MAKALAH NEONATES DAN BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH DENGAN MASALAH SERTA PENATALAKSANAANYA
MAKALAH
NEONATES
DAN BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH
DENGAN
MASALAH SERTA PENATALAKSANAANYA
Disusun
Oleh :
FERIYANA
RISKA
PERMATA ANDIKA P
SERVI
PERMAISELA
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN
DIII KEBIDANAN
TAHUN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
izin dan rahmat-Nya tugas makalah ini bisa terselesaikan. Saya berharap makalah
ini bisa bermanfaat bagi khalayak ramai. Meskipun makalah ini saya buat dengan
sebaik-baiknya, saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangannya, jadi
saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................ ii........
DAFTAR
ISI............................................................................................... iii........
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................. ........ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 1
BAB
II KEBUTUHAN DASAR NEONATUS ........................................ 3
BAB
III KEBUTUHAN DASAR BALITA ............................................ 18
BAB
IV KEBUTUHAN DASAR PRASEKOLAH ............................... 22
BAB
V PENUTUP ................................................................................... 30
DAFTAR
PUSTAKA...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Setiap orang tua tentu berkeinginan
agar anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai
dengan potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai
apabila kebutuhan dasar anak terpenuhi. Kebutuhan dasar ini mencakup asah,
asih, dan asuh. Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan
sejak bayi berada dalam kandungan.
Kebutuhan dasar yang baik dan cukup
seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun
internal. Faktor eksternal menyangkut keadaan ekonomi, sosial dan spiritual keluarga
serta peran bidan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat
didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema pada anak.
Faktor yang paling terlihat pada
lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai kebutuhan-kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Peran
bidan dalam hal ini adalah memberi informasi yang baik dan benar berkaitan
dengan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1.2.1 Apa
definisi dari neonatus, balita dan anak pra sekolah?
1.2.2 Apa
sajakah kebutuhan dasar neonatus, balita dan anak pra sekolah?
1.2.3 Bagaimana
asuhan kebidanan pada neonatus, balita dan anak praskolah?
1.3
TUJUAN
PENULISAN
1.3.1
Mengetahui definisi dari neonatus.balita dan anak pra
sekolah.
1.3.2
Mengetahui dan memahami kebutuhan dasar neonatus,
balita dan anak pra sekolah
1.3.3
Mengetahui dan memahami asuhan kebidanan pada neonatus,
balita dan anak prasekolah
BAB II
PEMBAHASAN
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS DAN BAYI
2.1.
DEFINISI NEONATUS
Menurut kamus kedokteran Dorland (2003), djelaskan bahwa
neonatal adalah jabang bayi baru lahir hingga berumur empat minggu. Menurut
Jumiarni (1995) neonatus adalah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intra uterine ke kehidupan ekstrauterin.
Bayi
baru lahir adalah bagian dari neonatus yaitu suatu organisme yang
sedang bertumbuh yang baru mengalami trauma kelahiran dan harus menyesuaikan
diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak III oleh Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Unifersitas Indonesia tahun 1985)
Menurut
Ibrahim (1984) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan 2500 – 4000 gram.
2.2.
KEBUTUHAN
DASAR NEONATUS DAN BAYI
2.2.1. KEBUTUHAN FISIK PADA NEONATUS DAN BAYI
Kebutuhan
Fisik-Biologis meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi,
imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian, pelayanan/pemeriksaan kesehatan
dan pengobatan, olahraga, bermain dan beristirahat.
–
Nutrisi : Harus dipenuhi sejak anak di dalam
rahim. Ibu perlu memberikan nutrisi seimbang melalui konsumsi makanan yang
bergizi dan menu seimbang. Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan nutrisi yang paling
lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan pertama (ASI Eksklusif).
–
Imunisasi : anak perlu diberikan imunisasi dasar
lengkap agar terlindung dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
–
Kebersihan : meliputi kebersihan makanan,
minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah, tempat bermain dan transportasi.
–
Bermain, aktivitas fisik, tidur : anak perlu
bermain, melakukan aktivitas fisik dan tidur karena hal ini dapat merangsang
hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein merangsang pertumbuhan otot dan tulang merangsang
perkembangan.
–
Pelayanan Kesehatan : anak perlu dipantau /
diperiksa kesehatannya secara teratur. Penimbangan anak minimal 8 kali setahun
dan dilakukan SDIDTK minimal 2 kali setahun. Pemberian kapsul Vitamin A dosis
tinggi setiap bulan Februari dan bulan Agustus.
–
Tujuan pemantauan yang teratur untuk :
mendeteksi secara dini dan menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan
tumbuh-kembang, mencegah penyakit serta memantau pertumbuhan dan perkembangan
anak.
–
Memandikan Neonatus : Neonatus harus selalu
dijaga agar tetap bersih, hangat, dan kering. Beberapa cara untuk menjaga agar
kulit neonatus bersih adalah memandikan neonatus, mengganti popok atau pakaian
neonatus sesuai keperluan, pastikan bahwa neonatus tidak terlalu panas/dingin,
dan menjaga kebersihan pakaian dan hal – hal yang bersentuhan dengan neonatus.
Memandikan neonatus sebaiknya ditunda sampai 6 jam kelahiran. Hal ini
dimaksudkan agar neonatus tidak hipotermi. Selain itu juga meminimalkan resiko
infeksi. Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan neonatus antara
lain :
o
Menjaga
neonatus agar tetap hangat
o
Menjaga
neonatus agar tetap aman dan selamat
o
Suhu air
tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin.
Memandikan neonatus dianjurkan memakai sabun dengan pH
netral dengan sedikit bahkan tanpa parfum atau pewarna (jangan gunakan sabun
mandi dewasa). Permukaan kulit yang asam (acid mantle) memberi perlindungan
kepada neonatus terhadap infeksi, sedangkan pH kulit yang kurang dari 5,0
bersifat bakteriostatik. Pada saat lahir kulit neonatus tidak begitu asam (pH
6,34) kemudian menurun sampai 4,95 dalam 4 hari. Memandikan neonatus dengan sabun alkalin
(sabun dewasa) akan meningkatkan pH kulit sehingga keasaman kulit menurun
(dapat menimbulkan infeksi pada neonatus). Memandikan neonatus juga memiliki
beberapa maanfaat diantaranya yaitu untuk menjaga kebersihan tubuh neonatus,
tali pusat, dan memberikan rasa nyaman pada neonatus.
–
Memberi
Minum/Menyusui pada Neonatus : BBL normal dapat segera disusui hanya dalam
waktu 1-2 menit pada setiap payudara. Neonatus baru lahir segera mungkin
dilakukan IMD. Proses ini berlangsung minimal 1 jam pertama setelah neonatus
lahir. IMD sangatlah baik kegunaannya, selain sebagai pengerat hubungan batin
ibu dan anak IMD juga memiliki keuntungan lainnya, yaitu mempercepat keluarnya
kolostrum. Pada waktu IMD neonatus mendapat kolostrum yang penting untuk
kelangsungan hidupnya.
Kebutuhan
minum pada neonatus yaitu :
o
Hari ke 1 =
50-60 cc/kg BB/hari
o
Hari ke 2 =
90 cc/kg BB/hari
o
Hari ke 3 =
120 cc/kg BB/hari
o
Hari ke 4 =
150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai
mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari.
Dalam menyusui juga hrus
diperhatikan tentang cara menyusui yang benar, karena menyusui dengan teknik yang tidak
benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal
sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.
Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda
sebagai berikut :
o
Bayi tampak
tenang.
o
Badan bayi
menempel pada perut ibu.
o
Mulut bayi
terbuka lebar.
o
Dagu bayi
menmpel pada payudara ibu.
o
Sebagian
areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang
o
masuk.
o
Bayi nampak
menghisap kuat dengan irama perlahan.
o
Puting susu
tidak terasa nyeri.
o
Telinga dan
lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
o
Kepala bayi
agak menengadah.
–
Menyendawakan
Neonatus : Menyendawakan neonatus penting dilakukan dan berfungsi untuk
mengeluarkan udara yang ada di dalam perut neonatus atau agar tidak
kembung.Biasanya udara masuk ke perut neonatus bersamaan ketika neonatus
menyusu.Makin banyak udara yang masuk, semakin kembunglah perut neonatus.
Akibatnya neonatus merasa tidak nyaman dan akan menyebabkan rewel. Berikut
adalah teknik-teknik menyendawakan neonatus :
o
Menaruh di Pundak
o
Posisi Telungkup
–
Pijat Bayi :
Manfaat memijat neonatus Yang terutama yaitu neonatus akan merasakan kasih
sayang dan kelembutan dari orang tua saat dipijat. Kasih sayang merupakan hal
yang penting bagi pertumbuhan neonatus. Sentuhan hangat dari tangan dan jari
orang tua bisa membuat neonatus merasakan pernyataan kasih sayang orang tua.
o
Menguatkan
otot
o
Pijatan
terhadap neonatus sangat bagus untuk menguatkan otot neonatus
o
Membuat
neonatus lebih sehat
o
Memijat
neonatus bisa memerlancar sistem peredaran darah, membantu proses pencernaan
neonatus, dan juga memerbaiki pernapasan neonatus. Bahkan memijat neonatus bisa
meningkatkan sistem kekebalan tubuh si neonatus.
o
Membantu
pertumbuhan
o
Menurut
penelitian, pertumbuhan neonatus seperti berat badan akan lebih baik dengan
memijat neonatus. Bahkan untuk neonatus prematur, berat badan bisa bertambah
hingga 47 persen dibanding jika tidak dipijat.
o
Meningkatkan
kesanggupan belajar
o
Dengan
merangsang indra peraba, indra penglihatan dan pendengaran si neonatus, akan
meningkatkan daya ingat dan kesanggupan belajar sang neonatus.
o
Membuat
neonatus tenang.
–
Hygiene diri
dan lingkungan
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti
sudah mengurangi resiko tertularnya berbagai penyakit infeksi. Selain itu,
lingkungan yang bersih akan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan
aktivitas bermain secara aman. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
menjaga kebersihan balita oleh orang tua, adalah sebagai berikut :
o
Mencuci
tangan
o
Memotong
kuku
o
Mandi
teratur
o
Bersihkan
mainannya
–
Buang
air besar ( BAB )
Kotoran
yang dikeluarkan bayi baru lahir, pada hari-hari pertama disebut mekonium.
Mekonium adalah ekskresi gastrointestinal bayi yang diakumulasi dalam usus
sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna
mekonium adalah hijau kehitaman, lengket dan bertekstur lembut, terdiri
atas mulkus, sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak dan pibmen
empedu. Mekonium dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Kemudian feses
bayi yang diberi ASI akan berubah warnanya menjadi hijau-emas dan terlihat
seperti bibit. Bayi yang diberi susu formula memiliki feses yang berwarna
coklat gelap, seperti pasta atau padat. Bayi akan berdefekasi 5-6 kali tiap
hari dan akan berkurang pada minggu ke 2. Apabila bayi tidak defekasi selama
lebih dari dua hari segera hubungi tenaga kesehatan.
–
Buang
air kecil ( BAK )
Bayi
berkemih sebanyak 4-8 kali sehari. Pada awalnya volume urin sebanyak 20-30 ml/
hari, meningkat menjadi 100-200 ml/ hari pada akhir pertama. Warna urin keruh/
merah muda dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat
–
Tidur
Memasuki
bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir menghabiskan waktunya untuk tidur,
sediakan lingkungan yang nyaman, atur posisi dan minimalkan gangguan agar bayi
dapat tidur saat ibu ingin tidur. Lama tidur BBL antara 16-20 jam sehari dengan
masing-masing periode antara 1,5 jam-5/ 6 jam (Doenges, M, E, 2001 : 219).
–
Perawatan
kulit
Kulit
bayi masih sangat sensitive terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. Verniks
kaseosa bermanfaat untuk melindungi kulit bayi sehingga jangan dibersihkan saat
memandikan bayi. Lanugo menutupi kulit terutama bahu, lengan atas, paha.
Pastikan semua alat yang digunakan oleh bayi selalu dalam keadaan bersih dan
kering.
–
Keamanan
bayi
Hal-hal
yang harus diperhatikan menjaga keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya,
jangan sekalipun meninggalkan tanpa ada yang menunggu. Selain itu juga jangan
memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak dan
jangan menggunakan alat penghangat di tempat tidur bayi. Menjauhi orang-orang
yang menderita infeksi, lingkungan yang
banyak asap dan orang merokok. Dan biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah
menangani bayi. (Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003 : 23)
–
Perawatan
tali pusat
Tali pusat merupakan tempat koloni
bakteri, pintu masuk kuman, dan bisa terjadi infeksi lokal, sehingga perlu
adanya perawatan tali pusat yang baik. Sisa tali pusat sebaiknya dipertahankan
dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar. Pemakaian popok
sebaiknya dilipat dibawah tali pusat. Jika tali pusat terkena kotoran / feses
maka harus segera dicuci dengan menggunakan air bersih dan sabun kemudian
dikeringkan. Biasanya tali pusat akan terlepas sekitar 1-2 minggu.
–
Tanda-tanda
bahaya bayi baru lahir
o
Pernafasan
sulit/ lebih dari 60 dan < 40 kali/ menit
o
Suhu
terlalu panas ( > 38ocelsius ) atau terlalu dingin ( < 36ocelsius
)
o
Isapan
saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk berlebihan,
o
Tali
pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah,
o
Tidak
BAB dalam 2 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek atau cair, sering
berwarna hijau tua, dan terdapat lendir atau darah,
o
Mengigil,
rewel, lemas.mengantuk, kejang,tidak bisa tenang, dan menangis terus-menerus
o
Bayi
kulit kering ( terutama 24 jam pertama ) berwarna biru , pucat atau memar.
o
Bagian
putih mata menjadi kuning atau warna kulit tampak kuning, coklat atau persik
–
Penyuluhan
sebelum bayi pulang
Pelayanan
kebidanan sebelum ibu dan bayi pulang mencakup upaya pencegahan
penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan serta pemulihan
kesehatan. Kegiatan Penyuluhan sebelum bayi pulang meliputi :
o Penyuluhan dan
nasehat tentang kesehatan ibu dan anak selama perawatan di rumah.
o Cara menyusui
yang baaik dan benar.
o Perawatan tali
pusat dan cara memandikan bayi.
o Pemelihaaan
kesehatan ibu,bayi dan balita.
o Pengobatan
sederhana bagi ibu bayi dan balita.
o Perbaikan gisi
keluarga, ibu agar mengkomsumsi makanan yang mengandung gizi tinggi seperti
buah-buahan, sayur2 an yang hijau,
o Imunisasi bayi/
anak, pelaksanaan imunisasi agar dilakukan secara lengkap
o Kebersihan ibu
dan bayi selalu dijaga sehingga infeksi tidak terjadi selama perawatan di rumah
o Pelayanan KB,
melakukan program KB dengan kontrasepsi yang sesuai dengan kesehatan ibu
Peran Bidan Pada
Bayi Sehat
Beberapa
prinsip pedekatan asuhan terhadap anak (termasuk didalamnya bayi dan balita)
yang dipegang oleh bidan yaitu:
–
Anak
bukanlah miniatur orang dewasa tetapi merupakan sosok individu yang unik yang
mempunyai kebutuhan khusus sesuai dengan tahapan perkembangan dan
pertumbuhannya.
–
Berdasarkan
kepada pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga permasalahan asuhan terhadap
klien sesuai dengan tahap perkembangan anak.
–
Asuhan
kesehatan yang diberikan menggunakan pendekatan sistem.
–
Selain
memenuhi keutuhan fisik, juga harus memperhatikan keutuhan psikologis dan
sosial.
Bulan
pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dan penyesuaian baik untuk orang
tua maupun bayi, oleh karena itu bidan harus bisa memfasilitasi proses
tersebut. Semua bayi lahir harus menjalani minimal 2 kali pemeriksaan fisik
sebelum dipulangkan dari rumah bersalin atau rumah sakit. Pemeriksaan pertama
adalah pemeriksaan screening/ penapisan yang dilakukan saat kelahiran.
Pemeriksaan kedua lebih komprehensif. Tujuan kunjungan ulang bayi sehat adalah
:
– Mengidentifikasi
gejala penyakit
– Menawarkan
tindakan screening metabolik
– Memberikan KIE
kepada orang tua
Bidan harus
mempunyai perencanaan atau planing untuk melakukan kunjungan meliputi :
–
Kaji
riwayat maternal, persalinan, dan riwayat tindakan segera pada bayi baru lahir.
–
Amati
dan tanyakan kepada orangtua tentang penyesuaian keluarga
–
Kaji
riwayat pemenuhan nutrisi bayi, perhatian, usaha menangis, BAB, BAK dan masalah
lainnya.
–
Lakukan
pemeriksaan fisik
–
Beri
penyuluhan dan anticipatry guidance pada orang tua
–
Buat
jadwal kunjungan ulang dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan check up.
2.2.2. KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA NEONATUS DAN BAYI
Asih (kebutuhan emosional) adalah kasih sayang dari
orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik maupun mental.
Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak
dalam kandungan), anak mutlak memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras
dengan ibunya untuk menjamin tumbuh kembang fisik-mental dan psikososial
anak . Cara memenuhi kebutuhan psikologis neonatus dan bayi bisa dengan melalui
Bounding Attachment.
1.
Pengertian
Bounding Attachment
Bounding
attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan attachment.
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan).
Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orangtua dan bayi.
Adapun beberapa
definisi para ahli:
o
Klause dan
Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi,
maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
o
Nelson
(1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara
orang tua dan bayi segera setelah lahir,attachment: ikatan yang terjalin
antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan
fisik yang akrab.
o
Saxton dan
Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan
perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah
lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara
spesifik sepanjang waktu.
o
Bennet dan
Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua
dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang
di antara individu.
o
Brozeton
(dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti
antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
2.
Tahap-tahap Bounding Attachment
o
Perkenalan,
dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara dan mengeksplorasi segera
setelah mengenal bayinya
o
Bounding
(keterikatan)
o
Attachment,
perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain
3.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berhasil
atau Tidaknya Proses Bounding Attachment
o
Kesehatan
emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan
kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang
berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut.
Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment
ini.
o
Tingkat
kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam
berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang
lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing.
Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula
bounding attachment terwujud.
o
Dukungan
sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan
dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting
untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan
memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk
memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
o
Kedekatan
orang tua dan anak
Dengan metode
rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung
dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
o
Kesesuaian
antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga
yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan
yang diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat
dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan
bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat
keduanya memiliki hubungan yang unik.
4.
Cara Untuk Melakukan Bounding
Attachment
o
Pemberian
ASI ekslusif
Dengan
dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara
langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu
merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
o
Rawat gabung
Rawat gabung
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi
terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan
antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis
bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang
mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan
dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI
ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan
tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI,
karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena
dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan
terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
o
Kontak mata
(Eye to Eye Contact)
Beberapa ibu
berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan
bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan
lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya. Kesadaran untuk
membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai
efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya
sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.
o
Suara (Voice)
Mendengar
dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat
mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka
melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara
tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka. Respon antara ibu
dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama
bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik
saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan
jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak
lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh cairan
amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.
o
Aroma
/Odor (Bau Badan)
Setiap anak
memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma
susu ibunya. Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik
dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera
penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi
pada waktu tertentu.
o
Gaya
bahasa (Entrainment)
Bayi
mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai
dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan,
mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat
anak mulai bicara. Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan
dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur,
jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian
terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara
(gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang
tua dan membentuk komunikasi yang efektif.
o
Bioritme (Biorhythmicity)
Salah satu
tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Janin dalam
rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti
halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan
irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan
perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda
keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta
kesempatan untuk belajar.
o
Inisiasi
Dini
Setelah bayi
lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari
puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek sucking dengan
segera.
5.
Prinsip-Prinsip dan Upaya
Meningkatkan Bounding Attachment
o
Dilakukan
segera (menit pertama jam pertama).
o
Sentuhan
orang tua pertama kali.
o
Adanya
ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
o
Kesehatan
emosional orang tua.
o
Terlibat
pemberian dukungan dalam proses persalinan.
o
Persiapan
PNC sebelumnya.
o
Adaptasi.
o
Tingkat
kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
o
Kontak
sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi,
menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
o
Fasilitas untuk kontak lebih lama.
o
Penekanan pada hal-hal positif.
o
Perawat maternitas khusus (bidan).
o
Libatkan
anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga,
teman dan pasangan.
o
Informasi
bertahap mengenai bounding attachment.
6.
Manfaat Bounding Attachment
Adapun manfaat dari implementasi teori bounding
attachment jika dilakukan secara baik yaitu:
o
Bayi merasa
dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
o
Bayi merasa
aman, berani mengadakan eksplorasi.
o
Akan sangat
berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis bayi kelak.
7.
Hambatan Bounding Attachment
Sesuatu yang
prosesnya tidak sealur dengan tujuan dari bounding attachment dan
dapat dikatakan sebagai penghambat dalam bounding attachment adalah:
o Prematuritas
Bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan
prematur, kurang mendapat kasih sayang dari ibunya karena kondisi belum cukup
viabel(kelangsungan hidup terus) dan belum cukup untuk menyesuaikan dengan
extra uterine, bahkan bayi diletakkan dalam inkubator sampai bayi dapat hidup
sebagai individu yang mandiri.
o Bayi atau ibu
sakit
Pada keadaan ibu atau bayi salah satu
menderita sakit dan harus mendapat perawatan khusus, maka ikatan ibu dan bayi
akan tertunda.
o Cacat Fisik
Bayi lahir cacat fisik atau cacat bawaan
atau kelainan lainnya, dapat menimbulkan stres pada keluarga, utamanya ibu. Ibu
merasa malu dan kurang menyukainya.
o Dukungan sosial
seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama
pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan
adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat /
dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh
kepada bayinya.
o Kedekatan orang
tua ke anak
Dengan metode rooming/rawat gabung kedekatan
antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan
cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
o Kesesuaian
antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh
anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat/normal dan jenis kelamin
sesuai dengan yang diharapkan.
8.
Peran Bidan dalam Mendukung
Terjadinya Bonding Attachment
o
Membantu
menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca
kelahiran.
o
Memberikan
dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya,
baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
o
Sewaktu
pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba
perutnya yang semakin membesar
o
Bidan
mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi
o
Bidan juga
mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam
merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati
karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang
seperti ibu inginkan
o
Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan
untuk melaksanakan salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat
setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi
melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui
keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau
ibu dengan risiko, ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika
ibu member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal. ( Yetti
Anggraini, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, hal 65-75)
KEBUTUHAN
STIMULASI (ASAH)
Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan
sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif,
kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak. Dasar
perlunya stimulasi dini. Milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam
kandungan usia 6 bulan dan belum ada hubungan antar sel-sel otak (sinaps)orang
tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak bila ada rangsangan akan
terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps).
Asah
merupakan stimulasi mental yang akan menjadi cikal bakal proses pendidikan di
mana bertujuan untuk mengembangkan mental, kecerdasan, ketrampilan,
kemandirian, kreativitas, agama, moral, produktifitas, dan lain-lain.
Stimulasi
sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi
misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menggendong, mengajak
berjalan-jalan, bermain, menonton TV, menjelang tidur.
Stimulasi
pada masa neonatus dilakukan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan
menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum,
berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan
menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih),
benda-benda berbunyi, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan
–
Ketika
bayi rewel, cari penyebabnya dan peluk ia dengan penuh kasih sayang.
–
Gantung
benda-benda yang berbunyi dan berwarna cerah di atas tempat tidur bayi agar
bayi dapat melihat benda tersebut bergerak-gerak dan berusaha menendang/meraih
benda tersebut.
–
Latih bayi
mengangkat kepala dengan cara meletakkannya pada posisi telungkup.
–
Ajak bayi
tersenyum, terutama ketika ia tersenyum kepada anda.
Stimulasi pada masa bayi dilakukan
dengan cara :
–
Bantu bayi
duduk sendiri, mulai dengan mendudukan bayi di kursi yang mempunyai sandaran.
–
Latih
kedua tangan bayi masing-masing memegang benda dalam waktu yang bersamaan.
–
Latih bayi
menirukan kata-kata dengan cara menirukan suara bayi dan buat agar bayi
menirukan kembali.
–
Latih bayi
bermain seperti melambaikan tangan
–
Angkat
bayi dan bantu ia berdiri diatas permukaan yang datar dan kokoh.
–
Latih bayi
memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah.
–
Perlihatkan
gambar benda dan bantu bayi menunjuk nama benda yang anda sebutkan.
–
Ajak bayi
bermain dengan permainan yang perlu dilakukan bersama.
–
Latih bayi
berjalalan sendiri.
–
Latih bayi
menggelindingkan bola.
–
Berikan
kesempatan kepada bayi untuk menggambar,
–
Ajak bayi
makan bersama
TABEL : Macam Stimulus yang Diperlukan
pada Anak Berusia Kurang dari 1 Tahun
Umur
|
Stimulus Visual
|
Stimulus Auditif
|
Stimulus Taktil
|
Stimulus Kinetik
|
0-3 bulan
|
Objek warna terang di atas tempat tidur
|
Mengajak bisacara dan mendengarkan suara lonceng
|
Membelai, menyisir, menyelimuti
|
Berjalan-jalan
|
4-6 bulan
|
Menonton TV dan bermain benda terang yang dapat dipegang
|
Mengajak bicara
Memanggil
nama
|
Bermain air
|
Berdisi pada paha orang tua, membantu tengkurap, duduk
|
7-9 bulan
|
Sama halnya dengan usia 4-6 bulan di tambah bermain ci luk
ba
|
Panggil nama bayi, ajari memanggil nama orang tua, memberi
tahu yang sedang dilakukan
|
Mengenai berbagai tekstur
Bermain
air
|
Membantu tengkurap, latih berdiri, bermain tarik dorong
|
10-12 bulan
|
Ajak ke tempat ramai dan kenalkan gambar
|
Suara binatang dan menyebutkan bagian tubuh
|
Merasakan hangat atau dingin dan memegang makan sendiri
|
Bermain tarik dorong, bersepeda
|
2.3.
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DAN
BAYI
Untuk
semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
·
Sebelum
bayi lahir:
–
Apakah
kehamilan cukup bulan?
–
Apakah
air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
·
Segera
setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering
yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian
(selintas) berikut :
–
Apakah
bayi menangis kuat dan/ atau bernafas tanpa kesulitan?
–
Apakah
bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak
menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan resusitasi.
1.
PENGKAJIAN AWAL
Ciri-ciri bayi baru lahir normal :
–
Berat badan 2500 - 4000 gram.
–
Panjang badan 48 - 52 cm.
–
Lingkar dada 30 - 38 cm.
–
Lingkar kepala 33 - 35 cm.
–
Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit.
–
Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit.
–
Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup.
–
Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
–
Kuku agak panjang dan lemas.
–
Genetalia
o
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
o
Laki - laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
–
Reflek sucking (hisap) dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
–
Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
–
Reflek graps atau menggenggam sudah baik.
–
Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
2.
PENANGANAN BAYI
BARU LAHIR
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang
diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek
penting dari asuhan segera bayi baru lahir :
–
Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
–
Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya
sesegera mungkin.
–
Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan penilaian sepintas :
o Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat,
bayi bergerak aktif, warna kulit kemerahan) letakkan bayi dengan handuk
diatas perut ibu
o Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir
dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang
pernapasan bayi (sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas spontan dalam
waktu 30 detik setelah lahir).
o Dan nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-megap
atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
PENILAIAN APGAR SKOR
Nilai
|
|||
Tanda
|
0
|
1
|
2
|
Denyut
jantung (pulse)
|
Tidak
ada
|
Lambat
< 100
|
>100
|
Usaha
nafas (respisration)
|
Tidak
ada
|
Lambat,
tidak teratur
|
Menangis
dengan keras
|
Tonus
otot (activity)
|
Lemah
|
Fleksi
pada ekstremitas
|
Gerakan
aktif
|
Kepekaan
reflek (grimace)
|
Tidak
ada
|
Merintih
|
Menangis
kuat
|
Warna
(apperence)
|
Biru
pucat
|
Tubuh merah muda, ekstremitas
biru
|
Seluruhnya
merah muda
|
Klasifikasi
asfiksia berdasarkan nilai APGAR :
–
Asfiksia
berat dengan nilai APGAR 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi
serius dan membutuhkan Resusitasi segera sampai Ventilasi.
–
Asfiksia
ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 menunjukkan bayi mengalami
depresi sedang dan membutuhkan tindakan Resusitasi.
–
Bayi
normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
–
Bayi
normal dengan nilai APGAR 10
a)
Pemberian ASI dini
Memberikan ASI dini (dalam 1 jam pertama setelah bayi
baru lahir) akan memberikan keuntungan yaitu:
–
Merangsang produksi ASI
: Rangsangan
isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin (hormon ini yang
memacu payudara untuk menghasilkan ASI.
– Memperkuat reflek menghisap
o Reflek
rooting (reflek mencari putting susu)
o Reflek
suckling (reflek menghisap)
o Reflek
swallowing (reflek menelan)
–
Mempercepat hubungan batin ibu dan bayi (membina
ikatan emosional dan kehangatan ibu-bayi).
–
Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi
melalui kolostrum.
–
Merangsang kontraksi uterus dan mencegah terjadi
perdarahan pada ibu.
b)
Perawatan mata
Memberikan
eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena
klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata diberikan pada 1 jam pertama
setelah persalinan.
c)
Pemberian vitamin K
Untuk mencegah
terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir
lakukan hal-hal berikut :
–
Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral
1mg/hari.
– Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan
dosis 0,5-1 mg IM dipaha kiri.
d)
Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Pemberian imunisasi
Hepatitis B ini untuk mencegah infeksi Hepatitis B di berikan pada usia 0
(segera setelah lahir menggunakan uniject) di suntik, IM dipaha kanan dan
selanjutnya di berikan ulangan sesuai imunisasi dasar lengkap.
e)
Pemantauan lanjutan
Tujuan pemantauan
bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian dan
tindak lanjut dari petugas kesehatan.
Dua jam pertama
sesudah lahir
Hal-hal yang di nilai waktu
pemantauan bayi pada jam pertama sesudah kelahiran yaitu:
–
Kemampuan menghisap kuat atau lemah
–
Bayi tampak aktif
atau lunglai
–
Bayi tampak
kemerahan atau biru
BAB III
KEBUTUHAN DASAR BALITA
3.1.
DEFINISI
BALITA
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di
atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006). Menurut
Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010),
Balita adalah istilah umum bagi
anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
mandi, buang air dan makan. Perkembangan
berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita
merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi
penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat
dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
3.2.
KEBUTUHAN
DASAR PADA BALITA
3.2.1
KEBUTUHAN
FISIK PADA BALITA
Pemenuhan
nutrisi pada balita
Nutrisi adalah salah satu komponen
yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Zat gizi yang mencukupi pada anak harus dimulai sejak dalam
kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil.
Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian
ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, sudah waktunya
anak diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI. Pemberian makanan
tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa balita dan prasekolah, karena
pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat,
terutama pertumbuhan otak.
Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi
pada masa balita diantaranya energi dan protein. Kebutuhan energi sehari anak
untuk tahun pertama kurang lebih 100-120 kkal/ kg berat badan. Untuk tiap 3
bulan pertambahan umur, kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/ kg berat
badan. Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat, lemak
dan juga protein. Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial yang
diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan
protein dalam serum, mengganti sel-sel yang rusak, memelihara keseimbangan asam
basa cairan tubuh, serta sebagai sumber energi. Lemak merupakan sumber kalori
berkonsentrasi tinggi, selain itu lemak juga mempunyai 3 fungsi, diantaranya
sebagai sumber lemak esensial, sebagai zat pelarut vitamin A, D, E, K, serta
dapat memberi rasa sedap dalam makanan. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan
adalah 60-70% dari total energi. Sumber karbohidrat dapat diperoleh dari beras,
jagung, singkong, tepung-tepungan, gula, dan serat makanan. Serat makanan
sangat penting untuk menjaga kesehatan alat pencernaan. Vitamin dan mineral
pada masa balita sangat diperlukan untuk mengatur keseimbangan kerja tubuh dan
kesehatan secara keseluruhan. Kebutuhan akan vitamin dan mineral jauh lebih
kecil dari pada protein, lemak, dan karbohidrat.
Ada beberapa hal yang perlu dihindari
bagi anak agar makannya tidak berkurang, seperti membatasi makanan yang kurang
menguntungkan, seperti coklat, permen, kue-kue manis karena dapat membuat
kenyang sehingga nafsu makan berkurang. Menghindari makanan yang merangsang
seperti pedas dan terlalu panas, menciptakan suasana makan yang tentram dan
menyenangkan, memilih makanan dengan nilai gizi tinggi, memperhatikan
kebersihan perorangan dan lingkungan, tidak memaksa anak untuk makan serta
tidak menghidangkan porsi makanan terlalu banyak. Usia balita dapat kita bedakan
menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut.
1.
Balita usia 1-3 tahun : Jenis makanan yang paling
disukai anak balita di usia ini biasanya adalah makanan yang manis-manis,
seperti cokelat, permen, es krim, dll. Pada anak usia ini sebaiknya makanan
yang banyak mengandung gula dibatasi, agar gigi susunya tidak rusak atau
berlubang (caries). Pada usia ini, biasanya anak sangat rentan terhadap
gangguan gizi, seperti kekurangan vitamin A, zat besi, kalori dan protein.
Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan gangguan fungsi pada mata, sedangkan
kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan
kecerdasan anak.
2.
Anak usia 4-6 tahun : Pada usia ini, anak-anak masih
rentan terhadap gangguan penyakit gizi dan infeksi. Sehingga pemberian makanan
yang bergizi tetap menjadi perhatian orang tua, para pembimbing dan pendidik di
sekolah. Pendidikan tentang nilai gizi makanan, tidak ada salahnya mulai
diajarkan pada mereka. Dan ini saat yang tepat untuk menganjurkan yang
baik-baik pada anak, karena periode ini anak sudah dapat mengingat sesuatu yang
dilihat dan didengar dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Sehingga
akhirnya anak dapat memilih menyukai makanan yang bergizi.
Di bawah ini
terdapat beberapa makanan yang dianjurkan untuk balita :
1. Makanan
pendamping ASI untuk balita dapat berupa bubur tepung beras atau beras merah
yang dimasak dengan cairan, kaldu daging, susu formula atau air
2. Makanan
pendamping lainnya selain bubur adalah buah-buahan yang dihaluskan dengan
blender, seperti buah papaya, pisang, apel, melon, dan alpukat.
3. Sayur-sayuran
dan kacang-kacangan juga dapat dijadikan makanan pendamping balita dengan cara
direbus dan dihaluskan dengan blender. Sebaiknya, ketika diblender, bahan
makanan pendamping balita ini ditambah dengan kaldu atau air matang supaya
lebih halus. Sayuran dan kacang-kacangan tersebut adalah kacang polong, kacang
merah, wortel, tomat, kentang, labu kuning, dan kacang hijau.
4. Makanan
pendamping balita pun dapat berupa daging pilihan yang tidak mengandung lemak
dan diblender.
5. Makanan
pendamping lainnya juga bisa berupa ikan yang diblender, yaitu ikan yang tidak
berduri (ikan salmon, fillet ikan kakap, dan gindara).
Penyebab status
nutrisi kurang pada anak :
1.
Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif
2.
Hiperaktivitas fisik/ istirahat yang kurang
3.
Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan
nutrisi
4.
Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu
makan atau absorbsi makanan tidak adekuat.
3.2.2 KEBUTUHAN PSIKOLOGIS
Untuk dapat menjalin ikatan emosi
yang erat dengan anak kita, berikut ini ada beberapa hal yang dapat dijadikan
pedoman bagi orangtua atau orang yang dekat dengan anak dalam melakukan
interaksi dengan balita :
– Berikan
rangsangan positif kepada balita. Misalnya dengan belaian/ sentuhan
/pijatan–pijatan lembut, ucapan-ucapan lembut, kecupan, dan suara-suara yang
menenangkan
– Tanggap
terhadap kebutuhan balita.
– Ajak
anak bermain yang dapat membuatnya gembira atau tertawa. Misalnya dengan main
“ciluk ba”, menggelitikinya sesekali, memainkan boneka dengan suara-suara lucu
atau menunjukkan wajah-wajah ganjil (memasang ekspresi lucu), membadut (bicara
dengan cara yang dilebih-lebihkan), kemudian tertawalah bersama anak. Pada
umumnya, kita akan merasa lebih dekat dengan seseorang yang tertawa bersama
kita, demikian pula halnya dengan anak.
– Sengaja
meluangkan waktu bersama anak untuk dapat memberikan kualitas pengasuhan yang
baik. Jangan menghadapi anak dengan terpaksa atau hanya hadir secara fisik
saja. Usahakan menghadapi anak dengan menghadirkan “hati” juga.
– Terima
anak apa adanya dengan tulus dan ikhlas, sekalipun ia cacat atau tidak sesuai
dengan harapan kita. Sebab penolakan terhadap anak, menyebabkan hubungan
orangtua-anak menjadi tegang dan menghalangi orangtua untuk memberikan kasih
sayangnya.
–
Jangan
bersikap kasar, kesal dan menunjukkan kemarahan terhadap balita karena balita
juga bisa merasakan ketidaknyamanan ini dan merekamnya dalam ingatannya
sehingga membuat orangtua menjadi “jauh” terhadap anak.
–
Toleransi : Bertoleransi terhadap
kesalahan anak, bukan kebalikan dari disiplin. Kesalahan yang dilakukan anak
sering kali hanya karena perbedaan pandang kita sebagai orang tua atau orang
dewasa dengan cara pandang anak. Menghargai perbedaan perlu dikenalkan pada
saat anak mulai dapat berbicara dan bermain dengan teman sebayanya. Konflik
yang sering terjadi karena kita tidak bisa menghargai perbedaan. Hal terkecil
tetapi penting untuk dilakukan orangtua adalah mendengarkan dan menghargai
pendapat anak.
–
Menjadi Motivator : Anak tidak
sekedar mencontoh dan anak tidak hanya membutuhkan keteladanan orangtua.
Dorongan atau motivasi sering lebih penting daripada ajakan. Terlebih pada usia
setahun, saat anak memerlukan kemampuan untuk mengontrol dirinya, motivasi
berperan penting agar kelak tidak menjadi anak yang pemalu atau peragu.
Dorongan orang tua akan muncul dengan sendirinya jika orangtua atau pengasuh
sering mendampingi atau memfasilitasi kegiatan bermain anak. Tentu saja
dorongan untuk mendikte yang sering muncul tanpa kita sadari harus benar-benar
kita hindari.
Peran bidan
dalam hal ini adalah :
– Membantu
menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca
kelahiran.
– Memberikan
dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya,
baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
– Sewaktu
pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba
perutnya yang semakin membesar
– Bidan
mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi
– Bidan
juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam
merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati
karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang
seperti ibu inginkan
– Ketika
dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara
bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak
benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa
penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk
bayinya. Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko, ibu dapat tetap
melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI bayinya atau ketika
mengunjungi bayi di ruang perinatal.
3.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA
Bidan berperan dalam asuhan
terhadap balita terutama dalam hal :
a) Melakukan
pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak, meliputi:
– Pemeriksaan
fisik
– Pemeriksaan
tanda-tanda vital
– Penampilan
umum
– Perkembangan
psikologis
b) Penyuluhan
kesehatan kepada keluarga :
–
Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
–
pemberian ASI
–
pola pemberian makanan balita
–
hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI
–
saat penggantian ASI dengan susu buatan
–
menghentikan pemberian ASI
–
mengatur makanan anak usia 1-5
tahun
–
Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita, imunisasi, pencegahan
kecelakaan, kesehatan gigi, peningkatan kesehatan pola tidur, bermain
BAB IV
KEBUTUHAN DASAR ANAK PRASEKOLAH
4.1.
DEFINISI ANAK PRASEKOLAH
Menurut
Joyce Engel (1999) Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6
tahun. Menurut Biechler dan Snowman (1993), mereka biasanya mengikuti program
prasekolah baik di taman kanak-kanak, kelompok bermain maupun tempat penitipan
anak dan menurut Elizabeth dalam buku psikologi perkembangan, usia prasekolah
adalah usia mainan, karena pada masa itu anak menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk untuk bermain dengan mainannya. (Dalam Bambang, 2005)
Usia
prasekolah adalah usia yang rentan bagi anak. Pada usia ini anak mempunyai sifat
imitasi atau meniru terhadap apapun yang telah dilihatnya. Orang-orang dewasa
yang paling dekat dengan anak adalah orang tua. Keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama bagi anak yang mempunyai pengaruh sangat besar. Haryoko
(1997) berpendapat bahwa lingkungan sangat besar pengaruhnya sebagai stimulans
dalam perkembangan anak. Pada usia prasekolah anak-anak akan mengalami
perkembangan sangat cepat dari segi fisik, kognitif, emosi maupun sosial. Hal
ini akan sangat berpengaruh pada masa depan anak kelak. Taman kanak-kanak
sebagai lembaga pendidikan formal pertama merupakan salah satu sarana untuk
membantu memberi rangsangan dan dukungan dalam masa pertumbuhan dan perkembangn
anak. Faktor-faktor yang berperan dalam menunjang perkembangan anak di taman
kanak-kanak adalah kulitas guru, program kegiatan dan lingkungan fisik.
(Sujiono, 2003)
Pada
usia ini berkembang rasa inisiatif anak. prilaku yang nampak adalah anak banyak
bertanya, banyak meniru aktivitas orang lain dan mencoba melakukan tugas
tertentu. Anak mulai menunjukkan inisiatif misalnya mandi, membereskan
mainannya sendiri, membantu adiknya dan sebagainya. Pada usia ini anak juga
mulai melibatkan diri dalam aktivitas bersama. Anak pada usia ini juga mulai
menghadapi tuntutan oleh lingkungannya untuk berprilaku dalam batas tertentu.
Ini dapat menimbulkan krisis, sehingga anak dapat mengalami kekecewaan. Bersama
munculnya inisiatif, anak juga mulai merasakan rasa bersalah yang dapat
mengahambatnya untuk maju. Bila lingkungan tidak kondusif terhadap inisiatif
anak maka rasa bersalah akan menjadi lebih dominan dalam kehidupan anak
selanjutnya. (Sulistiawati, 2005)
Menurut
Jean piaget, bahwa perkembangan intelektual anak usia 5-6 tahun termasuk fase
praoperasional, yaitu masa prasekolah. Pada masa ini anak belum bisa membedakan
dengan tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realita dunia luar,
sehingga pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu
kepada anak masih terbatas ( Nasution dalam Nurlindah 2009)
Menurut Sulistiawati
(2005) prilaku-prilaku yang kadang ditunjukkan anak pada usia ini diantaranya :
–
Perilaku
yang menunjukkan inisiatif :
o
Berinisiatif
memulai suatu tugas dengan keinginan yang benar.
o
Banyak
ingin tahu segala sesuatu.
–
Perilaku
yang menunjukkan rasa bersalah :
o
Lebih
suka meniru orang lain daripada mengembangkan ide-idenya sendiri.
o
Meminta
maaf secara berlebihan dan menjadi sangat malu hanya karena kesalahan kecil dan
takut memulai pekerjaan baru.
Untuk
itu dalam mempersiapkan anak masuk sekolah orang tua diharapakan mampu
mengembangkan rasa percaya diri anak untuk menjalankan sesuatu, memberikan
minat dan motivasi pada anak, menumbuhkan kemauan anak untuk berusaha dan
bekerja, menumbuhkan rasa tanggung jawab, menumbuhkan inisiatif dan ketekunan
pada anak, sikap mau bekerjasama dan memperhatikan orang lain, serta
mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan
baik. (Panduan BKB, 2001).
4.2. KEBUTUHAN DASAR ANAK PRASEKOLAH
4.2.1
KEBUTUHAN FISIK PADA ANAK PRASEKOLAH
Pemenuhan nutrisi pada anak pra
sekolah
Anak usia Pra Sekolah mengalami
pertumbuhan sedikit lambat. Kebutuhan kalorinya adalah 85 kkal/kgBB. Penurunan
normal dalam nafsu makan di usia ini sering menimbulkan kecemasan tentang
nutrisi. Sebagian terbesar, orang tua dapat diyakinkan bahwa jika pertumbuhan
normal, masukan anak adalah cukup. Biasanya, orang tua bertanggung jawab untuk
memberi kesehatan, makanan pada usia yang cocok dan penentuan waktu dan tempat;
anak bertanggung jawab menentukan jumlah masukan makanan. Anak – anak biasanya
mengatur jumlah makanannya untuk menyesuaikan kebutuhan tubuhnya menurut rasa
lapar atau kenyang. Masukan setiap hari bervariasi, kadang – kadan luas, akan
tetapi masukan selama periode 1 minggu relative stabil. Upaya orang tua untuk
mengatur masukan anak mengganggu mekanisme pengaturan diri ini karena anak
harus menyetujui atau berontak melawan tekanan. Akibatnya adalah kelebihan atau
kekurangan makanan. Karakteristik terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Gizi seimbang merupakan keadaan yang
menjamin tubuh memperoleh makanan
yang cukup mengandung semua
zat gizi dalam jumlah yang dibutuhkan. Gizi lengkap dan
seimbang harus mengandung :
– Bahan
makanan sumber tenaga yang berfungsi untuk beraktifitas. Contoh : beras, roti,
kentang, mie.
– Bahan
makanan sumber zat pembangun, berfungsi untuk pembentukan, pertumbuhan dan
pemeliharaan sel tubuh. Contoh: daging, ikan, telur (protein hewani) tempe,
tahu (protein nabati)
– Bahan
makanan sumber zat pengatur berfungsi untuk mengatur proses metabolisme. Contoh
: sayuran: bayam, buncis, wortel, tomat, buah-buahan: pisang, pepaya, jeruk,
apel.
Pada anak usia
prasekolah :
– Nafsu
makan berkurang
– Anak
lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungannya daripada
makan
– Anak
mulai senang mencoba jenis makanan baru
– Waktu
makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan Bersosialisasi
dengan keluarga
Cara mengatasi
kesulitan makan :
– Berikan
makan pada saat anak tidak lelah
– Porsi
disesuaikan dengan kebutuhan anak, kecil tapi sering
– Jadwal
disesuaikan
– Tunggu
anak lapar
– Beri
kasih sayang
– Variasikan
makanan
– Berikan
bersama makanan kesukaannya
– Ajak
makan dengan keluarga
– Berikan
makan sambil bermain
– Biarkan
anak belajar makan sendiri
– Tempatkan
makanan pada wadah yang menarik
– Beri
pujian bila anak menghabiskan porsinya
– Berikan
sugesti bahwa makanan yang diberikan enak
– Ibu
harus rileks
– Merayu
anak untuk makan makanan yang sudah disediakan
Kebutuhan
nutrisi anak bisa dipenuhi dengan memberikan makanan dari keempat kelompok
makanan penting, yaitu :
– Nasi
dan alternative.
– Makanan
ini memberikan energi yang baik, sedikit vitamin dan mineral. Pilihan lain yang
meliputi : bubur ayam, mie atau bubur kacang ijo.
– Buah-buahan.
– Buah-buahan
adalah sumber serat yang baik, khususnya vitamin A, C dan mineral seperti
kalium. Lebih sering memberikan buah-buahan yang mengandung citrun dan
buah-buahan yang isinya berwarna kuning.
– Sayur-sayuran.
Merupakan sumber serat dan mineral yang baik seperti kalium, juga memberikan vitamin A, C dan asam folik. Berikan sayuran berwarna hijau atau sayuran berwarna kuning kehijauan
Merupakan sumber serat dan mineral yang baik seperti kalium, juga memberikan vitamin A, C dan asam folik. Berikan sayuran berwarna hijau atau sayuran berwarna kuning kehijauan
– Daging
dan alternative
– Kelompok
ini meliputi tempe, tahu, ikan, susu, telur yang memberikan protein penting,
lemak, vitamin dan mineral. Berikan ikan paling sedikit 3 kali dalam seminggu
dan berikan sebanyak 5 telur dalam seminggu.
Tips Memberi
Makan pada Anak Pra Sekolah
– Tetap
memberikan susu.
Anak
perlu minum susu 2-3 cangkir susu sehari. Susu memberikan kalsium dan pospor
yang penting untuk menguatkan tulang dan gigi
– Menciptakan
makanan yang diinginkan.
Melibatkan
anak dalam memilih makanan dan merencanakan menu. Ajaklah dia ke pasar dan
terangkan mengenai fungsi dari jenis makanan yang berbeda. Ceritakan kepadanya
bahwa makan telur bisa menjadikan otot kuat dan makan wortel bisa menjadikan
mata sehat untuk melihat, kesemuanya akan membantu anak untuk memahami mengapa
orang tua memberikan makanan ini.
– Menyiapkan
makanan yang menarik.
Di
samping aneka dan sajian makanan, penting juga untuk menarik minat dan
perhatian anak. Memotong sayur-sayuran dalam bentuk yang menarik. Anak
diberikan sayuran dengan warna dan bentuk yang berbeda seperti wortel, buncis,
bayam, jagung. Selain itu atur buah-buahan dalam bentuk yang menarik karena
anak akan lebih berselera untuk menikmati rasa buah tersebut. Yang tidak kalah
penting adalah jangan mencampur makanan ke dalam satu mangkok. Pisahkan jenis
makanan yang berbeda dengan mempergunakan piring yang berbeda.
– Menghindari
anak makan yang berlebihan.
Kegemukan
pada anak-anak merupakan suatu kekuatiran. Anak yang kegemukan bisa mempunyai
problema kesehatan dalam kehidupannya di kemudian hari. Untuk mencegah anak
kegemukan orang bisa membantu dengan membentuk kebiasaan makan makanan yang
baik ketika masih muda. Misalnya hindari menggunakan makanan sebagai bentuk
hadiah atau bujukan, memberi makanan kecil yang menyehatkan serta jangan makan
yang berlebihan.
– Memberi
makanan kecil yang sesuai
usia
pra sekolah karena dengan ukuran tubuhnya dan seleranya kecil, sangat baik
dengan pemberian makanan yang tidak terlalu banyak, yang diberikan empat – enam
kali dalam sehari. Oleh karena itu makanan kecil sama pentingnya dengan makanan
pokok dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak selama sehari. Makanan kecil yang
baik seperti sop kacang merah, kue yang berisi daging, buah-buahan segar, susu,
jus buah, susu kedelai, roti, singkong rebus, ubi rebus.
Kebersihan
Kebutuhan kebersihan meliputi kebersihan makanan,
minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah, tempat bermain dan transportasi.
Bermain,
aktivitas fisik, tidur
Anak perlu bermain, melakukan aktivitas fisik dan
tidur karena hal ini dapat merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan,
merangsang metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein merangsang
pertumbuhan otot dan tulang merangsang perkembangan.
4.2.2
KEBUTUHAN
PSIKOLOGIS PADA ANAK PRASEKOLAH
Ikatan emosi dan kaish sayang yang
erat antara ibu/orangtua sangatlah penting, karena berguna untuk menentukan
prilaku anak di kemudian hari, merangsang perkembangan otak anak, serta
merangsang perhatian anak terhadap dunia luar.Oleh karena itu, kebutuhan asih
ini meliputi :
– Kasih
sayang orangtua
Orangtua
yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan penuh kasih sayang.
Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak pernah memarahi, tetapi
bagaimana menciptakan hubungan yang hangat dengan anak, sehingga anak merasa
aman dan senang.
– Rasa
aman
Adanya
interaksi yang harmonis antara orangtua dan anak akan memberikan rasa aman bagi
anak untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.
– Harga
Diri
Setiap
anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak diacuhkan, maka hal
ini akan menyebabkan frustasi
– Dukungan/dorongan
Dalam
melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari lingkungannya. Apabila
orangtua sering melarang aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat
menyebabkan anak ragu-ragu dalam melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu,
orangtua perlu memberikan dukungan agar anak dapat mengatasi stressor atau
masalah yang dihadapi.
– Mandiri
Agar
anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih untuk
tidak selalu tergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak untuk mandiri
tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan.
– Rasa
memiliki
Anak
perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-barang yang
dimilikinya, sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk
memelihara barangnya.
– Kebutuhan
akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman
Anak
perlu mendapatkan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan
sifat-sifat bawaannya. Tidak pada tempatnya jika orangtua memaksakan
keinginannya untuk dilakukan oleh anak tanpa memperhatikan kemauan anak.
Cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan ikatan kasih sayang :
–
Berikan rangsangan positif. Misalnya dengan
belaian/ sentuhan / pijatan – pijatan lembut, ucapan-ucapan lembut, kecupan,
dan suara-suara yang menenangkan.
–
Tanggap terhadap kebutuhan anak. Misalnya bila
anak menangis, segera cari tahu apa yang menyebabkannya untuk kemudian segera
mengatasinya.
–
Ajak anak bermain yang dapat membuatnya gembira
atau tertawa. Misalnya dengan main “ciluk ba”, menggelitikinya sesekali,
memainkan boneka dengan suara-suara lucu atau menunjukkan wajah-wajah ganjil
(memasang ekspresi lucu), membadut (bicara dengan cara yang di lebih-lebihkan),
kemudian tertawalah bersama anak. Pada umumnya, kita akan merasa lebih dekat
dengan seseorang yang tertawa bersama kita, demikian pula halnya dengan anak.
–
Sengaja meluangkan waktu bersama anak untuk
dapat memberikan kualitas pengasuhan yang baik. Jangan menghadapi anak dengan
terpaksa atau hanya hadir secara fisik saja. Usahakan menghadapi anak dengan
menghadirkan “hati” juga.
–
Terima anak apa adanya dengan tulus dan ikhlas,
sekalipun ia cacat atau tidak sesuai dengan harapan kita. Sebab penolakan
terhadap anak, menyebabkan hubungan orangtua-anak menjadi tegang dan
menghalangi orangtua untuk memberikan kasih sayangnya.
–
Jangan bersikap kasar, kesal dan menunjukkan
kemarahan terhadap anak karena anak bisa merasakan ketidaknyamanan ini dan
merekamnya dalam ingatannya sehingga membuat orangtua menjadi “jauh” terhadap
anak.
4.2.3
ASUHAN
KEBIDANAN PADA ANAK PRASEKOLAH
Deteksi
Deteksi dini tumbuh kembang adalah
langkah antisipasi yang dilakukan untuk menemukan kasus penyimpangan tumbuh
kembang sejak dini dan mengetahui serta mengenali faktor risiko penyimpangan
tersebut. Penyimpangan tumbuh kembang dapat bersifat positif, misalnya anak
mempunyai tingkat kecerdasan di atas rata-rata, atau negatif, misalnya balita
yang mengalami keterlambatan perkembangan.
Intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang adalah upaya intervensi segera yang diberikan sesuai dengan keadaan
anak untuk membantu anak mencapai kemampuan yang optimal. Contohnya, pemberian
sirup Fe pada balita dengan anemia, pemberian suplementasi makan rutin dan
makan tambahan pada balita dengan KEP, stimulasi perkembangan pada balita
dengan keterlambatan perkembangan atau melakukan perujukan ke fasilitas layanan
kesehatan yang lebih mampu.
Tujuan umum deteksi dini tumbuh
kembang bayi atau balita adalah tercapainya tumbuh kembang bailita dan anak
prasekolah yang optimal dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Tujuan khususnya adalah mengupayakan terselenggaranya kegiatan
deteksi dan intervensi tumbuh kembang balita dan anak prasekolah di tingkat
pelayanan dasar dan rujukan, serta terlaksananya pembinaan keluarga, kader dan
masyarakat dalam kegiatan stimulasi, pemantauan, dan perujukan kasus
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
Kegiatan deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang yang mencakup pemeriksaan kesehatan, pemantauan berat badan
sekaligus deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang di tingkat pelayanan dasar
akan memerlukan waktu lebih lama dibandingkan pemeriksaan kesehatan dan
pemantauan berat badan biasa. Dengan demikian, untuk memberikan pelayanan KIA
yang berkualitas dan komprehensif serta mempertimbangkan kemudahan petugas
puskesmas dan kenyamanan ibu anak, kegiatan deteksi tumbuh kembang balita dapat
dilakukan saat anak bertemu dengan petugas kesehatan baik di puskesmas, posyandu,
polindes maupun fasilitas layanan swasta seperti bidan praktik.
Deteksi dini pada anak dilanjutkan
secara terus menerus dengan melakukan pemeriksaan fisik seperti penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan. Pemeriksaan gigi dan mulut, dan sebagainya.
Apabila ditemukan suatu
penyimpangan, bidan sebagai tenaga kesehatan dapat mendeteksi dini dan
melakukan rujukan ke spesialis anak guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang
lebih optimal.
KEBUTUHAN IMUNISASI PADA NEONATUS,
BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
Imunisasi berasal dari kata Imun,
kebal atau resistan. Imunisasi berarti pemberian kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu. Tujuan dari pemberian imunisasi adalah untuk mencegah
terjadinya penyakit infeksi tertentu, bila terjadi penyakit tidak akan terlalu
parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat dan kematian.
Macam – macam imunisasi adalah sebagai berikut :
1.
Imunisasi BCG (bacille celmette guerin)
Vaksin
ini agar tubuh bayi kebal terhadap bakteri tuberkulosis (TBC). BCG diberikan
sekali sebelum anak berumur dua bulan. Imunisasi polio diberikan empat kali
pada bayi usia 0-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Imunisasi
Campak diberikan satu kali pada bayi usai 9-11 bulan. Imunisasi hepatitis B
harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal
empat minggu. Imunisasi ini bersifat wajib dan disubsidi pemerintah.
- Imunisasi DPT
Imunisasi
DPT adalah vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis
(batuk rejan) dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang
tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi fatal. DPT diberikan tiga kali
pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Imunisasi ini
juga diwajibkan pemerintah.
- Imunisasi DT
Imunisasi
DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman
penyebab difteri dan tetanus. Imunisasi diberikan bagi anak dengan kebutuhan
khusus, misalnya sudah mendapat suntikan DPT.
- Imunisasi TT
Imunisasi
tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan
(imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini
minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh.
- Imunisasi MMR
Imunisasi
MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan
disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk,
hidung meler dan mata berair. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan
pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama, meningitis, pembengkakan buah
zakar yang berakibat kemandulan.
- Imunisasi Hib
Imunisasi
Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini
bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa
menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong
imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Dua jenis vaksin yang
beredar di Indonesia, yaitu Act Hib dan Pedvax.
- Imunisasi Meningitis
Imunisasi
ini belum diwajibkan pemerintah karena biayanya masih cukup besar.
Imunisasi dilakukan bagi bayi di bawah usia satu tahun hingga balita. Imunisasi
ini mencegah terjadinya infeksi meningitis atau lapisan otak yang banyak
terjadi pada bayi dan balita.
- Imunisasi Varisella
Imunisasi
varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.
- ImunisasiHBV
Imunisasi
HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah infeksi hati
yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi hepatitis
B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat
fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun
bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter.
- Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi
pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering
menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang
lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah)
- Imunisasi Tipa
Imunisasi
tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau
paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama tiga-lima tahun dan
harus diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi
oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk
anak yang sudah dapat menelan kapsul.
- Imunisasi Hepatitis A
Penyakit
ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi bila
terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1
sampai 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi
hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12
bulan.
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Menurut kamus kedokteran Dorland (2003), djelaskan bahwa
neonatal adalah jabang bayi baru lahir hingga berumur empat minggu. Kebutuhan
Fisik-Biologis neonatal meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti:
nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian,
pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain dan
beristirahat.Kebutuhan psikologi neonatal meliputi kebutuhan asih (kebutuhan
emosional), kebutuhan asah (kebutuhan stimulasi). Asuhan kebidanan pada neonatus segera
lakukan penilaian (selintas) berikut :
– Apakah bayi
menangis kuat dan/ atau bernafas tanpa kesulitan?
– Apakah bayi
bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak
menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan resusitasi.
Anak
balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia
anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).Kebutuhan Fisik pada balita meliputi
kebutuhan nutrisi, imunisasi, kebersihan, bermain, aktivitas fisik, tidur.
Kebutuhan psikologi pada balita dengan memberikan rangsangan positif kepada
balita, Ajak anak bermain yang dapat membuatnya gembira atau tertawa,tanggap
terhadap kebutuhan balita, dan lain- lain. Asuhan kebidanan pada balita
meliputi:
–
Melakukan
pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak
–
Penyuluhan
kesehatan kepada keluarga :Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita,
imunisasi, pencegahan kecelakaan, kesehatan gigi, peningkatan kesehatan pola
tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak
mengenal identitasnya sebagai laki-laki atau perempuan)
Menurut Joyce Engel (1999) Anak usia
prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun.Kebutuhan fisik-biologis
pada anak pra sekolah meliputi nutrisi, imunisasi, kebersihan, bermain,
aktivitas fisik, tidur.Kebutuhan psikologis anak pra sekolah meliputi Kasih
sayang orangtua, rasa aman, harga diri, dukungan/dorongan, mandiri, rasa
memiliki, kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman. Asuhan
kebidanan pada anak pra sekolah yaitu dengan mendeteksi tumbuh kembang pada
anak.
5.2
SARAN
Dengan ini diharapkan ibu
dapat mengetahui kebutuhan dasar pada
neonatus, balita dan anak pra sekolah untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan. Bidan harus dapat
memberikan asuhan yang sesuai pada masing-masing tahap perkembangan meliputi asuhan terhadap
kebutuhan dasar neonatus, balita dan anak pra sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
DepKes. 2005. Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta :
DepKes.RI
Saifuddin, abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal .
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jumiarni,
dkk 1995. Asuhan Perawatan
Perinatal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC) ( Ibrahim, Kristiana. 1984. Perawatan Kebidanan jilid II. Bandung : Bhratara )
(Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak III oleh Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Unifersitas Indonesia tahun 1985)
Mirriamstoppard, complete baby and child
care, 1995
Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery 3th edition. Jones and Bartlett. New York. Hal.
623-625
Linda V. Walsh. 2003. Midwifery Chapter 23. W. B. Saunders.
San Fransisco California. Hal. 330-335
Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku IV Asuhan Kebidanan pada Ibu Post
Partum. Hal. 30-37
Hidayat, Azis Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba MedikaHasni. (2012). asuhan kebidanan
neonatus, bayi dan balita “imunisasi” .<http://www.
asuhan-kebidanan-neonatus-bayi-dan.html> [
24 Septembar 2013]
Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Purnamasari, Dewi, 2011. Panduan Pijat Praktis Balita Anda agar
Cerdas dan Sehat. Yogyakarta: Pustaka Salomon
Putri, Alissa, 2009. Pijat dan Senam Untuk Bayi dan Balita
Panduan Praktis Memijat Bayi dan Balita. Yogyakarta: Brilliant Offset
Muaris.H.
(2006). Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Anggraini dan Sutomo. 2010. Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita.
Jakarta: Demedia
Komentar
Posting Komentar