ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI EPISIOTOMI PADA POST PARTUM DI PUSKESMAS RAWAT INAP PASIR SAKTI TAHUN 2020
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN
NYERI
EPISIOTOMI PADA POST
PARTUM
DI PUSKESMAS RAWAT INAP
PASIR SAKTI
TAHUN 2020
Disusun
Oleh:
HODIJAH
NIM. RPL.
1914401130
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI
D III KEPERAWATAN PROGRAM RPL
TAHUN 2020
LAPORAN
TUGAS AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN
NYERI
EPISIOTOMI PADA POST
PARTUM
DI PUSKESMAS RAWAT INAP
PASIR SAKTI
TAHUN 2020
Laporan
Tugas Akhir ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Menyelesaikan
Pendidikan pada Program Studi Diploma III
Keperawatan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Disusun
Oleh:
HODIJAH
NIM.
RPL. 1914401130
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI
D III KEPERAWATAN PROGRAM RPL
TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
Laporan Tugas Akhir, April
2020
HODIJAH
Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Pada Post Partum
Di Puskesmas Rawat Inap Pasir
Sakti Tahun 2020
xiv + 61 halaman, 1 gambar, 4 tabel
ABSTRAK
Sebagian besar ibu
yang dilakukan episiotomi mengalami nyeri . Beberapa ada yang tidak mengalami
robekan karena jalan lahirnya cukup elastis ketika di lalui bayi saat proses
persalinan diperlukan bantuan dokter dan bidan untuk memperlebar jalan lahir
dengan dilakukan pengguntingan jaringan perineum. Studi ini untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien dengan masalah keperawatan gangguan rasa nyaman
nyeri akut pada klien post partum penelitian studi
kasus ini bertempat di ruang dahlia Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti dengan
jangka waktu minimal 3 hari dari mulai pengkajian sampai klien keluar dari ruang dahlia Puskesmas Rawat Inap Pasir
Sakti. Subyeknya 1 klien dengan masalah keperawatan gangguan rasa
nyaman nyeri akut pada klien post partum. Metode yang digunakan pada studi
kasus ini adalah wawancara, observasi , pemeriksaan fisik , studi dokumentasi
dan pengumpulan hasil dari pemeriksaan diagnostik. Hasil penelitian studi kasus
menunjukan keadaan klien membaik dan klien dapat melakukan aktifitas dengan
lancar. Simpulan dari hasil penelitian studi kasus ini adalah dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien post partum yang diselesaikan adalah melatih
klien dalam melakukan tekhnik relaksasi, jika tekhnik relaksasai tidak segera ditangani
akan menyebabkan masalah lain kenaikan suhu tubuh,nyeri semakin bertambah dan
aktifitas tidak lancar
Kata kunci : post
partum, nyeri,asuhan keperawatan
Bahan pustaka : 9 (
1998-2018)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “Asuhan keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi pada Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020
“. Dalam proses pembuatan Laporan
Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena
itu pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada
:
1. Warjidin
Aliyanto, SKM., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
2. Gustop
Amatiria, S.Kp.M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
3. Ns.
Musiana, M.Kep, MM. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.
4. Rohayati,
S.Kep. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, saran,
masukan, serta motivasi.
5. Ns,Titi
Astuti M.Kep,Sp,Mat selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan
bimbingan, saran, masukkan, serta motivasi.
6. KUPTD
dan seluruh staff Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Lampung Timur, yang telah mengijinkan untuk
menjadi tempat penelitian dan membantu memberikan data yang penulis butuhkan,
dan seluruh
staff pengajar dan karyawan di lingkungan jurusan Keperawatan Poltekes Tanjung karang yang telah banyak membantu.
7. Orang
tua,Suami
tercinta dan Anak Anakku tersayang yang telah membantu, memberikan support dan
motivasi selama menempuh pendidikan dan menyusun Laporan tugas Akhir.
8. Teman-teman
RPL 1 yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam penyusunan laporan
Tugas Akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk menyempurnakan laporan tugas akhir ini, apabila masih ada
kekurangan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis mengharapkan saran
dan kritik dari semua pihak guna perbaikan selanjutnya.
Semoga laporan
tugas akhir ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu keperawatan.
Bandar Lampung, 20 Juli 2020
Penulis
BIODATA PENULIS
Nama : HODIJAH
NIM :
RPL 1914401130
Tempat & Tgl Lahir : Ciamis,28 Oktober 1967
Agama : Islam
Alamat :
Jln. Purnajaya RT 023 RW 07 Dusun VII
Desa Rejomulyo Kecamatan Pasir Sakti
Kab.Lampung Timur
No. Handphone :
0853-1916-6951
Email :
nyaikhodijah@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD (1974-1980) :
SD Negeri Cikembulan Kab.Ciamis Jawa Barat
SMP (1980-1983) :
SMP Muhammadiyah 1 Metro Kab. Lampung Tengah
SPK (1983-1986) : SPK Metro Kab.Lampung Tengah
DIII (2019-Sekarang) : Politeknik Kesehatan Prodi Keperawatan
Tanjung Karang
BAB
I PENDAHULUAN
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Konsep Kebutuhan Dasar
B. Tinjauan
Konsep Dasar Post Partum
a. Adaptasi Psikologis Post Partum
5. Pengukuran Intensitas Nyeri
6. Manajemen Penatalaksnaan Nyeri
D. Tinjauan Asuhan Keperawatan
4. Tahap-tahap proses keperawatan
BAB
IV H A S I L D A
N P E M B A H A S A N
5. Implementasi
dan Evaluasi Keperawatan
A. Kesimpulan
DAFTAR TABEL
Tabel
1 Perencanaan Keperawatan Pada Diagnosis Keperawatan Dengan Nyeri Akut.
Tabel
3 Rencana Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Tabel
4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.
GAMBAR
Pathways…………………………………………………………………………21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut World Health
Organitation (WHO) tahun 2007 jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) Sebanyak 536
perempuan meninggal yang di akibatkan oleh persalinan. Sebanyak 99% Angka
Kematian Ibu (AKI) di akibatkan oleh persalinan terjadi di negara-negara
berkembang.Rasio Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara berkembang merupakan
yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.(Depkes, 2012)
Di Indonesia
laserasi robekan jalan lahir dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada
tahun 2017 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57%
ibu mendapat jahitan perineum (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan
spontan) (Depkes RI, 2017).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015, Angka
Kematian IBU (AKI) di Indonesia mencapai 305 kematian per 100.000 kelahiran
hidup.Bila dilihat berdasarkan data Angka Kematian Ibu (AKI) yang ada di
provinsi lampung tahun 2016 jumlah kasus kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan sebanyak 46 kasus (Dinkes ,2016).
Di Puskesmas Rawat
Inap Pasir Sakti kejadian robekan jalan
lahir pada tahun 2019 akibat episiotomi sebanyak 206 orang, yang mengalami
keluhan nyeri akut biasanya mengalami gejala-gejala antara lain
nyeri,gelisah,bersifat kooperatif,waspada posisi menghindari , meningkat,susah
tidur, tekanan darah dan nadi meningkat dan pola nafas berubah.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Pengertian
nyeri menurut Wolf Weifsel Feurst (2004), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan
menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan
ketegangan.Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut dalam
serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis,
maupun emosional. (Musrifatul., Hidayat.2008)
Episiotomi dikembangkan di
Inggris pada tahun 1970 dan awal tahun 1980-an, dimana saat itu tindakan
episiotomi dipakai sekitar 50%. Tindakan episiotomy umumnya dilakukan pada
wanita yang baru pertama melahirkan. Namun kadang-kadang episiotomi dilakukan
juga pada persalinan berikutnya,tergantung situasinya. Bila akan terjadi
robekan maka dilakukan episiotomy (Ayah bunda- online_com.htm.dr. lastiko
Bramantyo Sp.OG. 2006).
Tindakan episiotomi saat ini masih tinggi di karenakan berbagai macam
indikasi dalam proses persalinan normal, berdasarkan
latar belakang tersebut, penulis tertarik mengangkat kasus Asuhan Keperawatan
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Pada Post-Partum
Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti untuk penyusunan tugas akhir
dengan harapan pasien memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.
Penulis merumuskan
masalah yaitu Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Pada Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun
2020.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Pada Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun
2020
2.
Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti
Tahun 2020
b. Merumuskan diagnosa Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020
c. Menbuat rencana keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir
Sakti Tahun 2020
d. Melakukan tindakan keperawatan pada Gangguan Rasa Nyaman
Nyeri Episiotomi Post Partum
Di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Tahun 2020
e. Melakukan evaluasi keperawatan dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum Di Puskesmas Rawat Inap Pasir
Sakti Tahun 2020
1. Teoritis.
a. Hasil laporan ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada ibu bersalin dengan masalah kebutuhan dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Episiotomi Post Partum.
b.
Menambah
referensi bagi mahasiswa, perawat masyarakat yang membutuhkan asuhan keperawatan kepada
ibu bersalin dengan masalah kebutuhan dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Episiotomi Post Partum
2. Praktis
a.
Laporan tugas akhir ini dapat di jadikan sebagai salah satu contoh
hasil dalam asuhan
keperawatan kepada ibu
bersalin dengan masalah
kebutuhan dasar Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum.
b.
Laporan tugas
akhir ini dapat
di gunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang asuhan keperawatan kepada ibu
bersalin dengan masalah
kebutuhan dasar Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum.
c.
Laporan tugas
akhir ini dapat bermanfaat bagi pasien untuk
mengetahui tentang asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Episiotomi Post Partum
E. Ruang Lingkup
Laporan tugas akhir ini ditulis dalam bentuk asuhan keperawatan yang dilakukan
di Puskesmas Rawat Pasir Sakti. Laporan tugas akhir ini sebelumnya melalui
proses seperti perizinan, informed
consent dengan pasien dan keluarga yang bersedia untuk dijadikan objek
asuhan. Pengkajian dilakukan pada
tanggal 6 sampai dengan 8
Juli 2020 dan
dilanjutkan dengan rencana tindakan dan melakukan tindakan keperawatan sampai
dengan evaluasi selama tiga hari. Dalam penulisan ini penulis membahas pada
satu kasus saja berfokus pada Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Konsep Kebutuhan Dasar
Definisi
Konsep Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia ialah unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis dan psikologis untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Menurut Abraham Maslow dalam A. Aziz
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan
fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik.
Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat
berteduh, seks, tidur dan oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah
potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman
Kebutuhan rasa aman ini diantaranya adalah
rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya
mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan
dan bencana alam. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis
karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah
dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya
orang lain.
Menurut
Maslow dalam (A. Aziz,2015) orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku
sama seperti anak-anak yang tidakaman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan
selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki
kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan
berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak
diharapkannya.
3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang
Bagi
Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua
orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika
salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya.
Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi
dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya,
menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut kedalam gelombang
permusuhan dan kebencian.
4. Kebutuhan Akan Penghargaan
Kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan
lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang
lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian,
reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah
kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi,
penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan
untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri,
kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.
5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
Tingkatan
terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri. Kebutuhan
aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi
melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow
melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh
kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya anak muda di
Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih
rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai
aktualisasi diri.
B. Tinjauan Konsep Dasar
Post Partum
Post Partum adalah masa yang
dimulai dari persalinan dan berakhir kira- kira setelah 6 minggu, tetapi
seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu tiga bulan (Wiknjosastro, 2002: 237).
Nifas dibagi menjadi 3 yaitu
pertama puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan, kedua adalah puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu, ketiga adalah remote puerperium
yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna (Mochtar,R
.1998:115).
Episiotomi adalah insisi pada
perineum untuk memperbesar mulut vagina
(Bobak, 2004: 244). Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa postpartum dengan episiotomi adalah suatu masa yang dimulai
setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu dimana pada waktu
persalinan dilakukan tindakan insisi pada perineum yang bertujuan untuk
melebarkan jalan lahir dan memudahkan kelahiran.
Klasifikasi menurut Mansjoer,
dkk tahun 1999 macam-macam episiotomi adalah :
a.
Episiotomi mediana, merupakan
insisi yang paling mudah diperbaiki, penyembuhan lebih baik, dan jarang
menimbulkan dispareuni. Episiotomi jenis ini dapat menyebabkan ruptur perinei totalis
b.
Episiotomi
mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan karena lebih aman.
c.
Episiotomi lateral,
tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan sedikit relaksasi introitus, pendarahan lebih banyak,
dan sukar direparasi.
2. Anatomi dan fisiologi
a. Anatomi Organ
Reproduksi Wanita
1)
Organ Generatif Interna
a)
Vagina
Vagina
merupakan jaringan membran muskulo membranosa berbentuk tabung yang memanjang
dari vulva ke uterus berada diantara kandung kemih di anterior dan rectum di
posterior.
b)
Uterus
Uterus adalah organ
muskuler yang berongga dan berdinding tebal yang sebagian tertutup oleh peritoneum
atau serosa. Berfungsi untuk implantasi, memberi perlindungan dan nutrisi pada
janin, mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan serta mengendalikan
pendarahan dari tempat perlekatan plasenta.
Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri
atas dua bagian yaitu bagian atas berbentuk segitiga yang merupakan badan
uterus yaitu korpus dan bagian
bawah berbentuk silindris
yang merupakan bagian
fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum atau tuba falopi bermula dari
kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan batas superior dan lateral.
Bagian atas uterus yang berada diatas kornus disebut fundus. Bagian uterus
dibawah insersi tuba falopi tidak tertutup langsung
oleh peritoneum, namun
merupakan tempat pelekatan
dari ligamentum latum. Titik semu serviks
dengan korpus uteri
disebut isthmus uteri.
Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhi usia dan
paritas seorang wanita. Sebelum pubertas
panjangnya bervariasi antara 2,5-3,5 cm. Uterus wanita nulipara dewasa panjangnya antara 6-8
cm sedang pada wanita multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita yang pernah
melahirkan antara 50-70 gram, sedangkan pada
wanita yang belum
pernah melahirkan 80 gram atau lebih. Pada wanita muda panjang korpus uteri kurang lebih setengah
panjang serviks, pada wanita nulipara panjang keduanya kira-kira sama.
Sedangkan pada wanita multipara, serviks hanya
sedikit lebih panjang
dari sepertiga panjang
total organ ini.
Bagian serviks yang berongga dan merupakan celah sempit
disebut dengan kanalis servikalis yang berbentuk fusiformis dengan lubang kecil
pada kedua ujungnya, yaitu ostium interna dan ostium eksterna. Setelah
menopouse uterus mengecil sebagai akibat atropi miometrium dan endometrim.
Istmus uteri pada saat kehamilan diperlukan untuk pembentukan segmen bawah rahim.
Pada bagian inilah dinding uterus dibuka jika mengerjakan section caesaria trans peritonealis profunda. Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari
uteri aterina dan arteri ovarika. Arteri uterina
yang merupakan cabang
utama arteri hipogastrika menurun masuk dasar ligamentum latum dan berjalan ke medial
menuju sisi uterus. Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu
arteri serviko vaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan
bagian atas vagina. Cabang utama memperdarahi bagian
bawah serviks dan korpus uteri.
Arteri ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam
ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvikum. Sebagian darah dari bagian atas uterus, ovarium
dan bagian atas ligamentum
latum.dikumpulkan melalui vena yang didalam ligamentum latum, membentuk
pleksus pampiniformis yang berukuran besar,
pembuluh darah darinya
bernuara di vena ovarika. Vena ovarika kanan bermuara ke vena cava, sedangkan
vena ovarika kiri bermuara ke vena renalis
kiri.
Persyarafan terutama
berasal dari sistem
saraf simpatis, tapi sebagian juga berasal dari sistem serebrospinal dan
parasimpatis. Cabang-cabang dari pleksus ini mensyarafi uterus, vesika urinaria
serta bagian atas vagina dan terdiri dari serabut dengan maupun tanpa myelin. Uterus disangga oleh jaringan ikat pelvis
yang terdiri atas ligamentum latum,
ligamentum infundibolupelvikum, ligamentum kardialis, ligamentum rotundum
dan ligamentum uterosarkum.
Ligamentum latum meliputi tuba,
berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
Ligamentum infun dibolu pelvikum merupakan ligamentum yang menahan tuba falopi
yang berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan
urat-urat saraf, saluran limfe, arteria dan vena ovarika. Ligamentum kardinale
mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan
berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine. Ligamentum
uterosakrum menahan uterus supaya tidak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan kanan, sedang ligamentum
rotundum menahan uterus antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah ingunal kiri dan kanan.
a)
Serviks Uteri
Serviks merupakan bagian uterus
yang terletak di bawah isthmus di anterior batas atas serviks yaitu ostium
interna, kurang lebih tingginya sesuai dengan batas peritoneum pada kandung
kemih. Ostium eksterna terletak pada ujung
bawah segmen vagina
serviks yaitu portio vaginalis.
Serviks yang mengalami robekan yang dalam pada waktu persalinan setelah sembuh
bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler, atau menyerupai bintang.
Serviks memiliki serabut otot
polos, namun terutama terdiri dari jaringan kolagen, jaringan elastin serta
pembuluh darah. Selama kehamilan
dan persalinan, kemampuan serviks untuk meregang merupakan akibat pemecahan
kolagen.Mukosa kanalis servikalis merupakan
kelanjutan endometrium. Mukosanya terdiri dari satu
lapisan epitel kolumner yang menempel pada membran basalis
yang tipis.
b)
Korpus Uteri
Dinding korpus uteri terdiri
dari 3 lapisan, yaitu endometrium, miometrium dan peritoneum.
(1)
Endometrium
Endometrium merupakan bagian
terdalam dari uterus, berupa lapisan mukosa yang melapisi rongga uterus pada
wanita yang tidak hamil. Endometrium berupa membran
tipis berwarna merah muda, menyerupai beludru, yang bila diamati
dari dekat akan terlihat ditembusi oleh banyak lubang-lubang kecil yaitu muara
kelenjar uterine. Tebal endometrium 0,55 mm. Endometrium terdiri dari epitel
permukaan, kelenjar dan jaringan mesenkim antar kelenjar yang didalamnya
terdapat banyak pembuluh darah. Kelenjar uterine berbentuk tubuler dalam
keadaan istirahat menyerupai jari jemari dari sebuah sarung tangan. Sekresi
kelenjar berupa suatu cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga rongga uterus
tetap lembab.
(2)
Miometrium
Miometrium merupakan
lapisan dinding uterus
yang merupakan lapisan muskuler. Miometrium merupakan
jaringan pembentuk sebagian besar uterus, terdiri kumpulan
otot polos yang disatukan jaringan
ikat dengan banyak serabut
elastin di dalamnya. Selama kehamilan miometrium membesar namun tidak terjadi
perubahan berarti pada otot serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot
yang terdiri atas tunikla muskularis longitudinalis eksterna, oblique media,
sirkularis interna dan sedikit jaringan fibrosa.
(3)
Peritonium
Peritoneum merupakan lapisan
serosa yang menyelubungi uterus, dimana peritoneum melekat erat kecuali pada
daerah di atas kandung kemih dan pada tepi lateral
dimana peritoneum berubah
arah sedemikian rupa
membentuk ligamentum latum.
c)
Organ Generatif Eksterna
(1) Mons Veneris
Mons veneris adalah bagian
menonjol diatas simfisis.Pada wanita dewasa ditutupi oleh rambut kemaluan.pada
wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis,sedangkan ke bawah sampai
sekitar anus dan paha.
(2) Labia Mayora (bibir-bibir besar)
Terdiri atas bagian kanan dan
kiri, lonjong mengecil ke bawah,terisi jaringan lemak serupa dengan yang ada di
mons veneris.Ke bawah dan belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior.
(3) Labia Minora (bibir-bibir
kecil)
Labia Minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar.Ke depan kedua bibir
kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis dan dibawah
klitoris frenulum klitoridis.Ke belakang kedua bibir kecil bersatu dan
membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
glandula sebasea dan urat saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif
dan dapat mengembang.
(4) Klitoris
Kira-kira sebesar kacang ijo
tertutup oleh preputium klitoridis,
terdiri atas glans klitoridis ,korpus klitoridis, dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis.Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang ,penuh
urat saraf dan amat sensitif.
(5)
Vulva
Bentuk lonjong dengan ukuran
panjang dari muka ke belakang dan dibatasi dimuka oleh
klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir
kecil dan dibelakang oleh perineum; embriologik sesuai sinus urogenitalis.Di
vulva 1-1,5 cm di bawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang
kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan .tidak jauh dari lubang kemih di kiri dan
kanan bawahnya dapat dilihat dua ostia skene.Sedangkan di kiri dan bawah dekat
fossa navikular terdapat kelenjar bartholin, dengan ukuran diameter ± 1 cm
terletak dibawah otot konstriktor kunni dan
mempunyai saluran kecil
panjang 1,5-2 cm yang bermuara
di vulva.Pada koitus kelenjar
bartolin mengeluarkan getah lendir.
(6) Bulbus Vestibuli Sinistra et Dekstra
Terletak di bawah selaput lendir
vulva dekat ramus os pubis, panjang 3-4 cm ,lebar 1-2 cm dan tebal 0,51- 1cm;
mengandung pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan
muskulus konstriktor vagina.Saat persalinan kedua bulbus tertarik ke atas ke
bawah arkus pubis, tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering
mengalami cedera dan timbul hamatoma vulva atau perdarahan.
(7) Introitus Vagina
Mempunyai bentuk dan ukuran
berbeda , ditutupi
selaput dara (hymen). Himen
mempunyai bentuk berbeda – beda.dari yang semilunar (bulan sabit) sampai
yang berlubang- lubang
atau yang ada pemisahnya (septum) konsistensinya dari yang kaku sampai yang lunak sekali.
Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai
yang mudah dilalui oleh 2 jari. Umumnya himen robek pada koitus.Robekan terjadi pada tempat jam 5 atau
jam 7 dan sampai dasar selaput dara.Sesudah persalinan himen robek pada
beberapa tempat.
(8) Perineum
Terletak antara vulva dan anus ,
panjangnya rata-rata 4 cm.
b. Fisiologi
Sistem reproduksi dan struktur terkait
pasca partum :
1.
Adaptasi
Fisiologis Pada Post Partum :
a)
Proses Involusi
Proses kembalinya uterus ke
keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut
involusi. Proses dimulai setelah
plasenta keluar akibat konstraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir
persalinan tahap III, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm dibawah
umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Ukuran
uterus saat kehamilan enam minggu beratnya
kira-kira 1000 gr. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus
kurang lebih 1 cm
diatas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari keenam
fundus normal berada dipertengahan antara umbilikus dan simfisis fubis.
Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam panggul sejati lagi, beratnya
kira-kira 500 gr, dua minggu beratnya 350 gr, enam minggu berikutnya mencapai
60 gr (Bobak, 2004: 493).
b) Tempat Plasenta
Setelah plasenta dan ketuban
dikeluarkan, kontriksi vaskuler dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur. Pertumbuhan endometrium menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi
karakteristik penyembuhan luka. Proses penyembuhan memampukan endometrium
menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi untuk kehamilan
dimasa yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga pascapartum, kecuali
bekas tempat plasenta
(Bobak, 2004: 493).
c)
Konstraksi Uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat
segera setelah bayi lahir, diduga adanya penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. Hemostatis pascapartum dicapai akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan pembekuan.
Hormon desigen dilepas dari kelenjar hipofisis untuk memperkuat dan mengatur
konstraksi. Selama 1-2 jam I pascapartumintensitas konstraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur, karena untuk mempertahankan kontraksi
uterus biasanya disuntikkan aksitosan secara intravena atau intramuscular
diberikan setelah plasenta lahir (Bobak, 2004: 493).
d)
Lochea
Lochea adalah rabas uterus yang
keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah lalu menjadi merah tua atau
merah coklat. Rabas mengandung bekuan darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah
lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah
maksimal yang keluar selama menstruasi. Lochea rubra
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur
menjadi merah muda dan coklat setelah 3-4 hari (lochea serosa). lochea serosa
terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit dan debris jaringan.
Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning
sampai putih (lochea alba). Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel
epitel, mucus, serum dan bakteri.
Lochea alba bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir
(Bobak, 2004: 494).
e)
Serviks
Serviks menjadi lunak setelah
ibu malahirkan. 18 jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya lebih
padat kembali kebentuk semula. Muara serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu
melahirkan, menutup bertahap 2 jari masih dapat dimasukkan Muara serviks hari
keempat dan keenam pascapartum
(Bobak, 2004: 495).
f)
Vagina dan Perinium
Estrogen
pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mucosa vagina dan hilangnya rugae.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali
secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir . Rugae
akan kembali terlihat pada sekitar
minggu keempat (Bobak, 2004:495).
g)
Payudara
Konsentrasi hormon yang
menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil (estrogen, progesteron, human chrorionic gonadotropin,
prolaktin, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga
atau keempat pascapartum terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh darah
menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa
tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Apabila bayi belum menghisap
(atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu.
Ketika laktasi terbentuk, teraba
suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah dari hari
kehari. Sebelum laktasi dimulai, payudara terasa lunak dan keluar cairan
kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi
dimulai, payudara terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa nyeri akan
menetap selama 48 jam, susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim) dapat
dikeluarkan dari puting susu (Bobak, 2004:498).
h)
Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar-kelanjar untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah
ari-ari atau plasenta lepas. Ari-ari mengandung hormon penghambat prolaktin
(hormon placenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas
,hormon placenta tak ada lagi sehingga terjadi produksi ASI. Sempurnanya ASI
keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum yang bagus sekali
untuk bayi, karena mengandung
zat kaya Gizi dan antibodi pembunuh kuman (http: // www.bali-travelnews.com).
i) Sistem Endokrin
Selama postpartum terjadi
penurunan hormon human placenta latogen (HPL), estrogen dan kortisol serta
placental enzime insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga
kadar gula darah menurun pada masa puerperium.Pada wanita yang tidak menyusui,
kadar estrogen meningkat pada minggu kedua setelah
melahirkan dan lebih tinggi dari wanita yang menyusui pascapartum hari ke-17
(Bobak, 2004: 496).
j)
Sistem Urinarius
Perubahan hormonal pada masa
hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungís ginjal,
sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan akan mengalami
penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal
dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan.
Trauma terjadi pada uretra dan kandung kemih selama
proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati hiperemis dan edema. Kontraksi
kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir (Bobak, 2004:497-498).
k)
Sistem Cerna
Ibu biasanya lapar setelah
melahirkan sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan ringan. Penurunan tonus dan
motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir. Buang
air besar secara spontan bisa tertunda selama
tiga hari setelah ibu
melahirkan yang disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan pada awal masa pascapartum. Nyeri saat defekasi karena nyeri
diperinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid (Bobak, 2004: 498).
l) Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke-3 dan 4 setelah
bayi lahir, volume darah biasanya turun sampai mencapai volume sebelum
hamil.Denyut jantung, volume sekuncup
dan curah jantung
meningkat sepanjang hamil.
Setelah wanita melahirkan meningkat tinggi selama 30-60 menit, karena darah
melewati sirkuit uteroplasenta kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung
normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10 minggu setelah wanita melahirkan (Bobak,
2004:499-500).
m)
Sistem
Muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal
ibu terjadi selama hamil berlangsung terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi
membantu relaksasi dan hipermeabilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6-8 setelah wanita melahirkan (Bobak,
2004: 500-501).
n)
Sistem Integumen
Kloasma muncul pada masa hamil
biasanya menghilang saat kehamilan berakhir; hiperpigmentasi di aerola dan
linea tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit meregang pada
payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang
seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider
angioma (nevi), eritema palmar dan epulis berkurang
sebagai respon penurunan kadar estrogen.Pada beberapa
wanita spider nevi bersifat
menetap (Bobak, 2004: 501-502).
a. Adaptasi
Psikologis Post Partum
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis
post partum dibagi menjadi beberapa fase yaitu :
a)
Fase Taking In ( dependent)Fase ini dimulai pada hari
kesatu dan kedua setelah melahirkan, dimana
ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan pada tahap ini pasien sangat ketergantungan.
b)
Fase Taking Hold
(dependent- independent)
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan
berakhir pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap
menerima pesan barunya dan belajar tentang hal-hal baru, pada fase ini ibu
membutuhkan banyak sumber informasi.
c)
Fase Letting Go (independent)
Fase dimulai minggu
kelima sampai minggu keenam setelah kelahiran,
dimana ibu mampu menerima tanggung
jawab normal.
b.
Etiologi atau Predisposisi
Faktor dilakukan episiotomi
menurut Depkes RI 1996 adalah :
a)
Persalinan yang lama
karena perinium yang kaku
b)
Gawat janin
c)
Gawat ibu
d)
Pada tindakan
operatif (ekstraksi cunam, vakum)
Sedangkan menurut Rusda (2004), penyebab dilakukan
episiotomi berasal dari faktor ibu maupun faktor janin.
Faktor ibu antara lain:
(1) Primigravida
(2) Perinium kaku dan riwayat robekan
perinium pada persalinan lalu Terjadi
peregangan perinium berlebihan misalnya persalinan sungsang, persalinan cunam,
ekstraksi vakum dan anak besar.
(3) Arkus pubis yang sempit.
Faktor Janin antara lain:
(1) Janin prematur
(2) Janin letak sungsang, letak defleksi. Janin besar.
(3) Keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II
seperti pada gawat janin, tali pusat menumbung.
c.
Patofisiologi
Ibu dengan persalinan episiotomy
disebabkan adanya persalinan yang lama:gawat janin (janin prematur,
letak sungsang, janin besar), tindakan
operatif dan gawat ibu (perineum
kaku, riwayat robekan perineum lalu,arkus pubis sempit).
Persalinan dengan episiotomi mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan menekan
pembuluh syaraf sehingga
timbul rasa nyeri dimana ibu akan merasa cemas sehingga takut
BAB dan ini menyebabkan Resti konstipasi. Terputusnya jaringan juga merusak
pembuluh darah dan menyebabkan resiko defisit volume cairan.Terputusnya jaringan
menyebabkan resti infeksi apabila tidak dirawat
dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar mikroorganisme masuk ke dalam
tubuh semakin besar
resiko terjadi infeksi.
Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan ibu berada dalam masa nifas. Pada saat masa nifas ibu mengalami
perubahan fisiologis dan
psikologis. Perubahan fisiologis pada ibu akan terjadi uterus kontraksi.Dimana
kontraksi uterus bisa adekuat dan tidak adekuat. Dikatakan adekuat apabila
kontraksi uterus kuat dimana terjadi adanya perubahan involusi yaitu proses
pengembalian uterus ke dalam bentuk normal yang dapat menyebabkan nyeri/ mules,
yang prosesnya mempengaruhi syaraf pada uterus. Dimana setelah melahirkan ibu mengeluarkan lochea yaitu merupakan
ruptur dari sisa plasenta
sehingga pada daerah
vital kemungkinan terjadi
resiko kuman mudah berkembang.
Dikatakan tidak adekuat dikarenakan kontraksi uterus
lemah akibatnya terjadi perdarahan dan atonia uteri.Perubahan fisiologis dapat
mempengaruhi payudara dimana setelah melahirkan terjadi penurunan hormon progesteron dan estrogen sehingga
terjadi peningkatan hormon prolaktin yang menghasilkan pembentukan ASI dimana
ASI keluar untuk pemenuhan gizi pada bayi, apabila bayi mampu menerima asupan
ASI dari ibu maka reflek bayi baik berarti proses laktasi
efektif. Sedangkan jika ASI tidak keluar
disebabkan kelainan pada bayi
dan ibu yaitu bayi menolak, bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak adekuat
berarti proses laktasi tidak efektif.
Pada perubahan psikologos terjadi Taking In, Taking Hold, dan Letting Go. Pada fase Taking In kondisi ibu lemah maka
terfokus pada diri sendiri sehingga butuh pelayanan dan perlindungan yang
mengakibatkan defisit perawatan diri.
Pada fase Taking Hold
ibu belajar tentang
hal baru dan mengalami
perubahan yang signifikan dimana ibu butuh informasi lebih karena ibu kurang
pengetahuan. Pada fase Letting Go ibu
mampu menyesuaikan diri dengan keluarga sehingga di sebut ibu yang mandiri,
menerima tanggung jawab dan peran baru sebagai orang tua.
d.
Manifestasi Klinis
1. Laserasi Perineum
Biasanya
terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas robekan didefinisikan berdasarkan
kedalaman robekan :
a) Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)
b) Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)
c) Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)
d) Derajat empat (robekan
mencapai dinding rektum anterior) .
2. Laserasi Vagina
Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina
cenderung mencapai dinding lateral (sulci) dan jika cukup dalam, dapat mencapai
levator ani.
3.
Cedera Serviks
Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang
keluar. Laserasi serviks akibat persalinan terjadi pada sudut lateral ostium
eksterna,kebanyakan dangkal dan pendarahan minimal (Bobak,
2004: 344-345).
e.
Penatalaksanaan
Perbaikan Episiotomi
1. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda
infeksi dan pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan
2.
Jika infeksi, buka dan
drain luka
3. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan
debridemen dan berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas
demam dalam 48 jam ( Prawirohardjo, 2002).
f.
Komplikasi
1.
Pendarahan
Karena proses episiotomi dapat mengakibatkan terputusnya
jaringan sehingga merusak
pembuluh darah terjadilah pendarahan.
2.
Infeksi
3. Infeksi terkait dengan jalannya tindakan episiotomi
berhubungan dengan ketidaksterilan alat-alat yang digunakan.
4.
Hipertensi
5. Penyakit hipertensi berperan
besar dalam morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi
sekitar 7% sampai 10% seluruh kehamilan.
6.
Gangguan psikososial
7. Kondisi Psikososial mempengaruhi integritas keluarga dan
menghambat ikatan emosional bayi dan ibu. Bberapa kondisi
dapat mengancam keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayi.
g.
Pengkajian Fokus
Fokus pengkajian diambil dari Doengoes 2001.
1.
Tekanan darah
Tekanan darah sedikit meningkat karena upaya persalinan
dan keletihan, keadaan ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam.
2.
Nadi
Nadi kembali ke frekuensi normal
dalam waktu 1 jam dan mungkin
terjadi sedikit bradikardi (50 sampai 70 kali permenit).
3.
Suhu tubuh
Suhu tubuh mungkin meningkat bila terjadi dehidrasi.
4.
Payudara
Produksi kolostrom 48 jam pertama, berlanjut pada susu
matur biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini tergantung kapan menyusui
dimulai.
5.
Fundus uteri
Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah
umbilicus. Bila uterus
lembek , lakukan
masase sampai keras.
Bila fundus bergeser kearah kanan midline , periksa adanya distensi
kandung kemih.
6.
Kandung kemih
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu
cepat terisi karena diuresis post-partum dan cairan intra vena.
7.
Lochea
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23,
menjadi lochea serosa dengan aliran sedang. Bila darah mengalir dengan cepat,
dicurigai terjadinya robekan servik.
8.
Perineum
Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan
tidak edema dan jahitan harus utuh.
9.
Nyeri/ Ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/ pembesaran dapat terjadi diantara
hari ke-3 sampai ke-5 postpartum. Periksa adanya nyeri yang
berlebihan pada perineum dan adanya kematian dibawah episiotomi.
10.
Makanan / Cairan
Kehilangan nafsu makan dikeluhkan kira-kira hari ke-3.
11.
Interaksi anak-orang tua
Perlu diperhatikan ekspresi wajah orang tua ketika melihat
pada bayinya, apa yang mereka dan apa yang mereka lakukan. Respon- respon
negatif yang terlihat jelas menandakan adanya masalah.
12.
Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (”post partum Blues”) sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan.
C. Konsep Dasar Nyeri
1.
Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial
(smeltzer, 2001). Nyeri adalah persepsi dalm kondisi sadar yang dihasilkan dari
stres lingkungan. Nosiseptor sering juga disebut sebagai reseptor nyeri,
merupakan ujung saraf bebas yang diaktifasi oleh stimulus yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan. Transmisi neuronal dari nosiseptor berlebih dan
diatur hanya sebagian kecil yang tersaring sebelum mencapai korteks somatosensory (Joyke, 2012).
Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivasi sistem
saraf simpatis yang akan memperlihatkan gejala-gejala seperti peningkatan
respirasi, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, diaphoresis dan dilatasi pupil. Secara
verbal klien yang mengalami nyeri akan melaporkan adanya ketidaknyamanan
berkaitan dengan nyeri yang dirasakan. Klien yang mengalami nyeri akut biasanya
juga akan memperlihatkan respon emosi dan perilaku seperti menangis, mengerang
kesakitan, mengerutkan wajah atau menyeringai (Andarmoyo, 2013).
Menurut NANDA,
2011 : 146, nyeri akut adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak
menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara actual atau potensial
atau menunjukkan adanya kerusakan (association for the study of pain).Nyeri merupakan sensasi subyektif rasa tidak nyaman yang
biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau potensial. Nyeri dapat
bersifat protektif atau tidak memiliki fungsi.
Nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan kronis. Nyeri akut biasanya berlangsung
secara singkat, misalnya nyeri pada patah tulang atau pembedahan abdomen.
Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya mengalami gejala-gejala antara lain:
respirasi meningkat, percepatan jantung dan tekanan darah meningkat dan palor.
Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu yang lebih lama
dan pasien lebih sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
Nyeri
luka episiotomi disebabkan karena terputusnya jaringan atau otot-otot perineum
akibat tindakan episiotomi maka aliran darah pada jaringan tersebut terhambat
dan mengantarkan respon nyeri ke hypothalamus dan presepsikan ke saraf parifer
dan menimbulkan nyeri, serta terbentuknya jaringan parut dan mengakibatkan dispareuni atau
nyeri pada vagina atau nyeri di dalam panggul juga dapat terjadi selama melakukan
hubungan seksual (Pudiastuti, 2012:1).
2.
Fisiologi
Nyeri
a. Teori Awal
Suatu teori yang menjelaskan munculnya
nyeri sebagai akibat dari suatu mekanisme relatif sederhana yang menjelaskan bahwa
respon nyeri timbul apabila suatu stimulus nyeri mengaktivasi reseptor nyeri,
yang dimaksud dengan reseptor nyeri adalah nociceptor. Stimulus dapat berupa zat
kimia seperti histamin,bradykinin prostaglandin dan dapat juga distimulasi oleh
listrik, panas, mekanik maupun mikroorganisme baik yang berasal dari dalam
maupun luar tubuh. Informasi dari
reseptor nyeri mencapai sistem saraf sentral melalui serabut saraf asenden.
Bila informasi ini telah sampai di
talamus, maka seseorang akan merasakan adanya suatu sensasi serta mempelajari
tentang lokasi dan kekuatan stimulus. Bila informasi telah sampai di kortek
serebri, maka seseorang menjadi lebih terlibat dengan sensasi nyeri, mencoba
menginterpretasikan arti nyeri dan mencari cara untuk menghindari sensasi lebih
lanjut (A. Aziz Ah, 2014).
b. Teori spesivitas
Teori
spesivitas diperkenalkan oleh Descartes, teori ini menjelasdkan bahwa
perjalanan dari reseptor-reseptor nyeri yang spesifik melaluijalur
neuruanatomiktertentu kepusat nyeri diotak (Andarmoyo, 2013) teori spesivitas
ini men unjukan karakteristik multi dimensi dari nyeri, teori ini hanya melihat
nyeri secara sederhana yakni paparan biologis tanpa melihat variasi dari efek
psikologis individu.(Pradsetyo, 2010). sistem syaraf pusat lebih tinggi. Ketiga
adalah input neural desenden dari batang otak .
c. Teori GateControl
Teorigatecontrol
oleh Melzack dan Wall tahun 1965 mengemukakan bahwa substansi gelatinosa (SG), yaitu
suatu area dari sel-sel khusus pada bagian ujung dorsal serabut saraf sum-sum
tulang belakang (spinalcord)
mempunyai peran sebagai mekanisme pintu gerbang (gatingmechanism).
Mekanisme pintu gerbang ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang
datang sebelum mereka sampai kortek serebri dan menimbulkan persepsi nyeri. Ada
tiga faktor yang berinteraksi pada pintu gerbang (gate), antara lain: pertama adalah reseptor nyeri dan serabut nyeri
dan interksinya dipintu gerbang, kedua adalah efek pada pintu gerbang elemen
kognitif dan emosional, yang sering disebut sebagai fungsi sistem syaraf pusat
lebih tinggi. Ketiga adalah input neural desenden dari batang otak .
Dua jenis serabut nyeri yang utama dalam
mempelajari nyeri adalah serabut diameterkecil yang mentransmisikan sensasi nyeri yang keras
yang mempunyai reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur
dalam seperti tendon, otot dan alat dalam. Sedangkan serabut diameter besar mentransmisikan sensasi
sentuhan, getaran, suhu hangat dan tekanan halus (A. Aziz Ah, 2014).
Ada tiga gambaran
yang membantu untuk medeterminasi seberapa banyak nyeri yang diterima
seseorang. Pertama input emosional dan kognitif yang terus menerus berkaitan
dengan stimulus nyeri. Kedua adalah intensitas stimulus nyeri dalam arti jumlah
serabut yang terstimulasi dan frekuensi
impuls. Ketiga adalah keseimbangan relativ aktivitas serabut besar terhadap
serabut kecil (Andarmoyo,2013).
3.
Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat dikalsifikasikan berdasrkan durasi :
a.
Nyeri akut
Nyeri akut
adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,atau intervensi bedah
dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai
berat) dan berlangsung untuk waktu yang singkat. (Andarmoyo,2013)
b.
Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah
nyeri konstan yang interniten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri
ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung
lebih dari 6 bulasn. (Andarmoyo,2013)
Dalam mengkaji
nyeri perawat perlu memastikan lokasi nyeri
secara jelas meliputi dimana
nyeri itu dirasakan, misalnya nyeri pada bagian kepala . Untuk lebih
memperjelas dapat juga digunakan istilah-istilah seperti proksominal, distal,
medial dan lateral. Intensitas
nyeri dinyatakan dengan nyeri ringan, sedang, berat atau sangat nyeri. Waktu
dan durasi dinyatakan dengan sejak kapan nyeri dirasakan, berapa lama terasa,
apakah nyeri berulang maka dalam selang waktu berapa lama dan kapan nyeri
berakhir. Kualitas nyeri dinyatakan sesuai dengan apa yang diutarakan pasien
misalnya nyeri seperti “dipukul-pukul”, nyeri seperti diiris-iris pisau dan
lainnya. Perliku nonverbal pada pasien yang mengalami nyeri dapat diamati oleh
perawat misalnya ekspresi wajah kesakitan, gigi mencengkeram, memejamkan mata
rapat-rapat, menggigit bibir bawah, dan lain-lain (Aziz Ah,2014).
5.
Pengukuran
Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran
tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas
nyeri sangat subjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dapat dirasakan
berbeda oleh dua orang yang berbeda (Aziz AH,2014).
Dalam dunia medis ada banyak metode penghitungannya. Berikut ini
beberapa cara menghitung skala nyeri yang paling populer dan sering digunakan.
a.
Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menghitung skala nyeri yang paling
banyak digunakan oleh praktisimedis. VAS merupakan skala linier yang akan
memvisualisasikan gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien.
Pada metode VAS, visualisasinya berupa rentang garis sepanjang kurang
lebih 10 cm, di mana pada ujung garis kiri tidak mengindikasikan nyeri,
sementara ujung satunya lagi mengindikasikan rasa nyeri terparah yang mungkin
terjadi. Selain dua indicator tersebut, VAS bisa diisi dengan indikator redanya
rasa nyeri. VAS adalah prosedur penghitungan yang mudah untuk digunakan. Namun
VAS tidak disarankan untukmenganalisis efek nyeri pada pasien yang baru
mengalami pembedahan. Ini karena VAS membutuhkan koordinasi visual, motorik,
dan konsentrasi.
Berikut
adalah visualisasi VAS:
sumber: unud.ac.id
b. Verbal Rating Scale (VRS)
Verbal Scale (VRS) hamper sama dengan VAS, hanya,
pernyataan verbal dari rasa nyeri yang dialami oleh pasien ini jadi lebih spesifik.
VRS lebih sesuai jika digunakan pada pasien pasca operasi bedah karena prosedurnya
yang tidak begitu bergantung pada koordinasi motorik dan visual.
Skala nyeriversi VRS:
c.
Numeric Rating Scale (NRS)
Metode Numeric Rating Scale (NRS) didasari pada skala angka 1-10 untuk
menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS diklaim lebih mudah
dipahami, lebih sensitive terhadap jenis kelamin, etnis, hingga dosis. NRS juga
lebih efektif untuk mendeteksi penyebab nyeri akut ketimbang VAS dan VRS.
Skala
nyeri denganmenggunakan NRS:
Keterangan:
0: Tidak nyeri
1-3: Nyeri ringan: secara obyektif klien dapat berkontribusi dengan
baik dan memiliki gejala yang tidak dapat terdeteksi.
4-6: Nyeri sedang: secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik. Memiliki karakteristik adanya peningkatan frekuensi pernafasan,
tekanan darah, kekuatan darah, kekuatan otot dan dilatasi pupil.
7-9: Nyeri berat: Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri,
tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi. Memiliki karakteristik muka klien pucet, kekakuan otot,
kelelahan dan keletihan.
10:
Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu
lagi berkomunikasi memukul
6.
Manajemen
Penatalaksnaan Nyeri
Menurut Potter dan
Perry (2005), beberapa agen farmakologis digunakan untuk memahami nyeri antara
lain:
a.
Analgesik
Analgesik merupakan
metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun analgesik dapat
menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih cenderung tidak
melakukan upaya analgesik untuk penanganan nyeri, karena informasi obat yang
tidak benar, karena kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan obat, cemas
akan melakukan kesalahan dalam menggunakan anlgesik narkotik dan pemberian obat
yang kurang diresepkan.
Ada tiga jenis
analgesik yaitu analgesik non narkotik dan obat anti inflamasi nonsteroid
(NSAID), analgesik narkotik dan obat tambahan koanalgesik.
b.
Anastesi
lokal
Adalah suatu
keadaan hilangnya sensasi pada lokalisasi bagian tubuh. Digunakan pada saat
tindakan menjahit luka, membantu persalinan dan melakukan pembedahan yang
sederhana. Anestesi lokal beresiko kecil daripada anastesi umum.
c.
Analgesia
epidural
Merupakan suatu
bentuk anestesi lokal dan terapi yang efektif untuk menangani nyeri
pascaoperasi akut, nyeri persalinan, melahirkan dan nyeri kronik khususnya yang
berhubungan dengan kanker (Potter & Perry, 2005)
Beberapa
Terapi Nyeri Non Farmakilogis
Menurut Tamsuri (2007), terapi nyeri non farmakologis
antara lain:
1) Distraksi
Distraksi merupakan
metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada
hal-hal lain sehingga pasien lupa terhadap nyeri yang dialami. Aktifitas
mengalihkan perhatian tersebut dapat
meliputi kegiatan menyanyi, berdoa, menceritakan foto atau gambar dengan suara
keras, mendengarkan musik dan bermain. Salah satu teknik distraksi yang efektif
adalah musik, yang dapat menurunkan nyeri fisiologis, stress dan kecemasan
dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. Musik terbukti menunjukkan
efek yaitu menurunkan frekwensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan
depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah dan mengubah persepsi
waktu (Guzetta (1989) dalam
Potter dan Perry (2005). Musik
klasik, pop dan modern (musik tanpa vokal, periode tenang) digunakan pada
terapi musik. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan
efek teraupetik.
2) Relaksasi
Manajemen nyeri yang digunakan untuk
mengatasi nyeri luka episiotomi adalah teknik relaksasi progresif. Karena
teknik relaksasi progresif yang dilakukan dapat bermanfaat untuk mengurangi
nyeri, mempercepat penyembuhan luka, mengurangi nyeri kepala, dan membantu
tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti alergi, depresi dan asma.
Relaksasi progresif dapat digunakan untuk penatalaksanaan masalah
fisik dan psikososial, termasuk didalamnya masalah
nyeri. Relaksasi yang dihasilkan oleh metode ini dapat bermanfaat untuk
menurunkan kecemasan, kontraksi otot dan memfasilitasi tidur ( Utami,
2002 ).
Relaksasi merupakan
kebiasaan mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Teknik relaksasi
memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman
atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri. Relaksasi merupakan metode yang
efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis. Ada tiga hal utama
yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu posisi yang tepat, pikiran beristirahat
dan lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman mungkin dengan semua
bagian tubuh disokong, persendian fleksi dan otot-otot tidak tertarik. Adapun
teknik relaksasi sebagai berikut:
(a)
Pasien
menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara.
(b)
Perlahan-lahan
udara dihembuskan kembali sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan
betapa nyaman hal tersebut.
(c)
Pasien
bernafas beberapa kali dengan irama normal.
(d)
Pasien
menarik nafas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan membiarkan hanya
kaki dan telapak yang kendor.
(e)
Pasien
mengulang langkah 4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung
dan kelompok otot yang lainnya.
(f)
Setelah
pasien relaks, pasien dianjurkan bernafas secara pelan-pelan. Bila nyeri
menjadi hebat, pasien dapat bernafas secara
D.
Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.
Definisi
Asuhan keperawatan merupakan
proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara
langsung kepada klien pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic, dan berdasarkan
pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Menurut Ali (A.aziz 2014)
proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis,
dinamis, dan terus- menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan pasien/klien, di mulai dari pengkajian (pengumpulan data,
analisis data, dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan
penilaian tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya
memenuhi kebutuhan klien.
Menurut A Maslow ada lima
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan,
nutrisi, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan
saling memiliki, kebutuhan akan harga
diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan pengertian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan merupakan seluruh
rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan
dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang
optimal.
Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan
antara lain :
a.
Membantu
individu untuk mandiri
b.
Mengajak
individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan
c.
Membantu
individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara optimal agar
tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatannya
d.
Membantu
individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal
3.
Fungsi
proses keperawatan
Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut.
a.
Memberikan
pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam
memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
b.
Memberi
ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah
dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.
c.
Memberi
kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.
4. Tahap-tahap proses keperawatan
a.
Pengkajian
Pengkajian merupakan kegiatan menganalisis informasi, yang dihasilkan
dari pengkajian skrining untuk menilai suatu keadaan normal atau abnormal,
kemudian nantinya akan digunakan sebagai pertimbangan dengan diagnosa
keperawatan yang berfokus pada masalah atau resiko. Pengkajian harus dilakukan
dengan dua tahap yaitu pengumpulan data (informasi subjektif maupun objektif)
dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medic
Pengkajian melibatkan beberapa
langkah-langkah di antaranya yaitu pengkajian skrining. Dalam pengkajian
skrining hal yang pertama dilakukan adalah pengumpulan data. Pengumpulan data
merupakan pengumpulan informasi tentang klien yang di lakukan secara
sistemastis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu wawancara
(anamnesa), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik (pshysical assessment).
Langkah selanjutnya setelah pengumpulan data yaitu lakukan analisis data dan pengelompokan informasi
(Nanda,2018).
Dalam hal ini, masalah yang diambil termasuk kedalam kategori psikologis
dan subkategori nyeri dan kenyamanan. Pengkajian pada masalah nyeri akut
meliputi:
Ø
Identitas
Identitas pasien yang harus dikaji meliputi nama, jenis kelamin, umur,
alamat, agama, suku, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah,
nomor rekam medik, tanggal MRS, diagnosa medis.
Ø
Data keluhan utama: Subjektif: mengeluh nyeri
Objektif: tampak meringis, bersikap protektif (misalnya waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur (Nanda,2018)
Karakteristik nyeri dikaji dengan istilah PQRST sebagai berikut:
1) P (provokatif
atau paliatif) merupakan data dari penyebab atau sumber nyeri
pertanyaan yang ditujukan
pada pasien berupa:
a)
Apa yang menyebabkan gejala nyeri?
b) Apa saja yang
mampu mengurangi ataupun memperberat nyeri?
c) Apa yang anda
lakukan ketika nyeri pertama kali dirasakan?
2)
Q (kualitas atau
kuantitas) merupakan data yang menyebutkan seperti apa nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan
kepada pasien dapat berupa:
a) Dari segi
kualitas, bagaimana gejala nyeri yang dirasakan?
b) Dari segi
kuantitas, sejauh mana nyeri yang di rasakan pasien Sekarangdengan nyeri yang
dirasakan sebelumnya?
c) Apakah nyeri
hingga mengganggu aktifitas?
3) R (regional
atau area yang terpapar nyeri atau radiasi) merupakan data mengenai dimana
lokasi nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan pada pasien dapat
berupa:
a)
Dimana gejala nyeri terasa?
b)
Apakah nyeri dirasakan menyebar atau merambat?
4) S (skala)
merupakan data mengenai seberapa parah nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan pada
pasien dapat berupa: seberapa parah nyeri yang dirasakan pasien jika diberi
rentang angka 1-10?
5) T (timing
atau waktu ) merupakan data mengenai kapan nyeri dirasakan, pertanyaan yang
ditujukan kepada pasien dapat berupa:
a)
Kapan gejala nyeri mulai dirasakan?
b)
Seberapa sering nyeri terasa, apakah tiba-tiba atau
bertahap?
c)
Berapa lama nyeri berlangsung?
d)
Apakah terjadi kekambuhan atau nyeri secara bertahap?
Ø
Data riwayat penyakit sekarang
Ø
Data riwayat penyakit keluarga: riwayat keluarga dihubungkan
dengan adanya penyakit keturunan yang di derita.
Ø Data
psikologis
Pada pasien
dengan nyeri akut termasuk kedalam kategori psikologis dan subkategori nyeri
dan kenyamanan, perawat harus mengkaji data mayor dan minor yang tercantum dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017)
yaitu :
1) Gejala dan
tanda mayor
a) Subjektif :
Mengeluh nyeri
b) Objektif
:Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur
2) Gejala dan
tanda minor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis
b. Pengumpulan data
1) Tujuan :
Dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017 diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada
pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,mental,sosial dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Data tersebut harus akurat
dan mudah di analisis. Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang
diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu
tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif yaitu data yang diperoleh
dari keluhan yang dirasakan pasien atau dari keluarga pasien/saksi lain
misalnya kepala pusing, nyeri,dan mual.
Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi
(a)
Status kesehatan
sebelumnya dan sekarang
(b)
Pola koping
sebelumnya dan sekarang
(c)
Fungsi
status sebelumnya dan sekarang
(d)
Respon
terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
(e)
Resiko
untuk masalah potensial
(f)
Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan
klien
2)
Analisa data
Analisa data adalah
kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar
belakang ilmu pengetahuan (SDKI 2017).
3)
Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan
keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih
memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai
dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan
segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan
komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang
tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang
lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan,
keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan (
SDKI, 2017).
4)
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017).
Menurut PPNI (2017) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari tiga bulan.
Terdapat tiga penyebab utama nyeri akut menurut (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016) yaitu:
(a) Agen
pencedera fisiologis yaitu seperti inflamasi, iskemia, neoplasma
(b) Agen
pencedera kimiawi yaitu seperti, terbakar, bahan kimia iritan
(c) Agen
pencedera fisik yaitu seperti, abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan.
Rumusan
diagnosa keperawatan adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(peningkatan perfusi jaringan) ditandai dengan pasien mengatakan mengeluh nyeri
pasien tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat,
sulit tidur, tekanan darah meningkat.
5. Rencana
keperawatan
Semua tindakan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat
ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (A.Aziz AH,
2014). Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan
terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi
tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan
dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke
perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk
memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan
keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan
pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien
jangka panjang (potter,2007)
Intervensi keperawatan memiliki tiga komponen yaitu label, definisi dan
tindakan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Label merupakan kata kunci untuk
memperoleh informasi mengenai intervensi keperawatan. Label terdiri atas satu
atau beberapa kata yang diawali dengan kata benda (nomina) yang berfungsi
sebagai deskriptor atau penjelas dari intervensi keperawatan. Terdapat 18
deskriptor pada label intervensi keperawatan yaitu dukungan, edukasi,
kolaborasi, konseling, konsultasi, latihan, manajemen, pemantauan, pemberian,
pemeriksaan, pencegahan, pengontrolan, perawatan, promosi, rujukan, resusitasi,
skrining dan terapi. Definisi merupakan komponen yang menjelaskan tentang makna
dari tabel intervensi keperawatan. Tindakan adalah rangkaian perilaku atau
aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas
tindakan observasi, tindakan terapeutik, tindakan edukasi dan tindakan
kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Sebelum menentukan perencanaan keperawatan, perawat terlebih dahulu
menetapkan tujuan. Dalam hal ini tujuan yang diharapkan pada klien dengan nyeri
akut yaitu: Tidak mengeluh nyeri, tidak meringis, tidak bersikap protektif,
tidak gelisah, tidak mengalami kesulitan tidur, frekuensi nadi membaik, tekanan
darah membaik, melaporkan nyeri terkontrol, kemampuan mengenali onset nyeri
meningkat, kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat, dan kemampuan
menggunakan teknik non-farmakologis. Setelah menetapkan tujuan dilanjutkan dengan perencanaan
keperawatan. Rencana keperawatan pada pasien dengan nyeri
akut antara lain: pemberian analgesik dan manajemen nyeri.
Tabel 1.
Perencanaan Keperawatan pada Diagnosis Keperawatan
dengan Nyeri Akut
Diagnosa Keperawatan |
Luaran SLKI |
Perencanaan keperawatan SIKI |
Nyeri Akut
berhubungan dengan Peningkatan tekanan intra vaskuler Definisi : Pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional,dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Penyebab a)
Agen pencedera fisiologis (mis.Inflamasi,iskemia, neoplasma) b)
Agen pencedera kimiawi (mis,Terbakar,bahan kimia iritan) c)
Agen pencedera fisik (mis. Abses,amputasi,terbakar,terpotong,mengangkat
berat,prosedur,operasi,trauma,Latihan fisik berlebihan Tanda mayor subjektif ·
Mengeluh nyeri Tanda mayor objektif a)
tampak meringis b)
bersikap protektif (waspada, posisi menghindari nyeri) c)
gelisah d)
sulit tidur e)
frekuensi nadi
meningkat Tanda minor : Subjektif :- Objektif : a)
Tekanan darah meningkat b)
Pola nafas berubah c)
Nafsu makan berubah d)
Proses berfikir terganggu e)
Menarik diri f)
Berfokus pada diri sendiri g)
Diaforesis |
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 kali24 jam, maka
diharapkan tingkat nyeri menurun dan kontrol nyeri meningkat dengan kriteria
hasil: i. Tidak
mengeluh nyeri ii. Tidak
meringis iii. Tidak
bersikap protektif iv. Tidak
gelisah v. Tidak
mengalami kesulitan tidur vi. Frekuensi
nadi membaik vii. Tekanan
darah membaik viii. Melaporkan
nyeri terkontrol ix. Kemampuan
mengenali onset nyeri meningkat x. Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat xi. Kemampuan
menggunakan Teknik non-farmakologis |
1.
Manajemen nyeri Observasi a)
Lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri b)
Identifikasi skala nyeri c)
Identifikasi respon nyeri non verbal d)
Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri e)
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri f)
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberi g)
Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik a)
Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal TENS,Hypnosis,akupresur,terapi
music,kompres dingin/hangat) b)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri(missal : suhu ,cahaya
dan kebisingan) c)
Fasilitas istirahat dan tidur d)
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
melawan nyeri Edukasi a)
Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri b)
Jelaskan strategi meredakan
nyeri c)
Anjurkan monitor nyeri secara mandiri d)
Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik 2.
Pemberian analgetik observasi a)
Identifikasi karakteristik ntyeri b)
Identifikasi Riwayat alergi obat c)
Identifikasi kesesuaian jenis analgesik dengan tingkat keparahan
nyeri d)
Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik e)
Monitor efektifitas analgesic Terapeutik a)
Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia
optimal,jika perlu b)
Pertimbangkanpenggunaan infus kontinu,atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum c)
Tetapkan target efektifitas analgesik d)
Dokumentasikan respon terhadap efek anlgesic dan efek yang tidak
diinginkan Edukasi Jelaskan efekterapi dan efek samping obat Kolaborasi Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesic sesuai indikasi Intervensi Pendukung 1) Aroma therapy 2) Edukasi
manajemen nyeri 3) Edukasi
tehnik napas 4) Kompres
dingin 5) Latihan
pernafasan 6) Manajemen
medikasi 7) Terapi
akupresur 8) Terapi
pemijatan 9) Pemantauan
nyeri 10) Pemberian
obat 11) Edukasi
proses penyakit 12) Dukungan
pengungkapan kebutuhan |
BAB III
METODE
PENULISAN
A. Fokus
Asuhan Keperawatan
Fokus Asuhan Keperawatan ini dengan metode studi kasus pada pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri
episiotomi post-partum.
B.
Subyek Asuhan Keperawatan
Subyek penelitian
adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau subyek yang menjadi pusat
perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2006). Subyek penelitian pada studi
kasus ini adalah:
1.
Usia 20-35 tahun
2.
Pasien post-partum
3.
Pasien yang mengalami gangguan rasa nyaman nyeri episiotomi post-partum
4.
Memahami bahasa Indonesia dan memiliki fungsi pendengaran dan
penglihatan yang baik.
5.
Bersedia untuk dijadikan objek asuhan keperawatan
C.
Lokasi Dan Waktu
Asuhan keperawatan dengan gangguan rasa nyaman
nyeri episiotomi post-partum di
Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti pada tanggal 6 sampai dengan 8 Juli 2020.
D. Definisi
Operasional
1.
Asuhan keperawatan adalah memberi bantuan keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi pada
pasien dengan nyeri episiotomi post-partum yang dilakukan selama 3 hari
di puskesmas.
2.
Pasien nyeri hipertensi adalah pasien yang berkunjung ke puskesmas yang
mendapatkan perawatan dan pengobatan dengan kasus nyeri episiotomi post-partum
E.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data subyektif
dan data obyektif. Data subyektif adalah data hasil wawancara dan data obyektif
adalah data hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan observasi.
Kegiatan pengumpulan data
dilakukan dengan cara:
1.
Wawancara
Wawancara yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data secara lisan dari responden atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
responden misalnya mengenai biodata pasien, biodata orang tua/ wali, alas an
kunjungan, keluhan utama yang dirasakan pasien saat wawancara berlangsung,
riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, genogram, riwayat sosial, kebutuhan dasar : nutrisi, aktivitas/
istirahat, personal hygiene, eliminasi, keadaan kesehatan saat ini, dan
pengkajian fisik.
2.
Pengamatan (Observasi)
a)
Pengamatan
terlibat (observasi partisipasif )
Pengamat benar-benar mengambil bagian
dalamkegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif
berpartisipasi pada aktivitas yang telah di selidiki, misalnya memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh antara lain penimbangan berat badan, pemeriksaan antopometri, memberikan
tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien.
b) Pengamatan sistematis
Pengamatan yang mempunyai kerangka atau
struktur yang jelas. Kerangka tersebut memuat beberapa hal, pada masalah
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh hal-hal yang perlu diperhatikan antara
lain, pada keluhan utama, pemeriksaan fisik terutama pada pemeriksaan abdomen,
pemeriksaan integumen, pemeriksaan antopometri, polaeliminasi, status nutrisi,
dan status hidrasi. Dan pada umumnya observasi sistematika ini di dahului suatu
observasi pendahuluan ini dengan observasi partisipasif. Konsultasi dengan melakukan konsultasi kepada
yang ahli atau spesialis bagian yang mengalami gangguan.
3.
Melalui pemeriksaan yaitu pemeriksaan
fisik dengan metode inspeksi dengan mengadakan pengamatan secara
langsung pada organ yang diperiksa, palpasi dengan cara meraba organ yang
diperiksa, perkusi dengan melakukan pengetuakan dengan menggunakan jari
telunjuk atau hamer pada pemeriksaan neurologis dan auskultasi dengan
mendegarkan bunyi bagian organ yang diperiksa, pemeriksaan laboratorium serta
pemiksaan rontgen, dll (Zaidin Ali, 2014).
F.
Penyajian Data
Penulis menyajikan data yang di dapat dalam proses
asuhan keperawatan. pada penelitian ini data di sajikan dalam bentuk textular
yaitu penyajian data penelitian dalam bentuk uraian kalimat dan juga dalam
bentuk tabel (Zaidin Ali, 2014).
G.
Prinsip Etik
1.
Otonomi
(Autonomy)
Prinsip
otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional.
2.
Berbuat baik
(Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
3.
Keadilan
(Justice)
Prinsip
keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
4.
Tidak merugikan
(Nonmaleficience)
Prinsip ini
berarti tidak menimbulkan bahaya/cederafisik dan psikologis pada pasien.
5.
Kejujuran
(Veracity)
Prinsip
veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk
meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
6.
Menepatijanji
(Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati
janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban
seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa
tanggungjawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7.
Karahasiaan
(Confidentiality)
Aturan dalam
prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang pasien harus dijaga privasi
pasien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh pasien dengan bukti
persetujuan. Diskusi tentang pasien diluar area pelayanan, menyampaikan pada
teman atau keluarga tentang pasien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.
8.
Akuntabilitas
(Accountability)
Akuntabilitas
merupakans tandar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. (ZaidinAli, 2014)
BAB IV
H A S I L D A N P E M B A H A S A N
Pada
bab ini menguraikan hasil pengumpulan data tentang asuhan keperawatan pada ibu
post partum dengan gangguan rasa nyaman nyeri episiotomi di Puskesmas Rawat
Inap Pasir Sakti pada tanggal 6 s/d 8 Juli 2020 atau selama 3 hari di ruang bersalin
Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur pada 1 (satu) subjek
yaitu Ny. H umur 25 th dengan gangguan rasa nyaman nyeri episiotomi post
partum, sesuai dengan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi sebagai berikut :
A.
Hasil
1.
Pengkajian
Pengkajian
yang dilakukan pada tangal 6 Juli 2020 ini merupakan tahap awal dimana
informasi tentang pasien dibutuhkan di kumpulkan dan di analisa untuk
menentukan diagnose keperawatan.hasil pengkajian adalah sebagai berikut :
a.
Identitas klien
Nama :
Ny. H
Umur :
25 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Kedung Ringin Kec Pasir Sakti.
Diagnosa Medik : G1 P0 A0 Hamil 30
mg Kala aktif
Tanggal Masuk : 6 Juli 2020 Jam
00.30 WIB
No
RM : 05675
Ruang rawat : Dahlia
Diagnosa :
P1A0 past Partum dengan episiotomi
Tanggal Pengkajian :
6 Juli 2020
Waktu :
Jam 10.30 WIB
b. Identitas Penanggung Jawab : : :
Nama : Tn I : :
Tn. I
Umur :
25 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan
: SLTA
Hubungan
dgn Klien : Suami
c.
Riwayat Kesehatan Klien
Keluhan utama : klien mengeluh
nyeri pada perineum akibat episiotomi. Seperti kesemutan, cekit- cekit dan perih, skala nyeri 6.
d.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien hamil 39 minggu, GI P0 A0, pada tgl 5 juli 2020 sejak jam 22.30 WIB pasien mengeluh perutnya kenceng-kenceng,
keluar darah lendir berwarna coklat, kemudian klien pergi ke puskesmas dan
memeriksakannya oleh Bidan puskesmas pasien di periksa dan di sarankan untuk
rawat inap pada jam 00.30 WIB tanggal
6 Juli 2020 jam 04.10 WIB di ruang VK klien melahirkan anak laki-laki, Apgar score: 10, BB: 3,6 kg, PB: 50
cm, LK: 34 cm, LD:32 cm, LL : 12cm.. Lama persalinan 4 jam 20 menit, kala I :
22.30-03.30, kala II : 03.30-04.10, kala III : 04.10- 04.25.
e.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat asma (-), hipertensi (-), demam berdarah
(-), penyakit jantung (-).
f.
Riwayat Kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarganya ada yang menderita
asma, hipertensi, demam berdarah,
penyakit jantung, riwayat
gamelli tidak dikaji.
g.
Riwayat Kehamilan
G I P0 A0, HPHT tanggal 5
Oktober 2019, taksiran persalinan 12 juli 2020. Pasien mengatakan rajin untuk
memeriksakan kehamilannya di Bidan terdekat. Yang dimulai pada minggu ke-5 dan
tiap bulan periksa ke Bidan. Pada waktu kehamilan pasien
mengeluh mual-mual (nyidam).
h.
Riwayat Persalinan
Pasien mengatakan ini adalah persalinan pertamanya
i.
Riwayat Haid
Menarche umur 13 tahun dengan siklus
28 hari dan tidak ada keluhan
ketika haid.
j.
Pengkajian Pola
Kesehatan Fungsional
Persepsi Terhadap Kesehatan
Klien menganggap bahwa kesehatan
itu sangat penting untuk klien sehingga selalu memeriksakan kehamilannya di
Bidan untuk mengetahui status kesehatannya. Ketika sakit, klien membeli obat
sendiri di apotik. Bila tidak sembuh, maka Ny. H langsung berangkat periksa ke Bidan terdekat/dokter.
k.
Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengatakan bahwa sebelum
kehamilan ini, klien tidak ada
keluhan begitu juga saat kehamilan ini. Klien hanya mengeluh
perutnya terasa penuh sehingga pada trimester akhir klien.
l.
Pengkajian Pola
Kesehatan Fungsional
Persepsi Terhadap Kesehatan
Klien menganggap bahwa kesehatan
itu sangat penting untuk klien sehingga selalu memeriksakan kehamilannya di
Bidan untuk mengetahui status kesehatannya. Ketika sakit, klien membeli obat
sendiri di apotik. Bila tidak sembuh, maka Ny. H langsung berangkat periksa ke Bidan terdekat/dokter.
m. Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengatakan bahwa sebelum
kehamilan ini, klien tidak ada keluhan begitu
juga saat kehamilan ini.
Klien hanya mengeluh perutnya terasa penuh sehingga
pada trimester akhir klien.
Aktivitasnya sedikit. Dirumah
sakit juga tidak leluasa bergerak karena merasa nyeri, klien terlihat lemas dan
sedikit aktivitas.
p.
Pola Istirahat dan Tidur
Pada waktu hamil klien kurang tidur/ istirahat
karena tidak nyaman dengan posisi tidurnya, sehingga klien hanya
tidur malam 21.00-04.00 WIB, sedangkan tidur siang
klien jarang-jarang. Ketika dirumah sakit klien susah tidur. Klien tidur malam dari jam 21.00-05.00 WIB. Klien sering terbangun
pada malam hari karena adanya luka post episiotomi pada perineum.
q.
Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum
sakit klien makan 1/4 porsi dari makanan yang disediakan
malah kadang-kadang klien lebih sering puasa. Klien nyidam
rujak dan lebih makan-makanan rujak. Saat dirumah sakit klien makan 1/2
porsi – 1 porsi makan. Klien minum ± 500 – 600 cc/ hari.
r.
Pola Eliminasi (BAB
dan BAK)
Sebelum kerumah sakit, klien biasa buang air besar
1 kali / hari dan ketika dirumah sakit klien belum buang air besar karena
merasakan sedikit nyeri dengan skala 2-3. sebelum masuk Rumah Sakit, klien
buang air kecil ± 4-5 x/ hari, begitu juga saat klien di Rumah Sakit.
s.
Pola Kognitif
Klien percaya apabila
mematuhi therapi pengobatan ia akan sembuh. Klien mengeluh nyeri, skala nyeri 8. nyeri timbul
saat klien bergerak dan nyeri hilang saat dilakukan teknik relaksas.
Nyeri pada bagian perineum, nyeri hilang timbul ± 2-3 menit, cekit-cekit dan
perih.
t.
Pola Konsep Diri
Identitas diri : klien mengatakan tetap percaya
diri dan menyukai bentuk tubuhnya.
Peran : klien sebagai seorang calon ibu.
u. Pola Koping
Klien mengatakan bahwa untuk memutuskan sesuatu
klien membicarakannya dengan Suami dan Orang tuanya. Hubungan dengan teman dan
tetangganya baik-baik saja.
v.
Pola Seksual- Reproduksi
Klien mengatakan bahwa kehamilannya mengganggu pola
seksualnya. Sehingga klien jarang melakukan hubungan seksual dengan Suaminya.
w.
Pola Hubungan Sosial
Klien mengatakan bahwa dirumahnya, klien suka mengikuti kegiatan PKK dan pengajian atau kegiatan posyandu
1 bulan sekali. Klien
mengatakan tidak ada masalah dengan orang lain.
x. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien mengatakan beragama Islam dan selama dirumah
sakit klien merasa tidak leluasa dan tidak mampu untuk sholat 5 waktu.
z. Pemeriksaan Fisik Pada
Ibu
1)
Kepala : Mesochepal
2)
Rambut : Tidak mudah rontok, cukup bersih, hitam, lurus
3) Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor
4) Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping
hidung
5)
Telinga : Bersih, simetris, tidak ada sekret
6)
Mulut : Stomatitis (-), Karies Gigi (-)
7) Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tonsil,
trakhea ditengah, tidak ada distensi
vena jugularis
8) Dada :
Mammae simetris, berisi, hangat, areola berpigmentasi, nipple menonjol,
ekspansi paru simetris
9) Abdomen : Ada striae sedikit, DRA tidak dikaji, tidak ada massa
pada abdomen, bising usus 18x/ menit , TFU : ± 2cm dibawah umbilicus Dilatasi rektus abdominalis
panjang 8 cm lebar 1 cm.
10) Perineum : Keluar
darah sedikit ± 40 cc , luka episiotomi
masih basah, kemerahan,tidak ada oedema, ada bintik kebiruan, tidak ada
nanah dan tidak ada perdarahan, jenis jahitan jelujur, jumlah jahitan dalam dan
luar tidak dikaji.
11) Anus :
Tidak ada hemoroid
12) Ekstremitas : Tidak ada varises, akral dingin, tidak ada oedem, Homan’s
sign tidak dikaji.
13) Tanda-TandaVital :
(a) TD : 120/ 80 mmHg
(b) S : 36,5ºC
(c) RR : 24x / menit
(d) N : 82x / menit
aa. Data Penunjang
1)
Hematology
Tanggal 6 Juli 2020 jam 07.54
WIB
Kimia Darah Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 11,80gr% (12,00-15,00 gr%)
Hematokrit 34,70 % (35,0-47,0 %)
Eritrosit 3,50 % (3,90-5,60 %)
Leukosit 16,90
rb/mmk (4,00-11,00 rb/mmk)
Trombosit 195,0 rb/mmk (150,0-400,0 rb/mmk)
2)
Therapy pengobatan, dilakukan tanggal 6 Juli 2020 jam 07.54 WIB Di berikan:
(a) Amoxicylin 3 x 500 mg
(b) Asam mefenamat 3x 500mg
(c) Vitamin BC / C / SF 2 x 1
3)
Diit biasa : nasi,
lauk dan sayur.
4)
Rawat luka area
perineum akibat luka episiotomi dengan betadin
2.
Analisa Data
Dari hasil pengkajian secara wawancara dan observasi ,penulis menemukan
masalah yang dikeluhkan oleh Ny. H baik dari subjektif ataupun objektif adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.
Analisis Data
No |
Data |
Problem |
Etiologi |
1. |
S : klien tampak klien mengatakan nyeri
pada perineum akibat episiotomi skala 6, ketika bergerak nyerinya seperti cekit-cekit dan perih. O :
klien tampak meringis kesakitan |
Gangguan rasa nyeri |
Terputusnya
jaringan sekunder terhadap luka Episiotomi |
2. |
S : klien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir seperti menstruasi O : • adanya kemerahan dan nyeri tekan pada perineum •
terdapat luka episiotomi, keadaan vulva kotor,
keluar lochea rubra ± 40 cc,cairan berwarna merah, Hb:11,80 gr%, suhu: 36,5ºC. |
Resiko infeksi |
Trauma jaringan/ kerusakan
fisik |
3. |
S : klien mengatakan tidak tahu bagaimana melakukan perawatan payudara O : Klien sering bertanya bagaimana melakukan perawatan
payudara. |
Kurangnya pengetahuan tentang “Breast Care”. |
Minimnya
informasi tentang perawatan
payudara |
a.
Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder terhadap luka episiotomi
b.
Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kerusakan kulit
c.
Kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan
minimnya informasi tentang Breast care
4.
Rencana Keperawatan
Dalam
memberikan rencana asuhan keperawatan pada Ny.H hanya berfokus pada masalah
gangguan rasa nyaman nyeri .Adapun intervensi rencana asuhan keperawatan yang
di berikan ialah sebagai berikut :
Tabel 3
Rencana Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Diagnose |
Tujuan dan kriteria hasil |
Intervensi Keperawatan |
Rasional |
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
terputusnya jaringan sekunder terhadap luka episiotomi |
Mencegah atau meminimalkan rasa nyeri. a) Nyeri berkurang atau
hilang. b) Ekspresi wajah rileks. c) Pasien mampu melakukan tindakan dan mengungkapkan intervensi untuk mengatasi nyeri dengan cepat. d) Tanda-tanda vital normal
(tekanan darah 120/ 80 mm Hg. Nadi 80-
88 x/ menit) |
a)
Tentukan
lokasi dan sifat I nyeri. b) Identifikasi sekala nyeri c)
Berikan tehnik non farmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri d) Identifikasi Faktor yang
memperberat nyeri e)
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri f)
Berikan
tehnik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri misalnya teknik relaksasi dan distraksi. g)
Fasilitasi istirahat tidur h) Jelaskan strategi melawan nyeri i)
Monitor tanda tanda vital j)
Kolaborasi pemberian antibiotik dan analgetik |
a) Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat b) Dapat
menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan atau terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi atau intervensi lebih lanjut. c) Membantu
memberikan rasa nyaman dengan latihan pernapasan panjang dalam. d) Memberikan
kenyamanan sehingga klien dapat memfokuskan pada perawatan sendiri dan
bayinya. |
5.
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Setelah menyusun rencana tindakan keperawatan kepada Ny H maka penulis
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah di buat dan mengevaluasi tindakan yang
telah diberikan .Adapun tindakan yang dilakukan sebagai berikut :
Tabel 4.
Implementasi dan Evaluasi keperawatan
Hari/Tgl/
Waktu |
Implementasi |
Prf |
Hari/Tgl/
Waktu |
Evaluasi |
Prf |
|||||
Senin, 6 Juli 2020 pukul
10.00 WIB |
1. Mengukur skala nyeri daerah kualitas dan waktu
2. Memantau ekspresi non verbal seperti meringis
3. Meriksa TTV
TD : 120/80mmHg
Nadi:80x/menit
RR:24 x/menit
Suhu:36℃
4. Memantau pemberian obat analgesik,antibiotik dan
vitamin
5. Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa nyeri
yang dirasakan adalah wajar
6.
Menganjurkan pasien tarik napas panjang dan dalam |
|
Senin, 6 Juli 2020 pukul
11.00 WIB |
S:
·
Pasien
mengatakan nyeri pada daerah luka jahitan terutama pada saat bergerak, skala
nyeri 6.
·
Pasien
mengatakan nyeri berkurang dan merasa nyaman setelah melakukan napas panjang
dalam, skala nyeri,5
O:
·
Pasien
tampak meringis menahan nyeri saat pasien menggerakkan tubuhnya untuk duduk,
terdapat jahitan jelujur pada perinium
·
Setelah
melakukan latihan napas dalam panjang pasien tampak tenang dan tiduran diatas
tempat tidur
·
Pasien
lebih tenang dan cemas berkurang
·
TTV :
o TD : 120/80mmHg
o Nadi:80x/menit o RR:24 x/menit o Suhu:36℃ ·
Therapi
yang diberikan :
o asam
mefenamat 1 tablet o amoxicylin 1 tablet o vitamin
BC 1 A : Nyeri akut P : · Pantau skala nyeri · Anjurkan teknik
relaksasi napas panjang dalam · Menganjurkan untuk istirahat tirah baring supaya pasien dapat
istirahat tidur · Pantau pemberikan
analgetik,antibiotik dan vitamin |
|
|||||
Selasa,
7 Juli 2020 pukul 08.00 WIB
|
1. Memantau skala nyeri
2. Menganjurkan pasien melakukan napas panjang dalam
3. Menganjurkan pasien duduk dengan mengontraksi otot
gluteal
4. Meriksa TTV
TD
: 110/80mmHg
Nadi:80x/menit
RR:24 x/menit
Suhu:36,5℃
5. Memantau pemberian obat analgesik,antibiotik dan
vitamin
|
|
Selasa,
7 Juli 2020 pukul 08.00 WIB
|
S:
• Pasien mengatakan nyeri berkurang skala nyeri 3
• Pasien mengatakan sudah dapat mengontrol nyeri
dengan cara menarik napas panjang dan dalam
O:
• Pasien terlihat tenang
• Pasien dapat duduk dan nyeri pada daerah perineum
sudah berkurang
• TTV :
TD : 110/80mmHg
Nadi:80x/menit
RR:24 x/menit
Suhu:36,5℃
• Therapi yang diberikan :
o asam
mefenamat 1 tablet o amoxicylin
1 tablet o vitamin
BC 1 A: Nyeri akut teratasi sebagian
P:
• Pantau skala nyeri
• Pantau TTV
• Pantau pemberian therapi
• Anjurkan tehnik relaksasi
|
|
|
||||
Rabu,
8 Juli 2020 pukul 08.00 WIB
|
1.
Memantau
skala nyeri
2.
Memantau
TTV
TD
: 110/80mmHg
Nadi:80x/menit
RR:24 x/menit
Suhu:36℃
3.
Memantau
pemberian therapi obat analgesik,antibiotik dan vitamin
|
|
Rabu,
8 Juli 2020 pukul 09.00 WIB
|
S:Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang sekala
nyeri 2
O:Pasien sudah dapar berjalan ke kamar mandi
• TTV :
o TD : 110/80mmHg
o Nadi:80x/menit
o RR:24 x/menit
o Suhu:36℃
• Obat yang diberikan:
o
Asam mefenamat
1 tablet
o
Amoxcylin 1
tablet
o
Vitamin BC
1
A . Masalah nyeri teratasi
P :-
|
|
|
||||
B. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
Pada bab ini penulis akan
membahas tentang asuhan keperawatan klien post partum dengan episiotomi pada
Ny. H di Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Pasir Sakti yang dikelola selam 3 hari
, mulai tanggal 6 s/d 8 Juli 2020. Disini penulis akan membahas diagnosa
keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi yang
diimplementasikan dengan konsep dasar, adapun diagnosa keperawatan yang dibahas
adalah Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan
sekunder terhadap luka episiotomi.
Akut adalah pengalaman sensoria
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau funfsional
,dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI edisi 1 2016) .
Episiotomi yang menyebabkan
terputusnya kontinuitas jaringan sehingga menekan pembuluh saraf sekitar dan
menyebabkan nyeri. Nyeri pada Ny. H disebabkan
karena luka episiotomi dan ditunjang dengan
data-data sebagai berikut pasien mengatakan nyeri pada luka
episiotomi atau luka pada perineum, nyeri bertambah saat bergerak/aktivitas
dengan skala nyeri 6, ekspresi wajah tampak menahan nyeri dan pasien tampak gelisah.
2.
Dignosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengumpulan pengumpulan data pada
tahap pengkajian,masalah keperawatan di temukan tiga diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya
jaringan sekunder terhadap luka
episiotomi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan/kerusakan kulit
c. Pengetahuan berhubungan dengan
minimnya informasi tentang Breas care
Diagnosa keperawatan menjadi prioritas
utama karena nyeri pada Ny. H
merupakan keluhan utama dan berdasarkan pada Hirarki Maslow yang memprioritaskan
kebutuhan fisiologis yang dilanjutkan dengan rasa nyaman, sehingga rasa nyeri
harus segera ditangani agar tidak mengganggu aktivitas yang
menimbulkan rasa tidak nyaman dan rasa ketakutan untuk melakukan gerakan
dan tindakan
3.
Intervensi Keperawatan
Manajemen nyeri yang digunakan untuk mengatasi
nyeri luka episiotomi adalah teknik relaksasi progresif. Karena teknik
relaksasi progresif yang dilakukan dapat bermanfaat untuk mengurangi nyeri,
mempercepat penyembuhan luka, mengurangi nyeri kepala, dan membantu tubuh
mengurangi berbagai macam penyakit seperti alergi, depresi dan asma. Relaksasi
progresif dapat digunakan untuk penatalaksanaan masalah
fisik dan psikososial, termasuk didalamnya masalah
nyeri. Relaksasi yang dihasilkan oleh metode ini dapat bermanfaat untuk
menurunkan kecemasan, kontraksi otot dan memfasilitasi tidur (Utami, 2002).
Adapun intervensi yang dilakukan untuk mengatasi
nyeri berhubungan dengan trauma mekanisme episiotomi adalah : kaji koping
mengatasi nyeri untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan
intervensi yang tepat. Ajarkan teknik relaksasi (tarik nafas panjang) untuk
membantu menurunkan nyeri. Monitor tanda-tanda vital untuk mengetahui respon nyeri secara fisiologis.
Dari rencana tindakan
yang dibuat penulis
dalam melakukan implementasi berjalan sesuai dengan
rencana tindakan, tak ada kesulitan dalam melakukan tindakan keperawatan selama
3 hari. Karena dalam hal ini didukung oleh peran klien yang aktif dan
kooperatif untuk diajak kerjasama dalam meningkatkan proses penyembuhan.
4.
Implementasi Keperawatan
Dari implementasi yang dilakukan dari tanggal 6 s/d
8 Juli 2020 (selama 3 hari) penulis membuat
kriteria hasil yaitu nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri
0-2, ekspresi wajah klien rileks, tanda-tanda vital normal terutama tekanan
darah dan nadi (TD 120/80 mmHg, N: 80-88 x/ menit).
Evaluasi dari data terakhir pada tanggal 8 Juli 2020, setelah 3 hari
dilakukan implementasi didapatkan data subjektif pasien menyatakan nyeri
berkurang tapi masih terasa sedikit nyeri pada luka episiotomi saat bergerak,
dengan skala nyeri 2, data objektifnya ekspresi wajah klien tampak rileks, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit,
Suhu: 36℃ C, RR: 24 x/menit, sehingga penulis
menganalisa masalah teratasi dengan waktu yang telah ditetapkan.
Sehingga rasa nyeri
harus segera ditangani agar tidak mengganggu aktivitas yang
menimbulkan rasa tidak nyaman dan rasa ketakutan untuk melakukan gerakan
dan tindakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Nyeri
luka episiotomi disebabkan karena terputusnya jaringan atau otot-otot perineum
akibat tindakan episiotomi maka aliran darah pada jaringan tersebut terhambat
dan mengantarkan respon nyeri ke hypothalamus dan presepsikan ke saraf parifer
dan menimbulkan nyeri, serta terbentuknya jaringan parut dan mengakibatkan dispareuni atau
nyeri pada vagina atau nyeri di dalam panggul juga dapat terjadi selama melakukan
hubungan seksual (Pudiastuti, 2012:1).
Pada tinjauan kasus ini waktu dilakukan evaluasi
tentang gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan
sekunder terhadap luka
episiotomy selama 3x24 jam,
karena tindakan yang tepat dan pasien juga melakukan tindakan yang diajarkan oleh perawat untuk mengatasi nyeri dan berhasil
dilaksanakan dan tujuan dan kriteria hasil telah tercapai .
Berdasarkan evaluasi selama 3 hari pada subjek asuhan sudah menunjukan
perbaikan dan sesuai dengan tujuan dari asuhan keperawatan yang di rencanakan
dimana nyeri yang merupakan permasalahan utama dalam perawatan dapat teratasi
.Pasien juga sudah mampu duduk dan berjalan dan merasa tenang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah melakukan tindakan asuhan
keperawatan langsung pada Ny. H post partum dengan episiotomi di Puskesmas
Pawat Inap Pasir sakti pada tanggal 6 s/d 8 Juli 2020, dapat diambil beberapa
kesimpulan, dan digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan episiotomi post partum di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti
sebagai berikut :
1.
Pengkajian telah mengindentifikasi
karakteristik usia, jenis kelamin, Riwayat Kesehatan, keluhan utama, dan faktor
lain yang mempengaruhi Asuhan yaitu Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum
di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti Lampung Timur tahun 2020.
2.
Diagnosis keperawatan yang ditemukan
pada klien subjek asuhan yaitu
Gangguan rasa nyaman nyeri episiotomi post partum
.
3.
Intervensi keperawatan dilakukan dengan
memfokuskan satu diagnosa keperawatan yaitu Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum
di Puskesmas Rawat Inap Pasir Sakti tahun 2020.
Adalah
mengkaji sekala nyeri, daerah, kwalitas dan waktu terjadinya nyeri memantau
ekpresi non verbal seperti meringis, mengobservasi TTV : TD nadi suhu, pernafasan pasien, menganjurkan
pasien tehnik relaksasi, memberikan suasana tenang dan nyanam, melakukan
kolaborasi pemberian analgetik an antibiotik untuk penyembuhan luka episiotomi
4.
Implementasi yang dilakukan pada Ny. H selama tiga hari mulai dari tanggal 6 Juli 2020 sampai dengan 8 Juli 2020 berdasarkan pada intervensi keperawatan yang ditentukan berfokus pada diagnose
keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Episiotomi Post Partum Di Puskesmas
Rawat Inap Pasir Sakti tahun 2020
5.
Evaluasi setelah tiga hari mendapatkan perawatan, didapatkan pada
akhir evaluasi semua hasil dapat tercapai karena adanya kerja sama yang baik antara
pasien dan perawat, hasil evaluasi pada Ny. H sesuai dengan harapan.
B.
Saran
Dengan adanya uraian diatas maka penulis memberikan saran
agar karya tulis ini dapat di mamfaatkan dan dapat diterapkan demi kemajuan ,
selanjutnya laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan
mengaplikasikan ilmu yang sudah di pelajari selama menempuh pendidikan di
Poltekes Tanjungkarang Jurusan DIII Keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan standar oprasional pelaksanaan yang baik dan benar
dalam mengatasi pasien dengan kebutuhan nyaman nyeri akibat episiotomi post partum:
1. Bagi Mahasiswa
Laporan Tugas Akhir dapat dijadikan sebagai sarana
untuk mengembangkan sarana untuk mengembangkan yang telah diperoleh selama
menempuh pendidikan dengan mengaplikasikannya di lapangan institusi pelayanan
kesehatan
2. Bagi Perawat Puskesmas
Laporan Tugas Akhir ini dapat dijadikan sebagai
dasar referensi untuk memberikan asuhan keperawatan dengan kebutuhan gangguan
rasa nyaman nyeri episiotomi post partum dan perawat yang lebih sering
berhubungan dengan pasien sangat perlu meningkatan pengetahuan dan keterampilan
agar mampu merawat pasien secara komperhensif dan optimal. Dan perawat juga
harus bekerja sama dengan tim kesehatan
lain ( dokter,ahli gizi,psikiatri dan pekerja social )
3. Bagi Institusi Poltekes Tanjungkarang
Laporan Tugas
Akhir ini dapat dijadikan sebagai
bahan literature tambahan yang telah di dapatkan oleh penulis untuk memenuhi
pembelajaran dan pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan
4. Bagi Institusi Pemerintah
Agar dapat melengkapi sarana dan prasarana dan
alat kesehatan di Puskesmas agar pelayanan yang diberikan kepada pasien agar
lebih maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, M. Irene. (2004). Maternity and Gynekologic Care, Mosby
Company, USA.
Bramantyo,Lastiko. (2006). Info Ayah bunda, Retrieved June 11,2007, http://www.ayahbunda-online_com.htm
INS. (2005).Episiotomi Rutin Tidak Perlu Dilakukan, Retrieved May 6,2007,from http://Kalbe.co.id
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,
Obstetri Patologi, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif . (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Prawirohardjo,
Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan, Edisi 3,Cetakan 6, Penerbit
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Rusda, M. (2004). Anastesi Infiltrasi Pada Episiotomi.
Universitas Sumatra Utara, Retrieved
May 4, 2007 , from
http://library.usu.ac.id/modules.php.html#1
Tim Pokja SKDI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Diagnosa Keperawatan .
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) .Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi Tindakan Keperawatan Jakarta:
PPNI
Komentar
Posting Komentar