MAKALAH KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP TUGAS DAN PROFESI
MAKALAH KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP TUGAS DAN PROFESI

DISUSUN OLEH
:
1.
SELA JULI TAMARA
2.
HUTAMI LARASATI
3.
FATIKA SAISYARANI AKAF
4.
MELIA YUNICA
5.
SITI NURLINA
6.
ANISYA ADETIARA
7.
ANISASYA ADETIARA
8.
ANISA SULISTIYA
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN DIV KEBIDANAN
TAHUN 2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita.
Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan
Bandar
Lampung, November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah......................................................................... 1
C.
Tujuan........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi Kode Etik....................................................................... 2
B.
Tujuan........................................................................................... 2
C.
Fungsi Kode Etik......................................................................... 3
D.
Penetapan Kode Etik.................................................................... 3
E.
Dasar Pembentukan Kode Etik Bidan ........................................ 4
F.
Kewajiban Bidan Terhadap
Tugasnya (3 butir)............................ 4
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................. 7
B.
Saran........................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Etika dalam
perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia
orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala
aspek atau sisi kehidupan manusia.
Begitu
halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu ketentuan tentang
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku dalam
pergaulan sehari-hari dimayarakat, yang dalam hal ini kode etik profesi
kebidanan.
Berdasarkan
teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan memiliki tugas moral.
Tugas moral selalu diiringi dengan tanggung jawab moral. Dalam dunia profesi,
istilah tanggung jawab moral disebut etika dan selama menjalankan
perannya, bidan sering kali bersinggungan dengan masalah etika.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa saja
Kewajiban Seorang bidan?
C. Tujuan
1. Mengetahui
tentang Kewajiban Bidan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kode Etik
Kode etik
adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam melaksanakan
tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma tersebut berisi petunjuk
bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka menjalankan profesinya dan
larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan
sehari-hari di masyarakat.
Kode etik
kebidanan merupakan suatu pernyataan komperensif profesi yang menuntut bidan
melaksanakan praktik kebidanan baik yang berhubungan dengan kesejahteraan
keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya. Penetapan kode etik
kebidanan harus dilakukan dalam Kongres Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
B.
Tujuan
- Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi. ”Image’ pihak luar atau masyarakat terhadap suatu profesi perlu dijaga untuk mencegah pandangan merendahkan profesi tersebut. Oleh karena itu, setiap kode etik profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar sehingga kode etik disebut juga ”kode kehormatan”.
- Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota. Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Berkenaan dengan kesejahteraan material, kode etik umumnya menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi ketika berinteraksi dengan sesama anggota profesi
- Meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya.
- Meningkatkan mutu profesi. Kode etik juga memuat norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu, kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.
C.
Fungsi Kode
Etik
Kode etik berfungsi sebagai berikut :
- Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik
- Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan dipertimbangkan dalam memberi pelayanan
- Merupakan cara untuk mengevaluasi diri
- Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi rekan sejawat
- Menginformasikan kepada calon perawat dan bidan tentang nilai dan standar profesi
- Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.
D.
Penetapan
Kode Etik
Kode etik
hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Kode etik suatu
organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di
kalangan profesi, jika semua individu yang menjalankan profesi yang sama
tergabung dalam suatu organisasi profesi. Jika setiap orang yang menjalankan
suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu organisasi atau ikatan
profesi, barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara
murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran
terhadap kode etik dan dikenai sanksi.
E.
Dasar
Pembentukan Kode Etik Bidan
Kode etik
bidan pertam kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres
Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk pelaksanaan kode etik bidan disahkan
dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991. Kode etik bidan sebagai
pedoman dalam berperilaku, disusun berdasarkan pada penekanan keselamatan
klien.
F.
Kewajiban Bidan Terhadap Tugasnya (3 butir)
- Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien,keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
a. Melaksanakan
pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan antenatal (ANC), memberi
imunisasi, KIE, sesuai dengan kebutuhan.
b. Memberi
pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang bidan (contoh,
memberi suntikan ergometrin, sitocynon, infus, dll)
c. Memberi
pelayanan yang bersifat promotif/peningkatan kesehatan, seperti memberi
roboransia
d. Memberi
pelayanan yang bersifat rehabilitatif (contoh, senam nifas, penghayatan gizi,
bimbingan mental)
- Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangandalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakankonsultasi dan atau rujukan.
a.
Menolong partus di rumah sendiri, di puslesmas, di
rumah sakit, dan partus luar.
b.
Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu., bayi,
KB sesuai dengan wewenangnya.
c.
Merujuk pasien yang tidak dapat ditolong ke rumah
sakit, yang memiliki fasilitas lebih lengkap
- Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat danatau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan ataudipedukan sehubungan kepentingan klien.
a. Ketika bertugas, bidan tidak
dibenarkan menceritakan segala sesuatu yang diketahuinya kepada siapapun
termasuk keluarganya (contoh, bila menemukan pasien dengan sakit sifilis atau
gonorae). Kadang-kadang, pasien menceritakan keadaan rumah tangganya kepada
bidan dan bidan tidak boleh menceritakannya kepada suami.
b. Dan tidak boleh menceritakannya kepada
keluarga atau orang lain.
Dalam mengadaptasi teori etika
seorang bidan harus mampu menyesuaikan dengan keadaan dirinya dan berlandaskan
pada kode etik dan standar profesi. Bidan tidak dapat memaksakan untuk
mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, karena hal ini akan merugikan
bidan itu sendiri. Bidan harus menilai kemampuan dirinya dalam melakukan
sesuatu namun tidak menyimpang dari prinsip pelayanan, yaitu berusaha
mengutamakan keselamatan ibu, bayi dan kelurga. Contohnya ketika seorang bidan
desa harus menolong persalinan, disaat jadwal pemeriksaan kehamilan, selain itu
ada beberapa ibu yang memerlukan pelayanan KB dan asuhan BBL. Maka kemungkinan
besar ia hanya dapat menerapkan teori utilitarian (mencoba menghasilkan yang
terbaik bagi semua orang sesuai kemampuannya, karena golongan utilitarian
meyakini bahwa hasil yang didapat setiap orang harus sama. Sebenarnya bidan
tersebut dapat menerapkan teori deontologi, namun pelayanan yang ia berikan
tidak akan mencakup semua klien.
Sebagai pendidik, bidan harus
memberikan pengajaran yang jelas, tidak bias. Akan tetapi, bidan harus
menghindari kecenderungan untuk menciptakan bidan kaku (tidak mengikuti
informasi terkini dari literature yang jelas tentang perkembangan pelayanan
kebidanan) sehingga akan menimbulkan sikap “sok tau”. Contohnya pada
saat menolong persalinan mahasiswa bidan diajarkan untuk tidak melakukan
episiotomi. Jika pola pengajaran tidak tepat mahasiswa akan sepenuhny menyerap
materi tersebut, akibatnya, ia tidak akan melakukan episiotomi tanpa melihat
ada tidaknya indikasi.
Sebagai konselor bidan harus
menjelaskan tentang tindakan yang akan diberikan kepada klien dengan jelas,
contohnya seorang ibu datang ke bidan yang ingin menjadi akspetor KB IUD namun
timbul ketakutan akibat rumor negatif yang beredar dimayarakat tentang IUD.
Masalah etika yang timbul yaitu ketika bidan tidak dapat menjelaskan dengan
baik, sehingga pandangan klien tentang IUD tidak berubah dan mengurungkan
niatnya untuk menjadi akseptor KB.
Bidan juga dapat berperan sebagai
teman, sehingga klien merasa nyaman ketika menerima pelayanan yang diberikan
kepada kien, namun peran sebagai teman juga harus memiliki batasannya. Sikap
professional terhadap klien harus dijaga, sehingga klien dan keluarganya
memandang bidan sebagai orang yang berwibawa dan mampu mengendalikan diri
sehingga mampu melindungi kliennya. Peran dosen bidan sebagai teman juga
diperlukan, sehingga siswa tidak merasa sungkan dalam proses belajar mengajar.
Namun -lagi-lagi- peran sebagai teman tetap ada batasnya, jangan sampai
penilaian terhadap mahasiswa menjadi subyektif, ketika mahasiswa bidan
melakukan suatu kesalahan dosen bidan menutupi kesalahan mahasiswanya karena
kedekatan yang berlebihan.
Etika berperan dalam penelitian
kebidanan, contohnya dahulu praktik kebidanan masih banyak berdasar kebiasaan
atau dogma, dengan kemajuan zaman praktik yang seperti itu tidak dapat
dilaksanakan lagi, tetapi dituntut praktik yang professional berdasarkan pada
hasil penelitian. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai
subyek maupun subyek penelitian. Sehingga bidan perlu mengetahui tentang etika
penelitian, demi kepentingan melindungi klien, institusi tempat praktik dan
diri sendiri. Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan
kebidanan. Bidan harus siap mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan
pelayanan pada hasil penelitian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika
sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu yang
abstrak dan kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian filsafat
dianggap jauh dari kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah dipahami secara
relevan bagi banyak persoalan yang dihadapi. Etika sebagai filsafat moral
mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori
yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah, baik atau buruk, yang
secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi
pedoman bagi tindakan manusia.
Etika tidak
lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan membutuhkan
suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan fungsinya. Dalam
menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu
teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.
B.
Saran
Menjadi
tenaga kesehatan privasi pasien sangatlah rahasia dalam bentuk apapun itu dan
dalam kondisi apapun. Dan sebaiknya seorang bidan harus memberikan asuhan
kebidanan dengan baik dan benar serta mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Heni Puji Wahyuningsing.2009. etika Profesi Kebidanan,
Fitramaya, Yogyakarta
IBI. 2002. Kode Etik Kebidanan. Bandung : Pengurus Daerah
IBI Wilayah Jawa Barat.
Manuaba, 1998:157
Mochtar Rustam, 1998:91
Obstetri Fisiologi, UNPAD Bandung 1983:221
Sarwono, 2005:180
Wikmosastro, 1991:180
Komentar
Posting Komentar