ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TYPHOID
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TYPHOID

Disusun oleh :
ARDIA RAHMANANDA
14202003
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES
TANJUNGKARANG
JURUSAN DIV KEPERAWATAN
TAHUN 2015
![]() |
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,
karena atas ridho Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Asuhan
Keperawatan Demam Typhoid.
Tak ada gading yang tak retak, dan kita tahu semua walaupun
manusia merupakan makhluk yang sempurna ciptaan Allah SWT dari makhluk lainnya,
tetapi tak ada satupun manusia yang tak luput dari kesalahan, jadi apabila ada
kesalahan dalam makalah ini saya mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran
yang mendukung untuk kebaikan makalah ini sangat kami harapkan, semoga makalah
ini dapat berguna bagi kita semua, amin.
Bandar Lampung, September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah..................................................................................... 2
1.3. Tujuan....................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1. Indera Penglihat (Mata)........................................................................... 3
2.2. Indera Pendengar (Telinga)...................................................................... 8
2.3. Indera Peraba (Kulit)................................................................................ 14
2.4. Indera Pengecap (Lidah).......................................................................... 16
2.5. Indera Pembau (Hidung).......................................................................... 18
BAB
III PENUTUP
3.1. Simpulan .................................................................................................. 21
3.2. Saran ........................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Setiap
makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam, karena alam sangat
penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu setiap makhluk hidup,
khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam. Untuk dapat menjaga
keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali perubahan lingkungan yang terjadi,
Tuhan memberikan indera kepada setiap makhluk hidup.
Indera
ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di
dalam maupun di luar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup, memiliki
sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini
dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.
Interoreseptor
ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam tubuh.
Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi,
dinding pembuluh darah, dinding saluran pencernaan, dan lain sebagainya.
Sel-sel ini dapat mengenali berbagai perubahan yang ada di dalam tubuh seperti
terjadi rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen menurun, kadar glukosa,
tekanan darah menurun/naik dan lain sebagainya.
Eksoreseptor
adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk mengenali
perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh. Yang termasuk
eksoreseptor yaitu: (1) Indera penglihat (mata), indera
ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti sinar, warna dan
lain sebagainya. (2) Indera pendengar (telinga), indera ini berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan seperti suara. (3) Indera peraba (kulit), indera
ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan
lain sebagainya. (4) Indera pengecap (lidah), indera ini berfungsi untuk
mengenal perubahan lingkungan seperti mengecap rasa manis, pahit dan lain
sebagainya. (5) Indera pembau (hidung), indera ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa
kita kenal dengan sebutan panca indera.
1.2.
Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
sistem indera penglihat (mata) pada manusia?
2. Bagaimanakah
sistem indera pendengar (telinga) pada manusia?
3. Bagaimanakah
sistem indera peraba (kulit) pada manusia?
4. Bagaimanakah
sistem indera pengecap (lidah) pada manusia?
5. Bagaimanakah
sistem indera pembau (hidung) pada manusia?
1.3.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah
sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui bagaimana sistem indera penglihat (mata) pada manusia.
2. Untuk
mengetahui bagaimana sistem indera pendengar (telinga) pada manusia.
3. Untuk
mengetahui bagaimana sistem indera peraba (kulit) pada manusia.
4. Untuk
mengetahui bagaimana sistem indera pengecap (lidah) pada manusia.
5. Untuk
mengetahui bagaimana sistem indera pembau (hidung) pada manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Indera Penglihat (Mata)
Mata
mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna.
Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk
otot-otot penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata berada), kelopak,
dan bulu mata.
a.
Bagian-bagian
mata:
1.
Bola mata

Bola mata dikelilingi oleh tiga lapis dinding. Ketiga
lapis dinding ini, dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
Ø
Sklera,
merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat, berwarna putih buram (tidak
tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan yang disebut kornea. Konjungtiva adalah lapisan
transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi
melindungi bola mata dari gangguan.
Ø
Koroid,
berwarna coklat kehitaman sampai hitam. Koroid merupakan lapisan yang berisi
banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina.
Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar).
Di bagian depan, koroid membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan
membentuk iris yang berwarna. Di bagian depan iris bercelah membentuk pupil
(anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi sebagai diafragma, yaitu
pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang masuk. Badan siliaris
membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi dan
relaksasi dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya lensa.
Ø
Retina,
merupakan lapisan yang peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina
berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf
optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian yang dilewati urat saraf optik
tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.
Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan
rongga bola mata terbagi dua, yaitu bagian depan yang terletak di depan lensa
berisi carian yang disebut aqueous
humor, dan bagian belakang yang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut
berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar.
2.
Kotak mata
Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata
dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam
kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi.
Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva
disebut konjungtivitis. Untuk
mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari
kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang
terdapat di bawah alis. Air mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik dalam
jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah masuknya
mikro organisme ke dalam mata.
3.
Otot mata
Ada enam otot mata yang berfungsi memegang sklera. Empat
di antaranya disebut otot rektus (rektus
inferior, rektus superior, rektus eksternal, dan rektus internal). Otot
rektus berfungsi menggerakkan bola mata ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke
bawah. Dua
lainnya adalah otot obliq atas (superior)
dan otot obliq bawah (inferior).
b. Cara kerja mata
Cara
kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali cara
mengubah fokus lensa. Sinar
yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kali yaitu
waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal,
bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling
peka terhadap sinar.
Ada
dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan
sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena
sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu,
pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen
dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan
warna, makin ke tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di
daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen
ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila
terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi
protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap.
Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu
adaptasi, mata sulit untuk melihat.
Pigmen
lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada
tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru.
Dengan ketiga macam sel konus tersebut, mata dapat menangkap spektrum warna.
Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna.
Jarak
terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum proximum). Jarak terjauh saat benda
tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik
jauh (punctum remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka
cahaya yang masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat
jauh dari obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga
sinar tampak paralel. Baik sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus
direfraksikan (dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar
obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk menghasilkan
penglihatan yang jelas disebut pemfokusan.
Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea.
Cahaya dari obyek yang dekat membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk
pemfokusan dibandingkan obyek yang jauh. Mata mamalia mampu mengubah derajat
pembiasan dengan cara mengubah bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh
difokuskan oleh lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat
difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek. Perubahan bentuk lensa ini
akibat kerja otot siliari. Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi
sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi lensa. Sebagai akibatnya
lensa menebal dan pendek. Saat melihat jauh, otot siliari relaksasi sehingga
apertura yang mengelilingi lensa membesar dan tegangan ligamen suspensor
bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa sehingga lensa
memanjang dan pipih. Proses pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda-berda
disebut daya akomodasi.
|
![]()
a. Akomodasi mata saat
melihat jauh b. Akomodasi mata saat melihat dekat |
c. Kelainan pada mata
1. Presbiopi
Presbiopi
adalah penyakit mata karena proses penuaan, disebut juga mata tua. Pada
anak-anak, titik dekat mata bisa sangat pendek, kira-kira 9 cm untuk anak umur
11 tahun. Makin tua, jarak titik dekat makin panjang. Sekitar umur 40-50 tahun
terjadi perubahan yang menyolok, yaitu titik dekat mata sampai 50 cm, oleh
karena itu memerlukan pertolongan kaca mata untuk membaca berupa kaca mata
cembung (positif). Hal ini disebabkan karena elastisitas lensa berkurang.
Penderita presbiopi dapat dibantu dengan lensa rangkap.
2. Hipermetropi
Hipermetropi
atau mata jauh dapat terjadi pada anak-anak. Hipermetropi disebabkan bola mata
terlalu pendek sehingga bayang-bayang jatuh di belakang retina. Penderita
hipermetropi ini tidak dapat melihat benda yang dekat atau biasa disebut rabun
dekat.
3.
Miopi
Miopi
atau mata dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh bola mata terlalu
panjang sehingga bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh akan jatuh di
depan retina. Pada penderita miopi ini orang tidak dapat melihat benda yang jauh
biasa disebut rabun jauh, mereka hanya dapat melihat benda yang jaraknya dekat.
Untuk cacat seperti ini orang dapat ditolong dengan lensa cekung (negatif).
Miopi biasa terjadi pada anak-anak.

Gambar Kelainan
mata : (a) Miopi, (b) Hipermetropi
4. Astigmatisma
Astigmatisma merupakan
kelainan yang disebabkan bola mata atau permukaan lensa mata mempunyai
kelengkungan yang tidak sama, sehingga fokusnya tidak sama, akibatnya
bayang-bayang jatuh tidak pada tempat yang sama. Untuk menolong orang yang cacat
seperti ini dibuat lensa silindris, yaitu yang mempunyai beberapa fokus.
5.
Katarak
Katarak adalah cacat
mata, yaitu buramnya dan berkurang elastisitasnya lensa mata. Hal ini terjadi
karena adanya pengapuran pada lensa. Pada orang yang terkena katarak pandangan
menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.
6.
Imeralopi
Imeralopi atau rabun senja adalah kelainan yang menyebabkan penderita
menjadi rabun pada senja hari.
7.
Xeroftalxni
Xeroftalxni adalah kelainan pada mata, yaiut kornea menjadi kering dan
bersisik.
8.
Keratomealasi
Keratomealasi adalah kelainan pada mata yaitu kornea menjadi putih dan
rusak.
2.2.
Indera Pendengar (Telinga)
Telinga merupakan sebuah organ
yang mampu mendeteksi/mengenal suara dan juga banyak berperan dalam
keseimbangan dan posisi tubuh. Suara adalah bentuk energi yang bergerak
melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun
telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak
dan sistem saraf pusat.
Rangsangan suara disampaikan ke otak melalui saraf
yang menyambungkan telinga dan otak (nervus vestibulokoklearis).
Ada
tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan
telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor
yang ada pada telinga dalam akan menerima rangsang bunyi dan mengirimkannya
berupa impuls ke otak untuk diolah.
a.
Bagian-bagian
telinga

Gambar
Struktur telinga pada manusia
1.
Telinga
luar
Telinga
luar meliputi daun telinga (pinna), liang
telinga (meatus auditorius eksternus), dan saluran telinga luar. Bagian
daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga
dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada
telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang
telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang rawan yang dilapisi kulit
tipis. Di dalam saluran ini terdapat banyak kelenjar
yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen
atau kotoran telinga. Bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang
memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan
suara ke telinga dalam.
Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi
bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran
suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun
telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju
gendang telinga.
2.
Telinga
tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk
menjaga tekanan udara agar seimbang. Telinga tengah meliputi
gendang telinga, 3 tulang pendengaran yaitu martir (malleus) menempel pada gendang telinga,
tulang landasan (incus), kedua
tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu
tulang, dan tulang sanggurdi (stapes)
yang berhubungan dengan jendela oval. Muara tuba eustachi yang menghubungkan ke
faring juga berada di telinga tengah. Getaran suara yang diterima oleh gendang
telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran.
Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang
berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan
getaran ke koklea
atau rumah siput.
3.
Telinga
dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari
labirin tulang dan labirin membran. Ada lima bagian utama dari labirin membran,
yaitu:
Ø Tiga
saluran setengah lingkaran
Ø Ampula
Ø Utrikulus
Ø Sakulus
Ø Koklea
atau rumah siput
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran
sempit. Tiga saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan
organ keseimbangan, dan keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari
labirin tulang.
Koklea mengandung organ
Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar,
yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah
dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan saluran (kanal)
yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran. Di antara saluran vestibulum
dengan saluran tengah terdapat membran
Reissner, sedangkan di antara saluran tengah dengan saluran timpani
terdapat membran basiler. Dalam
saluran tengah terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan
membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar
tersebar di permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran
tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan
berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar.
Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ korti.
b. Cara
kerja telinga
Gelombang
bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran
ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur
koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran
vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan
menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan
limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan
sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini
menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi
tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan
sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran
tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan
membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian
menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui
saraf pendengaran.
c.
Susunan
dan cara kerja alat keseimbangan
Bagian dari alat
vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah lingkaran yang
dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang ada di
dalam utrikulus clan sakulus. Ujung dari setup saluran setengah lingkaran
membesar dan disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya
berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus
berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula
terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung
gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran
semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat
keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf
yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu
butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada
rambut yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.
d. Kelainan pada telinga
Telinga
merupakan salah satu organ yang penting. Sebagai organ
tubuh yang lemah, telinga bisa mengalami
kelainan maupun terserang penyakit. Berikut beberapa penyakit yang ada pada telinga:
1.
Tuli
Tuli adalah ketidakmampuan telinga untuk mendengarkan
bunyi atau suara. Tuli dapat disebabkan oleh
adanya kerusakan pada gendang telinga, tersumbatnya ruang telinga, atau rusaknya
saraf pendengaran. Pada orang yang telah
berusia lanjut, ketulian biasanya disebabkan oleh kakunya gendang telinga dan kurang
baiknya hubungan antar tulang pendengaran.
2.
Congek
Congek adalah penyakit telinga yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada bagian telinga
yang tersembunyi di tengah-tengah. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri.
3.
Otitis
eksterna
Otitis
eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis
eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga perenang (swimmer's ear).
4.
Perikondritis
Perikondritis
adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar.
Perikondritis bisa terjadi akibat cedera, gigitan serangga dan pemecahan bisul
dengan sengaja. Nanah akan terkumpul
diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium).
Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, dan menyebabkan
kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk
telinga. Meskipun bersifat merusak dan
menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang
ringan.
5.
Eksim
Eksim
pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga luar dan saluran
telinga, yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, pengelupasan kulit, kulit
yang pecah-pecah serta keluarnya cairan dari telinga. Keadaan ini bisa
menyebabkan infeksi pada telinga luar dan saluran telinga.
6.
Cidera
Cedera
pada telinga luar (misalnya pukulan tumpul) bisa menyebabkan memar diantara
kartilago dan perikondrium. Jika terjadi
penimbunan darah di daerah tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga
luar dan tampak massa berwarna ungu kemerahan. Darah yang tertimbun ini (hematoma)
bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga terjadi
perubahan bentuk telinga. Kelainan bentuk ini disebut telinga bunga kol, yang sering ditemukan pada pegulat dan
petinju.
7.
Tumor
Tumor pada telinga bisa bersifat
jinak atau ganas (kanker). Tumor yang jinak bisa tumbuh di saluran telinga,
menyebabkan penyumbatan dan penimbunan kotoran telinga serta ketulian. Contoh
dari tumor jinak pada saluran telinga adalah:
Ø Kista sebasea (kantong kecil yang terisi sekresi
dari kulit)
Ø Osteoma (tumor tulang)
Ø Keloid (pertumbuhan dari jaringan ikat
yang berlebihan setelah terjadinya cedera).
8.
Kanker
Kanker
sel basal dan kanker sel skuamosa seringkali tumbuh pada
telinga luar setelah pemaparan sinar matahari yang lama dan berulang-ulang.
Pada stadium dini, bisa diatasi dengan pengangkatan kanker atau terapi
penyinaran. Pada stadium lanjut, mungkin perlu dilakukan pengangkatan daerah
telinga luar yang lebih luas. Jika kanker telah menyusup ke kartilago,
dilakukan pembedahan. Kanker sel basal dan sel skuamosa juga bisa tumbuh di
dalam atau menyebar ke saluran telinga.
2.3.
Indera Peraba (Kulit)
Kulit
merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas,
dingin, sakit, dan tekanan. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk
ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang
jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung
reseptornya terletak di dekat epidermis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung
bagian dalam, misalnya otot dan tulang.
a. Bagian-bagian kulit
Kulit terdiri
dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan dermis.
Pada lapisan epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis
tersusun atas empat lapis sel yaitu:
Ø Stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya.
Ø Stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit
menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya
menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan
melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau kecoklatan.
Ø Stratum lusidum merupakan
lapisan yang transparan.
Ø Stratum korneum merupakan
lapisan yang paling luar.

Gambar Penampang kulit manusia beserta
reseptor-reseptornya
Penyusun utama dari bagian dermis adalah
jaringan penyokong yang terdiri dari serat yang berwarna putih dan serat yang
berwarna kuning. Serat kuning bersifat elastis/lentur, sehingga kulit dapat
mengembang.
Stratum germinativum mengadakan
pertumbuhan ke daerah dermis membentuk kelenjar keringat dan akar rambut. Akar
rambut berhubungan dengan pembuluh darah yang membawakan makanan dan oksigen,
selain itu juga berhubungan dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal akar
rambut melekat otot penggerak rambut. Pada waktu dingin atau merasa takut, otot
rambut mengerut dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat
timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam
tubuh dari kerusakan mekanik.
b.
Cara
Kerja Kulit
Rangsang yang dapat diterima kulit
berupa sentuhan panas, dingin, tekanan, dan nyeri. Ketika kulit menerima rangsang, rangsang tersebut
diterima oleh sel-sel reseptor.
Selanjutnya, rangsang akan diteruskan ke otak melalui urat saraf. Oleh otak, rangsang akan diolah. Akibatnya,
kita merasakan adanya
suatu rangsang. Otak pun memerintahkan
tubuh untuk menanggapi rangsang
tersebut.
c.
Kelainan pada kulit
Kulit merupakan bagian tubuh terluar
sehingga selalu berhubungan dengan
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, kulit mudah terluka serta terserang jamur dan bibit penyakit
lainnya. Beberapa penyakit kulit yang sering kita temui yaitu:
1. Jerawat. Jerawat mudah menyerang kulit
wajah, leher, punggung, dan
dada. Penyakit ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon dan kulit yang kotor. Anak-anak yang
memasuki masa remaja serta orang-orang
yang memiiki jenis kulit berminyak sangat rentan terhadap jerawat.
2. Panu. Panu disebabkan oleh jamur
yang menempel di kulit. Panu
tampak sebagai bercak atau
bulatan putih di kulit dan
disertai rasa gatal. Panu timbul karena penderita tidak menjaga kebersihan kulit.
3. Kadas. Kadas nampak di kulit sebagai
bulatan putih bersisik. Pada setiap bulatan terdapat garis tepi yang jelas dengan kulit yang tidak terkena. Kadas juga
menyebabkan rasa gatal. Penyakit ini disebabkan oleh jamur.
4. Skabies.
Skabies disebut pula “seven-year itch”. Penyakit tersebut disebabkan oleh
parasit insekta yang sangat kecil (Sarvoptes scabies) dan dapat menular pada
orang lain.
5. Eksim.
Eksim merupakan penyakit kulit yang akut atau kronis. Penyakit tersebut
menyebabkan kulit menjadi kering, kemerah-merahan, gatal-gatal, dan bersisik.
6. Biang
keringat. Biang keringat terjadi karena kelenjar keringat tersumbat oleh
sel-sel kulit mati yang tidak dapat terbuang secara sempurna. Keringat yang
terperangkap tersebut menyebabkan timbulnya bintik-bintik kemerahan yang
disertai gatal. Daki, debu, dan kosmetik juga dapat menyebabkan biang keringat.
2.4.
Indera Pengecap (Lidah)
Lidah adalah kumpulan otot
rangka pada bagian lantai mulut
yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah
dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Menggunakan lidah, kita dapat membedakan
bermacam-macam rasa. Lidah juga turut membantu dalam
tindakan bicara
Permukaan
atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi
parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada parit-parit papila
bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan
papila berbentuk benang.
a. Bagian-bagian
lidah
Sebagian besar lidah
tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus,
tulang rahang
bawah dan processus
styloideus di tulang pelipis.
Terdapat dua jenis otot
pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah memiliki permukaan yang
kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga jenis papila
yaitu:
1. Papila
filiformis berbentuk seperti benang halus.
2. Papila
sirkumvalata berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah.

Gambar Struktur lidah dan
pembagian daerah perasanya
Tunas pengecap
adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu
sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor,
sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Bagian-bagian lidah:
1. Bagian
depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa manis.
2. Bagian
pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam.
3. Bagian
belakang/pangkal, fungsinya untuk mengecap rasa pahit.
Lidah
memiliki kelenjar ludah, yang menghasilkan air ludah dan enzim amilase
(ptialin). Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula.
Letak kelenjar ludah yaitu: kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga,
dan kelenjar ludah bawah terdapat di bagian bawah lidah.
b. Cara Kerja Lidah
Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di dalam mulut akan merangsang ujung-ujung saraf pengecap. Oleh saraf pengecap,
rangsangan rasa ini diteruskan ke pusat saraf pengecap di otak. Selanjutnya, otak
menanggapi rangsang tersebut sehingga kita dapat merasakan rasa suatu jenis
makanan atau minuman.
c. Kelaianan
pada lidah
1. Oral candidosis.
Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans.. gejalanya yaitu lidah
akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.
2. Atropic glossitis.
Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah maupun hanya
sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah kekurangan zat
besi. Jadi banyak ditemukan pada penderita anemia.
3. Geografic tongue.
Gejalanya yaitu lidah seperti peta, berpulau-pulau. Bagian pulau itu berwarna
merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal.
4. Fissured tongue.
Gejalanya yaitu lidah akan terlihat pecah-pecah.
5. Glossopyrosis.
Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas dan
terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini lebih
banyak disebabkan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.
2.5. Indera Pembau (Hidung)
Saat manusia baru lahir
indera penciumannya lebih kuat dari manusia dewasa, karena dengan indera ini
bayi dapat mengenali ibunya. Indera penciuman manusia dapat mendeteksi 2000 -
4000 bau yang berbeda. Indera pembau
manusia berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada
lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol seperti tunas
pengecap.

Gambar Struktur indera pembau
a. Bagian-bagian hidung
Hidung
manusia di bagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar yang di sebut dengan nostril.
Dinding pemisah di sebut dengan septum, septum terbuat dari tulang yang sangat
tipis. Rongga hidung di lapisi dengan rambut dan membran yang mensekresi lendir
lengket.
1. Rongga
hidung (nasal cavity)
berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke tenggorokan menuju paru paru.
Rongga hidung ini di hubungkan dengan bagian belakang tenggorokan. Rongga
hidung di pisahkan oleh langit-langit mulut kita yang di sebut dengan palate.
Di rongga hidung bagian atas
terdapat sel-sel reseptor atau ujung- ujung saraf pembau. Ujung-ujung saraf pembau ini timbul bersama
dengan rambut-rambut halus pada
selaput lendir yang berada di dalam rongga hidung bagian atas. dapat membau dengan baik.
2.
Mucous
membrane, berfungsi menghangatkan udara dan
melembabkannya. Bagian ini membuat mucus (lendir atau ingus) yang berguna untuk
menangkap debu, bakteri, dan partikel-partikel kecil lainnya yang dapat merusak
paru-paru.
b. Cara kerja hidung
Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan
molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat
sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian
pendeteksi bau (smell receptors). Reseptor ini jumlahnya sangat banyak
ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh reseptor, sinyal akan
di kirim ke the olfactory bulb
melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan
kemudian di proses oleh otak, bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita,
apakah itu harumnya bau sate padang atau menyengat nya bau selokan.
c. Kelainan pada hidung
Sebagai indra pembau, hidung dapat mengalami
gangguan. Akibatnya, kepekaan
hidung menjadi berkurang atau bahkan tidak dapat mencium bau suatu benda.
Kelainan-kelainan pada hidung yaitu:
1.
Angiofibroma
Juvenil, adalah tumor jinak pada hidung bagian belakang
atau tenggorokan bagian atas (nasofaring), yang mengandung pembuluh darah.
Tumor ini paling sering ditemukan pada anak-anak laki yang sedang mengalami
masa puber.
2.
Papiloma
Juvenil, adalah tumor jinak pada kotak suara (laring).
Papiloma disebabkan oleh virus. Papiloma bisa ditemukan pada anak usia 1 tahun.
Papiloma bisa menyebabkan suara serak, kadang cukup berat sehingga anak tidak
dapat berbicara dan bisa menyumbat saluran udara.
3.
Rhinitis
Allergica, adalah peradangan hidung karena alergi. Disebabkan
oleh adanya reaksi alergi pada hidung yang ditimbulkan oleh masuknya substansi
asing ke dalam saluran tenggorokan.
4.
Sinusitis,
merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam tulang yang berhubungan
dengan rongga hidung, yang gawat dan biasanya terjadi dalam waktu menahun
(kronis).
5.
Salesma
dan influenza, merupakan infeksi pada
alat pernapasan yang disebabkan oleh virus, dan umumnya
dapat menyebabkan batuk, pilek, sakit leher dan kadang-kadang panas atau sakit
pada persendian.
6.
Anosmia,
adalah gangguan pada hidung berupa kehilangan kemampuan untuk membau. Penyakit
ini dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau infeksi di dasar
kepala, keracunan timbel, kebanyakan merokok, atau tumor otak bagian depan.
Untuk mengatasi gangguan ini harus diketahui dulu penyebabnya.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Mata
mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna.
Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk
otot-otot penggerak bola mata, kotak mata, kelopak, dan bulu mata. Cara kerja
mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali cara mengubah
fokus lensa. Ada berbagai macam kelainan pada mata, seperti: presbiopi,
hipermetropi, miopi, astigmatisma, katarak, imeralopi, xeroftalxni,
keratomealasi, dan lain sebagainya.
Telinga
mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan
tubuh. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam. Ada berbagai kelainan pada telinga, seperti:
tuli, congek, otitis eksterna, perikondritis, eksim, cidera, tumor, kanker, dan
lain sebagainya.
Kulit
merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas,
dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut
epidermis dan lapisan dalam yang disebut lapisan dermis. Kelainan-kelainan yang
ada pada kulit yaitu: jerawat, panu, kadas, skabies, eksim, biang keringat, dan
lain sebagainya.
Lidah
mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Permukaan lidah
dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan
reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Lidah berfungsi sebagai pengecap rasa
dan sebagai pembantu dalam tindakan berbicara. Kelainan yang ada pada lidah
yaitu: oral candidosis, atropic glossitis, geografic tongue, fissured tongue,
glossopyrosis, dan lain sebagainya.
Indra
pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada
lapisan lendir bagian atas. Kelainan-kelainan yang ada pada hidung yaitu: angiofibroma
juvenil, papiloma juvenil, rhinitis allergica, sinusitis, salesma dan
influensa, anosmia, dan lain sebagainya.
3.2. Saran
Pada sistem indra ditemukan berbagai macam
gangguan dan kelainan, baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti
virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2010. Alat indera pada manusia 9.1. http://www.crayonpedia.org/mw/Alat_Indra_Pada_Manusia_9.1,
(online), diakses tanggal 04 Juni 2010.
Anonim,
2010. Bagian-bagian mata. http://articles.myhardisk.com/2009/08/bagian-bagian-mata.html,
(online), diakses tanggal 04 Juni 2010.
Anonim,
2010. Biologi kelas 2 indera pengelihat.
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0087%20Bio%202-10a.htm,
(online), diakses tanggal 04 Juni 2010.
Anonim,
2010. Kelainan dan penyakit pada kulit.
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/08/kelainan-dan-penyakit-pada-kulit.html,
(online) diakses tanggal 04 Juni 2010.
Anonim, 2010. Kelainan pada telinga luar. http://medicastore.com/penyakit/360/Kelainan_Pada_Telinga_Luar.html, (online), diakses tanggal 04 Juni 2010.
Nurcahyo,
2010. Kelainan telinga, hidung,
tenggorokan. http://www.indonesiaindonesia.com/f/12853-kelainan-telinga-hidung-tenggorokan/,
(online), diakses tanggal 04 Juni 2010.
Anonim,
2010. Penyakit-penyakit pada lidah. http://www.untukku.com/artikel-untukku/penyakit-penyakit-pada-lidah-untukku.html,
(online), diakses tanggal 04 Juni 2010.
Anonim,
2010. Syik asyik with IPA. http://ipaasyik.blogspot.com/2007_08_01_archive.html,
(online), diakses tanggal 04 Juni 2010.
Komentar
Posting Komentar