PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI 11,12,16,31,36 DAN 46 PADA KASUS CENTRAL DIASTEM RAHANG BAWAH (LAPORAN KASUS)
PROSEDUR
PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI
11,12,16,31,36 DAN 46 PADA KASUS CENTRAL
DIASTEM
RAHANG BAWAH
(LAPORAN KASUS)
Oleh
:
EKA
AYU WINANDA
NIM :
1712401039
KARYA
TULIS ILMIAH
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN
TEKNIK GIGI
2020
PROSEDUR
PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI
11,12,16,31,36 DAN 46 PADA KASUS CENTRAL
DIASTEM RAHANG BAWAH
(LAPORAN KASUS)
Karya tulis ilmiah diajukan sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Teknik Gigi
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Oleh
:
EKA
AYU WINANDA
NIM :
1712401039
KARYA
TULIS ILMIAH
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN
TEKNIK GIGI
2020
POLITEKNIK KESEHATAN
TANJUNGKARANG
JURUSAN TEKNIK GIGI
Karya
Tulis Ilmiah, April 2020
Eka Ayu Winanda
Prosedur Pembuatan Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik Pada Kehilangan Gigi 11, 12, 31, 36, 46 Dan 46
Pada Kasus Central Diastem Rahang Bawah
Xv + 49 halaman, 1 tabel, 29 gambar, dan 4 lampiran
RINGKASAN
Geligi
tiruan yang menggantikan satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta
jaringan sekitarnya dan didukung oleh gigi dan atau jaringan dibawahnya, serta
dapat dikeluar-masukkan kedalam mulut oleh pemakainya, dikenal sebagai Geligi
Tiruan Sebagian Lepasan (removable
partial denture).
Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk memaparkan prosedur pembuatan, memaparkan
hambatan-hambatan dan hasil dari pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
pada kehilangan gigi 11,12,16,31,36 dan
46 pada kasus central diastem rahang
bawah.
Prosedur
pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yaitu, penulis menerima model
dan surat perintah kerja (SPK) dari dokter, kemudian mentransfer desain sesuai
dengan SPK, survey dan block out, membuat galangan gigit (bite rime), penyusunan elemen gigi,
pembuatan cengkeram, flasking, boiling out, packing, deflasking, finishing dan polishing.
Kesimpulannya
prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada central diastem sama dengan prosedur
pembuatan gigi tiruan pada umumnya yang membedakan hanya pada saat penyusunan
gigi di space yang sempit. Kendalanya
pada saat penyusunan gigi di space
yang sempit elemen gigi harus diradir menyesuaikan space yang ada, dan pada saat finishing
untuk menentukan batas desain plat cukup sulit karena pada saat uji coba
gigi tiruan malam plat dibuat full. Sarannya pada saat penyusunan gigi harus
memiliki keterampilan yang baik, agar tidak merubah bentuk titik kontak elemen
gigi dengan gigi asli, dan pada tahap wax
contouring sebaiknya desain plat mengikuti desain awal dari dokter gigi,
agar mempermudah pada saat finishing.
Kata Kunci :
Central Diastem
Daftar Bacaan :
25 (1988- 2017)
BIODATA PENULIS
Nama :
Eka Ayu Winanda
NIM :
1712401039
Tempat/Tanggal Lahir :
Kalianda, 11 November 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Jurusan : Teknik Gigi
Tahun Ajar : 2020
Alamat : Jl.Pratu M.Amin LK
05 RT/RW 002/001
Kel.Kalianda Kec.Kalianda Kabupaten
Lampung
Selatan Provinsi Lampung
Riwayat
Pendidikan:
1.TK (2004 –
2005) :
TK Dharma Wanita Lampung Selatan
2.SD (2005 –
2011) :
MIN 1 Lampung Selatan
3.SMP (2011 –
2014) : SMP Negeri 1 Kalianda
4.SMA (2014 –
2017) : SMK Hampar Baiduri Kalianda
5.D III (2017 –
2020) :
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
JurusanTeknik Gigi
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL
Karya
Tulis Ilmiah
PROSEDUR
PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI
11,12,16,31,36 DAN 46
PADA
KASUS CENTRAL DIASTEM
RAHANG
BAWAH
(LAPORAN
KASUS)
Penulis
EKA
AYU WINANDA / NIM : 1712401039
Telah diterima
dan disetujui tim pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Diploma III Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknik Gigi
Bandar
Lampung, Maret 2020
Disetujui
oleh,
Tim
Pembimbing KTI
PEMBIMBING UTAMA
drg.
Suryani Catur S,M.Kes
NIP . 19660913 199301 2 001
PEMBIMBING PENDAMPING
Rani
Helmira, SKM
NIP. 19850320 201012 2 002
Mengertahui,
Penanggungjawab
KTI
Drg.
Bintang H. Simbolon,M.Kes
NIP . 19591110 199311 2 001
LEMBAR
PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah
PROSEDUR
PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI
11,12,16,31,36 DAN 46
PADA
KASUS CENTRAL DIASTEM
RAHANG
BAWAH
(LAPORAN
KASUS)
Penulis:
EKA
AYU WINANDA / NIM : 1712401039
Diterima
dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Ujian Akhir Program Diploma
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknik Gigi sebagai persyaratan
menyelesaikan pendidikan diploma III
Bandar Lampung, April 2020
Penguji Utama
drg.
Bintang H. Simbolon, M.Kes
NIP.
19591110 199311 2 001
Penguji Pendamping I
drg.
Suryani Catur S, M.Kes.
NIP. 19660913 199301 2 001
Penguji Pendamping II
Rani
Helmira, SKM
NIP.
19850320 201012 2 002
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Gigi
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
drg.
Bintang H. Simbolon, M.Kes
NIP.
19591110 199311 2 001
LEMBAR PERNYATAAN
Yang
bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama
: Eka Ayu Winanda
NIM : 1712401039
Jurusan
: DIII Teknik Gigi
Menyatakan
bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan karya tulis ilmiah
yang berjudul :
PROSEDUR
PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI
11,12,16,31,36 DAN 46 PADA KASUS CENTRAL
DIASTEM RAHANG BAWAH
Apabila
suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian
surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya.
Bandar Lampung, Mei
2020
Eka Ayu Winanda
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur atas ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat, dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan Akrilik Pada Kehilangan Gigi 11,12,16,31,36 Dan 46 Pada Kasus Central Diastem Rahang Bawah”.
Penulisan
karya tulis ilmiah ini penulis ajuka sebagai salah satu syarat kelulusan pada
program Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknik Giggi.
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini bukan hanya sebagai syarat untuk
menyelesaikan pendidikan tetapi menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca. Selama penulis karya tulis ilmiah ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1.
Keluarga
dirumah terutama ibu, atas doa, kasih sayang, kepercayaan, kesabaran,
pengorbanan, perhatian, dan dukungannya tanpa henti.
2.
drg.
Suryani Catur S, M.Kes selaku pembimbing I yang telah membimbing dan memberi
saran sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3.
Rani
Helmira, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan saran, arahan dan
masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.
4.
drg.
Gina Rovianty, Sp. Pros selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan di RSPAD Gatot
Soebroto, Jakarta Pusat yang telah memberikan saran serta nasehat yang
membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ILmiah ini.
5.
Pak
Agus, Pak Agung, Pak Habib, Pak Cuendi, Mba Indah, Mba Ninik dan seluruh
pegawai RSPAD Gatot Soebroto Departemen Gigi dan Mulut yang telah memberikan
bimbingan, dukungan dan saran.
6.
Terimakasih
untuk orang terdekat Yosiko Budi Prasetyo atas dukungan, semangat dan setia
membantu dan menemani penulis dalam perihal mengerjakan karya tulis ilmiah ini
hingga selesai.
7.
Terimakasih
kepada teman seperjuangan Kumala Izah selaku teman kosan yang selalu memberi
support dan semangatnya, Gita Tiara Kasih D U,Diah Erlita, Atiqoh Azzahro,
Yesica Putri Arum dan adik-adik tingkat yang telah membantu dan memotivasi.
8.
Terimakasih
kepada alumni kak Larasati Anggi Pratiwi, Jemmy Apriyansyah, Rokhmat Ridho
Prabowo yang telah memberi masukan dan saran.
9.
Terimakasih
teman-teman SMP dan SMA atas semangat dan doanya.
Penulis
menyadari atas keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga
terdapat banyak kekurangan baik isi maupun penggunaan kalimat dalam pemaparan
karya tulis ilmiah ini.Penulis mengharapkan karya tulis ilmiah ini berguna bagi
kita semua khususnya Mahasiswa Jurusan Teknik Gigi karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran agar karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik
dan bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, Mei
2020
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
JUDUL i
RINGKASAN ii
BIODATA PENULIS iii
LEMBAR PERSETUJUAN iv
LEMBAR PENGESAHAN v
LEMBAR PERNYATAAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Masalah 3
C.
Tujuan Penulisan 3
D.
Manfaat Penulisan 3
E.
Ruang Lingkup Penulis 4
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik
1. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik 5
2. Fungsi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan 5
3. Akibat Kehilangan Gigi Tanpa Pengganti 6
4. Kelebihan dan Kekurangan Gigi Tiruan Sebagian 8
Lepasan
Akrilik
B.
Kelainan
Malposisi
1. Crossbite 8
2. Deepbite 9
3. Protusif 9
4. Crowded 9
5. Migrasi dan Rotasi Gigi 9
6. Ekstrusi 10
C.
Klasifikasi
Knnedy
1. Kelas I Kennedy 10
2. Kelas II Kennedy 10
3. Kelas III Kennedy 11
4. Kelas IV Kennedy 11
D.
Komponen
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
1. Cengkeram Kawat 12
2. Basis Gigi Tiruan 16
3. Elemen Gigi Tiruan 17
E.
Desain
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
1. Menentukan Kelas Dari Daerah Tak Bergigi 19
2. Menentukan Jenis Dukungan Dari Setiap Sadel 19
3. Menentukan Jenis Penahan 19
4. Menentukan Jenis Konektor 20
F.
Retensi
Dan Stabilisasi
1. Retensi 20
2. Stabilisasi 21
G.
Diastem
1. Definisi Diastem 22
2. Etiologi Diastem 22
3. Faktor Penyebab Terjadinya Diastem Sentral 22
H.
Pembuatan
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan 23
BAB
III PROSEDUR PEMBUATAN
A.
Identitas Pasien 29
B.
Surat
Perintah Kerja 29
C.
Alat
dan Bahan 29
D.
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan 30
E.
Prosedur
Pembuatan 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil 42
B.
Pembahasan 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan 46
B.
Saran 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR
GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
Gambar
2.1 Klasifikasi Kelas I Kennedy 10
Gambar
2.1 Klasifikasi Kelas II Kennedy 11
Gambar
2.3 Klasifikasi Kelas III Kennedy 11
Gambar
2.4 Klasifikasi Kelas IV Kennedy 12
Gambar
2.5 Cengkram Tiga Jari 13
Gambar
2.6 Cengkram Dua Jari 13
Gambar
2.7 Cengkram Full Jackson 14
Gambar
2.8 Cengkram Half Jackson 14
Gambar
2.9 Cengkram S 15
Gambar
2.10 Cengkram Anker Crib 15
Gambar
2.11 Cengkram C 16
Gambar
3.1 Merapihkan Model Kerja 31
Gambar
3.2 Penentuan Desain 32
Gambar
3.3 Transfer Desain 32
Gambar
3.4 Block
Out 33
Gambar
3.5 Pembuatan Bite Rim 34
Gambar
3.6 Penyusunan Elemen Gigi Anterior 35
Gambar
3.7 Penyusunan Elemen Gigi Posterior 36
Gambar
3.8 Pembuatan Cengkram 36
Gambar
3.9 Flasking 37
Gambar
3.10 Boiling Out 38
Gambar
3.11 Packing 39
Gambar
3.12 Curing 39
Gambar
3.13 Deflasking 40
Gambar
3.14 Finishing 40
Gambar
3.15 Polishing 41
Gambar
4.1 Sebelum Menggunakan Protesa dan Sesudah 42
Menggunakan
Protesa
Gambar
4.2 Hasil Protesa 43
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Table
3.1 Nama Alat dan Bahan 30
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
LAMPIRAN
1 SURAT PERINTAH KERJA
LAMPIRAN
2 SURAT PERNYATAAN LAHAN PRAKTEK
LAMPIRAN
3 LEMBAR KERJA PKL RSPAD GATOT
SOEBROTO
LAMPIRAN
4 LEMBAR QUESIONER
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kehilangan gigi
merupakan suatu keadaan lepasnya satu atau lebih gigi dari soketnya atau
tempatnya. Kejadian hilangnya gigi, biasa terjadi pada anak-anak mulai usia 6
tahun yang mengalami hilangnya gigi sulung dan kemudian digantikan oleh gigi
permanen. Kehilangan gigi permanen pada orang dewasa sangatlah tidak diinginkan
terjadi, biasanya kehilangan gigi terjadi akibat penyakit periodontal, trauma,
dan karies (Anshary 2014).
Kehilangan gigi
yang dibiarkan terlalu lama dan di biarkan tanpa penggantian akan menyebabkan
migrasi dan rotasi gigi, erupsi berlebih, penurunan efisiensi pengunyahan,
gangguan pada sendi temporomandibula, beban berlebih pada jaringan pendukung,
kelainan bicara, memburuknya penampilan, terganggunya kebersihan mulut, atrisi,
dan efek terhadap jaringan lunak mulut (Siagian, 2016). Kehilangan gigi yang
tidak segera diganti dengan gigi tiruan dapat menyebabkan migrasi. Kehilangan gigi ini dapat diatasi dengan pembuatan gigi tiruan
cekat atau gigi tiruan lepasan (Sumartati; dkk, 2013).
Migrasi gigi
adalah gejala umum untuk hilangnya stabilitas oklusal setelah pencabutan gigi
dan atau hilangnya struktur periodontal pada penyakit periodontal. Pada
setidaknya 30% pasien dengan periodontitis parah, migrasi gigi (flaring) gigi di daerah frontal adalah alasan utama bagi pasien
untuk mencari perawatan periodontal (Klineberg Iven; dkk, 2015). Tooth migration adalah perubahan posisi
gigi (pergeseran gigi) akibat gangguan antara daya mempertahankan gigi pada
posisi yang normal dengan daya yang melepaskan gigi tersebut akibat penyakit
periodontal. Karakteristik toot migration
antara lain ditandai dengan adanya diastema, ekstrusi gigi, rotasi dan
labioversi (Ismail Ade, 2015).
Diastema dapat
didefinisikan sebagai jarak atau ruang antara permukaan proksimal gigi yang
berdekatan yang lebih besar dari 1 mm. Diastema patologis terlihat di antara
gigi insisivus sentral rahang atas maupun rahang bawah dapat disebut dengan
diastema sentral (Putri Seisarita; dkk, 2017). Faktor penyebabnya adalah
defisiensi struktur gigi, migrasi gigi pada regio anterior, kebiasaan buruk,
kelainan struktur pada daerah garis tengah, overbite
yang dalam, faktor genetika, penyakit periodontal, dan perlekatan frenulum yang
tidak normal yang berhubungan dengan sutura intermaksilaris (Jazaldi dan
Pubiarti, 2008).
Migrasi akibat
kehilangan gigi dapat diantisipasi dengan pembuatan gigi tiruan. Geligi tiruan
yang menggantikan satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta jaringan
sekitarnya dan didukung oleh gigi dan atau jaringan dibawahnya, serta dapat
dikeluar-masukkan kedalam mulut oleh pemakainya, dikenal sebagai Geligi Tiruan
Sebagian Lepasan (removable partial denture)
(Gunadi; dkk, 1991). Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan alternatif
perawatan prostodontik yang tersedia dengan biaya yang lebih terjangkau untuk
sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi.( Wahjuni Sri,2017). Terdapat tiga
jenis gigi tiruan sebagian lepasan yang dibedakan menurut bahan basis gigi
tiruannya, yaitu gigi tiruan kerangka logam, gigi tiruan akrilik, dan gigi
tiruan dengan bahan nilon termoplastik (Sumartati; dkk, 2013).
Pada kegiatan
praktek kerja lapangan di RSPAD Gatot Soebroto dari tanggal 06 Januari – 31
Januari 2020 penulis mendapatkan kasus dengan kehilangan gigi 11, 12,16,
31,36,dan 46. Dokter memberikan rekomendasi kepada tekniker gigi untuk
dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik untuk mengembalikan fungsi
pengunyahan, estetik dan mempertahan kan gigi agar tidak terjadi migrasi yang
berlebih. Kesulitan yang ditemukan pada
kondisi tersebut adalah dalam hal penyusunan elemen gigi tiruan karena terdapat
ruang yang sangat sempit.
Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah mengenai
prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada kehilangan gigi 11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: bagaimana teknik
penyusunan elemen gigi tiruan pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
akrilik pada kehilangan gigi 11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya
tulis ini adalah:
1.
Tujuan
Umum
Untuk
memaparkan prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada kehilangan gigi 11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Untuk
memaparkan teknik penyusunan gigi yang tepat pada prosedur pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan akrilik pada
kehilangan gigi 11,12,16,31,36 dan 46
pada kasus central diastem rahang
bawah.
b.
Untuk
memaparkan hambatan-hambatan yang dihadapi pada saat prosedur pembuatan.
c.
Untuk
melaporkan keberhasilan gigi tiruan pada saat dipakai oleh pasien.
D. Manfaat
Penulisan
1.
Manfaat Bagi Penulis (Tekniker Gigi)
Untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan penulis pada prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
akrilik pada kehilangan gigi 11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.
2.
Bagi Pengguna Protesa
Manfaat
bagi pengguna protesa adalah untuk membantu memperbaiki estetis penderita, dan memperbaiki pengunyahan.
3. Bagi
Institusi Pendidikan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknik Gigi
Karya
tulis ilmiah bagi institusi yaitu untuk menambah referensi yang dapat digunakan
dalam mengembangkan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, khususnya di
laboratorium Jurusan Teknik gigi Politeknik Kementrian Kesehatan Tanjungkarang
sebagai dasar pendidikan bagi mahasiswa.
4. Bagi Pembaca
Manfaat bagi pembaca yaitu menambah wawasan bagi para pembaca dan juga sebagai
sumber ilmu pengetahuan yang bermanfaat tentang prosedur pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik pada kehilangan
gigi 11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.
E. Ruang
Lingkup
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
penulis membatasi pembahasan mengenai prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan akrilik pada kehilangan
gigi 11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Gigi
Tiruan Sebagian LepasanAkrilik
1.
Definisi Gigi Tiruan
Sebagian LepasanAkrilik
Menurut
Glossary of Prosthodontic gigi tiruan
sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi yang
asli, tetapi tidak seluruh gigi asli atau struktur pendukungnnya, didukung oleh
gigi serta mukosa, yang dapat dilepas dari mulut dan dipasangkan kembali oleh
pasien sendiri (Rahmayani, 2013).
2.
Fungsi Gigi Tiruan
Sebagian LepasanAkrilik
Untuk
menghindari dampak yang tidak diinginkan akibat hilangnya gigi tanpa ada
pengganti maka dibuat suatu alat tiruan sebagai pengganti gigi yang sudah
hilang. Secara lebih rinci, fungsi pengganti gigi tiruan dapat diuraikan
sebagai berikut: (Siagian V. Krista, 2016)
a.
Pemulihan fungsi
estetik: Hilangnya gigi dapat disebabkan karena karies, penyakit periodontal,
trauma atau gigi yang mengalami malposisi dan karena pencabutan. Untuk pasien
dengan gigi depan malposisi, protrusif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki
dengan perawatan prosthodonti tetapi tetap ingin memperbaiki penampilan
wajahnya, biasanya dibuatkan suatu gigi geligi tiruan yang dipasang langsung
segera setelah pencabutan gigi.
b.
Peningkatan fungsi
bicara: Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat memengaruhi
suara penderita, misalnya pasien yang kehilangan gigi depan atas dan bawah.
Kesulitan bicara dapat timbul meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini
gigi geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya
ia
mampu kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi
lawan bicaranya.
c.
Perbaikan dan
peningkatan fungsi pengunyahan: Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan
sebagian gigi biasanya mengalami perubahan. Kehilangan beberapa gigi terjadi
pada kedua rahang, tetapi pada sisi sama, maka penguyahan akan dilakukan
semaksimal mungkin oleh geligi asli pada sisi lainnya. Dalam hal seperti ini,
tekanan kunyah akan dipikul satu sisi atau sebagian saja. Setelah pasien
memakai protesa, ternyata ia merasa perbaikan. Perbaikan ini terjadi karena
sekarang tekanan kunyah dapat disalurkan secara lebih merata keseluruh bagian
jaringan pendukung. Dengan demikian protesa ini berhasil mempertahankan atau
meningkatkan efisiensi kunyah.
d.
Mempertahankan jaringan
mulut yang masih tersisa dengan menggunakan gigi tiruan dan mengurangi efek
yang timbul karena hilangnya gigi. Pasien yang menggunakan gigi tiruan dapat
terbantu mencerna makanan dengan baik, menjaga geligi yang masih ada agar tidak
hilang, dan mencegah resorpsi tulang alveolar.
e.
Pencegahan migrasi
gigi: Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak
memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya
menyebabkan renggangnya gigi-gigi lain. Dengan demikian terbukalah kesempatan
masuknya makan pada celah itu, sehingga mudah terjadi akumulasi plak
interdental. Hal ini menjurus pada peradangan periodontal. Bila pasien
menggunakan gigi tiruan, hal-hal seperti migrasi dan overerupsi gigi antagonis, akan dapat diatasi dan tidak terjadi
kesulitan di kemudian hari.
3.
Akibat- Akibat
Kehilangan Gigi Tanpa Penggantian
Kehilangan
gigi yang tidak diganti dapat mengakibatkan beberapa dampak, yaitu: (Berta A A,
2014)
a.
Migrasi dan Rotasi Gigi
Hilangnya
keseimbangan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau
berputarnya gigi.Gigi yang tidak menempati posisi yang normal untuk menerima
beban yang terjadi pada saat pengunyahan, sehingga mengakibatkan kerusakan
struktur periodontal.Gigi miring lebih sulit dibersihkan, sehingga menyebabkan
aktivitas karies meningkat.
b.
Penurunan Efisiensi
Kunyah
Kehilangan
gigi terutama gigi posterior akan mengakibatkan berkurangnya efisiensi kunyah
gigi. Kelompok orang yang melakukan diet cukup lunak, tidak banyak makan
memberikan pengaruh.
c.
Gangguan Pada Sendi
Temporo- Mandibula
Kehilangan
gigi bagian belakang (posterior)
dapat menyebabkan hilangnya kontak pengunyahan, kontak pengunyahan yang tidak
tepat pada pergerakan sendi temporomandibular yang merupakan sendi utama dalam
fungsi pengunyahan.Menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang berupa dari
bunyi klicking, terasa sakit hingga
terjadinya aus pada persendian akibat pergerakan yang abnormal.
d.
Beban Berlebihan Pada
Jaringan Pendukung
Bila
penderita kehilangan telah sebagian gigi aslinya, gigi yang masih ada akan
menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan berlebihan.
Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membran periodontal dan lama kelamaan gigi
yang sebelumnya menjadi goyang dan akhirnya dicabut.
e.
Kelainan Bicara dan
Penampilan
Gigi
akan menahan huruf sehingga jelas untuk di dengar. Kehilangan gigi depan atas
bawah sering menyebabkan kesulitan berbicara, karena gigi termasuk bagian dari
fonetik.
f.
Terganggunya Kebersihan
Mulut
Migrasi
dan rotasi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan gigi sebelahnya.Ruang
intreproksimal ini mengakibatkan celah antar gigi makanan mudah masuk.
Kebersihan mulut terganggu, plak mudah menempel, karang gigi mudah terbentuk,
gigi berlubang mudah terbentuk, dan bias menyebabkan kegoyahan gigi.
g.
Erupsi Berlebihan
Gigi
yang sudah tidak memiliki antagonisnya, maka akan terjadi erupsi berlebihan (overeruption). Erupsi berlebih dapat
terjadi tanpa atau disrtai pertumbuhan tulang alveolar. Tanpa pertumbuhan tulang alveolar, struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga
gigi ektrusi. Pertumbuhan tulang alveolar
yang berlebihan, akan menimbulkan kesulitan pada pasien jika suatu saat akan
memakai gigi tiruan lengkap.
4.
Kelebihan dan Kekurangan
Gigi Tiruan Sebagian LepasanAkrilik
a.
Kelebihan Gigi Tiruan
Sebagian LepasanAkrilik
Pada
pembuatannya gigi tiruan sebagian lepasan akrilik dapat menggunakan peralatan
yang sederhana, mudah dalam pembuatan dan dapat direparasi. Gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik memiliki warna yang stabil dan mudah dalam proses
pemolesan. Keuntungan lainnya dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
akrilik yaitu lebih ringan pada saat pemakaian dan harga relatif murah
(Budiharjo; dkk,2014).
b.
Kekurangan Gigi Tiruan
Sebagian LepasanAkrili
Kekurangan
gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada saat digunakan didalam mulut akan
menghantarkan panas yang buruk, kekuatan kurang baik, mudah patah, dan resin
akrilik dapat menyerap cairan mulut sehingga akan mempengaruhi stabilisasi
warna gigi tiruan sebagian lepasan akrilik (Gunadi; dkk, 1995).
B.
Kelainan
Malposisi
1.
Crossbite
Crossbite
adalah keadaan dimana satu atau beberapa gigi depan atas terletak di sebelah
lingual dari gigi depan bawah jika rahang dalam oklusi sentrik. Crossbite anterior yang tidak dirawat
akan menyebabkan fungsi abnormal gigi insisivus bawah, kompensasi insisivus
mandibula mengarah pada pengurangan tulang alveolar
bagian labial dan atau resesi gingiva (Utari,2012).
2.
Deepbite
Deepbite
merupakan kondisi tertutupnya gigi anterior
mandibula oleh gigi anterior maksila
pada bidang vertical secara berlebihan, melebihi tumpang gigit normal maupun
melewati sepertiga incisal gigi incisivus mandibula.Deepbite yang disebabkan oleh faktor gigi dapat terjadi karena
erupsi gigi anterior yang berlebihan,
biasanya terjadi karena jarak gigit yang besar (Mandala dkk, 2014).
3.
Protusif
Protrusif
merupakan salah satu maloklusi yang mempengaruhi penampilan seseorang.
Maloklusi protrusive mempunyai hubungan molar normal, kelainan yang paling
banyak menyertai adalah gigi berdesakan akibat ketidaksesuaian antara ukuran
gigi dengan lengkung rahang (Rahmawati,2013).
Protrusif
gigi anterior merupakan suatu kelainanyang menimbulkan gangguan estetik karena
posisi gigi anterior lebih kedepan sehingga penderita sulit menutup mulut.
Bibir atas terangkat disertai celah interlabial yang membuat estetik wajah
kurang menyenangkan (Zaenab,2010).
4.
Crowded
Crowded dapat
terjadi karena ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi pada posisi yang benar
lebih besar dibandingkan dengan ruang yang tersedia pada lengkung gigi.Crowded sering disebabkan kurangnya
pertumbuhan lengkung rahang untuk menampung gigi sehingga gigi tidak tumbuh
pada posisi yang normal (Rasyid dkk, 2014).
5.
Migrasi
dan Rotasi Gigi
Hilangnya
kesinambungan pada lengkung gigi dapat
menyebabkan pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi tidak berada pada posisi yang
normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan
terjadi kerusakan struktur periodontal (Gunadi; dkk, 1991).
6.
Ekstrusi
Ekstrusiadalah
pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar mengikuti mahkota.Ekstrusi gigi keluar dari soketnya dapat
terjadi tanpa resorpsi dan deposisi
tulang yang dibutuhkan untuk pembentukan kembali dari mekanisme pendukung
gigi.Pada umumnya pergerakan ekstrusi
mengakibatkan tarikan pada seluruh struktur pendukung(Amin dkk, 2016).
C.
Klasifikasi Kehilangan
Gigi MenurutKennedy
Kennedy membagi
keadaan tidak bergigi menjadi empat
kelas yaitu(Loney, 2011).
1.
Kelas I
Kelas I Kennedy merupakan keadaan
kehilangan gigi free end pada kedua
sisi.
Gambar 2.1
Klasifikasi Kelas I Kennedy
(Sumber: Loney, 2011)
2.
Kelas II
Kelas II Kennedy merupakan keadaan kehilangan gigi free end pada satu sisi.
Gambar 2.2
Klasifikasi Kelas I Kennedy
(Sumber: Loney, 2011)
3.
Kelas III
Kelas III
Kennedy merupakan keadaan kehilangan
gigi yang masih ada gigi asli
di mesial dan distalnya pada satu sisi.
Gambar 2.3
Klasifikasi Kelas III Kennedy
(Sumber: Loney, 2011)
4.
Kelas IV
Kelas IV
Kennedy merupakan keadaan kehilangan
gigi yang melewati midline
(garis tengah).
Gambar 2.4
Klasifikasi Kelas IV Kennedy
(Sumber: Loney, 2011)
D.
Komponen Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan Akrilik
1.
Cengkeram Kawat
Secara garis besar cengkeram kawat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu cengkeram Oklusal dan cengkeram Ginggival
yang masing-masing terdiri dari beberapa bentuk.
a.
Cengkeram kawat oklusal
Cengkeram
ini disebut juga Circumferential Type
Clasp. Cengkeram ini merupakan cengkeram yang mencapai daerah undercut retentif dari arah oklusal atau
dari atas garis survey. Bentuk-bentuk
cengkeram ini diantaranya:
1)
Cengkeram Tiga Jari
Berbentuk
seperti Akers Clasp, cengkeram ini
dibentuk dengan jalan menyoldir lengan-lengan kawat pada sandaran atau
menanamnya ke dalam basis.
Gambar 2.5CengkeramTiga
Jari
(Sumber
: Gunadi; dkk, 1991)
2)
Cengkeram Dua Jari
Berbentuk
sama seperti Akers Clasp tetapi tanpa
sandaran, tanpa sandaran cengkeram ini dengan sendirinya berfungsi retentif
saja pada protesa dukungan jaringan.
Gambar
2.6Cengkeram
Dua Jari
(Sumber : Gunadi; dkk, 1991)
3)
Cengkeram Full Jackson
Cengkeram
ini merupakan penahan langsung ortodontic.Indikasi
cengkeram ini pada gigi posterior
yang mempunyai kontak yang baik dibagian mesial dandistal.
Gambar 2.7
Cengkeram Full Jackson
(Sumber:
Gunadi; dkk, 1991)
4)
Cengkeram Half Jackson
Cengkeram
ini sering disebut cengkeram satu jari atau cengkeram C. Indikasi dari
cengkeram ini ialah biasanya dipakai pada gigi posterior yang memiliki kontak yang baik dibagian mesial dan distal
dan bila gigi penjangkarnya terlalu cembung, sering kali cengkeram ini sulit
untuk masuk pada waktu pemasangan protesa.
Gambar
2.8
Cengkeram Half Jackson
(Sumber: Gunadi; dkk, 1991)
5)
Cengkeram S
Cengkeram
ini bersandar pada Cingulum gigi
kaninus.Biasa dipakai untuk gigi kaninus bawah juga dapat digunakan untuk gigi
caninus atas, bila ruang interoklusalnya cukup.
Gambar
2.9
Cengkeram S
(Sumber : Gunadi; dkk, 1991)
6)
Cengkeram Anker Crib
Gambar
2.10Cengkeram
Anker Crib
(Sumber : Gunadi; dkk, 1991)
b.
Cengkeram Kawat Ginggival
Cengkeram
ini disebut bar type clasp. Cengkeram
ini merupakan cengkeram yang mencapai daerah undercut retentif dari arah ginggiva atau dari bawah garis survey.
Cengkeram yang paling umum dipakai yaitu cengkeram C. Lengan retentif cengkeram
ini seperti Cengkeram half jackson dengan
standar (pangkal) ditanam pada basis. Cengkeram ini biasanya digunakan pada gigi
molar bisa juga pada gigi lainnya (Ardhana, 2011).
Gambar 2.11 Cengkeram
C (Sumber :Gunadi; dkk, 1991)
2.
Basis Gigi Tiruan
Basis
gigi tiruan disebut sadel, merupakan
bagian yang menggantikan tulang alveolar
yang sudah hilang dan berfungsi mendukung elemen gigi tiruan.
a.
Fungsi Basis GigiTiruan
Basis
gigi tiruan memiliki fungsi sebagai dukungan elemen gigi, menyalurkan tekanan
oklusal ke jaringan pendukung.Basis gigi tiruan memiliki fungsi lainnya yaitu
sebagai faktor estetik, kemajuan dunia kedokteran gigi sangat memungkinkan
pemberian warna dan mengembalikan kontur wajah penderita sehingga terlihat
alamiah. Memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada di bawah dasar geligi
tiruan dan untuk memberikan retensi dan stabilisasi pada geligi tiruan (Gunadi;
dkk, 1991).
b.
Syarat-syarat bahan basis
Bahan
basis protesa ideal harus memenuhi persyaratan yaitu permukaan keras sehingga
tidak mudah tergores atau aus, penghantar termis, berat jenis rendah, mudah
dibersihkan, warna sesuai dengan jaringan sekitarnya, dapat dicekatkan kembali
dan harga ekonomis (Gunadi, 1991).
c.
Macam-macam bahan basis
gigitiruan
Bahan
basis gigi tiruan biasanya terbuat dari metal, resin atau metal-resin.
1)
Metal atau kerangka logam
Pada
basis metal terdapat indikasi pemakaian yaitu penderita yang hipersensitif
terhadap resin akrilik. Kelebihan dari bahan basis metal yaitu dapat
menghantarkan panas yang baik serta tidak menyerap cairan mulut sehingga tidak
mudah berbau. Kekurangan bahan basis metal yaitu tidak dapat dicekatkan kembali
apabila patah dan warna basis metal tidak harmonis dengan warna jaringan
disekitar mulut (Gunadi, 1991).
2)
Resin akrilik
Indikasi
pemakaian resin akrilik yaitu sebagai alat untuk menyelesaikan masalah estetik
dan fonetik, karena alasan keuangan oleh pasien, resin dipilih sebagai bahan
basis protesa. Kelebihan bahan resin akrilik yaitu warna harmonis dengan
jaringan sekitarnya dan dapat dicekatkan kembali. Kekurangan pada resin akrilik
yaitu penghantar panas yang buruk, mudah terjadi abrasi pada saat dibersihkan
serta dapat menyerap cairan mulut yang dapat menyebabkan bau tidak sedap
(Gunadi, 1991).
3)
Metal-resin
Basis
kombinasi ini berupa rangka dari metal, dilapisi dengan resin untuk tempat
perlekatan elemen gigi tiruan, dan bagian yang berkontak dengan mukosa mulut
(Gunadi, 1991).
3.
Elemen Gigi Tiruan
Elemen
gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
menggantikan gigi asli yang hilang (Gunadi, 1991).Dalam pemilihan elemen gigi
tiruan anterior dan posterior terdapat faktor- faktor yang
harus diperhatikan diantaranya:
a.
Ukuran Gigi
Dalam
pemilihan ukuran gigi terdapat hal-hal berikut ini, diantaranya:
1) Panjang Gigi
Bertambahnya usia dapat
menyebabkan lebih banyak permukaan incisal
aus karena pemakaian sehingga mahkota menjadi pendek. Menentukan panjang
gigi dapat dilihat dari garis tertawa, garis ini menentukan panjang maksimal
gigi yang terlihat pada saat seseorang
tertawa. Biasanya 2/3 panjang gigi terlihat pada saat tertawa (Gunadi,1991).
2) Lebar
Gigi
Menurut John H. Lee
jarak antara kedua ujung tonjol kaninus atas sesuai dengan lebar hidung. Bila
lebar hidung 30 mm (hidung sempit), ukuran 6 gigi anterior berkisar antara 39- 40 mm. Bila lebar hidung 35 mm (hidung
medium), ukuran 6 gigi anterior
berkisar 42-44 mm. Bila ukuran hidung 40 mm (hidung lebar), maka ukuran 6 gigi
anterior berkisar 46-49 mm (Gunadi, 1991).
b.
Warna Gigi
Warna
gigi yang lebih muda dapat memberi kesan seolah-olah gigi lebih
besar.Selanjutnya gigi terlihat lebih kecil, bila jarak servik insisal lebih
panjang.
c.
Jenis Kelamin
Menurut
Frush dan Fisher garis luar gigi depan atas bersudut lebih tajam. Sebaliknya
gigi wanita memiliki garis luar gigi yang merupakan kurvenya.
d.
Umur Penderita
Bentuk
gigi biasanya berubah dengan bertambahnya usia. Pada orang lanjut usia, tepi incisal sudah mengalami atrisi, aus
karena pemakaian, panjang mahkota juga dapat bertmbah panjang (Gunadi, 1991).
E.
Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrili
Pembuatan desain merupakan salah satu faktor penting
dan penentu keberhasilan atau kegagalan dalam pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan, sebuah desain yang tepat dapat mencegah kerusakan jaringan pada mulut.
Ada empat cara dalam pembuatandesain:
1.
Menentukan Kelas dari
Daerah Tak Bergigi
Daerah
tak bergigi pada satu lengkung gigi dapat bervariasi dalam hal panjang, macam,
jumlah dan letaknya. Ini akan mempengaruhi rencana dalam pembuatan desain gigi
tiruan akrilik baik dalam bentuk sadel, konektor maupun dukungannya.
2.
Menentukan Jenis
Dukungan dari Setiap Sadel
Bentuk
daerah tak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup (paradental) dan daerah
berujung bebas (ujung bebas).Sesuai dengan sebutan ini, bentuk sadel dari gigi
tiruan dibagi menjadi dua macam juga yaitu, sadel
tertutup atau paradental (sadel parental) dan sadel berujung bebas (sadel
ujung gratis) yaitu dukungan dari mukosa dan kombinasi.Ada tiga dukungan untuk sadel paradental, yaitu dukungan dari
gigi, mukosa, serta gigi dan mukosa (Kombinasi) (Gunadi: dkk, 1995).
3.
Menentukan Jenis
Penahan
Menentukan dua jenis penahan (retainer) untuk gigi tiruan yaitu
penahan langsung dan penahan tak langsung.Penahan langsung (direct retainer) diperlukan untuk setiap gigi tiruan, sedangkan
penahan tak langsung (indirect retainer) tidak
selalu dibutuhkan untuk setiap gigi tiruan. Untuk menentukan jenis penahan,
terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikanyaitu:
a.
Dukungan sadel
Berkaitan
dengan pengubahan dari jenis cengkeram yang akan dipakai dan penyangga gigi
yang ada atau dibutuhkan.
b.
Stabilisasi dari gigi
tiruan
Berhubungan
dengan jumlah dan jenis gigi pendukung yang ada dan akan dipakai.
c.
Estetika
Untuk
prothesa resin bentuk konektor bervariasi dan dipilih sesuai indikasinya. Dasar
pertimbangan penggunaan konektor biasanya dilihat dari pengalaman pasien,
stabilisasi dan bahan gigi tiruan
(Gunadi, 1995).
4.
Menentukan Jenis
Konektor
Untuk resin protesa, konektor yang dapat
digunakan berbentuk plat.Pada protesa dipilih logam bentuk konektor beragam dan
dipilih sesuai indikasinya (Gunadi; dkk, 1995).
F.
Retensi danStabilisasi
1.
Retensi
Retensi merupakan kemampuan geligi
tiruan melawan gaya-gaya pemindah yang cenderung memindahkan protesa ke arah
oklusal. Contoh gaya pemindah adalah aktivitas otot-otot pada saat bicara,
tertawa, batuk, menelan dan bersin
(Gunadi; dkk, 1991).
Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi gigi tiruan :
a.
Cengkeram
Retainer dapat dibagi menjadi 2 kelompok, pertama retainer langsung (direct retainer) yang berkontak
langsung dengan permukaan gigi penyangga dan dapat berupa cengkeram.
Selanjutnya, retainer tak langsung (indirect
retainer) yang memberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas
protesa kearah oklusal dan bekerja pada basis.
b.
Perluasan Basis Geligi Tiruan
Desain basis gigi tiruan dibuat cenderung menutupi
seluas mungkin permukaan jaringan lunak, sampai batas toleransi pasien. Hal ini
sesuai dengan prinsip dasar biomekanik, yaitu gaya oklusal harus disalurkan ke
permukaan seluas mungkin, sehingga tekanan persatuan luas menjadi kecil dan
sehingga dapat meningkatkan faktor retensi dan stabilisasi (Watt, D.M, 1992).
c.
Peripheral seal
Faktor yang mempengaruhi retensi suatu gigi tiruan
adalah pengap periferi.Efektivitas pengap perifer sangat mempengaruhi efek
retentif dari tekanan atmosfer.Tampaknya tekanan fisik ini terutama bertanggung
jawab terhadap tekanan-tekanan yang dapat melepaskan suatu gigi
tiruan.Pentingnya penutupan tepi yang kedap udara disekeliling tepi gigi tiruan
tidak dapat diabaikan (Watt, D.M, 1992).
2.
Stabilisasi
Stabilisasi
merupakan gaya untuk melawan pergerakan geligi tiruan dalam arah horizontal.
Dalam hal ini semua bagian dari cengkeram berperan kecuali bagian terminal
(ujung) lengan retentif, dibanding yang berbentuk batang, cengkeram
sirkumferensial memberikan stabilisasi lebih baik, karena mempunyai sepasang
bahu yang tegar dan lengan retentif yang lebih fleksibel.(Gunadi, 1991).
Faktor-faktor stabilisasi diantaranya:
a.
Permukaan oklusal
Permukaan
oklusal adalah bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau hampir
berkontak dengan permukaan yang sesuai dari gigi tiruan lawan atau gigi asli.
b.
Permukaan poles
Permukaan
poles adalah bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari permukaan
oklusal termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang
biasanya dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi, permukaan ini
berkontak dengan bibir, pipi dan lidah.
c.
Permukaan cetakan
Permukaan
cetakan adalah bagian dari permukaan gigi tiruan yang konturnya ditentukan oleh
cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang terbentang ke permukaan
mukosa (Gunadi, 1991).
G.
Diastema
1.
Definisi Diastema
Diastema adalah suatu ruang yang
terdapat diantara dua buah gigi yang berdekatan(Proffit dan Field, 2000). Central
diastem merupakan suatu maloklusi yang sering muncul dengan ciri khas yaitu
berupa celah yang terdapat diantara gigi insisivus sentral rahang atas maupun
rahang bawah (Moyers, 1988).
2.
Etiologi Diastema
Banyak
faktor penyebab terjadinya diastema sentral. Berdasarkan beberapa penelitian
(Sutjiati, 2011) prevalensi diastema sentral pada orang dewasa berkisar antara
1,6%-25,4% dan pada anak-anak usia 6 tahun mendekati 98%, pada usia 11 tahun
49% dan pada usia 11-18 tahun 7%.Lebih sering terjadipada laki-laki
dibandingkan perempuan. Orang kulit hitam memiliki diastema lebih banyak
dibandingkan orang kulit putih.
3.
Faktor penyebab
terjadinya diastema sentral yang terjadi yaitu: (Anggraini, 2013).
a.
Ukuran gigi insisivus
lateral kecil
Hampir 5% dari beberapa orang mengalami variasi
dalam hal ukuran gigi. Gigi yang paling sering mengalami variasi bentuk dan
ukuran ialah gigi insisivus lateral.
b.
Rotasi gigi insisivus
Pada beberapa kasus atau lebih gigi insisivus
mengalami rotasi yang mencapai perputaran sampai 90 derajat dari posisi
normalnya terhadap lengkung gigi.
c.
Perlekatan frenulum
yang abnormal
Hal ini terjadi karena perlekatannya berada pada
jaringan lunak diantara gigi insisivus sentral dan bahkan sampai kepalatum.
d.
Gigi supernumerary dimedian line
Gigi supernumerari mempunyai bentuk dan lokasi yang
bervariasi, baik vang terjadi pada gigi sulung dan permanen.Gigi tersebut yang
biasanya konus disebut mesiodens.Gigi
supernumerary biasanya menimbulkan crowding dan harus dicabut. Biasanya
gigi mesiodens yang dicabut akan menyebabkan diastema.
e.
Penutupan median line
yang tidak sempurna
Terjadi kegagalan dalam penutupan median line karena
adanya kegagalan pada saat pertumbuhan atau perkembangan gigi dan rahang.
H.
Pembuatan Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan
1.
Model Kerja
Membersihkan
dan merapihkan model kerja dari nodul dan bagian bagian tajam model agar mudah
didesain dan memperlancar pembuatan gigi tiruan.Bersihkan nodul menggunakan lecron dan rapihkan basis model
menggunakan mesin trimmer.
2.
Survey
Prosedur
ini yaitu penentuan lokasi dan garis luar dari kontur terbesar serta undercut
dan posisi gigi serta jaringan disekitarnya pada model rahang.Survey dilakukan menggunakan surveyor
untuk mengetahui batas survey dan undercut pada model kerja. Agar mempermudah
protesa untuk keluar masuk pada saat digunakan.
3.
Block
Out
Block out
merupakan proses menutup daerah undercut
dengan menggunakan gips, agar undercut
yang tidak menguntungkan tidak
menghalangi keluar masuknya protesa. Selain menggunakan gips dapat juga
menggunakan malam yang diteteskan.
4.
Pembuatan Bite Rim
Bite rim
atau galangan gigit digunakan untuk menentukan tinggi bidang oklusal.Pembuatan bite rim ini dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu: menggunakan wax rime former
atau dengan lembaran malam yang digulung.Ukuran pembuatan bite rim untuk rahang atas tinggi anterior 10-12 mm dan lebar 5 mm, untuk posterior tinggi 8-10 mm dengan lebar 10 mm, sedangkan untuk rahang
bawah tinggi anterior 6-8 mm dan lebar 5 mm, untuk posterior tinggi 3-6 mm dengan lebar 10 mm. Rasio lebar bite rim rahang atas 2:1 (bukal-palatal)
dan rahang bawah 1:1 (bukal-palatal).
5.
Pembuatan Cengkeram
Cengkeram
dibuat mengelilingi gigi dan menyentuh sebagian besar kontur gigi untuk
memberikan retensi, stabilisasi serta sebagai support untuk gigi tiruan
sebagian lepasan.
6.
Penanaman Model Pada
Okludator
Okludator
adalah alat yang digunakan untuk meniru gerakan tinggi bidang oklusal. Penanaman
okludator yang baik ialah sesuai dengan bentuk oklusi, garis median okludator
harus berhimpitan dengan garis median pada model, bidang oklusal sejajar dengan
bidang datar, serta gips pada model kerja rapi atau tidak menutupi batas
anatomi model kerja.
7.
Penyusunan Elemen Gigi
Tiruan
Penyusunan
gigi dilakukan secara bertahap dari gigi anterior
kemudian penyusunan gigi posterior.Pada
saat menyiapkan gigi anterior posterior
atas, permukaan labial setiap gigi yang akan disusun ditarik porosnya. Gigi harus memenuhi syarat inklinasi
mesio-distal dan antero-posterior.
a.
Gigi Incisivus 1 Atas
Titik kontak sebelah mesial berkontak
dengan garis tengah, gerakan gigi miring 5 ° terhadap garis tengah, bagian incisal naik 1/3 incisivus satu rahang bawah.
Tepi incisal sedikit masuk
kepalatal untuk memberi dukungan pada bibir dan insisal tepi masuk atas linggir
rahang.
b.
Gigi Incisivus 2 Atas
Titik kontak kontak dengan gigi depan incisivus satu kanan rahang atas, poros
gigi miring 5 ° terhadap garis tengah, tepi incisalnya naik 2 mm di atas bidang
oklusal. Bagian depan posterior condong lebih
ke palatal dan incisal di atas
linggir rahang.
c.
Gigi Caninus Atas
Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal,
titik kontak caninus berkontak dengan distal incisivus dua, cangkir puncak diatur atau tepat pada bidang
oklusal.
d.
Gigi Premolar 1 Atas
Sumbu gigi berdiri tegak lurus oklusal,
puncak cups bucal tepal pada atau
lengkap bidang oklusal cusp palatal kira-kira 1 mm di atas bidang oklusal.
e.
Gigi Premolar 2 Atas
Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal,
puncak cusp bucal dan palatal
menutupi bidang oklusal, permukaan bukal sesuai dengan lengkung gigitan rim di
atas linggir rahang.
f.
Gigi Molar 1 Atas
Sumbu gigi pada servikal sedikit miring
kearah mesial, mesio-bucal cusp dan disto-palatal cusp terangkat 1 mm di
atas bidang oklusal, mesio-palatal cusp
sesuai pada bidang oklusal, kontak mesial
dua atas.
g.
Gigi Molar 2 Atas
Inklinasi mesio-bucal porosnya condong ke distal, inklinasi antero-posterior
cusp-cuspnya terangkat 2 mm dari bidang oklusal.
Pada gigi anterior posterior bawah, gigi
disusun tegak lurus prosesus alveolaris kecuali gigi kaninus sedangkan
servikalnya lebih ke labial, Gigi disiapkan dengan overjet 2-4 mm dan overbite
2 mm. Posisi gigi anterior rahang bawah
dilihat dari labial, tepi incisal membentuk
kurva yang sesuai dengan lengkung rahang.
a.
Gigi Incisivus 1 Bawah
Sumbu gigi tegak lurus terhadap bidang
oklusal, permukaan labial sedikit depresi pada bagian servikal, titik kontak
mesial tepat pada garis tengah.
b.
Gigi Incisivus 2 Bawah
Sumbu gigi sedikit miring ke mesial, titik
kontak mesial insisivus 2 berkontak dengan titik kontak distal insisivus I
rahang bawah.
c.
Gigi Kaninus Bawah
Sumbu gigi lebih miring kemesial, ujung
cups menyentuh bidang oklusal dan berada diantara gigi insisiv dua dan caninus
rahang atas. Sumbu gigi lebih miring ke mesial dibandingkan gigi insisiv dua
rahang bawah.
d.
Gigi Premolar 1 Bawah
Inklinasi mesio-distal tegak lurus bidang
oklusal, inklinasi antero-posterior Cusp
bucal tergantung pada pusat gigi premolar satu dan kaninus rahang atas
e.
Gigi Premolar 2 Bawah
Inklinasi mesio-distal tegak lurus bidang
oklusal, inklinasi anterior-posterior
cusp bucalnya tergantung pada sentral gigi premolar satu dan premolar dua rahag
atas.
f.
Gigi Molar 1 Bawah
Cusp
Gigi molar satu rahang atas rahang atas berada di molar satu gigi rahang bawah,
cusp bucal gigi molar satu rahang
bawah rahang bawah berada di bawah sentral.
g.
Gigi Molar 2 Bawah
Tanggul malam dipotong sesuai dengan gigi
M-2 bawah dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal, dan antero-posterior.Dilihat dari bidang oklusal cusp bukalnya berada
di atas linggir rahang (Itjingningsih, 1991).
8.
Wax
Contouring
Membentuk dasar dari geligi tiruan malam sedemikian rupa sehingga
harmonis dengan otot-otot penderita dan semirip mungkin dengan anatomis gusi
dan jaringan lunak dalam mulut akan menghasilkan geligi tiruan yang stabil. Kontur
yang dibentuk dalam pembuatan wax counturing yaitu: tonjolan akar berentuk
huruf V, daerah interproksimal harus sedikit cembung, meniru daerah-daerah
interdental papilah, daerah bukal posterior atas menutupi tuberositas (sedikit
cembung) dan daerah palatal sampai garis "A-H line", daerah bukal posterior bawah biasanya didaerah molar dibuat cekung, daerah
lingual, bentuk rugae pada langit-langit, dan haluskan semua permukaan luar
geligi tiruan malam dengan menggunakan api sampai mengkilat.
9.
Flasking
Flasking
adalah suatu proses penanaman model malam ke flask untuk mendapatkan mould
space. Flasking memiliki dua metode, yaitu:
a.
Pulling
the casting yaitu dimana setelah boiling out, gigi-gigi akan ikut pada flask bagian atas. Keuntungan: memulas separating medium (CMS)
dan packing nya mudah, karena seluruh
mould terlihat.
b.
Holding
the casting yaitu dimana permukaan labial
gigi-gigi ditutup gips sehingga setelah boiling
out akan terlihat seperti gua kecil. Pada waktu packing adonan resin akrilik harus melewati bagian bawah gigi untuk
mencapai daerah sayap. Keuntungan: tinggi gigitan dapat dicegah.
10. Boiling Out
Pembuangan pola malam dengan cara direbus dan disiram dengan air panas
pada cuvet. Tujuannya untuk menghilangkan wax
dari model yang telah ditanam ke dalam flask
untuk mendapatkan mould space.
11. Packing Acrylic
Packing
adalah proses pencampuran monomer dan polimer resin akrilik kemudian dimasukkan
ke dalam ruangan yang terdapat pada cuvet. Ada dua metode packing, yang pertama yaitu dry
method dimana monomer dan polimer dicampur langsung di dalam mould. Kedua adalah wet method ialah mencampurkan monomer dan polimer diluar mould dan bila sudah mencapai dough stage dimasukkan ke dalam mould.
12. Curing
Proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimer bila
dipanaskan atau ditambah bahan kimia lain.
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan biasanya lebih sering pemanasan heat curing yang dilakukan dengan cara
dimasukkan ke dalam air yang belum mendidih dan ditunggu selama ±60 menit (1
jam).
13. Deflasking
Deflaking
adalah proses melepaskan protesa gigi tiruan resin akrilik dari dalam kuvet
dengan menggunakan tang gips dan model dikeluarkan secara utuh (Itjingningsih,
1991).
14. Finishing
Proses membersihkan sisa-sisa bahan tanam dan merapikan sisa-sisa
akrilik dengan menggunakan bur fissure
lalu dihaluskan dengan amplas. Agar mempermudah pada saat polishing sehingga permukaan langsung terlihat mengkilat.
15. Polishing
Proses pemolesan protesa gigi tiruan
sebagian lepasan dengan menggunakan feltcone
dan pumice / abu gosok untuk
menghilangkan guratan setelah halus dan bersih untuk mengkilapkannya
menggunakan sikat putih blue angel
(Itjiningsih,1992).
BAB
III
PROSEDUR
LABORATORIUM
Pada
bab ini, penulis menguraikan tentang “prosedur
pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada kehilangan gigi 11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem” yang dikerjakan
dilaboratorium Teknik Gigi RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat.
A. Identitas
Pasien
Nama :
Ny.S
Umur : -
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat : Laboratorium Teknik Gigi RSPAD Gatot Soebroto
Dokter Gigi : drg.Gina Rovianty, Sp.Pros.
Warna gigi : A3
Kasus : Pasien kehilangan gigi 11,12,16, 31,36 dan 46
B. Surat
Perintah Kerja
Dokter gigi meminta untuk dibuatkan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik rahang atas dan rahang bawah dengan Surat Perintah
Kerja (SPK).
1.
Gigi
yang akan digantikan 11, 12,16,
31,36,dan 46
2.
Desain
plat rahang atas dan rahang bawah dibuatkan sadel dengan perluasan basis kearah
posterior hingga distal gigi molar dua.
3.
Dibuatkan
cengkeram C pada gigi caninus kanan,
premolar dua kiri dan molar dua kanan pada rahang atas, dan untuk rahang bawah
sedangkan pada rahang bawah pada gigi
premolar dua kiri dan kanan, dan molar dua kanan.
C. Persiapan
Alat dan Bahan
Untuk pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan akrilik ini dibutuhkan alatdan
bahan sebagai berikut :
Table 3.1 Alat dan Bahan
NO |
ALAT |
NO |
BAHAN |
1. |
Bowl |
1. |
CMS |
2. |
Kuas |
2. |
Pumice |
3. |
Kuvet |
3. |
Vaseline |
4. |
Lecron |
4. |
Blu Angel |
5. |
Amplas |
5. |
Klammer 0,7 |
6. |
Spatula |
6. |
Dental Stone |
7. |
Kompor |
7. |
Plaster Of Paris |
8. |
Okludator |
8. |
Base Plate Wax |
9. |
Wax Knife |
9. |
Luquid Heat Curing |
10. |
Mixing jar |
10. |
Heat Curing Acrylic |
11. |
Tang Gips |
11. |
Elemen Gigi Tiruan Anterior |
12. |
Tang Bulat |
12. |
Elemen Gigi Tiruan Posterior |
13. |
Cellophane |
|
|
14. |
Mesin Poles |
|
|
15. |
Tang Potong |
|
|
16. |
Tang Tiga Jari |
|
|
17. |
Mesin Trimmer |
|
|
18. |
Tang Borobudur |
|
|
19. |
Press Statis
dan Dinamis |
|
|
20. |
Hanging Bur dan Mata Bur |
|
|
D. Waktu
dan Tempat Pembuatan
Waktu pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
dimulai tanggal 24 Januari – 31 Januari 2020.Tempat pembuatan di Laboratorium
Teknik Gigi RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat.
E.
Prosedur Pembuatan
Langkah-langkah dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik ini
adalah sebagai berikut:
1.
Merapihkan
Model
Model kerja dibersihkan dari nodul-nodul
menggunakan lecron agar mempermudah kita pada saat mendesain dan pada proses pengerjaan,
bagian tepi model yang berlebihan dirapihkan dengan mesin trimmer sampai batas
mukosa bergerak dan tidak bergerak (Gambar
3.1).
Gambar 3.1 Merapihkan Model Kerja
2.
Penentuan
Desain
Desain digunakan untuk mengetahui bentuk
plat, retensi dan stabilisasi seperti apa yang baik untuk pasien pada kasus
ini, mempermudah kita membuat suatu protesa dan mempermudah dalam proses
pengerjaannya.Dalam pembuatan desain ditentukan desain plat dan macam-macam
dukungan dan penahan. Desain plat yang digunakan sadel atau tapal kuda, dengan
retensi cengkeram C dan perluasan basis hingga distal gigi molar dua (Gambar 3.2).
Gambar 3.2 Penentuan Desain
3.
Transfer
Desain
Langkah selanjutnya ialah mentransfer
desain dengan cara menggambarkan desain pada model kerja menggunakan pensil
sesuai dengan surat perintah kerja (SPK) (Gambar
3.3).
Gambar 3.3 Transfer Desain
4.
Survey dan Blockout Pada Model Kerja
Survey dilakukan menggunakan pensil yaitu menandai daerah yang tidak
menguntungkan atau undercut dengan
cara menempelkan ujung pensil pada model dan digerakan mengikuti kontur gigi. Blockout dilakukan pada bagian distal
premolar dua dan mesial molar rahang atas, premolar dua kanan dan kiri dan
mesial molar rahang bawah dengan cara ditutup pada daerah undercut yang tidak menguntungkandengan gips putih menggunakan
lecron .(Gambar 3.4).
Gambar 3.4 Block Out
5.
Pembuatan Bite Rim
Pembuatan bite rim dilakukan dengan cara
mengoleskan CMS pada model kerja
bagian desain agar wax/biterim mudah
dilepas. Selanjutnya dilakukan pembuatan basis menggunakan base plate wax yang dilunakan diatas api, kemudian ditekankan pada
model kerja sesua lengkung gigi dengan batas desain yang telah ditentukan.
Tinggi dan lebar bite rim disesuaikan dengan gigi yang masih ada, yaitu sejajar
dengan incisal dan cups gigi yang masih ada (Gambar 3.5).
Gambar 3.5 Pembuatan Bite Rim
6.
Penyusunan
Gigi
Penyusunan
gigi mengikuti gigi yang masih ada, pada gigi anterior disusun edge to edge (Gambar 3.6).Warna elemen gigi yang digunakan adalah A3. Berikut
tahap-tahap penyusunan elemn gigi:
a.
Penyusunan
Gigi Anterior
1)
Insisivus
satu kanan rahang atas
Titik kontak
sebelah mesial berkontak dengan titik kontak gigi mesial gigi sebelahnya, gigi
disusun diatas linggir rahang, titik kontak sebelah mesial tepat pada garis
tengah, incisal edge terletak diatas
bidang datar. Pada penyusunan ini dibuat edge
to edge yaitu tetap mengikuti oklusi gigi pasien dengan overbite dan overjet 0 mm.
2)
Insisivus
dua kanan rahang atas
Titik kontak
sebelah mesial berkontak dengan distal insisivus satu kanan rahang atas, gigi
disusun diatas linggir rahang, tepi incisal naik 2 mm diatas bidang oklusal. Inklinasi
antero-posterior bagian servikal
condong lebih ke labial. Pada gigi insisivus dua ini penulis menggunakan elemen
gigi insisivus satu karena jika tetap menggunakan elemen gigi insisivus dua
tidak dapatnya titik kontak antara gigi caninus karena space yang terlalu
besar, sehingga penulis meradir elemen giginya menyerupai bentuk gigi insisivus
dua.
3)
Insisivus
satu rahang bawah
Titik kontak
mesial berkontak dengan mesial gigi insisivus kanan, titik kontak distal
berkontak dengan sebelah mesial gigi insisivus kiri. Elemen gigi diradir pada
bagian mesial, distal serta servikal
elemen gigi tiruan sampai menyesuaikan space yang ada. Kontak antara gigi
rahang atas edge to edge.
Gambar 3.6 Penyusunan Gigi Anterior
b.
Penyusunan
Gigi Posterior
Titik kontak
mesial molar satu berkontak dengan sebelah distal premolar dua, gigi diradir
pada bagian mesial, distal dan servikal elemen gigi tiruan sampai menyesuaikan
space yang ada. Penyusunan elemen gigi posterior cups to cups, yaitu gigi molar
satu kanan dan kiri pada rahang atas
bagian cups bukal gigi berkontak
dengan cups bukal molar dua rahang bawah, sedangkan cups bukal molar satu kiri
dan kanan rahang bawah berkontak dengan cups bukal premolar dua atas (Gambar 3.7).
Gambar 3.7 Penyusunan Elemen Gigi
Posterior
7.
Pembuatan
Cengkeram
Cengkeram yang digunakan yaitu cengkeram C
yang diletakan pada gigi caninus dan
gigi molar kanan dan kiri rahang atas, premolar dua bawah dan molar kanan dan
kiri rahang bawah, dengan cara kawat dipotong menggunakan tang potong sesuai
kebutuhan, kemudian ditekuk menyesuaikan kontur terbesar dari gigi yang akan
dibuatkan lengan cengkram menggunakan tang borobudur dan tang tiga jari dibuat
sesuai desain yang ditentukan (Gambar
3.8).
Gambar
3.8 Pembuatan Cengkram
8.
Flasking
Metode yang
digunakan yaitu holding the cast supaya tidak terjadinya peninggian gigitan:
Adapun tahapannya
sebagai berikut:
a.
Sebelum
proses flasking seluruh bagian cuvet dan
model kerja diulasi vaselin.
b.
Gips diaduk
didalam bowl menggunakan spatula kemudian dituang kedalam cuvet bawah, tanam
model kerja didalam kuvet tersebut dan dirapihkan.
c.
Setelah gips
mengeras permukaan gips kuvet bawah diulasi vaselin, kuvet atas dipasang , gips
dituangkan sampai batas permukaan kuvet kemudian tutup dan pres menggunakkan
statis (Gambar 3.9).
Gambar 3.9 Flasking
9.
Boiling Out
Tahap selanjutnya yaitu boiling out dengan cara kuvet dimasukkan
ke dalam panci dengan air mendidih selama ±15 menit. Setelah selesai, kuvet
diangkat dan dipisahkan antara kuvet atas dan bawah. Model kerja disiram dengan
air mendidih hingga tidak ada lagi sisa wax pada mould space, pada bagian
tepi yang tajam dirapihkan menggunakan lecron.
Kemudian model kerja disiram air panas lagi dan disikat menggunakan air
sabun agar sisa wax benar-benar
hilang.Mould space yang masih hangat diolesi dengan CMS, tunggu sampai kuvet
dingin (Gambar 3.10).
Gambar 3.10 Boiling Out
10.
Packing
Metode yang digunakan adalah wet method dengan bahan heat curing acrylic. Adapun tahapnya
sebagai berikut:
a.
Liquid dan
powder heat curing acrylic dicampur
dalam mixing jar, kemudian ditutup
dan tunggu hingga dough stage.
b.
Setelah dough stage, adonan dimasukkan kedalam mould space kuvet rahang bawah, pastikan
semua permukaan mould space terisi,
lalu lapisi selopan dan dipres perlahan menggunakan pres statis.
c.
Akrilik yang
berlebih dibuang dengan rapih, lalu pres kembali hingga akrilik yang berlebih
tidak ada, pres dilakukan sebanyak 3 kali, pada saat pres terakhir permukaan
akrilik diolesi liquid terlebih dahulu lalu pres sampai metal to metal dan
tunggu hingga kurang lebih 15 menit (Gambar
3.11).
Gambar 3.11 Packing
11.
Curing
Polimerisasi heat curing acrylic dilakukan dengan cara perebusan akrilik didalam panci dengan hand press
selama satu jam dimulai dari air dingin sampai air mendidih. Kemudian kuvet
didinginkan kurang lebih 1 jam baru dibuka (Gambar
3.12).
Gambar 3.12 Curing
12.
Deflasking
Setelah
dingin kuvet dibuka dan protesa yang tertanam pada gips dikeluarkan dari kuvet.
Bahan tanam atau gips yang menempel dibuang dengan tang gips dan bur secara
perlahan dan hati-hati agar protesa tidak patah (Gambar 3.13).
Gambar 3.13 Deflasking
13.
Finishing
Protesa
dilepaskan dari model kerja dan sisa stone dibersihkan dengan menggunakan bur freezer. Bagian tepi dan permukaan
protesa dirapihkan dengan freezer
hingga menjadi halus.Kemudian gigi tiruan d ihaluskan dengan amplas kasar
sampai amplas halus (Gambar 3.14).
Gambar 3.14 Finishing
14.
Polishing
Untuk
menyempurnakan hasil akhir, protesa dipoles menggunakan mesin poles dengan pumice menggunakan sikat hitam dan feldcone. Setelah permukaan akrilik
halus dan tidak terlihat adanya goresan, protesa dicuci dengan air bersih
hingga sisa-sisa pumice
hilang.Permukaan akrilik dikilapkan menggunakan sikat putih dengan bahan blue angle.Setelah mengkilat protesa
dicuci dan dibersihkan dari sisa-sisa bahan poles (Gambar 3.15).
A B
C
Gambar 3.15
Polishing (A. Menghaluskan protesa, B. Mengkilapkan
protesa, C. Protesa telah jadi)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Berdasarkan “Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan Akrilik Pada Kehilangan
Gigi 11,12,16,31,36 Dan 46 Pada Kasus Central Diastem “ yang telah penulis
lakukan di laboratorium Teknik Gigi RSPAD Gatot Sobroto Jakarta Pusat dari
tanggal 24-31 Januari 2020, hasil yang didapat sebelum dan sesudah pemakaian
gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebagai berikut: (Gambar 4.1)
1.
Bentuk
hasil akhir protesa sesuai dengan desain yang telah ditentukan oleh dokter (Gambar 4.2)
2.
Basis
gigi tiruan tidak porus, permukaan protesa terlihat halus dan mengkilap.
3.
Pasien
merasa nyaman dan senang setelah protesa dipakai.
4.
Retensi
yang didapatkan dari pembuatan cengkeram C cukup baik.
5.
Stabilisasi
yang didapatkan dari perluasan basis hingga bagian distal gigi molar dua cukup mendukung.
6.
Warna
elemen gigi tiruan sesuai dengan warna gigi asli pasien.
B A
Gambar 4. 1(A.Pasien sebelum menggunakan protesa,
B. Pasien
setelah menggunakan protesa
Gambar 4.2 Hasil Protesa
B. Pembahasan
Karya tulis ilmiah ini dibuat berdasarkan laporan
kasus yang penulis lakukan di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Adapun kasus
yang telah dilakukan tahap pengerjaannya oleh penulis ialah prosedur pembuatan
gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
pada kehilangan gigi 11,12,16,31,36
dan 46 pada kasus central diastema.
Prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
akrilik dalam pembuatannya dimulai dari tanggal 24-31 Januari.Prosedur yang
dilakukan ialah prosedur klinik dan prosedur laboratorium. Prosedur
laboratorium meliputi penerimaan model kerja, transfer desain, block out model kerja pembuatan bite rim, pembuatan cengkram, penyusunan
gigi, flasking, boiling out, packing,
curing, deflasking finishing dan polishing.
Pembuatan gigi tiruan ini bertujuan untuk menggantikan
gigi asli yang telah hilang sebagai upaya memperbaiki estetika, memperbaiki
fungsi pengunyahan, memperbaiki jaringan mulut yang tersisa,dan memperbaiki fungsi mastikasi serta mencegah
migrasi gigi yang berlebih pada gigi anterior rahang bawah.
Pembuatan
galangan gigit atau bite rim dibuat
sesuai dengan bentuk dan lebar gigi yang masih ada, dan tinggi galangan gigit
disesuaikan atau sejajar tinggi gigi
yang masih ada. Pada rahang atas dibuatkan plat pola malam/wax full agar
mempermudah pada saat try in, sehingga
mudah dilepas pasang oleh dokter, karena ukuran galangan gigit yang sangat
kecil dan untuk memperkecil resiko patah nya galangan gigit pada saat try in, tetapi saat finishing nanti plat tetap dibentuk tapal kuda
Retensi yang didapat pada rahang atas yaitu dari
pembuatan cengkram C pada gigi caninus kanan, premolar dua kiri dan molar dua
kanan, sedangkan pada rahang bawah pada gigi premolar dua kiri dan kanan, dan
molar dua kanan.
Stabilisasi didapatkan dari perluasaan basis kearah posterior hingga distal gigi molar dua,
karena sisa gigi yang masih ada masih cukup banyak sehingga stabilisasi dengan
perluasan basis cukup.
Penyusunan elemen gigi tiruan anterior maupun
posterior disusun secara edge to edge
mengikuti oklusi gigi asli pasien sehingga overbite
dan overjet 0 mm. Kendala-kendala
yang didapat pada saat proses penyusunan gigi yaitu:
1.
Pada
penyusunan gigi incisive dua, penulis mengalami kesulitan untuk menemukan
ukuran gigi yang sesuai space nya,
sehingga penulis menggunakan elemen gigi incisive satu dan diradir pada bagian
mesial, distal serta servikal elemen gigi tiruan hingga membentuk gigi incisive dua, karena
jika tidak dilakukan seperti itu titik kontak antara gigi incisive dua dengan gigi
caninus tidak berkontak.
2.
Pada
penyusunan gigi posterior rahang atas
maupun rahang bawah, penulis mengalami kesulitan untuk menyisipkan elemen gigi
karena space yang terlalu kecil sehingga untuk mengatasi
kesulitan tersebut, penulis melakukan peradiran bagian mesial distal serta
servikal elemen gigi tiruan untuk menyesuaikan space yang ada, dilakukan sedikit demi sedikit dan berhati-hati.
Metode flasking ada dua yaitu puling the cast dan holding the cast, pada prosedur ini penulis menggunakan metode holding the cast karena elemen gigi yang
ada hanya sedikit dan kecil, dan tidak menggunakan sayap penuh, sehingga tidak
terjadi peninggian gigitan.
Pada tahap finishing pengurangan basis plat pada rahang atas harus
berhati-hati karena model dari protesa telah hancur, sehingga penulis harus
memperhatikan batas desain agar pasien nyaman saat menggunakan protesanya dan
tidak mengganggu jaringan lunak.
Tahap berikutnya yaitu polishing, penulis harus melakukannya
dengan hati-hati karena bentuk protesa yang kecil dan dengan elemen gigi yang
tidak banyak, biasanya rentan patah karena kecepatan mesin poles yang sangat
tinggi.
Perubahan profil wajah
pasien tidak dapat dibandingkan dengan profil wajah sebelum menggunakan gigi
tiruan karena penulis tidak mendapatkan dokumentasi yang cukup, sehingga dari
estetik untuk perubahan wajah pasien tidak dapat terlihat dengan jelas, tetapi
pasien merasa puas dan nyaman.
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka
penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.
Prosedur
pembuatan protesa ini dengan menggunakan bahan akrilik, dimulai dari penerimaan
model kerja, desain, block out,
pembuatan bite rim, penyususnan
elemen gigi, pembuatan cengkram, flasking,
boiling out, packing, deflasking, finishing dan polishing.
2.
Desain
plat yang digunakan pada kasus ini berbetuk tapal kuda, karena terdapat torus
palatinus, basis dibuat harus mengikuti desain sehingga mempermudah pada saat
finishing
3.
Penyusunan
elemen gigi tiruan anterior maupun posterior disusun secara edge to edge mengikuti gigi asli pasien
yang masih ada, sehingga overbite dan
overjet 0 mm. Penyusunan elemen gigi
tiruan anterior dan posterior disesuaikan dengan space yang
ada, sehingga pada gigi posterior
elemen gigi lebih kecil dari gigi aslinya.
4.
Hambatan
pada kasus ini yaitu pada saat
penyusunan elemen gigi karena space yang sempit, dan pada saat proses finishing penulis sulit menentukan batas desain basis gigi tiruan.
5.
Dari
hasil yang diperoleh pada gigi tiruan sebagian lepasan akrilik secara estetik
cukup dapat diterima oleh pasien dan retensi dari cengkeram C serta stabilisasi
yang didapat dari perluasan basis baik. Warna elemen gigi tiruan sesuai dengan
gigi asli pasien dan desain sesuai dengan SPK yang dokter berikan.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas maka penulis
mencoba memberikan saran sebagai berikut:
1.
Harus
mengetahui tahapan prosedur pembuatan yang benar agar hasil protesa sesuai yang
diinginkan dokter gigi.
2.
Diperlukan
kerjasama dan komunikasi baik antara dokter gigi, tekniker dan instruktur
laboratorium agar diperoleh hasil yang optimal.
3.
Pada
saat penyusunan gigi harus memiliki keterampilan yang baik, agar tidak merubah
bentuk titik kontak elemen gigi dengan gigi asli dan harus memperhatikan oklusi
atau gigitan pada model kerja, agar pada saat insersi pasien merasa nyaman.
4.
Saat
tahap wax counturing sebaiknya desain
plat mengikuti desain awal dari dokter gigi, agar mempermudah pada saat finishing.
DAFTAR PUSTAKA
Anshary
Fauzan M, dkk. 2014, Gambaran Pola Kehilangan Gigi Sebagian Pada Masyarakat
Desa Guntung Ujung Kabupaten Banjar.Volume II No 2 Kalimantan Selatan: FKG Universitas lambung Mangkurat. 6 halaman.
Anggraini,N.
2013. Pemilihan Modifikasi Labial Bow pada
Perawatan Ortodonti Lepasan Aktif
Terhadap Pergerakan Gigi dalam Kasus Central Diastem, Karya Tulis Ilmiah Diploma, Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Tanjungkarang,
Tanjungkarang.
Bertha
A A,2014, Pengaruh Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Status Gizi Manusia Di Kota Makassar, Skripsi
Sarjana, Fakultas Kedokteran Gigi Makassar.
Budiharjo,
Adrianto, dkk. 2014, Pengaruh Lama
Pemanasan Pasca Polimerisasi Dengan
Microwave Terhadap Monomer Sisa dan Kekuatan Transversa pada Reparasi Plat Gigi Tiruan Terhadap Resin Akrilik, Yogyakarta:
Jurnal ISSN. Prostodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi UGM. 13 halaman.
Gunadi
Haryanto A, dkk, 1991. Buku Ajar Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I, Jakarta:
Hipokrates. 484 halaman.
Gunadi
Haryanto A, dkk, 1991. . Buku Ajar Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan Jilid II, Jakarta:
Hipokrates. 484 halaman.
Ismail
Ade, 2015,Penatalaksanaan Ekstrusi Gigi
Incisivus Lateral Pada Kasus Pathologic
Tooth Migration Periodontitis KronisnDengan Menggunakan Splint Fixed Appliance, Departemen Periodonsia FKG Universitas
Islam Sultan Agung, Semarang. 3 halaman.
Itjiningsih,
W.H. 1991. Geligi tiruan lengkap lepasan.Jakarta:
buku kedokteran gigi EGC.
Jazaldi
Fadli, Pubiarti Maria,2008, Perawatan
Kasusu Diastem Multiple Secara Multidisiplin,
Jakarta: Jurnal ISSN.FKG Universitas Indonesia. 8 halaman.
Klinerbeg
Iven, Eckert Steven (eds), 2015. Functional
Occlusion In Restorative Dentistry And
Prosthodontics,Australia: Published. 288 halaman.
Loney,
Robert W. 2011. Removable Partial Denture
Manual. Dalhousie: Dalhousie
University. 103 halaman.
Mandala,
2014.Hubungan Perubahan Von Spee pada
Perawatan Deepbite.FKG Gajah
Mada.Yogyakarta.364 halaman.
Mulyani,
Biomekanika Pergerakan Gigi. Jakarta:
Widya Medika.1994
Moyers,
RE.1998.”Handbook of Orthodontics”,Four
Edition. Chicago: Year Book
Medical Pulisher Inc.
NI
Rasyid, dkk, 2014, Efektivitas Busur
Multiloop Edgewise Pada Kasus Crowding
Berat Disertai Palatal Bite, FKG Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.6 halaman.
Putri
Seisarita, dkk, 2017, Prevalensi Diastema
Anterior Pada Remaja Awal, FKG Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh.9 halaman.
Rahmayani,
liana., dkk. 2013.Perilaku Pemakai Gigi
Tiruan Terhadap Pemeliharaan
Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan. Darussalam Banda Aceh: Jurnal PDGI. Universitas Syiah Kuala
Darussalam Banda Aceh. 88 halaman.
______________,
2016, Studi Kekuatan Fleksural Antara
Resin Akrilik Heat Cured Dan
Termoplastik Nilon Setelah Direndam Dalam Minuman Kopi Uleekareng (Coffe Robusta), Banda Aceh, Jurnal: ISSN, FKGUniversitas
Syiah Kuala. 8 halaman.
Siagian
Krista V, 2016, Kehilangan sebagian gigi
pada rongga mulut, Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. 6 halaman.
Sumartati
Yusrina, dkk. 2013. Pengaruh Konsentrasi
Alkohol dan Lama Penggunaan Obat Kumur
Terhadap Modulus Elastisitas Thermoplastic Nylon
Sebagai Bahan Basis Gigi Tiruan, Departemen
Ortodonsia, FKG Gajah Mada,
Yogyakarta. 312 halaman.
TR
Utari, Abdillah Nova, 2012, Perawatan
Crossbite Anterior Pada Masa Gigi Bercampur,
IDJ.Vol I (1), 96-103. Tersedia (https://journal.umy.ac.id/index.php/di/article/viewFile/522/661)
Watt
D.M, MacGregor A. Roy. 1991. Membuat
Desain Gigi Tiruan Lengkap. Diterjemahkan
oleh drg.Ny. Soelistijahi.P dan drg. Max B. Leepel. Hipokrates. Jakarta. 229 halaman.
Wahjuni
Sri, Mandanie Sefy Ayu, 2017,Pembuatan
Protesa Kombinasi Dengan Castable
Extracoronal Attachments, Departement Of Health Faculty Of Vocation Universitas Airlangga, Surabaya.81
halaman.
Zarb,
George A; et all. Alih Bahasa Oleh Mardjono, Daroewati; Henni Koesmaningati. 2002. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher Edisi 10.EGC.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Perintah Kerja
Lampiran 2
Surat
Pernyataan
Lampiran 3
Lembar
Penilaian Kerja Laboratorium
Lampiran 4
Lembar
Quesioner
Komentar
Posting Komentar