ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK KARYA HUSADA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2020
LAPORAN
TUGAS AKHIR
ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK
KARYA
HUSADA KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN
2020
TRI
SUYANTO
NIM.
1914401212
POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI JURUSAN KEPERAWATAN PRODI
DIII
KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM RPL TAHUN
2020
LAPORAN
TUGAS AKHIR
ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK
KARYA
HUSADA KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN
2020
Laporan Tugas Akhir ini
Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada
Program Studi
Diploma III Keperawatan Tanjungkarang
TRI
SUYANTO
NIM.
1914401212
POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI JURUSAN KEPERAWATAN PRODI
DIII
KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM RPL
TAHUN 2020
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN
KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM
RPL
Laporan
Tugas Akhir, Juli 2020
Tri
Suyanto
ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK
KARYA HUSADA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2020
xi+ 72
Halaman, 5 Tabel, dan 4 Lampiran
ABSTRAK
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh salmonella typhi,
salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C.
Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang
berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan
erupsi kulit. Penyakit ini termasuk dalam
penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di jumpai di Asia termasuk
di Indonesia (Widodo, 2009). Menurut data WHO (World Health
Organization) memperkirakan
angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka
kematian akibat demam typhoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Di
Indonesia sendiri, penyakit Typhoid
bersifat endemik, menurut
WHO angka penderita demam typhoid di Indonesia mencapai
81% per 100.000.Tujuan dari laporan tugas akhir ini adalah untuk menggambarkan
pelaksanaan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada
pasien demam typhoid dengan desain penulisan penelitian narasi dan tabel, yang
dilaksanakan pada tanggal 13-15 April 2020 di Klinik Karya Husada Pesawaran Tahun
2020. Penelitian ini menggunakan satu subyek asuhan keperawatan pasien dengan
demam Tyhpoid yang berpengaruh pada masalah gangguan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman, dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,
dan pemeriksaan fisik, serta dilakukan asuhan keperawatan. Setelah dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan fisik dapat dibuat rencana keperawatan untuk
mengatasi gangguan rasa nyaman diantaranya memantau tanda-tanda vital,
kolaborasi obat, dan memantau sekala nyeri. Hasil dari penelitian ini adalah
bahwa terdapat keberhasilan dalam pemberian asuhan keperawatan pada subyek
tersebut dalam hal meningkatkan setatus
kenyamanan pada pasien demam Tyhpoid dimana pada perawatan hari terakhir Pasien
demam Thypoid menyatakan sekala nyeri 0 dan merasa nyaman. Oleh karena itu
peneliti menyarankan kepada perawat untuk lebih memperhatikan kebutuhan rasa
nyaman pada pasien demam thypoid.
Kata kunci : Thypoid, Gangguan Rasa Nyaman, Nyeri
Akut
Daftar bacaan : 15 (2009-2019)
BIODATA PENULIS
Nama : Tri
Suyanto
Nim :
1914401212
Tempat & tanggal
lahir : Yogyakarta, 29 Agustus
1963
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Status mahasiswa : RPL 3
Alamat : Bangunsari,
Kec. Negrikaton, Pesawaran
Riwayat
Pendidikan
SD (lulus 1977) : SD N 1 Sridadi
SMP (lulus 1980) : SMP Xaverius Kalirejo
SPK (lulus 1985) : Tanjung Karang
D-III ( lulus 2020) : Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha
Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini yang berjudul Asuhan
Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan Demam Tyhpoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran Tahun
2020. Penulisan LTA ini dibuat dalam rangka memenuhi salah salatu syarat untuk
mencapai gelar ahli madya keperawatan program studi diploma III keperawatan
pada jurusan keperawatan politeknik kesehatan Tanjungkarang. Dalam penulisan
LTA ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan serta saran baik dari
dosen maupun orang terdekat lainnya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Warjidin
Aliyanto, SKM., M.Kes. selaku direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
2. Gustop
Amatiria, S.Kp.,M.Kes. selaku ketua jurusan keperawatan Tanjungkarang.
3. Musiana,
S.Kep,Ners.,M.Kes selaku ketua program studi diploma III keperawatan Tanjungkarang.
4. Ririn
Sri Handayani,M.Kep,Ners.,Sp.KMB selaku dosen pembimbing utama yang telah
meyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan
laporan tugas akhir ini.
5. Anita
Puri,S.Kp,.MM selaku pembimbing pendamping yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan tugas
akhir ini.
Akhir
kata penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca semua.
Bandar
Lampung, 2020
Penulis
Yang
bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Tri Suyanto
NIM :
1914401212
Program Studi : DIII Keperawatan Tanjungkarang
Menyatakan bahwa saya
tidak melakukan plagiat dalam penulisan Laporan tugas akhir yang berjudul
“Asuhan Keperawatan
Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan Demam Tyhpoid di Klinik
Karya Husada Kabupaten Pesawaran
Tahun 2020”
Apabila suatu saat
nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya siap menerima sanksi
yang telah ditetapkan.
Demikian surat
pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Bandar Lampung,
Juli 2020
Pembuat
Pernyataan
Tri
Suyanto
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK
KARYA
HUSADA KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN
2020
Penulis
TRI SUYANTO/1914401212
Telah diterima
dan disetujui oleh Tim Pembimbing Program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang
Tahun Akademik
2019/2020
Bandar
Lampung, Juli 2020
Pembimbing
Utama Ririn Sri Handayani,M.Kep,Ners.,Sp.KMB NIP.197502141998032002 |
Pembimbing Pendamping Anita
Puri,S.Kp,.MM NIP. 195809061981022002 |
Laporan Tugas Akhir
ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI KLINIK
KARYA
HUSADA KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN
2020
Tri
Suyanto
NIM : 1914401212
Telah Dipertahankan dan
Disetujui Oleh Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Program Studi Diploma III Keperawatan
Tanjungkarang
Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
TIM
PENGUJI TUGAS AKHIR
Ketua Penguji` : Tori Rihantoro.,S.Kp.,M.kes (..................)
Nip. 197111291994021001
Anggota Penguji : Anita Puri,S.Kp,.MM
(.....................)
NIP. 195809061981022002
Moderator : Ririn Sri Handayani,M.Kep,Ners.,Sp.KMB (....................)
NIP.197502141998032002
Mengetahui
Ketua Jurusan
Keperawatan Tanjungkarang
Poltekkes Tanjungkarang
Gustop
Amatiria, SKp.,M.Kes
NIP. 197008071993031002
DAFTAR
ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR .............................................................................. i
HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... ii
ABSTRAK .............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
BIODATA PENULIS ............................................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ vi
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. vii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A.
Latar Belakang ............................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C.
Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
D.
Manfaat ........................................................................................................ 4
E.
Ruang Lingkup ............................................................................................ 4
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
A.
Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ............................................................. 5
B.
Tinjauan Asuhan Keperawatan .................................................................... 20
C.
Tinjauan Konsep Penyakit ........................................................................... 30
BAB III METODE PENULISAN ......................................................................... 37
A. Fokus
Asuhan Keperawatan ........................................................................ 37
B. Subyek
Asuhan Keperawatan ...................................................................... 37
C. Lokasi
dan Waktu ........................................................................................ 37
D. Pengumpulan
Data ....................................................................................... 37
E. Penyajian
Data ............................................................................................. 41
F. Prinsip
Etik ................................................................................................... 41
BAB IV HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 43
A.
Hasil Asuhan ................................................................................................ 43
B.
Pembahasan .................................................................................................. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 61
A.
Kesimpulan .................................................................................................. 61
B.
Saran ............................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Nyeri ........................................................................................ 12
Tabel 4.1 Pengkajian ................................................................................................. 44
Tabel 4.2 Analisis Data ............................................................................................. 48
Tabel 4.3 Diagnosis Keperawatan ............................................................................. 40
Tabel 4.4 Rencana Keperawatan ............................................................................... 50
Tabel 4.5 Implementasi dan Evaluasi ........................................................................ 54
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
2.1 Skala Nyeri VRS ............................................................................ 16
Gambar
2.2 Skala Nyeri NRS ............................................................................ 16
Gambar
2.3 Skala Wajah .................................................................................... 17
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kebutuhan rasa
nyaman adalah suatu
keadaan yang membuat
seseorang merasa nyaman, terlindung
dari ancaman psikologis, bebas dari
rasa sakit terutama nyeri (Purwanto dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah
suatu sensori subyektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang
aktual maupun potensial, atau yang
di gambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut (Meliala & Suryamiharja, 2010).
Perawat dengan
menggunakan pengetahuannya dapat
mengatasi masalah nyeri baik
secara mandiri maupun kolaboratif dengan menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan farmakologi dan pendekatan
non farmakologi (Saifullah, 2015). Pendekatan farmakologi adalah cara
yang paling efektif
untuk menghilangkan nyeri terutama
untuk nyeri yang
sangat hebat yang
berlangsung berjam-jam atau bahkan
berhari-hari. Terapi
farmakologis seperti obat-obatan analgetik atau
pereda nyeri memiliki
efek samping seperti
depresi, sedasi, mual muntah
dan konstipasi, sedangkan
pendekatan nonfarmakologi merupakan pendekatan untuk menghilangkan
nyeri dengan menggunakan teknik managemen nyeri
meliputi stimulasi dan
masase kutaneus, terapi
es dan panas,
distraksi, imajinasi
terbimbing, teknik relaksasi
nafas dalam dan
sebagainya (Smeltzer & Bare, 2002).
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh salmonella typhi,
salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C.
Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang
berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan
erupsi kulit. Penyakit ini
termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di jumpai
di Asia termasuk di Indonesia (Widodo, 2009).
Typhoid di jumpai secara luas di berbagai negara
berkembang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Data World Health Organization (WHO)
memperkirakan jumlah kasus thypoid di seluruh dunia mencapai 17 juta kasus.
Data surveilans saat ini memperkirakan di Indonesia ada 600 ribu -1,3 juta
kasus dan tiap tahunnya dengan lebih dari 20.000 kematian. Rata-rata di
Indonesia orang yang berusia 3-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap
kasus typhoid (Aden, 2010).
Menurut data WHO (World Health
Organization)
memperkirakan angka insidensi di
seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam
typhoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Di Indonesia sendiri, penyakit
Typhoid bersifat endemik,
menurut WHO angka
penderita demam typhoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000 (Depkes
RI, 2013).
Besarnya angka pasti kasus demam typhoid di dunia
sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spectrum
klinis yang sangat luas. Berdasarkan RISKESDAS Tahun 2013 di dalam Laporan
Nasional, provinsi Lampung yang terdiagnosis dengan gejala 0,67%. Prevalensi thypoid klinis banyak ditemukan pada kelompok
umur sekolah (5-14 tahun) yaitu 1,9% terendah pada bayi (0,8%) dan relatif
tinggi di wilayah pedesaan dibandingkan perkotaan (Rusmini,2014).
Beberapa dekade terakhir demam typhoid sudah jarang
terjadi di negara-negara industri, namun tetap menjadi masalah kesehatan yang
serius di sebagian wilayah dunia. Kejadian demam typhoid didunia sekitar 21,6
juta kasus dan terbanyak di Asia, Afrika dan Amerika Latin dengan angka
kematian sebesar 600.000 orang. Hingga saat ini penyakit demam thypoid masih
merupakan masalah kesehatan di negara-negara tropis termasuk Indonesia dengan
angka kejadian sekitar 760 sampai 810 kasus pertahun, dan angka kematian sampai
10,4% (Diana, 2009).
Data penderita typhoid yang diperoleh dari medical record Klinik Karya Husada
tahun 2018 tercatat 113 orang penderita. Pada tahun 2019 tercatat 153
penderita, sedangkan pada Januari-Maret tahun 2020 tercatat 38 orang penderita
typhoid.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
tertarik mengangkat kasus “Asuhan keperawatan dengan gangguan rasa nyaman pada
pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020”
untuk penyusunan tugas akhir dengan harapan pasien memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatannya.
B. Rumusan
Masalah
Penulis
merumuskan masalah yaitu “Bagaimanakah asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman
pada pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun
2020?”
C. Tujuan
1.
Tujuan
Umum
asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman
pada pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Menggambarkan
pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman pada pasien
demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.
b.
Menggambarkan
rumusan diagnosis keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman pada
pasien demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.
c.
Membuat
rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman pada pasien
demam typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.
d.
Melakukan
tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman pada pasien demam
typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.
e.
Melakukan
evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman pada pasien demam
typoid di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran tahun 2020.
D. Manfaat
Penulisan
1.
Manfaat
Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi bahan
bacaan dan sumber informasi tentang asuhan keperawatan khususnya pada pasien
yang mengalami gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid.
2.
Manfaat
Praktis
Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan
informasi untuk melakukan asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman pada pasien
demam typoid.
E. Ruang
Lingkup
Penulis
membatasi ruang lingkup asuhan keperawatan pada gangguan rasa nyaman pada
pasien demam typoid. Asuhan keperawatan ini berfokus pada gangguan rasa nyaman
dengan subjek adalah 1 pasien. Proses Penulisan laporan tugas akhir ini dimulai
dari pengajuan judul tanggal 03-09 April 2020, lalu dilanjutkan dengan
penyusunan proposal pada tanggal 16 mei-7 juni 2020, serta penyususnan hasil
yang dilakukan pada tanggal 14 juni-17 juli 2020. Tempat pelaksanaan di lakukan
di Klinik Karya Husada Kabupaten Pesawaran.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan
Konsep Kebutuhan Dasar
1.
Teori
konsep kebutuhan dasar manusia
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan tertentu yang
harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis
maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting,
bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu
sendiri. Banyak ahli filsafat, psikologi, dan fisiologis menguraikan kebutuhan
manusia dan membahasnya dari berbagai segi. Orang pertama yang menguraikan
kebutuhan manusia adalah aristoteles. Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang
psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang
lebih dikenal dengan istilah Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hirarki
tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni :
a.
Kebutuhan fisiologis (physiologic needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow.
Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan
lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan yang lain.
Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta
biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi
kebutuhan akan cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi
manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu :
1)
Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas
2)
Kebutuhan cairan dan elektrolit
3)
Kebutuhan makanan
4)
Kebutuhan eliminasi urine dan alvi
5)
Kebutuhan istirahat dan tidur
6)
Kebutuhan aktivitas
7)
Kebutuuhan kesehatan temperature tubuh
8)
Kebutuhan seksual
Kebutuhan
seksual tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup seseorang, tetapi
penting untuk mempertahankan kelangsungan umat manusia.
b.
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety and security needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi :
1)
Kebuthan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan
infeksi
2)
Bebas dari rasa takut dan kecemasan
3)
Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang buruk atau asing
c.
Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (love and belonging needs)
Kebutuhan ini meliputi :
1)
Memberi dan menerima kasih sayang
2)
Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
3)
Kehangatan
4)
Persahabatan
5)
Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan
social
d.
Kebutuhan harga diri (self-esteem needs)
Kebutuhan ini meliputi :
1)
Perasaan tidak bergantung pada orang lain
2)
Kompeten
3)
Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain
e.
Kebutuhan aktualisasi diri (need for self actualizating)
Kebutuhan ini meliputi :
1)
Dapat mengenal diri sendiri dengan baik ( mengenal dan memahami potensi
diri
2)
Belajar memahami kebutuhan sendiri
3)
Tidak emosional
4)
Mempunyai dedikasi yang tinggi
5)
Kreatif
6)
Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya
Dengan mengetahui konsep kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow, kita perlu memahami bahwa :
a.
Manusia senantiasa berkembang sehingga dapat mencapai potensi diri dengan
maksimal
b.
Kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi tidak akan terpenuhi dengan baik
sampai kebutuhan di bawahnya terpenuhi
c.
Jika kebutuhan dasar pada tiap tingkatan tidak terpenuhi, pada akhirnya
akan muncul suatu kondusi patologis.
d.
Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama, dan setiap kebutuhan
tersebut dimodifikasi sesuai budaya masing-masing
e.
Setiap orang memenuhi kebutuhan dasarnya menurut prioritas
f.
Walaupun kebutuhan pada umunya harus dipenuhi, tetapi beberapa kebutuhan
sifatnya dapat ditunda
g.
Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menyebabkan ketidakseimbangan
homeostatis. Kondisi ini lebih lanjut dapat menimbulkan penyakit.
h.
Kebutuhan dapat menyebabkan seseorang berpikir dan bergerak untuk
memenuhinya. Ini disebabkan oleh rangsangan yang berasal dari faktor internal
dan eksternal
i.
Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan sehingga dapat berespons
melalui berbagai cara
j.
Kebutuhan dasar sifatnya saling berkaitan; beberapa kebutuhan yang tidak
terpenuhi akan memengaruhi kebutuhan lainnya.
Konsep hirarki diatas menjelaskan bahwa manusia
senantiasa berubah, dan kebutuhannya pun terus berkembang. Jika seseorang
merasakan kepuasan, ia akan menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang jika
seseorang merasakan kepuasan, ia akan menikmati kesejahteraan dan bebas untuk
berkembang menuju potensi yang lebih besar. Sebaliknya, jika proses pemenuhan
kebutuhan itu terganggu, akan timbul suatu kondisi patologis.
2.
Faktor
yang memengaruhi pemenuhan kebutuhan
Secara umum, terdapat beberapa factor yang
memengaruhi pemenuhan kebutuhan manusia. Faktor-faktor tersebut meliputi :
a.
Penyakit
Saat seseorang sakit dalam kondisi sakit, ia tidak akan mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri. Dengan demikian, individu tersebut akan bergantung pada
orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
b.
Hubungan yang berarti
Keluarga merupakan system pendukung bagi individu (pasien). Selain itu,
keluarga juga dapat membantu pasien dalam menyadari kebutuhannya dan
mengembangkan cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam praktek
di tatanan layanan kesehatan, perawat dapat membantu upaya pemenuhan kebutuhan
dasar pasien yang membina hubungan yang berarti.
c.
Konsep diri
Individu dengan konsep diri yang positif akan mudah mengenali dan
memenuhi kebutuhannya tersebut. Sedangkan seseorang dengan konsep diri yang
negatif, misalnya penderita depresi, akan mengalami perubahan kepribadian dan
suasana hati yang dapat mempengaruhi persepsi dan kemampuannya dalam memenuhi
kebutuhan tersebut.
d.
Tahap perkembangan
Dalam hal ini, pemenuhan kebutuhan dasar akan dipengaruhi oleh
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku individu sebagai hasil dari
interaksinya dengan lingkungan.
e.
Struktur keluarga
Struktur keluarga dapat memengaruhi cara pasien memuaskan kebutuhannya.
Sebagai contoh, seorang ibu mungkin akan mendahulukan kebutuhan bayinya
dibandingkan kebutuhannya sendiri. Misalnya, saat ia menunda makan atau
tidurnya untuk menyusui bayinya (Mubarak & Chayatin, 2008).
3.
Pengertian
kenyamanan/rasa aman
Dalam buku Potter & Perry, 2006
mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman subjektif pasien.
Mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkat penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah atau nyeri).
4.
Definisi
nyeri
Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (international
association for the study of pain, IASP) mendefinisikan nyeri sebagai
“suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan”.
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar
sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan
sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat
fisik dan/atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual
atau pada fungsi ego seorang individu. Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang
tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia
merasa nyeri.
5. Fisiologi Nyeri
Nyeri dirasakan dan
hingga derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara
sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus.
a. Nosisepsi
Sistem saraf perifer terdiri atas saraf
sensorik primer yang khusus bertugas mendeteksi kerusakan jaringan dan
membangkitkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri, dan tekanan. Reseptor
yang bertugas merambatkan sensasi nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor
merupakan ujung-ujung saraf perifer yang bebas dan tidak bermielin atau sedikit
bermielin. Reseptor nyeri tersebut dapat dirangsang oleh stimulus mekanis,
suhu, atau kimiawi. Sedangkan proses fisiologis terkait nyeri disebut
nosisepsi. Proses tersebut terdiri atas empat fase, yakni:
1) Transduksi
Pada
fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (misalnya, bahan
kimia, suhu, listrik atau mekanis) memicu pelepasan mediator biokimia (misalnya,
prostaglandin, bradikinin, histamin, subtansi P) yang mensensitisasi
nosiseptor. Obat nyeri dapat bekerja selama fase ini dengan menghambat produksi
prostagladin (misalnya ibuprofen) atau dengan menurunkan pergerakan ion-ion
menembus membran sel (misalnya anastesi lokal).
2) Transmisi
Fase
transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian. Pada bagian pertama, nyeri merambat
dari serabut saraf perifer ke medula spinalis. Dua jenis serabut nosiseptor
yang terlibat dalam proses tersebut adalah serabut C, yang mentransmisikan
nyeri tumpul menyakitkan, serabut saraf A-delta yang mentransmisikan nyeri yang
tajam dan terlokalisir. Bagian kedua adalah transmisi nyeri dari medula
spinalis menuju batang otak dan talamus melalui jaras spinotalamikus (spinothalamic tract (STT)). STT
merupakan suatu sistem diskriminatif yang membawa informasi mengenai sifat dan
lokasi stimulus ke talamus. Selanjutnya, pada bagian ketiga, sinyal tersebut
diteruskan ke korteks sensorik somatik, tempat nyeri dipersepsikan. Impuls yang
ditransmisikan melalui STT mengaktifkan respons otonomi dan limbik.
3) Persepsi
Pada
fase ini, individu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya persepsi nyeri
tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya berbagai
strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif
nyeri.
Misalnya intervensi nonfarmakologi
seperti distraksi, imajinasi terbimbing dan musik dapat membantu mengalihkan
perhatian pasien dari nyeri.
4) Modulasi
Fase
ini disebut juga “sistem desenden”. Pada fase ini, neuron di batang otak
mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut desenden tersebut
melepaskan substansi seperti opioid, serotonin, dan norepinefrin yang akan
menghambat impuls asenden yang membahayakan di bagian dorsal medula spinalis. Pasien
yang mengalami nyeri kronik dapat diberi resep antidepresan trisiklik yang
menghambat ambilan kembali norepinefrin dan serotonin. Tindakan ini
meningkatkan fase modulasi yang membantu menghambat naiknya stimulus yang
menyakitkan (Mubarak & Chayatin, 2008).
6.
Klasifikasi
nyeri
Nyeri dapat digambarkan dalam hal durasi, lokasi,
atau etiologinya. Nyeri diklasifikasikan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan
nyeri kronis.
Tabel 2.1
Klasifikasi Nyeri
Nyeri
Akut |
Nyeri
Kronis |
Nyeri akut adalah pengalaman sensori atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat, yang
berlangsung kurang dari 3 bulan. |
Nyeri kronis adalah pengalaman sensori atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat, yang
berlangsung lebih dari 3 bulan. |
(Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2017)
7.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Nyeri
Karena
nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi nyeri
individu. Hal ini sangat penting dalam upaya untuk memastikan bahwa perawat
menggunakan pendekatan yang holistic dalam pengkajian dan perawatan pasien yang
mengalami nyeri. Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri, terdiri dari :
a.
Usia
Usia merupakan variable
penting yang mempengaruhi nyeri. Khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan
perkembangan, yang ditemukan antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil
mempunyai kesulitan memahami nyeri. Anak-anak kecil yang belum mampu
mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan untuk mengungkapkan secara
verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua dan petugas kesehatan atau
perawat. Individu yang berusia lanjut memiliki resiko tinggi mengalami
situasi-situasi yang membuat mereka merasakan nyeri. Karena lansia telah hidup
lebih lama, mereka memungkinkan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis
yang menyertai nyeri, dan dapat mengalami
gangguan status fungsi yang serius, seperti mobilisasi, aktivitas
perawatan diri, sosialisasi di lingkungan luar rumah, dan toleransi aktivitas.
b. Jenis
kelamin
Secara umum, pria dan
wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon nyeri. Diragukan apakah
hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian
nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin dalam memaknai
masalah nyeri (misalnya, mengganggap seorang laki-laki harus berani dann tidak
boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi
yang sama). Namun, menurut Smeltzer dan
Bare (2002) penilaian tentang nyeri dan ketepatan pengobatan berdasarkan harus
didasarkan pada laporan nyeri pasien daripada didasarkan pada jenis kelamin
pasien.
c. Kebudayaan
Latar belakang etnik
dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi
reaksi seseorang terhadap nyeri dan ekspresi nyeri tersebut. Dibeberapa budaya,
ada sebuah tanda berduka atau berkabung dengan menyakiti dirinya sendiri,
mereka tidak mementingkan perasaan nyerinya tersebut namun begitulah bentuk
dari rasa duka mereka.
d.
Makna nyeri
Individu akan
mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi
kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Misalnya, seorang
wanita yang sedang bersalin akan persepsikan nyeri berbeda dengan seorang
wanita yang mengalami nyeri akibat cedera pukulan pasangannya. Derajat dan
kualitas nyeri dapat dipersepsikan pasien berhubungan dengan makna nyeri.
e. Perhatian
Tingkat seorang pasien
memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.
perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat tetapkan diberbagai terapi
untuk menghilangkan nyeri seperti, relaksasi, imajinasi terbimbing, dan masase.
f. Ansietas
Hubungan antara nyeri
dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri
juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.
g.
Keletihan
Keletihan meningkatkan
persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping.
h. Pengalaman
sebelumnya
Setiap individu
belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti
bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang
akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode
nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat, maka ansietas atau
bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami nyeri,
dengan jenis yang sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut dengan
berhasil dihilangkan, akan lebih mudah lagi individu tersebut untuk
menginterprestasikan sensasi nyeri, dan pasien akan lebih siap untuk melakukan
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
i.
Gaya Koping
Nyeri dapat menyebabkan
ketidakmampuan, baik sebagian maupun keseluruhan/total. Pasien seringkali
menemukan berbagai cara untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik dan
psikologis nyeri. Sumber-sumber untuk memahami koping Pasien selama mengalami
masalah nyeri, yaitu berkomunikasi dengan keluarga pendukung, melakukan
latihan, atau menyanyi dapat digunakan dalam rencana asuhan keperawatan dalam
upaya mendukung pasien dan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu.
j.
Dukungan Keluarga dan
Sosial
Individu yang mengalami
nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk
memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap pasien
rasakan, kehadiran orang yang dicintai pasien akan meminimalkan kesepian dan
ketakutan. (Potter & Perry, 2006).
8.
Pengukuran Intensitas
Nyeri
Intensitas nyeri adalah
gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran
intensitas nyeri bersifat sangat sabjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013). Pengukuran
nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan
objektif juga tidak dapat memberikan
gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007 dalam Andarmoyo, 2013).
Beberapa skala intensitas nyeri :
a.
Skala Intensitas Nyeri
Deskriftif Sederhana
Skala pendeskripsi
verbal (Verbal Descriptor scale, VDS)
merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.
Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak
tertahankan” (Andarmoyo, 2013). Perawat menunjukkan pasien skala tersebut dan
meminta pasien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini
memungkinkan pasien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri
(Andarmoyo, 2013).
Gambar 2.1
Skala Nyeri VRS
b. Skala intensitas
nyeri numerik
Skala penilaian numerik
(Numerical rating scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan menggunakan
skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
sebelum dan setelah intervensi (Andarmoyo, 2013).
Gambar 2.2
Skala Nyeri NRS
Sumber: Andarmoyo
(2013)
c. Skala
Intensitas Nyeri Visual Analog Scale
Skala analoq visual (Visual analoq scale, VAS) adalah suatu
garis lurus/horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang
terus-menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya, pasien diminta
untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi sepanjang
garis tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri”,
sedangkan ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau “nyeri yang paling
buruk”. Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakan sepanjang garis dan
jarak yang dibuat pasien pada garis dari “tidak nyeri” diukur dan ditulis dalam
centimeter (Andarmoyo, 2013).
d.
Skala intensitas Skala faces
Wong dan Baker (1988) dalam Andarmayo (2013) mengembangan
skala wajah untuk mengkaji nyeri pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari
enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang
tersenyum (“tidak merasa nyeri”) kemudian secara bertahap meningkat menjadi
wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah yang sangat
ketakutan (“nyeri yang sangat”). Anak-anak berusia tiga tahun dapat menggunakan
skala tersebut. Para peneliti mulai meneliti penggunaan skala wajah ini pada
orang-orang dewasa. Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah
digunakan dan tidak mengonsumsi banyak waktu saat pasien melengkapinya
(Andarmayo, 2013).
Gambar 2.3
Skala Wajah
Penilaian Skala Nyeri
Sumber: Andarmoyo
(2013)
Penilaian skala nyeri menurut Mediskus, 2017 skala nyeri
0-10 (Comparative Pain Scale).
a.
Skala nyeri 0 = tidak ada rasa sakit, merasa normal.
b.
Skala 1-3 nyeri ringan, masih bisa ditahan, masih bisa
ditoleransi, aktivitas tidak terganggu,
c.
Skala nyeri 4-6 nyeri sedang, kuat, nyeri yang dalam,
nyeri yang menusuk.
d.
Skala nyeri 7-10 nyeri berat, nyeri begitu kuat, menyiksa
tidak tertahankan, tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri
9.
Penatalaksanaan
Nyeri
Strategi
penatalaksanaan nyeri atau lebih dikenal dengan manajemen nyeri adalah suatu
tindakan untuk mengurangi nyeri. Managemen nyeri atau pain management adalah
salah satu bagian dari disiplin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya
menghilangkan nyeri atau pain relief. Management nyeri ini menggunakan
pendekatan multidisiplin yang didalamnya termasuk pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi.
a. Manajemen
Farmakologi
Manajemen nyeri
farmakologi merupakan metode yang mengunakan obat-obatan dalam praktik
penanganannya. Cara dan metode ini memerlukan instruksi dari medis. Analgesik
merupakan metode yang paling umum utuk mengatasi nyeri. Ada tiga jenis
analgesik, yaitu:
1) Non-narkotik
: asetaminofen, asam asetilsalisilat,
2) NSAID
: ibuprofen, naproksen, indometasin, tolmetin, piroksikam, ketorotak.
3) Narkotik
: memperidin, metimorfin, morfin sulfat, fentanyl, butotanol, hidromorfon, 3)
Adjuvan : amitriptilin, hidroksin, klopromazin, diazepam (Andarmoyo, 2013).
b. Manajemen
NonFarmakologi
Manajemen nyeri
nonfarmakologi merupakan tindakan
menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakolgi. Manajemen nyeri
nonfarmakologis sangat beragam. Tenik-teknik peredaan nyeri tersebut yaitu:
1)
Stimulasi dan Massase Kutaneus,
masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada
punggung dan bahu dan dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat
relaksasi otot.
2)
Aplikasi es dan panas,
terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor
nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi.
Penggunaan panas meningkatkan aliran darah ke suatu area dan dapat menurunkan
nyeri.
3)
Distraksi, adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada
nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah sesuatu tindakan
pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri.
4)
Relaksasi, adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama (Andarmoyo, 2013). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan
salah satu bentuk asuhan keperawatan, dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam, lambat, bagaimana menghembuskan
nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri nafas dalam
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah.
5)
Imajinasi terbimbing, menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara
yang dirancang khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Kegaduhan,
kebisingan, bau menyengat, atau cahaya yang terlalu terang perlu
dipertimbangkan agar tidak mengganggu konsentrasi (Andarmoyo, 2013)
6)
Hypnosis, hypnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah
analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis.
B.
Tinjauan
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Anamnesa
1)
Data umum pasien
Meliputi nama,
nomor register panti, jenis kelamin, umur, agama, alamat, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk panti, dan diagnose medis.
2)
Keluhan utama
3)
Riwayat nyeri
Beberapa aspek
yang perlu diperhatikan perawat dalam pengkajian nyeri bisa menggunakan
pendekatan analisis symptom meliputi P (Paliatif/Provocatif=
yang menyebabkan timbulnya masalah), Q (Quality
dan Quantity= kualitas dan kuantitas nyeri yang dirasakan, R (Region= lokasi nyeri) , S (Severity= keparahan), T (Timing= waktu).
Selain dengan
pendekatan analisus symptom, data yang harus didapatkan dalam riwayat nyeri
yang komprehensif terdiri dari lokasi, intensitas. Kualitas, pola, faktor
pencetus, faktor pereda, gejala penyerta, pengaruh pada ADL, pengalaman nyeri
di masa lalu.
a)
Lokasi
Untuk
memastikan nyeri lokasi spesifik, minta individu untuk menunjukan tempat
ketidaknyamanan. Sebuah bagan yang terdiri dari gambar tubuh dapat membantu
mengidentifikasi lokasi nyeri. pasien menandai lokasi nyeri pada bagan.
Perangkat ini khususnya afektif pada pasien yang memiliki lebih dari satu
sumber nyeri.
b)
Intensitas nyeri / skala nyeri
Untuk efektifitas penggunaan skala
peringkat nyeri, pasien tidak hanya perlu memahami penggunaan skala tetapi juga
harus diajarkan tentang bagaimana informasi tersebut akan digunakan untuk
menentukan perubahan kondisi mereka dan efektifitas intervensi penatalaksanaan
nyeri. Pasien juga diminta untuk menunjukkan tingkat kenyamanan yang dapat
diterima sehingga mereka dapat melakukan aktivitas yang spesifik. Ini akan
memastikan bahwa penatalaksanaan nyeri yang adekuat telah tercapai
c)
Kualitas nyeri
Hal-hal yang perlu ditanyakan perawat
adalah apakah nyeri yang dirasakan pasien sebagai sensasi tertusuk, dipukul,
diremas, atau ada sensasi lain yang diutarakan oleh pasien.
d) Pola
Pola nyeri meliputi
waktu awitan, durasi, kekambuhan nyeri atau interval tanpa nyeri. Oleh karena
itu, perawat menanyakan kapan nyeri mulai dirasakan; berapa lama nyeri
berlangsung; apakah nyeri bersifat kambuhan;
dan, jika demikian, berapa lama interval tanpa rasa nyeri; dan kapan
nyeri terakhir kali terjadi.
e)
Faktor pencetus
Aktivitas tertentu kadang kala
mendahului terjadinya nyeri. Misalnya nyeri lutut dapat terjadi setelah latihan fisik, nyeri
abdomen dapat terjadi setelah makan. Observasi ini dapat membantu mencegah nyeri
dan menentukan penyebabnya.
f)
Faktor-faktor pereda
Perawat harus meminta pasien
untuk menggambarkan setiap upaya yang telah mereka lakukan untuk meredakan
nyeri (misalnya Obat-obatan rumah seperti teh herbal, obat-obatan, istirahat,
kompres hangat atau dingin, berdoa, distraksi seperti menonton TV). Penting
untuk mengeksplorasi efek dari setiap tindakan initerhadap nyeri, apakah nyeri
reda atau tidak,atau apakah nyeri bertambah buruk atau tidak.
g)
Gejala penyerta
Yang juga dimasukkan
dalam penilaian klinis nyeri adalah gejala penyerta seperti mual, muntah, sakit
kepala, dan diare. Gejala ini dapat dihubungkan dengan awitan nyeri atau dapat
terjadi akibat keberadaan nyeri.
h)
Efek pada aktivitas
kehidupan sehari-hari / ADL
Perawat meminta pasien
untuk menggambarkan bagaimana nyeri mempengaruhi beberapa aspek kehidupan
sehari-hari, seperti tidur, nafsu makan, konsentrasi, aktivitas di rumah, dan
status emosional.
i)
Pengalaman nyeri di masa lalu
Hal ini akan sangat membantu perawat untuk mengetahui fase apa nyeri yang
dirasakan oleh pasien, dan apakah pasien mengetahui nyeri yang sedang dialami.
Fase tersebut antara lain fase antisipator, fase sensasi, dan fase akibat.
2.
Diagnosis
Keperawatan
Menurut Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (2017) diagnosis keperawatan untuk pasien yang
mengalami nyeri atau ketidaknyamanan adalah:
a. Nyeri
akut
Definisi:
pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat, yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1) Agen
pencedera fisiologis (misalnya Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen
pencedera kimiawi (misalnya Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen
pencedera fisik (misalnya Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berta, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
:
Subjektif :
1) Mengeluh
nyeri
Objektif :
1) Tamak
meringis
2) Bersikap
protektif (misalnya Waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi
nadi meningkat
5) Sulit
tidur
Gejala dan tanda minor
:
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1) Tekanan
darah meningkat
2) Pola
napas berubah
3) Nafsu
makan berubah
4) Proses
berfikir terganggu
5) Menarik
diri
6) Berfokus
pada diri sendiri
7) Diaforesis
Kondisi klinis terkait :
1) Kondisi
pembedahan
2) Cedera
traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom
coroner akut
5) glaukoma
b. Nyeri
Kronis
Definisi :pengalaman
sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab :
1) Kondisi
muskuloskletal kronis
2) Kerusakan
sistem saraf
3) Penekanan
saraf
4) Infiltrasi
tumor
5) Ketidakseimbangan
neurotransmitter, neuromodulator, dan reseptor
6) Gangguan
imunitas (misalnya Neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster
7) Gangguan
fungsi metabolic
8) Riwayat
posisi kerja statis
9) Peningkatan
indeks massa tubuh
10) Kondisi
pasca trauma
11) Tekanan
emosional
12) Riwayat
penganiayaan (misalnya Fisik, psikologis, seksual)
13) Riwayat
penyalahgunaan obat/zat
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :
1) Mengeluh
nyeri
2) Merasa
depresi (tertekan
Objektif :
1) Tampak
meringis
2) Gelisah
3) Tidak
mampu menuntaskan aktivitas
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
1) Merasa
takut mengalami cedera
Objektif :
1) Bersikap
protektif (misalnya Posisi menghindari nyeri)
2) Waspada
3) Pola
tidur berubah
4) Anoreksia
5) Focus
menyempit
6) Berfokus
pada diri sendiri
Kondisi klinis terkait :
1) Kondisi
kritis (misalnya Arthritis rheumatoid)
2) Infeksi
3) Cedera
medulla spinalis.
Selain itu, karena nyeri memengaruhi
beberapa aspek pada fungsi individu, kondisi tersebut dapat pula menjadi
etiologi untuk mendiagnosis keperawatan lain, seperti, gangguan pola tidur,
deficit perawatan diri, ansietas, hambatan mobilitas fisik, dan sebagainya.
c. Gangguan
rasa nyaman
Definisi: perasaan
kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual,
lingkungan dan social
Penyebab:
1) Gejala
penyakit
2) Kurang
pengendalian situasional/lingkungan
3) Ketidakadekuatan
sumber daya (misalnya dukungan finansial, social dan pengetahuan
4) Kurangnya
privasi
5) Gangguan
stimulus lingkungan
6) Efek
samping terapi (misalnya medikasi, radiasi, kemoterapi)
7) Gangguan
adaptasi kehamilan
Gejala
dan tanda mayor
1) Subjektif
Mengeluh tidak nyaman
2) Objektif
Gelisah
Gejala
dan tanda minor
1) Subjektif
a) Mengeluh
sulit tidur
b) Tidak
mampu rileks
c) Mengeluh
kedinginan/kepanasan
d) Merasa
gatal
e) Mengeluh
mual
f) Mengeluh
Lelah
2) Objektif
a) Menunjukkan
gejala distress
b) Tampah
merintih/menangis
c) Pola
eliminasi berubah
d) Postur
tubuh berubah
e) Iritabilitas
Kondisi Klinis Terkait
1) Penyakit
kronis
2) Keganasan
3) Distress
psikologis
4) Kehamilan
d. Nausea
Definisi: perasaan
tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat
mengakibatkan muntah.
Penyebab:
1) Gangguan
biokimiawi (misalnya urenia, ketoasidosis diabetic)
2) Gangguan
pada esofagus
3) Distensi
lambung
4) Iritasi
lambung
5) Gangguan
pankreas
6) Peregangan
kapsul limpa
7) Tumor
terlokalisasi (misalnya Neuroma akustik, tumor otak primer atau sekunder,
metastasis tulang didasar tengkorak)
8) Peningkatan
tekanan intraabdominal (misalnya keganasan intraabdomen)
9) Peningkatan
tekanan intracranial
10) Peningkatan
tekanan intraorbital (misalnya glaucoma)
11) Mabuk
perjalanan
12) Kehamilan
13) Aroma
tidak sedap
14) Rasa
makanan/minuman yang tidak enak
15) Stimulus
penglihatan tidak menyenangkan
16) Faktor
psikologis (misalnya kecemasan, ketakutan, stress)
17) Efek
agen farmakologis
18) Efek
toksin
Gejala
dan tanda mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh
mual
b) Merasa
ingin muntah
c) Tidak
berminat makan
2) Objektif
(tidak tersedia)
Gejala
dan tanda minor
1) Subjektif
a) Merasa
asam di mulut
b) Sensasi
panas/dingin
c) Sering
menelan
2) Objektif
a) Saliva
meningkat
b) Pucat
c) Diaphoresis
d) Takikardia
e) Pupil
dilatasi
Kondisi
klinis terkait
1) Meningitis
2) Labirinitis
3) Uremia
4) Ketoasidosis
diabetic
5) Ulkus
peptikum
6) Penyakit
esofagus
7) Tumor
intraabdomen
8) Penyakit
meniere
9) Neuroma
akustik
10) Tumor
otak
11) Kanker
12) Glaucoma
3. Rencana
Asuhan Keperawatan
Dalam SIKI (2018),
tercantum beberapa intervensi diagnosa keperawatan nyeri, diantaranya :
a.
Observasi
1. Identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
2. Identifikasi
skala nyeri
3. Identifikasi
respon nyeri non verbal
4. Identifikasi
factor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi
pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor
keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor
efek samping penggunaan analgetik
b.
Terapeutik
1. Berikan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi
istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
c.
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik (jika perlu)\
4.
Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari
proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan
bahwa implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang
sudah direncanakan pada tahapan sebelumnya (Andarmayo, 2013).
Tujuan dari penatalaksanaan nyeri tersebut adalah
peredaan nyeri atau pengurangan nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat
diterima pasien. Penatalaksanaan nyeri tersebut
meliputi dua tipe dasar intervensi keperawatan : farmakologi dan
nonfarmakologi. Penatalaksanaan keperawatan nyeri terdiri atas tindakan
keperawatan mandiri dan kolaborasi.
5.
Evaluasi
Tujuan dibuat evaluasiguna sesuai dengan hasil
spesifik yang diharapkan. (Kozier et al, 2011). Apabila hasil akhir
tidak tercapai, perawat dan pasien perlu mengeksplorasi alasannya sebelum
memodifikasi rencana asuhan. (Kozier et al, 2011).
C.
Tinjauan
Konsep Penyakit
1.
Definisi
Typhoid
Tipes atau typhoid
adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah
yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella
Typhosa atau Salmonella
paratyphi A, B dan C, selain
inidapat juga menyebabkan gastroenteritis
(radang lambung). Masyarakat mengenal
penyakit ini dengan nama Tipes atau thypus,
tetapi dalam dunia kedokteran disebut Typhoid
fever atau Thypus abdominaliskarena
berhubungandengan usus di dalam perut (Widoyono, 2002). Typhus adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (Sudoyo, 2009).
Demam Typhoid (thypoid fever) merupakan salah satu penyakit menular yang erat
hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tida memenuhi syarat
kesehatan seperti penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan
sanitasi lingkungan yang buruk. Penyaklit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (Soewando, 2002)
Berdasarkan dari
beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa Typhoid adalah penyakit yang sering terjadi pada saluran
pencernaandisebabkan oleh bakteri salmonella
typhi karena lingkungan yang kurang sehat serta penerapan pola hidup bersih
dan sehat yang masih kurang.
2.
Etiologi
Penyakit tipes Thypus merupakan penyakit yang
ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella
typhosa, (food and water borne disease). Seseorang
yang sering menderita penyakit tifus
menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi
bakteri ini. Salmonella thyposa sebagai suatu spesies, termasuk dalam kingdom
Bakteria, Phylum Proteobakteria, Classis Gamma proteobakteria, Ordo Enterobakteriales, Familia
Enterobakteriakceae, Genus Salmonella. Salmonella
thyposa adalah bakteri gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai
sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: antigen 0 (somatik, terdiri dari
zat komplek lipopolisakarida), antigen H
(flagella) dan antigen V1 (hyalin, protein
membrane). Serum penderita penyakit typhoid
terdapat zat anti (glutanin) terhadap
ketiga macam anigen tersebut (Zulkhoni, 2011).
3.
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
a. Rongga
mulut
Mulut merupakan saluran
pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan
kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan. Pada Mulut terdapat :
1) Gigi
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan
menggiling makanan menjadi partikel yang kecil-kecil.
2) Lidah
Memiliki peran mengatur letak makanan di
dalam mulut serta mengecap rasa makanan.
3) Kelenjar
Ludah
Ada 3 kelenjar ludah pada rongga mulut.
Ketiga kelenjar ludah tersebut menghasilkan ludah setiap harinya sekitar 1
sampai 2,5 liter ludah. Kandungan ludah pada manusia adalah : air, mucus, enzim
amilase, zat antibakteri, dll. Fungsi ludahadalah melumasi rongga mulut serta
mencerna karbohidrat menjadi disakarida.
b. Esofhagus
Esophagusadalah
melumasi rongga mulut serta mencerna karbohidrat menjadi disakarida. Merupakan
saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung
saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada
faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke
trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus
adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik
sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.
c. Lambung
Lambung adalah
kelanjutan dari esophagus, berbentuk
seperti kantung. Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2
liter. Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus
makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Ada 3 jenis otot
polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot melingkar, dan otot
menyerong. Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi
dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang
dihasilkan lambung adalah :
1) Asam
HCl, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta
merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus
2) Lipase,
memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang dihasilkan
sangat sedikit
3) Renin,
mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya dimiliki
oleh bayi.
4) Mukus,
melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.
d. Usus
Halus
Usus halus merupakan
kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus
halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m),
serta ileum (± 3,6 m). Usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja,
dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa
kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.
Usus besar Merupakan
usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki panjang 1,5
meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3
daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum,
dan Kolon desenden. Fungsi kolon adalah :
1)
Menyerap air selama
proses pencernaan.
2)
Tempat dihasilkannya
vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus,
misalnya E.coli.
3)
Membentuk massa feses
4)
Mendorong sisa makanan
hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh
ddefekasi.
e. Rektum
dan Anus
Merupakan lubang tempat
pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung
terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot
spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun
rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik (Adam, 2014)
4.
Manifestasi Klinis
Masa tunas demam typhoid
berlangsung antara 10-14 hari. Gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari
ringan sampai dengan berat, dari
asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga
kematian. Pada minggu pertama gejala klnis penyakit ini ditemukan keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam,nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
diare,perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik
hanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat
perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari (Djoko,2009)
5.
Patofisiologi
Salmonella Thypidapatditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan),Fingers (jari
tangan/kuku), Fomitus(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Yang paling menonjolyaitu lewat mulut manusia yang baru terinfeksi selanjutnya
menuju lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
lagi lolos masuk ke usus halus bagian distal (usus bisa terjadi iritasi) dan mengeluarkan endotoksin
sehingga menyebabkan darah mengandung bakteri (bakterimia) primer, selanjutnya
melalui aliran darah dan jaringan limpoid
plaque menuju limfa dan hati. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah sehingga menimbulkan tukak berbentuk
lonjong pada mukosa usus. Tukak dapat
menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Perdarahan menimbulkan panas dan
suhu tubuh dengan demikian akan meningkat. Sehingga beresiko kekurangan cairan
tubuh. Jika kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi. Dalam keadaan seperti ini,
kuman typhus akan mati dan penderita berangsur-angsur sembuh (Zulkoni.2011).
6.
Pathways
Makanan
yang terinfeksi bakteri Salmonella
Typhosa
Masuk
melalui mulut
Menuju
ke saluran pencernaan
Mati dimusnahkan asam lambung Lambung
Lambung
Diserap
oleh usus halus
Hipertermi Nyeri Lambung tertekan Mual Anoreksia Kelenjar
limfoid usus halus Tukak Perdarahan dan perforasi Resiko defisit volume cairan Sumber:
Zulkoni (2011) Endotoksin Limpa Splenomegali Perubahan
Nutrisi
7.
Pemeriksaan
Penunjang
a.
Pemeriksaan Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukosistosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi
walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Dapat pula ditemukan anemia ringan
dan trombositopeni. Pemeriksaan
hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia
maupun limfopeni laju endap darah
dapat meningkat.
b.
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT, SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.
c.
Pemeriksaan Uji Widal
Dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri salmonella
typhi. Pada uji widal terjadi suatu
reaksi aglutinasi antara antigen bakteri salmonella
typhi dengan antibody salmonella
yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum penderita tersangka demam Typhoidenema barium mungkin juga perlu dilakukan (Mansjoer, 2002).
8.
Penatalaksanaan
Medis
Menurut Djoko (2006) obat-obat antibiotika yang biasa digunakanialah ampisilin dan
amoksisilin, antipiretika, bila perlu diberikan laksansia, tirah baring selama
demam untuk mencegah komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus, mobilisasi
bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, diet pada
permulaan, diet makanan yang tidak merangsang saluran cerna dalam bentuk sering
atau lunak, makanan dapat ditingkatkanseusai perkembangan keluhan
gastrointestinal, perforasi, transfusi bila diperlukan pada komplikasi
perdarahan.
BAB III
METODE
PENULISAN
A.
Fokus
Asuhan
Pada
laporan tugas akhir ini penulis menggunakan pendekatan asuhan keperawatan yang
berfokus pada asuhan keperawatan
dengan gangguan rasa nyaman pada pasien demam typoid.
B.
Subyek
Asuhan
Dalam asuhan keperawatan ini yang dijadikan
subjek asuhan adalah 1 pasien yang memiliki masalah demamtypoiddan memiliki keluhan gangguan rasa nyaman di Klinik Karya Husada. Adapun kriteria pada asuhan keperawatan ini
adalah:
1. Pasien penderita demam typoid
2. Pasien dirawat di Klinik Karya Husada
3. Bersedia mengikuti secara sukarela dengan
menandatangani lembar persetujuan informed
consent
C.
Lokasi
dan Waktu
Lokasi pelaksanaan
asuhankeperawatan dilakukan diKlinik Karya Husada. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada
tanggal 13-15 April 2020.
D.
Pengumpulan
Data
1. Alat
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data pada asuhan keperawatan fokus asuhan keperawatan ini dengan menggunakan
alat pemeriksaan fisik dan format pengkajian. alat pemeriksaan fisik yang
digunakan penulis, antara lain : alat ukur tanda-tanda vital yaitu
spygnomanometer, stetoskop,thermometer, dan jam tangan. Dan kemudian hasil
pengukuran di tulis di lembar observasi atau format pengkajian.
2. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara, sebagai berikut :
a. Wawancara
/ komunikasi yang efektif
Wawancara
adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi pasien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. wawancara
adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulan data, dimana peneliti
mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang
tersebut (face to face).
Tujuan dari wawancara adalah
:
1) Mendapat
informasi yang diperlukan
2) Meningkatkan
hubungan perawat-pasien dalam komunikasi
3) Membantu
pasien dan perawat memperoleh informasi yang dibutuhkan
4) Membantu
perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama pengkajian
b. Observasi
Penulis
menggunakan observasi untuk mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien. Hal-hal yang
harus diperhatiakan dalam melakukan observasi adalah :
1) Sebaiknya
tidak diketahui oleh pasien sehingga data yang diperoleh murni
2) Hasilnya
dicatat dalam catatan keperawatan sehingga dapat dibaca dan dimengerti.
Observasi
dilakukan melalui apa yang dilihat dan dilakukan pasien, kemudian dibandingkan
dengan apa yang dikeluhkan dan dinyatakan .
c. Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
fisik perlu dilakukan oleh penulis untuk data pendukung mengetahui terjadinya
masalah kebutuhan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik ini digunakan
untuk memperoleh data objektif dari masalah keperawatan pasien. Berikut adalah
format pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan dalam pengkajian pasien :
1) Keadaan
umum
2) Status
gizi
3) Sistem
persepsi sensori, yang meliputi : pendengaran, penglihatan, pengecapan,
penciuman, dan perabaan
4) Sistem
pernafasan
5) Sistem
kardiovaskular
6) Sistem
saraf pusat, yang meliputi : kesadaran, orientasi waktu, dan orientasi tempat
7) Sistem
gastrointestinal, yang meliputi : nafsu makan, nyeri tekan, pembesaran hati,
dan asites
8) Sistem
musculoskeletal, yang meliputi : nyeri, deformitas, peradangan, dan kekuatan
otot
9) Sistem
integument, yang meliputi : kelembaban kulit, bercak kemerahan, dan lesi / luka
10) Sistem
reproduksi, yang meliputi : kelainan dan kebersihan
11) Sistem
perkemihan, yang meliputi : pola berkemih dan kelainan
Untuk mendapatkan
data-data diatas perlu memerhatikan beberapa aspek pengkajian. Aspek pengkajian
yang dapat digunakan penulis ada 4 cara, yaitu :
1) Inspeksi
Inspeksi
melibatkan penggunaan penglihatan untuk membedakan temuan normal dan abnormal. Langkah
awal yang dilakukan penulis pada pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, mengamati
secara seksama dan tanpa terburu-buru dari kepala sampai ujung kaki. Fokus
inspeksi pada setiap bagian meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,
kesimetrisan, lesi, dan benjolan atau pembengkakan. Setelah inspeksi perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
lainnya.
2) Palpasi
Selanjutnya
penulis menggunakan teknik palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan
tangan apakah ada atau tidaknya gangguan mobilitas fisik.
3) Perkusi
Perkusi
merupakan langkah ketiga yang digunakan penulis dalam pemeriksaan fisik pasien.
Perkusi yang dilakukan penulis
melibatkan pengetukan tubuh pasien dengan ujung jari untuk menghasilkan
getaran yang berjalan melalui jaringan tubuh. Sifat suara akan menentukan
lokasi, ukuran, konsistensi jaringan.
4) Auskultasi
Selanjutnya
penulis menggunakan teknik auskultasi. Auskultasi menggunakan pendengaran suara
tubuh untuk mendeteksi penyimpangan dari keadaan normal. Penulis mendengar
suara dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara paru-paru, jantung
dan bagian dalam/viscera abdomen
misalnya bising usus. Setelah auskultasi dapat dibandingkan hasil normal dengan
abnormal suara bagian tubuh satu dengan suara bagian tubuh lainnya.
3. Sumber
Data
a. Sumber
data primer
Sumber
data primer adalah pasien, didapat apabila pasien tidak sadar, mengalami
gangguan bicara atau gangguan pendengaran, pasien masih bayi, atau karena
beberapa sebab pasien tidak dapat memberikan data subjektif secara langsung,
perawat dapat menggunakan data objektif untuk menegakkan diagnosis keperawatan.
Namun, bila diperlukan data subjektif pula hendaknya perawat melakukan
anamnesis pada keluarga pasien.
b. Sumber
data sekunder
Sumber
data sekunder adalah data yang diperoleh dari pasien, yaitu keluarga, orang
terdekat, teman dan orang lain yang tahu tentang status kesehatan pasien.
Selain itu, tenaga kesehatan yang lain seperti dokter, ahli gizi, ahli
fisioterapi, laboratorium, radiologi juga termasuk sumber data sekunder.
E.
Penyajian
Data
1. Narasi
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian disajikan dalam bentuk
uraian. Untuk data yang disajikan dalam bentuk narasi adalah data pengkajian
dan diagnosis keperawatan.
2. Tabel
Tabel digunakan untuk menjelaskan hasil yang menggunakan
angka-angka atau kalimat agar lebih mudah dipahami. Adapun data yang disajikan
dalam bentuk tabel, antara lain : analisa data, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
F.
Prinsip
Etik
Prinsip
etika yang digunakan penulis dalam membuat asuhan keperawatan fokus pada
tindakan keperawatan ini adalah prinsip etika keperawatan dalam memberikan
layanan keperawatan kepada individu, kelompok atau keluarga dan masyarakat,
yaitu :
1.
Otonomi (autonomy)
Menghargai otonomi berarti komitmen terhadap pasien
dalam mengambil keputusan tentang semua aspek pelayanan. Persetujuan yang
ditandatangani merupakan jaminan bahwa tim pelayanan kesehatan telah
mendapatkan persetujuan dari pasien.
2.
Kebaikan (Beneficience)
Kebaikan adalah tindakan positif untuk membantu orang lain
dan melakukan niatan baik.
3.
Tidak mencederai (non
maleficience)
Dalam pelayanan kesehatan, praktik etik tidak hanya
melibatkan keinginan untuk melakukan kebaikan tetapi juga janji untuk tidak mencederai.
4.
Keadilan (justice)
Keadilan merujuk pada kejujuran,. Penyelenggara layanan
kesehatan setuju untuk berusaha bersikap adil dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
5.
Kesetiaan / menepati janji(fidelity)
Kesetiaan adalah persetujuan untuk menepati janji.
Janji setia mendukung rasa tidak ingin meninggalkan pasien, meskipun saat pasien
tidak menyetujui keputusan yang telah dibuat.
6.
Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas merujuk pada kemampuan seseorang untuk
menjelaskan alasan tindakannya.
7.
Kerahasiaan (confidentiality)
Dalam pelayanan kesehatan harus menjaga rahasia pasien
apabila melanggar akan terkena sanksi seperti tidak dapat menyalin rekam medis
tanpa izin dari pasien.
8.
Kejujuran (veracity)
Kejujuran merupakan dasar membina hubungan saling percaya terhadap
pasien. Pasien memiliki otonomi sehingga berhak mendapatkan informasi yang ia
ingin tahu. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.
BAB
IV
HASIL
ASUHAN DAN PEMBAHASAN
Pada
bab ini penulis akan membahas kesinambungan antara teori dengan laporan tugas
akhir dari Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada pasien dengan
demam Thypoid di Klinik Karya
Husada Kabupaten Pesawaran. Hasil Asuhan
Keperawatan yang penulis kemukakan antara lain pengkajian, diagnose
keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian dilakukan
selama 3 hari, dilaksanakan pada tanggal 13-15 April 2020 yang bertujuan untuk
melihat kesenjangan antara teori dengan kasus yang diperoleh di lapangan.
Kemudian yang ditemukan dilakukan pembahasan dalam bentuk rasional.
A.
Hasil
Asuhan
1.
Pengkajian
Berisi tentang
hasil pengkajian pada pasien, meliputi data umum, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan pemeriksaan fisik.
Tabel
4.1
Pengkajian
Pengkajian |
Subjek
Asuhan |
||||||||||||||||||
Data umum pasien |
|
||||||||||||||||||
Keluhan Utama |
Nyeri di perut |
Riwayat
Penyakit Sekarang |
Pasien mengatakan demam sudah
sejak tiga hari yang lalu, demam yang dirasakan turun naik bercampur
mengigil, selain itu pasien juga mengatakan nyeri dibagian perut, nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk jarum dengan sekala nyeri 4, nyeri yang dirasakan
hilang timbul dan bertambah saat demam pasien naik, pasien juga mengatakan
mual dan nafsu makan menurun disertai dengan diare encer sekitar 3-4 kali
sehari. Selain itu pasien mengatakan susah tidur karena nyeri perut dan demam
yang turun naik, durasi tidur hanya sekitar 4-5 jam perhari. |
Riwayat
Kesehatan Sebelum Sakit |
Pasien tidakpernah
mengalami penyakit yang serius dan tidak pernah dirawat di Klinik, pasien tidak
mempunyai riwayat alergi obat atau makanan. |
Riwayat
Kesehatan Sekarang |
Pasien ± 3
hari yang lalu sebelum masuk Klinik, ia mengeluh panas, tidak nafsu makan,
nyeri perut, dan mual, sehingga pasien langsung dibawa ke Klinik |
Riwayat
Kesehatan Keluarga |
Pasien
mengatakan dikeluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang sama yang
seperti yang sedang pasien alami dan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi, ataupun sakit Asma. |
Pola Makan dan
Minum |
Di rumah Pasien makan
3 x sehari, jenis makanan nasi, lauk pauk dan sayur. Pasien minum air putih 6
– 7 gelas / hari. Pasien menyukai semua makanan dan pasien tidak mempunyai makanan
pantangan. Di Klinik Pasien tidak
nafsu makan, pasien hanya menghabiskan ½ porsi dari makanan yang disediakan,
diet bubur biasa TKTP, pasien hanya minum air putih banyaknya 2 – 3 gelas/
hari, tapi pada tangan kiri Pasien terpasang infus RL + Cernivit 20 tetes /
menit |
Pola Eliminasi |
Sebelum
sakit: Pasien BAK
3 – 4 x / hari, warna kuning jernih berbau khas. Dan pola BAB 1 x / hari,
warna kuning, konsistensi padat. Saat sakit: Selama perawatan
pasien BAB 3-4 x dengan konsistensi cair / hari dan BAK 1 – 2 x / hari. |
Istirahat dan
Tidur |
Di rumah Pasien istirahat
± 2 – 3 jam dan tidur malam ± 7 jam Di Klinik Pasien
hanya tidur sekitar 4-5 jam perhari karena nyeri dan menggigil, saat bangun
tidur pasien mengatakan badan terasa lemas. |
Pola Aktivitas |
Sebelum
Sakit: Pasien seorang
pegawai negeri sipil dan melakukan pekerjaan sehari – hari sebagai pegawai di kantor instansi pemerintahan. Saat Sakit: Pasien tidak
dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa karena penyakitnya, Pasien hanya berada
ditempat tidur karena pasien diisntruksikan untuk bedrest. |
Kebersihan
Diri |
Di rumah Pasien mandi
2 x / hari, gosok gigi 3 x / hari, keramas 2 x seminggu, potong kuku 1 x
seminggu. Di Klinik Pasien hanya
dilap menggunakan kain basah oleh keluarganya, pasien terlihat rapih dan
bersih. |
Rekreasi |
Di rumah Pasien biasanya
nonton TV dan jarang berekreasi keluar rumah kalau bukan hari besar. Di Klinik Pasien hanya
berbaring ditempat tidur dan kadang – kadang duduk serta ngobrol dengan keluarganya. |
Psikologis |
Pasien tidak
cemas mengenai penyakitnya dan berpasrah diri kepada Allah SWT |
Sosial |
Hubungan
Pasien dengan keluarga cukup baik, ditandai dengan keterbukaan terhadap keluarga,
perhatian pasien terhadap lawan bicara cukup baik, pasien selalu bekerjasama dalam
menjawab pertanyaan perawat dengan baik. |
Spiritual |
Pasien beragama
Islam, melakukan shalat dengan berbaring selama di Klinik. |
PemeriksaanFisik |
|
Keadaan Umum |
Kesadaran : Compos mentis GCS : E4, V5,
M6 = 15 Penampilan : Pasien terlihat lemah Vital Sign
: TD : 140 / 90 mmHg N : 102 x / menit R : 20 x / menit S : 38ºC BB sebelum
sakit : 65 kg BB saat
sakit : 64 kg |
Head to Toe |
1.
Kepala Bentuk simetris, tidak terdapat kutu pada rambut
dan tidak ada benjolan atau pun luka pada kepala. 2.
Rambut Rambut ikal, pendek, penyebaran rambut merata,
tidak terdapat uban, kebersihan kurang. 3.
Mata
(Penglihatan) Penglihatan bail, struktur mata simetris, kebersihan
cukup karena tidak ada secret / kotoran, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, pergerakan bola matabaik, pasien tidak memakai alat bantu
(kacamata) 4.
Hidung
(Penciuman) Hidung simetris, tidakada secret yang menumpuk,
tidak terdapat peradangan. 5.
Telinga
(Pendengaran) Terlihat bersih, tidak terdapat serumen / cairan,
bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada perdarahan atau
peradangan. 6.
Mulut dan Gigi Mukosa bibir kering, tidak ada peradangan pada
mulut, gigi pasien masih lengkap, lidah tampak bersih. 7.
Leher Tidak ada pembesaran pada kalenjar getah bening
dan tyroid. 8.
Thorax (
Fungsi Pernafasan) Bentuk simetris, tidak terdapat benjolan, pasien tidak
menggunakan alat bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x / menit. 9.
Abdomen Inspeksi : Bentuk
simetris, tidak ada lesi ataupun bekas operasi. Palpasi :Tidak teraba adanya massa, terdapat nyeri
tekan dengan skala nyeri 4 Perkusi : Suara Timpani, tidak ada Achites Auskultasi : suara
bising usu 20 x/menit 10.
Genetalia Pasien mengatakan dalam keadaan baik dan bersih. 11.
Ekstremitas Tidak terdapat fraktur, tidak terdapat edema, dan
tidak ada bekas luka, terpasang infus RL ditangan kiri 20 tetes / menit. |
Pemeriksaan
Penunjang Laboratorium |
|
Hematologi |
Hemoglobin :12,7 Leokosit :11.400 Trombosit :140.000 Widal :S.T -01:160- S.T-H 1:160 –
S.T- C H 1:160 |
Teraphi Obat |
-
IVFD RL + Cernevit 20 tetes / menit -
Inj. Dexa /12 jam Ranitidin /12 jam Ketorolac /12 jam -
Oral Paracetamol /8 jam Tiamfenikol /6 jam |
2. Analisis Data
Hasil analisis data yang didapat setelah
melalui tahap pengkajian didapatkan hasil analisis sebagai berikut:
Tabel 4.2
Analisis
Data
No |
Analisis Data |
Diagnosa |
Etiologi |
1. |
Ds : -
Pasien mengatakan nyeri di perut -
Pasien mengatakan nyeri sudah sejak
tiga hari yang lalu -
Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
jarum -
Pasien mengatakan tidak nyaman -
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul. Do : -
Pasien tampak meringis menahan nyeri. -
Skala nyeri 4 -
Pasien tampak gelisah -
Pasien susah tidur dengan durasi tidur
hanya 5-6 jam perhari -
TTV : TD : 140/90 N : 102/ M S : 38,2 C R : 23/ M -
Nafsu makan Pasien menurun hanya
menghabiskan setengah porsi. |
Nyeri akut |
Agen pencedera fisiologis (Inflamasi) |
2 |
Ds : -
Pasien mengatakan demam -
Pasien mengatakan demam sejak 3 hari
sebelum dirawat di klinik -
Pasien mengatakan demam yang dirasakan
turun naik Do : -
Suhu tubuh pasien 38,2 C -
Kulit pasien tampak merah -
Kulit pasien teraba hangat -
Nadi 102 x/m |
Hipertermia |
Proses Penyakit (Infeksi) |
3 |
Ds : -
Pasien mengatakan mual saat makan -
Pasien mengatakan badan terasa lemas -
Pasien mengatakan tidak nafsu makan Do : -
Pasien hanya menghabiskan setengah
porsi makanan -
Terdapat nyeri diperut dengan skala
nyeri 4 -
BB sebelum sakit 65 kg, BB setelah
sakit 64 Kg -
Diare dengan konsistensi cair sebanyak
3-4 x/hari |
Resiko Defisit Nutrisi |
Factor psikologis (mis. keengganan
untuk makan, sters) |
3. Diagnosis Keperawatan
Dari
data hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. S maka diagnosis
keperawatan yang muncul yaitu:
Tabel 4.3
Daftar Diagnosis Tn.S
No |
Diagnosis
Tn.S |
1 |
Nyeri
akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Inflamasi) |
2 |
Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi) |
3 |
Resiko
defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis misalnya stress
keengganan untuk makan |
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi
keperawatan berfokus pada satu masalah keperawatan, dimana rencana asuhan
keperawatan ini dilakukan selama 3 hari pada Tn. S diuraikan sebagai berikut:
Tabel
4.4
Intervensi
Keperawatan
No Dx |
Diagnosa keperawatan |
Tujuan |
Intervensi
keperawatan |
Rasional |
1. |
Nyeri akut
berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Inflamasi) dengan data : Ds : -
Pasien mengatakan nyeri di perut -
Pasien mengatakan nyeri sudah sejak
tiga hari yang lalu -
Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
jarum -
Pasien mengatakan tidak nyaman -
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul. Do
: -
Pasien tampak meringis menahan nyeri. -
Skala nyeri 4 -
Pasien tampak gelisah -
Pasien susah tidur dengan durasi tidur
hanya 5-6 jam perhari -
TTV : TD : 140/90 N : 102/ M S : 38,2 C R : 23/ M -
Nafsu makan Pasien menurun hanya
menghabiskan setengah porsi. |
Setelah dilakukan
intervensi, maka gangguan rasa nyaman (nyeri) meningkat dengan kriteria: a. Skala
nyeri 0 b. Mampu
mengontrol nyeri c.
Tanda-tanda vital
dalam batas normal d. Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang Mampu mengenali nyeri |
Observasi 1.
Identifikasi sekala
nyei 2.
Identifikasi penyebab
nyeri 3.
Monitoring
tanda-tanda vital ( Suhu, Nadi, Tekanan darah, Respirasi) 4.
Monitoring sekala
nyeri Terapeutik 1.
Ajarkan teknik
nonfarmakolgi tarik nafas dalam 2.
Beri lingkungan yang
nyaman (suhu ruangan normal, Ruangan tidak bising) Edukasi 1. Tingkatkan
istirahat yang adekuat. Kolaborasi 1.
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan.
Makanan lunak rendah serat. 2.
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat alagetik, (Keterolac, Ranitidine 2 x 1 Ampul) |
1 Mengatahui
tingkat keperahan nyeri. 2. Mengetahui
penyebab timbulnya nyeri. 3. Mengetahui
batas-batas normal. 4. Mengetahui
tingkat keberhasilan perawatan. Terapeutik 1. untuk mengontrol nyeri. 2. Untuk
mengontrol nyeri. Edukasi 1. Agar masalah nyeri akut cepat teratasi. Kolaborasi 1. Menentukan diet yang pas untuk pasien. 2. untuk
memberikan terapi farmakologi penghilang nyeri. |
2. |
Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dengan data : Ds : -
Pasien mengatakan demam -
Pasien mengatakan demam sejak 3 hari
sebelum dirawat di klinik -
Pasien mengatakan demam yang dirasakan
turun naik Do : -
Suhu tubuh pasien 38,2 C -
Kulit pasien tampak merah -
Kulit pasien teraba hangat -
Nadi 102 x/m |
Setelah dilakukan
intervensi, maka gangguan hipertermia meningkat dengan kriteria: a. Suhu
tubuh dalam rentang normal b. Pasien
menyatakan tidak demam c.
Tidak ada perubahan
warna Kulit d. Nadi
dan respirasi dalam batas normal |
Observasi 1.
Monitoring suhu tubuh
sesering mungkin terapeutik 1.
berikan posisi yang
nyaman 2.
berikan kompres
dingin dan hangat. 3.
Tingkatkan intake
cairan edukasi 1.
ajarkan terapi
relaksasi (Tarik napas dalam) 2.
beri informasi kepada
keluarag untuk tidak menyelimuti pasien saat demam kolaborasi 1.
kolaborasi pemberian
antipiretik, jika diperlukan (Paracetamol 500 mg/8 jam Tablet) |
1. Mengetahaui tanda dan gejala demam. 1. Memberikan posisi yang nyaman. 2. Untuk memberikan rasa nyaman. 3. mempercepat
menormalkan suhu tubuh. 1. memberikan kenyamanan 2. untuk mempercepat penormalan suhu tubuh. 1. Untuk mempercepat
penurunan demam. |
3 |
Resiko Defisit
nutrisi b.d faktor psikologis (mis. setres,keengganan untuk makan), dengan
data : Ds : -
Pasien mengatakan mual saat makan -
Pasien mengatakan badan terasa lemas -
Pasien mengatakan tidak nafsu makan Do : -
Pasien hanya menghabiskan setengah
porsi makanan -
Terdapat nyeri diperut dengan skala
nyeri 4 -
BB sebelum sakit 65 kg, BB setelah
sakit 64 Kg -
Diare dengan konsistensi cair sebanyak
3-4 x/hari |
Setelah dilakukan
intervensi, maka gangguan resiko defisit nutrisi meningkat dengan kriteria: a. Adanya
peningkatan berat badan b. Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi c.
Tidak ada tanda-tanda
kekurangan energi kronis d. Tidak
ada keengganan untuk makan |
Observasi 1. Identifikasi
status nutrisi 2. Identifikasi
kebutuhan kalori dan jenis nutrien 3. Monitoring
tanda-tanda vital 4. Monitoring
berat badan dan hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik 1. Berikan
makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein 2. Berikan
makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi Edukasi 1. Anjurkan
pasien makan sedikit tapi sering Kolaborasi 1. Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang di
butuhkan. |
1. Mengatahui
setatus nutrisi pasien. 2. Mengetahui
kebutuhan kalori dan jenis nutrisi yang tepat. 3. Mengetahui
batas-batas normal. 4. Mengetahui
berat badan pasien . 1. Untuk memenuhi asupan nutrisi. 2. memenuhi
asupan yang rendah serat. 1. Agar masalah nutrisi teratasi. 1. Menentukan diet yang pas untuk pasien. |
5. Implementasi dan
Evaluasi
Implementasi
keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria yang diharapkan. Evaluasi merupakan tahap
akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna. Apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai.
Tabel 4.5
Implementasi dan Evaluasi
Waktu & Tanggal |
Implementasi |
Paraf |
Evaluasi |
13/4/2020 08.00 08.20 08.35 08.40 10.00 11.40 |
1. Mengkaji skala nyeri yang dirasakan pasien. 2. Mengkaji tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan,
tekanan darah) 3. Mengatur posisi pasien semi fowler 4. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi. Dengan cara
menarik nafas dalam dan menghembuskannya melalui mulut (relaksasi),
mengalihkan perhatian pasien dengan diajak ngobrol (distraksi) 5. Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan
antipiretik (Ceterolac 3 x 1 amp, Paracetamol 500 mg/ 8 jam) 6. Kolaborasi dengan ahli gizi dengan diet makanan lunak |
Tri Suyanto Tri Suyanto Tri Suyanto Tri Suyanto Tri Suyanto Tri Suyanto |
S: -
Pasien mengatakan masih terasa nyeri
diperut. -
Pasien mengatakan terasa belum nyaman
dengan rasa nyerinya. -
Pasien mengatakan teriadang lupa
melakukan tarik napas dalam saat nyeri timbul. kkO: -
Pasien masih meringis kesakitan -
Pasienmasih tampak lemah -
Skala nyeri 4 -
TTV : TD : 130 / 90 mmHg T : 38°C N : 100 x / menit A: Gangguan rasa nyaman
nyeri belum teratasi P: lanjutkan intervensi 1. Pantau Sekala Nyeri 2. Evaluasi teknik relaksasi dan distraksi. Dengan cara
menarik nafas dalam dan menghembuskannya melalui mulut (relaksasi),
mengalihkan perhatian Pasien dengan diajak ngobrol (distraksi) 3. Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik (Antrain 3
x 1 amp) 4. Pantau TTV 5. Beri lingkungan yang nyaman 6. Ajarkan kompres dingin. |
14/4/2020 08.00 08.05 08.30 09.00 10.00 11.40 12.30 |
1. Memantau sekala nyeri 2. Memeriksa tanda-tanda vital 3. Mengevaluasi kembali teknik relaksasi dan distraksi.
Dengan cara menarik nafas dalam dan menghembuskannya melalui mulut
(relaksasi),
mengalihkan perhatian pasien dengan diajak ngobrol (distraksi). 4. Memberikan
lingkungan yang nyaman dengan menginstruksikan untuk pembatasan pengunjung pasien. 5. Mengajarkan
cara kompres dingin dibagian ketiak jika demam muncul 6. Kolaborasi
dengan ahli gizi makanan lunak 7. Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan
Antipiretik (Ceterolac 3 x 1 amp, Paracetamol 500 mg/8 jam) |
Tri Suyanto Tri Suyanto Tri Suyanto Tri Suyanto Tri Suyanto Tri Suyanto Tri Suyatno |
S: -
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah mulai berkurang. -
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan masih hilang timbul namun intensitasnya
sudah jauh lebih baik. O: -
Skala nyeri 2 -
Pasien tampak
rileks -
Pasien mampu
melakukan teknik relaksasi dengan cara napas dalam secara mandiri saat nyeri
timbul. -
TTV : TD : 130 / 90 mmHg T : 37,8°C N : 98 x / menit -
Durasi tidur pasien
6-7 jam -
Ruangan pasien
tampak nyaman dan sepi pengunjung. A: Gangguan rasa nyamannyeri Belum
teratasi P: lanjutkan intervensi -
Pantau sekala
nyeri Pasien -
Mengatur posisi Pasien
misalnya semi fowler atau fowler. -
Pantau
tanda-tanda vital -
Evaluasi cara melakukan kompres dingin -
kolaborasi dalam
pemberian obat analgetik (Antrain 3 x 1 amp) -
beri penkes
tentang demam thypoid. |
15/4/2020 08.00 08.05 08.20 08.30 08.40 09.00 12.00 |
1. memeriksa sekala nyeri pasien 2. memeriksa ttv pasien 3. memberikan posisi tidur yang nyaman untuk pasien semi
fowler 4. mengevaluasi cara kompres dingin 5. memberikan pennkes tentang demam thypoid menggunakan
leafleat dan lembar balik 6. mengevaluasi pengetahuan pasien dan keluarga tentang
penkes demam thypoid. 7. Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik (Antrain 3
x 1 amp) |
Tri
Suyanto Tri
Suyanto Tri
Suyanto Tri
Suyanto Tri
Suyanto Tri
Suyanto Tri
Suyanto |
S: -
Pasien mengatakan sudah tidak nyeri
lagi -
Pasien mengatakan sudah tidak demam
dan menggigil -
Pasien mengatakan jauh lebih nyaman
karena tidak ada sakit lagi daripada perawatan hari pertama. O: -
Pasien tampak rilexs -
Skala nyeri 0 -
Pasien mampu melakukaan relaksasi
secara mandiri -
Pasien mampu menjawab tentang penkes
thypoid yang telah diberikan. -
Pasien mampu menghabiskan satu porsi
makanan -
TTV : N : 85 x/m TD : 120/80 mmHg S : 36,8 C RR : 20 x/m A: Gangguan
rasa nyaman nyeri Teratasi P:
1.
Evaluasi tentang penkes demam typhoid 2.
Persiapa pulang |
B.
Pembahasan
Penulis
akan membahas proses pembahasan pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada
tanggal 13 April 2020 sampai 15 April 2020 tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan
Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan Demam Tyhpoid di di Klinik Karya Husada Kabupaten PesawaranTahun
2020”. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia
di dalam asuhan keperawatan.
1.
Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan
proses sistematika dan pengumpulan data, verifikasi dan komunikasi data tentang
pasien untuk mendapatkan seluruh data dan menentukan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan kesehatan dan mengembalikan kesehatan. Pengkajian yang dilakukan
dari metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik.
a. Riwayat
Penyakit Sekarang
Pada pengkajian yang sudah dilakukan pada
Tn. S pada tanggal 13 April 2020
diperoleh data Tn.S mengeluh pusing, tidak nafsu makan, dan mual. Gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan
dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam,nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
diare,perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik
hanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat
perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. Dengan demikian ada
kesinambungan antara hasil yang didapat dengan teori.
b. Pemeriksaan
Fisik
Kesadaran
Compos mentis,GCS E4, V5,
M6 = 15, Penampilan Pasien terlihat lemah,Vital Sign :TD 140 / 90 mmHg,
N 102 x / menit, R 20 x / menit, S 38ºC, BB sebelum sakit 65 kg, BB
saat sakit64 kg Kepala bentuk simetris, tercium bau tidak sedap karena selama
dirawat di klinik pasien tidak pernah keramas, tidak terdapat kutu pada rambut
dan tidak ada benjolan atau pun luka pada kepala. Rambut ikal, pendek,
penyebaran rambut merata, tidak terdapat uban. Mata (Penglihatan) baik,
struktur mata simetris, kebersihan cukup karena tidak ada secret / kotoran,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pergerakan bola mata baik, pasien
tidak memakai alat bantu (kacamata). Hidung simetris, tidak ada secret yang
menumpuk, tidak terdapat peradangan. Terlihat bersih, tidak terdapat serumen /
cairan, bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada
perdarahan atau peradangan. Mukosa bibir kering, tidak ada peradangan pada mulut,
gigi pasien masih lengkap, lidah tampak kotor. Tidak ada pembesaran pada
kalenjar getah bening dan tyroid. Bentuk simetris, tidak terdapat benjolan, pasien
tidak menggunakan alat bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x/
menit.Abdomen bentuk simetris, tidak ada pembesaran hati dan limpa, terdapat
nyeri dengan skala 4, peristaltic usus 18 x / menit.Genetalia pasien mengatakan
dalam keadaan baik dan bersih. Ekstremitas tidak terdapat fraktur, tidak
terdapat edema, dan tidak ada bekas luka, terpasang infus RL ditangan kiri 20
tetes / menit.
Hasil Pemeriksaan fisik yang dilakukan
terdapat hasil rata-rata pasien mengalami penurunan berat, ditandai dengan bb
yang menurun, wajah tampak pucat, terdapat nyeri di epigastrium serta mual
munta jika demam tidak segera ditangani. Dari data tersebut terdapat
kesinambungan antara teori di jurnal dan hasil yang didapatkan.
2.
Diagnosis
keperawatan
Dari data hasil pengkajian pada Tn. S
dapat di terdapat tiga diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan
Agen pencedera fisiologis (Inflamasi), Hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit (Infeksi) dan Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor
psikologis. Berdasarkan diagnosa SDKI masalah yang muncul pada gangguan rasa
nyaman yaitu nyeri akut. Jadi masalah keperawatan antara teori dengan hasil
penelitian penulis sudah sesuai
3.
Rencana
Tindakan Keperawatan
Nyeri akut
berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Inflamasi) Setelah dilakukan
asuhan keperawatan nyeri akut dapat teratasi dengan indicator kriteria hasil:
a. Skala
nyeri 0
b. Mampu
mengontrol nyeri
c. Tanda-tanda
vital dalam batas normal
d. Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Mampu
mengenali nyeri
Adapun
intervensi yang dilakukan sebagai berikut :
1.
Identifikasi sekala
nyeri
2.
Identifikasi penyebab
nyeri
3.
Monitoring tanda-tanda
vital
4.
Monitoring sekala nyeri
5.
Ajarkan teknik
nonfarmakolgi tarik nafas dalam
6.
Beri lingkungan yang
nyaman
7.
Tingkatkan istirahat
yang adekuat.
8.
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan.
9.
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat alagetik
Pada perencanaan keperawatan hasil
penelitian penulis sudah sesuai dengan teori yang tercantum dalam buku (Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia, 2017).
4.
Implementasi Keperawatan
Implementasi
yang dilakukan penulis pada Tn. S dimulai pada tanggal 13 April – 15 April 2020
adalah mengindentifikasi sekala nyeri, memantau tanda-tanda vital,
mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient yang sesuai kebutuhan,
mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, mengajarkan cara kompres dingin,
memberikan penkes tentang emam thypoid, memberikan posisi tidur yang nyaman,
menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering, berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, serta kolaborasi
dengan obat analgetik.
5.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah mengukur respon pasien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan
(Potter & Perry, 2009).
Masalah nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (
mis. Inflamasi) pada Tn. S 13 April - 15 April 2020 dilakukan evaluasi
keperawatan melalui data subjektif dan data objektif. Data subjektif pada tanggal
13 April 2020 padan Tn. S mengatakan nyeri dengan sekala 4 dibagian perut, Data
objektif pasien tampak lemas, TD: 140/90, Nadi 102 /m, Suhu 38,2 C, pasien
tampak meringis kesakitan, pasien tidak rileks.
Pada tanggal 14 April 2020 evaluasi Tn. S mengatakan
nyeri sudah sedikit berkurang namun masih hilang timbul, evaluasi objektif
sekala nyeri pasien 2, pasien tampak kurang fokus, TD: 130/90, Nadi 10 /m, Suhu
37,8 C.
Evaluasi subjektif pada hari ketiga pada tanggal 15 April
2020 didapatkan data Tn. S mengatakan sudah tidak nyeri dan merasa nyaman, Data
objektif pasien tampak tenang, TD: 120/80, Nadi 85 /m, Suhu 36,8 C, pasien
tampak rileks.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan terdapat
keberhasilan dalam mengatasi masalah gangguan rasa nyaman sebesar 70%. Dari
jumlah keseluruhan pasien dengan demam Thypoid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dari pengumpulan data dapat dibuat kesimpulan secara umum sebagai
berikut:
1.
Pengkajian
Pengumpulan data
ini telah mendapatkan hasil Tn. S mengatakan Demam, nyeri dibagian perut, dan
susah tidur.
2.
Diagnosis
keperawatan
Diagnosis
yang ditemukan pada Tn. S yaitu nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera
fisiologis (Inflamasi), Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi),
dan resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis.
3.
Rencana
tindakan keperawatan
Rencana
tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. S secara komprehensif dengan
memfokuskan pada satu masalah keperawatan yang penulis ambil sesuai judul karya
tulis ilmiah ini yaitu “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien
Dengan Demam Tyhpoid di Klinik
Karya Husada Kabupaten Pesawaran Tahun 2020”.
.Adapun
rencana tindakan keperawatan adalah mengindentifikasi sekala nyeri, memantau
tanda-tanda vital, mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient yang
sesuai kebutuhan, mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, mengajarkan cara
kompres dingin, memberikan penkes tentang demam thypoid, memberikan posisi
tidur yang nyaman, menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering, berkolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
serta kolaborasi dengan obat analgetik.
4.
Implementasi
keperawatan
Implementasi
yang dilakukan oleh penulis pada pasien mulai tanggal 13 April 2020 – 15 April2020
adalah “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan
Demam Tyhpoid di Klinik Karya
Husada Kabupaten Pesawaran Tahun 2020”.
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan seperti memonitoring
tanda-tanda vital ( TD, Suhu, Respirasi, Nadi, dan BB), memantau skala nyeri,
kolaborasi dengan ahli gizi, koleborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgetik.
5.
Evaluasi
keperawatan
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari pada pasien didapatkan hasil
yaitu skala nyeri 0 pasien mengatakan nyaman dan TTV dalam rentang normal.
B.
Saran
Dengan adanya
uraian diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi
instansi poltekkes tanjung karang
Hasil
pengumpulan data ini diharapkan dapat dijadikan refensi dan bahan pembelajaran
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan peserta didik tentang
Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Dengan Demam
Tyhpoid.
2. Bagi
Klinik Karya Husada
Kabupaten Pesawaran.
Diharapkan
Klinik Karya Husada
Kabupaten Pesawaran mampu meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan terutama pada pasien demam thypoid dengan masalah nyeri akut .
3. Bagi
profesi
Hasil
mengumpulan data ini diharapkan dapat menjadi reverensi bagi penulis
selanjutnya tentang Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien
Dengan Demam Tyhpoid dengan metode penulisan yang lebih baik lagi.
4. Bagi
Pasien
Diharapkan
pasien dapat tetap menjalankan pengobatan agar dapat membantu proses pemulihan
dan kecukupan gizi, serta pasien dapat selalu hidup sehat.
DAFTAR
PUSTAKA
Amadea Yollanda, Nur Widayati, R. (2016). Konsep
Penyakit. Jurnal Pustaka Kesehatan, 4, 547–554.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2019). Kematian Ibu Hamil
di Provinsi Lampung. Kesehatan, Faktor-Faktor Penyebab Demam
Thypoid, 657–701.
Djoko
. (2017). buku kmb II. Salemba Medika.
Henderson., dkk. (2016).
Buku Ajar Konsep Keperawatan medikal bedah.
Huda Amin Nurarif, K. H. (2018). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (O. Yudha, Budi
(ed.); 1st ed.). Percetakan Mediaction Publishing.
Imelda, A. D. (2017). Penanganan Awal Kejadian Demam Thypoid,Kesehatan,
V(Preeklapsia Berat).
Indiarti. (2019). Buku Ajar Konsep Penyakit. Sinar
Harapan.
Kozier DKK. (2017). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
(7th ed.). Salemba Medika.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
(5th ed.). Salemba Medika.
Perry, P. &. (2009). Foundamental Keperawatan (7th
ed.). Salemba Medika.
Prawirorahardjo, S. (2016). Ilmu Keperawatan. Bina Pustaka.
Saputra Agus. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia. Bina
Pustaka.
Sarifatul & Sumartih. (n.d.). Analisis Asuhan Keperawatan
demam Tyhpoid di Ruang Flamboyan RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Kesehatan,
XIII(Analisi Keperawatan Ibu Hamil Preeklapsia Berat).
Team Pokja SDKI, SIKI, S. D. P. (2017). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (1st ed.). Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
TIM Pojok SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (2nd ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Lampiran
1.
Lembar bimbingan pembimbing 1 dan 2
2.
Informed Consant
3.
Lembar Masukan Ujian
4. Format Asuhan Keperawatan
I.
PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : _______________________________
NIM :
______________________ Tgl Pengkajian :
_______________
Ruang rawat : ______________________ No. Register : _________________
A. IDENTITAS
PASIEN
1. Nama : _______________________________
2. Umur : ________ tahun
3. Jenis
kelamin : L
/ P *
4. Pendidikan :
____________________
5. Pekerjaan : ____________________
6. Tgl
masuk RS : ____________________ Waktu : ………….. WIB
7. Dx.
Medis : ____________________
8. Alamat : ____________________
B.
RIWAYAT
KESEHATAN
Cara
Masuk : ( ) Melalui IGD (
) Melalui Poliklinik ( )
Transfer ruangan _________________
Masuk
ke Ruangan pada tanggal : _________________
Waktu : ___________ WIB
Diantar
Oleh : ( ) sendiri (
)Keluarga ( ) Petugas Kesehatan ( )
Lainnya __________________
Masuk
dengan menggunakan : ( ) Berjalan
( ) Kursi Roda ( )
Brankar ( ) Kruk
( ) Walker
( )
Tripod ( ) Lainnya, Jelaskan _________________________
Status
Mental saat masuk : ( ) Kesadaran :
____________________________________________
(
) GCS : E______ M______ V______
Tanda
Vital Saat Masuk : TD _________mmHg
Nadi
________x/menit ( ) teratur ( ) Tidak
teratur ( ) Lemah
( ) Kuat
RR
_________x/menit ( ) teratur ( ) Tidak
teratur
Nyeri
:
Numeric Rating Scale
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Pain Moderate Worst Possible
Verbal Rating Scale
|
|
|
|
|
No Pain Mild Pain Moderate Severe Very Severe Worst Possible
Wong & Baker Faces
Rating Scale
1. Keluhan
utama saat pengkajian :
_______________________________
2. Riwayat
penyakit Sekarang :
____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
3.
Riwayat Alergi (Obat,
Makanan, dll) :
____________________________________________________________________________________________________________________________
4. Bentuk
reaksi alergi yg dialami :
___________________________________________________
5.
Daftar obat/Herbal yang
sering digunakan sebelum masuk RS :
NAMA OBAT/HERBAL |
FREKUENSI |
NAMA OBAT/HERBAL |
FREKUENSI |
__________________ |
______________ |
__________________ |
______________ |
__________________ |
______________ |
__________________ |
______________ |
__________________ |
______________ |
__________________ |
______________ |
6. Riwayat
penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit sekarang:
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
7. Riwayat
penyakit keluarga :
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
C.
PEMERIKSAAN
FISIK
TANDA – TANDA VITAL : TD : ………………..mmHg, Nadi :
…………….x/menit ( ) kuat
( ) lemah( ) Teratur
( ) Tidak teratur RR : …….. x/mnt ( )
teratur ( ) tidakTeratur. Irama nafas : ( ) normal
( ) Cheyne Stokes ( )
Biot
( ) Kussmaul
( ) Hyperventilasi (
) Apneustik
STATUS MENTAL : (
) composmentis ( ) Delirium
( ) Somnolen ( ) Stupor
( ) Koma
1. Kepala
:
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
2. Leher
:_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
3. Thorax ( Jantung & Paru):
a. Inspeksi :
______________________________________________________________________________________________________________
b. Palpasi :
______________________________________________________________________________________________________________
c. Perkusi :______________________________________________________________________________________________________________
d. Auskultasi
:
______________________________________________________________________________________________________________
4. Abdomen
a.
Inspeksi :
______________________________________________________________________________________________________________
b.
Auskultas:______________________________________________________________________________________________________________
c.
Palpasi :
______________________________________________________________________________________________________________
d.
Perkusi :
__________________________________________________
5. Punggung
& Tulang Belakang :
_________________________________________________________________________________________________________________________
6. Genetalia
& Rektum :
________________________________________________________________________________________________________________________________
7. Ekstremitas
Atas & Bawah :
___________________________________________________________________________________________________________________
8.
9. Pemeriksaan
Khusus :
a. Neurologi
Sensorik :
___________________________________________________________
Motorik : ___________________________________________________________
Reflek Fisiologis : Bicep : kanan_____ kiri
_____ Tricep : kanan_____ kiri
_____
Tendo Achiles : kanan_____ kiri
_____ Abdomen : _______
Reflek Patologis dan rangsang meningeal :
Babinsky : kanan_____ kiri
_____ Brudzinsky I : ________
Brudzinsky II : _______ Chadok : ______ Hoffman Turner :_______
Laseque : _______ Kaku
Kuduk : _______sss
12 Syaraf Kranial :
D.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG DIAGNOSTIK
(Laboratorium,
Radiologi, USG, CT Scan, MRI, Kultur, dll bila diperlukan buat dalam bentuk
daftar / table hasil pemeriksaan yg menunjukkan perkembangan hasil pemeriksaan)
E.
DAFTAR
TERAPI (OBAT, CAIRAN, dll)
NAMA |
DOSIS RUTE PEMBERIAN |
MULAI PEMBERIAN |
INDIKASI (lihat
DOI) |
EFEK SAMPING (lihat
DOI) |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Komentar
Posting Komentar