MAKALAH MENERAPKAN PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
MAKALAH
MENERAPKAN
PENDEKATAN DALAM
PROMOSI KESEHATAN
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK
III
1)
NABILA YASMIN
2)
NI MADE ARI S
3)
SIFI FATMALA
4)
BHERTA DEPI
GIANA
5)
DWI SISKA
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNG KARANG JURUSAN KEBIDANAAN TANJUNGKARANG PRODI D.III KEBIDANAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillaah penyusun
ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga
dengan kekuatan pikiran dan keterbukaan hati, penyusun dapat menyelesaikan makalah
mengenai promosi kesehatan dengan judul “MENERAPKAN PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN”
Penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang sifatnya membangun untuk kelengkapan tulisan ini ke depan agar dapat
berguna bagi kita semua.
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul ..................................................................................... i
Kata
Pengantar...................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Strategi
Global........................................................................ 3
B. Strategi
Berdasarkan Otawa Charter...................................... 5
C. Pendekatan
Promosi Kesehatan............................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 11
B. Saran...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pengertian Promosi Kesehatan :
1. Soekidjo
Notoatmojo (2005):
Pertama : promosi
kesehatan dalam konsep Level and Clark (4 tingkat pencegahan penyakit) berarti
peningkatan kesehatan.
Kedua: upaya
memasarkan, menyebarluaskan, memperkenalkan pesan-pesan kesehatan, atau
upaya-upaya kesehatan sehingga masyarakat menerima pesan-pesan tersebut.
2. WHO
(1984), merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah promosi kesehatan,
kalau pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan perilaku maka
promosi kesehatan tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan
lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut.Ottawa Charter
(1986),… “the process of enabling people to control over and improve their
health”. (Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya).
Promosi Kesehatan bukanlah kegiatan
yang berdiri sendiri, melainkan kegiatan terdepan yang harus terpadu dengan
program-program kesehatan lainnya. Pentingnya pendekatan Promosi Kesehatan
untuk setiap upaya kesehatan yang akan menjaga keberlangsungan proses
pemberdayaan sehingga masyarkat dapat menerima dan meneruskan kegiatan dengan
sumberdaya yang dimiliki".
Promosi
kesehatan telah meningkat modern sejak tahun 1980. Konsepnya pertama kali
digunakan pada tahun 1970 oleh Mentri Kesehataan Nasional dan Kesejahteraan,
Marc Lalonde. Perspektif dari promosi kesehatan dipengaruhi oleh faktor
kesehatan lingkungan dan perubahan perilaku dan gaya hidup, bukan oleh karakter
biomedis. Hal ini dipengaruhi oleh gagasan lebih lanjut mengenai definisi dari
promosi kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di masa yang akan datang
merubah promosi kesehatan dari pelayanan medis menjadi pelayanan kesehatan yang
utama, yang direfleksikan dalam kebijakan dunia. Pada tahun1977 Majelis
Kesehatan Dunia (World Health Assembly) di Alma Ata menyerahkan semua anggota
dari seluruh negara untuk meningkatkan standar pelayanan kesehatan dan
mengurangi ketidaksamaan ke pelayanan kesehatan yang terjamin bagi seluruh
masyarakat produktif (WHO 1986). Sekarang promosi kesehatan ditafsirkan dan
digunakan dalam berbagai macam cara. Bisa saja didiskripsikan sebagai proses
bagi individual maupun kelompok yang terdorong untuk menggunakan gaya hidup
sehat, yang sasaran utamanya adalah perubahan perilaku. Gagasan lain termasuk:
pencegahan penyakit, perilaku hidup bersih sehat, meningkatkan kesadaran dalam
isu kesehatan, perlindungan umum terhadap kerusakan, pendidikan masyarakat
mengenai gaya hidup sehat dan persamaan dalam kesehatan dan penyediaan
pelayanan kesahatan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. STRATEGI GLOBAL
Berdasarkan
rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3
hal, yaitu:
1.
Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks
promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan
atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga
para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan.
Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal inaupun
informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang
issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukun~an dari para pejabat yang
terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat
yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta
dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau
fasilitas lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah
para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang
terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier)
2.
Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal
maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat,
sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai (pelaksana program kesehatan)
dengan masyarakat (penerima program) kesehatan.
Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah
mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan
mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu,
strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina
suasana yang kondusif terliadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini
antara lain: pelatihan-pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan
kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sasial
atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran
sekunder).
3.
Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan
adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung.
Tujuan utama pember¬dayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan).
Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan,
antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan
peningkatan pendapatan keluarga (income gener¬ating skill). Dengan meningkatnya
kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam peme¬liharan
kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat
desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di
masyarakat sering disebut "gerakan masyarakat" untuk kesehatan. Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah
masyarakat (sasaran primer).
B. STRATEGI BERDASARKAN OTAWA CHARTER
Konferensi lnternasional Promosi
Kesehatan di Ottawa¬ Canada pada tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa
Charter). Di dalam Piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi
kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:
1.
Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi
kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau pembuat kebijakan, agar
mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan
kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan-kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundangan, surat-surat keputusan, dan sebagainya, selalu
berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik. Misalnya, ada paraturan
atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk
mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan perkataan
lain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).
2.
Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para
pengelola tempat umum, termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan
sarana¬prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi
masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut.
Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum antara lain:
tersedianya temp at sampah, tersedianya temp at buang air besar/kecil,
tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi perokok dan non-perokok, dan
sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola tempat-tempat umum, pasar,
terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall, dan sebagainya, harus
menyedia¬kan sarana-prasarana untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya.
3.
Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health
Services)
Sudah
nienjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam pelayanan kesehatan itu
ada "provider" dan "con¬sumer". Penyelenggara (penyedia)
pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta dan masyarakat adalah sebagai
pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah,
harus direorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan hanya sekadar pengguna atau
penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara juga,
dalam batas¬-batas tertentu. Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan ini
adalah, para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
harus melibatkan, bahkan member¬dayakan masyarakat agar mereka juga dapat
berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi juga
seka¬ligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan masayarakat. Dalam
mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat
penting.
4.
Keterampilan individu (Personnel Skill)
Kesehatan
masyarakat adalah kesehatan agregat, yang rerdiri dari individu, keluarga, dan
kelompok-kelompok. Oleh sebab, itu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila
kesehatan individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok¬kelompok terse but
terwujud. Oleh sebab itu, strategi untuk mewujudkan keterampilan
individu-individu (personnel skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam
memelihara dan meningkatan kesehatan mereka ini adalah mem¬berikan
pemahaman-pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara
kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke
fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode
dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa.
5.
Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk
mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk
kesehatan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan harus men¬dorong dan memacu
kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya
kegiatan masya¬rakat di bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang
kon¬dusif untuk kesehatan, atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka.
C.
PENDEKATAN
PROMOSI KESEHATAN
1.
Pendekatan Medik
Tujuan
dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang
didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit
jantung.
Pendekatan
ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin
dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu
orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan
klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan screening
takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan pencegahan
medic dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian bahwa
pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
2. Pendekatan
Perubahan Perilaku
Tujuan
dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat,
sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara lain
mengajarkan orang bagaimana menghentikan merokok, mendorong orang untuk
melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang baik dan
seterusnya.
Orang-orang
yang menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat
“merupakan hal paling baik bagi kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung
jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup
sehat yang menguntungkan.
3. Pendekatan
Edukasional
Tujuan
dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuan dan
pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atas
dasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang
dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri.
Bantuan
dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek kesehatan
baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya
menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya
memperoleh pengetahuannya. orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan
memberi arti tinggi bagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk
memilih perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka
mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal
yang paling baik bagi klien mereka.
Promosi
kesehatan dan pendidikan kesehatan
Hal
ini bukan hal umum untuk promosi kesehatan dikelirukan dengan pendidikan
kesehatan. Istilah ini tidak seharusnya digunakan dengan dapat dipertukarkan.
Promosi kesehatan mencakup seluruh aktivitas yang bertujuan untuk mempromosikan
gaya hidup sehat; pendidikan kesehatan merupakan bagian integral dari
prosesnya. Dines dan Crib (1993) menggambarkan promosi kesehatan sebagai
istilah cakupan luas dibandingkan pendidikan kesehatan dan menunjuk
kepada’pendidikan kesehatan plus’.
Penjelasan
ini menyediakan sedikit kejelasan untuk cakupan promosi kesehatan. Aktivitas
promosi kesehatan yang termasuk, contohnya, pengembangan komunitas kerja dan
aksi politik menyimpang di luar jangkauan promosi kesehatan dan dicakup dalam
didiplin promosi kesehatan yang lebih luas. Pendekatan tradisional ke dalam
pendidikan kesehatan ditujukan untuk mencegah penyakit, dalam meningkatkan gaya
hidup sehat.
Pendekatan
ini dimulai sejak abad ke-19 di mana masyarakat diajari dan meningkat
kegelisahannya dipandu ke gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit. Sasaran
dari pendidikan kesehatan modern adalah bekerja dengan pendekatan individual
sebuah tingkat atau bagian dari kesehatan melalui strategi kemungkinan. Hal ini
menggunakan dasar yang terfasilitasi. Pengenalan pendekatan membujuk dan
peningkatan kegelisahan diproduktifkan untuk hal pokok da penghargaan
kesehatan. Landasan dari pendidikan kesehatan modern adalah pemberdayaan(Tones
1992). Pendidikan kesehatan modern dilihat sebagai elemen penting dalam promosi
kesehatan. Bidan secara aktif termasuk ke dalam bagian antara promosi kesehatan
dan pendidikan kesehatan dan memiliki relasi yang unik dengan perempuan dan
keluarganya untuk mempengaruhi penggunaan gaya hidup sehat.
4.
Pendekatan Berpusat Pada Klien
Tujuan
dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka
mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat
keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai
mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu
orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan
serta ketrampilan yang mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan.
Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien
dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan
kesehatan mereka sendiri.
5. Pendeka
tan Perubahan Sosial
Tujuan
dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan fisik,
social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang
sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku
individu-individunya. Hal
utama bukan
untuk mengubah kebiasaan indiviu, tapi secara positif mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini
memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat,
mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai
tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada
pembentukan kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.
Pendekatan ini menyatakan kemunduran sosial ekonomi sebagai faktor dari sakit.
Hal ini dipusatkan dengan membuat lingkuangan, perubahan sosial dan ekonomi
dengan rencana kebijakan, aksi perubahan politik dan kolaborasi yang lebih luas
dengan pembuat keputusan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Promosi
Kesehatan bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan kegiatan terdepan
yang harus terpadu dengan program-program kesehatan lainnya. Pentingnya
pendekatan Promosi Kesehatan untuk setiap upaya kesehatan yang akan menjaga
keberlangsungan proses pemberdayaan sehingga masyarkat dapat menerima dan
meneruskan kegiatan dengan sumberdaya yang dimiliki
Pendekatan
yang biasa digunakan oleh tenaga kesehatan bisa menghasilkan efek negatif atau
positif pada kebiasaan seseorang. Pemilihan pendekatan merupakan faktor
terbesar oleh interpretasi personal dan pemahaman kesehatan dan promosi
kesehata.
B. SARAN
Dalam pendekatan promosi kesehatan perlu adanya
hubungan kerja sama dengan pihak-pihak yang berpengaruh dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat. Dan melaksanakan evaluasi dan audit yang jugamerupakan
mekanisme untuk menentukan kebutuhan kesehatan.
Dalam
pendekatan promosi kesehatan daripada menggunakan pendekatan yang persuasif
atau bahkan memaksa, lebih baik menggunakan pendekatan yang bekerjasama dengan
masyarakat untuk mencari pemecahan masalah mereka sendiri, sembari memberi
informasi yang mereka perlukan dalam membuat keputusan tersebut. Tetapi dalam
kondisi yang lebih darurat, seperti penyebaran epidemi yang memerlukan aksi
sesegera mungkin, perlu dipertimbangkan untuk menggunakan pendekatan persuasif
untuk merubah sikap dan perilaku masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan. 2007. Sejarah Promosi Kesehatan. http://www.promosikesehatan.com/?act=article&id=225&pg=4. Diakses
pada tanggal 2 Oktober 2010.
Ambarwati, Eny Retna. 2010. Etika
Promosi Kesehatan. http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/03/etika-promosi-kesehatan.html. Diakses
pada tanggal 3 Oktober 2010.
Admin. 2009. Komunikasi
dalam Pendidikan dan Promosi Kesehatan. http://driyamedia.co.cc/metodologi/devcommkombang/komunikasi-dalam-pendidikan-dan-promosi-kesehatan.html.
Diakses pada tanggal 3 Oktober 2010.
Sofyan, Asep. 2009. Promosi Kesehatan. http://bermenschool.wordpress.com/2009/01/04/promosi-kesehatan/.
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2010.
Komentar
Posting Komentar