MAKALAH ANTIBIOTIK YANG MENGHAMBAT SINTESIS PROTEIN SEL MIKROBA (TETRASIKLIN, KLORAMFENIKOL)



MAKALAH
ANTIBIOTIK YANG MENGHAMBAT SINTESIS PROTEIN SEL MIKROBA (TETRASIKLIN, KLORAMFENIKOL)
LOGO Poltekkess.jpg








Disusun Oleh :
CAHYANING TIARA DEWI
ELTA DHENATA OKTARI
GITA GIANTI
MADE INGKA KRISTINA
NOVI JAYANTI
RAHMI AZIZA HARDINI



POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN DIV KEBIDANAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat, kasih dan karuniaNya sehingga Makalah farmakologi yang berjudul “Antibiotik Yang Menghambat Sintesis Protein Sel Mikroba ” dapat selesai dengan lancar. Maksud dari penulisan makalah ini adalah mengetahui lebih dalam bagaimana mekanisme antibiotik dalam menghambat sintesis dinding sel dari suatu bakteri bakteri.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu membangun gagasan ini terutama dari Dosen mata kuliah farmakologi. Penulis juga tahu dan sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat berkembang dengan lebih baik. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Bandar Lampung, Januari 2016


Penulis






DAFTR ISI


HALAM JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.......................................................................................... 3
B.  Jenis antibiotik berdasarkan sifatnya:........................................... 4
C. Antibiotik Penghambat Sintesis Protein........................................ 8

  BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama olehAlexander Flemming yaituPenici llin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawatersebut dari Penicillium chrysogenum syn. P. notatum. Dengan penemuanantibiotik ini membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapatmeningkatkan angka kesembuhan yang sangat bermakna. Kemudian terjadilahpenggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia untuk pengobatanberbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannyaresistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotikyang besar-besaran. Hal ini tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelakukesehatan mengetahui penggunaan antibiotik yang tepat.
Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotikyang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini.Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yangberbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam membunuhmikroba.
Untuk itu sudah menjadi kewajiban seorang dokter untuk dapat menguasaibagaimana penggunaan antibiotik yang benar tersebut. Dimulai denganmengetahui jenis-jenis dari antibiotik dilanjutkan mengetahui mekanisme danfarmakologi dari obat-obat antibiotik tersebut dan terakhir dapat mengetahuiindikasi yang tepat dari obat antibiotik tersebut. Semua ini bertujuan akhir untukmeoptimalkan penggunaan antibiotik yang tepat dan efektif dalam mengobatisebuah penyakit sekaligus dapat mengurangi tingkat resistensi.

B. Tujuan
1.      Dapat mengetahui definisi dari antibiotik?
2.      Dapat mengetahui jenis-jenis antibiotik ?
3.      Dapat mengetahui antibiotik yang menghambat protein sel mikroba (Tetrasiklin, kloramfenikol)

















BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Antibiotik
Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu-anti (melawan) dan-biotikos(cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untukmenggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yangdapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun istilah inikemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotik sinetis.Penggunaanistilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk didalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll.Namun dalam pembahasan ini hanya membicarakan proses penghambatanantibiotik dalam membunuh bakteri
Mikroorganisme yang dihambat oleh antibiotik khusunya adalah bakteri.Maka dari itu antibiotik bersinosim dengan anti-bakteri. Antibiotik berbedadengan istilahdisinfectant karena desifektant membunuh kuman dengan caramembuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dariantibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dalam arti dapatmembunuh kuman tanpa merugikan inang.
Mekanisme kerja antibiotik yaitu:
1.      Menghambat metabolisme sel, seperti sulfonamide dan trimethoprim.
2.      Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan seperti fenicillin, vankomisin, dan sefalosporin.
3.      Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan pembentukannya hingga bersifat permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel keluar, seperti polimiksin.
4.      Menghambat sintesa protein sel dengan melekatkan diri ke ribosom akibatnya sel terbentuknya tidak sempurna, seperti tetrasiklin, kloramfenikol, streptomosin, dan aminoglikosida.
5.      Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA ) akibatnya sel tidak dapat berkembang seperti rifampisin.

B.  Berdasarkan sifatnya antibiotik dibagi menjadi dua:
1.      Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri.
2.       Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Kelompok Antibiotik:
1.    Golongan β-laktam
a.    Penisilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum, memiliki cincin β-laktam yang diinaktifkan oleh enzim β-laktam bakteri. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-) contoh: amoksisilin dan ampisilin.
Untuk meningkatkan ketahanan terhadap β-laktamase → penambahan senyawa untuk memblokir dan menginaktivasi β-laktamase. Misal: Amoksisilin + asam klavulanat, ampisilin + sulbaktam, piperasilin + tazobaktam.
Efek samping: reaksi alergi → syok anafilaksis → kematian, gangguan lambunng dan usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik.




b.    Monobaktam
Dihasilkan oleh chromobacterium violaceum bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang sama dengan golongan β-laktam lainnya. Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H. Influenza yang resisten terhadap penisilinase contoh: aztreonam
2.    Sefalosporin
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif termasuk E. Coli, klebsiella dan proteus.
Penggolongan sefalosporinberdasarkan aktivitas dan resistensinya terhadap β-laktamase:
Generasi I → aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada  β-laktamase Misal: sefalotin, sefazolin, sefradin, sefalexin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius.
Generasi II → lebih aktif terhadap kuman gram negatif, lebih kuat terhadap β-laktamase. Misal: sefaklor, sefamandol, sefmetazol, sefuroksim.
Generasi III → lebih aktif terhadap bakteri gram negatif, meliputi P. Aeruginosa dan bacteroides. Misal: sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim. Digunakan secara parenteral.
Generasi IV → sangat resisten terhadap laktamase. Misal: sefpirome dan sefepim.
3.    Aminoglikosid
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan micromonospora. Mekanisme kerjanya: bekterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel. Contoh: streptomicin, kanamicin, gentamicin, amikasin, neomisin.
Penggunaan aminoglikosida streptomicin dan kanamicin → injeksi pada TBC juga pada endocarditis. Gentamicin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga. Efek samping: kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik.
4.    Tetrasiklin
Diperoleh dari streptomyces aureofaciens dan streptomyces rimosus meliputi: tetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin (long acting). Khasiatnya bersifat bakteriostatik. Pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah. Mekanisme kerja: mengganggu sintesis protein kuman. Spektrum kerjanya luas kecuali terhadap Pseudomonas dan proteus. Juga aktif terhadap chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata).
5.    Sulfonamida
Merupakan antibiotik spektrum luas terhadap bakteri gram positif dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja: mencegah sintesis asam folat dalam bekteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri. Kombinasi sulfonamida antara lain trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dann sulfamezatin dengan perbandingan sama), kotrimoksazol (sulfametaksazol + trimetoprim dengan perbandingan 5:1), sulfadoksin + pirimetamin.
Penggunaan untuk infeksi saluran kemih, infeksi mata, radang usus, malaria tropikana, mencegah infeksi pada luka bakar, tifus. Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan terutama trisemester akhir → icterus, hiperbilirubinemia.
6.    Quinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman dengan menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA.
Penggolongan:
Generasi I → asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi.
Generasi II → senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin, ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik.
Zat-zat long acting → misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin. Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif.
7.    Makrolida
Meliputi: eritromisin, klaritomisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin. Bersifat bakteriostatik, mekanisme kerja: pengikatan reversible pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaan: merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru.
8.    Linkomisin
Dihasilkan oleh streptomyces lincolnensis. Sifatnya: bakteriostatis meliputi: linkomisin dan klindamisin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaan: aktif terhadap propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne.
9.    Polipeptida
Berasal dari Bacillus polymixa. Bersifat bakterisid berdasarkan kemampuannya melekatkan diri pada membran sel bakteri sehingga permeabilitas meningkat dan akhirnya sel meletus. Meliputi: polimiksin B dan polimiksin E (colistin), basitrasin dan gramisidin. Spektrumnya sempit polimiksin hanya aktif terhadap bakteri gram negatif. Sebaliknya basitrasin dan gramisidin aktif terhadap kuman gram positif. Penggunaan: karena sangat toksis pada ginjal dan organ pendengaran, maka penggunaan secara sistemik sudah digantikan lebih banyak digunakan sebagai sediaan topikal (sebagai tetes telinga yang berisi polimiksin sulfat, neomisin sulfat, salep mata, tetes mata yang berisi basitrasin, neomisin.
10. Antibiotik lainnya
Kloramfenikol → bersifat bakteriostatik terhadap enterobacter dan S aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman bersifat bakterisid terhadap S pneumoniae N meningitidis dan H. Influenza. Penggunaannya secara oral dilarang dinegara barat sejak tahun 1970-an karena menyebabkan anemia aplastis, sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. Influenza). Kloramfenikol digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25%-1%. Turunannya yaitu tiamfenikol.
Vankomisin → dihasilkan oleh streptomyces orientalis, bersifat bakterisid terhadap kuman gram positif aerob dan anaerob. Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi.

C. Antibiotik Penghambat Sintesis Protein sel mikroba
Penghambatan sintesis protein adalah berupa  penghambatan dari proses translasi dan transkripsi material genetic mikroorganisme. Menghambat atau melambat sintesis protein berarti mengurangi akumulasi protein salah dilipat dalam sel, yang mengurangi stres pada sel dan memungkinkan sintesis protein untuk kembali normal. Sintesis protein dapat dihambat oleh antibiotik sepertiKlindamisin, Tetrasiklin, Spektinomisin, Khloramfenikol, Neomisin, Streptomisin, Kanamisin, Eritromisin, Oleandomisin, Tilosin dan Linkomisin.
1.      Tetrasiklin
Struktur Protein Tetrasiklin
       Tetrasiklin umumnya bersifat bakteriostatik dan merupakan bakteri yang berspektrum luas. Antibioik ini memiliki mekanisme masuk ke dalam sel bakteri yang diperantai oleh transport protein. Tetrasiklin dapat melakukan pengikatan ke subunit 30s ribosom dengan menghambat amino asil-tRNA mRNA sehingga menghambat sintesis protein. Faktor penghambat penyerapan tetrasiklin adalah Makanan (kecuali dosisiklin dan minosiklin), pH tinggi, pembentukan kompleks dengan Ca+, Mg 2+, Fe2+, Al 3+ yang terdapat dalam susu dan antacid. Golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin diisolasi dari Streptomyces aureofaciens. Kemudian oksitetrasiklin berasal dari Streptomycesrimosus. Tetrasiklin dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.
       Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain.
Mekanisme Kerja Tetrasiklin
Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transportasi aktif. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino ribosome complex, sehingga menghambat pembentukan sintesa protein dan bakteri tidak dapat berkembang biak.
       Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin. Spektrum Antibiotik Tetracyclines merupakan antibiotik spekturm luas. Tetracyclines juga efektif terhadap organisme lain selain bakteri. Tetracyclines bersifat bakteriostatik danmerupakan obat pilihan untuk infeksi yang disebabkan batang Gram (+) (corinebacteriumacnes), batang Gram (-) (H.influenza, V. cholera), enterobacteriaceae, chlamydia sp.,spirochaeta, mycoplasma pneumonia.C.
Resistensi
Resistensi yang meluas terhadap tetracylines membatasi penggunaan kliniknya.Organisme yang resisten terhadap salah satu obat tetracyclines berarti resisten terhadap semua golongan tetracyclines. Sebagian besar staphylococci penghasil penicillin sesekarang tidak sensitif terhadap tetracyclines.
Efek samping obat
Nyeri ulu hati, sering disebabkan iritasi mucosa gaster. Hal ini dapatdiatasi jika obat dimakan dengan makanan.
Klasifikasi jaringan ; penumpukan di tulang dan gigi primer terjadi saat proses klasifikasi jaringan pada anak-anak dalam masa pertumbuhan. Halini menyebabkan diskolorisasi dan hipoplasia gigi. Penggunaan padawanita hamil dan anak kurang dari 8 tahun harus dihindari.
Hepatotoksik ; terjadi pada pemberian tetracyclines dengan dosis yangtinggi, terutama jika terdapat riwayat pyelonephritis.
Phototoxic ; terjadi ketika pasien yang menkonsumsi tetracyclines terpapar sinar matahari atau sinar UV. Toksisitas ini sering ditemukan jikadikonsumsi dengan doxycycline dan demeclocycline.

2.      Kloramfenikol
      Struktur kimia kloramfenikol
Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik dan merupakan antibiotik berspektrum luas. Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O. Kloramfenikol berikatan dengan ribosom 5Os dan menghambat asam amino baru pada rantai polipeptida oleh enzim peptidil transferase.. Pada konsentrasi tinggi kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Mekanisme antibiotik ini adalah dengan menghambat sintesis protein kuman.
Farmakodinamik
·         Mekanisme: menghambat sintesis protein kuman.
·         Kloramfenikol+ribosom sub unit 50s ≠enzim peptidiltransferase ≠ ikatan peptida pada proses sintesisprotein kuman. Kloramfenikol umumnya bersifatbakteriostatik.
·         Masuk ke sel bakteri melalui diffusi terfasilitasi.
·         Kloramfenikol ikatan antara tRNA dengan acceptorsite dari sub unit ribosom 50S ≠ interaksi antara peptidyltransferase dengan substrat asam amino danpembentukan ikatan  peptida≠sintesis protein danpertumbuhan bakteri.
A.          Mekanisme kerja
Chloramphenicol mengikat ribosom bakteri sub unit 50s dan menghambat sintesa protein pada reaksi transferase peptidil.B.


B.           Spektrum Antibiotik
Chloramphenicol adalah antibiotik spektrum luas, yang aktif tidak hanya terhadap bakteri tetapi juga terhadap microorganisme lain, seperti rickettsiae.
C.           Resistensi
Resistensi berhubungan dengan ketidakmampuan antibiotik untuk melakukan penetrasi ke dalam tubuh organisme. Perubahan dalam permeabilitas ini menjadi dasar terjadinya resistensi multidrug.
Mekanisme resistensi : inaktivasi obatoleh asetil trensferase yangdiperantarai oleh factor R. Resistensiterhadap P. aeruginosa, Proteus dan Klebsiela terjadi karena perubahanpermeabilitas membran yangmengurangi masuknya obat ke dalamsel bakteri.
Efek samping obat
1.      Anemia; anemia hemolitik terjadi pada pasien-pasien dengan kadar enzim glukosa6-fosfat dehidrogenase.2.Grey baby syndrome; efek samping ini terjadi pada neo-natus jika dosis yangdiberikan berlebih. Ditandai dengan poor feeding yang dilanjutkan dengan terjadinya cyanosis dan kematian.
3. Aminoglikosid
Semua anggota aminoglikosida diketahui menghambat sintesis protein bakteri dengan mekanisme yang ditentukan untuk streptomisin. Aminoglikosid bersifat bakterisidal yang terutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobik. Sedang aktifitas terhadap mikroorganisme anaerobik atau bakteri fakultatif dalam kondisi anaerobik rendah sekali.
Aminoglikosid menghambat sintesis protein dengan 3 cara:
1.    Agen-agen ini mengganggu kompleks awal pembentukan peptide
2.    Agen-agen ini menginduksi salah baca mRNA, yang mengakibatkan penggabungan asam amino yang salah ke dalam peptide, sehingga menyebabkan suatu keadaan nonfungsi atau toksik protein
3.    Agen-agen ini menyebabkan terjadinya pemecahan polisom menjadi monosom fungsional.
Termasuk golongan obat ini ialah streptomisin, neomisin, kanamisin, amikasin, gentamisin, tobramisin, netilmisin dan sebagainya. Pengaruhnya menghambat sintesis protein sel mikroba dengan jalan menghambat fungsi ribosom. Pada umumnya obat golongan ini mempunyai reaksi toksik berupa ototoksik dan nefrotoksik.
Berikut adalah golongan aminoglikolisid:
Neomysin
Neomysin merupakan antibiotik berspektrum luas dan bersifat bakterisidal serta peka terhadap bakteri gram negatif. Mikroorganisme yang rentan biasanya dihambat oleh konsentrasi 5 hingga 10 µg/ml atau kurang. Spesies gram negatif yang sangat peka adalah E.coli, Enterobacter erogenes dan Proteus vulgaris. Mikroorganisme gram positif yang dapat dihambat meliputi S. aureus dan M. tuberculosis. Neomysin sulfat (MYCIFRADIN) tersedia untuk penggunaan topikal dan oral.

Kanamisin
Kanamisin dalam mekanismenya memiliki kepekaan terhadap bakteri gram negative. Antibiotik ini hampir merupakan obat kuno yang indikasi penggunaannya sedikit, kanamisin digunakan untuk mengobati tuberculosis dalam kombinasi dengan obat-obat efektif lainnya. Karena terapi penyakit ini sangat lama dan melibatkan pemberian dosis obat total yang tinggi disertai resiko ototoksisitas dan nefrotoksisitas kanamisin digunakan hanya untuk mengobati pasien yang terinfeksi mikroorganisme yang telah resisten terhadap obat-obat yang lazim digunakan.
Streptomysin
Streptomisin bersifat bakterisidal yang berikatan dengan komponen ribosom 30s dan menyebabkan kode pada mRNA, dan salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein. Antibiotik ini bersifat peka terhadap bakteri gram negatif. Akibatnya akan terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba. Streptomysin saat ini digunakan untuk pengobatan infeksi yang tidak lazim, pada umumnya dalam bentuk kombinasi dengan senyawa antimikroba yang lain. Streptomisin diperoleh dari streptomyces griseus oleh Waksman (1943) dan digunakan untuk pengobatan tubercolosis.
A.          Mekanisme kerja
Semua obat golongan aminoglycosides dapat menghambat pembentukan protein bakteri. Organisme yang rentan memiliki oxygen dependent system yang membawaantibiotik melewati membran sel. Antibiotik diikat oleh 30S ribosomal sub unit yang berperan dalam fungsi ribosome apparatus atau menyebabkan 30S sub unit ribosome salah membaca kode genetik.B.
B.  Antebacterial Spectrum
Semua obat golongan aminoglycosides bersifat bactericidal. Obat golongan iniefektif terhadap organisme aerobic. Kuman anaerob memiliki oxygen transport yang sedikit. Streptomycin sering digunakan untuk M.tuberculosis, plaque, tularemi.Kombinasi dengan penicillin digunakan untuk pengobatan endokarditis yang disebabkanoleh strep.viridae. Empat jenis obat yang sering digunakan adalah amikacyn, gentamicin,trobramycin, dan streptomycin untuk infeksi yang disebabkan oleh anterobacteriaceaedan basil Gram (-).C.
C.           Resistensi
Resistensi dapat terjadi karena tiga hal :1.Penurunan pengambilan; tidak adanya oxygen dependent transport system untuk aminoglycosides.2.Kurangnya reseptor; ribosomal 30s sub unit memiliki afinitas yang rendahterhadap aminoglycosides.3.Modifikasi enzim; plasmid yang membawa R.factor yang mengkode pembentukan enzim (contoh: asetil transferase, nucleotidyltransferase dan phosphotransferase) merubah dan menginaktifkan antibiotik aminoglycosides.Setiap tipe enzim memiliki spesifikasi tersendiri terhadap substrat antibiotik:netilmicin dan amikacin tidak terlalu rentan terhadap enzim in dibandingantibiotik lain dalam group ini.
Efek samping obat
ototoksik; berhubungan langsung dengan kadar dalam plasma yang tinggidan lama terapi. Efek samping ini mungkin irreversible terutama jika pasien diberi obat lain yang bersifat ototoksik seperti furosemid


Nefrotoksik
Paralisis Neuromuskuler; efek samping ini sering terjadi setelah pemberian intraperitonial atau intrapleural dengan dosis tinggi.Kontraindikasi untuk pasien dengan myasthenia gravis.-Reaksi alergi; dermatitis kontak sering terjadi akibat reaksi tubuh terhadapneomycin topikal.
4.            Eritromisin
Struktur kimia eritromisin
Eritromisin yang bersifat bakteriostatik ini berikatan dengan ribosom 50s dan menghambat tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida. Antibiotik ini memiliki sifat lebih peka terhadap bakteri gram positif Akibatnya, rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang karena lokasi asam amino tidak dapat menerima kompleks tRNA-asam amino yang baru. Eritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid yang sama-sama mempunyai cincin lakton yang besar dalam rimus molekulnya. Eritromisin efektif baik untuk kuman gram positif maupun gram negatif. Antibiotika ini dihasilkan oleh Streptomyces erythreus dan digunakan untuk pengobatan akne.
A.          Mekanisme Kerja
Sintesis protein bakteri dihentikan setelah erythromycin berikatan secarairreversible dengan ribosom bakteri sub unit 50s. Hal ini menghambat translokasi sintesis protein. Erythromycin bersifat bakterisid.B.
B.           Spektrum Antibiotik
Erythromycin efektif melawan organisme seperti halnya penicillin g.Erythromycin digunakan pada pasien yang alergi terhadap penicillin.C.

C.           Resistensi
Resistensi terhadap erythromycin merupakan masalah klinis yang serius.Contohnya banyak strain staphilococci dalam isolasi rumah sakit resisten terhadap obatini. Resistensi terjadi karena ketidakmampuan organisme untuk menyerap antibiotik dan penurunan afinitas ribosomal sub unit 50s untuk mengikat antibiotic.
Efek samping obat
Nyeri ulu hati-Cholestatic jaudice-Ototoksik (penggunaan dalam dosis tinggi)
Kontraindikasi; pasien-pasien dengan disfungsi hepar.













BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.      Antibiotik adalah senyawa-senyawa yang dapat menghambat dan membunuh bakteri
2.      Antibiotik dapat terbagi berdasarkan aktivitas dalam membunuh yaitu bakteriosid dan bakteriostatik
3.      Antibiotik dapat terbagai berdasarkan tempat mekanisme kerja yaitu : Penghambatan sintetis dinding bakteri, Penghambat membran sel,Penghambatan sintetis protein di ribosom, Penghambatan sintetis asamnukleat, dan Penghambatan metabolik (antagonis folat)
4.      Resistensi terhadap antibiotik muncul karena beberapa mekanisme seperti : dihasilkannya enzim yang merusak aktivitas obat; pengubahan permeabilitasterhadap obat; adanya perubahan terhadap struktur sasaran bagi obat; adanyaperubahan jalur metabolitk yang dihambat; adanya perubahan enzim yangtetap dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi lebih sedikit dipengaruhioleh obat.






DAFTAR PUSTAKA




Anonim, (2008),Antibioti c, Wikipedia, diambil tanggal 25 Desember 2008, dari

        Bhat, V., (2008), Classification of Antibiotik, Mediacal Notebook, diambil tanggal 25Desember 2008, dari http://pre-pg.blogspot.com/2007/03/classification-of-antibiotics.html

        Darmansjah, I., Nelwan, R., (1994) Antibiotic guideline : Farmacological, medicaljournal of university of Indonesia. diambil tanggal 25 Desember 2008, darihttp://www.iwandarmansjah.web.id/attachment/at_antibiotic
%20guidelines.pdf

Katzung, E.G, (1997), Obat-Obat Kemoterapeutika, dalam Farmakologi Dasar &
Klinik, EGC : Jakarta







Komentar

Postingan Populer