di Asia timur dan
selatan ditambah dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus.
Penyakit DBD pertama kali di indonesia di
temukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru di
dapat pada tahun 1972. sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah,
sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor – Timur
telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali di temukan, jumlah kasus
menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang
terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.
KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998,
dengan Incidence Rate ( IR ) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada
tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10.17%, namun tahun – tahun berikutnya IR
cenderung meningkat yaitu 15.99 ( tahun 2000); 21.66 ( tahun 2001 ); 19.42 (
tahun 2002 ) dan 23,87 ( tahun 2003 ).
Hampir setiap tahun, di
bulan-bulan tertentu, selalu saja ada berita tentang kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Indonesia. Penyakit ini tiap tahun telah membawa
1
banyak korban jiwa, bahkan
jumlah kasus serta korban jiwa meningkat tiap tahunnya.DBD terjadi
berulang-ulang setiap tahun. DBD merupakan salah satu penyakit penting di
Indonesia dan memerlukan penanganan yang menyeluruh dan integral, agar penyakit
ini tidak lagi menimbulkan banyak korban jiwa.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
Bandung, jumlah penderita DBD pada Januari 2009 mencapai 783 kasus. Jumlah itu
lebih besar dibandingkan dengan Januari 2008 yaitu sebanyak 545 kasus.
Sementara itu, total jumlah penderita DBD di tahun 2008 sebanyak 4.432 kasus.
Kecenderungannya menurun jika dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai
4.717 kasus. Berdasarkan data tahunan Dinas Kesehatan Kota Bandung, puncak
penyebaran virus DBD selalu terjadi pada caturwulan pertama setiap tahun,
antara Februari-April.
B. Manfaat
Makalah
ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis khususnya, maupun para pembaca.
Manfaat tersebut baik dari segi pengetahuan dan pemahaman mendalam mengenai
penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF).
2
BAB II
PAMBAHASAN
A.
Definisi Demam Berdarah Dengue ( DBD
)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
{bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue dengan genusnya adalah favivirus. Virus ini
mempunyai empat serotipe yang di kenal dengan DEN- 1, DEN- 2, DEN- 3, dan DEN-
4, yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan – perdarahan.
B.
Mengenal
nyamuk Ae.Aegypti
Mengenali nyamum Ae. aegypti sangat mudah. Beberapa ciri khusus untuk
mengenali nyamuk ini antara lain dari pola hitam putih di tubuhnya, sepeti di
kaki dan diperutnya. Perhatikan gambar di bawah ini.

Tetapi perlu hati-hati, tidak semua nyamuk yang belang-belang adalah nyamuk Ae. aegypti. Masih ada beberapa ciri khusus lagi yang membedakkannya dengan nyamuk
3
jenis lain. Perhatikan pola di punggungnya. Ae. aegypti memiliki dua
garis putih di tengah dan di sisinya ada dua garis melengkung. Perhatikan
baik-baik di bagian punggung nyamuk ini.

Kalau gambar skemanya seperti gambar di bawah ini. Perhatikan kembali di bagian kepalanya.
![]() |
Cara nunggingnya pun bisa digunakan untuk membedakan nyamuk ini dengan jenis nyamuk yang lain. Perhatikan kembali gambar skema di bawah ini.

Gambar skema nyamuk Ae. aegypti tampak atas dan tampak samping.
Kalau diperhatikan lebih jauh lagi ada perbedaan penting pada bentuk larva Ae. aegypti. Larva nyamuk, kita sering menyebutnya jentik nyamuk, memiliki bentuk khusus pada sipon-nya. Sipon adalah alat pernafasan larva yang letaknya di bagian ekor. Perhatikan gambar di bawah ini. Sipon jentik Ae. aegypti berukuran sedang dibandingkan dengan sipon jenis lain.
4
Pupa larva ini juga sangat khas. Pupa Ae. aegypti berbeda dengan pupa
serangga lain. Kalau kupu-kupu biasanya bertapa ketika menjadi pupa, nyamuk
justru aktif ke sana ke mari ketika berbentuk pupa. Punya nyamuk seperti gambar
di bawah ini.

C.
Siklus hidup Ae.Aegypti
Sedangkan siklus hidup nyamuk ini seperti
gambar di bawah ini. Nyamuk Ae. aegypti bertelur di air. Pertama nyamuk
bertelur, telur menetas menjadi larva instar ke-1, instar ke-2, instar ke-3,
instar ke-4, pupa, dan akhirnya menjelma menjadi nyamuk dewasa.

5
- Masa inkubasi dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue
Masa tunas / inkubasi
selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38
– 40 derajat Celsius ).
2. Pada pemeriksaan uji tourniquet, tampak
adanya jentik (puspura) perdarahan.
3.
Terjadi pembesaran hati ( Hepatomegali ).
4.
Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
5.
Terjadi penurunan trombosit di bawah 100.000 / mm3
(Trombositopeni)
6.
timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti
mual,muntah penurunan nafsu makan ( anoreksia ),sakit perut diare,menggigil
kejang, sakit kepala, mimisan ( epitaksis ) pada hidung dan gusi, feces
berlendir dan campur darah ( malena ).
7. Demam yang di rasakan penderita
menyebabkan pegal / sakit pada persendian.
8. Munculnya bintik – bintik merah pada kulit
akibat pecahnya pembuluh darah
9. Pada kasus berat gejala klinis di tambah
dengan terjadinya akumulasi cairan pada rongga tubuh
E. Diagnosis
Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang
terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan
trombositopenia dan leukopenia relatif. Serologi dan reaksi berantai polimerase
tersedia untuk memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara
klinis. Mendiagnosis demam
berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian dari pada menunggu akut.
6
F. Penularan
Ditularkan melalui gigitan
nyamuk yang infektif, terutama Aedes aegypti. Ini adalah spesies nyamuk yang
menggigit pada siang hari, dengan peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam
sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam. Aedes
aegypti maupun Aedes albopictus ditemukan di daerah perkotaan; kedua species
nyamuk ini ditemukan juga di AS. Aedes Albopictus, sangat banyak ditemukan di
Asia, tidak begitu antropofilik dibandingkan dengan Aedes Aegypti sehingga
merupakan vector yang kurang efisien. Di Polinesia, salah satu jenis dari Aedes
Aegypti Scutellaris spp, bertindak sebagai vector. Di Malaysia, vectornya
adalah kompleks Aedes Aegypti Niveus dan di Afrika Barat adalah kompleks nyamuk
Aedes Aegypti furcifer-taylori berperan sebagai vector penularan nyamuk-monyet.
G.
Penyebaran
Kasus penyait ini pertama kali
di temukan di Manila, Filipina pada tahun 1953. kasus pertama kali di laporakan
terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanya 24 orang.
Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke beberapa propinsi di
Indonesia, dengan jumlah kasus sbagai berikut :
-
Tahun
1996 : jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah ematian sebanya 1.234
-
Tahun
1998 : jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.414 orang (
terjadi ledakan ).
-
Tahun
1999 : jumlah kasus 21.134 orang
-
Tahun
2000 : jumlah kasus 33.443 orang
-
Tahun
2001 : jumlah kasus 45.904 orang
-
Tahun
2002 : jumlah kasus 40.377 orang
-
Tahun
2003 : jumlah kasus 50.131 orang
-
Tahun
2004 : jumlah kasus 26.015 orang dengan jumlah ematian sebanyak 389 orang.
7
H.
Pengobatan
Fokus pengobatan pada penderita penyakit
DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok,
yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2
liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
Penambahan cairan tubuh melalui infuse (
intravena ) mungkin di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi
yang berlebihan.transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun
drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat – obatan terhadap keluhan yang
timbul,misalnya :



Lakukan kompress dingin, tidak perlu
dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan
kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif yang umum dikenal
adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah
dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat
mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
I.
Epidemiologi
Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.
8
J.
Pencegahan ( Pengendalian Nyamuk Ae.
Aegypti )
DBD disebabkan oleh virus dan
penyebarannya melalui vektor nyamuk. Dari sekian banyak jenis nyamuk, hanya
satu nyamuk yang menjadi vektor DBD, yaitu Aedes aegypti. Oleh karena itu untuk
mengendalikan penyebaran DBD dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk ini
yaitu dengan beberapa metode sebagai berikut :
a. lingkungan
Metode lingkungan untuk
mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (
PSN ),pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembang biakan nyamuk dan
perbaikan desain rumah sebagai contoh : menguras bak mandi atau penampungan air
sekurang – kurangnya sekali seminggu,mengganti dan menguras vas bunga dan
tempat minum burung seminggu sekali menutu dengan raat tempat penampungan
air,mengubur kaleng – kaleng bekas,aki bekas dan ban bekas di sekitar
rumah.tumpah atau bcornya air dari pipa distribusi,katup air, meteran air dapat
menyebabkan air menggenang dan menjadi habitat yang penting untuk larva
Ae.Aegypti jika tindakan pencegahan tidak dilakukan.
b. Biologis
Pengendalian biologis antara
lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( kan adu / ikan cupang ), dan
bakteri ( Bt.H – 14 ). Peran pemangsa yang di mainkan oleh copepod crustacea (
sejenis udang – udangan ) telah di dokumnetasikan pada tahun 1930 – 1950
sebagai predator yang efektif terhadap Ae.Aegypti ( Kay BH, 1996 ).selain itu
juga di gunakan perangkap telur autosidal ( perangkap telur pembunuhan ) yang
saat ini sedang dikembangkan di singapura.
9
c. Kimia
Cara pengendalian
ini antara lain dengan pengasapan ( fogging / dengan menggunakan malathion dan
fenthinol ),berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu
tertentu memberikan bubuk abate ( temephos ) pada tempat – tempat penampungan
air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain – lain. Cara yang paling
efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara – cara
di atas, yang di sebutkan dengan 3M plus,yaitu menutup,menguras dan mengubur barang
– barang yang bisa di jadikan sarang nyamuk.selain itu juga melakukan beberapa
plus seperti memelihara ikan pemakan jentik,menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan
insektisida,menggunakan repellent,memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik
berkala sesuai dengan kondisi setempat ( Deubel V et al, 2001 ).pemerintah juga
memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan kembali ( revitalisasi ) pokjanal
DBD di Desa / Kelurahan maupun kecamatan dengan pemberian penyuluhan kesehatan
lingkungan dan pemeriksaan jentik berkala.perekrutan warga masyarakat sebagai
juru pemantau jentik ( jumantik ) dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan
pemantauan jentik,pemberantasan sarang nyamuk secara periodik dan penyuluhan
kesehatan.peran media massa dalam penanggulangan KLB DBD dan sebagai peringatan
dini kepada masyarakat juga di tingkatkan dengan adanya sistem pelaporan dan
pemberitahuan kepada khalyak yang cepat di harapkan masyarakat dan departemen
terkait lebih waspada.intensifikasi pengamatan ( surveilans ) penyakit DBD dan
vektor dengan dukungan laboratorium yang memadai di tingkat PusKesMas Kecamatan /
Kabupaten juga perlu dibenahi.
10
K.
Dengue dan Permasalahannya
sampai
saat ini belum di temukannya obat atau vaksin untuk penanggulangan DBD ini.
Beberapa usaha yang berhubungan dengan pengembangan obat telah dan tengah di
lakukan . dala satu penelitian di katakan bahwa interferon , ribavirin, 6 – azauridine, and glycyrrhizin menghambat perkembangabiaan flavivirus termasuk
virus dengue secara in vitro ( Crance
et al, 2003 ), tetapi belum di buktikan secara invivo. Begitu juga dengan usaha
pengembangan antivirus dengan penemuan inhibitor enzim yang di perlukan untu
perkembangabiakan virus seperti protease,helikase, RNA polimerase, dan lain –
lain. Semua percobaan baru pada tahap pengujian ativitas secara in vitro, yang masih jauh dari
pengembangan menjadi obat yang biasa di gunakan untuk pasien.
Demikian
juga halnya dengan pengembangan vaksin. Ada beberapa kesulitan untuk pengembangan
vaksin dengue ini. Di antaranya adalah kompleksnya virus dengue ini. Di
antaranya terdiri dari 4 serotipe ( DEN – 1, DEN – 2, DEN – 3, dan DEN – 4 ),
sehingga vaksin yang di kembangkan harus mengandung antigen dari ke empat
serotipe tersebut.
Kesulitan yang kedua adalah infeksi virus dengue ini tidak mengindus antibodi yang bisa menahan tubuh dari serangan. Pada kebanyakan virus, infeksi akan mengindus antibodi yang bisa menahan tubuh terhadap serangan virus berikutnya. Tapi hal ini berbeda dengan virus dengue. Infeksi pertama (primary infection) malah mempermudah tubuh untuk mendapat serangan berikutnya (secondary infection). Begitu juga gejala yang diakibatkannya. Serangan berikutnya menimbulkan gejala yang lebih berat dan fatal. Jika pada serangan pertama hanya menyebabkan panas (dengue fever/DF), serangan berkutnya bisa menyebabkan panas beserta perdarahan ( Dengue Hemmoragic Fiver / DHF ) atau bahakan di sertai shock ( Dengue Shock Sindrome / DSS ).
11
Karena itu,
pengembangan vaksin harus disertai dengan pertimbangan kemungkinan ini.
Artinya, kita harus menemukan kondisi yang optimal agar pemberian vaksin tidak
membuat tubuh lebih sensitif terhadap serangan virus dengue. Di antara kondisi
yang harus dipertimbangkan bisa berupa jumlah dosis, jumlah vaksin itu sendiri,
komposisi masing – masing serotipe, dan lain – lain.
12
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam berdarah dengue ( DBD ) merupakan penyakit yang di sebabkan oleh nyamuk Ae.Aegypti yang
berkembang dan hidup di daerah tropis
maupun subtropis. Indonesia
merupakan salah satu Negara dengan rating ( tingkat ) kasus DBD yang cukup
tinggi .
Demam berdarah dengue ( DBD ) merupakan salah satu
penyakit yang sampai pada saat ini belum di temukan obat atau vaksinnya,namun
dapat di cegah dengan memperhatikan kebersihan rumah,lingkungan sekitar rumah
dan perbiasakan pola hidup sehat yaitu mencuci tangan sebelum makan,makan
makanan yang sehat dan bergizi,istirahat yang cukup atau lakukan tidakan promotif dan preventif
B. Saran
v
Lakukanlah gerakan 3M untuk mengendalikan
perkembangbiakan nyamuk Ae.Aegypti karena tindakan preventif lebih baik dari
tindakan kuratif.
v
Kenalilah gejala DBD sedini mungkin agar dapat
mengurangi jumlah penderita DBD
v
Biasakan pola hidup sehat
v
Gunakanlah kelambu anti nyamuk atau lotion anti
nyamuk
v
Lakukanlah tindakan promotif kepada masyarakat
sedini mungkin agar masyarakat tahu dan pahami bahaya DBD dan pentingnya
penanganan terhadap kasusu DBD
v
Segeralah
membawa pasien ke rumah sakit atau pusat kesehatan masyarakat ( PusKesMas)terdekat,apabila
terdapat tanda – tanda atau gejala DBD.
13
DAFTAR PUSTAKA
-
Dogi
Girsang. 2014. https://www.academia.edu/4201416/Pemeriksaan_Penunjang_ Demam _Berdarah. Duindul tanggal 25 Oktober 2014
-
Keperawatan
Profesional Islami. 2013. http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com
/ 2 013/03/ makalah-dhf.html. diunduh tanggal 24 Oktober
2014.
-
Pedoman
pengobatan dasar di PusKesMas berdasarkan gejala,Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 2001
Komentar
Posting Komentar