ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK KARYA HUSADA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2020

 

LAPORAN TUGAS AKHIR

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK

KARYA HUSADA KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN 2020

 

 

 

 

 

 

TRI SUYANTO

NIM. 1914401212

 

 

 

 

 

 

 

 

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI                      JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII                           KEPERAWATAN TANJUNGKARANG                                          PROGRAM RPL                                                                                        TAHUN 2020


LAPORAN TUGAS AKHIR

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK

KARYA HUSADA KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN 2020

 

 

Laporan Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi                                    Diploma III Keperawatan Tanjungkarang

 

 

 

TRI SUYANTO

NIM. 1914401212

 

 

 

 

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI                      JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII                           KEPERAWATAN TANJUNGKARANG                                          PROGRAM RPL                                                                                        TAHUN 2020

 

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PROGRAM RPL

Laporan Tugas Akhir,   Juli 2020

Tri Suyanto

 

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK KARYA HUSADA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2020

xi+ 72 Halaman, 5 Tabel,  dan 4 Lampiran

ABSTRAK

Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C. Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia (Widodo, 2009). Menurut  data  WHO  (World  Health  Organization)  memperkirakan  angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam typhoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Di Indonesia sendiri,  penyakit  Typhoid  bersifat  endemik,  menurut  WHO  angka  penderita demam typhoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000.Tujuan dari laporan tugas akhir ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien demam typhoid dengan desain  penulisan penelitian narasi dan tabel, yang dilaksanakan pada tanggal 13-15 April 2020 di Klinik Karya Husada Pesawaran Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan satu subyek asuhan keperawatan pasien dengan demam Tyhpoid yang berpengaruh pada masalah gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman, dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik, serta dilakukan asuhan keperawatan. Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik dapat dibuat rencana keperawatan untuk mengatasi gangguan rasa nyaman diantaranya memantau tanda-tanda vital, kolaborasi obat, dan memantau sekala nyeri. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa terdapat keberhasilan dalam pemberian asuhan keperawatan pada subyek tersebut dalam hal meningkatkan  setatus kenyamanan pada pasien demam Tyhpoid dimana pada perawatan hari terakhir Pasien demam Thypoid menyatakan sekala nyeri 0 dan merasa nyaman. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada perawat untuk lebih memperhatikan kebutuhan rasa nyaman pada pasien demam thypoid.

 

Kata kunci        : Thypoid, Gangguan Rasa Nyaman, Nyeri Akut

Daftar bacaan   : 15 (2009-2019)

 

BIODATA PENULIS

Nama                                       : Tri Suyanto

Nim                                         : 1914401212

Tempat & tanggal lahir           : Yogyakarta, 29 Agustus 1963

Agama                                     : Islam

Jenis kelamin                           : Laki-laki

Status mahasiswa                    : RPL 3

Alamat                                    : Bangunsari, Kec. Negrikaton, Pesawaran

Riwayat Pendidikan

SD (lulus 1977)                       : SD N 1 Sridadi

SMP (lulus 1980)                    : SMP Xaverius Kalirejo

SPK (lulus 1985)                     : Tanjung Karang

D-III ( lulus 2020)                  : Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan  laporan tugas akhir ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan Demam Tyhpoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran Tahun 2020. Penulisan LTA ini dibuat dalam rangka memenuhi salah salatu syarat untuk mencapai gelar ahli madya keperawatan program studi diploma III keperawatan pada jurusan keperawatan politeknik kesehatan Tanjungkarang. Dalam penulisan LTA ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan serta saran baik dari dosen maupun orang terdekat lainnya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1.      Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes. selaku direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

2.      Gustop Amatiria, S.Kp.,M.Kes. selaku ketua jurusan keperawatan Tanjungkarang.

3.      Musiana, S.Kep,Ners.,M.Kes selaku ketua program studi diploma III keperawatan Tanjungkarang.

4.      Ririn Sri Handayani,M.Kep,Ners.,Sp.KMB selaku dosen pembimbing utama yang telah meyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.

5.      Anita Puri,S.Kp,.MM selaku pembimbing pendamping yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca semua.

Bandar Lampung,            2020

 

Penulis

 

 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

 

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama                           : Tri Suyanto

NIM                            : 1914401212

Program Studi             : DIII Keperawatan Tanjungkarang

 

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Laporan tugas akhir yang berjudul

 

“Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan Demam Tyhpoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran Tahun 2020”

 

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya siap menerima sanksi yang telah ditetapkan.

 

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

 

Bandar Lampung,  Juli 2020

Pembuat Pernyataan

 

 

Tri Suyanto

 LEMBAR PERSETUJUAN

 

 LAPORAN TUGAS AKHIR

 

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK

KARYA HUSADA KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN 2020

 

 

Penulis

TRI SUYANTO/1914401212

 

Telah diterima dan disetujui oleh Tim Pembimbing Program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Tahun Akademik 2019/2020

 

 

 

Bandar Lampung,  Juli 2020

 

 

Pembimbing Utama   

 

 

 

 

 

 

 

Ririn Sri Handayani,M.Kep,Ners.,Sp.KMB

NIP.197502141998032002

Pembimbing Pendamping

 

 

 

 

 

 

 

Anita Puri,S.Kp,.MM

NIP. 195809061981022002

 

 

 

 

 

 

 

 

 LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK

KARYA HUSADA KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN 2020

 

Tri Suyanto

NIM : 1914401212

 

Telah Dipertahankan dan Disetujui Oleh Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Program Studi Diploma III Keperawatan Tanjungkarang

 Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

 

TIM PENGUJI TUGAS AKHIR

 

 

Ketua Penguji`            : Tori Rihantoro.,S.Kp.,M.kes                         (..................)

                                      Nip. 197111291994021001

 

Anggota Penguji         : Anita Puri,S.Kp,.MM                                   (.....................)

  NIP. 195809061981022002

 

Moderator                   : Ririn Sri Handayani,M.Kep,Ners.,Sp.KMB (....................)

  NIP.197502141998032002

 

 

 

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang

Poltekkes Tanjungkarang

 

 

 

 

Gustop Amatiria, SKp.,M.Kes

NIP. 197008071993031002

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN SAMPUL LUAR ..............................................................................  i

HALAMAN SAMPUL DALAM ..........................................................................  ii

ABSTRAK ..............................................................................................................  iii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................  iv

BIODATA PENULIS .............................................................................................  v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................  vi

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................  vii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................  viii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................  ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................................  x

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................  1

A.    Latar Belakang .............................................................................................  1

B.     Rumusan Masalah ........................................................................................  3

C.     Tujuan Penulisan ..........................................................................................  3

D.    Manfaat ........................................................................................................  4

E.     Ruang Lingkup ............................................................................................  4

 

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................  5

A.    Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar .............................................................  5

B.     Tinjauan Asuhan Keperawatan ....................................................................  20

C.     Tinjauan Konsep Penyakit ...........................................................................  30

 

BAB III METODE PENULISAN .........................................................................  37

A.    Fokus Asuhan Keperawatan ........................................................................  37

B.     Subyek Asuhan Keperawatan ......................................................................  37

C.     Lokasi dan Waktu ........................................................................................  37

D.    Pengumpulan Data .......................................................................................  37

E.     Penyajian Data .............................................................................................  41

F.      Prinsip Etik ...................................................................................................  41

 

BAB IV HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN .............................................  43

A.    Hasil Asuhan ................................................................................................  43

B.     Pembahasan ..................................................................................................  57

 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................  61

A.    Kesimpulan ..................................................................................................  61

B.     Saran ............................................................................................................  62

 

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

 

 

DAFTAR TABEL

 

Tabel 2.1 Klasifikasi Nyeri ........................................................................................  12

Tabel 4.1 Pengkajian .................................................................................................  44

Tabel 4.2 Analisis Data .............................................................................................  48

Tabel 4.3 Diagnosis Keperawatan .............................................................................  40

Tabel 4.4 Rencana Keperawatan ...............................................................................  50

Tabel 4.5 Implementasi dan Evaluasi ........................................................................  54


DAFTAR GAMBAR

 

Gambar 2.1 Skala Nyeri VRS ............................................................................  16

Gambar 2.2 Skala Nyeri NRS ............................................................................  16

Gambar 2.3 Skala Wajah ....................................................................................  17

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Kebutuhan rasa  nyaman  adalah  suatu  keadaan  yang  membuat  seseorang merasa  nyaman,  terlindung  dari  ancaman  psikologis, bebas  dari  rasa sakit terutama  nyeri  (Purwanto dalam  Karendehi, 2015). Nyeri  adalah  suatu  sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial, atau yang  di  gambarkan  dalam  bentuk kerusakan tersebut (Meliala & Suryamiharja, 2010).

Perawat dengan  menggunakan  pengetahuannya  dapat  mengatasi  masalah nyeri baik secara mandiri maupun kolaboratif dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan  farmakologi dan pendekatan non farmakologi (Saifullah,  2015). Pendekatan farmakologi  adalah  cara  yang  paling  efektif  untuk menghilangkan  nyeri  terutama  untuk  nyeri  yang  sangat  hebat  yang  berlangsung berjam-jam  atau  bahkan  berhari-hari. Terapi  farmakologis  seperti  obat-obatan analgetik  atau  pereda  nyeri  memiliki  efek samping  seperti  depresi,  sedasi,  mual muntah   dan   konstipasi,   sedangkan pendekatan   nonfarmakologi   merupakan pendekatan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik managemen nyeri  meliputi  stimulasi  dan  masase  kutaneus,  terapi  es  dan  panas,  distraksi, imajinasi  terbimbing,  teknik  relaksasi  nafas  dalam  dan  sebagainya  (Smeltzer  & Bare, 2002).

Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C. Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia (Widodo, 2009).


Typhoid di jumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Data World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah kasus thypoid di seluruh dunia mencapai 17 juta kasus. Data surveilans saat ini memperkirakan di Indonesia ada 600 ribu -1,3 juta kasus dan tiap tahunnya dengan lebih dari 20.000 kematian. Rata-rata di Indonesia orang yang berusia 3-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap kasus typhoid (Aden, 2010).

Menurut  data  WHO  (World  Health  Organization)  memperkirakan  angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam typhoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Di Indonesia sendiri,  penyakit  Typhoid  bersifat  endemik,  menurut  WHO  angka  penderita demam typhoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000 (Depkes RI, 2013).

Besarnya angka pasti kasus demam typhoid di dunia sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spectrum klinis yang sangat luas. Berdasarkan RISKESDAS Tahun 2013 di dalam Laporan Nasional, provinsi Lampung yang terdiagnosis dengan gejala 0,67%. Prevalensi thypoid klinis banyak ditemukan pada kelompok umur sekolah (5-14 tahun) yaitu 1,9% terendah pada bayi (0,8%) dan relatif tinggi di wilayah pedesaan dibandingkan perkotaan (Rusmini,2014).

Beberapa dekade terakhir demam typhoid sudah jarang terjadi di negara-negara industri, namun tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di sebagian wilayah dunia. Kejadian demam typhoid didunia sekitar 21,6 juta kasus dan terbanyak di Asia, Afrika dan Amerika Latin dengan angka kematian sebesar 600.000 orang. Hingga saat ini penyakit demam thypoid masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara tropis termasuk Indonesia dengan angka kejadian sekitar 760 sampai 810 kasus pertahun, dan angka kematian sampai 10,4% (Diana, 2009).

Data penderita typhoid yang diperoleh dari medical record  Klinik Karya Husada tahun 2018 tercatat 113 orang penderita. Pada tahun 2019 tercatat 153 penderita, sedangkan pada Januari-Maret tahun 2020 tercatat 38 orang penderita typhoid.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik mengangkat kasus “Asuhan keperawatan dengan gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020” untuk penyusunan tugas akhir dengan harapan pasien memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.

 

B.     Rumusan Masalah

Penulis merumuskan masalah yaitu “Bagaimanakah asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020?”

 

C.    Tujuan

1.      Tujuan Umum

asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.

2.      Tujuan Khusus

a.       Menggambarkan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.

b.      Menggambarkan rumusan diagnosis keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.

c.       Membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.

d.      Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.

e.       Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.

 

D.    Manfaat Penulisan

1.      Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan sumber informasi tentang asuhan keperawatan khususnya pada pasien yang mengalami gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid.

2.      Manfaat Praktis

Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan informasi untuk melakukan asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid.

 

E.     Ruang Lingkup

Penulis membatasi ruang lingkup asuhan keperawatan pada gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid. Asuhan keperawatan ini berfokus pada gangguan rasa nyaman dengan subjek adalah 1 pasien. Proses Penulisan laporan tugas akhir ini dimulai dari pengajuan judul tanggal 03-09 April 2020, lalu dilanjutkan dengan penyusunan proposal pada tanggal 16 mei-7 juni 2020, serta penyususnan hasil yang dilakukan pada tanggal 14 juni-17 juli 2020. Tempat pelaksanaan di lakukan di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1.      Teori konsep kebutuhan dasar manusia

Menurut Abraham Maslow, kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Banyak ahli filsafat, psikologi, dan fisiologis menguraikan kebutuhan manusia dan membahasnya dari berbagai segi. Orang pertama yang menguraikan kebutuhan manusia adalah aristoteles. Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hirarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni :

a.       Kebutuhan fisiologis (physiologic needs)

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi kebutuhan akan cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu :

1)        Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas

2)        Kebutuhan cairan dan elektrolit

3)        Kebutuhan makanan

4)        Kebutuhan eliminasi urine dan alvi

5)        Kebutuhan istirahat dan tidur


6)        Kebutuhan aktivitas

7)        Kebutuuhan kesehatan temperature tubuh

8)        Kebutuhan seksual

Kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup seseorang, tetapi penting untuk mempertahankan kelangsungan umat manusia.

b.      Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety and security needs)

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi :

1)   Kebuthan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan infeksi

2)   Bebas dari rasa takut dan kecemasan

3)   Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang buruk atau asing

c.       Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (love and belonging needs)

Kebutuhan ini meliputi :

1)   Memberi dan menerima kasih sayang

2)   Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain

3)   Kehangatan

4)   Persahabatan

5)   Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan social

d.      Kebutuhan harga diri (self-esteem needs)

Kebutuhan ini meliputi :

1)        Perasaan tidak bergantung pada orang lain

2)        Kompeten

3)        Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain

e.       Kebutuhan aktualisasi diri (need for self actualizating)

Kebutuhan ini meliputi :

1)   Dapat mengenal diri sendiri dengan baik ( mengenal dan memahami potensi diri

2)   Belajar memahami kebutuhan sendiri

3)   Tidak emosional

4)   Mempunyai dedikasi yang tinggi

5)   Kreatif

6)   Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya

 

Dengan mengetahui konsep kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, kita perlu memahami bahwa :

a.       Manusia senantiasa berkembang sehingga dapat mencapai potensi diri dengan maksimal

b.      Kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi tidak akan terpenuhi dengan baik sampai kebutuhan di bawahnya terpenuhi

c.       Jika kebutuhan dasar pada tiap tingkatan tidak terpenuhi, pada akhirnya akan muncul suatu kondusi patologis.

d.      Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama, dan setiap kebutuhan tersebut dimodifikasi sesuai budaya masing-masing

e.       Setiap orang memenuhi kebutuhan dasarnya menurut prioritas

f.       Walaupun kebutuhan pada umunya harus dipenuhi, tetapi beberapa kebutuhan sifatnya dapat ditunda

g.      Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menyebabkan ketidakseimbangan homeostatis. Kondisi ini lebih lanjut dapat menimbulkan penyakit.

h.      Kebutuhan dapat menyebabkan seseorang berpikir dan bergerak untuk memenuhinya. Ini disebabkan oleh rangsangan yang berasal dari faktor internal dan eksternal

i.        Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan sehingga dapat berespons melalui berbagai cara

j.        Kebutuhan dasar sifatnya saling berkaitan; beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi akan memengaruhi kebutuhan lainnya.

Konsep hirarki diatas menjelaskan bahwa manusia senantiasa berubah, dan kebutuhannya pun terus berkembang. Jika seseorang merasakan kepuasan, ia akan menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang jika seseorang merasakan kepuasan, ia akan menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang menuju potensi yang lebih besar. Sebaliknya, jika proses pemenuhan kebutuhan itu terganggu, akan timbul suatu kondisi patologis.

 

2.      Faktor yang memengaruhi pemenuhan kebutuhan

Secara umum, terdapat beberapa factor yang memengaruhi pemenuhan kebutuhan manusia. Faktor-faktor tersebut meliputi :

a.         Penyakit

Saat seseorang sakit dalam kondisi sakit, ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan demikian, individu tersebut akan bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

b.         Hubungan yang berarti

Keluarga merupakan system pendukung bagi individu (pasien). Selain itu, keluarga juga dapat membantu pasien dalam menyadari kebutuhannya dan mengembangkan cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam praktek di tatanan layanan kesehatan, perawat dapat membantu upaya pemenuhan kebutuhan dasar pasien yang membina hubungan yang berarti.

c.         Konsep diri

Individu dengan konsep diri yang positif akan mudah mengenali dan memenuhi kebutuhannya tersebut. Sedangkan seseorang dengan konsep diri yang negatif, misalnya penderita depresi, akan mengalami perubahan kepribadian dan suasana hati yang dapat mempengaruhi persepsi dan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

 

 

d.        Tahap perkembangan

Dalam hal ini, pemenuhan kebutuhan dasar akan dipengaruhi oleh perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku individu sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan.

e.         Struktur keluarga

Struktur keluarga dapat memengaruhi cara pasien memuaskan kebutuhannya. Sebagai contoh, seorang ibu mungkin akan mendahulukan kebutuhan bayinya dibandingkan kebutuhannya sendiri. Misalnya, saat ia menunda makan atau tidurnya untuk menyusui bayinya (Mubarak & Chayatin, 2008).

 

3.      Pengertian kenyamanan/rasa aman

        Dalam buku Potter & Perry, 2006 mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman subjektif pasien. Mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkat penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden  (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri).

 

4.      Definisi nyeri

Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (international association for the study of pain, IASP) mendefinisikan nyeri sebagai “suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan”.

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu. Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.

 

5.      Fisiologi Nyeri

Nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus.

a.       Nosisepsi

     Sistem saraf perifer terdiri atas saraf sensorik primer yang khusus bertugas mendeteksi kerusakan jaringan dan membangkitkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri, dan tekanan. Reseptor yang bertugas merambatkan sensasi nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor merupakan ujung-ujung saraf perifer yang bebas dan tidak bermielin atau sedikit bermielin. Reseptor nyeri tersebut dapat dirangsang oleh stimulus mekanis, suhu, atau kimiawi. Sedangkan proses fisiologis terkait nyeri disebut nosisepsi. Proses tersebut terdiri atas empat fase, yakni:

1)   Transduksi

Pada fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (misalnya, bahan kimia, suhu, listrik atau mekanis) memicu pelepasan mediator biokimia (misalnya, prostaglandin, bradikinin, histamin, subtansi P) yang mensensitisasi nosiseptor. Obat nyeri dapat bekerja selama fase ini dengan menghambat produksi prostagladin (misalnya ibuprofen) atau dengan menurunkan pergerakan ion-ion menembus membran sel (misalnya anastesi lokal).

2)   Transmisi

Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian. Pada bagian pertama, nyeri merambat dari serabut saraf perifer ke medula spinalis. Dua jenis serabut nosiseptor yang terlibat dalam proses tersebut adalah serabut C, yang mentransmisikan nyeri tumpul menyakitkan, serabut saraf A-delta yang mentransmisikan nyeri yang tajam dan terlokalisir. Bagian kedua adalah transmisi nyeri dari medula spinalis menuju batang otak dan talamus melalui jaras spinotalamikus (spinothalamic tract (STT)). STT merupakan suatu sistem diskriminatif yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi stimulus ke talamus. Selanjutnya, pada bagian ketiga, sinyal tersebut diteruskan ke korteks sensorik somatik, tempat nyeri dipersepsikan. Impuls yang ditransmisikan melalui STT mengaktifkan respons otonomi dan limbik.

3)   Persepsi

Pada fase ini, individu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya persepsi nyeri tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri.

            Misalnya intervensi nonfarmakologi seperti distraksi, imajinasi terbimbing dan musik dapat membantu mengalihkan perhatian pasien dari nyeri.

4)   Modulasi

Fase ini disebut juga “sistem desenden”. Pada fase ini, neuron di batang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut desenden tersebut melepaskan substansi seperti opioid, serotonin, dan norepinefrin yang akan menghambat impuls asenden yang membahayakan di bagian dorsal medula spinalis. Pasien yang mengalami nyeri kronik dapat diberi resep antidepresan trisiklik yang menghambat ambilan kembali norepinefrin dan serotonin. Tindakan ini meningkatkan fase modulasi yang membantu menghambat naiknya stimulus yang menyakitkan (Mubarak & Chayatin, 2008).

 

 

 

6.      Klasifikasi nyeri

Nyeri dapat digambarkan dalam hal durasi, lokasi, atau etiologinya. Nyeri diklasifikasikan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.

Tabel 2.1

Klasifikasi Nyeri

Nyeri Akut

Nyeri Kronis

Nyeri akut adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat, yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

 

 

Nyeri kronis adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

 

(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2017)

 

7.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri           

Karena nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi nyeri individu. Hal ini sangat penting dalam upaya untuk memastikan bahwa perawat menggunakan pendekatan yang holistic dalam pengkajian dan perawatan pasien yang mengalami nyeri. Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri, terdiri dari :

a.       Usia

Usia merupakan variable penting yang mempengaruhi nyeri. Khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri. Anak-anak kecil yang belum mampu mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan untuk mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua dan petugas kesehatan atau perawat. Individu yang berusia lanjut memiliki resiko tinggi mengalami situasi-situasi yang membuat mereka merasakan nyeri. Karena lansia telah hidup lebih lama, mereka memungkinkan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang menyertai nyeri, dan dapat mengalami  gangguan status fungsi yang serius, seperti mobilisasi, aktivitas perawatan diri, sosialisasi di lingkungan luar rumah, dan toleransi aktivitas.

b.      Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin dalam memaknai masalah nyeri (misalnya, mengganggap seorang laki-laki harus berani dann tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama). Namun, menurut Smeltzer dan Bare (2002) penilaian tentang nyeri dan ketepatan pengobatan berdasarkan harus didasarkan pada laporan nyeri pasien daripada didasarkan pada jenis kelamin pasien.

c.       Kebudayaan

Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi seseorang terhadap nyeri dan ekspresi nyeri tersebut. Dibeberapa budaya, ada sebuah tanda berduka atau berkabung dengan menyakiti dirinya sendiri, mereka tidak mementingkan perasaan nyerinya tersebut namun begitulah bentuk dari rasa duka mereka. 

d.      Makna nyeri

Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Misalnya, seorang wanita yang sedang bersalin akan persepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera pukulan pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri dapat dipersepsikan pasien berhubungan dengan makna nyeri.

 

e.       Perhatian

Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat tetapkan diberbagai terapi untuk menghilangkan nyeri seperti, relaksasi, imajinasi terbimbing, dan masase.

f.       Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali  meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.

g.      Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.

h.      Pengalaman sebelumnya

     Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat, maka ansietas atau bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami nyeri, dengan jenis yang sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan, akan lebih mudah lagi individu tersebut untuk menginterprestasikan sensasi nyeri, dan pasien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.

i.        Gaya Koping

Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun keseluruhan/total. Pasien seringkali menemukan berbagai cara untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri. Sumber-sumber untuk memahami koping Pasien selama mengalami masalah nyeri, yaitu berkomunikasi dengan keluarga pendukung, melakukan latihan, atau menyanyi dapat digunakan dalam rencana asuhan keperawatan dalam upaya mendukung pasien dan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu.

j.        Dukungan Keluarga dan Sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap pasien rasakan, kehadiran orang yang dicintai pasien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. (Potter & Perry, 2006).

 

8.      Pengukuran  Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat sabjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013). Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007 dalam Andarmoyo, 2013).

Beberapa skala intensitas nyeri :

a.       Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak tertahankan” (Andarmoyo, 2013). Perawat menunjukkan pasien skala tersebut dan meminta pasien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan pasien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).

Gambar 2.1

Skala Nyeri VRS

Sumber: Andarmoyo (2013)

b.      Skala intensitas nyeri numerik

Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi (Andarmoyo, 2013).

 

 

Gambar 2.2

Skala Nyeri NRS

 

 

 


Sumber: Andarmoyo (2013)

c.       Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

Skala analoq visual (Visual analoq scale, VAS) adalah suatu garis lurus/horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang terus-menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya, pasien diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi sepanjang garis tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau “nyeri yang paling buruk”. Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakan sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis dari “tidak nyeri” diukur dan ditulis dalam centimeter (Andarmoyo, 2013).

d.      Skala intensitas Skala faces

Wong dan Baker (1988) dalam Andarmayo (2013) mengembangan skala wajah untuk mengkaji nyeri pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum (“tidak merasa nyeri”) kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah yang sangat ketakutan (“nyeri yang sangat”). Anak-anak berusia tiga tahun dapat menggunakan skala tersebut. Para peneliti mulai meneliti penggunaan skala wajah ini pada orang-orang dewasa. Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengonsumsi banyak waktu saat pasien melengkapinya (Andarmayo, 2013).

 

Gambar 2.3

Skala Wajah

 

 

 

 


Penilaian Skala Nyeri

 

 

 

Sumber: Andarmoyo (2013)

Penilaian skala nyeri menurut Mediskus, 2017 skala nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale).

a.       Skala nyeri 0 = tidak ada rasa sakit, merasa normal.

b.      Skala 1-3 nyeri ringan, masih bisa ditahan, masih bisa ditoleransi,  aktivitas tidak terganggu,

c.       Skala nyeri 4-6 nyeri sedang, kuat, nyeri yang dalam, nyeri yang menusuk.

d.      Skala nyeri 7-10 nyeri berat, nyeri begitu kuat, menyiksa tidak tertahankan, tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri

 

9.        Penatalaksanaan Nyeri

Strategi penatalaksanaan nyeri atau lebih dikenal dengan manajemen nyeri adalah suatu tindakan untuk mengurangi nyeri. Managemen nyeri atau pain management adalah salah satu bagian dari disiplin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief. Management nyeri ini menggunakan pendekatan multidisiplin yang didalamnya termasuk pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi.

a.       Manajemen Farmakologi

Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang mengunakan obat-obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini memerlukan instruksi dari medis. Analgesik merupakan metode yang paling umum utuk mengatasi nyeri. Ada tiga jenis analgesik, yaitu:

1)   Non-narkotik : asetaminofen, asam asetilsalisilat,

2)   NSAID : ibuprofen, naproksen, indometasin, tolmetin, piroksikam, ketorotak.

3)   Narkotik : memperidin, metimorfin, morfin sulfat, fentanyl, butotanol, hidromorfon, 3) Adjuvan : amitriptilin, hidroksin, klopromazin, diazepam (Andarmoyo, 2013).

 

 

b.      Manajemen NonFarmakologi

Manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tindakan menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakolgi. Manajemen nyeri nonfarmakologis sangat beragam. Tenik-teknik peredaan nyeri tersebut yaitu:

1)   Stimulasi dan Massase Kutaneus, masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu dan dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.

2)   Aplikasi es dan panas, terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas meningkatkan aliran darah ke suatu area dan dapat menurunkan nyeri.

3)   Distraksi, adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah sesuatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri.

4)   Relaksasi, adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama (Andarmoyo, 2013). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu bentuk asuhan keperawatan, dalam hal ini perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam, lambat, bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah.

5)   Imajinasi terbimbing, menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Kegaduhan, kebisingan, bau menyengat, atau cahaya yang terlalu terang perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu konsentrasi (Andarmoyo, 2013)

6)   Hypnosis, hypnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis.

 

B.     Tinjauan Asuhan Keperawatan

1.    Pengkajian

a.         Anamnesa

1)   Data umum pasien

Meliputi nama, nomor register panti, jenis kelamin, umur, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk panti, dan diagnose medis.

2)   Keluhan utama

3)   Riwayat nyeri

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan perawat dalam pengkajian nyeri bisa menggunakan pendekatan analisis symptom meliputi P (Paliatif/Provocatif= yang menyebabkan timbulnya masalah), Q (Quality dan Quantity= kualitas dan kuantitas nyeri yang dirasakan, R (Region= lokasi nyeri) , S (Severity= keparahan), T (Timing= waktu).

Selain dengan pendekatan analisus symptom, data yang harus didapatkan dalam riwayat nyeri yang komprehensif terdiri dari lokasi, intensitas. Kualitas, pola, faktor pencetus, faktor pereda, gejala penyerta, pengaruh pada ADL, pengalaman nyeri di masa lalu.

a)        Lokasi

Untuk memastikan nyeri lokasi spesifik, minta individu untuk menunjukan tempat ketidaknyamanan. Sebuah bagan yang terdiri dari gambar tubuh dapat membantu mengidentifikasi lokasi nyeri. pasien menandai lokasi nyeri pada bagan. Perangkat ini khususnya afektif pada pasien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri.

b)        Intensitas nyeri / skala nyeri

Untuk efektifitas penggunaan skala peringkat nyeri, pasien tidak hanya perlu memahami penggunaan skala tetapi juga harus diajarkan tentang bagaimana informasi tersebut akan digunakan untuk menentukan perubahan kondisi mereka dan efektifitas intervensi penatalaksanaan nyeri. Pasien juga diminta untuk menunjukkan tingkat kenyamanan yang dapat diterima sehingga mereka dapat melakukan aktivitas yang spesifik. Ini akan memastikan bahwa penatalaksanaan nyeri yang adekuat telah tercapai

c)        Kualitas nyeri

Hal-hal yang perlu ditanyakan perawat adalah apakah nyeri yang dirasakan pasien sebagai sensasi tertusuk, dipukul, diremas, atau ada sensasi lain yang diutarakan oleh pasien.

d)       Pola

Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, kekambuhan nyeri atau interval tanpa nyeri. Oleh karena itu, perawat menanyakan kapan nyeri mulai dirasakan; berapa lama nyeri berlangsung; apakah nyeri bersifat kambuhan;  dan, jika demikian, berapa lama interval tanpa rasa nyeri; dan kapan nyeri terakhir kali terjadi.

e)        Faktor pencetus

Aktivitas tertentu kadang kala mendahului terjadinya nyeri. Misalnya nyeri lutut  dapat terjadi setelah latihan fisik, nyeri abdomen dapat terjadi setelah makan. Observasi ini dapat membantu mencegah nyeri dan menentukan penyebabnya.

f)         Faktor-faktor pereda

Perawat harus meminta pasien untuk menggambarkan setiap upaya yang telah mereka lakukan untuk meredakan nyeri (misalnya Obat-obatan rumah seperti teh herbal, obat-obatan, istirahat, kompres hangat atau dingin, berdoa, distraksi seperti menonton TV). Penting untuk mengeksplorasi efek dari setiap tindakan initerhadap nyeri, apakah nyeri reda atau tidak,atau apakah nyeri bertambah buruk atau tidak.

g)        Gejala penyerta

Yang juga dimasukkan dalam penilaian klinis nyeri adalah gejala penyerta seperti mual, muntah, sakit kepala, dan diare. Gejala ini dapat dihubungkan dengan awitan nyeri atau dapat terjadi akibat keberadaan nyeri.

h)        Efek pada aktivitas kehidupan sehari-hari / ADL

Perawat meminta pasien untuk menggambarkan bagaimana nyeri mempengaruhi beberapa aspek kehidupan sehari-hari, seperti tidur, nafsu makan, konsentrasi, aktivitas di rumah, dan status emosional.

i)          Pengalaman nyeri di masa lalu

Hal ini akan sangat membantu perawat untuk mengetahui fase apa nyeri yang dirasakan oleh pasien, dan apakah pasien mengetahui nyeri yang sedang dialami. Fase tersebut antara lain fase antisipator, fase sensasi, dan fase akibat.

 

                        

2.    Diagnosis Keperawatan

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2017) diagnosis keperawatan untuk pasien yang mengalami nyeri atau ketidaknyamanan adalah:

a.       Nyeri akut

Definisi: pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat, yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

 

Penyebab :

1)   Agen pencedera fisiologis (misalnya Inflamasi, iskemia, neoplasma)

2)   Agen pencedera kimiawi (misalnya Terbakar, bahan kimia iritan)

3)   Agen pencedera fisik (misalnya Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berta, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Gejala dan tanda mayor :

Subjektif :

1)      Mengeluh nyeri

Objektif :

1)      Tamak meringis

2)      Bersikap protektif (misalnya Waspada, posisi menghindari nyeri)

3)      Gelisah

4)      Frekuensi nadi meningkat

5)      Sulit tidur

Gejala dan tanda minor :

Subjektif :

(tidak tersedia)

Objektif :

1)      Tekanan darah meningkat

2)      Pola napas berubah

3)      Nafsu makan berubah

4)      Proses berfikir terganggu

5)      Menarik diri

6)      Berfokus pada diri sendiri

7)      Diaforesis

Kondisi klinis terkait :

1)   Kondisi pembedahan

2)   Cedera traumatis

3)   Infeksi

4)   Sindrom coroner akut

5)   glaukoma

b.      Nyeri Kronis

Definisi :pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

Penyebab :

1)      Kondisi muskuloskletal kronis

2)      Kerusakan sistem saraf

3)      Penekanan saraf

4)      Infiltrasi tumor

5)      Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan reseptor

6)      Gangguan imunitas (misalnya Neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster

7)      Gangguan fungsi metabolic

8)      Riwayat posisi kerja statis

9)      Peningkatan indeks massa tubuh

10)  Kondisi pasca trauma

11)  Tekanan emosional

12)  Riwayat penganiayaan (misalnya Fisik, psikologis, seksual)

13)  Riwayat penyalahgunaan obat/zat

Gejala dan tanda mayor :

Subjektif :

1)      Mengeluh nyeri

2)      Merasa depresi (tertekan

Objektif :

1)      Tampak meringis

2)      Gelisah

3)      Tidak mampu menuntaskan aktivitas

Gejala dan tanda minor :

Subjektif :

1)      Merasa takut mengalami cedera

Objektif :

1)      Bersikap protektif (misalnya Posisi menghindari nyeri)

2)      Waspada

3)      Pola tidur berubah

4)      Anoreksia

5)      Focus menyempit

6)      Berfokus pada diri sendiri

Kondisi klinis terkait :

1)   Kondisi kritis (misalnya Arthritis rheumatoid)

2)   Infeksi

3)   Cedera medulla spinalis.

Selain itu, karena nyeri memengaruhi beberapa aspek pada fungsi individu, kondisi tersebut dapat pula menjadi etiologi untuk mendiagnosis keperawatan lain, seperti, gangguan pola tidur, deficit perawatan diri, ansietas, hambatan mobilitas fisik, dan sebagainya.

c.       Gangguan rasa nyaman

Definisi: perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan social

Penyebab:

1)      Gejala penyakit

2)      Kurang pengendalian situasional/lingkungan

3)      Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, social dan pengetahuan

4)      Kurangnya privasi

5)      Gangguan stimulus lingkungan

6)      Efek samping terapi (misalnya medikasi, radiasi, kemoterapi)

7)      Gangguan adaptasi kehamilan

Gejala dan tanda mayor

1)      Subjektif

Mengeluh tidak nyaman

2)      Objektif

Gelisah

Gejala dan tanda minor

1)      Subjektif

a)      Mengeluh sulit tidur

b)      Tidak mampu rileks

c)      Mengeluh kedinginan/kepanasan

d)     Merasa gatal

e)      Mengeluh mual

f)       Mengeluh Lelah

2)      Objektif

a)      Menunjukkan gejala distress

b)      Tampah merintih/menangis

c)      Pola eliminasi berubah

d)     Postur tubuh berubah

e)      Iritabilitas

Kondisi Klinis Terkait

1)      Penyakit kronis

2)      Keganasan

3)      Distress psikologis

4)      Kehamilan

d.      Nausea

Definisi: perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah.

Penyebab:

1)      Gangguan biokimiawi (misalnya urenia, ketoasidosis diabetic)

2)      Gangguan pada esofagus

3)      Distensi lambung

4)      Iritasi lambung

5)      Gangguan pankreas

6)      Peregangan kapsul limpa

7)      Tumor terlokalisasi (misalnya Neuroma akustik, tumor otak primer atau sekunder, metastasis tulang didasar tengkorak)

8)      Peningkatan tekanan intraabdominal (misalnya keganasan intraabdomen)

9)      Peningkatan tekanan intracranial

10)  Peningkatan tekanan intraorbital (misalnya glaucoma)

11)  Mabuk perjalanan

12)  Kehamilan

13)  Aroma tidak sedap

14)  Rasa makanan/minuman yang tidak enak

15)  Stimulus penglihatan tidak menyenangkan

16)  Faktor psikologis (misalnya kecemasan, ketakutan, stress)

17)  Efek agen farmakologis

18)  Efek toksin

Gejala dan tanda mayor

1)      Subjektif

a)      Mengeluh mual

b)      Merasa ingin muntah

c)      Tidak berminat makan

2)      Objektif

(tidak tersedia)

Gejala dan tanda minor

1)      Subjektif

a)      Merasa asam di mulut

b)      Sensasi panas/dingin

c)      Sering menelan

2)      Objektif

a)      Saliva meningkat

b)      Pucat

c)      Diaphoresis

d)     Takikardia

e)      Pupil dilatasi

Kondisi klinis terkait

1)      Meningitis

2)      Labirinitis

3)      Uremia

4)      Ketoasidosis diabetic

5)      Ulkus peptikum

6)      Penyakit esofagus

7)      Tumor intraabdomen

8)      Penyakit meniere

9)      Neuroma akustik

10)  Tumor otak

11)  Kanker

12)  Glaucoma

 

3.    Rencana Asuhan Keperawatan

Dalam SIKI (2018), tercantum beberapa intervensi diagnosa keperawatan nyeri, diantaranya :

a.         Observasi

1.      Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri

2.      Identifikasi skala nyeri

3.      Identifikasi respon nyeri non verbal

4.      Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

5.      Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6.      Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7.      Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8.      Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

9.      Monitor efek samping penggunaan analgetik

b.        Terapeutik

1.      Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

2.      Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

3.      Fasilitasi istirahat dan tidur

4.      Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

c.         Edukasi

1.      Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

2.      Jelaskan strategi meredakan nyeri

3.      Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4.      Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5.      Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

d.        Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik (jika perlu)\

 

4.    Pelaksanaan/Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan sebelumnya (Andarmayo, 2013).

Tujuan dari penatalaksanaan nyeri tersebut adalah peredaan nyeri atau pengurangan nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien. Penatalaksanaan nyeri tersebut meliputi dua tipe dasar intervensi keperawatan : farmakologi dan nonfarmakologi. Penatalaksanaan keperawatan nyeri terdiri atas tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi.

 

5.    Evaluasi

Tujuan dibuat evaluasiguna sesuai dengan hasil spesifik yang diharapkan. (Kozier et al, 2011). Apabila hasil akhir tidak tercapai, perawat dan pasien perlu mengeksplorasi alasannya sebelum memodifikasi rencana asuhan. (Kozier et al, 2011).

 

C.      Tinjauan Konsep Penyakit

1.         Definisi Typhoid

Tipes atau typhoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella Typhosa  atau  Salmonella paratyphi A,  B dan C, selain inidapat juga menyebabkan gastroenteritis (radang  lambung). Masyarakat mengenal penyakit ini dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Typhoid fever atau Thypus abdominaliskarena berhubungandengan usus di dalam perut (Widoyono, 2002). Typhus adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (Sudoyo, 2009).

Demam Typhoid (thypoid fever) merupakan salah satu penyakit menular yang erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tida memenuhi syarat kesehatan seperti penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi lingkungan yang buruk. Penyaklit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (Soewando, 2002)

Berdasarkan dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa Typhoid adalah penyakit yang sering terjadi pada saluran pencernaandisebabkan oleh bakteri salmonella typhi karena lingkungan yang kurang sehat serta penerapan pola hidup bersih dan sehat yang masih kurang.

 

2.         Etiologi

Penyakit tipes Thypus merupakan penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella  typhosa,  (food and water borne disease). Seseorang yang  sering menderita penyakit tifus menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri ini. Salmonella thyposa sebagai suatu spesies, termasuk dalam kingdom Bakteria, Phylum Proteobakteria, Classis Gamma proteobakteria, Ordo Enterobakteriales, Familia Enterobakteriakceae, Genus Salmonella. Salmonella thyposa adalah bakteri gram negative yang bergerak  dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: antigen 0 (somatik, terdiri dari zat komplek  lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen V1 (hyalin, protein  membrane). Serum penderita penyakit typhoid terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam anigen tersebut (Zulkhoni, 2011).

 

3.         Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

a.    Rongga mulut

Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan. Pada Mulut terdapat :

1)      Gigi

Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi partikel yang kecil-kecil.

2)      Lidah

Memiliki peran mengatur letak makanan di dalam mulut serta mengecap rasa makanan.

3)      Kelenjar Ludah

Ada 3 kelenjar ludah pada rongga mulut. Ketiga kelenjar ludah tersebut menghasilkan ludah setiap harinya sekitar 1 sampai 2,5 liter ludah. Kandungan ludah pada manusia adalah : air, mucus, enzim amilase, zat antibakteri, dll. Fungsi ludahadalah melumasi rongga mulut serta mencerna karbohidrat menjadi disakarida.

 

 

 

 

b.    Esofhagus

Esophagusadalah melumasi rongga mulut serta mencerna karbohidrat menjadi disakarida. Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.

c.    Lambung

Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung. Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot melingkar, dan otot menyerong. Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung adalah :

1)   Asam HCl, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus

2)   Lipase, memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit

3)   Renin, mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya dimiliki oleh bayi.

4)   Mukus, melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.

 

 

 

d.   Usus Halus

Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m). Usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.

Usus besar Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon adalah :

1)        Menyerap air selama proses pencernaan.

2)        Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.

3)        Membentuk massa feses

4)        Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh ddefekasi.

 

e.    Rektum dan Anus

Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik (Adam, 2014)

 

4.         Manifestasi Klinis

Masa tunas  demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat,  dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian. Pada minggu pertama gejala klnis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam,nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari (Djoko,2009)

 

5.         Patofisiologi

Salmonella Thypidapatditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan),Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Yang paling menonjolyaitu lewat mulut manusia yang baru terinfeksi selanjutnya menuju lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi lolos masuk ke usus halus bagian distal (usus bisa  terjadi iritasi) dan mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan darah mengandung bakteri (bakterimia) primer, selanjutnya melalui aliran darah dan jaringan limpoid plaque menuju limfa dan hati. Di dalam  jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran  darah sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong  pada mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Perdarahan menimbulkan panas dan suhu tubuh dengan demikian akan meningkat. Sehingga beresiko kekurangan cairan tubuh. Jika kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan  atau antibodi. Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita berangsur-angsur sembuh (Zulkoni.2011).

 

 

 

 

 

 

6.         Pathways

 

Makanan yang terinfeksi bakteri Salmonella Typhosa

 

 


Masuk melalui mulut

 

 


Menuju ke saluran pencernaan

 

Mati dimusnahkan

asam lambung

Lambung

 

 


Lambung

 

 

Diserap oleh usus halus

 

 

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Hipertermi

Nyeri

Lambung tertekan

Mual

Anoreksia

Kelenjar limfoid

usus halus

Tukak

Perdarahan dan perforasi

Resiko defisit volume cairan

Sumber: Zulkoni (2011)

Endotoksin

Limpa

Splenomegali

Perubahan

Nutrisi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


7.         Pemeriksaan Penunjang

a.    Pemeriksaan Pemeriksaan darah perifer lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukosistosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Dapat pula ditemukan anemia ringan dan trombositopeni. Pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopeni laju endap darah dapat meningkat.

b.    Pemeriksaan SGOT dan SGPT 

SGOT dan SGPT sering meningkat, tapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT, SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.

c.    Pemeriksaan Uji Widal 

Dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri salmonella typhi. Pada uji widal terjadi  suatu reaksi aglutinasi antara antigen bakteri salmonella typhi dengan antibody salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.  Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam Typhoidenema barium mungkin juga perlu dilakukan (Mansjoer, 2002).

 

8.         Penatalaksanaan Medis

Menurut Djoko (2006) obat-obat antibiotika yang biasa digunakanialah ampisilin dan amoksisilin, antipiretika, bila perlu diberikan laksansia, tirah baring selama demam untuk mencegah komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus, mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, diet pada permulaan, diet makanan yang tidak merangsang saluran cerna dalam bentuk sering atau lunak, makanan dapat ditingkatkanseusai perkembangan keluhan gastrointestinal, perforasi, transfusi bila diperlukan pada komplikasi perdarahan.

 


BAB III

METODE PENULISAN

 

A.    Fokus Asuhan

Pada laporan tugas akhir ini penulis menggunakan pendekatan asuhan keperawatan yang berfokus pada asuhan keperawatan dengan gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid.

 

B.     Subyek Asuhan

Dalam asuhan keperawatan ini yang dijadikan subjek asuhan adalah 1 pasien yang memiliki masalah demamtypoiddan memiliki keluhan gangguan rasa nyaman di Klinik Karya Husada. Adapun kriteria pada asuhan keperawatan ini adalah:

1.      Pasien penderita demam typoid

2.      Pasien dirawat di Klinik Karya Husada

3.      Bersedia mengikuti secara sukarela dengan menandatangani lembar persetujuan informed consent

 

C.    Lokasi dan Waktu

Lokasi pelaksanaan asuhankeperawatan dilakukan diKlinik Karya Husada. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 13-15 April 2020.

 

D.    Pengumpulan Data

1.      Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada asuhan keperawatan fokus asuhan keperawatan ini dengan menggunakan alat pemeriksaan fisik dan format pengkajian. alat pemeriksaan fisik yang digunakan penulis, antara lain : alat ukur tanda-tanda vital yaitu spygnomanometer, stetoskop,thermometer, dan jam tangan. Dan kemudian hasil pengukuran di tulis di lembar observasi atau format pengkajian.

 

 


2.      Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara, sebagai berikut :

a.       Wawancara / komunikasi yang efektif

Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi pasien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face).

Tujuan dari wawancara adalah :

1)      Mendapat informasi yang diperlukan

2)      Meningkatkan hubungan perawat-pasien dalam komunikasi

3)      Membantu pasien dan perawat memperoleh informasi yang dibutuhkan

4)      Membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama pengkajian

b.      Observasi

Penulis menggunakan observasi untuk mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien. Hal-hal yang harus diperhatiakan dalam melakukan observasi adalah :

1)      Sebaiknya tidak diketahui oleh pasien sehingga data yang diperoleh murni

2)      Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan sehingga dapat dibaca dan dimengerti.

Observasi dilakukan melalui apa yang dilihat dan dilakukan pasien, kemudian dibandingkan dengan apa yang dikeluhkan dan dinyatakan .

c.       Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik perlu dilakukan oleh penulis untuk data pendukung mengetahui terjadinya masalah kebutuhan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik ini digunakan untuk memperoleh data objektif dari masalah keperawatan pasien. Berikut adalah format pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan dalam pengkajian pasien :

1)   Keadaan umum

2)   Status gizi

3)   Sistem persepsi sensori, yang meliputi : pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman, dan perabaan

4)   Sistem pernafasan

5)   Sistem kardiovaskular

6)   Sistem saraf pusat, yang meliputi : kesadaran, orientasi waktu, dan orientasi tempat

7)   Sistem gastrointestinal, yang meliputi : nafsu makan, nyeri tekan, pembesaran hati, dan asites

8)   Sistem musculoskeletal, yang meliputi : nyeri, deformitas, peradangan, dan kekuatan otot

9)   Sistem integument, yang meliputi : kelembaban kulit, bercak kemerahan, dan lesi / luka

10)    Sistem reproduksi, yang meliputi : kelainan dan kebersihan

11)    Sistem perkemihan, yang meliputi : pola berkemih dan kelainan

Untuk mendapatkan data-data diatas perlu memerhatikan beberapa aspek pengkajian. Aspek pengkajian yang dapat digunakan penulis ada 4 cara, yaitu :

1)      Inspeksi

Inspeksi melibatkan penggunaan penglihatan untuk membedakan temuan normal dan abnormal. Langkah awal yang dilakukan penulis pada pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, mengamati secara seksama dan tanpa terburu-buru dari kepala sampai ujung kaki. Fokus inspeksi pada setiap bagian meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, kesimetrisan, lesi, dan benjolan atau pembengkakan. Setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

2)      Palpasi

Selanjutnya penulis menggunakan teknik palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan apakah ada atau tidaknya gangguan mobilitas fisik.

3)      Perkusi

Perkusi merupakan langkah ketiga yang digunakan penulis dalam pemeriksaan fisik pasien. Perkusi yang dilakukan penulis  melibatkan pengetukan tubuh pasien dengan ujung jari untuk menghasilkan getaran yang berjalan melalui jaringan tubuh. Sifat suara akan menentukan lokasi, ukuran, konsistensi jaringan.

4)      Auskultasi

Selanjutnya penulis menggunakan teknik auskultasi. Auskultasi menggunakan pendengaran suara tubuh untuk mendeteksi penyimpangan dari keadaan normal. Penulis mendengar suara dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara paru-paru, jantung dan bagian dalam/viscera abdomen misalnya bising usus. Setelah auskultasi dapat dibandingkan hasil normal dengan abnormal suara bagian tubuh satu dengan suara bagian tubuh lainnya.

 

3.    Sumber Data

a.       Sumber data primer

Sumber data primer adalah pasien, didapat apabila pasien tidak sadar, mengalami gangguan bicara atau gangguan pendengaran, pasien masih bayi, atau karena beberapa sebab pasien tidak dapat memberikan data subjektif secara langsung, perawat dapat menggunakan data objektif untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Namun, bila diperlukan data subjektif pula hendaknya perawat melakukan anamnesis pada keluarga pasien.

 

 

b.      Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari pasien, yaitu keluarga, orang terdekat, teman dan orang lain yang tahu tentang status kesehatan pasien. Selain itu, tenaga kesehatan yang lain seperti dokter, ahli gizi, ahli fisioterapi, laboratorium, radiologi juga termasuk sumber data sekunder.

 

E.     Penyajian Data

1.      Narasi

Data yang diperoleh dari hasil pengkajian disajikan dalam bentuk uraian. Untuk data yang disajikan dalam bentuk narasi adalah data pengkajian dan diagnosis keperawatan.

2.      Tabel

Tabel digunakan untuk menjelaskan hasil yang menggunakan angka-angka atau kalimat agar lebih mudah dipahami. Adapun data yang disajikan dalam bentuk tabel, antara lain : analisa data, intervensi, implementasi dan evaluasi.

 

F.     Prinsip Etik

Prinsip etika yang digunakan penulis dalam membuat asuhan keperawatan fokus pada tindakan keperawatan ini adalah prinsip etika keperawatan dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok atau keluarga dan masyarakat, yaitu :

1.      Otonomi (autonomy)

Menghargai otonomi berarti komitmen terhadap pasien dalam mengambil keputusan tentang semua aspek pelayanan. Persetujuan yang ditandatangani merupakan jaminan bahwa tim pelayanan kesehatan telah mendapatkan persetujuan dari pasien.

2.      Kebaikan (Beneficience)

Kebaikan adalah tindakan positif untuk membantu orang lain dan melakukan niatan baik.

 

3.      Tidak mencederai (non maleficience)

Dalam pelayanan kesehatan, praktik etik tidak hanya melibatkan keinginan untuk melakukan kebaikan tetapi juga janji untuk tidak mencederai.

4.      Keadilan (justice)

Keadilan merujuk pada kejujuran,. Penyelenggara layanan kesehatan setuju untuk berusaha bersikap adil dalam memberikan pelayanan kesehatan.

5.      Kesetiaan / menepati janji(fidelity)

Kesetiaan adalah persetujuan untuk menepati janji. Janji setia mendukung rasa tidak ingin meninggalkan pasien, meskipun saat pasien tidak menyetujui keputusan yang telah dibuat.

6.      Akuntabilitas (accountability)

Akuntabilitas merujuk pada kemampuan seseorang untuk menjelaskan alasan tindakannya.

7.      Kerahasiaan (confidentiality)

Dalam pelayanan kesehatan harus menjaga rahasia pasien apabila melanggar akan terkena sanksi seperti tidak dapat menyalin rekam medis tanpa izin dari pasien.

8.      Kejujuran (veracity)

Kejujuran merupakan dasar membina hubungan saling percaya terhadap pasien. Pasien memiliki otonomi sehingga berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.

 

 

 

 

 

 

 


BAB IV

HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN

 

Pada bab ini penulis akan membahas kesinambungan antara teori dengan laporan tugas akhir dari Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada pasien dengan demam Thypoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran. Hasil Asuhan Keperawatan yang penulis kemukakan antara lain pengkajian, diagnose keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian dilakukan selama 3 hari, dilaksanakan pada tanggal 13-15 April 2020 yang bertujuan untuk melihat kesenjangan antara teori dengan kasus yang diperoleh di lapangan. Kemudian yang ditemukan dilakukan pembahasan dalam bentuk rasional.

A.    Hasil Asuhan

1.      Pengkajian

Berisi tentang hasil pengkajian pada pasien, meliputi data umum, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan pemeriksaan fisik.

Tabel 4.1

Pengkajian

 

Pengkajian

Subjek Asuhan

Data umum pasien

 

 

Nama    

:

Tn S

Umur     

:

24Tahun

Jeniskelamin        

:

Laki-laki

Agama 

:

Islam

Pendidikan

Pekerjaan

Tgl Pengkajian

Dx. Medis

:

:

:

:

SMA

PNS

13 April 2020 Jam 08.30 WIB

Demam Thypoid

Alamat Rumah

:

Tegineneng

Keluhan Utama

Nyeri di perut


Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan demam sudah sejak tiga hari yang lalu, demam yang dirasakan turun naik bercampur mengigil, selain itu pasien juga mengatakan nyeri dibagian perut, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum dengan sekala nyeri 4, nyeri yang dirasakan hilang timbul dan bertambah saat demam pasien naik, pasien juga mengatakan mual dan nafsu makan menurun disertai dengan diare encer sekitar 3-4 kali sehari. Selain itu pasien mengatakan susah tidur karena nyeri perut dan demam yang turun naik, durasi tidur hanya sekitar 4-5 jam perhari.

Riwayat Kesehatan Sebelum Sakit

Pasien tidakpernah mengalami penyakit yang serius dan tidak pernah dirawat di Klinik, pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat atau makanan.

Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien ± 3 hari yang lalu sebelum masuk Klinik, ia mengeluh panas, tidak nafsu makan, nyeri perut, dan mual, sehingga pasien langsung dibawa ke Klinik

Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan dikeluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang sama yang seperti yang sedang pasien alami dan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, ataupun sakit Asma.

Pola Makan dan Minum

Di rumah

Pasien makan 3 x sehari, jenis makanan nasi, lauk pauk dan sayur. Pasien minum air putih 6 – 7 gelas / hari. Pasien menyukai semua makanan dan pasien tidak mempunyai makanan pantangan.

 

Di Klinik               

Pasien tidak nafsu makan, pasien hanya menghabiskan ½ porsi dari makanan yang disediakan, diet bubur biasa TKTP, pasien hanya minum air putih banyaknya 2 – 3 gelas/ hari, tapi pada tangan kiri Pasien terpasang infus RL + Cernivit 20 tetes / menit

Pola Eliminasi

Sebelum sakit:    

Pasien BAK 3 – 4 x / hari, warna kuning jernih berbau khas. Dan pola BAB 1 x / hari, warna kuning, konsistensi padat.

 

Saat sakit:            

Selama perawatan pasien BAB 3-4 x dengan konsistensi cair / hari dan BAK 1 – 2 x / hari.

Istirahat dan Tidur

Di rumah

Pasien istirahat ± 2 – 3 jam dan tidur malam ± 7 jam

 

Di Klinik               

Pasien hanya tidur sekitar 4-5 jam perhari karena nyeri dan menggigil, saat bangun tidur pasien mengatakan badan terasa lemas.

Pola Aktivitas

Sebelum Sakit:

Pasien seorang pegawai negeri sipil dan melakukan pekerjaan sehari – hari sebagai pegawai   di kantor instansi pemerintahan.

 

Saat Sakit:

Pasien tidak dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa karena penyakitnya, Pasien hanya berada ditempat tidur karena pasien diisntruksikan untuk bedrest.

Kebersihan Diri

Di rumah

Pasien mandi 2 x / hari, gosok gigi 3 x / hari, keramas 2 x seminggu, potong kuku 1 x seminggu.

 

 

Di Klinik

Pasien hanya dilap menggunakan kain basah oleh keluarganya, pasien terlihat rapih dan bersih.

Rekreasi

Di rumah

Pasien biasanya nonton TV dan jarang berekreasi keluar rumah kalau bukan hari besar.

 

Di Klinik

Pasien hanya berbaring ditempat tidur dan kadang – kadang duduk serta ngobrol dengan keluarganya.

Psikologis

Pasien tidak cemas mengenai penyakitnya dan berpasrah diri kepada Allah SWT

Sosial

Hubungan Pasien dengan keluarga cukup baik, ditandai dengan keterbukaan terhadap keluarga, perhatian pasien terhadap lawan bicara cukup baik, pasien selalu bekerjasama dalam menjawab pertanyaan perawat dengan baik.

Spiritual

Pasien beragama Islam, melakukan shalat dengan berbaring selama di Klinik.

PemeriksaanFisik

Keadaan Umum

Kesadaran            : Compos mentis

GCS                        : E4, V5, M6 = 15

Penampilan          : Pasien terlihat lemah

 

Vital Sign :

TD                          : 140 / 90 mmHg

N                             : 102 x / menit

R                             : 20 x / menit

S                              : 38ºC

BB sebelum sakit                : 65 kg

BB saat sakit        : 64 kg

 

Head to Toe

1.       Kepala

Bentuk simetris, tidak terdapat kutu pada rambut dan tidak ada benjolan atau pun luka pada kepala.

 

2.       Rambut

Rambut ikal, pendek, penyebaran rambut merata, tidak terdapat uban, kebersihan kurang.

 

3.       Mata (Penglihatan)

Penglihatan bail, struktur mata simetris, kebersihan cukup karena tidak ada secret / kotoran, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pergerakan bola matabaik, pasien tidak memakai alat bantu (kacamata)

 

4.       Hidung (Penciuman)

Hidung simetris, tidakada secret yang menumpuk, tidak terdapat peradangan.

 

5.       Telinga (Pendengaran)

Terlihat bersih, tidak terdapat serumen / cairan, bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada perdarahan atau peradangan.

 

6.       Mulut  dan Gigi

Mukosa bibir kering, tidak ada peradangan pada mulut, gigi pasien masih lengkap, lidah tampak bersih.

 

7.       Leher

Tidak ada pembesaran pada kalenjar getah bening dan tyroid.

 

8.       Thorax ( Fungsi Pernafasan)

Bentuk simetris, tidak terdapat benjolan, pasien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x / menit.

 

9.       Abdomen

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi ataupun bekas operasi.

Palpasi  :Tidak teraba adanya massa, terdapat nyeri tekan dengan skala nyeri 4

Perkusi   : Suara Timpani, tidak ada Achites

Auskultasi : suara bising usu 20 x/menit

 

10.    Genetalia

Pasien mengatakan dalam keadaan baik dan bersih.

 

11.    Ekstremitas

Tidak terdapat fraktur, tidak terdapat edema, dan tidak ada bekas luka, terpasang infus RL ditangan kiri 20 tetes / menit.

Pemeriksaan Penunjang Laboratorium

Hematologi

Hemoglobin          :12,7

Leokosit                :11.400

Trombosit             :140.000

Widal               :S.T -01:160- S.T-H 1:160 – S.T- C H  1:160

Teraphi Obat

-          IVFD RL + Cernevit 20 tetes / menit

-          Inj. Dexa /12 jam

      Ranitidin /12 jam

      Ketorolac /12 jam

-          Oral Paracetamol /8 jam

        Tiamfenikol /6 jam

 

 

 

2.      Analisis Data

Hasil analisis data yang didapat setelah melalui tahap pengkajian didapatkan hasil analisis sebagai berikut:

Tabel 4.2

Analisis Data

 

No

Analisis Data

Diagnosa

Etiologi

1.

Ds :

-          Pasien mengatakan nyeri di perut

-          Pasien mengatakan nyeri sudah sejak tiga hari yang lalu

-          Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum

-          Pasien mengatakan tidak nyaman

-          Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.

 

Do :

-          Pasien tampak meringis menahan nyeri.

-          Skala nyeri 4

-          Pasien tampak gelisah

-          Pasien susah tidur dengan durasi tidur hanya 5-6 jam perhari

-          TTV :

TD : 140/90

N   : 102/ M

S    : 38,2 C

R    : 23/ M

-          Nafsu makan Pasien menurun hanya menghabiskan setengah porsi.

 

 

Nyeri akut

Agen pencedera fisiologis (Inflamasi)

 

2

 

Ds :

-          Pasien mengatakan demam

-          Pasien mengatakan demam sejak 3 hari sebelum dirawat di klinik

-          Pasien mengatakan demam yang dirasakan turun naik

 

Do :

-          Suhu tubuh pasien 38,2 C

-          Kulit pasien tampak merah

-          Kulit pasien teraba hangat

-          Nadi 102 x/m

 

Hipertermia

 

Proses Penyakit (Infeksi)

3

Ds :

-          Pasien mengatakan mual saat makan

-          Pasien mengatakan badan terasa lemas

-          Pasien mengatakan tidak nafsu makan

 

Do :

-          Pasien hanya menghabiskan setengah porsi makanan

-          Terdapat nyeri diperut dengan skala nyeri 4

-          BB sebelum sakit 65 kg, BB setelah sakit 64 Kg

-          Diare dengan konsistensi cair sebanyak 3-4 x/hari

Resiko Defisit Nutrisi

Factor psikologis (mis. keengganan untuk makan, sters)

 

 

 

3.      Diagnosis Keperawatan

Dari data hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. S maka diagnosis keperawatan yang muncul yaitu:

Tabel 4.3

Daftar Diagnosis Tn.S

No

Diagnosis Tn.S

1

Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Inflamasi)

2

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi)

3

Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis misalnya stress keengganan untuk makan

 

4.      Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan berfokus pada satu masalah keperawatan, dimana rencana asuhan keperawatan ini dilakukan selama 3 hari pada Tn. S diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.4

Intervensi Keperawatan

 

No

Dx

Diagnosa keperawatan

Tujuan

Intervensi keperawatan

Rasional

1.

Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Inflamasi) dengan data :

Ds :

-          Pasien mengatakan nyeri di perut

-          Pasien mengatakan nyeri sudah sejak tiga hari yang lalu

-          Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum

-          Pasien mengatakan tidak nyaman

-          Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.

 

Do :

-          Pasien tampak meringis menahan nyeri.

-          Skala nyeri 4

-          Pasien tampak gelisah

-          Pasien susah tidur dengan durasi tidur hanya 5-6 jam perhari

-          TTV :

TD : 140/90

N   : 102/ M

S    : 38,2 C

R    : 23/ M

-          Nafsu makan Pasien menurun hanya menghabiskan setengah porsi.

 

 

Setelah dilakukan intervensi, maka gangguan rasa nyaman (nyeri) meningkat  dengan kriteria:

a.       Skala nyeri 0

b.       Mampu mengontrol nyeri

c.        Tanda-tanda vital dalam batas normal

d.       Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Mampu mengenali nyeri

Observasi

1.       Identifikasi sekala nyei

2.       Identifikasi penyebab nyeri

3.       Monitoring tanda-tanda vital ( Suhu, Nadi, Tekanan darah, Respirasi)

4.       Monitoring sekala nyeri

 

Terapeutik

1.       Ajarkan teknik nonfarmakolgi tarik nafas dalam

2.       Beri lingkungan yang nyaman (suhu ruangan normal, Ruangan tidak bising)

Edukasi

1.       Tingkatkan istirahat yang adekuat.

Kolaborasi

1.       Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan. Makanan lunak rendah serat.

2.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat alagetik, (Keterolac, Ranitidine  2 x 1 Ampul)

 

1 Mengatahui tingkat keperahan nyeri.

2. Mengetahui penyebab timbulnya nyeri.

3. Mengetahui batas-batas normal.

4. Mengetahui tingkat keberhasilan perawatan.

Terapeutik

1.  untuk mengontrol nyeri.

2. Untuk mengontrol nyeri.

Edukasi

1.  Agar masalah nyeri akut cepat teratasi.

Kolaborasi

1.  Menentukan diet yang pas untuk pasien.

 

2.       untuk memberikan terapi farmakologi penghilang nyeri.

2.

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dengan data :

Ds :

-          Pasien mengatakan demam

-          Pasien mengatakan demam sejak 3 hari sebelum dirawat di klinik

-          Pasien mengatakan demam yang dirasakan turun naik

 

Do :

-          Suhu tubuh pasien 38,2 C

-          Kulit pasien tampak merah

-          Kulit pasien teraba hangat

-          Nadi 102 x/m

Setelah dilakukan intervensi, maka gangguan hipertermia meningkat dengan kriteria:

a.       Suhu tubuh dalam rentang normal

b.       Pasien menyatakan tidak demam

c.        Tidak ada perubahan warna Kulit

d.       Nadi dan respirasi dalam batas normal

 

Observasi

1.       Monitoring suhu tubuh sesering mungkin

terapeutik

1.       berikan posisi yang nyaman

2.       berikan kompres dingin dan hangat.

3.       Tingkatkan intake cairan

edukasi

1.       ajarkan terapi relaksasi (Tarik napas dalam)

2.       beri informasi kepada keluarag untuk tidak menyelimuti pasien saat demam

 

kolaborasi

1.       kolaborasi pemberian antipiretik, jika diperlukan (Paracetamol 500 mg/8 jam Tablet)

 

1.  Mengetahaui tanda dan gejala demam.

 

 

1.  Memberikan posisi yang nyaman.

2.  Untuk memberikan rasa nyaman.

3. mempercepat menormalkan suhu tubuh.

 

1.  memberikan kenyamanan

2.  untuk mempercepat penormalan suhu tubuh.

 

 

 

1. Untuk mempercepat penurunan demam.

3

Resiko Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (mis. setres,keengganan untuk makan), dengan data :

Ds :

-          Pasien mengatakan mual saat makan

-          Pasien mengatakan badan terasa lemas

-          Pasien mengatakan tidak nafsu makan

 

Do :

-          Pasien hanya menghabiskan setengah porsi makanan

-          Terdapat nyeri diperut dengan skala nyeri 4

-          BB sebelum sakit 65 kg, BB setelah sakit 64 Kg

-          Diare dengan konsistensi cair sebanyak 3-4 x/hari

 

Setelah dilakukan intervensi, maka gangguan resiko defisit nutrisi meningkat dengan kriteria:

a.       Adanya peningkatan berat badan

b.       Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

c.        Tidak ada tanda-tanda kekurangan energi kronis

d.       Tidak ada keengganan untuk makan

Observasi

1.       Identifikasi status nutrisi

2.       Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

3.       Monitoring tanda-tanda vital

4.       Monitoring berat badan dan hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

1.       Berikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein

2.       Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Edukasi

1.       Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering

Kolaborasi

1.       Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan.

1. Mengatahui setatus nutrisi pasien.

2. Mengetahui kebutuhan kalori dan jenis nutrisi yang tepat.

3. Mengetahui batas-batas normal.

4. Mengetahui berat badan pasien .

 

1.  Untuk memenuhi asupan nutrisi.

2. memenuhi asupan yang rendah serat.

 

 

1.  Agar masalah nutrisi teratasi.

 

1.  Menentukan diet yang pas untuk pasien.

 

5.      Implementasi dan Evaluasi

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria yang diharapkan. Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna. Apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai.

Tabel 4.5

Implementasi dan Evaluasi

 

Waktu &

Tanggal

Implementasi

Paraf

Evaluasi

13/4/2020

 

08.00

 

 

08.20

 

 

08.35

 

 

08.40

 

 

 

 

 

 

 

10.00

 

 

11.40

 

 

1.       Mengkaji skala nyeri yang dirasakan pasien.

 

2.       Mengkaji tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah)

 

3.       Mengatur posisi pasien semi fowler

 

4.       Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi. Dengan cara menarik nafas dalam dan menghembuskannya melalui mulut (relaksasi), mengalihkan perhatian pasien dengan diajak ngobrol (distraksi)

 

 

5.       Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan antipiretik (Ceterolac 3 x 1 amp, Paracetamol 500 mg/ 8 jam)

 

6.       Kolaborasi dengan ahli gizi dengan diet makanan lunak

 

 

Tri Suyanto

 

Tri Suyanto

 

 

Tri Suyanto

 

Tri Suyanto

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tri Suyanto

 

 

Tri Suyanto

 

 

 

 

 

 

S:

-          Pasien mengatakan masih terasa nyeri diperut.

-          Pasien mengatakan terasa belum nyaman dengan rasa nyerinya.

-          Pasien mengatakan teriadang lupa melakukan tarik napas dalam saat nyeri timbul.

kkO:

-          Pasien masih meringis kesakitan

-          Pasienmasih tampak lemah

-          Skala nyeri 4

-          TTV :

TD : 130 / 90 mmHg

T : 38°C

N : 100 x / menit

 

A:

Gangguan rasa nyaman nyeri belum teratasi

 

P: lanjutkan intervensi

1.       Pantau Sekala Nyeri

2.       Evaluasi teknik relaksasi dan distraksi. Dengan cara menarik nafas dalam dan menghembuskannya melalui mulut (relaksasi), mengalihkan perhatian Pasien dengan diajak ngobrol (distraksi)

3.      Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik (Antrain 3 x 1 amp)

4.      Pantau TTV

5.      Beri lingkungan yang nyaman

6.      Ajarkan kompres dingin.

14/4/2020

 

08.00

 

08.05

 

08.30

 

 

 

 

 

 

 

09.00

 

 

 

10.00

 

 

11.40

 

 

12.30

 

 

1.       Memantau sekala nyeri

 

2.       Memeriksa tanda-tanda vital

 

3.       Mengevaluasi kembali teknik relaksasi dan distraksi. Dengan cara menarik nafas dalam dan menghembuskannya melalui mulut (relaksasi), mengalihkan perhatian pasien dengan diajak ngobrol (distraksi).

 

4.       Memberikan lingkungan yang nyaman dengan menginstruksikan untuk pembatasan pengunjung pasien.

 

5.       Mengajarkan cara kompres dingin dibagian ketiak jika demam muncul

 

6.       Kolaborasi dengan ahli gizi makanan lunak

 

7.       Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan Antipiretik (Ceterolac 3 x 1 amp, Paracetamol 500 mg/8 jam)

 

 

Tri Suyanto

Tri Suyanto

 

Tri Suyanto

 

 

 

 

 

 

 

 

Tri Suyanto

 

 

 

 

 

Tri Suyanto

 

Tri Suyanto

 

Tri Suyatno

 

S:

-          Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah mulai berkurang.

-          Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan masih hilang timbul namun intensitasnya sudah jauh lebih baik.

 

O:

-          Skala nyeri 2

-          Pasien tampak rileks

-          Pasien mampu melakukan teknik relaksasi dengan cara napas dalam secara mandiri saat nyeri timbul.

-          TTV :

TD : 130 / 90 mmHg

T : 37,8°C

N : 98 x / menit

-          Durasi tidur pasien 6-7 jam

-          Ruangan pasien tampak nyaman dan sepi pengunjung.

A:

Gangguan rasa nyamannyeri Belum teratasi

 

P: lanjutkan intervensi

-          Pantau sekala nyeri Pasien

-          Mengatur posisi Pasien misalnya semi fowler atau fowler.

-          Pantau tanda-tanda vital

-          Evaluasi cara melakukan kompres dingin

-          kolaborasi dalam pemberian obat analgetik (Antrain 3 x 1 amp)

-          beri penkes tentang demam thypoid.

 

15/4/2020

 

08.00

 

08.05

 

08.20

 

 

08.30

 

08.40

 

 

 

09.00

 

 

 

12.00

 

 

1.      memeriksa sekala nyeri pasien

 

2.      memeriksa ttv pasien

 

3.       memberikan posisi tidur yang nyaman untuk pasien semi fowler

 

4.       mengevaluasi cara kompres dingin

 

5.       memberikan pennkes tentang demam thypoid menggunakan leafleat dan lembar balik

 

6.       mengevaluasi pengetahuan pasien dan keluarga tentang penkes demam thypoid.

 

7.       Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik (Antrain 3 x 1 amp)

 

 

Tri Suyanto

 

Tri Suyanto

 

Tri Suyanto

 

 

Tri Suyanto

 

Tri Suyanto

 

 

Tri Suyanto

 

 

Tri Suyanto

 

 

 

 

S:

-          Pasien mengatakan sudah tidak nyeri lagi

-          Pasien mengatakan sudah tidak demam dan menggigil

-          Pasien mengatakan jauh lebih nyaman karena tidak ada sakit lagi daripada perawatan hari pertama.

O:

-          Pasien tampak rilexs

-          Skala nyeri 0

-          Pasien mampu melakukaan relaksasi secara mandiri

-          Pasien mampu menjawab tentang penkes thypoid yang telah diberikan.

-          Pasien mampu menghabiskan satu porsi makanan

-          TTV : N : 85 x/m

TD : 120/80 mmHg

S : 36,8 C

RR : 20 x/m

A:

Gangguan rasa nyaman nyeri Teratasi

 

P:

1.       Evaluasi tentang penkes demam typhoid

2.       Persiapa pulang

 

B.       Pembahasan

Penulis akan membahas proses pembahasan pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 13 April 2020 sampai 15 April 2020 tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan Demam Tyhpoid di di Klinik Karya Husada Kabupaten PesawaranTahun 2020”. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia di dalam asuhan keperawatan.

1.       Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan proses sistematika dan pengumpulan data, verifikasi dan komunikasi data tentang pasien untuk mendapatkan seluruh data dan menentukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatan dan mengembalikan kesehatan. Pengkajian yang dilakukan dari metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik.

a.       Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pengkajian yang sudah dilakukan pada Tn. S  pada tanggal 13 April 2020 diperoleh data Tn.S mengeluh pusing, tidak nafsu makan, dan mual.  Gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam,nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. Dengan demikian ada kesinambungan antara hasil yang didapat dengan teori.

b.      Pemeriksaan Fisik

Kesadaran Compos mentis,GCS E4, V5, M6 = 15, Penampilan   Pasien terlihat lemah,Vital Sign :TD 140 / 90 mmHg, N 102 x / menit, R 20 x / menit, S 38ºC, BB sebelum sakit 65 kg, BB saat sakit64 kg Kepala bentuk simetris, tercium bau tidak sedap karena selama dirawat di klinik pasien tidak pernah keramas, tidak terdapat kutu pada rambut dan tidak ada benjolan atau pun luka pada kepala. Rambut ikal, pendek, penyebaran rambut merata, tidak terdapat uban. Mata (Penglihatan) baik, struktur mata simetris, kebersihan cukup karena tidak ada secret / kotoran, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pergerakan bola mata baik, pasien tidak memakai alat bantu (kacamata). Hidung simetris, tidak ada secret yang menumpuk, tidak terdapat peradangan. Terlihat bersih, tidak terdapat serumen / cairan, bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada perdarahan atau peradangan. Mukosa bibir kering, tidak ada peradangan pada mulut, gigi pasien masih lengkap, lidah tampak kotor. Tidak ada pembesaran pada kalenjar getah bening dan tyroid. Bentuk simetris, tidak terdapat benjolan, pasien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x/ menit.Abdomen bentuk simetris, tidak ada pembesaran hati dan limpa, terdapat nyeri dengan skala 4, peristaltic usus 18 x / menit.Genetalia pasien mengatakan dalam keadaan baik dan bersih. Ekstremitas tidak terdapat fraktur, tidak terdapat edema, dan tidak ada bekas luka, terpasang infus RL ditangan kiri 20 tetes / menit.

Hasil Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdapat hasil rata-rata pasien mengalami penurunan berat, ditandai dengan bb yang menurun, wajah tampak pucat, terdapat nyeri di epigastrium serta mual munta jika demam tidak segera ditangani. Dari data tersebut terdapat kesinambungan antara teori di jurnal dan hasil yang didapatkan.

2.      Diagnosis keperawatan

Dari data hasil pengkajian pada Tn. S dapat di terdapat tiga diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Inflamasi), Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi) dan Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis. Berdasarkan diagnosa SDKI masalah yang muncul pada gangguan rasa nyaman yaitu nyeri akut. Jadi masalah keperawatan antara teori dengan hasil penelitian penulis sudah sesuai

 

 

3.      Rencana Tindakan Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Inflamasi) Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri akut dapat teratasi dengan indicator kriteria hasil:

a.       Skala nyeri 0

b.      Mampu mengontrol nyeri

c.       Tanda-tanda vital dalam batas normal

d.      Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

e.       Mampu mengenali nyeri

Adapun intervensi yang dilakukan sebagai berikut :

1.      Identifikasi sekala nyeri

2.      Identifikasi penyebab nyeri

3.      Monitoring tanda-tanda vital

4.      Monitoring sekala nyeri

5.      Ajarkan teknik nonfarmakolgi tarik nafas dalam

6.      Beri lingkungan yang nyaman

7.      Tingkatkan istirahat yang adekuat.

8.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan.

9.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat alagetik

Pada perencanaan keperawatan hasil penelitian penulis sudah sesuai dengan teori yang tercantum dalam buku (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2017).

4.      Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan penulis pada Tn. S dimulai pada tanggal 13 April – 15 April 2020 adalah mengindentifikasi sekala nyeri, memantau tanda-tanda vital, mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient yang sesuai kebutuhan, mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, mengajarkan cara kompres dingin, memberikan penkes tentang emam thypoid, memberikan posisi tidur yang nyaman, menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, serta kolaborasi dengan obat analgetik.

5.      Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2009).

Masalah nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi) pada Tn. S 13 April - 15 April 2020 dilakukan evaluasi keperawatan melalui data subjektif dan data objektif. Data subjektif pada tanggal 13 April 2020 padan Tn. S mengatakan nyeri dengan sekala 4 dibagian perut, Data objektif pasien tampak lemas, TD: 140/90, Nadi 102 /m, Suhu 38,2 C, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tidak rileks.

Pada tanggal 14 April 2020 evaluasi Tn. S mengatakan nyeri sudah sedikit berkurang namun masih hilang timbul, evaluasi objektif sekala nyeri pasien 2, pasien tampak kurang fokus, TD: 130/90, Nadi 10 /m, Suhu 37,8 C.

Evaluasi subjektif pada hari ketiga pada tanggal 15 April 2020 didapatkan data Tn. S mengatakan sudah tidak nyeri dan merasa nyaman, Data objektif pasien tampak tenang, TD: 120/80, Nadi 85 /m, Suhu 36,8 C, pasien tampak rileks.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan terdapat keberhasilan dalam mengatasi masalah gangguan rasa nyaman sebesar 70%. Dari jumlah keseluruhan pasien dengan demam Thypoid

 

 

 

 

 

 


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data dapat dibuat kesimpulan secara umum sebagai berikut:

1.      Pengkajian

Pengumpulan data ini telah mendapatkan hasil Tn. S mengatakan Demam, nyeri dibagian perut, dan susah tidur.

2.      Diagnosis keperawatan

Diagnosis yang ditemukan pada Tn. S yaitu nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Inflamasi), Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi), dan resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis.

3.      Rencana tindakan keperawatan

Rencana tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. S secara komprehensif dengan memfokuskan pada satu masalah keperawatan yang penulis ambil sesuai judul karya tulis ilmiah ini yaitu “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan Demam Tyhpoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran Tahun 2020”.

.Adapun rencana tindakan keperawatan adalah mengindentifikasi sekala nyeri, memantau tanda-tanda vital, mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient yang sesuai kebutuhan, mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, mengajarkan cara kompres dingin, memberikan penkes tentang demam thypoid, memberikan posisi tidur yang nyaman, menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, serta kolaborasi dengan obat analgetik.

 

 


4.      Implementasi keperawatan

Implementasi yang dilakukan oleh penulis pada pasien mulai tanggal 13 April 2020 – 15 April2020 adalah “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan Demam Tyhpoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran Tahun 2020”. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan seperti memonitoring tanda-tanda vital ( TD, Suhu, Respirasi, Nadi, dan BB), memantau skala nyeri, kolaborasi dengan ahli gizi, koleborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik.

 

5.      Evaluasi keperawatan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari pada pasien didapatkan hasil yaitu skala nyeri 0 pasien mengatakan nyaman dan TTV dalam rentang normal.

 

B.     Saran

Dengan adanya uraian diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1.      Bagi instansi poltekkes tanjung karang

Hasil pengumpulan data ini diharapkan dapat dijadikan refensi dan bahan pembelajaran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan peserta didik tentang Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan Demam Tyhpoid.

2.      Bagi Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran.

Diharapkan Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran mampu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama pada pasien demam thypoid dengan masalah nyeri akut .

3.      Bagi profesi

Hasil mengumpulan data ini diharapkan dapat menjadi reverensi bagi penulis selanjutnya tentang Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan Demam Tyhpoid dengan metode penulisan yang lebih baik lagi.

4.      Bagi Pasien

Diharapkan pasien dapat tetap menjalankan pengobatan agar dapat membantu proses pemulihan dan kecukupan gizi, serta pasien dapat selalu hidup sehat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Amadea Yollanda, Nur Widayati, R. (2016). Konsep Penyakit. Jurnal Pustaka Kesehatan, 4, 547–554.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2019). Kematian Ibu Hamil di Provinsi Lampung. Kesehatan, Faktor-Faktor Penyebab Demam Thypoid, 657–701.

Djoko . (2017). buku kmb II. Salemba Medika.

Henderson.,  dkk. (2016). Buku Ajar Konsep Keperawatan medikal bedah.

Huda Amin Nurarif, K. H. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (O. Yudha, Budi (ed.); 1st ed.). Percetakan Mediaction Publishing.

Imelda, A. D. (2017). Penanganan Awal Kejadian Demam Thypoid,Kesehatan, V(Preeklapsia Berat).

Indiarti. (2019). Buku Ajar Konsep Penyakit. Sinar Harapan.

Kozier DKK. (2017). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (7th ed.). Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (5th ed.). Salemba Medika.

Perry, P. &. (2009). Foundamental Keperawatan (7th ed.). Salemba Medika.

Prawirorahardjo, S. (2016). Ilmu Keperawatan. Bina Pustaka.                   

Saputra Agus. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia. Bina Pustaka.

Sarifatul & Sumartih. (n.d.). Analisis Asuhan Keperawatan demam Tyhpoid di Ruang Flamboyan RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Kesehatan, XIII(Analisi Keperawatan Ibu Hamil Preeklapsia Berat).

Team Pokja SDKI, SIKI, S. D. P. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

TIM Pojok SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2nd ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran

 

1.      Lembar bimbingan pembimbing 1 dan 2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.      Informed Consant

 

 

 

 

 

3.      Lembar Masukan Ujian

 

 

 

 

 

 

 

4. Format Asuhan Keperawatan

I. PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa        :  _______________________________

NIM                            :  ______________________ Tgl Pengkajian      :

_______________

Ruang rawat                :  ______________________ No. Register          :  _________________

A.  IDENTITAS PASIEN

1.    Nama                      :  _______________________________

2.    Umur                      :  ________ tahun

3.    Jenis kelamin          :  L   /   P   *

4.    Pendidikan             :  ____________________

5.    Pekerjaan                :  ____________________

6.    Tgl masuk RS         :  ____________________ Waktu : ………….. WIB

7.    Dx. Medis              :  ____________________

8.    Alamat                   :  ____________________

B.  RIWAYAT KESEHATAN

Cara Masuk :  (  ) Melalui IGD       (  ) Melalui Poliklinik   (  ) Transfer ruangan _________________

Masuk ke Ruangan pada tanggal : _________________  Waktu : ___________ WIB

Diantar Oleh : (  ) sendiri     (  )Keluarga    (  ) Petugas Kesehatan    (  ) Lainnya __________________

Masuk dengan menggunakan :  (  ) Berjalan    (  ) Kursi Roda    (  ) Brankar    (  ) Kruk     (  ) Walker

                                                    (  ) Tripod       (  ) Lainnya, Jelaskan _________________________

Status Mental saat masuk :  (  ) Kesadaran : ____________________________________________

                                               (  ) GCS :  E______ M______ V______

Tanda Vital Saat Masuk :  TD _________mmHg   

      Nadi ________x/menit ( ) teratur   ( ) Tidak teratur   (  ) Lemah   (  ) Kuat

      RR _________x/menit ( ) teratur   ( ) Tidak teratur  

Nyeri :

Numeric Rating Scale

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

     0             1             2                           3            4             5              6               7              8              9              10

No Pain                                                           Moderate                                                  Worst Possible      

Verbal Rating Scale

 

 

 

 

 

           No Pain        Mild Pain          Moderate                 Severe          Very Severe       Worst Possible

 

Wong & Baker Faces Rating Scale

 

 

1.     Keluhan utama saat pengkajian :  _______________________________

2.     Riwayat penyakit Sekarang :

____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

3.     Riwayat Alergi (Obat, Makanan, dll) :

____________________________________________________________________________________________________________________________

4.     Bentuk reaksi alergi yg dialami :

___________________________________________________

5.     Daftar obat/Herbal yang sering digunakan sebelum masuk RS :

NAMA OBAT/HERBAL

FREKUENSI

NAMA OBAT/HERBAL

FREKUENSI

__________________

______________

__________________

______________

__________________

______________

__________________

______________

__________________

______________

__________________

______________

 

6.      Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang: 

_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

7.      Riwayat penyakit keluarga           : 

__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

C.      PEMERIKSAAN FISIK

TANDA – TANDA VITAL :  TD : ………………..mmHg, Nadi : …………….x/menit  (  ) kuat   (  ) lemah(  ) Teratur  (  ) Tidak teratur     RR : …….. x/mnt   (  ) teratur   (  ) tidakTeratur. Irama nafas : (  ) normal    (  ) Cheyne Stokes   (  ) Biot   

                                         (  ) Kussmaul     (  ) Hyperventilasi      (  ) Apneustik

STATUS MENTAL : (  ) composmentis   (  ) Delirium    (  ) Somnolen (  ) Stupor      (   ) Koma

1.      Kepala : _______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

2.      Leher :_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

3.      Thorax  ( Jantung & Paru):

a.       Inspeksi  :  ______________________________________________________________________________________________________________

 

b.      Palpasi   : ______________________________________________________________________________________________________________

c.       Perkusi  :______________________________________________________________________________________________________________

d.      Auskultasi : ______________________________________________________________________________________________________________

4.      Abdomen

a.         Inspeksi  :  

______________________________________________________________________________________________________________

b.        Auskultas:______________________________________________________________________________________________________________

c.         Palpasi   :

______________________________________________________________________________________________________________

d.        Perkusi  :

   __________________________________________________

 

5.      Punggung & Tulang Belakang :

_________________________________________________________________________________________________________________________

 

 

6.      Genetalia & Rektum :

________________________________________________________________________________________________________________________________

 

7.      Ekstremitas Atas & Bawah :

___________________________________________________________________________________________________________________

8.      Kekuatan otot :

 

 


9.      Pemeriksaan Khusus :

a.       Neurologi

Sensorik : ___________________________________________________________

Motorik : ___________________________________________________________

Reflek Fisiologis : Bicep : kanan_____ kiri _____   Tricep : kanan_____ kiri _____  

                              Tendo Achiles : kanan_____ kiri _____    Abdomen : _______

Reflek Patologis dan rangsang meningeal :

Babinsky : kanan_____ kiri _____   Brudzinsky I : ________

Brudzinsky II : _______   Chadok : ______  Hoffman Turner :_______

Laseque : _______   Kaku  Kuduk : _______sss

                        12 Syaraf Kranial :

D.      PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

(Laboratorium, Radiologi, USG, CT Scan, MRI, Kultur, dll bila diperlukan buat dalam bentuk daftar / table hasil pemeriksaan yg menunjukkan perkembangan hasil pemeriksaan)

 

 

 

 

 

 

 

E.       DAFTAR TERAPI (OBAT, CAIRAN, dll)

NAMA

DOSIS

RUTE PEMBERIAN

MULAI PEMBERIAN

INDIKASI

(lihat DOI)

EFEK SAMPING

(lihat DOI)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer