MAKALAH JENIS - JENIS TULISA

MAKALAH
JENIS - JENIS TULISA



OLEH :
1.     CHIENDY ARISYA SYAFITRI
2.     APRILIA JUWITA
3.     MELI YUNITA
4.     TEA ROSITA





POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN DIV KEBIDANAN
TAHUN 2016


KATA PENGANTAR
                                   
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh  dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebagai wujud dari pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan kewajiban kami selama mengikuti mata kuliah ini.
Makalah ini berisi materi tentang “Jenis-Jenis Tulisan”. Pembahasan yang memaparkan tentang jenis-jenis tulisan itu sendiri.  Sehingga makalah dapat digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya.
Makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa/i sebagai materi dalam belajar atau sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan yang telah ada, serta sebagai bahan untuk penentuan nilai tugas oleh dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kepada kedua orang tua, teman-teman, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Badar Lampung, Oktober 2016

Penyusun











DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang............................................................................. 1
1.2  Permasalahan ............................................................................... 1
1.3  Tujuan Penulisan........................................................................... 2
1.4  Manfaat Penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Narasi............................................................................................ 3
2.2 Deskripsi....................................................................................... 7
2.3 Ekposisi........................................................................................ 9
2.4  Argumentasi............................................................................... 12
2.5  Persuasi....................................................................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan..................................................................................... 18
3.2    Saran.......................................................................................... 18
DAFTAR PURSTAKA










BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Pengertian mengarang yang dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga (2011:125) sebagai berikut : Mengarang berarti menyusun atau merangkai. Kegiatan mengarang tidak hanya tertulis  tetapi juga bisa berlangsung secara lisan . Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi atau pidato secara serta merta (impromptu), otaknya terlebih dahulu harus mengarang sebelum mulutnya berbicara. Pada saat berbicara , pembicara berusaha keras mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur atau fokus. Sambil memikir-mikirkan susunan kata, pilihan kata, struktur kalimat, bahkan cara penyajiannya. Apa yang didengar atau yang ditangkap orang dari penyajian lisan itu, itulah karangan lisan tidak dilanjutkan . Mengarang lisan hanya membantu pemahaman arti kata mengarang.
Mengarang tidak perlu ditulis, mengarang menggunakan bahasa sebagai mediumnya secara lisan. Namun Karena tujuan  dalam ini mengenai karangan tertulis, maka dijelaskan tentang karangan tertulis. Berarti mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat dan alinia untuk menjabarkan dan mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan. Dapat juga dikatakan bahwa mengarang adalah “Keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami”.

1.2  Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan pokok dalam makalah ini adalah: “Apa saja jenis-jenis tulisan yang dipelajari dalam Bahasa Indonesia?”


1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mendeskripsikan tentang jenis-jenis tulisan . Selain itu juga untuk melaksanakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.             
    
1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penyajian makalah ini yaitu agar pembaca dan penulis bisa lebih mengetahui tentang jenis-jenis  tulisan.























BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Narasi
Pengertian narasi menurut Lembaga Bimbingan Belajar Quantum Inovatif didalam buku panduan siap SMPTN (2009:187) sebagai berikut: Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah olah mengalami kejadian yang diceritakan itu. Adapun Pengertian  narasi yang dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga (2011:127) sebagai berikut :  Karangan narasi berasal dari (narration= Bercerita ) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan , mengisahkan, merangkaikan tindak –tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu. Pengertian lainnya narasi oleh http://iaibcommunity .wordpress . com /2008/04/23/jenis-jenis-karangan/sebagai berikut: Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam. Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir. Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Ciri narasi yang dikemukakan didalam buku Detik-Detik Ujian Nasional Bahasa Indonesia (2007:7) sebagai berikut: pelaku , alur, latar dan jalan cerita runtut. Narasi dapat dibagi dua yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Contoh karangan narasi yang dikemukakan didalam buku Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia :
 Mulyadi hanya bisa termenung melihat Tata meninggalkannya. Ia bisa saja berteriak memanggilnya, tapi lidahnya membeku, ia bisa saja berlari mengejarnya, tapi kakinya membatu. Harga dirinya sebagai lelaki tak mengizinkannya untuk memohon agar Tata sudi kembali kepadanya.
Contoh lain narasi yang dikemukakan oleh Hermandra (125:2008) yaitu  :
Saya cepat merasakan ada kesalahan. Seorang petugas saya tanyai, ternyata saya harus kembali kepintu bersinar X yang telah saya lewati tadi. Akan tetapi , untuk mencari terminal saya harus naik bus yang sudah menunggu dibawah terminal. Kalau saya jalan kaki, saya butuh  waktu satu jam. Saya agak panik juga. Pesawat ke Singapura take off 15.15 WIB sedangkan sekarang jam menunjukkan pukul 14.30 Wib , saya pun masih diterminal. Saya langsung lari menurut petunjuk petugas untuk mengejar bus yang ada dibawah terminal . Saya langsung lari menurut petunjuk petugas untuk mengejar bus yang sudah ada dibawah terminal. Saya kembali beradu pandang dengannya dipintu masuk. Tatapannya jelas menyiratkan sapaan khusus, mungkin dia bertanya tanya. Saya memperhatikan tahi lalatnya. Ada sebersit uban dirambutnya yang berombak. Lalu kami sama-sama menahan senyum waktu ia berdiri disebelah penjaga pintu. Pastilah dia pimpinan atau barangkali pemilik rombongan ketoprak ini.
Narasi dapat dibagi dua yang  dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga (2011:126) yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
A.    Narasi Ekspositoris
Karangan narasi ekspositoris bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, selain itu juga untuk mengunggah amanah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah  membaca kisah tersebut. Sebagai sebuah  bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan.
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum,yang dapat dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berulang-ulang, maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Misalnya suatu wacana naratif yang menceritakan bagai mana seorang menyiapkan nasi goreng, bagaimana membuat roti, bagaimana membangun sebuah kapal dengan mempergunakan bahan fero-semen dan sebagainya.
Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya satu kali terjadi . Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja . Narasi mengenai pengalaman seseorang yang pertama kali masuk sebuah perguruan tinggi, pengalaman seseorang pertama kali mengarungi samudra luas, pengalaman seorang gadis yang pertama kali menerima curahan kasih dari seorang pria idamannya dan sebagainya.
B.     Narasi Sugestif
Pengertian karangan narasi sugestif  yang dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga (2011:129) sebagai berikut : Narasi sugestif  pertama-tama bertalian dengan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaian didalam suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam satu kesatuan waktu,  atau tujuan atau sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang. Tetapi berusaha memberi makna peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi.
Narasi sugestif tidak bercerita atau memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tetentu untuk menghadapi peristiwa yang berhadapan dimatanya. Narasi menyediakan sesuatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatkan simpati atau antipasti mereka kepada kejadian itu sendiri. Inilah yang disebut dengan makna yang tersirat dalam sebuah rangkaian kejadian itu. Dibawah ini merupakan tabel perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif  yang dikemukakan oleh Tukan (2006:71) sebagai berikut:
Tabel : 2.1
Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif
Narasi Ekspositoris
Narasi Sugestif
Berfungsi memperluas pengetahuan pembaca
Menyampaikan makna atau amanat yang tersirat terhadap pembaca.
Menyampaikan informasi mengenai sebuah peristiwa
Menimbulkan daya imajinasi
Berdasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional
Penalaran hanya sebagai alat untuk menyampaikan makna.
Bahasanya cendrung bersifat informative dengan menggunakan kata-kata denotative
Bahasanya  cendrung bersifat figuratife dengan menggunakan kata-kata konotatif.

C. Pengembangan Narasi
Penjelasan Pengembangan narasi tentang pengembangan narasi yang dikemukan oleh Charlina dan Sinaga (2011:136) yaitu sebagai berikut: Mencari alur dalam karangan narasi, kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan pemilihan detail peristiwa.
a. Alur
Mencari alur dalam karangan narasi memang sulit. Alur bersembunyi dibalik jalannya cerita bukanlah alur, jalan cerita hanyalah manifestasi, bentuk  bentuk jasmaniah dari alur cerita. Alur dengan jalan cerita memang tidak terpisahkan, tetapi harus dibedakan. Suatu konflik dalam narasi tidak bisa dipaparkan begitu saja, harus ada dasarnya. Alur sering dikupas menjadi elemen-elemen pengenalan, timbulnya konflik, topik memuncak, klimaks dan pemecahan masalah.
b.  Penokohan
Salah satu ciri khas narasi ialah mengisahkan tokoh cerita bergerak dalam suatu rangkaian perbuatan.
 c. Latar (Seting)
Latar adalah tempat atau waktunya tempat terjadi nya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak disebutkan secara jelas tempat tokoh berbuat atau mengalami peristiwa tertentu. Sering kita menjumpai cerita yang hanya mengisahkan latar secara umum. Misalnya disebuah pulau , disebuah desa dan sebagainya.
 d. Sudut Pandang
            Sudut pandang dalam karangan narasi menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah itu. Apapun sudut pandang yang yang dipilih pengarang akan menentukan menentukan sekali gaya dan corak cerita.
e. Pemilihan Detail Peristiwa
Salah satu ciri khas narasi adanya organisasi-organisasi detail-detail kedalam  urutan waktu yang menyarankan adanya bagian awal, tengah dan akhir.

2.2 Deskripsi
Hermandra (2008:124) mengungkapkan pengertian deskripsi sebagai berikut: merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. Karangan deskripsi memerlukan pengamatan dan penelitian. Hasil pengamatan dituangkan dalam kata-kata yang kaya akan nuansa dan bentuk rangkaian kata membuat pembaca menerimanya seolah olah melihat, mendengar, merasakan, menikmati sendiri objek itu. Deskripsi adalah bentuk tujuan yang yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Dalam tulisan deskripsi penulis tidak boleh mencampur adukkan keadaan yang sebenarnya dengan interprestasinya sendiri. Agar karangan sesuai dengan tujuan penulisnya, diperlukan pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis.
Ciri-ciri karangan deskripsi dan langkah melukiskan deskripsi dibuku  Star Idola Bahasa Indonesia SMA(2006:47)  sebagai berikut:
1.      Melukiskan suatu objek
2.      Mengambarkan sesuatu secara rinci
3.      Berhubungan dengan pengalaman panca indra
4.      Konkret, mudah difahami, seolah olah pendengar / pembaca seperti melihat, mendengar atau merasakan.
Adapun langkah langkah melukiskan deskripsi yaitu:
1.      Menentukan tema
2.      Merumuskan tujuan
3.      Mengumpulkan bahan
4.      Membuat kerangka karangan
5.      Mengembangkan kerangka karangan
Contoh karangan deskripsi di Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia:
Malam itu indah sekali , bintang-bintang dilangit  berkerlap kerlip memancarkan cahaya. Udara dingin menusuk kulit . Sesekali terdengar suara jangkrik mengusik sepinya malam.
Contoh lain oleh Lembaga Bimbingan Belajar Quantum Inovatif didalam buku panduan siap SMPTN (2009:188) sebagai berikut:
Hari masih pagi-pagi dan diperkuburan dekat pacet, tidak beberapa jauh dari rumah sakit, sunyi senyap. Tempat itu sebenarnya merupakan tempat peristirahatan yang sunyi dan aman. Tak ada suatu bunyi ataupun suara yang ganjil yang mengusik ketenangan yang mulia dan kudus itu . Celah-celah kembang Flamboyan yang merah - merah , turun melandai ketanah . Cahaya matahari , laksana hujan yang jatuh ditiup angin, menyirami tanah kuning kelabu.



A.  Pengembangan Deskripsi
a. Pendekatan Realistis
Penulis dituntut memotret objek sesuai dengan apa yang dilihatnya sehingga benar-benar bisa dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar.
b. Pendekatan Impresionistis
Berusaha mengambarkan sesuatu secara subjektif , setiap penulis bebas memberikan pandangan terhadap bagian yang terlihat, dirasakan atau dinikmati serta mampu  mengeksppresikan setiap peristiwa yang dijumpai.

2.3 Ekposisi
Pengertian  eksposisi, teknik eksposisinya dan contoh yang dikemukakan oleh charlina dan sinaga (2011:140-143) sebagai berikut : Eksposisi dipungut dari bahasa Inggris exposition yang berarti “membuka” atau “memulai”. Karangan eksposisi merupakan karangan yang bertujuan untuk membantu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi masalah yang dikomunikasikan terutama adalah informasi. Hal atau sesuatu yang dikomunikasikan itu mungkin berupa : (a) data faktual, misalnya tentang suatu kondisi yang benar-benar terjadi atau bersifat historis, tentang bagaimana sesuatu, tentang bagaimana suatu operasi diperkenalkan. Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek. Dari karangan jenis ini diharapkan para pembaca dapat memahami hal atau objek itu dengan sejelas-jelasnya. Untuk memaparkan masalah yang dikemukakan, karangan eksposisi menggunakan contoh, grafik, serta berbagai bentuk fakta dan lainnya. Karangan eksposisi dapat dikembangkan antara lain dengan teknik proses,  teknik sebab akibat, teknik ilustrasi, teknik perbandingan, dan teknik klasifikasi.
1)      Teknik Proses
Proses merupakan suatu tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
1.      Penulis harus mengetahui perincian-perincian secara jelas.
2.      Penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
3.      Penulis menjelaskan tiap urutan ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.
2.Teknik Sebab –Akibat
Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dengan mempergunakan pola sebab-akibat. Dengan mempergunakan pola sebab-akibat. Dalam hal ini, sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik: akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu peru dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal.
Contoh yang diungkapkan oleh Charlina dan Sinaga (2011:141) yaitu:
Saat ini, tidak bisa dipungkiri, televisi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kebutuhan mendapat berbagai informasi dan hiburan memang sangat tergantung pada televisi, walau tak jarang ada dampak negatif yang bisa ditimbulkannya, terutama bagi anak-anak. Asyik menikmati berbagai acara sehingga malas belajar, meniru adegan berbahaya, serta mengucapkan kata-kata kasar dan kotor merupakan sebagian dampak negatif televisi terhadap anak-anak. Belum lagi masalah kesehatan organik pada anak seperti terganggunya penglihatan karena menonton televisi dengan jarak pandang yang terlalu dekat, atau berubahnya perilaku anak yang menjadi lebih agresif akibat program-program yang seharusnya tidak dipertontonkan.
3).Teknik Ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrasi kongkret. Dalam karangan ekposisi, ilustrasi-ilustrasi tersebut untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrasi tersebut dipakai untuk sekedar menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini, pengalaman-pengalaman pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.

4).Teknik Perbandingan
Pengembangan karangan ekposisi dapat juga dilakukan dengan teknik perbandingan. Teknik perbandingan dalam ekposisi mengemukakan uraian yang membandingkan antara hal-hal yang kita tulis dengan sesuatu yang lain. Perbandingan ini kita lakukan dengan menunjukkan persamaan-persamaan dengan perbedaan-perbedaan antara keduanya. Yang dapat dibandingkan atau dipertentangkan adalah dua hal yang tingkatnya sama dan kedua hal itu mempunyai kesamaan dan perbedaan.
Contoh:
Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di muka umum seperti yang diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota paling senang menggunakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scarf. Lain halnya dengan Margareth Thatcher. Sejak menjadi pemimpin partai konservatif, ia melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia lebih cenderung berbelanja di tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan, ke pemakaman, dan ke upacara resmi misalnya ke parlemen.
5).Teknik Klasifikasi
Dalam pengembangan paragraf, kadang-kadang kita mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini biasanya diperinci lagi lebih lanjut kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Dengan klasifikasi suatu pokok masalah yang majemuk dipecah atau diuraikan menjadi bagian-bagian, dan kemudian digolong-golongkan secara logis dan jelas menurut dasar penggolongan yang berlaku sama bagi tiap bagian tersebut.
Contoh:
Dalam karangan-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan ialah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa kata, diksi, dan kalimat. Yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.

2.4  Argumentasi
Pengertian  argumentasi dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga (2011:143) sebagai berikut : Argumentasi bermakna ‘alasan’. Argumentasi berarti ‘pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan’. Dengan demikian, karangan argumentasi adalah karangan yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan menyakinkan. Alsan-alasan, bukti, dan sejenisnya, digunakan penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, atau keyakinan penulis. Dengan demikian, karangan argumentasi adalah karangan yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan menyakinkan. Alsan-alasan, bukti, dan sejenisnya, digunakan penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, atau keyakinan penulis.
Dalam beberapa hal, karangan argumentasi memiliki persamaan dengan karangan ekposisi. Persaman tersebut antara lain kedua jenis karangan tersebut sama-sama memerlukan data dan fakta yang meyakinkan. Namun demikian, terdapat pula perbedaan yang mencolok antara keduanya. Dibawah merupakan persamaan dan perbedaan eksposisi dan argumentasi dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga (2011:143) sebagai berikut :
Tabel : 2.2
persamaan dan perbedaan antara ekposisi dan argumentasi
Persamaan
Perbedaan
1. Argumentasi dan eksposisi sama-sama menjelaskan pendapat, gagasan, dan keyakinan kita. 
1.Tujuan eksposisi hanya menjelaskan dan menerangkan sehingga pembaca memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya. Argumentasi bertujuan untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca menyetujui bahwa pendapat, sikap, dan keyakinan kita benar.
2. Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan fakta yang diperkuat atau diperjelas dengan angka, peta, diagram, grafik, gambar, dan lain-lainnya.
2. Eksposisi menggunakan contoh, grafik, dan lain-lainnya untuk menjelaskan sesuatu yang kita kemukakan. Argumentasi mem berikan contoh, grafik, dan lain-lainnya itu untuk membuktikan bahwa sesuatu yang kita kemukakan itu benar.
3. Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan analisis dan sintesis dalam pembahasannya.
3. Penutup akhir pada eksposisi biasanya menegaskan lagi dari sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya. Penutup pada akhir argumentasi biasanya berupa kesimpulan atas sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
4.Argumentasi dan eksposisi sama-sama menggali idenya dari pengalaman, pengamatan dan penelitian, sikap dan keyakinan.


Contoh menurut Lembaga Bimbingan Belajar Quantum Inovatif didalam buku panduan siap SMPTN (2009:188) sebagai berikut:
Memelihara ayam itu sangat mudah . Bukti bahwa memelihara ayam itu mudah , dapat kita lihat dengan menjamurnya usaha pertenakan ayam dibeberapa daerah. Banyak orang yang berhasil dalam usaha berternak ayam. Memelihara ayam tidak banyak mengalami gangguan yang berarti. Adapun munculnya beberapa penyakit atau gangguan-gangguan kecil lainnya, anggaplah sebagai variasi untuk mendorong perkembangan usaha perternakan kearah yang lebih maju.
Pengembangan karangan argumentasi dapat dilakukan dengan teknik induktif dan teknik deduktif yang dikemukakan oleh charlina dan sinaga beserta contohnya (2011:144-145) sebagai berikut :
1)      Teknik induktif
Pengembangan argumentasi dengan teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan terlebih dahulu bukti-bukti yang berkaitan dengan topik. Berdasarkan bukti-bukti itu kemudian diambil sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Bukti-bukti yang dikemukakan dapat berupa contoh-contoh, fakta-fakta, pengalaman, laporan-laporan, data statistik, dan sebagainya.
Contoh :
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan fungsi pemakaian bahasa. Bahasa yang difungsikan untuk menulis karangan ilmiah disebut laras ilmiah. Bahasa yang difungsikan untuk menulis karya sastra disebut laras sastra. Laras ilmiah yang selalu memakai ragam itu tentulah tidak cocok dipakai untuk menulis karya sastra, misalnya dongeng yang memakai ragam nonformal. Contoh lain, “bahasa iklan” yang umumnya memakai ragam semiformal, bahkan banyak yang nonformal, tentu tidak pas kalau disajikakn dengan “bahasa ilmiah”. Jadi, bahasa dengan ciri tertentu yang dipakai (difungsikan) untuk keperluan tertentu itulah yang dinamakan laras bahasa.
2)      Teknik Deduktif
Pengembangan argumentasi dengan teknik deduktif ini dimulai dengan suatu kesimpulan umum yang kemudian disusul uraian mengenai hal-hal yang khusus. Pengembangan karangan argumentasi dengan teknik deduktif juga memerlukan bukti-bukti untuk mendukung uraian yang disajikan. Alasan-alasan atau bukti-bukti yang memperkuat atau mendukung kesimpulan dalam argumentasi deduktif ini disebut premis.
Contoh :
Kata merupakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting. Dengan kata-kata kita berfikir, menyatakan perasaan, serta gagasan. Dengan kata-kata orang menjalin persahabatan, dua bangsa melakukan perjanjian perdamaian dan kerja sama. Tetapi sebaliknya, dengan kata-kata pula mungkin suatu pertengkaran bahkan peperangan dimulai.

2.5  Persuasi
Pengertian persuasi yang dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga beserta contoh (2011:145) sebagai berikut : Istilah persuasi merupakan aliran bentuk kata persuation dalam bahasa inggris. Dalam bahasa inggris kata to persuade berarti ”membujuk” atau “meyakinkan”. Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan. Disamping itu, dalam menulis karangan persuasi harus pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi atau perasaaan orang lain.
Contoh yang dikemukakan didalam buku Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia :
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktu lama tidak lagi menyuburkan tanaman dan memberantas hama . Pestisida justru dapat mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras sehingga perlu penggolongan dengan biaya yang tinggi. Oleh karena itu , hindarilah penggunaan pestida secara berlebihan.
Contoh lain yang dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga (2011:146) sebagai berikut :
... Nokia N96 merupakan komputer multimedia canggih berkamera 5 mega pixel dari rangkaian N-Series dengan 24 gigabyte internal memory (16 GB internal + 8 GB microSD). Produksi ini merupakan Nokia N-Series dengan kapasitas penyimpanan terbesar yang belum pernah ada sebelumnya untuk download, berbagi blogging, sinkronisasi dan menonton video atau foto, mendengarkan musik dan hiburan lainnya.
“Rekam dan bagikan seketika video dan foto pribadi anda cukup dengan 1 klik untuk unload ke share on flicker”, ucapnya. Nokia N96 dioptimalkan untuk menikmati hiburan TV dan video dalam dunia 3G. “Anda bisa merekam video hingga durasi 40 jam dan diputar kembali dengan kualitas DVD. Bagikan lokasi, panduan perjalanan, foto liburan anda, lengkap dengan informasi lokasi melalui A-GPS dan Nokia Maps,” katanya.
A.    Alat Pengembangan Karangan Persuasi
Untuk dapat menyusun karangan persuasi yang efektif diperlukan  kemampuan menciptakan persuasi, yaitu kemampuan memanfaatkan alat-alat persuasi sebagai berikut :

1)      Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi. Sebagai alat, bahasa sangat luwes dalam menjalankan fungsinya. Artinya, bahasa dapat dipakai oleh pemakainya untuk kepentingan apa saja dalam batas-batas fungsinya sebagai alat komunikasi.
2)      Nada
Nada yang dimaksud adalah nada pembicaraan. Nada berkaitan dengan sikap pengarang dalam menyampaikan gagasannya. Sebagai pengarang, tentunya kita harus menentukan nada karangan persuasi kita. Kita harus bisa membayangkan respon apa yang ada pada pembaca. Sebuah karangan akan direspon oleh pembaca dengan rasa kasihan, maka persuasi harus disampaikan dengan nada sedih. Bila pembaca merasa takut, maka nada persuasi haruslah nada marah dan menakutkan.
3)      Detail
Detail adalah uraian terhadap ide pokok sampai ke bagian yang sekecil-kecilnya. Dalam karangan persuasi, detail cukup penting dalam kedudukannya sebagai alat persuasi. Untuk memilih detail pengembangan persuasi perlu kita pertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a.       Penting tidaknya detail itu untuk keperluan persuasi dan pemahaman pembaca.
b.      Jumlah detail yang harus dikumpulkan untuk mendukung ide pokok.
c.       Macam detail yang seharusnya diangkat untuk mendukung ide pokok.
d.      Kapan setiap detail itu dihadirkan.
e.       Ada tidaknya korelasi dan relevansi detail dengan ide pokok yang sebaiknya diangkat.
4)      Organisasi
Organisasi menyangkut masalah pengaturan detail dalam sebuah karangan. Dalam persuasi, pengaturan detail menggunakan prinsip mengubah keyakinan dan pandangan. Artinya, detail-detail itu bagaimana pun pengaturannya harus kita usahakan mampu mengarahkan keyakinan dan pandangan pembaca. Penataan detail-detail ini ada beberapa cara, antara lain, cara induktif, cara deduktif, cara kronologi, dan cara penonjolan.
5)      Kewenangan
Kewenangan (autority) dapat kita sebut sebagai alat persuasi. Kewenangan dalam persuasi tidak selalu berkaitan dengan kewenangan hukum. Kewenangan menyangkut “penerimaan atau kesadaran” pembaca terhadap pengarang. Seorang pengarang diyakini pembacanya sebagai orang yang berwenang apabila dia : (a) mempunyai dasar hukum menduduki jabatan-jabatan tertentu, (b) berkecimpung dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan tertentu, dan (c) mampu menunjukkan pola pikir yang bermutu.





















BAB III
PENUTUP


3.1 Kimpulan
Seorang pengarang dapat menyampaikan suatu pokok persoalan melalui banyak cara sesuai dengan tujuannya. ia dapat menyampaikan dengan cara:
a.       Deskripsi suatu objek secara rinci sesuai dengan   tujuannya.
b.      Narasi yaitu Menceritakan suatu peristwa didalam dimensi ruang dan waktu secara kronologis.
c.       Argumentasi yaitu Mengemukakan pendapatanya diikuti gagasan yang bersifat mempengaruhi agar orang melakukan kehendaknya.
d.      Mengemukakan pendapatnya diikuti dengan argument atau alasan sehingga pembaca meyakini kebenaran pendapatnya tersebut.
e.       Memaparkan suatu hal tanpa mempengaruhi pembaca, tetapi memberikan keterangan atau penjelasan tentang sesuatu tersebut sehingga pembaca mendapatkan tambahan pengetahuan.

3.2  Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan digunakan sebaik-baiknya. jika terdapat  kesalahan dalam penulisan makalah. Tim penulis mohon maaf  dan jika ada kritik dan saran kami terima agar memperbaiki makalah-makalah berikutnya.








DAFTAR PURSTAKA


Charlina dan Mangatur Sinaga. 2011. MKDU Bahasa Indonesia. Pekanbaru: Berhati Publishing.

Faizah, Hasnah. 2009. Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Pekanbaru: Cendikia Insani.

Hermandra. 2008. Bahasa Indonesia Diperguruan Tinggi. Pekanbaru: Cendikia Insani.

HTTP://iaibcommunity .wordpress . com /2008/04/23/ jenis-jenis-karangan

Redaksi Transmedia. 2010. Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta Selatan: Transmedia.

Tim Quantum Inovatif. 2009. Buku Panduan Super Intensive  SMPTN. Pekanbaru:Quantum Inovatif.

Tukan. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira.

Widodo. 2006. Buku Latihan Siswa Star Idola Bahasa Indonesia  SMA/MA. Solo: Putra Kertonatan.










Komentar

Postingan Populer