MAKALAH MAKANAN KHAS TRADISIONAL PROVINSI LAMPUNG
MAKALAH
MAKANAN KHAS TRADISIONAL PROVINSI LAMPUNG

DISUSUN OLEH:
CAHAYA BERLIANA
IRFAN ARDIAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN GIZI
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami
panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat
danKarunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,
serta tepat padawaktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “MAKALAH MAKANAN KHAS
TRADISIONAL PROVINSI LAMPUNG”
Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bandar
Lampung, September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakan........................................................................................... 4
B. Tujuan
Dan Manfaat................................................................................. 9
BAB
II PEMBAHASAN
A. Seruit...................................................................................................... 12
B. Tempoyak............................................................................................... 13
C. Lapis Legit.............................................................................................. 15
D. Sambal Lampung.................................................................................... 16
E. Keripik Pisang........................................................................................ 17
F.
Gabing.................................................................................................... 18
G. Kemplang............................................................................................... 19
H. Pindang................................................................................................... 20
I.
ENGKAK ............................................................................................. 21
J. GULAI
TABOH ................................................................................... 22
K. UMBU.................................................................................................... 23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 24
B. Saran....................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 31
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakan
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi
Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan
Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera
Selatan.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret 1964
tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera
Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah
menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri
yang dapat menambah khasanah adat budaya di Nusantara yang tercinta ini. Oleh
karena itu pada zaman VOC daerah Lampung tidak terlepas dari incaran penjajahan
Belanda.
Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan
Tarumanagara dan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. WaktuKesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda maka Hasanuddin, sultan Banten
yang pertama, mewarisi wilayah tersebut dari Kerajaan Sunda. Hal ini dijelaskan
dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halaman 19
sebagai berikut: From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to
revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit.
One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all
likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the
pepper sold in the Sundanese region.<refname="Claude
Guillot">Guillot, Claude. (1990). The sultanate of Banten.
Gramedia Book Publishing Division. p. 19.</ref>
Tatkala Banten dibawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa
(1651-1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC
di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Sultan Ageng ini dalam upaya meluaskan
wilayah kekuasaan Banten mendapat hambatan karena dihalang-halangi VOC yang
bercokol di Batavia. Putra Sultan Ageng Tirtayasa yang bernama Sultan Haji
diserahi tugas untuk menggantikan kedudukan mahkota kesultanan Banten.
Dengan kejayaan Sultan Banten pada saat itu tentu saja tidak
menyenangkan VOC, oleh karenanya VOC selalu berusaha untuk menguasai kesultanan
Banten. Usaha VOC ini berhasil dengan jalan membujuk Sultan Haji sehingga
berselisih paham dengan ayahnya Sultan Agung Tirtayasa. Dalam perlawanan
menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dan sebagai
imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada
VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Ageng Tirtayasa disingkirkan dan
Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten.
Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Haji
menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang
isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan
rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang
sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.
Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten
membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan
membawa surat mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan Banten. Ekspedisi
Vander Schuur yang pertama ini ternyata tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan
lada yang dicari-carinya. Agaknya perdagangan langsung antara VOC dengan
Lampung yang dirintisnya mengalami kegagalan, karena ternyata tidak semua
penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Haji
yang bersekutu dengan kompeni, tetapi banyak yang masih mengakui Sultan Ageng
Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.
Sementara itu timbul keragu-raguan dari VOC apakah benar
Lampung berada dibawah Kekuasaan Sultan Banten, kemudian baru diketahui bahwa
penguasaan Banten atas Lampung tidak mutlak.
Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut
"Jenang" atau kadang-kadang disebut Gubernur hanyalah dalam mengurus
kepentingan perdagangan hasil bumi (lada).
Sedangkan penguasa-penguasa Lampung asli yang terpencar-pencar
pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "Adipati" secara hirarkis
tidak berada dibawah koordinasi penguasaan Jenang/ Gubernur. Jadi penguasaan
Sultan Banten atas Lampung adalah dalam hal garis pantai saja dalam rangka
menguasai monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada, dengan
demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan
satu dengan lainnya.
Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia
menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada
Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda.
Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk
Residen Belanda untuk Lampung.
Dalam pada itu sejak tahun 1817 posisi Radin Inten semakin
kuat, dan oleh karena itu Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi
kecil dipimpin oleh Assisten Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan
bahwa :
Ø Radin Inten memperoleh bantuan
keuangan dari Belanda sebesar f. 1.200 setahun.
Ø Kedua saudara Radin Inten
masing-masing akan memperoleh bantuan pula sebesar f. 600 tiap tahun.
Ø Radin Inten tidak diperkenankan
meluaskan lagi wilayah selain dari desa-desa yang sampai saat itu berada
dibawah pengaruhnya.
Tetapi persetujuan itu tidak pernah
dipatuhi oleh Radin Inten dan ia tetap melakukan perlawanan-perlawanan terhadap
Belanda.
Oleh karena itu pada tahun 1825
Belanda memerintahkan Leliever untuk menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik
Radin Inten dapat menyerbu benteng Belanda dan membunuh Liliever dan anak
buahnya. Akan tetapi karena pada saat itu Belanda sedang menghadapi perang
Diponegoro (1825 - 1830), maka Belanda tidak dapat berbuat apa-apa terhadap
peristiwa itu. Tahun 1825 Radin Inten meninggal dunia dan digantikan oleh Putranya
Radin Imba Kusuma.
Setelah Perang Diponegoro selesai
pada tahun 1830 Belanda menyerbu Radin Imba Kusuma di daerah Semangka, kemudian
pada tahun 1833 Belanda menyerbu benteng Radin Imba Kusuma, tetapi tidak
berhasil mendudukinya. Baru pada tahun 1834 setelah Asisten Residen diganti
oleh perwira militer Belanda dan dengan kekuasaan penuh, maka Benteng Radin
Imba Kusuma berhasil dikuasai.
Radin Imba Kusuma menyingkir ke
daerah Lingga, namun penduduk daerah Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan
kepada Belanda. Radin Imba Kusuma kemudian di buang ke Pulau Timor.
Dalam pada itu rakyat dipedalaman
tetap melakukan perlawanan, "Jalan Halus" dari Belanda dengan
memberikan hadiah-hadiah kepada pemimpin-pemimpin perlawanan rakyat Lampung
ternyata tidak membawa hasil. Belanda tetap merasa tidak aman, sehingga Belanda
membentuk tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk
melindungi kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Telukbetung dan
sekitarnya. Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma
sendiri yang bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus, sampai akhirnya
Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang
khusus didatangkan dari Batavia.
Sejak itu Belanda mulai leluasa
menancapkan kakinya di daerah Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu
penanaman kaitsyuk, tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk
kepentingan-kepentingan pengangkutan hasil-hasil perkebunan itu maka tahun 1913
dibangun jalan kereta api dari Telukbetung menuju Palembang.
Hingga menjelang Indonesia merdeka
tanggal 17 Agustus 1945 dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung
tidak ketinggalan ikut terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan
melawan penindasan penjajah yang silih berganti. Sehingga pada akhirnya sebagai
mana dikemukakan pada awal uraian ini pada tahun 1964 Keresidenan Lampung
ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I Provinsi Lampung.
Kejayaan Lampung sebagai sumber lada
hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan,
ketika Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam
menjadi salah satu bagian lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan
tersebut telah pudar.
B.
Tujuan
Dan Manfaat
Ø Tujuan
Untuk
mengetahui sejauh mana Budaya Lampung mengalami perubahan,dan pandangan
masyarakat Lampung terhadap petuah dan kebiasaan - kebiasaan yang telah turun
menurun berlaku dalam masyarakat, petuah atau kebiasaan yang disebut adat
istiadat di Lampung yang mulai dikesampingkan oleh generasi muda.
Ø Manfaat
Supaya
kita menyadari pentingnya menjaga Budaya Indonesia agar tidak terpengaruhi oleh
budaya asing. Karena kita tanpa sadari dan secara tidak langsung kita telah
merusak badaya kita sendiri. Dan terjerumus kepada perilaku yang tidak baik,
kita sudah menginjak-injak warisan endatu kita.
BAB
II
PEMBAHASAN
Lampung
mempunyai bermacam-macam makanan khas, yang tentunya tak diragukan lagi
kenikmatanya. Contohnya saja SERUIT makanan khas provinsi lampung terbuat dari
ikan yang digoreng atau dibakar kemudian dicampur sembel khas daerah lampung
(sambel terasi), tempoyak (olahan durian) atau mangga dan ditambahkan lagi
dengan lalapan. Ikan yang diolah tentunya ikan pilihan yaitu ikan yang
mempunyai kwalitas terbaik. Jenis ikan yang digunakan untuk membuat SERUIT
biasanya adalah jenis ikan sungai seperti ikan belide, ikan baung, dan ikan
layis.
Sedangkan
minumannya adalah SERBAT. Terbuat dari olahan buah mangga kweni yang di serut
kecil-kecil berbentuk panjang kemudian dicampur dengan air gula, susu kental
dan es. Selain itu juga terdapat makanan khas lampung lainya seperti sambel
lampung, lemdok (dodol), keripik pisang kapok, kerupuk kemplang dan manisan
yang dapat dijumpai di toko-toko makanan dan oleh-oleh.
A.
Seruit
Berbagai masakan khas
Lampung sering terdengar oleh masyarakat Indonesia di manapun. Tak berbeda jauh
dengan ciri khas Palembang, selain memang lokasinya berdekatan masyarakat
Lampung juga mengadopsi masakan yang berbau ikan dan sambal asem manis.
Masakan khas Lampung
adalah seruit, yaitu masakan ikan digoreng atau dibakar dan dicampur dengan
sambel terasi, tempoyak (olahan durian) ataupun mangga. Jenis ikan adalah
besarnya ikan sungai seperti belide, baung, layis dll, ditambah lalapan.
Sedangkan minumannya adalah serbat, terbuat dari jus buah mangga kwini. Di
toko-toko makanan dan oleh-oleh, juga terdapat makanan khas yaitu sambel
Lampung, lempok (dodol), keripik pisang, kerupuk kemplang, manisan dll.
Hidangan lalapan dalam
sambal seruit bisa bervariasi, namun di Lampung dikenal berbagai jenis tumbuhan
yang cocok menjadi bahan lalapan. Selain timun, petai, kemangi, kol dan tomat.
Namun tersedia pula lalapan jagung muda, pepaya dan adas.
Masyarakat lampung
sangat mempercayai bahwa jika ingin makan sebaiknya tidak sendiri. Karena
mencicipi masakan seruit tak ada hasilnya jika tidak dinikmati oleh teman-teman
ataupun banyak orang. Sehingga yang selalu ada dibenak mereka adalah siapa yang
akan diseruit jika tidak ada orang lain dan ingin nyeruit apa? Hal ini mungkin
terjadi karena perkataan ini berarti siapa yang akan dijahili dengan rasa
pedasnya sambal dari seruit itu. Selain itu, ada pula makanan khas Lampung,
yaitu durian. Lokasi yang mudah dicari adalah Batu Putuk dan Sukadanaham.
B.
Tempoyak

Tempoyak adalah masakan
yang berasal dari buah durian yang difermentasi. Tempoyak merupakan makanan
yang biasanya dikonsumsi sebagai lauk teman nasi. Tempoyak juga dapat dimakan
langsung (hal ini jarang sekali dilakukan, karena banyak yang tidak tahan dengan
keasaman dan aroma dari tempoyak itu sendiri) dan dijadikan bumbu masakan.
Tempoyak dikenal di
Indonesia (terutama di Sumatera dan Kalimantan), serta Malaysia. Tempoyak
diriwayatkan dalam Hikayat Abdullah sebagai makanan sehari-hari penduduk
Terengganu. Ketika Abdullah bin Abdulkadir Munsyi berkunjung ke Terengganu
(sekitar tahun 1836), ia mengatakan bahwa salah satu makanan kegemaran penduduk
setempat adalah tempoyak. Berdasarkan sejarah yang ada dalam Hikayat Abdullah,
tempoyak merupakan makanan khas dari Malaysia.
Adonan tempoyak dibuat
dengan cara menyiapkan daging durian, baik durian lokal atau maupun durian
monthong (kurang bagus karena terlalu banyak mengandung gas dan air). Durian
yang dipilih diusahakan agar yang sudah masak benar, biasanya yang sudah nampak
berair. Kemudian daging durian dipisahkan dari bijinya, setelah itu diberi
garam sedikit. Setelah selesai, lalu ditambah dengan cabe rawit yang bisa
mempercepat proses fermentasi. Namun proses fermentasi tidak bisa terlalu lama
karena akan mempengaruhi rasa akhir.
Setelah proses di atas
selesai, adonan disimpan dalam tempat yang tertutup rapat. Diusahakan untuk
disimpan dalam suhu ruangan. Bisa juga dimasukkan ke dalam kulkas (bukan
freezer-nya) namun fermentasi akan berjalan lebih lambat.
Tempoyak yang berumur 3-5 hari cocok untuk
dibuat sambal karena sudah asam namun masih ada rasa manisnya. Sambal tempoyak
biasanya dipadukan dengan ikan Teri, ikan mas, ikan mujair ataupun ikan-ikan
lainnya.
C.
Lapis Legit

Lapis legit alias spekkoek menjadi
kue wajib suguhan di hari Lebaran. Kue warisan zaman kolonial ini memang tak
pernah surut penggemarnya. Jika Anda tak punya cukup waktu untuk membuat
sendiri Anda bisa memesan dari toko-toko kue. Dari harga Rp 200.000,00 hingga
Rp 550.000,00 seloyang. Rasanya yang legit seimbang dengan harganya yang
selangit! Silakan pilih! Aroma harum bumbu spekkoek menjadi
ciri khas kue lapis legit. Di zaman Belanda orang menyebut kue inispekkoek karena
berlapis-lapis sehingga rupanya mirip spek alias lemak babi.
Sedangkan koek berarti kue. Dari awal kue ini memang tergolong
sebagai kue mewah. Untuk satu loyang lapis legit diperlukan sekitar 300 gram
mentega dan 30 butir telur ayam, sedangkan tepung terigu hanya sekitar100 gram.
Karena itu juga rasa kue ini sangat enak, lembut di lidah dengan semburat rasa
manis dan aroma harum bumbu lapis legit. Untuk membuat kue ini sendiri
diperlukan ketrampilan dan kesabaran karena lapisan demi lapisan harus
dikerjakan dengan teliti.
D.
Sambal Lampung

Sambal dari salah satu daerah di Sumatera ini memang sangat
terkenal karena rasanya yang super pedas. Sambal ini dikemas dalam botol-botol
kaca kecil sehingga sangat praktis. Mau dinikmati langsung atau dimasak bersama
lauk-pauk lainnya huah... kenapa tidak?
Lampung bisa dibilang bukan hanya terkenal akan ragam makanannya
seperti keripik pisang, tempoyak, atau pempek saja. Sambal Lampung merupakan
salah satu oleh-oleh yang seringkali diburu. Sambal botolan ini populer karena
rasanya yang sangat pedas menyetrum lidah sehingga menciptakan sensasi
tersendiri.
Di daerah asalnya sendiri, sambal Lampung biasa dijual dengan
merk-merk yang beragam sebut saja yang populer Sambal Lampung Yen Yen atau
Sambal Lampung Ny.Lily. Sebenarnya sambal ini diracik dari bahan-bahan
sederhana seperti ulegan kasar cabai rawit merah, bawang putih lalu diberi
garam dan cuka. Tak heran kalau biji cabai banyak mendominasi sambal ini.
Selain enak dinikmati begitu saja bersama lauk-pauk, sambal ini
juga enak dibubuhkan untuk menikmati bakso, nasi goreng, dan bumbu telor dadar.
Rasa bawang yang menonjol serta setruman cabai nan pedas menjadi ciri khas
sambal yang memiliki penggemar tersendiri ini.
Sebotol sambal Lampung ini dihargai Rp 14.000,00 - Rp 16.000,00.
Kini penggemar pedas tak perlu jauh-jauh pergi ke Lampung untuk menikmatinya,
sebab di beberapa toko oleh-oleh di Jakarta dan supermarket sambal ini sudah
tersedia meski dengan harga yang sedikit lebih mahal.
E. Keripik Pisang

Kripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan buah
pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan.
Tujuan pengolahan pisang menjadi kripik pisang adalah untuk memberikan nilai
tambah dan meningkatkan/memperpanjang kemanfaatan buah pisang. Syarat mutu
kripik pisang dapat mengacu SNI 01-4315-1996, Kripik Pisang.
Kripik pisang-Standar Teknis ini berlaku untuk pembuatan Pisang
menjadi Kripik Pisang. Prosedur Opersional Pengolahan Kripik Pisang terdiri
dari beberapa kegiatan meliputi penyiapan bahan baku Kripik pisang, penyiapan
peralatan Kripik pisang dan kemasan Kripik pisang, pengupasan Kripik pisang dan
pengirisan Kripik pisang, pencucian Kripik pisang dan perendaman Kripik
pisang, penggorengan Kripik pisang, penirisan minyak
Kripik pisang, pemberian bumbu Kripik pisang, pengemasan Kripik pisang dan
pelabelan Kripik pisang, serta penyimpanan Kripik pisang.
F. Gabing

Gabing adalah salah satu makanan khas Lampung yang terbuat dari
batang kelapa muda.
G. Kemplang

Kemplang
adalah kerupuk khas dari lampung, sumatera selatan dan sekitarnya.Kerupuk ini
cukup istimewa karena tidak digoreng dengan minyak melainkan di panggang
sehingga tidak mengandung minyak goreng, ini bagus sekali buat yang mengurangi
goreng-gorengan.
Keenakan
Kemplang sudah sangat terkenal karena disamping gurih juga tidak mengenyangkan
sehingga bisa dimakan sebagai cemilan. biasanya makan Kemplang dengan cocolan
sambel atau juga dengan cuka, rasanya muantep dijamin akan membuat kita
ketagihan.
Untuk mendapatkannya sekarang
tidaklah sulit karena sudah banyak dijual di pasar maupun di
supermarket-supermarket. dilampung sendiri sangat mudah ditemukan dengan harga
mulai dari Rp. 1000 s/d Rp, 25.000 per bungkusnya tergantung banyaknya dan
kandungan ikannya.
H. Pindang

Pindang biasanya disuguhkan dalam mangkuk berukuran sedang dengan
kuah hangat berwarna kuning. Uniknya, Pindang Lampung terasa asam gurih,
seperti Tom Yamdari Thailand. Aroma kuahnyapun lebih harum berkat
daun kemangi yang dicampur di dalam kuahnya. Ada beberap jenis pindang yang
ditawarkan, Bawung Pindang Nanas, Cumi Pindang Kemangi dan Udang Pindang.
Harganyapun berkisar antara Rp. 10.000,- s/d Rp. 12.500,- perposi.
Untuk menghidangkannya,
taruh di dalam piring besar dan diatur sedemikian rupa agar nampak menarik.
Dengan komposisi bahan seperti ini, maka makanan ini cukup dihidangkan untuk
sekeluarga atau 8 orang. Peralatan yang digunakan dalam pengolahan masakan ini
adalah baskom untuk tempat mencuci ikan, sengkal (cobekan) untuk menggiling
bumbu, pisau, parutan kelapa, serta piring untuk menghidangkannya.
I.
ENGKAK

Kue ini bahan dasarnya dominan ke
telur dan mentega.Dipanggang
berlapis-lapis dengan menggunakan loyang (cetakan).
adapun cara membuat nya sebagai berikut :
berlapis-lapis dengan menggunakan loyang (cetakan).
adapun cara membuat nya sebagai berikut :
Bahan:
Ø ½ kg tepung ketan putih
Ø ½ kg gula pasir
Ø 10 btr telur ayam
Ø 3 gls santan dari 3 kelapa, dimasak
Ø 1 klg susu kental manis
Ø 4 sdm mentega utk melapis
Caranya :
Ø Gula dan telur dikocok sampai
mengembang
Ø Masukkan tepung ketan
Ø Masukkan santan sedikit demi
sedikit.
Ø Masukkan susu kental manis
Loyang
20×20 dioles mentega lalu alasi dengan kertas, panggang kue dengan sistim
seperti lapis legit, 3 lapis pertama pakai api bawah lalu pindah api atas, kalo
adonan sudah selesai balik
J. GULAI TABOH

Gulai Taboh adalah kuliner khas Lampung
yang juga dapat diartikan sebagai gulai santan. Gulai ini biasanya berisi
khattak atau kacang kacangan seperti kacang/khattak gelinyor, kacang
merah/khattak ngisi, kacang panjang/khattak kejung, khattak tuwoh, rebung,
kentang dan lain lain.
K.
UMBU

Umbu ialah suatu lalapan
yang asli dari lampung. lalapan ini bukan berbentuk dedaunan hijau , umbu ialah
lalap yang terbuat dari rotan muda yang di rebus hingga lunak . mungkin tebakan
kalian makanan ini rasanya mirip dengan gabing? tetapi kenyataannya makanan ini
jauh berbeda dengan gabing , umbu lebih cendrung berasa pahit seperti pare ,
tetapi pahit umbu ini dapat membangkitkan napsu makan loh.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lampung adalah
sebuah provinsi paling
selatan di Pulau Sumatera,
Indonesia.
Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu and Sumatera
Selatan. Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar
Lampung yang merupakan gabungan dari kota
kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki wilayah yang
relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama
Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni serta
pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di
Teluk Lampung. Sedangkan di Teluk Semaka adalah Kota Agung (Kabupaten Tanggamus),
dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan
Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal
nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat
Pelabuhan Krui.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret 1964
tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera
Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah
menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri
yang dapat menambah khasanah adat budaya di Nusantara yang tercinta ini. Oleh
karena itu pada zaman VOC daerah Lampung tidak terlepas dari incaran penjajahan
Belanda.
Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan
Tarumanagara dan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. WaktuKesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda maka Hasanuddin, sultan Banten
yang pertama, mewarisi wilayah tersebut dari Kerajaan Sunda. Hal ini dijelaskan
dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halaman 19
sebagai berikut: From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to
revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit.
One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all
likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the
pepper sold in the Sundanese region.<refname="Claude Guillot">Guillot,
Claude. (1990). The sultanate of Banten. Gramedia Book Publishing
Division. p. 19.</ref>
Tatkala Banten dibawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa
(1651-1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC
di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Sultan Ageng ini dalam upaya meluaskan
wilayah kekuasaan Banten mendapat hambatan karena dihalang-halangi VOC yang
bercokol di Batavia. Putra Sultan Ageng Tirtayasa yang bernama Sultan Haji
diserahi tugas untuk menggantikan kedudukan mahkota kesultanan Banten.
Dengan kejayaan Sultan Banten pada saat itu tentu saja tidak
menyenangkan VOC, oleh karenanya VOC selalu berusaha untuk menguasai kesultanan
Banten. Usaha VOC ini berhasil dengan jalan membujuk Sultan Haji sehingga
berselisih paham dengan ayahnya Sultan Agung Tirtayasa. Dalam perlawanan
menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dan sebagai
imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada
VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Ageng Tirtayasa disingkirkan dan
Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten.
Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Haji
menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang
isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan
rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang
sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.
Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan
Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur
dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan Banten.
Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini ternyata tidak berhasil dan ia tidak
mendapatkan lada yang dicari-carinya. Agaknya perdagangan langsung antara VOC
dengan Lampung yang dirintisnya mengalami kegagalan, karena ternyata tidak
semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan
Haji yang bersekutu dengan kompeni, tetapi banyak yang masih mengakui Sultan
Ageng Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai
musuh.
Sementara itu timbul keragu-raguan dari VOC apakah benar
Lampung berada dibawah Kekuasaan Sultan Banten, kemudian baru diketahui bahwa
penguasaan Banten atas Lampung tidak mutlak.
Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut
"Jenang" atau kadang-kadang disebut Gubernur hanyalah dalam mengurus
kepentingan perdagangan hasil bumi (lada).
Sedangkan penguasa-penguasa Lampung asli yang
terpencar-pencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "Adipati"
secara hirarkis tidak berada dibawah koordinasi penguasaan Jenang/ Gubernur.
Jadi penguasaan Sultan Banten atas Lampung adalah dalam hal garis pantai saja
dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada,
dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling
membutuhkan satu dengan lainnya.
Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia
menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda
karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun
setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen
Belanda untuk Lampung.
Dalam pada itu sejak tahun 1817 posisi Radin Inten semakin
kuat, dan oleh karena itu Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi
kecil dipimpin oleh Assisten Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan
bahwa :
Ø Radin Inten memperoleh bantuan
keuangan dari Belanda sebesar f. 1.200 setahun.
Ø Kedua saudara Radin Inten masing-masing
akan memperoleh bantuan pula sebesar f. 600 tiap tahun.
Ø Radin Inten tidak diperkenankan
meluaskan lagi wilayah selain dari desa-desa yang sampai saat itu berada
dibawah pengaruhnya.
Tetapi persetujuan itu tidak pernah
dipatuhi oleh Radin Inten dan ia tetap melakukan perlawanan-perlawanan terhadap
Belanda.
Oleh karena itu pada tahun 1825
Belanda memerintahkan Leliever untuk menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik
Radin Inten dapat menyerbu benteng Belanda dan membunuh Liliever dan anak buahnya.
Akan tetapi karena pada saat itu Belanda sedang menghadapi perang Diponegoro
(1825 - 1830), maka Belanda tidak dapat berbuat apa-apa terhadap peristiwa itu.
Tahun 1825 Radin Inten meninggal dunia dan digantikan oleh Putranya Radin Imba
Kusuma.
Setelah Perang Diponegoro selesai
pada tahun 1830 Belanda menyerbu Radin Imba Kusuma di daerah Semangka, kemudian
pada tahun 1833 Belanda menyerbu benteng Radin Imba Kusuma, tetapi tidak
berhasil mendudukinya. Baru pada tahun 1834 setelah Asisten Residen diganti oleh
perwira militer Belanda dan dengan kekuasaan penuh, maka Benteng Radin Imba
Kusuma berhasil dikuasai.
Radin Imba Kusuma menyingkir ke
daerah Lingga, namun penduduk daerah Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan
kepada Belanda. Radin Imba Kusuma kemudian di buang ke Pulau Timor.
Dalam pada itu rakyat dipedalaman
tetap melakukan perlawanan, "Jalan Halus" dari Belanda dengan
memberikan hadiah-hadiah kepada pemimpin-pemimpin perlawanan rakyat Lampung
ternyata tidak membawa hasil. Belanda tetap merasa tidak aman, sehingga Belanda
membentuk tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk
melindungi kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Telukbetung dan
sekitarnya. Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma
sendiri yang bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus, sampai akhirnya
Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang
khusus didatangkan dari Batavia.
Sejak itu Belanda mulai leluasa
menancapkan kakinya di daerah Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu
penanaman kaitsyuk, tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk
kepentingan-kepentingan pengangkutan hasil-hasil perkebunan itu maka tahun 1913
dibangun jalan kereta api dari Telukbetung menuju Palembang.
Hingga menjelang Indonesia merdeka
tanggal 17 Agustus 1945 dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung
tidak ketinggalan ikut terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan
melawan penindasan penjajah yang silih berganti. Sehingga pada akhirnya sebagai
mana dikemukakan pada awal uraian ini pada tahun 1964 Keresidenan Lampung
ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I Provinsi Lampung.
Kejayaan Lampung sebagai sumber lada
hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan,
ketika Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam
menjadi salah satu bagian lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan
tersebut telah pudar.
Lampung
mempunyai bermacam-macam makanan khas, yang tentunya tak diragukan lagi
kenikmatanya. Contohnya saja SERUIT makanan khas provinsi lampung terbuat dari
ikan yang digoreng atau dibakar kemudian dicampur sembel khas daerah lampung
(sambel terasi), tempoyak (olahan durian) atau mangga dan ditambahkan lagi
dengan lalapan. Ikan yang diolah tentunya ikan pilihan yaitu ikan yang
mempunyai kwalitas terbaik. Jenis ikan yang digunakan untuk membuat SERUIT
biasanya adalah jenis ikan sungai seperti ikan belide, ikan baung, dan ikan
layis.
Sedangkan
minumannya adalah SERBAT. Terbuat dari olahan buah mangga kweni yang di serut
kecil-kecil berbentuk panjang kemudian dicampur dengan air gula, susu kental
dan es. Selain itu juga terdapat makanan khas lampung lainya seperti sambel
lampung, lemdok (dodol), keripik pisang kapok, kerupuk kemplang dan manisan
yang dapat dijumpai di toko-toko makanan dan oleh-oleh.
B.
Saran
Maka dari itu kita harus memahami faham
tentang adaptasi dan budaya kita. Kita juga harus memahami seberapa penting
adat, budaya bagi kehidupan masyarakat, guna tercapai hidup yang lebih
baik, sebagaimana orang-orang sebelum kita kita menjaga adapt budaya, maka dari
itu marilah sama-sana kita menjaganya.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk
kita, agar kita lebih memahami dan mengerti permasalahan Adat dan Kebudayaan Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar