“METODE PEMBELAJARAN KLINIK”
“METODE
PEMBELAJARAN KLINIK”
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
ASDELLA FITRI MASITAH
ELTA DENATA OKTARI
NOVITA SARI
NI KOMANG HINDY.T
SITI SOLEHA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG PRODI
D IV KEBIDANAN POLTEKKES TANJUNGKARANG
TAHUN 2017/2018
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dalam bentuk sederhana.
Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami
memohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenaan dihati pembaca. Serta
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung, April 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover......................................................................................................
Kata Pengantar......................................................................................
Daftar Isi................................................................................................
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Tujuan.......................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka
A. Konsep Dasar
Pembimbing Klinik.............................................. 2
B. Kriteria Seleksi
Metode Pengajaran............................................ 7
C. Strategi Implementasi
Pengajaran Klinik.................................... 8
D. Jenis Metode
Pengajaran Klinik.................................................. 9
Bab III Penutup
A. Kesimpulan.................................................................................. 15
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Metode merupakan salah satu komponen
yang sangat berperan bagi keberhasilan suatu kegiatan belajar membimbing
sehingga menjadi sangat penting bagi seorang pembimbing untuk memilih metode
mana yang efektif untuk digunakan. Pada dasarnya semua metode yang digunakan
dalam membimbing adalah baik, namun dalam pelaksanaannya sangat bergantung pada
pembimbing yang memilih menggunakan metode mana yang akan digunakan. Metode
yang kurang baik jika dipakai oleh pembimbing yang mengetahui teknik
pelaksanaannya, maka metode yang digunakan bisa sangat menjadi baik untuk
digunakan. Jadi jelas bahwa pembimbing sangat berperan dalam memilih dan
menggunakan metode pembelajaran yang baik.
Salah satu metode
pembelajaran yang digunakan adalah metode diskusi. Metode diskusi merupakan
metode yang membuat mahasiswa aktif karena semua mahasiswa memperoleh
kesempatan berbicara atau berdialog satu sama lain untuk bertukar pikiran dan
informasi tentang suatu topik atau masalah, atau mencari kemungkinan fakta dan
pembuktian yang dapat digunakan bagi pemecahan suatu masalah. Dengan
menggunakan metode diskusi dalam proses belajar membimbing diharapkan agar
mahasiswa lebih aktif dalam belajar, sehingga mahasiswa lebih bergairah dan
bersemangat dalam belajar serta dapat mengaplikasikan dalam praktik kebidanan.
B.
Tujuan
1. Mahasiswa
mampu memahami tentang metode pembelajaran di klinik.
2.
Mahasiswa mampu
menjelaskan tentang tujuan, kesalahan dan evaluasi dari satu metode.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Pembimbing Klinik
Peranan adalah pola
tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu jabatan atau
pola tingkah laku yang diharapkan pantas dari seseorang. Kriteria yang harus
dipenuhi seorang pembimbing antara lain: (1) memiliki pengetahuan keilmuan yang
dalam dan luas serta minimal setara dengan jenjang pendidikan peserta didik,
(2) kompeten dalam kemampuan klinik, (3) terampil dalam pengajaran klinik, dan (4)
mempunyai komitmen dalam pembelajaran klinik. Salah satu cara meningkatkan
kualitas pembimbing adalah dengan mengadakan pelatihan clinical educator
(Nursalam, 2007).
Metode pembelajaran
yang perlu diterapkan dalam pembelajaran klinik antara lain (1) metode
pengalaman dengan penugasan klinik, penugasan tertulis, (2) metode pemecahan
masalah, (3) konferensi, (4) observasi, (5) media, (6) metode pengarahan
individu, dan (7) metode bimbingan individu. Individu dapat diterapkan dengan
empat mode yang ada: observasi, response, tertulis, dan OSCE. Khusus untuk
model terakhir tersebut (OSCE), perlu lebih banyak diterapkan dalam menunjang
evaluasi klinik bagi mahasiswa.
a.
Konsep
dasar peran pembimbing klinik meliputi :
1.
Role
Model Profesional
Seorang pengajar klinik yang mempunyai pengetahuan
yang kokoh, mempunyai kemampuan kllinik, trampil sebagai pengajar dan mempunyai
komitmen sebagai pembimbing klinik, mendemonstrasikan analisisnya dengan
menggunakan sebuah strategi dan mengembangkan tanggung jawab pada mahasiswa
serta mempunyai latar belakang pendidikan keperawatan yang lebih tinggi dari
pendidikan mahasiswa yang diajarnya.
2.
Asessor/penilai
Pembimbing yang memiliki kualifikasi, pengetahuan,
kompetensi, dan pengalaman melakukan kegiatan penilaian, sesuai dengan keahlian
dan profesionalisme yang dimiliki dengan mengacu kepada standar penilaian yang
berlaku. Mempersiapkan mahasiswa menerapkan teori ke dalam praktek dan
menemukan cara memperolehteori dari praktek, membangun hubungan yang kooperatif
dan kolaboratif dengan mahasiswa, merangsang untuk melakukan penyelidikan atau
penelitian, mendukung penemuan.
Pembimbing melakukan observasi pelaksanaan secara
langsung di laboratorium dan membuat keputusan menurut ekspektasi (dugaan)
ekspilisit, standar dan ktiteria, mengenal dengan baik pada kemajuan pengkajian
dan penerapan dengan sama pada setiap mahasiswa, menimbulkan kepercayaan, dan
keadilan reabilitas peneliti.
Mempersiapkan mahasiswa menerapkan teori ke dalam
praktek dan menemukan cara memperoleh teori dari praktek, membangun hubungan
yang kooperatif dan kolaboratif dengan mahasiswa, merangsang untuk melakukan
penyelidikan/ penelitian, mendukung penemuan.
3.
Coach/Pelatih
Pengajar klinik melakukan pengajaran kepada mahasiswa
untuk mencapai kemampuan atau kompetensi dari suatu proses pelatihan dan
pengajaran di klinik dengan melakukan hal sebagai berikut:
a) Membuka tujuan dan ekspektasi mahasiswa
b) Mendorong inisiatif mahasiswa
c) Member penghargaan pelaksanaan
d) Membantu usaha
e) Mensimulasi kreativitas
4.
Kolega/teman
Pembimbing melibatkan, menarik, memberikan feedback
yang jujur tapi tidak menjadi over protektif, menerima setiap mahasiswa dan
memberikan dorongan untuk mengetahui bahwa keputusan hasil yang akan datang
bukan dari suatu penampilan yang jelek tetapi dari seluruh tingkat kemampuan,
sikap dan pelaksanaan bagi suatu keutuhan.
1.
Mendemonstrasikan
sebuah hubungan kerja yang terbuka dan percaya sehingga pembimbing dan
mahasiswa adalah partner
2.
Belajar
dari dan dengan setiap orang, mempersiapkan untuk kolaborasi dan kooperasi
5.
Fasilitator
Pengajar klinik sebagai fasilitator dalam pembelajaran
klinik adalah kemampuan seseorang yang dibutuhkan untuk memfasilitasi
pengembangan pada bab yang telah lalu dan tergantung pada kesuksesan
implemantasi lab kampus dan sesi pra klinik atau pengarahan singkat yang
masing-masing membutuhkan kemampuan tambahan yang berbeda. Tanya jawab atau
sesi post conferens melengkapi siklus pembelajatran klinik yang tergantung pada
kemampuan mengajar klinik yang spesifik:
Peran fasilitator mencakup :
a.
Mempersiapkan
mahasiswa untuk menguji secara kritis asumsi mereka, pengetahuan dasar dan
sikap pada setting klinik
b.
Mempersiapkan
tantangan bagi mahasiswa untuk mengetahui apakah mereka akan melihat, melakukan
dan mengalami di klinik
6.
Reflektif
Pembimbing yang mampu menyeleksi pengetahuan yang
telah diperolehnya dengan memberikan kontribusi dalam perkembangan pribadi dan
sosial seseorang melalui pengalaman dan pemecahan masalah dengan menggunakan
suatu proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses berpikir ke arah
kesimpulan-kesimpulan yang definitif melalui lima langkah yaitu :
1.
Mengenali
masalah, masalah itu datang dari luar diri sendiri.
2.
Menyelidiki
dan menganalisa kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapinya.
3.
Menghubungkan
uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan mengumpulkan
berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut. Dalam bertindak ia
dipimpin oleh pengalamannya sendiri.
4.
Menimbang
kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing.
5.
Mencoba
mempraktekkan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya terbaik.
Hasilnya akan membuktikan betul-tidaknya pemecahan masalah itu. Bilamana
pemecahan masalah itu salah atau kurang tepat, maka akan di cobanya kemungkinan
yang lain sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat
7.
Feedback
Secara profesional pembimbing bertanggung jawab atas
keberhasilan para siswanya menuju tujuan yang diharapkan. Seorang pembimbing
klinik yang membantu mahasiswa dalam pengajaran dengan membantu mahasiswa mengidentifikasi
perhatian mahasiswa, menyediakan cara untuk mengurangi stress, mendorong
mahasiswa mengidentifikasi kebutuhan belajar serta mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah secara mandiri.
Membimbing dalam pembelajaran praktikum merupakan hal
penting demi terlaksananya pengalaman belajar praktikum bagi peserta didik.
Nursalam (2007) menjabarkan proses pembelajaran melalui tahapan berikut ini:
1.
Persiapan
rancangan pembelajaran dalam rangka membantu peserta didik melaksanakan tugas
belajar. Tahap ini menekankan pada perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi
kebutuhan belajar peserta didik, termasuk sumber yang sesuai dengan jumlah
peserta didik dan pengajar, mencoba peralatan yang akan digunakan untuk
demonstrasi/ redemonstrasi, merancang layout, merencanakan ruang praktikum,
pemasangan berbagai diagram/ poster/ grafik, membuat makalah, serta pengaturan
tempat duduk. Pada tahap persiapan diperlukan kemampuan mengorganisir fasilitas
sesuai tujuan dan tahapan peserta didik.
2.
Penerapan
berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat
menyelesaikan tugas pembelajaran sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
Pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesional, diharapkan dapat menghasilkan
lulusan yang menguasai pengetahuan dan ketrampilan profesional dibidang
keperawatan serta memiliki dan menampilkan sikap profesional. Untuk mencapai
kemampuan tersebut harus dirancang strategi belajar mengajar dalam bentuk
pengalaman belajar praktek laboratorium dan pengalaman belajar praktek klinik keperawatan.
Salah satu bentuk pengalaman yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan
dan pembinaan pendidikan keperawatan yang merupakan bentuk pengalaman belajar
utama dalam melaksanakan adaptasi profesional yaitu pengalaman belajar klinik.
Reilly dan Obermann
dalam Nursalam (2003) menyatakan bahwa pengalaman belajar klinik (Rumah sakit
dan Puskesmas) merupakan bagian penting dalam proses pendidikan mahasiswa
keperawatan, karena memberikan pengalaman yang kaya kepada mahasiswa begaimana
cara belajar yang sesungguhnya. Kemudian Reilly menambahkan bahwa masalah nyata
yang dihadapi di lahan praktek membuat mahasiswa harus berespon terhadap
tantangan dengan mencari pengetahuan dan ketrampilan sebagai alternatif untuk
menyelesaikannya. Mahasiswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
dalam mengambil keputusan klinik yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara alamiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
keperawatan. Pengalaman belajar ini juga pada saat yang bersamaan merupakan
kesempatan untuk professional adjustment bagi mahasiswa keperawatan atau yang
dikenal sebagai sosialisasi profesional.
Metode pengajaran
klinik keperawatan merupakan metode mendidik peserta didik yang memungkinkan
pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan obyektif dan
karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep
pembelajaran.
B. Kriteria
Seleksi Metode Pengajaran
1) Diarahkan untuk mencapai tujuan meliputi Entry
behavior dan karakteristik peserta didik ( dapat dilihat/ dinilai dari tes
potensi akademik dengan niali batas lulus), Kualitas dan ketrampilan pengajar,
Rasio pengajar dan peserta didik ( 4 -6 peserta didik dengan 1 pembimbing),
Karakteristik dan kekhususan lahan praktek dan keterbatasan dari metode pengajaran.
2) Mempertimbangkan beberapa aspek meliputi kesesuaian
tujuan pengalaman belajar klinik yang terkait dengan metode pengajaran,
kesesuaian peserta didik yang terkait dengan kemampuan, pengalaman dan
karakteristik lainnya, kesesuaian ketrampilan pengajar dan kerangka konsep
proses pembelajaran, ketepatan yang terkait dengan tersedianya sumber-sumber
dan kendala di lahan klinik, Sejalan dengan falsafah program pendidikan
keperawatan yang terkait dengan keyakinan pengajar tentang proses pembelajaran,
dan menyediakan berbagai metode yang terkait dengan berbagai kompetensi yang
harus dicapai.
C. Strategi Implementasi
Pengajaran Klinik
1)
Waktu
yang diperlukan untuk menyiapkan dan mengajar pengajaran klinik
2)
Ruangan,
peralatan yang tersedia yang akan digunakan untuk mengajar
3)
Biaya
yang dikeluarkan yaitu biaya administrasi / pelaksanaan
4)
Jumlah
peserta didik yang diijinkan agar pengajaran menjadi efektif.
a. Metode Observasi
Metode yang bertujuan
untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dengan mengembangkan perilaku baru
untuk pembelajaran masa mendatang.
Metode ini meliputi :
1)
Observasi
lapangan
2)
Field
trip
3)
Ronde
keperawatan
4)
Metode
demonstrasi
b. Metode bedside teaching
Merupakan metode
bimbingan yang dilakukan disamping tempat tidur klien dengan mempelajari klien
terhadap asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien.
c. Metode nursing clinic
Metode nursing
clinic adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan kehadiran
seorang pasien yang dipilih sebagai focus diskusi kelompok dengan tujuan dapat
memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip - prinsip dan prosedur
perawatan dari pasien.
d. Metode penugasan membuat catatan dan laporan
tertulis (eksperensial)
Metode yang digunakan
dengan memberikan penugasan untuk membuat catatan dan laporan secara tertulis
di lahan praktik.
e. Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing care
study)
Studi asuhan
keperawatan merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah dimana peserta didik
melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai masalah klinik
yang mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan
yang dilakukan.
D. Jenis Metode Pengajaran
Klinik
1) Ekperensial
Memberikan pengalaman
langsung tentang suatu kejadian, melalui praktek klinik yang melibatkan
interaksi klien aktual / fiktif. Jenisnya meliputi :
a.
Penugasan
klinik
-
Membantu
peserta didik menggunakan konsep dan teori dalam praktek.
-
Membantu
mempelajari hal – hal yang terjadi di lahan klinik
-
Mengembangkan
ketrampilan mengatasi pemikiran yang bercabang dan bersosialisasi dengan
profesi.
-
Mengembangkan
ketrampilan psikomotor, terkait dengan pemberian asuhan keperawatan.
b. Penugasan tertulis
-
Meningkatkan
cara belajar menyelesaikan masalah yang terkait dengan klien.
-
Meningkatkan
pemahaman terhadap aspek tertentu dari praktek klinik.
-
Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi tertulis.
Contoh
: studi kasus, pembuatan laporan kunjungan, menulis rencana keperawatan,
pembuatan makalah.
c. Simulasi dan permainan
-
Mempersiapkan
peserta didik memperoleh kesempatan mengembangkan dan mengkaji ketrampilan
kognitif lingkungan.
-
Dilakukan
sebelum peserta didik menghadapi situasi nyata. Menghindari kesalahan yang
fatal jika diterapkan pada klien.
-
Dengan
menggunakan manikin,boneka untuk tindakan tertentu ( pemberian injeksi,
pemasangan kateter, infus dll)
2) Penyelesaian
masalah
a. Membantu mengidentifikasi masalah.
b. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan.
c. Mengimplementasikan pengetahuan ke dalam masalah
klinik.
d. Menekankan hubungan antara pengalaman belajar lalu
terhadap masalah baru.
Jenisnya meliputi :
a) Situasi
penyelesaian masalah
- Menggambarkan secara tertulis peristiwa klinik
- Menanggulangi masalah yang terdapat di klinik
- Mengidentifikasi data relevan yang menunjang
masalah.
- Mengajukan hipotesa yang relevan.
- Merencanakan tindakan keperawatan yang tepat.
- Menerapkan teori kedalam praktek.
b) Situasi
pengambilan keputusan
-
Situasi
penyelesaian masalah yang memerlukan pengambilan keputusan.
-
Peserta
didik melakukan pengujian data yang ada, mengidentifikasi alternatif tindakan,
menentukan prioritas tindakan, pembuatan keputusan.
-
Berdiskusi
dan menggali proses berpikir dalam menanggapi situasi.
c) Proses
insiden
-
Membantu
peserta didik mengembangkan ketrampilan berdasarkan kejadian klinik.
-
Insiden
berasal dari pengalaman praktek aktual.
3) Konferensi
a.
Dirancang
melalui diskusi kelompok.
b.
Memberikan
kesempatan mengemukakan pendapat dalam menyelesaikan masalah.
c.
Menerima
umpan balik dari kelompok.
d.
Berinteraksi
dan menggunakan orang lain sebagai narasumber.
e.
Meningkatkan
percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok.
f.
Mengembangkan
ketrampilan kepemimpinan.
Jenisnya meliputi :
a)
Pre
conference
-
Mendiskusikan
tujuan praktik
-
Mendiskusikan
rencana belajar mengacu pada kontrak belajar yang telah dibuat peserta didik.
-
Mengkaji
kesiapan diri peserta didik untuk melaksanakan praktik seperti pemahaman
konsep, sikap dan kondisi psikologis.
-
Mengidentifikasi
kasus sesuai kebutuhan belajar dalam kontrak belajar.
b)
Post
conference
-
Pembimbing
bersama peserta didik mendiskusikan kegiatan belajar yang telah dilakukan.
Pembimbing meminta agar setiap mahasiswa menceritakan kegiatan yang telah
dilakukan.
-
Memberikan
penguat terhadap keberhasilan yang telah diperoleh. Peserta diminta untuk
mengevaluasi sendiri proses belajar yang telah dilakukan.
-
Secara
bersama sama menilai pencapaian tujuan belajar / kompetensi. Peserta didik
diminta menilai sendiri pencapaian tujuan belajar / kompetensinya dan
merumuskan tindak lanjut untuk merumuskan kegiatan belajar berikutnya.
-
Instruktur
menandatangani pencapaian kompetensi dalam buku pencapaian ketrampilan yang
telah menunjukkan kemampuannya dalam pencapaian kompetensi tertentu.
4) Observasi
a.
Mendapatkan
pengalaman nyata.
b.
Mengembangkan
perilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang. Jenisnya adalah :
a)
Observasi
lapangan: Mengamati perilaku orang lain dan menerapkan pada dirinya. Observasi
situasi klinik yang jarang ditemui.
b)
Karya
wisata: Melakukan observasi di luar tatanan praktek. Mengkaji pengalamn yang
tidak terdapat di lahan utama.
c)
Ronde
keperawatan
-
Observasi
langsung, mengkaji askep dan informasi dari klien.
-
Demonstrasi
intervensi keperawatan yang spesifik dan saling berinteraksi.
-
Pengajar
memperkenalkan klien, berdiskusi dengan klien.
-
Diskusi
hasil observasi terhadap klien dilakukan di luar lingkungan klien.
d)
Demonstrasi
Memperlihatkan cara melakukan, menggunakan alat,
berinteraksi dengan klien.
5) Media
a.
Mempersiapkan
pembelajaran multi media
b.
Berkomunikasi
melalui berbagai alat ( slide, film, model)
c.
Dapat
dilakukan dengan jarak jauh : teleconference
6) Belajar
mandiri
a.
Memerlukan
peran serta aktif peserta didik
b.
Menyusun
kontrak belajar tentang apa yang akan dicapai dalam belajar mandiri.
c.
Sudah
disusun dalam silabus meliputi tujuan, materi, metode.
7) Preseptorsif
a.
Staf
keperawatan / perawat dilahan praktek.
b.
Berperan
sebagai role model dan membimbing peserta didik yang memungkinkan peserta didik
mengikuti perawat role model nya dari mulai yang sederhana sampai dengan
advance. Rasio harus seimbang 1 : 1
8) Praktek
terkonsentrasi
a.
Menfasilitasi
masa transisi peserta didik dalam menuju perawat profesional.
b.
Meningkatkan
ketrampilan klinik dan kepemimpinan agar rasa percaya diri meningkat. Jenisnya
meliput :
a)
Externship
Berperan sebagai pendidik dan pegawai sehingga mendapat kredit akademik dan
kepegawaian. Berdasarkan perencanaan, pemantauan dan evaluasi dari pendidikan.
b)
Workstudy
-
Memberikan
fleksibilitas dimana peserta didik cuti dari akademik untuk melaksWorkstudy
-
Memberikan
fleksibilitas dimana peserta didik cuti dari akademik untuk melaksanakan
praktek klinik.
-
Peserta
didik dianggap sebagai pegawai purna waktu. Pengajar dari pendidikan dianggap
sebagai konselor.
c.
Internship
Dirancang oleh institusi pelayanan sebagai program
orientasi.Waktu berkisar 2-6 bulan.Merupakn masa adaptasi profesi.
9) Bed
Side Teaching
Mengajar peserta didik disamping tempat tidur tentang
kondisi klien dan keperawatan.Memberikan ketrampilan klinik secara langsung
seperti pemeriksaan fisik, tindakan keperawatan kepada klien. Prinsip-prinsip:
-
Kesiapan
pembimbing klinik, peserta didik, klien
-
Jumlah
peserta didik terbatas (kelompok kecil)
-
Diskusi
pada awal dan post demonstrasi di hadapan klien dilakukan seminimal mungkin.
-
Diskusikan
hal yang bersifat positif pada pasien.
-
Lanjutkan
dengan redemonstrasi. Hal yang didemonstrasikan adalah hal yang belum pernah
didapatkan peserta didik sebelumnya/ bila menghadapi kesulitan. Langkah –
langkah :
-
Pembimbing
klinik datang sebelum pengajaran dimulai. Anjurkan peserta didik datang lebih
awal
-
Buat
satuan pembelajaran
-
Melibatkan
klien dalam prosesnya
-
Komunikasikan
dengan penanggung jawab ruangan
-
Melibatkan
semua peserta didik.
-
Mennunakan
format yang telah disepakati
-
Menngunakan
pendekatan penyelesaian masalah
-
Melakukan
diskusi yang terkait diagnosa dan terapi pasien diruang diskusI
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pembelajaran
yang perlu diterapkan dalam pembelajaran klinik antara lain (1) metode
pengalaman dengan penugasan klinik, penugasan tertulis, (2) metode pemecahan
masalah, (3) konferensi, (4) observasi, (5) media, (6) metode pengarahan
individu, dan (7) metode bimbingan individu. Individu dapat diterapkan dengan
empat mode yang ada: observasi, response, tertulis, dan OSCE. Khusus untuk
model terakhir tersebut (OSCE), perlu lebih banyak diterapkan dalam menunjang
evaluasi klinik bagi mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Bastable, S.B (2002).Perawat
sebagai pendidik: prinsip – prinsip pengajaran dan pembelajaran, alih
bahasa Gerda W. Jakarta: EGC
Nurachmah, E(
2005). Metode Pengajaran Klinik Keperawatan. Makalah pelatihan
bimbingan klinik FIK – UI.Tidak dipublikasikan.
Relly, D.E &
Obermann,M.H (2002). Pengajaran Klinis dalam pendidikan keperawatan,
alih bahasa Eni Noviestari. Jakarta: EGC
Waluyo,
A.(2005). Metode Pengajaran Klinik Keperawatan. Makalah pelatihan
bimbingan klinik FIK – UI.Tidak dipublikasikan.
Komentar
Posting Komentar