UPAYA PENGENDALIAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGEPTY DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020.
UPAYA PENGENDALIAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGEPTY DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN
2020.
Oleh
DONA
NIM:1713451084
LAPORAN TUGAS AKHIR
POLITEKNIK KESEHATAN
TANJUNGKARANG
JURUSAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
TAHUN 2020
UPAYA PENGENDALIAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGEPTI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020
Laporan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Pendidikan pada Program Diploma III Sanitasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang
DISUSUN OLEH :
DONA
NIM 1713451084
LAPORAN TUGAS AKHIR
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D3 SANITASI
TAHUN 2020
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Tugas Akhir, April 2020
DONA
Upaya Pengendalian Jentik Nyamuk Aedes Aegepti Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rawat Inap Kemiling Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2020
RINGKASAN
Penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD)
disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegepti betina yang mengantung virus dangue.
Nyamuk ini telah tersebar luas diseluruh tanah air, baik dirumah-rumah maupun
ditempat-tempat umum. Pencegahan penyakit DBD dapat juga dilakukan dengan cara
mengupayakan jentik nyamuk dengan cara pengendalian fisika, kimia, biologi dan
pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk memutus mata rantai
perkembanganbiakan nyamuk dengan cara membasmi jentik nyamuk, sehingga
diharapkan tidak sampai menjadi nyamuk dewasa.
Tujuan Penelitian ini adalah menghitung angka
bebas jentik, mengetahui gambaran pelaksanaan 3M dan penggunaan abatesasi di
Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah
bersifat deskriptif, dengan jumlah sampel 97 rumah di Kelurahan Kemiling
Permai, penentuan sampel dengan menggunakan Random Sampling. Data yang telah
teerkumpul, kemudian di analisis dengan table dengan langkah Editing dan
Tabulating.
Hasil penelitian keberadaan jentik adalah
63,9%, menguras tempat penampungan air adalah 85,6%, yang telah melakukan
kegiatan menguras tempat penampungan air 1 minggu sekali adalah 67%, menutup
countainer air adalah 36,1% yang telah melakukan kegiatan tersebut, mengubur
barang-barang bekas hanya 39,2% dan yang
memiliki kebiasaan menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air. Dapat
disimpulkan bahwa masyarakat telah melakukan kegiatan 3M namun masih kurang,
sebaiknya Puskesmas Rawat Inap Kemiling melakukan sosialisasi pada masyarakat
untuk meelakukan kegiatan 3M yang baik dan benar
Kata Kunci : DBD, 3M,
Abatesasi
ENVIRONMENTAL HEALTH DEPARTEMEN
Scientific writings, April 2020
DONA
Efforts to control mosquito larvae aedes aegepti in the work area of
inpatient puskesmas in the surrounding districts of kemiling city of bandar
city in 2020
ABSTRACK
Dangue hemorrhagic fever (DBD) is caused by female
aedes aegepti mosquitoes that contain the dangue virus. This mosquito has
spread throughout the country, both at home and in public places. Prevention of
DBD can also be done by controling physics, community empowernment. This
activity aims to break the chain of mosquito breeding by eradicating mosquito
larvae, so that it is expected not to become an adult mosquito.
The purpose of this study was to calculate
larva free numbers, find out the description of the implementation of 3M and
the use of abatesastion in puskesmas inpatiens around the city of lampung. This
type of research is descriptive, with a sample using random sampling. That has
been colected, then analyzed with tanles with editing and tabulating steps.
The results of the larvae were 63,95% draining
the water reseevoir was 85,5% which had carried out the water reservoir once a
week was 67% closing the water countainer was 36,1% who had carried out the
activity, burying used goods only 39,2% an have a habit of sprinkling abate
powder in a water reservoir. It can be concluded that comunity to has carried
out 3M activites but it still lacking, it is batter for the puskesmas to
socialize the community to counduct 3M activites that are good and right
Keywords : DBD, 3M, Abatesasi
BIODATA PENULIS
Nama : DONA
NIM : 1713451084
Tempat/Tanggal Lahir ; Bandar Lampung, 04 Maret 1997
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Mahasiswa : Umum
Alamat :
Jl.h.komarudin gg.h.ismail No 46 Raja Basa
Riwayat Pendidikan
- TK (2002 – 2003) : TK Ismaria Al-qur’ania
- SD (2003 – 2009) : SD Negeri 1 Raja Basa
Raya
- SMP (2009 – 2012) : SMP Muhammadyah 3 Bandar Lampung
- SMA (2012 – 2015) : SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung
- D III (2017 – 2020) : Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Laporan Tugas Akhir
UPAYA
PENGENDALIAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGEPTY DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT INAP
KEMILING KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020
Penulis
Dona / NIM:
17.13451.084
Telah diperiksa dan disetujui
Tim Pembimbing Tugas Akhir Program Diploma III Politeknik
Kesehatan Tanjung Karang Jurusan KesehatanLingkungan
Bandar Lampung, April 2020
Tim Pembimbing
Pembimbing Utama
Imam
Santosa,SST,M.T
Pembimbing Pendamping
Bambang Murwanto,SKM.,M.Kes
Laporan Tugas Akhir
UPAYA PENGENDALIAN
JENTIK NYAMUK AEDES AEGEPTY DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING
KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020
Penulis
Dona / NIM:
17.13451.084
Diterima dan disahkan oleh Dewan
Penguji Program Diploma
III Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Jurusan Kesehatan Lingkungan, sebagai
persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma III.
Tim Penguji
Dr. Ferizal Masra, SKM., M.Kes
Ketua
Imam Santosa,SST,M.T
Anggota
Bambang Murwanto,SKM.,M.Kes
Anggota
Mengetahui
Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes TanjungKarang
Ahmad Fikri, ST.,M.Si
NIP. 197108061993031004
Yang bertanda tangan di bawah ini,saya:
Nama :Dona
NIM :1713451084
Jurusan : Kesehatan Lingkungan
Menyatakan
bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Tugas Akhir yang berjudul :
”Upaya Pengendalian Jentik Nyamuk
Aedes Aegepti Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling Kecamatan Kemiling
Kota Bandar Lampung Tahun 2020”
Apabila
suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat,maka saya akan
menerima sanksi yang telah di tetapkan
Demikian surat pernyataan saya buat
dengan sebenar-benarnya.
Bandar lampung, April 2020
DONA
MOTTO
Karena dari kesalahan lah kita bisa belajar untuk memperbaikinya
diri kita untuk menjadi lebih baik lagi
DONA
Persembahan
“ Seiring do’a yang
terus terlantunkan dan rasa syukur yang tiada henti atas karunia Allah SWT dan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW “
Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini Kepada :
v
Bapak mengajariku dalam
segala hal dan terimakasih atas limpahan kasih sayang yang kau berikan selama ini.
v
Ibu yang selalu memberikan nasihat, motivasi, dukungan dan semangat
dalam suka maupun duka, serta kasih sayang dan do’a yang tidak pernah berhenti
mendoakanku dalam lima waktu disetiap sujudnya.
.
Terimakash
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini yang berjudul “Upaya Pengendalian Jentik Nyamuk Aedes Aegepti
Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling Kecamatan Kemiling Kota Bandar
Lampung Tahun 2020 ”.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes. selaku
Direktur Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
2.
Bapak Ahmad Fikri, ST,. M.Si ketua jurusan Kesehatan Lingkungan.
3.
Bapak Wibowo Ady Sapta, ST.,M. Kes selaku Ketua Prodi D III Kesehatan Lingkungan.
4.
Bapak Imam Santosa,SST,M.T selaku Pembimbing
utama Tugas Akhir ini yang mengarahkan
dan memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.
5.
Bapak Bambang Murwanto,SKM.,M.Kes selaku Pembimbing pendamping yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan
Tugas Akhir ini.
6.
Bapak Dr. Ferizal Masra, SKM., M.Kesselaku penguji yang
telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam Tugas Akhir ini.
7.
Ibu dan bapakku yang selalu memberikan doa dan
dukungan selama penyusunan Tugas Akhir.
8.
Bapak/Ibu
petugas Puskesmas Rawat Inap Kemiling yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini
9.
Rekan – rekan dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Tugas
Akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan di masa yang akan datang. Namun demikian, kami berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung, April 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
COVER i
RINGKASAN ii
BIODATA iii
LAMBAR PERNYATAAN iv
LEMBAR PERSETUJUAN v
LEMBAR PENGESAHAN vi
MOTTO vii
PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Masalah 3
C.
Tujuan Penelitian 3
D.
Manfaat Penelitian 4
E.
Ruang Lingkup 4
BAB Ill TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Demam Berdarah Dangue 5
B. Upaya Pengendalian Vektor 14
C. Pemberantasan Sarang Nyamuk (DBD) 19
D. Pemeriksaan Jentik Nyamuk Aedes Aegepty 25
E.
Kerangka Teori 28
F.
Kerangka Konsep 28
G. Definisi Operasional 30
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jeniis Penelitian 31
B.
Lokasi dan Waktu
Penelitian 31
C.
Populasi dan Sampel 31
D.
Pengumpulan Data 32
E.
Pengelolaan dan Analisa Data 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum 34
B.
Hasil Penelitin 36
C.
Pembahasan 43
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan 52
B.
Saran 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor tabel Halaman
Tabel 2.1 Definisi Operasional 30
Tabel 4.1
Disribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis
Kelamin 36
Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling
Tabel 4.2 Hubungan
menguras tempat penampungan air 37
dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) Di Kelurahan
Kemiling
Permai Kecamatan Kemiling
Kota
Bandar Lampung Tahun 2020
Tabel 4.3 Hubungan Frekuensi tempat penampungan air 38
dengan Angka Bebas Jentik (ABJ)
Di Kelurahan
Kemiling Permai Kecamatan
Kemiling
Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Tabel
4.4 Hubungan
menutup tempat penampungan air 39
dengan
Angka Bebas Jentik (ABJ) Di Kelurahan
Kemiling
Permai Kecamatan Kemiling Kota Bandar
Lampung
Tahun 2020
Tabel 4.5 Hubungan
Mengubur Barang-barang Bekas dengan 40
Angka Bebas Jentik (ABJ) Di
Kelurahan Kemiling
Permai Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung
Tahun 2020
Tabel
4.6 Hubungan
Tempat Barang-barang Bekas dengan 41
Angka
Bebas Jentik (ABJ) Di Kelurahan Kemiling
Permai
Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung
Tahun 2020
Tabel
4.7 Hubungan penggunaan abate
dengan Angka Bebas 42
Jentik (ABJ) Di
Kelurahan Kemiling Permai Kecamatan
Kemiling Kota Bandar
Lampung Tahun 2020
DAFTAR GAMBAR
Nomer Gambar
Halaman
Gambar 1 Siklus
Hidup Nyamuk Aedes Aegepty 9
Gambar 2 Ciri-ciri
Jentik Nyamuk 12
Gambar 3 Kerangka
Teori 30
Gambar 4 Kerangka
Konsep 30
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 |
Quisioner
Pengumpulan Data |
|
|
|
|
LAMPIRAN 2 |
Distribusi data umum
hasil quisioner penelitian upaya pengendalian jentik nyamuk aedes aegepti di
kelurahanh kemiling permai kota Bandar Lampung tahun 2020 |
|
|
|
|
LAMPIRAN 3 |
Distribusi hasil
quisioner penelitian upaya pengendalian jentik nyamuk aedes aegepti di kelurahan
kemiling permai kota Bandar Lampung Tahun 2020 |
|
|
|
|
LAMPIRAN 4 |
Distribusi hasil
ceklis penelitian upaya pengendalian jentik nyamuk aedes aegepti di kelurahan
kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2020 |
|
|
|
|
LAMPIRAN 5 |
Surat izin
penelitian dari kampus |
|
|
|
|
Lampiran 6 |
Surat izin
penelitian dari kesbangpol provinsi |
|
|
|
|
LAMPIRAN 7 |
Surat izin
penelitian dari kesbangpol kota |
|
|
|
|
LAMPIRAN 8 |
Surat Izin
penelitian dari Dinas kesehatan kota |
|
|
|
|
LAMPIRAN 9 |
Lampiran Gambar |
|
|
|
|
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue
(DBD) yang paling efesien dan efektif adalah dengan memutus rantai penularan
melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaannya dimasyarakat dilakukan melalui
upaya pemberantsan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam bentuk
kegiatan 3M plus. Keberhasilan kegiatan
PSN DBD antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ
lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi
(kemenkes RI, Ditjen P2PL,2011)
Salah satu upaya dari
pengendalian jentik nyamuk aedes aegepty adalah dengan cara melakukan 3M plus
yaitu segala bentuk pencegahan dari gigitan nyamuk dengan cara: 1.Menguras
yaitu membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti
bak mandi, ember air, penampungan air minum. 2.Menutup yaitu menutup
rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi, dan tower air.
3.Mengubur yaitu mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi
seperti kaleng bekas, dan botol bekas. (Permenkes no 82 tahun 2014, tentang
penanggulangan penyakit menular)
Di provinsi Lampung,
DBD masih merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB), sehingga saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
dimasyrakat dan memerlukan perhatian yang terus-menerus (diwaspadai) baik oleh
petugas kesehatan maupun oleh masyarakat itu serta keterlibatan pihak swasta.
Pada tahun 2018 jumlah
penderita DBD di Bandar Lampung sebanyak 1045 kasus dimana yang meninggal dunia
sebanyak 1 orang. Kasusu tertinggi terjadi dikecamatan tanjung seneng dengan
jumlah kasus 138 dengan jumlah ABJ 84,75%, tertinggi kedua terjadi dikecamatan
kemiling tepatnya di Puskesmas Rawat Inap Kemiling dengan jumlah kasus sebanyak
90 dengan jumlah ABJ 86,6% dan yang tertinngi ketiga yaitu terjadi dikecamatan
Way Halim dengan jumlah kasus 89 dengan ABJ 83,3%.(Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung,2019).
Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling merupakan salah satu wilayah Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang endemis terjadinya penyakit DBD. Sebagaimana ditunjukan dalam kurun waktu tahun 2019 Puskesmas Rawat Inap Kemiling menjadi daerah tertinggi kedua terjadinya penyakit DBD di Kota Bandar Lampung dengan jumlah kasus
90. (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
2019). Kejadian ini timbul karena Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah kerja puskesmas masih dibawah 95% dan masih ditemukan nyamuk dewasa.
Dari uraian diatas diketahui ABJ di Puskesmas Rawat
Inap Kemiling pada tahun 2019 sebesar 86% dibawah target ABJ yaitu <95%
sehingga diperlukan upaya yang menyeluruh dan dapat digunakan dalam Upaya
Pengendalian Nyamuk Aedes Aegypti. Program pokok pengendalian vektor yang telah
dilakukan oleh Puskesmas Rawat Inap Kemiling yaitu dengan mengikuti program
pokok yang telah ditentukan oleh pemerintah diantaranya:
1. PJB
(Pemeriksaan Jentik Berkala) dikelurahan endemis dilakukan per triwulan.
2. Abatesasi
masal (kelurahan dan sekolah) dilakukan setahun sekali
Oleh
karena itu penulis ingin menindak lanjuti program yang ada di Puskesmas Penengahan
dengan melakukan “ Upaya Pengendalian Jentik Nyamuk Aedes Aegepty di Puskesmas
Rawat Inap Kemiling Kecamatan Kemiling
Kota Bandar Lampung Tahun 2020.
B. Rumusan Masalah
Rendahnya Angka Bebas Jentik ( ABJ)
di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling yaitu <95% sebesar 86% dengan jumlah kasus 90, dan upaya pengendalian yang dilakukan belum
menyeluruh, maka penulis akan merumuskan “Upaya Pengendalian Jentik Nyamuk Aedes
Aegepti di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung
Tahun 2020 ”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
umum
Untuk
Mengetahui Gambaran Upaya Pengendalian Jentik Nyamuk Aedes Aegepti di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Kecamatan Kemiling
Kota Bandar Lampung Tahun 2020.
2. Tujuan
Khusus
a.
Menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ) di
rumah masyarakat kelurahan Kemiling Permai Kota Bandar Lampung Tahun 2020.
b.
Mengetahui gambaran pelaksanaan 3M pada tempat
penampungan air dikelurahan Kemiling Permai Kota Bandar Lampung Tahun 2020.
c.
Mengetahui Gambaran pelaksanaan
Abatesasi di rumah masyarakat kelurahan Kemiling Permai Kota Bandar Lampung
Tahun 2020.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi
penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama bangku
kuliah
2. Bagi
pihak Puskesmas sebagai bahan pertimbangan Upaya Pengendalian Jentik Nyamuk
3. Bagi
institusi pendidikan dapat menjadi tambahan informasi yang baru sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
Lingkup ini dibatasi pada menghitung angka bebas jentik (ABJ) jentik nyamuk
aedes aegepti, 3M dan Abatesasi pada rumah tangga di kelurahan Kemiling Permai
di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling Kota Bandar Lampung tahun 2020.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Penyakit
Demam Beradarah Dengue
1.
Pengertian
Penyakit DBD
Penyakit
demam berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepti,
yang ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemas
atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda pendarahan dikulit
berupa bintik pendarahan (petechiae), lebam (ichymosis) atau ruam (purpura).
Kadang- kadang mimisan berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau
renjatan (shock). (Kementrian Kesehatan RI Ditjen P2PL:2011)
Penyakit
DBD mulai dikenal di Indonesia sejak Tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta,
setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya
daerah endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan dampak buruk
sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial antara lain karna menimbulka kepanikan
dalam keluarga, kematian keluarga dan berkurangan usia harapan penduduk.
2. Tahapan
Dalam Proses Perencanaan Penyakit DBD
Tahapan dalam proses perencanaan penyakit DBD adalah :
a.
Menentukan
daerah masalah DBD
Untuk menentukan
daerah dengan masalah DBD diperlukan adanya kajian epidemiologi.
Langkah-langkah menentukan kajian yaitu sebagai berikut :
1.
Data kasus
a)
Data DBD
klinis perdesa
b)
Data
positif DBD perdesa/parasite rate (PR)
c)
Data hasil
survey dasar
d)
Data
kematian karena DBD
e)
Pernah
terjadi kejadian luar biasa (KLB)
2.
Data
vector
a)
Jenis
vector atau suspected vector
b)
Tempat
perindukan vector dan jenisnya
Dari data tersebut diformulasikan sebagai
berikut :
1.
Data kasus
dibuat klinis DBD
2.
Data dari
vector dibuat :
a)
Vector
yang berpengaruh disuatu desa
b)
Tempat
perindukan potensial
b.
Menentukan
jenis kegiatan yang akan di tentukan
Kegiatan yang
akan di lakukan yaitu survey jentik.
1.
Langkah-langkah
pelaksanaan survey :
a)
Setelah menemukan/menerima
laporan adanya penderita DBD, petugas Puskesmas atau koordinator DBD segera
mencatat dalam buku catatan harian
b)
Menyiapkan
peralatan survey seperti tensimeter, senter, formulir PE, dan surat tugas.
c)
Memberitahukan
kepada Lurah/Kades dan ketua RT/RW setempat bahwa wilayahnya ada
tersangka/penderita DBD dan akan dilaksanakan PE
c.
Perencanaan
dan penganggaran program kesehatan terpadu (P2KT)
P2KT pada
dasarnya adalah operasionalisasi dari desentralisasi perencanaan dan
penganggaran program-program kesehatan kepada Dati II.
3. Vector
Demam Berdarah Dengue
Aedes
Aegypti tergolong sebagai arthopoda atau hewan yang tidak bertulang belakang
dan merupakan salah satu phylum yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas-ruas.
1)
Klasifikasi
Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes
Aegypti memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Regnum : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Subfamilia : Culicinae
Genus : Aedes (Stegomyia)
Species : Aedes Aegypti
2)
Siklus
hidup Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes
Aegypti yang menyebabkan demam berdarah dengue adalah yang berjenis kelamin betina. Nyamuk betina membutuhkan “protein”
yang terdapat dalam darah manusia untuk mematangkan telurnya atau untuk dibuahi
oleh sperma nyamuk jantannya. Sementara itu, nyamuk jantan akan segera mati
setelah melakukan perkawinan. Rata-rata usia nyamuk jantan 6-7 hari, sedangkan
usia nyamuk betina rata-rata 10 hari, bahkan dapat mencapai 3 bulan, bergantung
pada suhu dan kelembapan udara di habitatnya.
Siklus
hidup nyamuk Aedes Aegypti terdiri atas telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa.
Telur nyamuk Aedes Aegypti biasa di jumpai di air jernih dan terlindung dari
cahaya. Telur itu berbentuk oval berwarna abu-abu atau hitam dengan ukuran ±
0,80 mm yang diletakkan satu persatu seperti sarang lebah. Telur itu biasanya
berada di bawah permukaan air dalam jarak 2,5 cm dari dinding tempat
perindukan. Tempat air yang tertutup lebih di sukai oleh nyamuk betina untuk
bertelur daripada tempat air yang terbuka.
Telur
nyamuk Aedes Aegypti dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2˚c sampai 42˚c.
jika kelembaban lingkungan terlampau rendah, telur dapat menetas dalam waktu
2-4 hari menjadi jentik-jentik. Jika berada di tempat yang kering, telur dapat
terus bertahan hingga 6 bulan. Embrio dalam telur tersebut berada dalam keadaan
tidur dan tidak akan menetas menjadi jentik-jentik. Jika telur tersebut
terendam air, akan menetas menjadi jentik (larva). Larva yang berada di dalam
air dapat berusia antara 4-10 hari bergantung pada temperature dan persediaan
jasad renik sebagai makanannya. Perkembangan larva terdiri atas empat tahapan
yang disebut instar. Perkembangan instar ke-1 hingga instar ke-4 membutuhkan
waktu sekitar 6 hari. Larva mempertahankan hidupnya dan berkembang hingga
menjadi pupa.
Pada tahap
pupa ini tidak dibutuhkan makanan jasad renik atau mikroorganisne lagi. Kulit
pupa akan menghitam sejalan dengan perkembangan nyamuk baru di dalamnya.
Setelah 10-14 hari, kulit pupa akan membelah dan perlahan-lahan akan muncul
nyamuk generasi baru. (Ariani,2016)
Gambar.1
Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypty
3)
Perbedaan
ciri antara jentik nyamuk aedes aegypti, culex dan anopheles
1.
Aedes
aegepty
Pada fase
telur nyamuk Aedes aegepty memiliki ciri- ciri yaitu telur nyamuk Aedes
aegepty berwarna hitam dengan ukuran + 0,80 mm. Telur ini di tempat yang
kering dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas menjadi jentik dalam
waktu + 2 hari setelah terendam air. Pada fase jentik memiliki ciri- ciri yaitu
jentik kecil yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjangnya 0– 1
cm. Jentik nyamuk Aedes aegeptyi selalu bergerak aktif dalam air.
Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas
kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada
waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air (bergantung
dengan memberntuk posisi vertikal dengan permukaan air). Biasanya berada di
sekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan
berkembang/ berubah menjadi kepompong. Jentik nyamuk Aedes aegepty banyak
ditemukan di penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, ban bekas,
kaleng bekas dan lain-lain.
Pada fase
kepompong atau pupa memiliki ciri- ciri yaitu Bentuk seperti koma, gerakannya
lamban, sering berada dipermukaan air. Setelah 1 – 2 hari akan menjadi nyamuk
baru.
2.
Anopheles
Sebelum
memasuki fase jentik, dimulai dengan fase telur. Pada fase telur, telur
berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf
dan mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebuah lateral sehingga
telur dapat mengapung di permukaan air. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh
nyamuk betina Anopheles bervariasi, biasanya antara 100-150 butir. Pada
fase jentik saat istirahat, posisinya mengapung sejajar dengan permukaan air.
Pada fase larva
larva Anopheles bersifat akuatik
yakni mempunyai habitat hidup di air. Stadium larva Anopheles yang di
tempat perindukan tampak mengapung sejajar dengan permukaan air dan spirakelnya
selalu kontak dengan udara luar. Sekali- sekali larva Anopheles mengadakan
gerakan-gerakan turun ke dalam/bawah untuk menghindari predator/musuh alaminya
atau karena adanya rangsangan di permukaan seperti gerakan-gerakan dan
lain-lain. Perkembangan hidup larva nyamuk memerlukan kondisi lingkungan yang
mengandung makanan antara lain mikroorganisme terutama bakteri, ragi dan
protozoa yang cukup kecil sehingga dapat dengan mudah masuk mulutnya.
3.
Culex
Sebelum
memasuki fase jentik (larva), telur nyamuk culex berbentuk lonjong
menyerupai peluru senapan, beropekulum tersusun seperti bentuk rakit saling
melekat satu sama lain, telur biasanya diletakkan di permukaan air. Pada fase
jentik saat istirahat, posisinya bergantung membentuk sudut lancip. Pada
stadium larva nyamuk Culex memiliki bentuk siphon langsing dan kecil
yang terdapat pada abdomen terakhir dengan rambut siphon yang berkelompok-
kelompok. Jentik nyamuk culex membentuk sudut di tumbuhan air (
menggantung). Pada stadium pupa, air tube berbentuk seperti tabung dengan pasa
paddle tidak berduri.
Gambar.2
Ciri-ciri Jentik Nyamuk
4.
Mekanisme Penularan Penyakit
Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus
Dengue merupakan sumber penular Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus Dengue
berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. (Departemen
Kesehatan RI, 2007)
Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus
dalam darah akan ikut terisap masuk ke dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus
akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk
di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira l(satu) minggu setelah mengisap darah
penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa
inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk
sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah
mengisap virus Dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan
ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap
darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis], agar
darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus Dengue
dipindahkan dari nyamuk ke manusia. (Ariani,2016)
5.
Tempat porensial penularan DBD
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang
terdapat nyamuk penuiarannya. Berdasarkan teori infeksi sekunder, seseorang
dapat terserang jika mendapat infeksi ulangan dengan virus dengue tipe yang
berlainan dengan infeksi sebelumnya, misalnya infeksi pertama dengan virus
dengue-2. Infeksi dengan satu tipe virus dengue saja, paling berat hanya akan
menimbulkan demam dengue (DD).
Oleh
karena itu tempat yang potensial untuk menjadi penularan DBD adalah:
a.
Wilayah
yang banyak kasus DBD (endemis).
b.
Tempat-tempat
umum merupakan tempat 'berkumpulnya' orang-orang yang dari berbagai wilayah, sehingga
kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar. (Ariani,2016)
B.
Upaya Pengendalian Vektor
Untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian DBD serendah-rendahnya program penyakit
DBD dapat dilakukan dengan melakukan beberapa upaya diantaranya pengendalian
vector utama penyebab penyakit DBD yaitu nyamuk Aedes Aegypti yang meliputi :
pengendalian Jentik Nyamuk secara Fisika, Kimia, dan Biologi.
- Pengendalian
Secara Fisika
Pengendalian
jentik nyamuk secara fisika meliputi pengendalian telur, larva dan pupa yaitu
dengan cara mengeringkan rawa, menimbun air yang tergenang, membuat air selokan
mengalir dengan lancar. Sedangkan pengawasan dan pengendalian nyamuk dewasa
yaitu dengan cara memasang kasa, mempergunakan kelambu atau memukul dengan alat
pemukul.
(Ariani,2016)
- Pengendalian
Secara Kimia
Bahan
kimia telah digunakan untuk mengendalikan Ae. Aegypti insektisida
organofosfat, termasuk fenthion, malathion, fenithrotion, dan temepos,
digunakan untuk pengendalian Ae. aegypti.
Pemberantasan
nyamuk penular tersebut dapat dilaksanakan dengan cara :
a.
Menggunakan
insektisida
Metode terbaru untuk penetalaksanaan insektisida
mencakup:
1) Pengobatan perifokal
Pengobatan
perifokal mencakup penggunaan penyemprot tangan atau dengan listrik untuk
menyebarkan bubuk atau bentuk konsentrat emulsi insektisida sebagai semprotan
pada habitat larva dan area perifer. Tindakan ini akan merusak keberadaan dan
kelanjutan serangan larva dalam wadah air bukan untuk minum, serta membunuh
nyamuk dewasa yang sering ada di tempat ini. Metode ini dapat digunakan untuk
mengatasi wadah yang disukai oleh Ae. aegypti, baik yang menyimpan
air atau tidak.
Dinding
dalam dan luar dari wadah disemprot sampai tertutup oleh lapisan insektisida;
penyemprotan juga diperluas sampai menutupi semua dinding jarak 60 cm dari
wadah. Permukaan air yang dapat diminum dalam wadah juga ditangani demikian.
Insektisida yang akhir – akhir ini digunakan dalam tindakan perifokal
adalah malathion , fenitrothion , fenthion ,
dan beberapa pirethroid.
2) Penyemprotan ruangan
Penyemprotan ruangan adalah penyebaran droplet
mikroskopik insektisida di udara untuk membunuh nyamuk dewasa dan digunakan
pada situasi darurat bila perjangkitan demam dengue telah berkembang.
Dua bentuk
penyemprotan ruangan yang secara umum digunakan adalah sebagi berikut:
a) Foging termal
Foging termal dihasilkan dengan alat dimana
insektisida, biasanya dicampur dalam minyak dengan titik nyala tinggi,
disebarkan dengan diinjeksikan ke dalam aliran gas panas kecepatan tinggi. Bila
dibuang ke atmosfer, minyak yang membawa pestisida pekat dalam bentuk asap.
Malathion, fenithrothion, fenthion, dan beberapa pirethroid digunakan dalam
operasi pengasapan termal.
b) Aerosol volume rendah – ultra (ULV) (foging dingin)
dan embun,
Aerosol ULV dan embun mencakup pemakaian kuantitas
kecil konsentrat insektisida cair. Pemakaian konsentrat insektisida kurang dari
4,6 liter per ha biasanya dianggap menjadi pemakaian ULV. Aerosol dan embun
dapat digunakan mengguanakan mesin portabel, mobil yang dilengkapi dengan
generator, helikopter, atau pesawat dengan sayap kaku
3) Abate
Abate yaitu insektisida yang dapat membunuh jentik.
Abate akan menempel di dinding wadah air dan bertahan 2-3 bulan. Abate
merupakan senyawa fosfat organik yang mengandung gugus phosphorothioate.
Bersifat stabil padapH 8, sehingga tidak mudah larut dalam air dan tidak mudah
terhidrolisa. Gugus phosphorothioate (P=S) dalam tubuh binatang
diubah menjadi fosfat (P=O) yang lebih potensial sebagai anti cholinesterase.
Kerja antichlinesterase adalah menghambat enzim cholinesterase baik
pada vertebrata maupun invertebrata sehingga menimbulkan gangguan pada
aktivitas syaraf karena tertimbunnya acetylcholin pada ujung syaraf tersebut.
Hal inilah yang mengakibatkan kematian.
Abate murni berbentuk kristal putihdengan titik lebur
300– 30,50 C. Mudah terdegradasi
bila terkena sinar matahari, sehingga kemampuanmembunuh larva nyamuk tergantung
dari degradasi tersebut.
Komposisi
takaran penggunaan abate adalah sebagai berikut: Untuk 10 liter air cukup
dengan 1 gram serbuk abate. Bila memerlukan abate kurang dari 10 gram, maka :
a) Ambil 1 sendok makan abate dan tuangkan pada selembar
kertas
b) Lalu bagilah abate menjadi 2, 3, atau 4 bagian sesuai
dengan takaran yang dibutuhkan. Setelah dibubuhkan abate maka :
c) Selama 3 bulan bubuk abate dalam air tersebut
mampu membunuh jentik aedes aegypti
d) Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut
dibersihkan atau diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding
tempat penampungan aiar tersebut.
e) Air yang telah dibubuhi abate dengan takaran yang
benar, tidak membahayakan dan tetap aman bila air tersebut
diminum.
3. Pengendalian
Secara Biologi
Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organisme
pemangsa, parasit, yang bersaing dengan cara penurunan jumlah Ae.
aegypti ialah dengan menggunakan Ikan pemangsa larva organisme yang
paling sering digunakan. Keuntungan dari tindakan pengendalian secara biologis
mencangkup tidak adanya kontaminasi kimiawi terhadap lingkungan, kekhususan
terhadap organisme target dan penyebaran mandiri dari beberapa preparat ke
tempat-tempat yang tidak dapat ditangani dengan mudah oleh cara lain.
Kerugian dari tindakan pengendalian biologis mencakup
mahalnya pemeliharaan organisme, kesulitan dalam penerapan dan produksinya
serta keterbatasan penggunaannya pada tempat-tempat yang mengandung air dimana
-suhu, pH dan polusi organik dapat melebihi kebutuhan agen juga fakta bahwa
pengendalian biologis ini hanya efektif tergadap tahap imatur dari nyamuk
vektor.( WHO, 2002)
Pengendalian
secara biologi juga dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan tanaman yang dapat
digunakan untuk menghalau nyamuk, misalnya:
1. Membuat ekstrak daun/biji:
a. Mimba: dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim
panas yang kurang subur, berpasir bahkan berbatu. Kandungan mimba (terutama
biji) adalah azaditachtin yang langsung dapat mematikan nyamuk serta dapat
menghambat pertumbuhan nyamuk, mengganggu proses perkawinan, mencegah nyamuk
meletakkan telur dan mencegah telur nyamuk menetas.
b. Daun sirih: daun ini mengandung alkaloid sebagai
pembasmi jentik nyamuk
C. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
1.
Pengertian
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penularan DBD (Aedes
aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya (Departemen Kesehatan
RI.2005)
Mengingat obat dan vaksin pencegahan penyakit DBD
hingga saat ini belum tersedia, maka upaya pemberantasan penyakit DBD
dititikberatkan pada pemberantasan nyamuk penularnya yaitu Aedes aegypti. Pemberantasan
nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida. Namun selama
jentiknya masih dibiarkan hidup, maka akan timbul lagi nyamuk yang baru yang
selanjutnya dapat menularkan penyakit ini kembali. Atas dasar ini maka dalam
pemberantasan penyakit DBD ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik
nyamuk penularannya di tempat-tempat perindukannya dengan melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dilakukan secara teratur oleh keluarga
di rumah dan lingkungannya masing-masing maka, penyakitn ini akan dapat
diberantas.
Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan
efektif adalah dengan memutus rantai penularan melalui pemberantasan jentik.
Pelaksanaannya di masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam bentuk kegiatan 3 M plus dan
penyuluhan. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus dan
penyuluhan ini harus dilakukan secara luas/serempak dan terus berkesinambungan.
Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang sangat beragam sering menghambat
suksesnya gerakan ini. Untuk itu sosialisasi kepada masyarakat/ individu untuk
melakukan kegiatan ini secara rutin serta penguatan peran tokoh masyarakat
untuk mau secara terus menerus menggerakkan masyarakat harus dilakukan melalui
kegiatan promosi kesehatan, penyuluhan di media masa, serta reward bagi
yang berhasil melaksanakannya. (Ariani,2016)
2.
Tujuan
PSN
Tujuan dari kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) adalah mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti
sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah dan dikurangi (Departemen
Kesehatan RI, 2005)
3.
Sasaran
PSN
Sasaran kegiatan pemberantasan sarang nyamuk DBD yaitu
semua tempat perkembangbiakan nyamuk penularan DBD, seperti:
a.
Tempat
Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari.
b.
Tempat
penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA).
c.
Tempat
penampungan air alamiah ( botol aqua, pecahan gelas, ban bekas, dll) lubang
pohon/tiang pagar/pe)epah pisang, tempat minum burung, alas pot, dispenser,
tempat penampungan air di bawah kulkas, dibelakang kulkas dsb (Departemen
Kesehatan, 2007)
4.
Ukuran
Keberhasilan PSN
Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur
dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95%
diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. (Departemen Kesehatan,2005).
5.
Cara
PSN DBD
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD dilaksanakan oleh
masyarakat di rumah dan Tempat umum dengan melakukan cara '3M-Plus' dan
penyuluhan.
3M
yang dimaksud yaitu:
1)
Menguras
dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dan
lain-lain seminggu sekali (Ml)
2)
Menutup
rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain
(M2)
3)
Mengubur atau
menyingkirkan barang-barang bekas
yang dapat menampung air hujan
(M3).
Selain
itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti:
1)
Mengganti
air vas hunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis
seminggu sekali.
2)
Memperbaiki
saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
3)
Menutup
lubang-Iubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah, dan
iain-lain)
4)
Memelihara ikan
pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan
air
5)
Memasang
kawat kasa
6)
Menghindari
kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
7)
Mengupayakan
pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
8)
Menggunakan
kelambu
9)
Memakai
obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk. (Departemen Kesehatan RI, 2005)
Penyuluhan yang dimaksud yaitu :
a.
Penyuluhan
dilakukan agar masyarakat berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.
b.
Penyuluhan
dilaksanakan :
1)
Oleh
petugas / pejabat kesehatan dan sektor lain serta warga masyarakat yang
mempunyai pengetahuan tentang penyakit demam berdarah dengue pada berbagai
kesempatan.
2)
Melalui
beberapa jalur informasi dan komunikasi kepada masyarakat.
3)
Secara
intensif sebelum musim penularan penyakit demam berdarah dengue terutama di
daerah rawan.
c.
Peran
petugas / pejabat kesehatan dan sektor lain serta masyarakat dalam penyuluhan
sebagai berikut :
1)
Keluarga
mengikuti / menghadiri kegiatan penyuluhan.
2)
Kader
jumantik / tenaga pemeriksa jentik lain melakukan penyuluhan kepasa keluarga
pada waktu kunjungan rumah.
3)
Petugas
kesehatan melakukan penyuluhan kepada penderita / tersangka dan keluarganya
pada waktu melakukan pemeriksaan atau perawatan dan kunjungan rumah, serta pada
berbagai pertemuan kelompok masyarakat dan pertemuan dinas.
4)
Juru
penerangan ( Jupen ) melakukan penyuluhan pada berbagai kesempatan dalam
tugasnya memberikan penerangan kepada masyarakat.
5)
Guru
melakukan penyuluhan kepada murid melalui pelajaran intra maupun
ekstrakulikuler.
6)
Warga
masyarakat, ketua RT/RW, Kepala Dusun, dan Toko Masyarakat formal maupun
informasi seperti Guru, Ulama, Pengurus LKMD, PKK atau organisasi
kemasyarakatan lainnya seperti Pramuka, Organisasi Profesi dan Lembaga Swadaya
Masyarakat yang mempunyai pengetahuan tentang penyakit demam berdarah dengue
dapat melakukan penyuluhan pada berbagai kesempatan pertemuan.
7)
pejabat
/ petugas yang terkait dalam penyampaian informasi kepada masyarakat memberikan
fasilitasi bagi terselenggaranya penyuluhan kepada masyarakat
Dapat
disimpulkan bahwa untuk menberantas penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) perlu
kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat. Dengan melakukan upaya
membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya dengan melakukan upaya
3M plus dan penyuluhan.
6.
Pelaksanaan
PSN DBD
Pemberantasan sarang nyamuk DBD dilaksanakan pada
teinpat yang dianggap menjadi perkembangbiakan nyamuk, yaitu :
a.
Di
rumah
Dilaksanakan
oleh anggota keluarga.
b.
Tempat
tempat umum
Dilaksanakan
oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat tempat
umum, seperti:
1)
Kantor
oleh petugas kebersihan kantor
2)
Sekolah
oleh petugas kebersihan sekolah.
3)
Pasar
oleh petugas kebersihan pasar.
4)
Dan
lain-lain. (Departemen Kesehatan RI, 2005)
Upaya pemberantasan DBD
hanya dapat berhasil apabila seluruh masyarakat berperan secara aktif dalam PSN
DBD. Gerakan PSN DBD merupakan bagian yang paling penting dari keseluruhan
upaya pemberantasan DBD oleh keluarga/masyarakat.
Bentuk pelaksanaan kegiatan
PSN DBD disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing daerah (local
specific}. Pembinaan peran serta masyarakat dalam PSN DBD antara lain dapat
dikoordinasikan oleh POKJA DBD Kelurahan/Desa dan POKJANAL DBD Kecamatan,
Kabupaten/Kota dan Propinsi. (Departemen Kesehatan RI, 2005)
D. Pemeriksaan Jentik Nyamuk AedesAegypti
- Pengertian
Pemeriksaan jentik dilakukan pada tempat-tempat
perkembangbiakan jentik seperti tempat-tempat penampungan air berupa genangan
air yang tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau
tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk
ini biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung
berhubungan dengan tanah. (Departemen Kesehatan,2007)
- Tujuan
Pemeriksaan Jentik
Tujuan dari pemeriksaan jentik Aedes aegypti adalah
melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penularan demam berdarah dengue termasuk
memotivasi keluarga/masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD. Dengan melakukan
kunjungan disertai penyuluhan yang diharapkan masyarakat dapat melaksanakan PSN
DBD secara teratur dan terus menerus. (Departemen Kesehatan,2005)
- Pelaksanaan
Pemeriksaan Jentik
Pemeriksaan jentik Aedes aegypti dilakukan oleh
Kader, PKK, Jumantik (Juru Pemantau Jentik) atau tenaga pemeriksa jentik
lainnya. Dengan rangkaian kegiatan, sebagai berikut:
a.
Pemeriksaan
Jentik Aedes aegypti dilaksanakan dengan mengunjungi rumah dan
tempat-tempat umum untuk memeriksa tempat penampungan air (TPA), non-TPA dan
tempat penampungan air alamiah di dalam dan diluar rumah/bangunan serta
memberikan penyuluhan tentang PSN DBD kepada keluarga/ masyarakat.
b.
Jika
ditemukan jentik, anggota keluarga atau
pengelola tempat-tempat umum diminta untuk ikut melihat/menyaksikan,
kemudian lanjutkan
dengan
PSNDBD.
c.
Memberikan
penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluarga dan pengelola/petugas kebersihan
tempat-tempat umum.
d.
Mencatat
hasil pemeriksaan jentik pada kartu jentik rumah/ bangunan yang ditinggalkan di
rumah/bangunan dan pada FORMULIR JPJ-1
untuk pelaporan ke puskesmas
ke puskesmas dan
yang terkait lainnya.
(Departemen Kesehatan RI,
2005)
- Cara
Pemeriksaan Jentik
Pemeriksaan
jentik (survef jentik) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Semua
tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya
jentik.
b.
Untuk
memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti; bak mandi,
tempayan, drum dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan
(penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira Vz -1
menit untuk memastikan bahwa benar jentik tidak ada.
c.
Untuk
memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga/pot
tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke
tempat lain.
d.
Untuk
memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya
digunakan senter. (Departemen Kesehatan RI, 2007)
Pemeriksaan
Jentik dapat dilakukan dengan metode survei jentik:
a.
Visual
Cara
ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat
genangan air tanpa mengambil jentiknya. Biasanya dalam program DBD mengunakan
cara visual.
- Ukuran Pemeriksaan Jentik
Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan
jentik Aedes aegypti:
a.
House
Index (HI) adalah presentase rumah yang positif jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa
Hose Index (HI) diukur berdasarkan pengamatan
terhadap rumah yang ditemukan jentik, (Depkes RI,2004)
b.
Container Index (CI) adalah
presentasi container yang positif jentik dari seluruh yang diperiksa
c.
Angka Bebas Jentik (ABJ)
adalah persentasi rumah-rumah yang tidak ditemukan jentik.
E. Kerangka Teori
Berdasarkan
uraian tinjauan pustaka diatas maka dapat dilihat pada kerangka sebagai berikut :
Imunitas Penjamu
Upaya Pengendalian -
Pemberantasan Sarang Nyamuk -
Abatesasi Faktor yang mempengaruhi penyakit
Demam Berdarah Dangue (DBD) Transmisi Virus Kepadatan Nyamuk Virulensi Virus
Geografis
Sumber(Dr.widoyono,MPH,2011)
E. Kerangka
Konsep
Kepadatan Nyamuk Di Kelurahan
Kemiling Permai Pemantauan Jentik (ABJ)
PSN
( Pemberantasan Sarang Nyamuk) / 3M Abatesasi
F.
Definisi
Operasional
No |
Variabel |
Definisi Dperasional |
Cara pengumpulan data |
Alat ukur |
Hasil ukur |
Skala |
|
1. |
Pemantauan
Jentik (ABJ) |
ABJ (Angka
Bebas Jentik) yaitu program kerja
rutin yang dilaksanakan oleh Kader/Poskel di Puskesmas Rawat Inap Kemiling
Kota Bandar Lampung |
Wawancara |
Quisioner |
1 : jika
dilakukan pemeriksaan oleh petugas puskesmas setiap bulan 0 : jika tidak
dilakukan pemeriksaan petugas puskesmas setiap bulan |
Ordinal |
|
2. |
Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) |
|
|
|
|
|
|
A |
Menguras
tempat penampungan air |
Kegiatan
responden membersihkan tempat penampungan air seperti |
Wawancara dan
pengamatan |
Checklist dan
Quisioner |
1 : jika
dilakukan menguras 0 : jika tidak
dilakukan menguras |
Ordinal |
|
|
|
Bak mandi,
ember, kolam dengan menggunakan sikat dan sabun minimal semnggu sekali di
Kecamatan Kemiling Permai Kota Bandar Lampung |
|
|
|
|
|
B |
Menutup
penampungan air |
Kegiatan
responden menutup rapat penampungan air
Kecamatan Kemiling Permai Kota Bandar Lampung |
Wawancara dan
pengamatan |
Checklist dan
Quisioner |
1 : jika
dilakukan penutupan 0 : jika tidak
dilakukan penutupan |
Ordinal |
|
C |
Mengubur
barang bekas |
Kegiatan
responden mengubur barang-barang yang tidak terpakai dan dapat menampung air
seperti ban bekas dan kaleng di
Kecamatan Kemiling Permai Kota Bandar Lampung |
Wawancara dan
pengamatan |
Checklist dan
Quisioner |
1 : jika
dilakukan penguburan 0 : jika tidak
dilakukan penguburan |
Ordinal |
|
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis
dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini
bersifat deskriptif, dalam hal ini peneliti hanya ingin menggambarkan tentang
“Perencanaan Upaya Pengendalian Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Di Puskesmas Rawat
Inap
Kemiling Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2020”
B. Lokasi
dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Kelurahan Kemiling Permai Kecamatan Kemiling wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap
Kemiling Kota Bandar Lampung.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan
pada bulan April 2020.
C. Populasi
dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populas
dalam penelitian ini adalah seluruh KK tahun 2020 yang ada di kelurahan
Kemiling Permai Kota Bandar Lampung dengan jumlah kk 3232.
2.
Sampel
Pengertian
sampel menurut Notoatmojo (2010) adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan
objek peneliti yang di anggap mewakili seluruh populasi.
Adapun perhitungan sampel sebagai berikut :
Rumus : n =
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat Kepercayaan
n =
n =
n =
n =
n = 96,9 = 97sampel (KK)
Berdasarkan
3232 KK jumlah sampel yang diambil yaitu 97sampel KK.
1.
Teknik Sampling
No |
Nama Lingkungan |
Perhitungan |
Jumlah sampel |
|||
LK.1 |
LK.2 |
LK.1 |
LK.2 |
LK.1 |
LK.2 |
|
1 |
RT.1 |
RT.1 |
|
|
4 |
4 |
2 |
RT.2 |
RT.2 |
|
|
3 |
3 |
3 |
RT.3 |
RT.3 |
|
|
3 |
4 |
4 |
RT.4 |
RT.4 |
|
|
3 |
3 |
5 |
RT.5 |
RT.4 |
|
|
4 |
4 |
6 |
RT.6 |
RT.5 |
|
|
3 |
3 |
7 |
RT.7 |
RT.6 |
|
|
3 |
3 |
8 |
RT.8 |
RT.7 |
|
|
3 |
2 |
9 |
RT.9 |
RT.8 |
|
|
3 |
|
10 |
RT.10 |
|
|
|
4 |
|
No |
Nama Lingkungan |
Perhitungan |
Jumlah sampel |
|||
LK.1 |
LK.2 |
LK.1 |
LK.2 |
LK.1 |
LK.2 |
|
11 |
RT.11 |
|
|
|
4 |
|
12 |
RT.12 |
|
|
|
4 |
|
13 |
RT.13 |
|
|
|
5 |
|
14 |
RT.14 |
|
|
|
4 |
|
15 |
RT.15 |
|
|
|
4 |
|
16 |
RT.16 |
|
|
|
1 |
|
17 |
RT.17 |
|
|
|
4 |
|
18 |
RT.18 |
|
|
|
1 |
|
19 |
RT.19 |
|
|
|
2 |
|
20 |
RT.20 |
|
|
|
3 |
|
21 |
RT.21 |
|
|
|
3 |
|
22 |
RT.22 |
|
|
|
3 |
|
Jumlah |
71 |
26 |
||||
Total |
97 |
Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampek secara acak
sederhana (Simpel Random Sampling).
(Notoatnojo,2007)
D. Pengumpulan
Data
1. Data Primer
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung oleh responden.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas Rawat
Inap Kemiling, berupa jumlah rumah
dan kepala keluarga yang ada di wilayah kerja puskesmas
Rawat Inap Kemiling Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.
E. Pengolahan
Data dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul, kemudian diolah secara
manual ataupun dengan bantuan computer dengan langkah sebagai berikut
:
a. Editing yaitu suatu proses pengecekan data yang telah
di peroleh
b. Tabulating yaitu suatu proses pemasukan data yang
telah diperoleh kedalam bentuk
table.
2. Analisis Data
Analisi data dalam
penelitian ini menggunakan analisis univariat, analisis ini bertujuan untuk
menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti,
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi berguna.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
GAMBARAN
UMUM
1.
Demografi
Wilayah kerja puskesmas Rawat Inap Kemiling memiliki
batas batas sebaagai berikut :
a. Sebelah
utara berbatas dengan Kelurahan Rajabasa dan Keluarahan Gunung Terang
Kec.Langkapura.
b. Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kelurahan Beringin Raya dan Kelurahan Langkapura
Kec.Langkapura.
c. Sebelah
Barat berbatas dengan Desa Negeri Sakti Kec. Gedong Tataan.
d. Sebelah
Timur Berbatas dengan Kelurahan Langkapura Kec.Langkapura.
2.
Kependudukan
Penduduk Kecamatan Kemiling terdiri dari 2 Kelompok
besar, yaitu penduduk asli dan penduduk pendatang dari berbagai macam suku.
Penduduk Kecamatan Kemiling berjumlah 38374 Orang yang terdiri dari Laki-laki
19108 Orang dan Perempuan 19266 Orang dengan jumlah Kepala Keluarga 10688
Orang.
Tabel
4.1
Jumlah
Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling
No |
Kelurahan |
Penduduk |
KK |
||
Lk |
Pr |
Total |
|||
1 |
Sumber Rejo |
6205 |
5919 |
12124 |
2210 |
2 |
Kemiling
Permai |
6472 |
7196 |
13668 |
3232 |
3 |
Kemiling Raya |
3390 |
3207 |
6597 |
2883 |
4 |
S. Rejo
Sejahtera |
3041 |
2944 |
5985 |
2363 |
|
Jumlah |
19108 |
19266 |
38374 |
10688 |
Sumber : Profil Puskesmas Rawat Inap
Kemiling
Tabel
4.1 terlihat bahwa kepadatan penduduk diwilayah Keca Kecamatan Kemiling tidak
merata, Kelurahan yang memiliki kepadatan cukup tinggi yaitu Kelurahan Sumber
Rejo dan kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Kelurahan S.Rejo
Sejahtera.
A.
Tabel
Crosstabe
Table
4.2
Hubungan
menguras tempat penampungan air dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) Di Kelurahan Kemiling Permai
Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Menguras Tempat Penampungan Air |
Pemantauan jentik(ABJ) |
Total |
||||
Rumah (-) Jentik |
Rumah (+) Jentik |
|||||
N |
% |
N |
% |
N |
% |
|
Tidak memenuhi syarat |
11 |
78,6 |
3 |
21,4 |
14 |
100 |
Memenuhi syarat |
65 |
78,3 |
18 |
21,7 |
83 |
100 |
Total |
76 |
78,4 |
21 |
21,6 |
97 |
100 |
Berdasarkan tabel 4.2,
diketahui bahawa dari 97 Responden yaitu sebanyak 14 responden yang melakukan
kegiatan menguras tempat penampungan air yang tidak memenuhi syarat dan rumah
yang negatif jentik sebanyak 11 responden (78,6%), sedangkan rumah yang positif
jentik sebanyak 3 responden (21,4%), Sedangkan rumah yang melakukan kegiatan
menguras penampungan air yang telah
memenuhi syarat sebanyak 83 responden dan rumah yang negatif jentik sebanyak 65
responden (78,3%), sedangkan rumah yang positif jentik sebanyak 18 responden
(21,7%).
Tabel 4.3
Hubungan
Frekuensi tempat penampungan air dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) Di Kelurahan Kemiling Permai
Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Frekuensi tempat penampungan air |
Pemantauan jentik(ABJ) |
Total |
||||
Rumah (-) Jentik |
Rumah (+) Jentik |
|||||
|
% |
|
% |
|
% |
|
Tidak memenuhi syarat |
21 |
65.6 |
11 |
34.4 |
32 |
100 |
Memenuhi syarat |
55 |
84.6 |
10 |
15.4 |
65 |
100 |
Total |
76 |
78.4 |
21 |
21.6 |
97 |
100 |
Berdasarkan
tabel 4.3, diketahui bahawa dari 97 Responden yaitu sebanyak 32 responden yang
melakukan kegiatan pengurasan tempat penampungan air seperti bak mandi dan
ember lebih dari 1 minggu yang tidak memenuhi syarat dan rumah yang negatif
jentik sebanyak 21 responden (65,6%), sedangkan rumah yang positif jentik
sebanyak 11 responden (34,4%), Sedangkan dari 65 responden yang melakukan
kegiatan pengurasan tempat penampungan air 1 minggu sekali memenuhi syarat dan
rumah yang negatif jentik sebanyak 55 (84,6%), sedangkan rumah yang positif
jentik sebanyak 10 (15,4%).
Tabel
4.4
Hubungan menutup
tempat penampungan air dengan Angka Bebas
Jentik (ABJ) Di Kelurahan Kemiling Permai Kecamatan Kemiling Kota Bandar
Lampung Tahun 2020
menutup tempat penampungan air |
Pemantauan jentik(ABJ) |
Total |
||||
Rumah (-) Jentik |
Rumah (+) Jentik |
|||||
|
% |
|
% |
|
% |
|
Tidak memenuhi syarat |
62 |
100 |
0 |
0 |
62 |
100 |
Memenuhi syarat |
14 |
40 |
21 |
60 |
35 |
100 |
Total |
76 |
78,4 |
21 |
21,6 |
97 |
100 |
Berdasarkan
tabel 4.4, diketahui bahawa dari 97 Responden yaitu sebanyak 62 responden yang
melakukan kegiatan menutup tempat penampungan air yang tidak memenuhi syarat
dan rumah yang negatif jentik sebanyak 62 responden (100%), sedangkan rumah
yang positif jentik 0 responden (0%), Sedangkan dari 35 responden yang
melakukan kegiatan menutup penampungan air memenuhi syarat dan rumah yang
negatif jentik sebanyak 14 responden (40%), sedangkan rumah yang positif jentik
sebanyak 21 responden (60%).
Tabel 4.5
Hubungan
Mengubur Barang-barang Bekas dengan
Angka Bebas Jentik (ABJ) Di Kelurahan
Kemiling Permai Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Mengubur
Barang-barang Bekas |
Pemantauan jentik(ABJ) |
Total |
||||
Rumah (-) Jentik |
Rumah (+) Jentik |
|||||
|
% |
|
% |
|
% |
|
Tidak memenuhi syarat |
55 |
91,7 |
5 |
8,3 |
60 |
100 |
Memenuhi syarat |
21 |
56,8 |
16 |
43,2 |
37 |
100 |
Total |
76 |
78,4 |
21 |
21,6 |
97 |
100 |
Berdasarkan
tabel 4.5, diketahui bahawa dari 97 Responden yaitu sebanyak 60 responden tidak
melakukan kegiatan mengubur barang-barang bekas yang tidak memenuhi syarat dan
rumah yang telah melakukan penguburan lalu negatif jentik sebanyak 55 responden
(91,7%), sedangkan rumah yang positif jentik sebanyak 5 responden (8,3%),
Sedangkan dari 37 responden yang melakukan kegiatan mengubur barang-barang
bekas memenuhi syarat dan rumah yang negatif jentik sebanyak 21 responden
(56,8%), sedangkan rumah yang positif jentik sebanyak 16 responden (43,2%).
Tabel 4.6
Hubungan Tempat
Barang-barang Bekas dengan Angka
Bebas Jentik (ABJ) Di Kelurahan Kemiling
Permai Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Tempat Barang-barang Bekas |
Pemantauan jentik(ABJ) |
Total |
||||
Rumah (-) Jentik |
Rumah (+) Jentik |
|||||
|
% |
|
% |
|
% |
|
Tidak memenuhi syarat |
18 |
85,7 |
3 |
14,3 |
21 |
100 |
Memenuhi syarat |
58 |
76,3 |
18 |
23,7 |
76 |
100 |
Total |
76 |
78,4 |
21 |
21,6 |
97 |
100 |
Berdasarkan
tabel 4.6, diketahui bahawa dari 97 Responden yaitu sebanyak 21 responden masih
ditemukan nya barang-barang bekas dihalaman rumah yang tidak memenuhi syarat
dan rumah yang negatif jentik sebanyak 18 responden (85,7%), sedangkan rumah
yang positif jentik sebanyak 3 responden (14,3%), Sedangkan dari 76 responden
halaman rumah tidak temukan tempat barang-barang bekas yang memenuhi syarat dan
rumah yang negatif jentik sebanyak 58 responden (76,3%), sedangkan rumah yang
positif jentik sebanyak 18 responden (23,7%)
Tabel 4.7
Hubungan
penggunaan abate dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) Di Kelurahan Kemiling Permai
Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Penggunaan Abatesasi |
Pemantauan jentik(ABJ) |
Total |
||||
Rumah (-) Jentik |
Rumah (+) Jentik |
|||||
|
% |
|
% |
|
% |
|
Tidak memenuhi syarat |
46 |
71,9 |
18 |
28,1 |
64 |
100 |
Memenuhi syarat |
30 |
90,1 |
3 |
9,1 |
33 |
100 |
Total |
76 |
78,4 |
21 |
21,6 |
97 |
100 |
Berdasarkan
tabel 4.6, diketahui bahawa dari 97 Responden yaitu sebanyak 64 responden yang
menggunakan abate pada tempat penampungan air tidak memenuhi syarat dan rumah
yang negatif jentik sebanyak 46 responden (71,9%), sedangkan rumah yang positif
jentik sebanyak 18 responden (28,1%), Sedangkan dari 33 responden yang telah
menggunakan abate pada tempat penampungan air memenuhi syarat dan rumah yang
negatif jentik sebanyak 30 responden (90,1%), sedangkan rumah yang positif
jentik sebanyak 3 responden (9,1%).
B.
Pembahsan
Menurut hasil survey dengan menggunakan table silang
hubungan mengenai upaya pengendalian jentik nyamuk dengan 3M di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Kemiling Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung pada tahun
2020 yaitu :
1. Hubungan menguras tempat
penampungan air dengan rumah yang positif dan negatif Angka Bebas Jentik ABJ di
Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung
Berdasarkan
hasil penelitian bahwa dari 97 responden yang melakukan kegiatan menguras
tempat penampungan air seperti bak mandi dan ember yang sudah memenuhi syarat
sebanyak 83 responden atau (85,6%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 14
responden atau (14,4%). Dapat peneliti simpulkan dari table silang 4.2
diketahui bahwa sebanyak 14 responden yang tidak memenuhi syarat atau masih
terdapat rumah dengan positif dan negatif jentik pada responden yang tidak
melakukan pengurasan tempat penampungan air yaitu rumah yang negatif jentik
sebanyak 11 responden atau (78,6%) dan rumah yang positif jentik sebanyak 3
responden (21,4%).
Sedangkan rumah yang telah melakukan
kegiatan menguras tempat penampugan air dan telah memenuhi syarat sebanyak 83
responden atau masih terdapat rumah dengan positif dan negatif jentik walaupun sudah melakukan kegiatan
pengurasan tempat penampungan air yaitu terdapat rumah yang negatif jentik
sebanyak 65 responden atau (78,3%) dan rumah yang positif jentik sebanyak 18
responden atau (21,7%).
2. Hubungan Frekuensi menguras tempat
penampungan air dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kecamtan Kemiling Kota
Bandar Lampung.
Diketahui
bahwa tabel 4.3 dari 97 responden yang melakukan kegiatan pengurasan tempat
penampungan air (bak mandi dan ember) frekuensi pengurasan tempat penampungan
air 1 minggu sekali atau lebih dari 1 minggu yang sudah memenuhi syarat dan
tidak memenuhi syarat, dari hasil qiusioner di dapat bahwa sebanyak 32
responden melakukan kegiatan pengurasan tempat penampungan air dalam kurun
waktu lebih dari 1 minggu dan tidak memenuhi syarat rumah yang negatif jentik
21 responden atau (65,6%), dan ruamah yang positif jentik sebanyak 11 responden
atau (34,4).
Sedangkan rumah yang sudah melakukan
kegiatan pengurasan tempat peanmpungan
air (bak mandi dan ember) dalam kurun waktu 1 minggu sekali yang sudah memenuhi
syarat sebanyak 65 responden atau masih terdapat rumah dengan positif dan
negatif jentik walaupun sudah melakukan kegiatan pengurasan tempat penampungan
air pada bak mandi dan ember yaitu terdapat rumah yang negatif jentik sebanyak
55 responden (84,6%) dan rumah yang positif jentik sebanyak 10 responden atau
(15,4%).
Menurut Departemen kesehatan 2005
pertumbuhan telur aedes aegepti dari telur menjadi nyamuk dewasa terjadi selama
7-10 hari. Tempat perkembangbiakan utama ialah tempat-tempat penampungan air
berupa bejana air bersih yang tertampung disekitaran rumah. Apabila kegiatan
menguras tempat penampungan air dilakukan lebih dari 1 minggu telur akan
menetas menjadi nyamuk dewasa yang selanjutnya
nyamuk aedes aegepti akan mengisap darah pada tubuh manusia. Kebiasan
lain yang turut menghambat pemberantasan DBD adalah menguras bak mandi secara
benar dan teratur. Pengurasan umumnya hanya dilakukan dengan mengganti air
tanpa menyikat dinding bak mandi. Cara tersebut tidak efektif karena telur
aedes aegepti tetap melekat di dinding bak mandi. Telur aedes aegepti dapat
bertahan hingga 6 bulan sehingga jika tidak dihilangkan akan terus melanjutkan
siklus hidupnya.
Umumnya, masyarakat menggunakan bak
mandi yang terbuat dari semen. Dinding bak yang terbuat dari semen bersifat
kasar, gelap, dan menyerap air. Dinding penampungan air seperti itu sangat
disukai nyamuk aedes aegepti. Tempat penampungan air yang tidak disukai aedes
aegepti adalah yang dindingnya licin, tidak menyerap air dan terang misalnya
keramik. Berdasarkan hal tersebut masyarakat perlu diberikan informasi agar
menggunakan tempat penampungan air yang dindingnya licin, berwarna terang
(putih) dan tidak menyerap air.
Dalam menangani warga yang belum
terbiasa menguras penampungan air sebaiknya dianjurkan melakukan pengurasan
seminggu sekali agar jentik nyamuk tidak berkembang biak. Untuk memudahkan
pengurasan sebaiknya bak penampungan air mempunyai lubang dibagian bawah bak
untuk memudahkan membuang air pada saat pengurasan, salah satu hal yang paling
efesien dilakukan yaitu dengan mengubah bak semen menajdi ember yang sekali
pakai air langsung habis, agar tidak menampung air terlalu lama didalamnya.
3. Hubungan Menutup Tempat Penampungan
Air dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Kemiling Permai Kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung
Diketahui
dari tabel 4.4 bahwa dari 97 responden yang tidak melakukan menutup tempat
penampungan air yang tidak memenuhi syarat dan memenuhi syarat, diketahui
bahawa sebanyak 62 responden yang melakukan menutup tempat penampungan air yang
tidak memenuhi syarat, dan runah yang negatif jentik 62 responden atau (100%),
dan yang positif jentik 0 responden atau (0%)/nihil.
Sedangkan rumah yang memiliki penutup
tempat penampungan air dan sudah memenuhi syarat sebanyak 35 responden tetapi
masih terdapat rumah dengan positif dan negatif jentik walaupun sudah memiliki
diketahui bahwa rumah yang negatif jentik sebanyak 14 responden atau (40%), dan
rumah dengan positif jentik sebanyak 21 responden atau (60%).
Tempat penampungan air yang tidak
ditutup dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegepti. Nyamuk yang
telah berkembangbiak menjadi dewasa dapat terbang kesekitar rumah dan
menularkan penyakit DBD melalui gigitan. Sehingga orang yang tidak melakukan
kegiatan menutup tempat penampungan air rumah tangga mempunyai resiko untuk
terkena penyakit DBD untuk itu dengan menerapkan salah satu gerakan 3M berupa
menutup tempat penampungan air rumah tangga baik yaitu tidak pecah dan dapat
menutup permukaan air dengan rapat, diharapkan dapat menekan terjadinya
berbagai penyakit yang timbul akibat dari lingkungan yang tidak bersih juga
untuk mencegah tempat penampungan air sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk
aedes aegepti.
Petugas promosi kesehatan dari pihak
puskesmas harus terus menerus melakukan penyuluhan melalui media brosur, poster
dan audiovisual yang menjelaskan tentang nyamuk penular penyakit DBD dan cara
mencegah perkembangbiakannya. Sehingga masyarakat sadar akan pentingnya
melakukan 3M. Petugas kesehatan harus memulai memberdayakan masyarakat melalui
pengkaderan masyarakat sehingga mampu peran serta masyarakat dan meningkatkan
semangat gotong royong dalam pengembangan kesehatan diwilahnya.
4. Hubungan Mengubur barang-barang
bekas dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Kemiling Permai Kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung
Diketahui dari tabel 4.5 didapatkan
hasil untuk kegiatan mengubur barang-barang bekas yang telah dilakukan
penelitian 97 responden. Diketahui bahwa yang tidak melakukan kegiatan mengubur
barang-barang bekas di keluruhan kemiling permai sebanyak 60 responden, rumah
yang negatif jentik sebanyak 55 responden atau (91,7%), dan rumah yang positif
jentik sebanyak 5 responden atau (8,3%).
Sedangkan yang telah melakukan
kegiatan mengubur barang-barang bekas dan sudah memenuhi syarat sebanyak 37
responden masih terdapat rumah dengan positif dan negatif jentik walaupun sudah
melakukan kegiatan mengubur barang-barang bekas, rumah yang negatif jentik
sebanyak 21 responden atau (56,8%), dan rumah yang positif jentik sebanyak 16
responden atu (43,2%).
Barang-barang bekas yang dapat
menampung air seperti botol, kaleng dan ban bekas masih terdapat diperkarangan
rumah responden yang beresiko menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dan.
Hal ini dikarnakan padatnya pemukiman
penduduk sehingga sebagian masyarakat yang tidak memiliki lahan untuk mengubur
barang bekasnya membuangnya melalui petugas lingkungan dan sebagian lainnya
membuangnya dipekarangan rumah sehingga menjadi tempat penampungan air pada
saat musim hujan, akibatnya timbul kejadian DBD.
Dalam menangani hal ini sebaiknya
petugas puskesmas menganjurkan masyarakat agar barang-barang tersebut dikubur
atau dijadikan barang-barang yang menghasilkan nilai ekonomis seperti membuat
kreasi bunga dari botol-botol plastik, celengan dari plastik bekas, kursi dari
ban bekas dan sebagainya atau membuang barang-barang bekas ke TPS.
5. Hubungan tempat atau barang-barang
bekas dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Kemiling Kecamatan Kemiling
Kota Bandar Lampung
Diketahui
dari table 4.6 didapatkan hasil sebanyak 97 responden yang masih terdapat
barang-barang bekas di sekitar rumah dan menjadi perkembangbiakan jentik nyamuk
aedes aygepti, diketahui dari hasil pengamatan bahwa sebanyak 21 responden yang
masih ditemukan barang-barang bekas di sekitar halaman rumah dan tidak memenuhi
syarat, rumah yang negatif jentik sebanyak 18 responden atau (85,7%), dan rumah
yang positif jentik sebanyak 3 responden (14,3%).
Sedangkan rumah yang tidak ditemukan barang-barang
bekas dihalaman rumah atau sudah memenuhi syarat dan sudah melakukan penguburan
barang-barang bekas sebanyak 76 responden, diketahui bahwa rumah yang negatif
jentik sebanyak 58 responden atau (76,3%), dan rumah yang positif jentik
sebanyak 18 responden atau (23,7%).
Dalam menangani hal ini sebaiknya
petugas puskesmas menganjurkan masyarakat agar barang-barang tersebut dikubur
atau dijadikan barang-barang yang menghasilkan nilai ekonomis seperti membuat
kreasi bunga dari botol-botol plastik, celengan dari plastik bekas, kursi dari
ban bekas dan sebagainya atau membuang barang-barang bekas ke TPS.
6. Hubungan Abatesasi dengan kejadian
Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Kemiling Permai Kecamatan Kemiling Kota
Bandar Lampung
Diketahui dari tabel 4.7 sebanyak 97 responden
masih banyak yg belum melakukan kegiatan penaburan bubuk abate ke tempat
penampungan air. Diketahui bahwa sebanyak 64 responden yang tidak melakukan
kegiatan penaburan bubuk abate ke tempat penampungan air sebagai tempat
perkembangbiakan jentik nyamuk aedes aygepti, rumah yang negatif jentik
sebanyak 46 responden atau (71,9%) , dan rumah yang positif jentik sebanyak 18
responden atau (28,1%).
Sedangkan sebanyak 33 responden yang
sudah melakukan penaburan bubuk abate ke tempat penampungan air dan sudah
memenuhi syarat, diketahui rumah yang negatif jentik sebanyak 30 reposnden atau
(90,1 %), dan rumah yang positif jentik sebanyak 3 reposnden atau (9,1%).
Padahal bubuk abate dapat diperoleh secara gratis dipuskesmas, air yang telah
ditaburi bubuk abate dapat membuat jentik nyamuk yang ada didalamnya mati
sehingga jentik nyamuk tidak dapat berkembangbiak kembali menjadi nyamuk dewasa
dan menukarkan penyakit DBD.
Petugas puskesmas memberikan bubuk
abate secara rutin sebanyak 1 tahun 3 kali, dalam 3 kali pembagian tersebut
pihak puskesmas tidak memberikan pada saat waktu yang tidak tepat, padahal
waktu pembagian abate yang tepat yaitu pada saat telah musim penghujan. Para
tokoh masyarakat seperti lurah, rt dan petugas kesehatan terutama kader
kesehatan yang ada disetiap poskekel atau posyandu melakukan penyuluhan 3M plus
yang termasuk juga menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air
bersih untuk menghentikan perkembangbiakan nyamuk aedes aegepti dan memberitahu
seluruh masyarakat bahwa bubuk abate dapat diperoleh secara gratis di
puskesmas.
Dalam menangani hal ini sebaiknya
petugas memperhatikan waktu dalam membagikan bubuk abate kepada masyarakat
yaitu pada saat musim penghujan biasanya banyak tergenang air dan air yang
tertampung dalam keadaan tenang sehingga jentik dapat mudah berkembangbiak.
Selain itu petugas puskesmas juga perlu sosialiasi kepada masyarakat bahwa
bubuk abate penting dalam hal pencegahan berkembangbiakan jentik nyamuk
sehingga masyarakat mau menaburkan bubuk abate sebagai sikap pencegahan. Dan
juga petugas puskesmas perlu mempertegas dan memberikan pehaman mendalam dengan
cara sosialisasi bahwa bubuk abate digunakan sebagai pencegahan terjadinya
kejadian DBD. Sehingga pengetahuan masyarakat
lebih dalam, sehingga masyarakat mau menaburkan bubuk abate pada saat sebelum
kejadian penyakit DBD.
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari
hasil penelitian upaya pengendalian jentik nyamuk aedes aegepti di wilayah
kerja Puskesmas Rwat Inap Kemiling Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung maka
penulis dapat menyimpulkan beberapa hal :
1. Angka
bebas jentik nyamuk di Kelurahan Kemiling Permai yaitu 78,4% masih dibawah
anjuran Depkes (>95%).
2. Masyarakat
yang melakukan kegiatan 3M untuk menguras tempat penampungan air minimal
seminggu sekali sudah diatas 50%, akan tetapi untuk kegiatan menutup tempat
penampungan air dan kegiatan mengubur barang-barang bekas masih dibawah 50%.
3. Masyarakat
yang menaburkan bubuk abate ke tempat penampungan air bersih yaitu 33%
sedangkan yang tidak menaburkan bubuk abate ke tempat penampungan air bersih
yaitu 64%.
B.
Saran
1. Untuk
menaikan Angka Bebas Jentik (ABJ) kegiatan abatesasi masal sebaiknya disertai
dengan kegiatan PSN yang kegiatannya juga membersihkan tempat tempat
tersembunyi yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk berkembangbiak bagi
nyamuk aedes aegepti.
2. Kepada
Puskesmas Kemiling dikecamatan Kemiling Permai Kota Bandar Lampung sebaiknya
melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk melakukan pengurasan tempat
penampungan air seminggu sekali agar jentik nyamuk tidak berkembangbiak, bagi
masyarakat yang belum memiliki penutup penampungan air sebaiknya segera
memilikinya dan kepada masyarakat yang masih membuang atau membiarkan barang-barang
bekas baiknya barang-barang tersebut ditutup atau dijadikan barang yang
menghasilkan nilai ekonomis.
3. Sebaiknya
petugas Puskesmas mempehatikan waktu dalam membagikan bubuk abate kepada
masyarakat yaitu pada saat setelah musim penghujan dikarenakan setelah musim
penghujan biasanya banyak tergenang air dan air yang tertampung dalam keadaan
tenang sehingga jentik dapat mudah berkembangbiak dan juga petugas puskesmas
perlu mempertegas dan memberikan sosialisasi pada masyarakat bahwa bubuk abate
digunakan sebagai pencegahan terjadinya kejadian DBD
DAFTAR PUSTAKA
Ariani,Putri,2016, Demam Berdarah Dangue,Nuha Medika, Yogyakarta
Departemen Kesehatan RI,2005, Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah
DangueDi Indonesia, Jakarta: Depkes, RI
Departemen
Kesehatan RI,2007, Pokok-pokok
KegiatanDan Pengelolaan Gerakan PSN DBD, Denkes, Jakarta
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampun,2018, Data
Dinas Kesehatan tahun 2018, Kota Bandar Lampung, Lampung
Kementrian Kesehatan RI, 2011, Modul
Pengendalian Demam Berdarah Dangue, Kemenkes, Jakarta
Kementrian Kesehatan RI, 2004, Tentang Kejadian Luar Biasa (KLB),
Kementrian Kesehatan RI, Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo,
2012, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo,
2010, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Puskesmas Rawat Inap Kemiling, Profil Puskesmas Kemiling, 2019
Word Healts
Organization, 2002, Pencegahan dan Pengendalian Dangue dan Demam Berdarah, EGC,
Jakarta
LAMPIRAN
‘
Quisioner Pengumpulan Data
Data Umum
1. Nama responden :
2. Jumlah anggota keluarga :
3. LK/RW :
4. Pendidikan :
a.Tidak tamat SD
b.SD
c.SMP
d.SMA
e.PT
5. Umur :
6. Jenis kelamin :
7. Pekerjaan :
Data khusus
Lingkan jawaban sesuai dengan jawaban
yang diberikan oleh responden !
Pilihan jawaban terdiri dari a atau b .
A. Menguras Tempat Penampungan air
1. Apakah ada tempat penampungan air bersih (bak
mandi, ember, tempayan)?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda melakukan kegiatan menguras bak
mandi....?
a. Ya,
b. Tidak
3. Berapa kali Frekuensi pengurasan bak mandi
anda....?
a.
Seminggu 1 kali
b.
> seminggu
B. Menutup
Tempat Penampungan Air
1. Apakah anda memiliki penutup untuk tempat
penampung air bersih ?
a.
Ya
b.
Tidak
2. Apakah Anda selalu menutup tempat penampungan
air bersih ?
a.
Ya
b.
Tidak
C. Mengubur
barang-barang yang dapat menampung air
1. Apakah anda mengubur setiap barang bekas yang
dapat menampung air ?
a.
Ya
b.
Tidak
D. Abatesasi
1.
Apakah Anda menaburkan bubuk abate pada
tempat-tempat penampungan air bersih ?
a. Ya
b. Tidak
Cheklist
Pengumpulan Data
A. Menutup
Tempat Penampungan Air Bersih
Berilah tanda cheklis
(√) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan jawaban ! Pilihan jawaban
terdiri dari Ya atau Tidak.
No |
Variabel |
Ya |
Tidak |
1 |
Adakah penutup pada tempat penampungan
air bersih (ember, gentong, tempayan) ? |
|
|
2 |
Apakah tempat penampungan air tertutup
rapat ? |
|
|
B. MenguburBarang-Barang
Yang Dapat Menanpung Air
Berilah tanda cheklis (√) pada kolom
jawaban yang tersedia sesuai dengan jawaban ! Pilihan jawaban terdiri dari Ya
atau Tidak.
No |
Variabel |
Ya |
Tidak |
1 |
Adakah barang bekas disekitar halaman
rumah (kaleng, ban bekas, botol) ? |
|
|
C. Pemeriksaan Jentik
Berilah tanda cheklis (√)
pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan jawaban ! Pilihan jawaban
terdiri dari Ya atau Tidak.
No |
Variabel |
Ya |
Tidak |
1 |
apakah ditemukan jentik pada tempat
penampungan air di dalam rumah? |
|
|
2 |
apakah ditemukan jentik nyamuk pada
barang bekas (kaleng,banbekas, botol) ? |
|
|
3 |
Adakah jentik pada container air alamiah? |
|
|
4 |
Apakah ada tempat yang dicurigai dapat
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk ? |
|
|
Nama |
LK/RW |
Pendidikan |
Pemantauan Jentik(ABJ) |
Menguras Tempat Penampungan Air |
Frekuensi |
Menutup Penampungan Air |
Mengubur Barang Bekas |
Tempat Barang Bekas |
Penggunaan Abate |
Eddy Hartono |
1 |
1 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
MS |
TM |
Ulfa |
1 |
2 |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
MS |
TM |
Surip |
1 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
MS |
TM |
Zarnal |
1 |
1 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
MS |
TM |
Yanti |
1 |
1 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
MS |
TM |
Riswan |
1 |
1 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
MS |
TM |
Sirman |
1 |
1 |
TM |
MS |
TM |
TM |
TM |
MS |
TM |
Cecep Ruhyat |
1 |
1 |
TM |
MS |
TM |
TM |
TM |
MS |
TM |
Rustam |
1 |
2 |
TM |
MS |
TM |
TM |
TM |
MS |
TM |
Yulianto |
1 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
MS |
TM |
Robby |
1 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
MS |
TM |
Suhaili |
1 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
TM |
Mad Hasan |
1 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
TM |
Juni Antoro |
1 |
1 |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
TM |
Kusnadi |
1 |
2 |
TM |
TM |
MS |
TM |
TM |
MS |
TM |
Anwar |
1 |
1 |
TM |
MS |
TM |
MS |
TM |
TM |
TM |
Andre |
1 |
1 |
TM |
TM |
TM |
TM |
TM |
TM |
TM |
Dodi Aswan |
1 |
3 |
TM |
TM |
TM |
TM |
TM |
TM |
TM |
Agus Gunadi |
1 |
2 |
TM |
TM |
TM |
TM |
TM |
MS |
MS |
Masnan |
1 |
1 |
TM |
MS |
TM |
TM |
TM |
MS |
TM |
Herman Sata |
1 |
1 |
TM |
MS |
TM |
TM |
TM |
TM |
TM |
Nursilawati |
1 |
2 |
TM |
MS |
TM |
MS |
TM |
TM |
TM |
Catur Budiono |
1 |
3 |
TM |
MS |
TM |
MS |
TM |
TM |
TM |
Saprial |
1 |
1 |
TM |
MS |
TM |
TM |
TM |
TM |
TM |
M.Irsad |
2 |
1 |
TM |
TM |
TM |
TM |
TM |
TM |
MS |
Raden |
2 |
1 |
TM |
MS |
TM |
TM |
TM |
MS |
MS |
Widaningsih |
2 |
1 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
MS |
MS |
Yulianto |
2 |
1 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
MS |
MS |
Sri Suharti |
2 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
MS |
MS |
Raden |
2 |
2 |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
MS |
TM |
Tarmin |
2 |
2 |
TM |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
TM |
Raharja |
2 |
2 |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
MS |
TM |
Suparman |
2 |
2 |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
Abdul Gani |
2 |
1 |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
Powi |
2 |
1 |
TM |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
Wendi Agustiawan |
2 |
1 |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
MS |
TM |
Falan Agus |
2 |
1 |
MS |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
TM |
Alfirudi |
2 |
1 |
MS |
MS |
MS |
MS |
TM |
MS |
TM |
Suswanto |
2 |
1 |
MS |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
TM |
Agus Rianto |
2 |
1 |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
Darul |
2 |
2 |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
M.taufik |
2 |
2 |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
Dian Munandar |
2 |
1 |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
Juhendi |
2 |
2 |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
Ansori |
2 |
3 |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
Farida |
2 |
1 |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
Sutris |
2 |
1 |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
MS |
TM |
Syamsu Rizal |
2 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
TM |
Eko Suswanto |
2 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
TM |
Agustian |
2 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
TM |
Hermun |
2 |
1 |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
MS |
TM |
Aminudin |
2 |
1 |
TM |
TM |
MS |
TM |
MS |
MS |
TM |
Sulastri |
2 |
2 |
TM |
TM |
MS |
TM |
MS |
MS |
TM |
Muhtarudin |
2 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
TM |
MS |
Ali |
2 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
MS |
TM |
MS |
Gerry |
2 |
2 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
TM |
MS |
Yuzar |
2 |
1 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
TM |
MS |
Sirnayati |
2 |
1 |
TM |
MS |
MS |
TM |
TM |
TM |
MS |
Lampiran 3
Statistics |
||||||||
|
Pemantauan_Jentik(ABJ) |
Menguras_Tempat_Penampungan_Air |
Frekuensi |
Menutup_Penampungan_Air |
Mengubur_Barang_Bekas |
Tempat
Barang Bekas |
Penggunaan
Abate |
|
N |
Valid |
97 |
97 |
97 |
97 |
97 |
97 |
97 |
Missing |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Pemantauan_Jentik(ABJ) |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
rumah (-) jentik |
76 |
78.4 |
78.4 |
78.4 |
rumah (+) jentik |
21 |
21.6 |
21.6 |
100.0 |
|
Total |
97 |
100.0 |
100.0 |
|
Menguras_Tempat_Penampungan_Air |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
tidak melaksanakan |
14 |
14.4 |
14.4 |
14.4 |
melaksanakan |
83 |
85.6 |
85.6 |
100.0 |
|
Total |
97 |
100.0 |
100.0 |
|
Frekuensi |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
tidak melaksanakan |
32 |
33.0 |
33.0 |
33.0 |
melaksanakan |
65 |
67.0 |
67.0 |
100.0 |
|
Total |
97 |
100.0 |
100.0 |
|
Menutup_Penampungan_Air |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
tidak melaksanakan |
62 |
63.9 |
63.9 |
63.9 |
melaksanakan |
35 |
36.1 |
36.1 |
100.0 |
|
Total |
97 |
100.0 |
100.0 |
|
Mengubur_Barang_Bekas |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
tidak melaksanakan |
60 |
61.9 |
61.9 |
61.9 |
melaksanakan |
37 |
38.1 |
38.1 |
100.0 |
|
Total |
97 |
100.0 |
100.0 |
|
Tempat
Barang Bekas |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
tidak melaksanakan |
21 |
21.6 |
21.6 |
21.6 |
melaksanakan |
76 |
78.4 |
78.4 |
100.0 |
|
Total |
97 |
100.0 |
100.0 |
|
Case
Processing Summary |
||||||
|
Cases |
|||||
Valid |
Missing |
Total |
||||
N |
Percent |
N |
Percent |
N |
Percent |
|
Menguras_Tempat_Penampungan_Air * Pemantauan_Jentik(ABJ) |
97 |
100.0% |
0 |
.0% |
97 |
100.0% |
Menguras_Tempat_Penampungan_Air
* Pemantauan_Jentik(ABJ) Crosstabulation |
|||||
|
Pemantauan_Jentik(ABJ) |
Total |
|||
rumah
(-) jentik |
rumah
(+) jentik |
||||
Menguras_Tempat_Penampungan_Air |
tidak melaksanakan |
Count |
11 |
3 |
14 |
% within Menguras_Tempat_Penampungan_Air |
78.6% |
21.4% |
100.0% |
||
melaksanakan |
Count |
65 |
18 |
83 |
|
% within Menguras_Tempat_Penampungan_Air |
78.3% |
21.7% |
100.0% |
||
Total |
Count |
76 |
21 |
97 |
|
% within Menguras_Tempat_Penampungan_Air |
78.4% |
21.6% |
100.0% |
Frekuensi
* Pemantauan_Jentik(ABJ) Crosstabulation |
|||||
|
Pemantauan_Jentik(ABJ) |
Total |
|||
rumah
(-) jentik |
rumah
(+) jentik |
||||
Frekuensi |
tidak melaksanakan |
Count |
21 |
11 |
32 |
% within Frekuensi |
65.6% |
34.4% |
100.0% |
||
melaksanakan |
Count |
55 |
10 |
65 |
|
% within Frekuensi |
84.6% |
15.4% |
100.0% |
||
Total |
Count |
76 |
21 |
97 |
|
% within Frekuensi |
78.4% |
21.6% |
100.0% |
Menutup_Penampungan_Air
* Pemantauan_Jentik(ABJ) Crosstabulation |
|||||
|
Pemantauan_Jentik(ABJ) |
Total |
|||
rumah
(-) jentik |
rumah
(+) jentik |
||||
Menutup_Penampungan_Air |
tidak melaksanakan |
Count |
62 |
0 |
62 |
% within Menutup_Penampungan_Air |
100.0% |
.0% |
100.0% |
||
melaksanakan |
Count |
14 |
21 |
35 |
|
% within Menutup_Penampungan_Air |
40.0% |
60.0% |
100.0% |
||
Total |
Count |
76 |
21 |
97 |
|
% within Menutup_Penampungan_Air |
78.4% |
21.6% |
100.0% |
Mengubur_Barang_Bekas
* Pemantauan_Jentik(ABJ) Crosstabulation |
|||||
|
Pemantauan_Jentik(ABJ) |
Total |
|||
rumah
(-) jentik |
rumah
(+) jentik |
||||
Mengubur_Barang_Bekas |
tidak melaksanakan |
Count |
55 |
5 |
60 |
% within Mengubur_Barang_Bekas |
91.7% |
8.3% |
100.0% |
||
melaksanakan |
Count |
21 |
16 |
37 |
|
% within Mengubur_Barang_Bekas |
56.8% |
43.2% |
100.0% |
||
Total |
Count |
76 |
21 |
97 |
|
% within Mengubur_Barang_Bekas |
78.4% |
21.6% |
100.0% |
Tempat
Barang Bekas * Pemantauan_Jentik(ABJ) Crosstabulation |
|||||
|
Pemantauan_Jentik(ABJ) |
Total |
|||
rumah
(-) jentik |
rumah
(+) jentik |
||||
Tempat Barang Bekas |
tidak melaksanakan |
Count |
18 |
3 |
21 |
% within Tempat Barang Bekas |
85.7% |
14.3% |
100.0% |
||
melaksanakan |
Count |
58 |
18 |
76 |
|
% within Tempat Barang Bekas |
76.3% |
23.7% |
100.0% |
||
Total |
Count |
76 |
21 |
97 |
|
% within Tempat Barang Bekas |
78.4% |
21.6% |
100.0% |
Penggunaan
Abate * Pemantauan_Jentik(ABJ) Crosstabulation |
|||||
|
Pemantauan_Jentik(ABJ) |
Total |
|||
rumah
(-) jentik |
rumah
(+) jentik |
||||
Penggunaan Abate |
tidak melaksanakan |
Count |
46 |
18 |
64 |
% within Penggunaan Abate |
71.9% |
28.1% |
100.0% |
||
melaksanakan |
Count |
30 |
3 |
33 |
|
% within Penggunaan Abate |
90.9% |
9.1% |
100.0% |
||
Total |
Count |
76 |
21 |
97 |
|
% within Penggunaan Abate |
78.4% |
21.6% |
100.0% |
Keadaan Bak
Mandi Rumah Warga
Ban Bekas Keadaan
Kolam
Komentar