MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN
MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN

Disusun Oleh :
1. Linda Astuti
2. Marshela Arfa Yolanda
PRODI
DIII KEBIDANAN TANJUNG KARANG
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN
AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, sehingga
makalah yang berjudul “ Nilai
dan Model Promosi Kesehatan” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas yang telah
diberikan.
Dalam
menyelesaikan tugas ini, penulis tidak hanya bekerja sendiri. Tanpa bantuan
dari semua pihak, tidak
mungkin makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.
Dalam pembuatan
makalah ini, penulis menyadari kesalahan,
kelemahan, bahkan kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat
diharapkan agar dapat dijadikan acuan
dalam penulisan makalah periode berikutnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Atas bantuan dari
semua pihak penulis mengucapkan terima
kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandar
Lampung, Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL........................................................................................................ i
KATA
PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan............................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Health Belief Model.......................................................................................... 3
2.2 Theory of Reasond Action................................................................................ 4
2.3 Stres................................................................................................................... 7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................................................ 11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan
persalinan.Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan
dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh
masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat
tentang hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan
cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah
tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis. Yang biasa
disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Perkembangan Health Belief Model Dimasyarakat ?
2.
Apa
Kegunaan Theory Of Reasoned Action Dimasyarakat ?
3.
Bagaimana Mengelola Stress ?
1.3
Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Perkembangan Health
Belief Model
2.
Untuk Mengetahui Kegunaan Theory Of Reasoned Action
Dimasyarakat
3.
Untuk Mengetahui Cara Mengelola
Stress
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Health Belief Model
Health
Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan
sebagai kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia
dan telah mendorong penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an. HBM
diuraikan dalam usaha mencari cara menerangkan perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan. HBM ini digunakan untuk meramalkan
perilaku peningkatan kesehatan (Smet, 1994).
HBM merupakan model
kognitif, yang berarti bahwa khususnya proses kognitif, dipengaruhi oleh
informasi dari lingkungan, termasuk hitungan. Menurut HBM, kemungkinan individu
akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari
dua keyakinan atau penilaian kesehatan (health
beliefs) yaitu: ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness)
dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (benefits and costs).
Penilaian pertama
adalah ancaman yang dirasakan terhadap risiko yang akan muncul. Hal ini mengacu
pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau kesakitan betul-betul
merupakan ancaman kepada dirinya.
Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka
perilaku pencegahan juga akan meningkat.
Penilaian tentang
ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada: (a) ketidak-kekebalan yang
dirasakan (perceived vulnerability) yang
merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan
menurut kondisi mereka, (b) keseriusan yang' dirasakan (perceived severity). Orang-orang yang mengevaluasi seberapa jauh
keseriusan penyakit tersebut apabila mereka mengembangkan masalah kesehatan
mereka atau membiarkan penyakitnya tidak ditangani.
Penilaian yang kedua
yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dengan kerugian dari perilaku
dalam usaha untuk mernutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak.
![]() |
![]() |
||||
![]() |
(Gambar diambil dari Smet, 1994)
Tambahan untuk
penilaian yang terdahulu, petunjuk untuk berperilaku (cues to action) diduga tepat untuk memulai proses perilaku,
disebut keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient position). Hal ini dapat berupa berbagai macam informasi
dari luar atau nasehat mengenai permasalahan kesehatan. Contoh: media massa,
kampanye, nasehat orang lain, penyakit dari anggota keluarga yang lain atau
teman, artikel dari koran, dan sebagainya.
Ancaman, keseriusan, ketidak-kekebalan dan
pertimbangan keuntungan dan kerugian, dipengaruhi oleh (a) variabel demografis
(usia, jenis kelamin, latar belakang budaya), (b) variabel sosiopsikologis
(kepribadian, kelas sosial, tekanan sosial), dan (C) variabel struktural (pengetahuan
dan pengalaman masalah). Orang tua bila dibandingkan dengan remaja akan melihat
secara berbeda tentang resiko dari kanker dan masalah jantung. Orang yang punya
pengalaman dengan kanker akan bersikap lain terhadap kanker (dan merokok)
dibandingkan dengan orang yang tidak punya pengalaman
2.2 Theory
of Reasoned Action
Theory
of Reasoned Action (TRA) atau Behavioral Intention Theory dari Ajzen dan Fishbein masih relatif
baru, dan kurang banyak digunakan dan kurang banyak dikenal (Smet, 1994). Model
ini juga menggunakan pendekatan kognitif, dan didasari ide bahwa ”. . .humans are reasonable animals who, in
deciding what action to make, systematically process and utilize the
information available to them...". Tetapi kebalikan dengan HBM, TRA
merupakan teori perilaku manusia secara umum : aslinya teori ini dipergunakan
di dalam berbagai macam perilaku manusia, khususnya yang berkaitan dengan
permasalahan sosial-psikologis, kemudian makin bertambah digunakan untuk
menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan.
Teori ini menghubungkan
keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak/intensi (intention), dan perilaku. Jika ingin
mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik untuk merarnalkannya
adalah mengetahui intensi orang tersebut.
|
||||||||||
|
![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
||||||||||

Intensi ditentukan oleh
Sikap dan norma subjektif. Komponen pertama mengacu pada Sikap terhadap
perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku
tersebut (outcome of the behavior).
Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi- konsekuensi yang
akan terjadi bagi individu (evaluation
regarding the outcome). Komponen kedua mencerminkan dampak dari norma-norma
subyektif. Di dalam pengertian tertentu, istilah ini agak menyesatkan. Norma
sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang
dipikirkan orang-orang yang dianggapnya penting (referent person) dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran
tersebut.
Contoh : orang tua
mempunyai harapan tentang keikutsertaan dalam program imunisasi bagi
anak-anaknya. Mereka mungkin percaya bahwa imunisasi melindungi
serangan-serangan penyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan rasa sakit
atau tidak enak badan dan juga mahal (kerugian). orang tua akan
mempertimbangkan mana yang lebih penting : perlindungan kesehatan atau
tangisan, mungkin anak panas dan mengeluarkan uang. jika orang lain yang
dianggap penting (kakek-nenek, kepala desa, dokter) setuju (atau menasehati)
harus ikut program imunisasi dan jika orang tua ingin mengikuti petunjuk
tersebut, maka ini ada kecenderungan positif untuk berperilaku seperti itu.
Pertanyaan yang muncul
ialah atas dasar apa seseorang mempunyai keyakinan dan mengevaluasi perilaku
dan norma sosial? Pertanyaan ini mencakup peran variabel eksternal, seperti
variabel demografis, jenis kelamin, usia, yang tidak muncul secara langsung
dalam 'theory of reasoned action'.
Menurut Fishbein & Middlestadt seperti dikemukakan oleh Smet (1994),
variabel ini bukannya kurang penting, tetapi efeknya pada intensi (kehendak)
dianggap diperantai oleh Sikap, norma subjektif, dan berat relatif dari
komponen- komponen ini.
Keuntungan teori ini
adalah memberi pegangan untuk menganalisa komponen perilaku dalam item yang
operasional. Bagaimanapun sejumlah pencegahan harus dipertimbangkan supaya
model ini dipergunakan dengan tepat. Fokus sasaran ialah prediksi dan
pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan di bawah kendali
seseorang. Artinya bahwa perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasikan
secara jelas. Tuntutan ini menurut pengarang memerlukan pertirnbangan mengenai :
tindakan (action), sasaran (target), konteks (context), waktu (time). Hal yang
sama juga terjadi bagi seleksi dan identifikasi komponen lain dalam model:
intensi, Sikap, norma subjektif, dan keyakinan.
Contoh: perbedaan dalam
tindakan (action): determinan dari mulainya penggunaan kokain intravena tidak sama dengan determinan dari
berhentinya kokain intravena. Perbedaan dalam target: penggunaan heroin tidak
sama dengan penggunaan amphetarnin. Perbedaan dalam konteks: saling bergantian
jarum suntik dengan teman lama tidak sama dengan bergantian jarum suntik dengan
kenalan begitu saja. Perbedaan dalam waktu: pengukuran perubahan perilaku
selama satu tahun dari sekarang.
Lebih lanjut, sebuah
konsep penting dalam teori ialah fokus perhatian (salience). Istilah ini mengacu pada gagasan bahwa sebelum
mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan
kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi yang dipertimbangkan.
Hal ini berbeda dari perilaku populasi yang satu ke populasi yang lain, dan
dari populasi satu ke populasi yang lain. Pengarang mengacu pada nilai dan
norma-norma dalam kelompok sosial yang diselidiki, sebagai indikator penting
untuk memprediksikan perilaku yang akan diukur. Sebenarnya, kami percaya bahwa
pengetahuan awal tentang aspek sosial dan antropologis merupakan aspek penting.
Contoh: Penelitian
akhir di daerah Pakistan diketahui bahwa banyak ibu memandang diare sebagai hal
yang alami dari turnbuhnya dan
pertumbuhan badan dan bukan sebagai sebuah penyakit. Banyak ibu juga memandang
diare sebagai sakit ‘panas’, yang menurut pengobatan ’dingin’ (seperti mengubah
jenis makanan ibu) dan bukan obat dari dunia Barat (seperti antibiotika) yang
diklasifikasikan sebagai hal yang ’panas'.
Dengan menggunakan
model Fishbein, dapat dikatakan bahwa dalam populasi ini harapan hasil yang
utama dari penggunaan " Oral
Rehydration Salts (ORS)" bukan 'pengobatan yang efektif untuk diare',
tetapi 'pembuat rasa sakit', sesuatu yang membuat situasi semakin jelek'.
Selain itu, orang-orang yang dianggap penting bukan dokter (Barat) tetapi dari
lokal. Tetapi lagi, yang penting bagi model Fishbein, bukankah situasi budaya
itu sendiri, tetapi Cara budaya mempengaruhi sikap, intensi dan perilaku :
keyakinan bahwa menghentikan diare merupakan bahaya karena hal ini menyebabkan
panas, akan menimbulkan sikap negatif terhadap penggunaan ORS, dan selanjutnya, terhadap
intensi dan perilaku.
Contoh: fokus perhatian
(salience) tentang perilaku seksual,
dan pencegahan AIDS tidak akan sama antara kelompok homoseksual, yang percaya
penggunaan kondom mengurangi kemungkinan kena AIDS, dengan kelompok lain, yang
mungkin percaya menggunakan kondom akan menyebar luasnya perilaku seksual.
Menurut Smet (1994),
Fishbein & Middlestadt melihat 'keyakinan kesehatan' (digambarkan dalam
HBM) sebagai variabel eksternal. Artinya konsep ketidak-kekebalan (mudahnya
terjangkit penyakit), keseriusan dan keuntungan/ kerugian, dipandang sebagai
variabel eksternal yang penting yang mungkin, tetapi mungkin juga tidak,
mempengaruhi secara tidak langsung perilaku. Contohnya, menurut TRA persepsi kekebalan
akan mempengaruhi perilaku hanya jika (a) hal ini mempengaruhi sikap atau norma
subjektif, dan (b) pengaruh komponen ini merupakan sebuah penentu dari intensi.
2.3 Stress
1.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengalaman stress
Reaksi terhadap stress
bervariasi antara orang satu dengan yang lain dan dari waktu ke waktu pada
orang yang sama. Perbedaan ini sering disebabkan oleh faktor psikologi dan
sosial yang tampaknya dapat merubah dampak stressor bagi individu. Banyaknya
variabel yang diteliti dalam pandangan ini adalah sebagai berikut (Smet, 1994) :
a.
Variabel dalam kondisi individu: umur,
tahap kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor-faktor genetik, intelegensi,
pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi dan kondisi fisik.
b.
Karakteristik kepribadian :
introvert-ekstrovet, stabilitas emosi secara umum, tipe A, kepribadian
’ketabahan’ (hardiness), locus of control, kekebalan dan
ketahanan.
c.
Variabel sosial-kognitif : dukungan
sosial yang dirasakan, jaringan sosial, kontrol pribadi yang dirasakan. .
d.
Hubungan dengan lingkungan sosial,
dukungan sosial yang diterima, integrasi dalam jaringan sosial.
e.
Strategi coping.
2.
Pengelolaan
Stress
Bagaimana
mengelola stress? Bagaimana mengatasi stress? Individu akan mernberikan reaksi
yang berbeda-beda untuk mengatasi stress. Dewasa ini proses coping terhadap
stress menjadi ’pedoman’ untuk rnengerti reaksi stress (Smet, 1994).
Berikut
ini diuraikan beberapa Cara untuk mengatasi stress. Adakah Cara yang efektif
untuk coping terhadap stress? Bagaimana caranya mengurangi stress? Bila
individu berhadapan dengan stress, bagaimana caranya mengurangi ketegangan yang
muncul?
Coping
adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada
antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun
tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka
gunakan dalam menghadapi situasi stressful.
Secara
umum, stress dapat diatasi dengan melakukan transaksi dengan lingkungan di mana
hubungan transaksi ini merupakan suatu proses yang dinamis.
3.
Fungsi
dan Jenis Coping
Secara umum coping itu sendiri mempunyai 2
macam fungsi (Smet, 1994), yaitu :
a.
Emotion-focused
coping
Digunakan
untuk mengatur respon emosional terhadap stress. Pengaturan ini melalui perilaku
individu, seperti penggunaan alkohol, bagaimana memadakan fakta-fakta yang
tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu
mengubah kondisi yang 'stressful’,
individu akan cenderung untuk mengatur emosinya.
b.
Problem-focused
coping
Untuk
mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan mempelajari Cara-Cara atau
keterampilan-keterampilan yang baru, individu akan cenderung menggunakan
strategi ini, bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi. Metode atau
fungsi masalah ini lebih sering digunakan oleh para dewasa.
Perbedaan antara
strategi problem-focused dengan emotion-focused coping seperti yang
dikemukakan oleh Lazarus & Folkman, menjadi konseptualisasi yang paling
berpengaruh, dan bermacam-macam versi dari ‘Ways
of Coping Checklist' mereka telah digunakan dalam banyak penelitian.
Meskipun demikian,
penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat tersebut menyatakan bahwa
strategi coping lebih bervariasi. Taylor (1991), mengemukakan 8 strategi coping
yang berbeda: (a) konfrontasi, (b) mencari dukungan sosial, dan (c)
merencanakan pemecahan masalah dikaitkan dengan ’problem focused coping’. Strategi coping lainnya lebih memfokuskan
pada pengaturan emosi: (d) kontrol diri, (e) membuat jarak, (f) penilaian
kembali secara positif (positive reappraisal), (g) menerima tanggung jawab, dan
(h) lari/ penghindaran (escape/avoidance).
Perlu diketahui, bahwa
tidak ada satu pun metode yang dapat digunakan untuk semua situasi stress.
Tidak ada strategi coping yang paling berhasil. Strategi coping yang paling
efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stress dan situasi.
Keberhasilan coping lebih tergantung pada penggabungan strategi coping yang
sesuai dengan ciri-ciri masing-masing kejadian yang penuh stress, dari pada
mencoba menemukan satu strategi coping yang paling berhasil.
External Resources or Impediments

Internal resources or impediments
(gambar diambil dari Smet, 1994)
4.
Reduksi
potensi untuk stress dan pengelolaan stress
Beberapa aspek
kehidupan manusia dapat mengurangi potensi untuk berkembangnya stressor den
membantu individu-individu mengatasi stress. Prevensi merupakan penjagaan yang
pertama terhadap stress. Usaha-usaha untuk mempengaruhi aspek kehidupan manusia
ini dapat menghinclari permunculan stress dan mengurangi dampak stress (Smet,
1994).
Meningkatkan dukungan
sosial merupakan salah satu cara yang lebih jelas diantara usaha-usaha
tersebut. Kemungkinan intervensi lainnya adalah : meningkatkan kontrol pribadi
atau kontrol yang dirasakan, mengatur kehidupan seseorang lebih baik (misalnya
pengaturan waktu-time management),
mempersiapkan diri terhadap kejadian yang penuh stress, fitness, modifikasi
perilaku tipe A.
Manajemen stress
memfokuskan pada pengurangan reaksi stress. Teknik-teknik dalam pendekatan 'cognitive behavioral' diantaranya,
adalah relaksasi dan disensitisasi sistematis, biofeedback, modeling,
restrurisasi kognitif, 'stress-inoculation
training', terapi multi-modal, meditasi dan hipnose. lndividu dapat belajar
juga bagaimana menggunakan gaya coping yang lebih memadai sesuai dengan situasi
yang dihadapinya.
Teknik-teknik
pengelolaan stress ini antara lain dapat digunakan untuk mengurangi resiko
penyakit-penyakit jantung melalui pengubahan faktor seperti perilaku tipe A dan
Hipertensi.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Health
Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan
sebagai kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia
dan telah mendorong penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an. HBM
diuraikan dalam usaha mencari cara menerangkan perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan. HBM ini digunakan untuk
meramalkan perilaku peningkatan kesehatan (Smet, 1994).
TRA merupakan teori
perilaku manusia secara umum : aslinya teori ini dipergunakan di dalam berbagai
macam perilaku manusia, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan
sosial-psikologis, kemudian makin bertambah digunakan untuk menentukan
faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan.
Stress
dapat diatasi dengan melakukan transaksi dengan lingkungan di mana hubungan
transaksi ini merupakan suatu proses yang dinamis.
3.2 Saran
Untuk masyarakat pada
umumnya agar sadar hidup sehat ini diamalkan denan sungguh-sunguh da
berkesinambungan menuju masyarakat sehat sejahtera.
DAFTAR
PUSTAKA
Machfoedz
Irham dan Eko Suryani.2009.Pendidikan
Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan.Yogyakarta:Fitramaya
DepkesRI
2000 Panduan Produksi Indonesia Pusat
Promosi Kesehatan,Depkes Jakarta
Dewi,
Fatwa Sari Tetra 2001 “Promosi Kesehatan” Fakultas Kedokteran UGM,Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar