MAKALAH KEPENDUDUKAN DAN KB





MAKALAH
KEPENDUDUKAN DAN KB


DISUSUN OLEH :
1.      Eka Haryati                           (17340062P)
2.      Eva Lamipa                           (17340071P)
3.      Fitri Yanti                              (17340075P)
4.      Fitri Yani                               (17340076P)
5.      Husnaini                                 (17340081P)
6.      Indah Novita                          (17340083P)
7.      Kezia Septina Silaen              (17340086P)
8.      Margaretha Retnowati         (17340093P)



UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
JURUSAN DIV KEBIDANAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillaah penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga dengan kekuatan pikiran dan keterbukaan hati, penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai promosi kesehatan dengan judul “KEPENDUDUKAN DAN KB
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk kelengkapan tulisan ini ke depan agar dapat berguna bagi kita semua.

Bandar Lampung, Oktober 2017


Penulis
















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2  Tujuan.................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHSAN
2.1 Komposisi dan Penyebaran Penduduk................................................ 5
2.2 Pertumbuhan Penduduk...................................................................... 6
2.3 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk  Terhadap Kesehatan
      Masyarakat.......................................................................................... 7
2.4 Pengukuran  Struktur  Demografi....................................................... 9

2.5 Pengukuran Proses Demografi............................................................ 11

2.6 Pertumbuhan Penduduk...................................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan......................................................................................... 21
3.2  Saran................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal di suatu tempat. Adapun yang dimaksud penduduk Indonesia adalah orang-orang yang menetap di Indonesia. Berdasarkan publikasi dari Badan  Pusat Statistik (BPS), hasil sensus pada tahun 2000 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 202,9 juta jiwa. Dilihat dari jumlah penduduk yang demikian banyaknya, Indonesia menduduki urutan  keempat sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan, tapi dari sisi lain juga bisa menjadi beban oleh negara untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk yang besar mempunyai dampak terhadap proses dan hasil usaha pembangunan. Jumlah penduduk yang besar tersebut apabila mampu berperan sebagai tenaga kerja yang berkualitas akan merupakan modal pembangunan yang besar dan akan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan di segala bidang.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan dan keragaman alam serta budaya yang luar biasa. Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk tinggi, yakni sekitar 1,98% per tahun. Indonesia merupakan negara dengan nomor urut keempat dalam besarnya jumlah penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik dari BPS, jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 225 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan bayi sebesar 1,49 % per tahun. Angka pertumbuhan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan bayi pada tahun 1970, yaitu sebesar 2,34%. Dengan jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, maka pertambahan penduduk setiap tahunnya adalah 3,5 juta jiwa. Jumlah itu sama dengan jumlah seluruh penduduk di Singapura. Lonjakan penduduk yang sangat tinggi atau baby booming di Indonesia akan berdampak sangat luas, termasuk juga dampak bagi ekologi atau lingkungan hidup. Hal itu dapat mengganggu keseimbangan, bahkan merusak ekosistem yang ada. Dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,98% per tahun, penduduk Indonesia pada 45 – 50 tahun mendatang diperkirakan akan berlipat ganda yakni menjadi 480 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang meningkat drastis, tentunya menyisakan penduduk miskin. Penduduk miskin mempunyai keterbatasan mengakses kebutuhan dasar yang tentunya berpengaruh pada tubuh yang lemah dan kesehatan secara keseluruhan, sehingga mereka tidak dapat mencari nafkah dengan baik, tentunya hal ini membawa konsekuensi pada kemiskinan yang lebih dalam dan panjang dari generasi ke generasi, biasa disebut lingkaran setan kemiskinan, atau kemiskinan struktural.
Banyak hal yang harus diperhatikan secara seksama oleh negara untuk kemakmuran rakyatnya, dan masalah kependudukan merupakan salah satu masalah yang dialami hampir setiap daerah di Indonesia. Jika pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan upaya untuk mengendalikan kenaikan tersebut, maka kondisi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menjadi ancaman berat bagi pertumbuhan kota. Seperti yang diungkapkan Malthus(2004:104) bahwa pertambahan penduduk kian hari kian memberikan tekanan yang berat, dan jika tidak tercegah maka mengakibatkan kesengsaraan dan kelaparan yang merajalela.
Hal tersebut ditakutkan semua kota mengingat pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu tinggi di khawatirkan akan membawa atau mengakibatkan kemiskinan yang tinggi. Malthus mengungkapkan (Sutikno, 2006:58) bahwa penduduk yang banyak akan menyebabkan terjadinya kemiskinan karena menurutnya pertumbuhan penduduk berkembang menurut deret ukur, sedangkan produksi pangan berkembang menurut deret hitung. Sehingga laju pertumbuhan penduduk tidak akan terkejar oleh pertumbuhan makanan dan minuman. Melihat hal yang demikian maka pemerintah harus mengupayakan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, yang dirasa merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dapat dikatakan kompleks karena banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkannya hal tersebut terjadi. Faktor tersebut dapat dapat dari faktor internal yaitu dari diri seseorang itu sendiri atau dari faktor eksternal yaitu lingkungan, pendidikan, keluarga, masyarakat dll. Beberapa faktor penyebab kemiskinan lainnya adalah pertumbuhan ekonomi lokal dan global yang rendah, pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan stabilitas politik yang tidak kondusif. Kemiskinan jelas memberikan dampak negatif bagi masyarakat, lingkungan, dan orang-orang yang berada dalam kemiskinan.
Masalah kemiskinan tersebut sulit untuk dihilangkan dari kehidupan manusia, sehingga memerlukan suatu upaya penanggulangan secara keseluruhan dan berkelanjutan. Banyak sudut pandang orang tentang kemiskinan, mulai dari ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup, kemiskinan dalam hal pendidikan, moral dan tingkah laku sesorang. Hal ini lah yang menyebabkan kemiskinan erat kaitannya dengan keterbelakangan seseorang. Tanpa disadari, masalah kemiskinan sangatlah mempengaruhi perekonomian suatu Negara. Sehingga membuat kondisi ekonomi dan social yang semakin parah dan memprihatinkan.
Banyak hal yang harus diperhatikan secara seksama oleh negara untuk kemakmuran rakyatnya, dan masalah kependudukan merupakan salah satu masalah yang dialami hampir setiap daerah di Indonesia. Jika pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan upaya untuk mengendalikan kenaikan tersebut, maka kondisi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menjadi ancaman berat bagi pertumbuhan kota. Seperti yang diungkapkan Malthus(2004:104) bahwa pertambahan penduduk kian hari kian memberikan tekanan yang berat, dan jika tidak tercegah maka mengakibatkan kesengsaraan dan kelaparan yang merajalela.
Hal tersebut ditakutkan semua kota mengingat pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu tinggi di khawatirkan akan membawa atau mengakibatkan kemiskinan yang tinggi. Malthus mengungkapkan (Sutikno, 2006:58) bahwa penduduk yang banyak akan menyebabkan terjadinya kemiskinan karena menurutnya pertumbuhan penduduk berkembang menurut deret ukur, sedangkan produksi pangan berkembang menurut deret hitung. Sehingga laju pertumbuhan penduduk tidak akan terkejar oleh pertumbuhan makanan dan minuman. Melihat hal yang demikian maka pemerintah harus mengupayakan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, yang dirasa merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kemiskinan.
Selain itu, kemiskinan tidak bisa dilepaskan dari kebodohan dimana sangat erat hubungannya dengan kemiskinan dan keterbelakangan dalam ekonomi dan kemakmuran. Meski kenyataannya ada anak-anak keluarga miskin yang memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi keterbelakangan untuk meraih kesempatan dalam berbagai bidang kehidupan juga yang menimbulkan diskriminasi lantaran status sosial dan ekonomi yang rendah. Untuk memerangi kemiskinan tentu harus bekerja keras. Memerangi kebodohan tentu harus giat belajar, namun kenyataannya pendidikan kian sulit terjangkau kebanyakan rakyat disebabkan oleh biaya yang semakin mahal seiring berkembangnya zaman. Sulitnya juga orang-orang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menunjang kehidupan.
Disinilah pemerintah sangat diharapkan yaitu memainkan perannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam suatu negara, peran pemerintah sangat menentukan, baik dalam membuat masyarakat menjadi miskin, maupun keluar dari kemiskinan. Negara yang maju adalah Negara yang lebih mementingkan kepentingan masyarakatnya untuk menjadikan masyarakat lebih sejahtera dan makmur sehingga kemiskinan yang ada dapat diminimalisir, bahkan lebihnya dapat dihilangkan.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini, yaitu:
1.      Mengetahui tentang komposisi dan penyebaran penduduk
2.      Mengetahui tentang pertumbuhan penduduk
3.      Mengetahui tentang pertumbuhan pengaruh pertumbuhan penduduk  terhadap kesejahteraan masyarakat
4.      Mengetahui tentang pengukuran struktur demografi
5.      Mengetahu tentang proses demografi
6.      Mengetahui tentang pertumbuhan penduduk


BAB II
PEMBAHSAN

2.1 Komposisi dan Penyebaran Penduduk
Komposisi penduduk adalah penggolongan penduduk berdasarkan kriteria tertentu.Misalnya : penduduk desa dapat digolongkan berdasarkan tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, jenis kelamin dsb. Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Kedua variabel ini sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan yang terpenting. Komposisi menurut umur dan jenis kelamin ini sangat penting bagi pemerintah sebuah negara untuk menentukan kebijakan kependudukan mereka untuk beberapa tahun ke depan. Komposisi penduduk dan jenis kelamin bagi suatu masyarakat penting baik dalam kerangka biologis, ekonomi, maupun sosial. Misalnya penting dalam dalam kaitannya dengan angka – angka kelahiran, kematian, rasio beban tanggungan, dan jumlah penduduk usia sekolah.
1.      Macam-macam komposisi penduduk
Bermacam-macam komposisi penduduk dapat dibuat berdasarkan:
a.       Umur
b.      jenis kelamin
c.       status perkawinan
d.      tingkat pendidikan
e.       pekerjaan
f.       bahasa
g.      agama
h.      pendapatan
i.        etnis
j.        tempat tinggal
k.      kewarganegaraan


2.2 Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Berdasarkan sensus tahun 2010 diketahui bahwa pertumbuhan penduduk melebihi proyeksi nasional yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per tahun. Jika laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun maka setiap tahunnya akan terjadi pertumbuhan penduduk sekitar 3,5 juta lebih per tahun. Dengan demikian, jika di tahun 2010 jumlah penduduk 237,6 juta jiwa maka di tahun 2011 bertambah 3,5 juta maka sekarang ada 241 juta jiwa lebih.
Dan jika itu terus terjadi maka semakin banyak masalah yang akan terjadi seperti pengangguran, pencurian dan lain-lain, dan itu akan mempengaruhi terhadap perkembangan sosial di masyarakat.
Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial itu. Dan menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.
1.      Faktor - faktor Pertumbuhan Penduduk
Faktor-faktor pertumbuhan penduduk yang pesat bisa di akibatkan oleh :
1.      Kelahiran (Natalis)
Kelahiran adalah faktor utama dari pertumbuhan penduduk, dan dapat diartikan sebagai banyaknya jumlah kelahiran penduduk setiap tahunnya dalam suatu  wilayah.
2.      Migrasi Penduduk
Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat nonpermanen (sementara) misalnya turisme baik nasional maupun internasional, dan ada pula mobilitas penduduk permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati batas negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.
3.      Faktor Yang Mempengaruhi Kelahiran
a.       Kawin di usia muda.
b.      Tidak di adakannya program KB pada suatu daerah.
c.       Pandangan yang menyatakan bahwa banyak anak, banyak rezeki.
d.      Anak merupakan penentu status sosial.
e.       Anak laki-laki merupakan penerus keturunan.

2.3 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk  Terhadap Kesehatan Masyarakat
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi ada dua yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada tempat orang itu tinggal kurang ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga kebanyakan kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu banyaklah orang yang melakukan migrasi.Dalam dalam masalah ini maka penduduk tidak aka jauh dengan masalah kesehatan atau penyakit yang melanda penduduk tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun pemukiman yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan yang tidak terawat yang menyebabkan segala penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan kematian dan terjadi pengurangan jumlah penduduk.
Untuk menjamin kesehatan bagi semua orang di lingkunan yang sehat, perlu jauh lebih banyak daripada hanya penggunaan teknologi medikal, atau usaha sendiri dalam semua sektor kesehatan.Usaha-usaha secara terintegrasi dari semua sektor, termasuk organisasi-organisasi, individu-individu, dan masyarakat, diperlukan untuk pengembangan pembangunan sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan manusiawi, menjamin dasar lingkungan hidup dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.Seperti semua makhluk hidup, manusia juga bergantung pada lingkungannya untuk memenuhi keperluan-keperluan kesehatan dan kelangsungan hidup.Kesehatanlah yang rugi apabila lingkungan tidak lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, air, sanitasi, dan tempat perlindungan yang cukup dan aman- karena kurangnya sumber-sumber atau distribusi yang tidak merata.Kesehatanlah yang rugi apabila orang-orang menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak ramah- seperti binatang-binatang mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau supir-supir yang mabuk.
Kesehatan manusia adalah keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat membangun apa pun, tidak dapat menentang kemiskinan, atau melestarikan lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses pembangunan. Lingkungan yang sehat menghasilkan masyarakat yang sehat, sebaliknya lingkungan yang tidak sehat menyebabkan banyak penyakit.Kemampuan manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup sampai taraf yang irreversible. Prilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai dengan prilakunya tadi. Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya social ekonomi.
 WHO menyatakan “ Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik),rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan. Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,pembuangan air limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai,penggundulan hutan dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit.
Jumlah penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani masalah.pemukiman sangat penting diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan yang utama bagi masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah domestik uang dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap dapur. Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup (63 tahun) dan status gizi. Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dengan kemampuan daya pikir manusia, maka manusia mulai menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja lebih cepat dan efisien si dari tenaga manusia.Sebagai contohnya di Surabaya pada tahun 20 Januari Tahun lalu terkena wabah penyakit Sapi gila dan di Cikarang mewabah demam berdarah.

2.4 Pengukuran  Struktur  Demografi
Adalah sebuah pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data – data tentang kependudukan.
Ukuran-ukuran dasar demografi:
1.       Rate/Angka
Angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian/penyakit tertentu dalam populasi dan waktu tertentu atau perbandingan antara kejadian dengan jumlah penduduk yang memiliki resiko kejadian tersebut. Digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat. Rate dapat digunakan untuk data Natality (Kelahiran) dan Mortality (Kematian).
Contoh : Morbidity rate, Mortality rate, Natality rate
Angka ada dua macam, yaitu:
a.        Angka kasar (crude rate) adalah pembagi jumlah penduduk lengkap
b.       Angka spesifik (specific rate) adalah pembagi kelompok penduduk tertentu.
2.       Rasio
Perbandingan antara nomerator dan denominator pada suatu waktu, atau perbandingan 2 bilangan yang tidak saling tergantung dan digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian. Rasio dapat digunakan untuk data semua komponen ilmu kependudukan, yakni Natality, Mortality, dan Migrasi.
Contoh : Rasio jenis kelamin penduduk Indonesia tahun 2000 (perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan) 101/100. Artinya terdapat 101 penduduk laki-laki diantara 100 penduduk perempuan.
3.       Proporsi
Perbandingan antara pembilang (Numerator) dengan penyebut (denominator) dimana Numerator termasuk dari bagian dari denominator, dengan satuan %. Proporsi dapat digunakan untuk data semua komponen ilmu kependudukan, yakni Natality, Mortality, dan Migrasi.
4.       Rata-rata
Nilai rata-rata adalah ukuran nilai tengah yang didapat dari penjumlahan semua nilai pengamatan yang ada, kemudian dibagi dengan banyaknya pengamatan yang ada. Rata-rata dapat digunakan untuk data semua komponen ilmu kependudukan, yakni Natality, Mortality, dan Migrasi.
5.       Frekuensi
Frekuensi adalah ukuran yang menyatakan seberapa banyak aktivitas suatu kegiatan telah dilaksanakan pada suatu jangka waktu tertentu. Frekuensidapat digunakan untuk data Natality dan Migrasi.
6.       Cakupan
Cakupan adalah ukuran yang menilai besarnya pencapaian dari hasil pelaksanaan suatu target kegiatan yang sebelumnya telah ditentukan pada jangka waktu yang telah ditentukan. Cakupan dapat digunakan untuk data Natality dan Migrasi.
7.       Jumlah
Besarnya ukuran jumlah ini sering digunakan dalam analisis demografi, misalnya, menurut hasil sementara Sensus Penduduk 2000, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2000 berjumlah 203,5 juta orang. Jumlah dapat digunakan untuk data semua komponen ilmu kependudukan, yakni Natality, Mortality, dan Migrasi.
8.       Konstanta
Konstanta merupakan bilangan tetap, misalnya 100.000 atau 10.000. Dalam rumus, dinyatakan dengan "k". Jika "k" ini dikalikan dengan rasio , angka, atau proporsi maka akan mendapatkan hasil yang lebih jelas maknanya. Konstanta dapat digunakan untuk data semua komponen ilmu kependudukan, yakni Natality, Mortality, dan Migrasi.
9.       Kohor
Kohor merupakan sekumpulan orang yang telah menjalani peristiwa demografi secara bersama-sama. Misalnya, kohor kelahiran. Kohor kelahiran adalah sekumpulan orang yang lahir di tahun yang sama. Ukuran kohor adalah ukuran yang digunakan untuk menghitung suatu peristiwa demografi pada suatu kohor tertentu. Kohor dapat digunakan untuk data Natality dan Mortality.

 

2.5 Pengukuran Proses Demografi

Data penduduk yang didapatkan dari hasil sensus penduduk, registrasi maupun survey, susunannya masih belum teratur sehingga sulit untuk dibaca, apalagi diinterpretasi. Menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi disebut menganalisa data (Sofian Effendi et al, 1983). Dalam proses ini seringkali digunakan statistik yang memang berfungsi untuk menyederhanakan data.

Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas variabel-variabel tertentu. Bermacam-macam komposisi penduduk dapat dibuat, misalnya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, bahasa dan agama.

TABEL FREKUENSI

Setelah daftar pertanyaan diisi, langkah selanjutnya ialah membuat tabel frekuensi tunggal misalnya komposisi penduduk menurut agama yang dianut.

Penduduk Indonesia Menurut Agama yang Dianut Tahun 1990 (x 1000)

Agama
Jumlah
Persen
Islam Katholik Kristen Hindu Budha
Lainnya
156.318,6
6.411,8
10.820,8
3.287,3
1.840,7
568,6
87,21
3,58
6,04
1,83
1,02
0,32
Jumlah
179.247,8
100,0
Sumber: BPS 1993
Komposisi penduduk yang sering digunakan untuk analisis dan perencanaan pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang biasanya dijadikan satu dalam suatu tabel. Penduduk yang termasuk kelompok umur 5-9 tahun misalnya adalah semua penduduk yang telah merayakan ulang tahunnya yang kelima, tetapi belum merayakan ulang tahunnya yang kesepuluh.
Kelompok
Umur (tahun)
Jenis Kelamin
Laki-laki
%
Perempuan
%
0-4
306
6,7
288
7,0
5-9
357
7,8
362
8,8
10-14
415
9,1
385
9,3
15-19
515
11,2
439
0,6
20-24
529
11,6
416
0,1
25-29
483
10,6
374
9,0
30-34
412
9,0
386
9,3
35-39
346
7,5
279
6,7
40-44
274
6,0
258
6,2
45-49
234
5,1
229
5,5
50-54
194
4,2
190
4,6
55-59
165
3,6
176
4,3
60-64
177
3,9
172
4,2
65+
172
3,7
181
4,4
Jumlah
4.578
100,0
4.135
100,0

Struktur umur penduduk antara negara satu dengan yang lainnya tidak sama. Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu kelahiran, kematian dan migrasi.
Suatu negara dikatakan berstruktur umur muda, apabila kelompok penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya lebih dari 40%, sedangkan jumlah kelompok penduduk usia 65 tahun kurang dari 10%. Umumnya negara-negara yang sedang berkembang seperti Burma, India dan Indonesia, struktur penduduknya muda. Sebaliknya negara-negara maju seperti Jepang, Jerman dan Amerika Serikat mempunyai struktur penduduk tua. Perbadaan struktur umur akan menimbulkan pula perbedaan dalam aspek sosial-ekonomi seperti masalah angkatan kerja, pertumbuhan penduduk, dan masalah pendidikan.

PIRAMIDA PENDUDUK

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan secara visual pada sebuah grafik yang disebut Piramida Penduduk.
Sering pada tabel komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin terdapat kelompok penduduk yang tidak diketahui umurnya dan kelompok ini tidak dapat dimasukkan pada kelompok umur tertentu dan di dalam tabel disebut dengan kelompok not stated (NS), sudah tentu penduduk NS ini tidak dapat digambarkan dalam piramida penduduk. Jika penduduk dalam kategori ini sedikit, maka kelompok penduduk ini dapat disebarkan ke kelompok-kelompok umur yang lain dengan menggunakan teknik pro-rating”.
Teknik pro-rating dapat dilakukan dengan 2 cara:
1.       Mengalikan masing-masing kelompok penduduk menurut umur dengan faktor pengali k yang dapat dicari dengan rumus:
k =
Jumlah seluruh penduduk
Jumlah seluruh penduduk - NS
2.       Jumlah penduduk kelompok umur tertentu ditambah dengan hasil perkalian proporsi penduduk kelompok umur di atas dengan jumlah seluruh penduduk, kemudian dikali jumlah penduduk NS.
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Tertentu Pada Tahun Tertentu, Sebelum dan Sesudah Dilaksanakan Pro-rating (x1000)

Umur
Sebelum Pro-rating
Sesudah Pro-rating
0-4
5-9
10-14
15-19
25-34
35-44
45-54
55-64
65-74
75+
Tak terjawab (NS)
8.462
7.684
4.319
3.834
7.334
5.720
3.559
1.898
796
376
60
8.473
7.694
4.324
3.843
7.343
5.727
3.563
1.900
797
378
-
Jumlah
44.042
44.042

Catatan: Sebagai ilustrasi diambil kelompok umur 10-14 tahun dipro-rating dengan 2 cara:

Cara 1:    a. k = 44.042.000 : (44.042.000 - 60) = 1,00136419
b. Jumlah penduduk umur 10-14 tahun sebelum pro-rating = 4.319.000 Setelah pro-rating = 4.319.000 x 1,00136419 = 3.324.000

Cara 2:    Setelah pro-rating = 4.319.000 + (4.319.000 : 44.042.000) x 60 = 4.324.000
Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, karakteristik penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi 3 kelompok:
1.       Ekspansif, jika sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda. Tipe ini umumnya terdapat pada negara-negara yang mempunyai angka kelahiran dan angka kematian tinggi. Negara-negara yang termasuk tipe ini diantaranya Indonesia, Malaysia, Philipina, India, dan Costa Rica.
2.       Konstruktif, jika penduduk yang berada dalam kelompok termuda jumlahnya sedikit. Tipe ini terdapat pada negara-negara dimana tingkat kelahiran turun dengan cepat, dan tingkat kematiannya rendah. Contohnya Jepang dan Swedia.
3.       Stasioner, jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama. Terdapat pada negara-negara yang memiliki tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah, contohnya terdapat pada negara-negara Eropa Barat misalnya Jerman.













2.6 Pertumbuhan Penduduk
Hingga kini sebenarnya belum ada informasi tentang perkembangan penduduk dunia yang bisa dipercaya, terutama mengenai gambaran demografi pada abad-abad permulaan kehidupan manusia. Beberapa ahli membuat estimasi tentang jumlah penduduk dan perkembangan penduduk dunia pada waktu yang lampau.
Perkembangan penduduk dunia sengat erat kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia dalam berinteraksi dengan alam sekitarnya. Hingga kini ada 3 tahap perkembangan peradaban manusia:
Pertama, jaman ketika manusia mulai menggunakan alat-alat untuk menanggulangi kehidupannya.
Kedua, jaman ketika manusia mulai mengembangkan usaha pertanian menetap.
Ketiga, jaman mulainya era industrialisasi, yaitu sekitar pertengahan abad ke-17 sesudah Masehi.

Perkiraan Pertumbuhan Penduduk Dunia Hingga Tahun1960

Tahun

Perkiraan Jumlah Penduduk
Rata-rata Pertumbuhan Penduduk dari Tahun Yang Mendahuluinya
JumlahTahun Penduduk Berlipat Dua dari Jumlah Penduduk Tahun Yang Mendahuluinya
10.000.000 B.C.
5.000 B.C. 0
1.300
1.650
1.700
1.750
1.800
1.850
1.900
1.950
1.960
100 ribu -10 juta
5 juta -10 juta
200 juta
400 juta
500 juta
600 juta
700 juta
900 juta
1.200 juta 1.600 juta
2.400 juta
2.800 juta
Lebih rendah dari 0,05 Idem
Idem Idem 0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,8
1,7
Sangat lama sekali Idem
Idem Idem 1.000
300
230
180
140
120
90
40

Sumber: Tomlinson (1965)

Sejalan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi dalam mengolah sumber daya alam, tingkat kehidupan manusia menjadi semakin baik.

TRANSISI VITAL

Transisi vital adalah perubahan-perubahan tingkat kelairan dan tingkat kematian dimulai dari tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi, berangsur-angsur berubah menjadi tingkat kelahiran dan kematian yang rendah, dan tingkat kematian menurun lebih cepat dibandingkan dengan tingkat kelahiran.
Menurut Bogue (1969) transisi vital dibagi menjadi 3 tahap:
1.      Pra-transisi (pre-transitional), dari A hingga B, dengan ciri-ciri tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang sama-sama tinggi. Angka pertumbuhan penduduk alami sangat rendah (bahkan mendekati nol). Di Eropa masa ini terjadi sebelum tahun 1650 dan menyebabkan penduduk dunia stabil.
2.      Transisi (transitional), dari B ke E dicirikan dengan penurunan tingkat kelahiran dan kematian, mengakibatkan tingkat pertumbuhan panduduk alami sedang atau tinggi. Fase transisi ini dibagi lagi menjadi 3 bagian:
a.       Permulaan Transisi (early transitional), dari B ke C dicirikan dengan tingkat kematian menurun, tetapi tingkat kelahiran tetap tinggi, bahkan ada kemungkinan meningkat karena perbaikan kesehatan.
b.      Pertengahan Transisi (mid-transitional), dari C ke D dimana tingkat kelahiran dan kematian kedua- duanya menurun, tetapi tingkat kematian menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran.
c.       Akhir Transisi (post-transitional), dari D ke E dimana tingkat kematian rendah dan tidak berubah atau menurun hanya sedikit, dan angka kelahiran antara sedang dan rendah, dan berfluktuasi atau menurun. Pengetahuan tentang kontrasepsi meluas.
3.      Pasca Transisi (post-transitional), dari ke F yang dicirikan oleh tingkat kematian dan tingkat kelahiran kedua-duanya rendah; hampir semuanya mengetahui cara-cara kontrasepsi dan dipraktekkan. Tingkat kelahiran dan tingkat kematian (vital rates) mendekati kesimbangan. Pertumbuhan penduduk alami amat rendah dalam jangka waktu yang panjang.
Indonesia diperkirakan akan mengakhiri proses transisi vital pada tahun 2005 dengan nilai-nilai:
a.       Angka harapan hidup waktu lahir (eo) lebih dari 65 tahun.
b.      Fertilitas Total (Total Fertility Rate = TFR) mendekati 2.
c.       Tingkat replacement Net Reproduction Rate (NRR) = 1. (Suriastini, 1995)
Menurut Suriastini (1995) perbedaan secara regional dalam angka kematian dan kelahiran menyebabkan tidak semua propinsi akan menyelesaikan proses transisinya pada tahun 2005, seperti yang akan dicapai pada tingkat nasional. Perbedaan angka fertilitas antar propinsi di Indonesia tampak cukup berarti. Terjadinya perbedaan ini bukan hanya disebabkan oleh adanya perbedaan keadaan sosial ekonomi dan budaya, juga karena adanya perbedaan waktu pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB).



TRANSISI MOBILITAS PENDUDUK
Zelinsky (1971) dalam menyusun hipotesis transisi mobilitas penduduk mengasumsikan adanya hubungan antara tahapan pembangunan ekonomi dengan pola mobilitas penduduk. Dikemukakannya bahwa pertumbuhan mobilitas penduduk adalah bagian dari proses modernisasi. Dlam kaitan ini ia membedakan masyarakat menjadi 2 tipe, yaitu masyarakat pra modern dan modern. Berdasarkan perkembangan peralihan dari masyarakat pra modern menuju masyarakat modern amat jelas pola-pola mobilitas penduduk membentuk suatu keteraturan dalam waktu tertentu.
TEORI KEPENDUDUKAN
1.      ALIRAN MALTHUSIAN DAN NEO-MALTHUSIAN Aliran Malthusian
Aliran ini dipelopori oleh seorang pendeta Inggris bernama Thomas Robert Malthus (1766-1834). Dia menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi beberapa bagian dari permukaan bumi (Weeks, 1992). Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Malthus juga berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju petumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembbatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia.
Pembatasan Pertumbuhan Penduduk
Preventive Checks
(lewat penekanan kelahiran)
Positive Checks
(lewat proses kematian)
Moral Restraint (pengekangan diri)
Vice
(usaha pengurangan kelahiran)
Vice
(segala jenis pencabutan nyawa)
Misery (keadaan yang
menyebabkan kematian)
Segala usaha mengekang nafsu seksual
Penundaan perkawinan
Pengguguran kandungan
Homoseksual
Promiscuity
Adultery
Penggunaan alat-alat kontrasepsi
Pembunuhan anak-anak
Pembunuhan orang- orang cacat
Pembunuhan orang- orang tua
Epidemi
Bencana alam
Peperangan
Kelaparan
Kekurangan pangan


Aliran Neo-Malthusian
Kelompok ini dipelopori oleh Garret Hardin dan Paul Ehrlich. Kelompok ini tidak sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan menggunakan semua cara-cara “preventive checks”, misalnya dengan penggunaan alat- alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran dan pengguguran kandungan (abortions).

1.  ALIRAN MARXIST

Aliran ini dipelopori oleh Karl Mark dan Frederich Engels. Menurut Mark tekanan penduduk yang terdapat di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk terhhadap kesempatan kerja. Kemelaratan terjadi bukan karena disebabkan pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terjadi pada negara-negara kapitalis. Kaum kapitalis membeli mesin-mesin untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh buruh.

2.  TEORI KEPENDUDUKAN MUTAKHIR Kelompok Teori Fisiologi dan Sosial Ekonomi

John Stuart Mill. Seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris yang dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun dia juga berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Dikatakannya bahwa produktivitas seseorang yang tinggi cenderung ingin memiliki keluarga yang kecil. Dalam situasi ini fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup merupakan determinan fertilitas.
Arsene Dumont. Seorang ahli demografi bangsa Perancis yang hidup pada akhir abad-19. Ia menyatakan teori penduduk baru yang disebut teori kapilaritas sosial. Kapilaritas sosial mengacu pada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di dalam masyarakat. Sebagai contoh seorang ayah yang selalu mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh kedudukan yang tinggi melebihi apa yang telah dicapainya sendiri. Untuk mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang. Konsep ini dibuat berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa kapiler.
Emile Durkheim. Seorang ahli sosiologi Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Ia menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi (Weeks, 1992). Pada suatu wilayah dimana angka kepadatan penduduknya tinggi akibat dari tingginya laju pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan diantara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam usaha memenangkan persaingan tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu. Keadaan seperti ini terlihat jelas pada masyrakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks.
Michael Thomas Sadler. Daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu Negara atau wilayah. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, daya reproduksi manusia akan meningkat.
Doubleday. Daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya reproduksi manusia. Jika suatu makhluk diancam bahaya,








BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
WHO menyatakan “ Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik),rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan. Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,pembuangan air limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai,penggundulan hutan dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit.
Jumlah penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani masalah.pemukiman sangat penting diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan yang utama bagi masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah domestik uang dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap dapur. Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup (63 tahun) dan status gizi. Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dengan kemampuan daya pikir manusia, maka manusia mulai menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja lebih cepat dan efisien si dari tenaga manusia.Sebagai contohnya di Surabaya pada tahun 20 Januari Tahun lalu terkena wabah penyakit Sapi gila dan di Cikarang mewabah demam berdarah.

3.2  Saran
Demikianlah yang bisa kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan rujukan atau refrensi yang kami peroleh. sehubungan dengan makalah ini penulis banyak berharap kepada pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis. Aamiin


















DAFTAR PUSTAKA






Komentar

Postingan Populer