ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI EPISIOTOMI PADA POST PARTUM DI PUSKESMAS RAWAT INAP PASIR SAKTI TAHUN 2020

 

LAPORAN TUGAS AKHIR

 

 

Description: LOGO POLTEKKES
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN

NYERI  EPISIOTOMI  PADA  POST  PARTUM

DI PUSKESMAS RAWAT INAP

PASIR SAKTI

TAHUN 2020

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh:

 

HODIJAH

NIM. RPL. 1914401130

 

 

 

 

 

 

 

 

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

PRODI D III KEPERAWATAN PROGRAM RPL

TAHUN 2020

 

 

 

 

LAPORAN TUGAS AKHIR

 

 

Description: LOGO POLTEKKES
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN

NYERI  EPISIOTOMI  PADA  POST  PARTUM

DI PUSKESMAS RAWAT INAP

PASIR SAKTI

TAHUN 2020

 

 

Laporan Tugas Akhir ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

 

 

 

 

Disusun Oleh:

 

HODIJAH

NIM. RPL. 1914401130

 

 

 

 

 

 

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

PRODI D III KEPERAWATAN PROGRAM RPL

TAHUN 2020

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

Laporan Tugas Akhir, April 2020

HODIJAH

 

Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Pada  Post Partum

Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020

xiv + 61 halaman, 1 gambar, 4 tabel

 

 

 

ABSTRAK

Sebagian besar ibu yang dilakukan episiotomi mengalami nyeri . Beberapa ada yang tidak mengalami robekan karena jalan lahirnya cukup elastis ketika di lalui bayi saat proses persalinan diperlukan bantuan dokter dan bidan untuk memperlebar jalan lahir dengan dilakukan pengguntingan jaringan perineum. Studi ini untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien dengan masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri akut pada klien post partum penelitian studi kasus ini bertempat di ruang dahlia Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti dengan jangka waktu minimal 3 hari dari mulai pengkajian sampai klien keluar dari ruang dahlia Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti. Subyeknya 1 klien  dengan masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri akut pada klien post partum. Metode yang digunakan pada studi kasus ini adalah wawancara, observasi , pemeriksaan fisik , studi dokumentasi dan pengumpulan hasil dari pemeriksaan diagnostik. Hasil penelitian studi kasus menunjukan keadaan klien membaik dan klien dapat melakukan aktifitas dengan lancar. Simpulan dari hasil penelitian studi kasus ini adalah dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien post partum yang diselesaikan adalah melatih klien dalam melakukan tekhnik relaksasi, jika tekhnik relaksasai tidak segera ditangani akan menyebabkan masalah lain kenaikan suhu tubuh,nyeri semakin bertambah dan aktifitas tidak lancar

 

Kata kunci : post partum, nyeri,asuhan keperawatan

Bahan pustaka : 9 ( 1998-2018)

 

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi  pada Post Partum  Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020 “. Dalam proses pembuatan Laporan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1.      Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

2.      Gustop Amatiria, S.Kp.M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

3.      Ns. Musiana, M.Kep, MM. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

4.      Rohayati, S.Kep. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, saran, masukan, serta motivasi.

5.      Ns,Titi Astuti M.Kep,Sp,Mat selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, saran, masukkan, serta motivasi.

6.      KUPTD dan seluruh staff Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Lampung Timur, yang telah mengijinkan untuk menjadi tempat penelitian dan membantu memberikan data yang penulis butuhkan, dan seluruh staff pengajar dan karyawan di lingkungan jurusan Keperawatan Poltekes Tanjung karang yang telah banyak membantu.

7.      Orang tua,Suami tercinta dan Anak Anakku tersayang yang telah membantu, memberikan support dan motivasi selama menempuh pendidikan dan menyusun Laporan tugas Akhir.

8.      Teman-teman RPL 1 yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

                    Penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan laporan tugas akhir ini, apabila masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan selanjutnya.

Semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu keperawatan.

 

 

 

Bandar Lampung, 20 Juli 2020

 

 

Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIODATA PENULIS

Nama                                       : HODIJAH

NIM                                        : RPL 1914401130

Tempat & Tgl Lahir                : Ciamis,28 Oktober 1967

Agama                                     : Islam

Alamat                                    : Jln. Purnajaya RT 023 RW 07 Dusun VII

 Desa Rejomulyo Kecamatan Pasir Sakti

 Kab.Lampung Timur

No. Handphone                      : 0853-1916-6951

Email                                       : nyaikhodijah@gmail.com

 

RIWAYAT PENDIDIKAN

 

SD       (1974-1980)                : SD Negeri Cikembulan Kab.Ciamis Jawa Barat

SMP    (1980-1983)                : SMP Muhammadiyah 1 Metro Kab. Lampung Tengah

SPK     (1983-1986)                : SPK Metro Kab.Lampung Tengah

DIII (2019-Sekarang)             : Politeknik Kesehatan Prodi  Keperawatan    

                                                  Tanjung Karang


 


 

DAFTAR ISI

 

Halaman Judul Luar i

Halaman Judul Dalam.. ii

Abstrak.......... .......... iii

Kata Pengantar iv

Biodata Penulis. vi

Lembar Persetujuan. vii

Lembar Pengesahan. viii

Lembar Pernyataan Keaslian. ix

Daftar Isi....... ....... x

Daftar Tabel xiii

BAB  I PENDAHULUAN.. 1

A. Latar Belakang. 1

B.  Rumusan Masalah. 2

C.  Tujuan Penulisan. 2

D. Manfaat Penulisan. 3

BAB  II TINJAUAN PUSTAKA.. 4

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 4

B.  Tinjauan Konsep Dasar Post Partum.. 5

1.  Definisi 5

2.  Anatomi dan fisiologi 6

a.   Adaptasi Psikologis Post Partum.. 16

b.  Etiologi atau Predisposisi 17

c.   Patofisiologi 17

d.  Manifestasi Klinis. 19

e.   Penatalaksanaan. 19

f.   Komplikasi 20

g.   Pengkajian Fokus. 20

C.  Konsep Dasar Nyeri 23

1.  Pengertian Nyeri 23

2.  Fisiologi Nyeri 24

3.  Klasifikasi Nyeri 25

4.  Ciri-ciri Nyeri 26

5.  Pengukuran Intensitas Nyeri 26

6.  Manajemen Penatalaksnaan Nyeri 28

D. Tinjauan  Asuhan Keperawatan. 30

1.  Definisi 30

2.  Tujuan asuhan keperawatan. 31

3.  Fungsi proses keperawatan. 31

4.  Tahap-tahap proses keperawatan. 31

METODE PENULISAN.. 41

A. Fokus Asuhan Keperawatan. 41

B.  Subyek Asuhan Keperawatan. 41

C.  Lokasi Dan Waktu. 41

D. Definisi Operasional 41

E.  Teknik Pengumpulan Data. 42

F.  Penyajian Data. 43

G. Prinsip Etik. 43

 

 

BAB  IV H A S  I  L   D A N   P E M B A H A S A N.. 45

A. Hasil 45

2.  Analisa Data. 50

3.  Diagnosa Keperawatan. 51

4.  Rencana Keperawatan. 51

5.  Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. 53

B.  Pembahasan. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.. 59

           A. Kesimpulan. 59

B.  Saran  60

DAFTAR PUSTAKA.. 61

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR TABEL

 

Tabel 1 Perencanaan Keperawatan Pada Diagnosis Keperawatan Dengan Nyeri Akut. 37

Tabel 2 Analisis Data. 50

Tabel 3 Rencana Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri 52

Tabel 4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. 53

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

GAMBAR

 

Pathways…………………………………………………………………………21

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

 

 Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2007 jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) Sebanyak 536 perempuan meninggal yang di akibatkan oleh persalinan. Sebanyak 99% Angka Kematian Ibu (AKI) di akibatkan oleh persalinan terjadi di negara-negara berkembang.Rasio Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.(Depkes, 2012)

 Di Indonesia laserasi robekan jalan lahir dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada tahun 2017 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perineum (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan) (Depkes RI, 2017). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015, Angka Kematian IBU (AKI) di Indonesia mencapai 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup.Bila dilihat berdasarkan data Angka Kematian Ibu (AKI) yang ada di provinsi lampung tahun 2016 jumlah kasus kematian ibu disebabkan oleh perdarahan sebanyak 46 kasus (Dinkes ,2016).

 Di Puskesmas Rawat Inap  Pasir Sakti kejadian robekan jalan lahir pada tahun 2019 akibat episiotomi sebanyak 206 orang, yang mengalami keluhan nyeri akut biasanya mengalami gejala-gejala antara lain nyeri,gelisah,bersifat kooperatif,waspada posisi menghindari , meningkat,susah tidur, tekanan darah  dan nadi  meningkat dan pola nafas berubah.

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Pengertian nyeri menurut Wolf Weifsel Feurst (2004), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional. (Musrifatul., Hidayat.2008)

Episiotomi dikembangkan di Inggris pada tahun 1970 dan awal tahun 1980-an, dimana saat itu tindakan episiotomi dipakai sekitar 50%. Tindakan episiotomy umumnya dilakukan pada wanita yang baru pertama melahirkan. Namun kadang-kadang episiotomi dilakukan juga pada persalinan berikutnya,tergantung situasinya. Bila akan terjadi robekan maka dilakukan episiotomy (Ayah bunda- online_com.htm.dr. lastiko Bramantyo Sp.OG. 2006).

Tindakan episiotomi saat ini masih tinggi di karenakan berbagai macam indikasi dalam proses persalinan normal, berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik mengangkat kasus Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Pada  Post-Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti untuk penyusunan tugas akhir dengan harapan pasien memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.

 

B.       Rumusan Masalah

Penulis merumuskan masalah yaitu Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Pada Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020.

 

C.      Tujuan Penulisan

1.    Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Pada Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020

2.    Tujuan Khusus

a.    Melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020

b.    Merumuskan diagnosa Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi  Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020

c.    Menbuat rencana keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi  Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020

d.   Melakukan tindakan keperawatan pada Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi  Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020

e.    Melakukan evaluasi keperawatan dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi  Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020

 

D.      Manfaat Penulisan

1.   Teoritis.

a.    Hasil laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam    memberikan asuhan keperawatan kepada ibu bersalin dengan masalah  kebutuhan dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum.

b.    Menambah referensi bagi mahasiswa, perawat masyarakat yang membutuhkan asuhan keperawatan kepada ibu bersalin dengan masalah  kebutuhan dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum

2.      Praktis

a.    Laporan tugas akhir ini dapat di jadikan sebagai salah satu contoh hasil dalam asuhan keperawatan kepada ibu bersalin dengan masalah  kebutuhan dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum.

b.    Laporan tugas akhir ini dapat di gunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan kepada ibu bersalin dengan masalah  kebutuhan dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum.

c.    Laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pasien untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan dengan masalah  kebutuhan dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum

 

E.  Ruang Lingkup

Laporan tugas akhir ini ditulis dalam bentuk asuhan keperawatan yang dilakukan di Puskesmas Rawat Pasir Sakti. Laporan tugas akhir ini sebelumnya melalui proses seperti perizinan, informed consent dengan pasien dan keluarga yang bersedia untuk dijadikan objek asuhan.  Pengkajian dilakukan pada tanggal 6 sampai dengan 8  Juli 2020 dan dilanjutkan dengan rencana tindakan dan melakukan tindakan keperawatan sampai dengan evaluasi selama tiga hari. Dalam penulisan ini penulis membahas pada satu kasus saja berfokus pada Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.  Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

Definisi Konsep Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia ialah unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis dan psikologis untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Menurut Abraham Maslow dalam A. Aziz A.Aziz ( 2015). Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar (1) kebutuhan fisiologis (makan, minum, pakaian); (2) keamanan; (3) cinta; (4) harga diri; dan (5) aktualisasi diri.

1.    Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.

2.    Kebutuhan Akan Rasa Aman

Kebutuhan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.

            Menurut Maslow dalam (A. Aziz,2015) orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidakaman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.

 

 

3.     Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang

Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut kedalam gelombang permusuhan dan kebencian.

4.    Kebutuhan Akan Penghargaan

          Kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.

5.    Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

            Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.

B.  Tinjauan Konsep Dasar Post Partum

1.    Definisi

Post Partum adalah masa yang dimulai dari persalinan dan berakhir kira- kira setelah 6 minggu, tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu tiga bulan (Wiknjosastro, 2002: 237).

Nifas dibagi menjadi 3 yaitu pertama puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan, kedua adalah puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu, ketiga adalah remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna (Mochtar,R .1998:115).

Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina (Bobak, 2004: 244). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa postpartum dengan episiotomi adalah suatu masa yang dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu dimana pada waktu persalinan dilakukan tindakan insisi pada perineum yang bertujuan untuk melebarkan jalan lahir dan memudahkan kelahiran.

Klasifikasi menurut Mansjoer, dkk tahun 1999 macam-macam episiotomi adalah :

a.         Episiotomi mediana, merupakan insisi yang paling mudah diperbaiki, penyembuhan lebih baik, dan jarang menimbulkan dispareuni. Episiotomi jenis ini dapat menyebabkan ruptur perinei totalis

b.        Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan karena lebih aman.

c.         Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan sedikit relaksasi introitus, pendarahan lebih banyak, dan sukar direparasi.

2.    Anatomi dan fisiologi

a.    Anatomi Organ Reproduksi Wanita

1)                 Organ Generatif Interna

a)              Vagina

                      Vagina merupakan jaringan membran muskulo membranosa berbentuk tabung yang memanjang dari vulva ke uterus berada diantara kandung kemih di anterior dan rectum di posterior.

b)             Uterus

                      Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding tebal yang sebagian tertutup oleh peritoneum atau serosa. Berfungsi untuk implantasi, memberi perlindungan dan nutrisi pada janin, mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan serta mengendalikan pendarahan dari tempat perlekatan plasenta.

            Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri atas dua bagian yaitu bagian atas berbentuk segitiga yang merupakan badan uterus yaitu korpus dan bagian bawah berbentuk silindris yang merupakan bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum atau tuba falopi bermula dari kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan batas superior dan lateral. Bagian atas uterus yang berada diatas kornus disebut fundus. Bagian uterus dibawah insersi tuba falopi tidak tertutup langsung oleh peritoneum, namun merupakan tempat pelekatan dari ligamentum latum. Titik semu serviks dengan korpus uteri disebut isthmus uteri.

            Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhi usia dan paritas seorang wanita. Sebelum pubertas panjangnya bervariasi antara 2,5-3,5 cm. Uterus wanita nulipara dewasa panjangnya antara 6-8 cm sedang pada wanita multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram, sedangkan pada wanita yang belum pernah melahirkan 80 gram atau lebih. Pada wanita muda panjang korpus uteri kurang lebih setengah panjang serviks, pada wanita nulipara panjang keduanya kira-kira sama. Sedangkan pada wanita multipara, serviks hanya sedikit lebih panjang dari sepertiga panjang total organ ini.

            Bagian serviks yang berongga dan merupakan celah sempit disebut dengan kanalis servikalis yang berbentuk fusiformis dengan lubang kecil pada kedua ujungnya, yaitu ostium interna dan ostium eksterna. Setelah menopouse uterus mengecil sebagai akibat atropi miometrium dan endometrim. Istmus uteri pada saat kehamilan diperlukan untuk pembentukan segmen bawah rahim. Pada bagian inilah dinding uterus dibuka jika mengerjakan section caesaria trans peritonealis profunda. Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan arteri ovarika. Arteri uterina yang merupakan cabang utama arteri hipogastrika menurun masuk dasar ligamentum latum dan berjalan ke medial menuju sisi uterus. Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu arteri serviko vaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan bagian atas vagina. Cabang utama memperdarahi bagian bawah serviks dan korpus uteri. Arteri ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvikum. Sebagian darah dari bagian atas uterus, ovarium dan bagian atas ligamentum latum.dikumpulkan melalui vena yang didalam ligamentum latum, membentuk pleksus pampiniformis yang berukuran besar, pembuluh darah darinya bernuara di vena ovarika. Vena ovarika kanan bermuara ke vena cava, sedangkan vena ovarika kiri bermuara ke vena renalis kiri.

 

Persyarafan terutama berasal dari sistem saraf simpatis, tapi sebagian juga berasal dari sistem serebrospinal dan parasimpatis. Cabang-cabang dari pleksus ini mensyarafi uterus, vesika urinaria serta bagian atas vagina dan terdiri dari serabut dengan maupun tanpa myelin. Uterus disangga oleh jaringan ikat pelvis yang terdiri atas ligamentum latum, ligamentum infundibolupelvikum, ligamentum kardialis, ligamentum rotundum dan ligamentum uterosarkum.

Ligamentum latum meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat. Ligamentum infun dibolu pelvikum merupakan ligamentum yang menahan tuba falopi yang berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran limfe, arteria dan vena ovarika. Ligamentum kardinale mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine. Ligamentum uterosakrum menahan uterus supaya tidak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan kanan, sedang ligamentum rotundum menahan uterus antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah ingunal kiri dan kanan.

a)                           Serviks Uteri

Serviks merupakan bagian uterus yang terletak di bawah isthmus di anterior batas atas serviks yaitu ostium interna, kurang lebih tingginya sesuai dengan batas peritoneum pada kandung kemih. Ostium eksterna terletak pada ujung bawah segmen vagina serviks yaitu portio vaginalis. Serviks yang mengalami robekan yang dalam pada waktu persalinan setelah sembuh bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler, atau menyerupai bintang.

Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri dari jaringan kolagen, jaringan elastin serta pembuluh darah. Selama kehamilan dan persalinan, kemampuan serviks untuk meregang merupakan akibat pemecahan kolagen.Mukosa kanalis servikalis merupakan kelanjutan endometrium. Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumner yang menempel pada membran basalis yang tipis.

 

b)                           Korpus Uteri

Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu endometrium, miometrium dan peritoneum.

(1)          Endometrium

Endometrium merupakan bagian terdalam dari uterus, berupa lapisan mukosa yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil. Endometrium berupa membran tipis berwarna merah muda, menyerupai beludru, yang bila diamati dari dekat akan terlihat ditembusi oleh banyak lubang-lubang kecil yaitu muara kelenjar uterine. Tebal endometrium 0,55 mm. Endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar dan jaringan mesenkim antar kelenjar yang didalamnya terdapat banyak pembuluh darah. Kelenjar uterine berbentuk tubuler dalam keadaan istirahat menyerupai jari jemari dari sebuah sarung tangan. Sekresi kelenjar berupa suatu cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga rongga uterus tetap lembab.

(2)          Miometrium

Miometrium merupakan lapisan dinding uterus yang merupakan lapisan muskuler. Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar uterus, terdiri kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat dengan banyak serabut elastin di dalamnya. Selama kehamilan miometrium membesar namun tidak terjadi perubahan berarti pada otot serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot yang terdiri atas tunikla muskularis longitudinalis eksterna, oblique media, sirkularis interna dan sedikit jaringan fibrosa.

(3)          Peritonium

Peritoneum merupakan lapisan serosa yang menyelubungi uterus, dimana peritoneum melekat erat kecuali pada daerah di atas kandung kemih dan pada tepi lateral dimana peritoneum berubah arah sedemikian rupa membentuk ligamentum latum.

 

c)        Organ Generatif Eksterna

(1)      Mons Veneris

Mons veneris adalah bagian menonjol diatas simfisis.Pada wanita dewasa ditutupi oleh rambut kemaluan.pada wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis,sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.

(2)      Labia Mayora (bibir-bibir besar)

Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,terisi jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons veneris.Ke bawah dan belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior.

(3)      Labia Minora (bibir-bibir kecil)

Labia Minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar.Ke depan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis dan dibawah klitoris frenulum klitoridis.Ke belakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea dan urat saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif dan dapat mengembang.

(4)      Klitoris

Kira-kira sebesar kacang ijo tertutup oleh preputium klitoridis, terdiri atas glans klitoridis ,korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis.Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang ,penuh urat saraf dan amat sensitif.

(5)      Vulva

Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan dibatasi dimuka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum; embriologik sesuai sinus urogenitalis.Di vulva 1-1,5 cm di bawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan .tidak jauh dari lubang kemih di kiri dan kanan bawahnya dapat dilihat dua ostia skene.Sedangkan di kiri dan bawah dekat fossa navikular terdapat kelenjar bartholin, dengan ukuran diameter ± 1 cm terletak dibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang bermuara di vulva.Pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah lendir.

(6)      Bulbus Vestibuli Sinistra et Dekstra

Terletak di bawah selaput lendir vulva dekat ramus os pubis, panjang 3-4 cm ,lebar 1-2 cm dan tebal 0,51- 1cm; mengandung pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina.Saat persalinan kedua bulbus tertarik ke atas ke bawah arkus pubis, tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami cedera dan timbul hamatoma vulva atau perdarahan.

(7)      Introitus Vagina

Mempunyai bentuk dan ukuran berbeda , ditutupi selaput dara (hymen). Himen mempunyai bentuk berbeda – beda.dari yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang- lubang atau yang ada pemisahnya (septum) konsistensinya dari yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah dilalui oleh 2 jari. Umumnya himen robek pada koitus.Robekan terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan sampai dasar selaput dara.Sesudah persalinan himen robek pada beberapa tempat.

(8)      Perineum

Terletak antara vulva dan anus , panjangnya rata-rata 4 cm.

b.      Fisiologi

Sistem reproduksi dan struktur terkait pasca partum :

1.    Adaptasi Fisiologis Pada Post Partum :

a)         Proses Involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses dimulai setelah plasenta keluar akibat konstraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir persalinan tahap III, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Ukuran uterus saat kehamilan enam minggu beratnya kira-kira 1000 gr. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari keenam fundus normal berada dipertengahan antara umbilikus dan simfisis fubis. Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam panggul sejati lagi, beratnya kira-kira 500 gr, dua minggu beratnya 350 gr, enam minggu berikutnya mencapai 60 gr (Bobak, 2004: 493).

 

b)     Tempat Plasenta

Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vaskuler dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuhan luka. Proses penyembuhan memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi untuk kehamilan dimasa yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga pascapartum, kecuali bekas tempat plasenta (Bobak, 2004: 493).

 

c)         Konstraksi Uterus

Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, diduga adanya penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis pascapartum dicapai akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan pembekuan. Hormon desigen dilepas dari kelenjar hipofisis untuk memperkuat dan mengatur konstraksi. Selama 1-2 jam I pascapartumintensitas konstraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur, karena untuk mempertahankan kontraksi uterus biasanya disuntikkan aksitosan secara intravena atau intramuscular diberikan setelah plasenta lahir (Bobak, 2004: 493).

 

d)        Lochea

Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah lalu menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas mengandung bekuan darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi. Lochea rubra mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah muda dan coklat setelah 3-4 hari (lochea serosa). lochea serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lochea alba). Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum dan bakteri.

Lochea alba bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir (Bobak, 2004: 494).

e)         Serviks

Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya lebih padat kembali kebentuk semula. Muara serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu melahirkan, menutup bertahap 2 jari masih dapat dimasukkan Muara serviks hari keempat dan keenam pascapartum (Bobak, 2004: 495).

 

f)         Vagina dan Perinium

            Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mucosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir . Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat (Bobak, 2004:495).

 

g)         Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil (estrogen, progesteron, human chrorionic gonadotropin, prolaktin, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga atau keempat pascapartum terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh darah menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Apabila bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu.

Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah dari hari kehari. Sebelum laktasi dimulai, payudara terasa lunak dan keluar cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama 48 jam, susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim) dapat dikeluarkan dari puting susu (Bobak, 2004:498).

 

h)             Laktasi

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelanjar untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas. Ari-ari mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon placenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas ,hormon placenta tak ada lagi sehingga terjadi produksi ASI. Sempurnanya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum yang bagus sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya Gizi dan antibodi pembunuh kuman (http: // www.bali-travelnews.com).

 

i)       Sistem Endokrin

Selama postpartum terjadi penurunan hormon human placenta latogen (HPL), estrogen dan kortisol serta placental enzime insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun pada masa puerperium.Pada wanita yang tidak menyusui, kadar estrogen meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari wanita yang menyusui pascapartum hari ke-17 (Bobak, 2004: 496).

j)               Sistem Urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungís ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan akan mengalami penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati hiperemis dan edema. Kontraksi kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir (Bobak, 2004:497-498).

k)         Sistem Cerna

Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan ringan. Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama tiga hari setelah ibu melahirkan yang disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum. Nyeri saat defekasi karena nyeri diperinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid (Bobak, 2004: 498).

l)      Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya turun sampai mencapai volume sebelum hamil.Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang hamil. Setelah wanita melahirkan meningkat tinggi selama 30-60 menit, karena darah melewati sirkuit uteroplasenta kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10 minggu setelah wanita melahirkan (Bobak, 2004:499-500).

m)      Sistem Muskuloskeletal

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi selama hamil berlangsung terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi membantu relaksasi dan hipermeabilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6-8 setelah wanita melahirkan (Bobak, 2004: 500-501).

n)         Sistem Integumen

Kloasma muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir; hiperpigmentasi di aerola dan linea tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmar dan epulis berkurang sebagai respon penurunan kadar estrogen.Pada beberapa wanita spider nevi bersifat menetap (Bobak, 2004: 501-502).

 

a.      Adaptasi Psikologis Post Partum

Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis post partum dibagi menjadi beberapa fase yaitu :

a)      Fase Taking In ( dependent)Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan, dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan pada tahap ini pasien sangat ketergantungan.

b)    Fase Taking Hold (dependent- independent)

Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap menerima pesan barunya dan belajar tentang hal-hal baru, pada fase ini ibu membutuhkan banyak sumber informasi.

c)      Fase Letting Go (independent)

Fase  dimulai   minggu kelima sampai minggu keenam setelah kelahiran, dimana ibu mampu menerima tanggung jawab normal.

 

b.      Etiologi atau Predisposisi

Faktor dilakukan episiotomi menurut Depkes RI 1996 adalah :

a)    Persalinan yang lama karena perinium yang kaku

b)   Gawat janin

c)    Gawat ibu

d)   Pada tindakan operatif (ekstraksi cunam, vakum)

Sedangkan menurut Rusda (2004), penyebab dilakukan episiotomi berasal dari faktor ibu maupun faktor janin.

Faktor ibu antara lain:

(1) Primigravida

(2) Perinium kaku dan riwayat robekan perinium pada persalinan lalu Terjadi peregangan perinium berlebihan misalnya persalinan sungsang, persalinan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar.

(3) Arkus pubis yang sempit.

Faktor Janin antara lain:

(1) Janin prematur

(2) Janin letak sungsang, letak defleksi. Janin besar.

(3) Keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat janin, tali pusat menumbung.

 

c.       Patofisiologi

Ibu  dengan persalinan episiotomy disebabkan adanya persalinan yang lama:gawat janin (janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif dan gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan perineum lalu,arkus pubis sempit). Persalinan dengan episiotomi mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan menekan pembuluh syaraf sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini menyebabkan Resti konstipasi. Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan menyebabkan resiko defisit volume cairan.Terputusnya jaringan menyebabkan resti infeksi apabila tidak dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko terjadi infeksi.

Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan ibu berada dalam masa nifas. Pada saat masa nifas ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis. Perubahan fisiologis pada ibu akan terjadi uterus kontraksi.Dimana kontraksi uterus bisa adekuat dan tidak adekuat. Dikatakan adekuat apabila kontraksi uterus kuat dimana terjadi adanya perubahan involusi yaitu proses pengembalian uterus ke dalam bentuk normal yang dapat menyebabkan nyeri/ mules, yang prosesnya mempengaruhi syaraf pada uterus. Dimana setelah melahirkan ibu mengeluarkan lochea yaitu merupakan ruptur dari sisa plasenta sehingga pada daerah vital kemungkinan terjadi resiko kuman mudah berkembang.

Dikatakan tidak adekuat dikarenakan kontraksi uterus lemah akibatnya terjadi perdarahan dan atonia uteri.Perubahan fisiologis dapat mempengaruhi payudara dimana setelah melahirkan terjadi penurunan hormon progesteron dan estrogen sehingga terjadi peningkatan hormon prolaktin yang menghasilkan pembentukan ASI dimana ASI keluar untuk pemenuhan gizi pada bayi, apabila bayi mampu menerima asupan ASI dari ibu maka reflek bayi baik berarti proses laktasi efektif. Sedangkan jika ASI tidak keluar disebabkan kelainan pada bayi dan ibu yaitu bayi menolak, bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak adekuat berarti proses laktasi tidak efektif.

Pada perubahan psikologos terjadi Taking In, Taking Hold, dan Letting Go. Pada fase Taking In kondisi ibu lemah maka terfokus pada diri sendiri sehingga butuh pelayanan dan perlindungan yang mengakibatkan defisit perawatan diri. Pada fase Taking Hold ibu belajar tentang hal baru dan mengalami perubahan yang signifikan dimana ibu butuh informasi lebih karena ibu kurang pengetahuan. Pada fase Letting Go ibu mampu menyesuaikan diri dengan keluarga sehingga di sebut ibu yang mandiri, menerima tanggung jawab dan peran baru sebagai orang tua.

 

d.    Manifestasi Klinis

1.    Laserasi Perineum

Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas robekan didefinisikan berdasarkan kedalaman robekan :

a)    Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)

b)   Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)

c)    Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)

d)   Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior) .

2.    Laserasi Vagina

Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina cenderung mencapai dinding lateral (sulci) dan jika cukup dalam, dapat mencapai levator ani.

3.    Cedera Serviks

Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar. Laserasi serviks  akibat persalinan  terjadi  pada  sudut lateral ostium

eksterna,kebanyakan dangkal dan pendarahan minimal (Bobak, 2004: 344-345).

 

e.       Penatalaksanaan

Perbaikan  Episiotomi

1.    Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan

2.    Jika infeksi, buka dan drain luka

3.    Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam dalam 48 jam ( Prawirohardjo, 2002).

 

f.     Komplikasi

1.    Pendarahan

Karena proses episiotomi dapat mengakibatkan terputusnya jaringan sehingga merusak pembuluh darah terjadilah pendarahan.

2.    Infeksi

3.    Infeksi terkait dengan jalannya tindakan episiotomi berhubungan dengan ketidaksterilan alat-alat yang digunakan.

4.    Hipertensi

5.    Penyakit hipertensi berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10% seluruh kehamilan.

6.    Gangguan psikososial

7.    Kondisi Psikososial mempengaruhi integritas keluarga dan menghambat ikatan emosional bayi dan ibu. Bberapa kondisi dapat mengancam keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayi.

g.      Pengkajian Fokus

Fokus pengkajian diambil dari Doengoes 2001.

1.    Tekanan darah

Tekanan darah sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, keadaan ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam.

2.    Nadi

Nadi kembali ke frekuensi normal dalam waktu 1 jam dan mungkin terjadi sedikit bradikardi (50 sampai 70 kali permenit).

3.    Suhu tubuh

Suhu tubuh mungkin meningkat bila terjadi dehidrasi.

4.    Payudara

Produksi kolostrom 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini tergantung kapan menyusui dimulai.

5.    Fundus uteri

Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah umbilicus. Bila uterus lembek , lakukan masase sampai keras. Bila fundus bergeser kearah kanan midline , periksa adanya distensi kandung kemih.

6.    Kandung kemih

Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis post-partum dan cairan intra vena.

7.    Lochea

Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea serosa dengan aliran sedang. Bila darah mengalir dengan cepat, dicurigai terjadinya robekan servik.

8.    Perineum

Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan tidak edema dan jahitan harus utuh.

9.    Nyeri/ Ketidaknyamanan

Nyeri tekan payudara/ pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 postpartum. Periksa adanya nyeri yang berlebihan pada perineum dan adanya kematian dibawah episiotomi.

10.    Makanan / Cairan

Kehilangan nafsu makan dikeluhkan kira-kira hari ke-3.

11.    Interaksi anak-orang tua

Perlu diperhatikan ekspresi wajah orang tua ketika melihat pada bayinya, apa yang mereka dan apa yang mereka lakukan. Respon- respon negatif yang terlihat jelas menandakan adanya masalah.

12.    Integritas ego

Peka rangsang, takut / menangis (”post partum Blues”) sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan.


        Pathways

 

 


Reflek bayi baik


 


C.      Konsep Dasar Nyeri

 

1.        Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial (smeltzer, 2001). Nyeri adalah persepsi dalm kondisi sadar yang dihasilkan dari stres lingkungan. Nosiseptor sering juga disebut sebagai reseptor nyeri, merupakan ujung saraf bebas yang diaktifasi oleh stimulus yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Transmisi neuronal dari nosiseptor berlebih dan diatur hanya sebagian kecil yang tersaring sebelum mencapai korteks somatosensory (Joyke, 2012).

Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivasi sistem saraf simpatis yang akan memperlihatkan gejala-gejala seperti peningkatan respirasi, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, diaphoresis dan dilatasi pupil. Secara verbal klien yang mengalami nyeri akan melaporkan adanya ketidaknyamanan berkaitan dengan nyeri yang dirasakan. Klien yang mengalami nyeri akut biasanya juga akan memperlihatkan respon emosi dan perilaku seperti menangis, mengerang kesakitan, mengerutkan wajah atau menyeringai (Andarmoyo, 2013).

Menurut NANDA, 2011 : 146, nyeri akut adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara actual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan (association for the study of pain).Nyeri merupakan sensasi subyektif rasa tidak nyaman yang biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau potensial. Nyeri dapat bersifat protektif atau tidak memiliki fungsi.

Nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan kronis. Nyeri akut biasanya berlangsung secara singkat, misalnya nyeri pada patah tulang atau pembedahan abdomen. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya mengalami gejala-gejala antara lain: respirasi meningkat, percepatan jantung dan tekanan darah meningkat dan palor. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu yang lebih lama dan pasien lebih sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.

 Nyeri luka episiotomi disebabkan karena terputusnya jaringan atau otot-otot perineum akibat tindakan episiotomi maka aliran darah pada jaringan tersebut terhambat dan mengantarkan respon nyeri ke hypothalamus dan presepsikan ke saraf parifer dan menimbulkan nyeri, serta terbentuknya jaringan parut dan mengakibatkan dispareuni atau nyeri pada vagina atau nyeri di dalam panggul juga dapat terjadi selama melakukan hubungan seksual (Pudiastuti, 2012:1).

 

2.        Fisiologi Nyeri

a.    Teori Awal

Suatu teori yang menjelaskan munculnya nyeri sebagai akibat dari suatu mekanisme relatif sederhana yang menjelaskan bahwa respon nyeri timbul apabila suatu stimulus nyeri mengaktivasi reseptor nyeri, yang dimaksud dengan reseptor nyeri adalah nociceptor. Stimulus dapat berupa zat kimia seperti histamin,bradykinin prostaglandin dan dapat juga distimulasi oleh listrik, panas, mekanik maupun mikroorganisme baik yang berasal dari dalam maupun luar tubuh. Informasi dari reseptor nyeri mencapai sistem saraf sentral melalui serabut saraf asenden. Bila informasi  ini telah sampai di talamus, maka seseorang akan merasakan adanya suatu sensasi serta mempelajari tentang lokasi dan kekuatan stimulus. Bila informasi telah sampai di kortek serebri, maka seseorang menjadi lebih terlibat dengan sensasi nyeri, mencoba menginterpretasikan arti nyeri dan mencari cara untuk menghindari sensasi lebih lanjut (A. Aziz  Ah, 2014).

b.    Teori spesivitas

Teori spesivitas diperkenalkan oleh Descartes, teori ini menjelasdkan bahwa perjalanan dari reseptor-reseptor nyeri yang spesifik melaluijalur neuruanatomiktertentu kepusat nyeri diotak (Andarmoyo, 2013) teori spesivitas ini men unjukan karakteristik multi dimensi dari nyeri, teori ini hanya melihat nyeri secara sederhana yakni paparan biologis tanpa melihat variasi dari efek psikologis individu.(Pradsetyo, 2010). sistem syaraf pusat lebih tinggi. Ketiga adalah input neural desenden dari batang otak .

c.    Teori GateControl

Teorigatecontrol oleh Melzack dan Wall tahun 1965 mengemukakan bahwa substansi gelatinosa (SG), yaitu suatu area dari sel-sel khusus pada bagian ujung dorsal serabut saraf sum-sum tulang belakang (spinalcord) mempunyai peran sebagai mekanisme pintu gerbang (gatingmechanism). Mekanisme pintu gerbang ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai kortek serebri dan menimbulkan persepsi nyeri. Ada tiga faktor yang berinteraksi pada pintu gerbang (gate), antara lain: pertama adalah reseptor nyeri dan serabut nyeri dan interksinya dipintu gerbang, kedua adalah efek pada pintu gerbang elemen kognitif dan emosional, yang sering disebut sebagai fungsi sistem syaraf pusat lebih tinggi. Ketiga adalah input neural desenden dari batang otak .

Dua jenis serabut nyeri yang utama dalam mempelajari nyeri adalah serabut diameterkecil  yang mentransmisikan sensasi nyeri yang keras yang mempunyai reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti tendon, otot dan alat dalam. Sedangkan serabut diameter besar mentransmisikan sensasi sentuhan, getaran, suhu hangat dan tekanan halus (A. Aziz Ah, 2014).

Ada tiga gambaran yang membantu untuk medeterminasi seberapa banyak nyeri yang diterima seseorang. Pertama input emosional dan kognitif yang terus menerus berkaitan dengan stimulus nyeri. Kedua adalah intensitas stimulus nyeri dalam arti jumlah serabut  yang terstimulasi dan frekuensi impuls. Ketiga adalah keseimbangan relativ aktivitas serabut besar terhadap serabut kecil (Andarmoyo,2013).

 

3.      Klasifikasi Nyeri 

Nyeri dapat dikalsifikasikan berdasrkan durasi :

a.         Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu yang singkat. (Andarmoyo,2013)

 

b.      Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang interniten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulasn. (Andarmoyo,2013)

 

 

4.      Ciri-ciri Nyeri

Dalam mengkaji nyeri perawat perlu memastikan lokasi nyeri  secara jelas meliputi dimana nyeri itu dirasakan, misalnya nyeri pada bagian kepala . Untuk lebih memperjelas dapat juga digunakan istilah-istilah seperti proksominal, distal, medial dan lateral. Intensitas nyeri dinyatakan dengan nyeri ringan, sedang, berat atau sangat nyeri. Waktu dan durasi dinyatakan dengan sejak kapan nyeri dirasakan, berapa lama terasa, apakah nyeri berulang maka dalam selang waktu berapa lama dan kapan nyeri berakhir. Kualitas nyeri dinyatakan sesuai dengan apa yang diutarakan pasien misalnya nyeri seperti “dipukul-pukul”, nyeri seperti diiris-iris pisau dan lainnya. Perliku nonverbal pada pasien yang mengalami nyeri dapat diamati oleh perawat misalnya ekspresi wajah kesakitan, gigi mencengkeram, memejamkan mata rapat-rapat, menggigit bibir bawah, dan lain-lain (Aziz Ah,2014).

 

5.    Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dapat dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda (Aziz AH,2014).

Dalam dunia medis ada banyak metode penghitungannya. Berikut ini beberapa cara menghitung skala nyeri yang paling populer dan sering digunakan.

a.         Visual Analog Scale (VAS)

Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menghitung skala nyeri yang paling banyak digunakan oleh praktisimedis. VAS merupakan skala linier yang akan memvisualisasikan gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien.

Pada metode VAS, visualisasinya berupa rentang garis sepanjang kurang lebih 10 cm, di mana pada ujung garis kiri tidak mengindikasikan nyeri, sementara ujung satunya lagi mengindikasikan rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Selain dua indicator tersebut, VAS bisa diisi dengan indikator redanya rasa nyeri. VAS adalah prosedur penghitungan yang mudah untuk digunakan. Namun VAS tidak disarankan untukmenganalisis efek nyeri pada pasien yang baru mengalami pembedahan. Ini karena VAS membutuhkan koordinasi visual, motorik, dan konsentrasi.

 

Berikut adalah visualisasi VAS:

sumber: unud.ac.id

b.      Verbal Rating Scale (VRS)

Verbal Scale (VRS) hamper sama dengan VAS, hanya, pernyataan verbal dari rasa nyeri yang dialami oleh pasien ini jadi lebih spesifik. VRS lebih sesuai jika digunakan pada pasien pasca operasi bedah karena prosedurnya yang tidak begitu bergantung pada koordinasi motorik dan visual.

 

Skala nyeriversi VRS:

sumber: unud.ac.id

 

c.       Numeric Rating Scale (NRS)

Metode Numeric Rating Scale (NRS) didasari pada skala angka 1-10 untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS diklaim lebih mudah dipahami, lebih sensitive terhadap jenis kelamin, etnis, hingga dosis. NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab nyeri akut ketimbang VAS dan VRS.

 

Skala nyeri denganmenggunakan NRS:

                                       sumber: unud.ac.id

 

Keterangan:

0:    Tidak nyeri

1-3: Nyeri ringan: secara obyektif klien dapat berkontribusi dengan baik dan memiliki gejala yang tidak dapat terdeteksi.

4-6: Nyeri sedang: secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. Memiliki karakteristik adanya peningkatan frekuensi pernafasan, tekanan darah, kekuatan darah, kekuatan otot dan dilatasi pupil.

7-9: Nyeri berat: Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi. Memiliki karakteristik muka klien pucet, kekakuan otot, kelelahan dan keletihan.

    10: Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu    lagi  berkomunikasi                 memukul

 

 

6.      Manajemen Penatalaksnaan Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2005), beberapa agen farmakologis digunakan untuk memahami nyeri antara lain:

a.       Analgesik

Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesik untuk penanganan nyeri, karena informasi obat yang tidak benar, karena kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan anlgesik narkotik dan pemberian obat yang kurang diresepkan.

Ada tiga jenis analgesik yaitu analgesik non narkotik dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), analgesik narkotik dan obat tambahan koanalgesik.

b.      Anastesi lokal

Adalah suatu keadaan hilangnya sensasi pada lokalisasi bagian tubuh. Digunakan pada saat tindakan menjahit luka, membantu persalinan dan melakukan pembedahan yang sederhana. Anestesi lokal beresiko kecil daripada anastesi umum.

c.       Analgesia epidural

Merupakan suatu bentuk anestesi lokal dan terapi yang efektif untuk menangani nyeri pascaoperasi akut, nyeri persalinan, melahirkan dan nyeri kronik khususnya yang berhubungan dengan kanker (Potter & Perry, 2005)

Beberapa Terapi Nyeri Non Farmakilogis

Menurut Tamsuri (2007), terapi nyeri non farmakologis antara lain:

1)      Distraksi

Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien lupa terhadap nyeri yang dialami. Aktifitas mengalihkan  perhatian tersebut dapat meliputi kegiatan menyanyi, berdoa, menceritakan foto atau gambar dengan suara keras, mendengarkan musik dan bermain. Salah satu teknik distraksi yang efektif adalah musik, yang dapat menurunkan nyeri fisiologis, stress dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. Musik terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan frekwensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah dan mengubah persepsi waktu (Guzetta (1989) dalam Potter dan Perry (2005). Musik klasik, pop dan modern (musik tanpa vokal, periode tenang) digunakan pada terapi musik. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan efek teraupetik.

2)      Relaksasi

Manajemen nyeri yang digunakan untuk mengatasi nyeri luka episiotomi adalah teknik relaksasi progresif. Karena teknik relaksasi progresif yang dilakukan dapat bermanfaat untuk mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan luka, mengurangi nyeri kepala, dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti alergi, depresi dan asma. Relaksasi progresif dapat digunakan untuk penatalaksanaan masalah fisik dan psikososial, termasuk didalamnya masalah nyeri. Relaksasi yang dihasilkan oleh metode ini dapat bermanfaat untuk menurunkan kecemasan, kontraksi otot dan memfasilitasi tidur ( Utami, 2002 ).

Relaksasi merupakan kebiasaan mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri. Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis. Ada tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu posisi yang tepat, pikiran beristirahat dan lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh disokong, persendian fleksi dan otot-otot tidak tertarik. Adapun teknik relaksasi sebagai berikut:

(a)      Pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara.

(b)     Perlahan-lahan udara dihembuskan kembali sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan betapa nyaman hal tersebut.

(c)      Pasien bernafas beberapa kali dengan irama normal.

(d)     Pasien menarik nafas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan membiarkan hanya kaki dan telapak yang kendor.

(e)      Pasien mengulang langkah 4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot yang lainnya.

(f)    Setelah pasien relaks, pasien dianjurkan bernafas secara pelan-pelan. Bila nyeri menjadi hebat, pasien dapat bernafas secara

 

D.    Tinjauan  Asuhan Keperawatan

1.      Definisi

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.

Menurut Ali (A.aziz 2014) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus- menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien, di mulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien.

Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan saling  memiliki, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.

 

2.      Tujuan asuhan keperawatan

 Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain :

a.       Membantu individu untuk mandiri

b.      Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan

c.       Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatannya

d.      Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

 

3.      Fungsi proses keperawatan

Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut.

a.         Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.

b.         Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.

c.         Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.

 

4.      Tahap-tahap proses keperawatan

a.         Pengkajian

Pengkajian merupakan kegiatan menganalisis informasi, yang dihasilkan dari pengkajian skrining untuk menilai suatu keadaan normal atau abnormal, kemudian nantinya akan digunakan sebagai pertimbangan dengan diagnosa keperawatan yang berfokus pada masalah atau resiko. Pengkajian harus dilakukan dengan dua tahap yaitu pengumpulan data (informasi subjektif maupun objektif) dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medic

 Pengkajian melibatkan beberapa langkah-langkah di antaranya yaitu pengkajian skrining. Dalam pengkajian skrining hal yang pertama dilakukan adalah pengumpulan data. Pengumpulan data merupakan pengumpulan informasi tentang klien yang di lakukan secara sistemastis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu wawancara (anamnesa), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik (pshysical assessment). Langkah selanjutnya setelah pengumpulan data yaitu lakukan analisis data dan pengelompokan informasi (Nanda,2018).

Dalam hal ini, masalah yang diambil termasuk kedalam kategori psikologis dan subkategori nyeri dan kenyamanan. Pengkajian pada masalah nyeri akut meliputi:

Ø  Identitas

Identitas pasien yang harus dikaji meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, nomor rekam medik, tanggal MRS, diagnosa medis.

Ø  Data keluhan utama: Subjektif: mengeluh nyeri

Objektif: tampak meringis, bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur (Nanda,2018)

 

 Karakteristik nyeri dikaji dengan istilah  PQRST sebagai berikut:

1)     P (provokatif atau paliatif) merupakan data dari penyebab atau sumber nyeri

pertanyaan yang ditujukan pada pasien berupa:

a)    Apa yang menyebabkan gejala nyeri?

b)   Apa saja yang mampu mengurangi ataupun memperberat nyeri?

c)    Apa yang anda lakukan ketika nyeri pertama kali dirasakan?

2)    Q (kualitas atau kuantitas) merupakan data yang menyebutkan seperti apa nyeri yang  dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dapat berupa:

a)    Dari segi kualitas, bagaimana gejala nyeri yang dirasakan?

b)   Dari segi kuantitas, sejauh mana nyeri yang di rasakan pasien Sekarangdengan nyeri yang dirasakan sebelumnya?

c)    Apakah nyeri hingga mengganggu aktifitas?

3)   R (regional atau area yang terpapar nyeri atau radiasi) merupakan data mengenai dimana lokasi nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan pada pasien dapat berupa:

a)    Dimana gejala nyeri terasa?

b)    Apakah nyeri dirasakan menyebar atau merambat?

4)   S (skala) merupakan data mengenai seberapa parah nyeri yang dirasakan   pasien, pertanyaan yang ditujukan pada pasien dapat berupa: seberapa parah nyeri yang dirasakan pasien jika diberi rentang angka 1-10?

5)   T (timing atau waktu ) merupakan data mengenai kapan nyeri dirasakan, pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dapat berupa:

a)         Kapan gejala nyeri mulai dirasakan?

b)        Seberapa sering nyeri terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap?

c)         Berapa lama nyeri berlangsung?

d)        Apakah terjadi kekambuhan atau nyeri secara bertahap?

Ø   Data riwayat penyakit sekarang

Ø   Data riwayat penyakit keluarga: riwayat keluarga dihubungkan dengan adanya penyakit keturunan yang di derita.

Ø   Data psikologis

Pada pasien dengan nyeri akut termasuk kedalam kategori psikologis dan subkategori nyeri dan kenyamanan, perawat harus mengkaji data mayor dan minor yang tercantum dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017) yaitu :

1)      Gejala dan tanda mayor

a)    Subjektif : Mengeluh nyeri

b)   Objektif :Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur

2)   Gejala dan tanda minor

a)      Subjektif : -

b)      Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis

b.    Pengumpulan data

1)    Tujuan :

Dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017 diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

Data tersebut harus akurat dan mudah di analisis. Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya kepala pusing, nyeri,dan mual.   Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi

(a)    Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

(b)   Pola koping sebelumnya dan sekarang

(c)    Fungsi status sebelumnya dan sekarang

(d)   Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

(e)    Resiko untuk masalah potensial

(f)      Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

 

2)        Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan (SDKI 2017).

3)        Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan ( SDKI, 2017).

 

4)        Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

 

Menurut PPNI (2017) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.

Terdapat tiga penyebab utama nyeri akut menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) yaitu:

(a)      Agen pencedera fisiologis yaitu seperti inflamasi, iskemia, neoplasma

(b)      Agen pencedera kimiawi yaitu seperti, terbakar, bahan kimia iritan

(c)      Agen pencedera fisik yaitu seperti, abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan.

 

Rumusan diagnosa keperawatan adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (peningkatan perfusi jaringan) ditandai dengan pasien mengatakan mengeluh nyeri pasien tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat.

 

5.    Rencana keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (A.Aziz AH, 2014). Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang (potter,2007)

Intervensi keperawatan memiliki tiga komponen yaitu label, definisi dan tindakan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Label merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi mengenai intervensi keperawatan. Label terdiri atas satu atau beberapa kata yang diawali dengan kata benda (nomina) yang berfungsi sebagai deskriptor atau penjelas dari intervensi keperawatan. Terdapat 18 deskriptor pada label intervensi keperawatan yaitu dukungan, edukasi, kolaborasi, konseling, konsultasi, latihan, manajemen, pemantauan, pemberian, pemeriksaan, pencegahan, pengontrolan, perawatan, promosi, rujukan, resusitasi, skrining dan terapi. Definisi merupakan komponen yang menjelaskan tentang makna dari tabel intervensi keperawatan. Tindakan adalah rangkaian perilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas tindakan observasi, tindakan terapeutik, tindakan edukasi dan tindakan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Sebelum menentukan perencanaan keperawatan, perawat terlebih dahulu menetapkan tujuan. Dalam hal ini tujuan yang diharapkan pada klien dengan nyeri akut yaitu: Tidak mengeluh nyeri, tidak meringis, tidak bersikap protektif, tidak gelisah, tidak mengalami kesulitan tidur, frekuensi nadi membaik, tekanan darah membaik, melaporkan nyeri terkontrol, kemampuan mengenali onset nyeri meningkat, kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat, dan kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis. Setelah menetapkan tujuan dilanjutkan dengan   perencanaan keperawatan. Rencana keperawatan pada pasien dengan nyeri akut antara lain: pemberian analgesik dan manajemen nyeri.

Tabel 1.

Perencanaan Keperawatan pada Diagnosis Keperawatan dengan Nyeri Akut

Diagnosa Keperawatan

Luaran  SLKI

Perencanaan keperawatan

SIKI

Nyeri Akut  berhubungan dengan Peningkatan tekanan intra vaskuler

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab

a)        Agen pencedera fisiologis (mis.Inflamasi,iskemia, neoplasma)

b)        Agen pencedera kimiawi (mis,Terbakar,bahan kimia iritan)

c)        Agen pencedera fisik (mis. Abses,amputasi,terbakar,terpotong,mengangkat berat,prosedur,operasi,trauma,Latihan fisik berlebihan

 

Tanda mayor  subjektif

·         Mengeluh nyeri

 

Tanda mayor  objektif

a)      tampak meringis

b)      bersikap protektif (waspada, posisi menghindari nyeri)

c)      gelisah

d)     sulit tidur

e)       frekuensi nadi meningkat

 

Tanda minor :

 

Subjektif :-

 

Objektif :

a)         Tekanan darah meningkat

b)        Pola nafas berubah

c)         Nafsu makan berubah

d)        Proses berfikir terganggu

e)         Menarik diri

f)         Berfokus pada diri sendiri

g)          Diaforesis

 

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3 kali24 jam, maka diharapkan tingkat nyeri menurun dan kontrol nyeri meningkat dengan kriteria hasil:

       i.    Tidak mengeluh nyeri

     ii.    Tidak meringis

   iii.    Tidak bersikap protektif

   iv.    Tidak gelisah

     v.    Tidak mengalami kesulitan tidur

   vi.    Frekuensi nadi membaik

 vii.    Tekanan darah membaik

viii.    Melaporkan nyeri terkontrol

   ix.    Kemampuan mengenali onset nyeri meningkat

     x.     Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat

   xi.    Kemampuan menggunakan Teknik non-farmakologis

           

           

           

           

           

           

1.      Manajemen nyeri

Observasi

a)      Lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri

b)      Identifikasi skala nyeri

c)      Identifikasi respon nyeri non verbal

d)     Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

e)      Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

f)       Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberi

g)      Monitor efek samping penggunaan analgetik

 

Terapeutik

a)      Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal TENS,Hypnosis,akupresur,terapi music,kompres dingin/hangat)

b)      Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri(missal : suhu ,cahaya dan kebisingan)

c)      Fasilitas istirahat dan tidur

d)     Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi melawan nyeri

 

 

Edukasi

a)      Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri

b)      Jelaskan  strategi meredakan nyeri

c)      Anjurkan monitor nyeri secara mandiri

d)     Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik

2.      Pemberian analgetik

observasi

a)      Identifikasi karakteristik ntyeri

b)      Identifikasi Riwayat alergi obat

c)      Identifikasi kesesuaian jenis analgesik dengan tingkat keparahan nyeri

d)     Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik

e)      Monitor efektifitas analgesic

Terapeutik

a)      Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal,jika perlu

b)      Pertimbangkanpenggunaan infus kontinu,atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum

c)      Tetapkan target efektifitas analgesik

d)     Dokumentasikan respon terhadap efek anlgesic dan efek yang tidak diinginkan

Edukasi

Jelaskan efekterapi dan efek samping obat

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic sesuai indikasi

Intervensi Pendukung

1)      Aroma therapy

2)      Edukasi manajemen nyeri

3)      Edukasi tehnik napas

4)      Kompres dingin

5)      Latihan pernafasan

6)      Manajemen medikasi

7)      Terapi akupresur

8)      Terapi pemijatan

9)      Pemantauan nyeri

10)  Pemberian obat

11)  Edukasi proses penyakit   

12)  Dukungan pengungkapan kebutuhan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENULISAN

 

A.      Fokus Asuhan Keperawatan

Fokus Asuhan Keperawatan ini dengan metode studi kasus pada pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri episiotomi post-partum.

 

B.       Subyek Asuhan Keperawatan

Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau subyek yang menjadi  pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2006). Subyek penelitian pada studi kasus ini adalah:

1.        Usia  20-35 tahun

2.        Pasien post-partum

3.        Pasien yang mengalami gangguan rasa nyaman nyeri episiotomi post-partum

4.        Memahami bahasa Indonesia dan memiliki fungsi pendengaran dan penglihatan yang baik.

5.        Bersedia untuk dijadikan objek asuhan keperawatan

 

C.      Lokasi Dan Waktu

Asuhan keperawatan dengan gangguan rasa nyaman nyeri episiotomi post-partum di  Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti pada tanggal 6 sampai dengan 8   Juli 2020.

 

D.      Definisi Operasional

1.        Asuhan keperawatan adalah memberi bantuan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada  pasien dengan nyeri episiotomi post-partum yang dilakukan selama 3 hari di puskesmas.

2.        Pasien nyeri hipertensi adalah pasien yang berkunjung ke puskesmas yang mendapatkan perawatan dan pengobatan dengan kasus nyeri episiotomi post-partum

 

E.       Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data hasil wawancara dan data obyektif adalah data hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan observasi.

Kegiatan pengumpulan data  dilakukan dengan cara:

1.      Wawancara

Wawancara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari responden atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan responden misalnya mengenai biodata pasien, biodata orang tua/ wali, alas an kunjungan, keluhan utama yang dirasakan pasien saat wawancara berlangsung, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, genogram, riwayat sosial, kebutuhan dasar : nutrisi, aktivitas/ istirahat, personal hygiene, eliminasi, keadaan kesehatan saat ini, dan pengkajian fisik.   

2.      Pengamatan (Observasi)

a)           Pengamatan terlibat (observasi partisipasif )

Pengamat benar-benar mengambil bagian dalamkegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas yang telah di selidiki, misalnya memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh antara lain penimbangan berat badan, pemeriksaan antopometri, memberikan tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien.

b)     Pengamatan sistematis

Pengamatan yang mempunyai kerangka atau struktur yang jelas. Kerangka tersebut memuat beberapa hal, pada masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain, pada keluhan utama, pemeriksaan fisik terutama pada pemeriksaan abdomen, pemeriksaan integumen, pemeriksaan antopometri, polaeliminasi, status nutrisi, dan status hidrasi. Dan pada umumnya observasi sistematika ini di dahului suatu observasi pendahuluan ini dengan observasi partisipasif. Konsultasi dengan melakukan konsultasi kepada yang ahli atau spesialis bagian yang mengalami gangguan.

 

3.      Melalui pemeriksaan yaitu  pemeriksaan fisik  dengan metode inspeksi dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada organ yang diperiksa, palpasi dengan cara meraba organ yang diperiksa, perkusi dengan melakukan pengetuakan dengan menggunakan jari telunjuk atau hamer pada pemeriksaan neurologis dan auskultasi dengan mendegarkan bunyi bagian organ yang diperiksa, pemeriksaan laboratorium serta pemiksaan rontgen, dll (Zaidin Ali, 2014).

 

F.       Penyajian Data

Penulis menyajikan data yang di dapat dalam proses asuhan keperawatan. pada penelitian ini data di sajikan dalam bentuk textular yaitu penyajian data penelitian dalam bentuk uraian kalimat dan juga dalam bentuk tabel (Zaidin Ali, 2014).

 

G.      Prinsip Etik

1.      Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.

2.      Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.

3.      Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.

4.      Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cederafisik dan psikologis pada pasien.

 

5.       Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.

6.      Menepatijanji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan  individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggungjawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

7.         Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang pasien harus dijaga privasi pasien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh pasien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang pasien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang pasien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

8.      Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakans tandar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. (ZaidinAli, 2014)

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

H A S  I  L   D A N   P E M B A H A S A N

 

Pada bab ini menguraikan hasil pengumpulan data tentang asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan gangguan rasa nyaman nyeri episiotomi di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti pada tanggal 6 s/d 8 Juli 2020 atau selama 3 hari di ruang bersalin Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur pada 1 (satu) subjek yaitu Ny. H umur 25 th dengan gangguan rasa nyaman nyeri episiotomi post partum, sesuai dengan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi sebagai berikut :

 

A.      Hasil

1.      Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada tangal 6 Juli 2020 ini merupakan tahap awal dimana informasi tentang pasien dibutuhkan di kumpulkan dan di analisa untuk menentukan diagnose keperawatan.hasil pengkajian adalah sebagai berikut :

a.    Identitas klien

Nama                                            : Ny. H

Umur                                             : 25 tahun

Pendidikan                                    : SLTA

Pekerjaan                                      : Ibu Rumah Tangga

                                  Alamat                                          : Desa Kedung Ringin Kec Pasir Sakti.

Diagnosa Medik                           : G1 P0 A0 Hamil 30 mg Kala aktif

Tanggal Masuk                             : 6 Juli 2020 Jam 00.30 WIB

No RM                                          : 05675

Ruang rawat                                 : Dahlia

Diagnosa                                       : P1A0 past Partum dengan    episiotomi

Tanggal Pengkajian                      : 6 Juli 2020

Waktu                                          : Jam  10.30 WIB

 

b. Identitas Penanggung Jawab :                                                                                                                                                                                    :                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            :

Nama                                     : Tn I                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             :                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        : Tn. I

Umur                                             : 25 tahun

Pekerjaan                                  : Wiraswasta

Pendidikan                              : SLTA

Hubungan dgn Klien                                                             : Suami

c.         Riwayat Kesehatan Klien

Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada perineum akibat episiotomi. Seperti kesemutan, cekit- cekit dan perih, skala nyeri 6.

d.        Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien hamil 39 minggu, GI P0 A0, pada tgl 5 juli 2020 sejak jam 22.30 WIB pasien mengeluh perutnya kenceng-kenceng, keluar darah lendir berwarna coklat, kemudian klien pergi ke puskesmas dan memeriksakannya oleh Bidan puskesmas pasien di periksa dan di sarankan untuk rawat inap pada jam 00.30 WIB tanggal 6 Juli 2020 jam 04.10 WIB di ruang VK klien melahirkan anak laki-laki, Apgar score: 10, BB: 3,6 kg, PB: 50 cm, LK: 34 cm, LD:32 cm, LL : 12cm.. Lama persalinan 4 jam 20 menit, kala I : 22.30-03.30, kala II : 03.30-04.10, kala III : 04.10- 04.25.

e.         Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat asma (-), hipertensi (-), demam berdarah (-), penyakit jantung (-).

f.         Riwayat Kesehatan keluarga

Klien mengatakan keluarganya ada yang menderita asma, hipertensi, demam berdarah, penyakit jantung, riwayat gamelli tidak dikaji.

g.        Riwayat Kehamilan

G I P0 A0, HPHT tanggal 5 Oktober 2019, taksiran persalinan 12 juli 2020. Pasien mengatakan rajin untuk memeriksakan kehamilannya di Bidan terdekat. Yang dimulai pada minggu ke-5 dan tiap bulan periksa ke Bidan. Pada waktu kehamilan pasien mengeluh mual-mual (nyidam).

h.        Riwayat Persalinan

Pasien mengatakan ini adalah persalinan pertamanya

i.          Riwayat Haid

Menarche umur 13 tahun dengan siklus 28 hari dan tidak ada keluhan ketika haid.

j.           Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional

Persepsi Terhadap Kesehatan

Klien menganggap bahwa kesehatan itu sangat penting untuk klien sehingga selalu memeriksakan kehamilannya di Bidan untuk mengetahui status kesehatannya. Ketika sakit, klien membeli obat sendiri di apotik. Bila tidak sembuh, maka Ny. H langsung berangkat periksa ke Bidan terdekat/dokter.

k.         Pola Aktivitas dan Latihan

Klien mengatakan bahwa sebelum kehamilan ini, klien tidak ada keluhan begitu juga saat kehamilan ini. Klien hanya mengeluh perutnya terasa penuh sehingga pada trimester akhir klien.

l.           Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional

Persepsi Terhadap Kesehatan

Klien menganggap bahwa kesehatan itu sangat penting untuk klien sehingga selalu memeriksakan kehamilannya di Bidan untuk mengetahui status kesehatannya. Ketika sakit, klien membeli obat sendiri di apotik. Bila tidak sembuh, maka Ny. H langsung berangkat periksa ke Bidan terdekat/dokter.

m.       Pola Aktivitas dan Latihan

Klien mengatakan bahwa sebelum kehamilan ini, klien tidak ada keluhan begitu juga saat kehamilan  ini. Klien hanya mengeluh perutnya terasa penuh sehingga pada trimester akhir klien.

Aktivitasnya sedikit. Dirumah sakit juga tidak leluasa bergerak karena merasa nyeri, klien terlihat lemas dan sedikit aktivitas.

p.      Pola Istirahat dan Tidur

Pada waktu hamil klien kurang tidur/ istirahat karena tidak nyaman dengan posisi tidurnya, sehingga klien hanya tidur malam 21.00-04.00 WIB, sedangkan tidur siang klien jarang-jarang. Ketika dirumah sakit klien susah tidur. Klien tidur malam dari jam 21.00-05.00 WIB. Klien sering terbangun pada malam hari karena adanya luka post episiotomi pada perineum.

q.      Pola Nutrisi dan Metabolik

Sebelum sakit klien makan 1/4 porsi dari makanan yang disediakan malah kadang-kadang klien lebih sering puasa. Klien  nyidam  rujak dan lebih makan-makanan rujak. Saat dirumah sakit klien makan 1/2 porsi – 1 porsi makan. Klien minum ± 500 – 600 cc/ hari.

r.        Pola Eliminasi (BAB dan BAK)

Sebelum kerumah sakit, klien biasa buang air besar 1 kali / hari dan ketika dirumah sakit klien belum buang air besar karena merasakan sedikit nyeri dengan skala 2-3. sebelum masuk Rumah Sakit, klien buang air kecil ± 4-5 x/ hari, begitu juga saat klien di Rumah Sakit.

s.       Pola Kognitif

Klien percaya apabila mematuhi therapi pengobatan ia akan sembuh. Klien mengeluh nyeri, skala nyeri 8. nyeri timbul saat klien bergerak dan nyeri hilang saat dilakukan teknik relaksas. Nyeri pada bagian perineum, nyeri hilang timbul ± 2-3 menit, cekit-cekit dan perih.

t.        Pola Konsep Diri

Identitas diri : klien mengatakan tetap percaya diri dan menyukai bentuk tubuhnya.

Peran : klien sebagai seorang calon ibu.

u.      Pola Koping

Klien mengatakan bahwa untuk memutuskan sesuatu klien membicarakannya dengan Suami dan Orang tuanya. Hubungan dengan teman dan tetangganya baik-baik saja.

v.      Pola Seksual- Reproduksi

Klien mengatakan bahwa kehamilannya mengganggu pola seksualnya. Sehingga klien jarang melakukan hubungan seksual dengan Suaminya.

w.    Pola Hubungan Sosial

Klien mengatakan bahwa dirumahnya, klien suka mengikuti kegiatan PKK dan pengajian atau kegiatan posyandu 1 bulan sekali. Klien mengatakan tidak ada masalah dengan orang lain.

x.      Pola Nilai dan Kepercayaan

Klien mengatakan beragama Islam dan selama dirumah sakit klien merasa tidak leluasa dan tidak mampu untuk sholat 5 waktu.

 

z.       Pemeriksaan Fisik Pada Ibu

1)   Kepala           : Mesochepal

2)   Rambut         : Tidak mudah rontok, cukup bersih, hitam, lurus

3)   Mata              :  Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil

                         isokor

4)   Hidung         :  Bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping

   hidung

5)   Telinga          : Bersih, simetris, tidak ada sekret

6)   Mulut            : Stomatitis (-), Karies Gigi (-)

7)   Leher            : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tonsil, trakhea     ditengah, tidak ada distensi vena jugularis

8)   Dada             : Mammae simetris, berisi, hangat, areola berpigmentasi, nipple menonjol, ekspansi paru simetris

9)   Abdomen   : Ada striae sedikit, DRA tidak dikaji, tidak ada  massa pada abdomen, bising usus 18x/ menit , TFU : ± 2cm     dibawah umbilicus Dilatasi rektus abdominalis panjang 8 cm lebar 1 cm.

10)    Perineum   :  Keluar darah sedikit ± 40 cc , luka episiotomi   masih basah, kemerahan,tidak ada oedema, ada bintik kebiruan, tidak ada nanah dan tidak ada perdarahan, jenis jahitan jelujur, jumlah jahitan dalam dan luar tidak dikaji.

11)    Anus           : Tidak ada hemoroid

12)    Ekstremitas : Tidak ada varises, akral dingin, tidak ada oedem, Homan’s sign tidak dikaji.

13)    Tanda-TandaVital :           

(a)    TD     : 120/ 80 mmHg

(b)   S        : 36,5ºC

(c)    RR     : 24x / menit

(d)   N       : 82x / menit

aa.   Data Penunjang

1)   Hematology

Tanggal 6 Juli 2020 jam 07.54 WIB

 Kimia Darah                      Hasil                            Nilai Normal

 Hemoglobin                       11,80gr%                     (12,00-15,00 gr%)

 Hematokrit             34,70 %                       (35,0-47,0 %)

Eritrosit                               3,50 %                         (3,90-5,60 %)

Leukosit                              16,90 rb/mmk              (4,00-11,00 rb/mmk)

Trombosit                            195,0 rb/mmk              (150,0-400,0 rb/mmk)

2)   Therapy pengobatan, dilakukan tanggal 6 Juli 2020  jam 07.54 WIB Di berikan:

(a) Amoxicylin 3 x 500 mg

(b) Asam mefenamat 3x 500mg

(c) Vitamin BC / C / SF 2 x 1

3)   Diit biasa : nasi, lauk dan sayur.

4)   Rawat luka area perineum akibat luka episiotomi dengan betadin

 

2.        Analisa Data

Dari hasil pengkajian secara  wawancara dan observasi ,penulis menemukan masalah yang dikeluhkan oleh Ny. H baik dari subjektif ataupun objektif adalah sebagai berikut:

 

Tabel 2.

Analisis Data

 

No

Data

Problem

Etiologi

 

1.

S : klien tampak klien mengatakan nyeri pada perineum akibat episiotomi skala 6, ketika bergerak nyerinya seperti cekit-cekit dan perih.

O : klien tampak meringis kesakitan

Gangguan rasa nyeri

Terputusnya jaringan sekunder terhadap luka

Episiotomi

2.

S : klien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir seperti

 

      menstruasi

O : • adanya kemerahan dan nyeri tekan pada perineum

   terdapat luka episiotomi, keadaan vulva kotor, keluar lochea rubra ± 40 cc,cairan berwarna merah, Hb:11,80 gr%,

suhu: 36,5ºC.

Resiko infeksi

Trauma jaringan/ kerusakan fisik

3.

S   : klien mengatakan tidak tahu bagaimana melakukan perawatan payudara

O : Klien sering bertanya bagaimana melakukan perawatan payudara.

 

 

Kurangnya pengetahuan tentang “Breast Care”.

Minimnya informasi tentang perawatan payudara

 

 

3.           Diagnosa Keperawatan

a.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder terhadap luka episiotomi

b.     Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kerusakan kulit

c.     Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi tentang Breast  care

4.        Rencana Keperawatan

Dalam memberikan rencana asuhan keperawatan pada Ny.H hanya berfokus pada masalah gangguan rasa nyaman nyeri .Adapun intervensi rencana asuhan keperawatan yang di berikan ialah sebagai berikut :

 

Tabel 3

Rencana Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

 

Diagnose

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi Keperawatan

Rasional

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder terhadap luka episiotomi

Mencegah atau meminimalkan rasa nyeri.

a)    Nyeri berkurang atau hilang.

b)   Ekspresi wajah rileks.

c)    Pasien mampu melakukan tindakan dan mengungkapkan intervensi untuk mengatasi nyeri dengan cepat.

d)   Tanda-tanda vital normal (tekanan darah 120/ 80 mm Hg. Nadi 80- 88 x/ menit)

 

a)        Tentukan lokasi dan sifat I nyeri.

b)       Identifikasi sekala nyeri

c)        Berikan tehnik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

d)       Identifikasi Faktor yang memperberat nyeri

e)        Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

f)         Berikan tehnik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri misalnya teknik relaksasi dan distraksi.

 

g)        Fasilitasi istirahat tidur

h)       Jelaskan strategi melawan nyeri

i)         Monitor tanda tanda vital

j)         Kolaborasi pemberian antibiotik dan analgetik

a)    Mengidentifikasikan  kebutuhan-kebutuhan  khusus dan intervensi yang tepat

b)   Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan atau terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi atau intervensi lebih lanjut.

 

c)    Membantu memberikan rasa nyaman dengan latihan pernapasan panjang dalam.

d)   Memberikan kenyamanan sehingga klien dapat memfokuskan pada perawatan sendiri dan bayinya.

 

5.           Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Setelah menyusun rencana tindakan keperawatan kepada Ny H maka penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang  telah di buat dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan .Adapun tindakan yang dilakukan sebagai berikut :

 

Tabel 4.

Implementasi dan Evaluasi keperawatan

 

Hari/Tgl/

Waktu

Implementasi

Prf

Hari/Tgl/

Waktu

Evaluasi

Prf

Senin, 6 Juli 2020 pukul 10.00 WIB

1.   Mengukur skala nyeri daerah kualitas dan waktu

2.   Memantau ekspresi non verbal seperti meringis

3.   Meriksa TTV

TD : 120/80mmHg

Nadi:80x/menit

RR:24 x/menit

Suhu:36℃

4.   Memantau pemberian obat analgesik,antibiotik dan vitamin

5.   Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa nyeri yang dirasakan adalah wajar

6.       Menganjurkan pasien tarik napas panjang dan dalam

 

Senin, 6 Juli 2020 pukul 11.00 WIB

S:

·      Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka jahitan terutama pada saat bergerak, skala nyeri 6.

·      Pasien mengatakan nyeri berkurang dan merasa nyaman setelah melakukan napas panjang dalam, skala nyeri,5

 

O:

·      Pasien tampak meringis menahan nyeri saat pasien menggerakkan tubuhnya untuk duduk, terdapat jahitan jelujur pada perinium

·      Setelah melakukan latihan napas dalam panjang pasien tampak tenang dan tiduran diatas tempat tidur

·      Pasien lebih tenang dan cemas berkurang

·      TTV :

o  TD : 120/80mmHg

o  Nadi:80x/menit

o  RR:24 x/menit

o  Suhu:36℃

 

·      Therapi yang diberikan :

o  asam mefenamat 1 tablet

o  amoxicylin  1 tablet

o  vitamin BC 1

A : Nyeri akut

P :

·      Pantau skala nyeri

·      Anjurkan teknik relaksasi napas panjang dalam

·      Menganjurkan untuk istirahat tirah baring supaya pasien dapat istirahat tidur

·      Pantau pemberikan analgetik,antibiotik dan vitamin

 

Selasa, 7 Juli 2020 pukul 08.00 WIB

1.   Memantau skala nyeri

2.   Menganjurkan pasien melakukan napas panjang dalam

3.   Menganjurkan pasien duduk dengan mengontraksi otot gluteal

4.   Meriksa TTV

TD : 110/80mmHg

Nadi:80x/menit

RR:24 x/menit

Suhu:36,5℃

5.   Memantau pemberian obat analgesik,antibiotik dan vitamin

 

 

 

Selasa, 7 Juli 2020 pukul 08.00 WIB

S:

  Pasien mengatakan nyeri berkurang skala nyeri 3

  Pasien mengatakan sudah dapat mengontrol nyeri dengan cara menarik napas panjang dan dalam

O:

  Pasien terlihat tenang

  Pasien dapat duduk dan nyeri pada daerah perineum sudah berkurang

  TTV :

TD : 110/80mmHg

Nadi:80x/menit

RR:24 x/menit

Suhu:36,5℃

  Therapi yang diberikan :

o  asam mefenamat 1 tablet

o   amoxicylin  1 tablet

o  vitamin BC 1

A: Nyeri akut teratasi sebagian

P:

  Pantau skala nyeri

  Pantau TTV

  Pantau pemberian therapi

  Anjurkan tehnik relaksasi

 

 

Rabu, 8 Juli 2020 pukul 08.00 WIB

1.   Memantau skala nyeri

2.   Memantau TTV

TD : 110/80mmHg

Nadi:80x/menit

RR:24 x/menit

 

Suhu:36℃

 

3.   Memantau pemberian therapi obat analgesik,antibiotik dan vitamin

 

Rabu, 8 Juli 2020 pukul 09.00 WIB

S:Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang sekala nyeri 2

O:Pasien sudah dapar berjalan ke kamar mandi

  TTV :

o TD : 110/80mmHg

 

o Nadi:80x/menit

o RR:24 x/menit

o Suhu:36℃

 

  Obat yang diberikan:

o Asam mefenamat 1 tablet

o Amoxcylin 1 tablet

o Vitamin BC 1

A . Masalah nyeri teratasi

P :-

 

 

 

 

B.     Pembahasan

1.    Pengkajian Keperawatan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan klien post partum dengan episiotomi pada Ny. H di Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Pasir Sakti yang dikelola selam 3 hari , mulai tanggal 6 s/d 8 Juli 2020. Disini penulis akan membahas diagnosa keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi yang diimplementasikan dengan konsep dasar, adapun diagnosa keperawatan yang dibahas adalah Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder terhadap luka episiotomi.

Akut adalah pengalaman sensoria atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau funfsional ,dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI edisi 1 2016) .

Episiotomi yang menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan sehingga menekan pembuluh saraf sekitar dan menyebabkan nyeri. Nyeri pada Ny. H disebabkan karena luka episiotomi dan ditunjang dengan data-data sebagai berikut pasien mengatakan nyeri pada luka episiotomi atau luka pada perineum, nyeri bertambah saat bergerak/aktivitas dengan skala nyeri 6, ekspresi wajah tampak menahan nyeri dan pasien tampak gelisah.

 

2.    Dignosa keperawatan

Berdasarkan hasil pengumpulan pengumpulan data pada tahap pengkajian,masalah keperawatan di temukan tiga diagnosa keperawatan

a.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder terhadap luka episiotomi

b.    Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kerusakan kulit

c.    Pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi tentang Breas care

Diagnosa keperawatan menjadi prioritas utama karena nyeri pada Ny. H merupakan keluhan utama dan berdasarkan pada Hirarki Maslow yang memprioritaskan kebutuhan fisiologis yang dilanjutkan dengan rasa nyaman, sehingga rasa nyeri harus segera ditangani agar tidak mengganggu aktivitas yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan rasa ketakutan untuk melakukan gerakan dan tindakan

 

3.    Intervensi Keperawatan

Manajemen nyeri yang digunakan untuk mengatasi nyeri luka episiotomi adalah teknik relaksasi progresif. Karena teknik relaksasi progresif yang dilakukan dapat bermanfaat untuk mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan luka, mengurangi nyeri kepala, dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti alergi, depresi dan asma. Relaksasi progresif dapat digunakan untuk penatalaksanaan masalah fisik dan psikososial, termasuk didalamnya masalah nyeri. Relaksasi yang dihasilkan oleh metode ini dapat bermanfaat untuk menurunkan kecemasan, kontraksi otot dan memfasilitasi tidur (Utami, 2002).

Adapun intervensi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri berhubungan dengan trauma mekanisme episiotomi adalah : kaji koping mengatasi nyeri untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat. Ajarkan teknik relaksasi (tarik nafas panjang) untuk membantu menurunkan nyeri. Monitor tanda-tanda vital untuk mengetahui respon nyeri secara fisiologis.

Dari rencana tindakan yang dibuat penulis dalam melakukan implementasi berjalan sesuai dengan rencana tindakan, tak ada kesulitan dalam melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari. Karena dalam hal ini didukung oleh peran klien yang aktif dan kooperatif untuk diajak kerjasama dalam meningkatkan proses penyembuhan.

 

4.    Implementasi Keperawatan

Dari implementasi yang dilakukan dari tanggal 6 s/d 8 Juli 2020 (selama 3 hari) penulis membuat kriteria hasil yaitu nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri 0-2, ekspresi wajah klien rileks, tanda-tanda vital normal terutama tekanan darah dan nadi (TD 120/80 mmHg, N: 80-88 x/ menit). Evaluasi dari data terakhir pada tanggal 8 Juli 2020, setelah 3 hari dilakukan implementasi didapatkan data subjektif pasien menyatakan nyeri berkurang tapi masih terasa sedikit nyeri pada luka episiotomi saat bergerak, dengan skala nyeri 2, data objektifnya ekspresi wajah klien tampak rileks, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 36℃ C, RR: 24 x/menit, sehingga penulis menganalisa masalah teratasi dengan waktu yang telah ditetapkan.

Sehingga rasa nyeri harus segera ditangani agar tidak mengganggu aktivitas yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan rasa ketakutan untuk melakukan gerakan dan tindakan.

 

5.    Evaluasi Keperawatan

Nyeri luka episiotomi disebabkan karena terputusnya jaringan atau otot-otot perineum akibat tindakan episiotomi maka aliran darah pada jaringan tersebut terhambat dan mengantarkan respon nyeri ke hypothalamus dan presepsikan ke saraf parifer dan menimbulkan nyeri, serta terbentuknya jaringan parut dan mengakibatkan dispareuni atau nyeri pada vagina atau nyeri di dalam panggul juga dapat terjadi selama melakukan hubungan seksual (Pudiastuti, 2012:1).

Pada tinjauan kasus ini waktu dilakukan evaluasi tentang gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder terhadap luka episiotomy  selama 3x24 jam, karena tindakan yang tepat dan pasien juga melakukan tindakan yang  diajarkan oleh perawat untuk mengatasi nyeri dan berhasil dilaksanakan dan tujuan dan kriteria hasil telah tercapai .

Berdasarkan evaluasi selama 3 hari pada subjek asuhan sudah menunjukan perbaikan dan sesuai dengan tujuan dari asuhan keperawatan yang di rencanakan dimana nyeri yang merupakan permasalahan utama dalam perawatan dapat teratasi .Pasien juga sudah mampu duduk dan berjalan dan merasa tenang


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A.      Kesimpulan

 

Setelah melakukan tindakan asuhan keperawatan langsung pada Ny. H post partum dengan episiotomi di Puskesmas Pawat Inap Pasir sakti pada tanggal 6 s/d 8 Juli 2020, dapat diambil beberapa kesimpulan, dan digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemberian asuhan keperawatan pada pasien  dengan episiotomi post partum di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti sebagai berikut :

1.      Pengkajian telah mengindentifikasi karakteristik usia, jenis kelamin, Riwayat Kesehatan, keluhan utama, dan faktor lain yang mempengaruhi Asuhan yaitu Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Lampung Timur tahun 2020.

2.      Diagnosis keperawatan yang ditemukan pada klien subjek asuhan yaitu Gangguan rasa nyaman nyeri episiotomi post partum .

3.      Intervensi keperawatan dilakukan dengan memfokuskan satu diagnosa keperawatan yaitu Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti  tahun 2020.

Adalah mengkaji sekala nyeri, daerah, kwalitas dan waktu terjadinya nyeri memantau ekpresi non verbal seperti meringis, mengobservasi TTV :  TD nadi suhu, pernafasan pasien, menganjurkan pasien tehnik relaksasi, memberikan suasana tenang dan nyanam, melakukan kolaborasi pemberian analgetik an antibiotik untuk penyembuhan luka episiotomi

4.      Implementasi yang dilakukan pada Ny. H selama tiga hari  mulai dari tanggal 6 Juli 2020 sampai dengan 8 Juli 2020 berdasarkan pada intervensi keperawatan  yang ditentukan berfokus pada diagnose keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti tahun 2020

5.      Evaluasi setelah tiga hari mendapatkan perawatan, didapatkan pada akhir evaluasi semua hasil dapat tercapai karena adanya kerja sama yang baik antara pasien dan perawat, hasil evaluasi pada Ny. H sesuai dengan harapan.

B.       Saran

Dengan adanya uraian diatas maka penulis memberikan saran agar karya tulis ini dapat di mamfaatkan dan dapat diterapkan demi kemajuan , selanjutnya laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan mengaplikasikan ilmu yang sudah di pelajari selama menempuh pendidikan di Poltekes Tanjungkarang Jurusan DIII Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar oprasional pelaksanaan yang baik dan benar dalam mengatasi pasien dengan kebutuhan nyaman nyeri akibat episiotomi post partum:

1.      Bagi Mahasiswa

Laporan Tugas Akhir dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengembangkan sarana untuk mengembangkan yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan dengan mengaplikasikannya di lapangan institusi pelayanan kesehatan

2.      Bagi Perawat Puskesmas

Laporan Tugas Akhir ini dapat dijadikan sebagai dasar referensi untuk memberikan asuhan keperawatan dengan kebutuhan gangguan rasa nyaman nyeri episiotomi post partum dan perawat yang lebih sering berhubungan dengan pasien sangat perlu meningkatan pengetahuan dan keterampilan agar mampu merawat pasien secara komperhensif dan optimal. Dan perawat juga harus bekerja sama dengan tim kesehatan  lain ( dokter,ahli gizi,psikiatri dan pekerja social )

3.      Bagi Institusi Poltekes Tanjungkarang

Laporan Tugas  Akhir  ini dapat dijadikan sebagai bahan literature tambahan yang telah di dapatkan oleh penulis untuk memenuhi pembelajaran dan pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan

4.      Bagi Institusi Pemerintah

Agar dapat melengkapi sarana dan prasarana dan alat kesehatan di Puskesmas agar pelayanan yang diberikan kepada pasien agar lebih maksimal

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bobak, M. Irene. (2004). Maternity and Gynekologic Care, Mosby Company, USA.

Bramantyo,Lastiko. (2006). Info Ayah bunda, Retrieved June 11,2007,  http://www.ayahbunda-online_com.htm

INS. (2005).Episiotomi Rutin Tidak Perlu Dilakukan, Retrieved May 6,2007,from http://Kalbe.co.id

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif . (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, FKUI, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan, Edisi 3,Cetakan 6, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Rusda, M. (2004). Anastesi Infiltrasi Pada Episiotomi. Universitas  Sumatra Utara, Retrieved May 4, 2007 , from

http://library.usu.ac.id/modules.php.html#1

Tim Pokja SKDI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Diagnosa Keperawatan  . Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) .Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Tindakan Keperawatan Jakarta: PPNI


 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer