PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI 11,12,16,31,36 DAN 46 PADA KASUS CENTRAL DIASTEM RAHANG BAWAH (LAPORAN KASUS)

 

PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI 11,12,16,31,36 DAN 46 PADA KASUS CENTRAL

DIASTEM RAHANG BAWAH

(LAPORAN KASUS)

 

 

 

 

 

 

Oleh :

 

EKA AYU WINANDA

NIM : 1712401039

 

 

 

 

 

 

 

 

KARYA TULIS ILMIAH

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN TEKNIK GIGI

2020


 

PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI 11,12,16,31,36 DAN 46 PADA KASUS CENTRAL

DIASTEM RAHANG BAWAH

(LAPORAN KASUS)

 

 

Karya tulis ilmiah diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Teknik Gigi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

 

 

 

 

Oleh :

 

EKA AYU WINANDA

NIM : 1712401039

 

 

 

 

 

 

KARYA TULIS ILMIAH

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN TEKNIK GIGI

2020


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN TEKNIK GIGI

Karya Tulis Ilmiah, April 2020

 

Eka Ayu Winanda

Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik Pada Kehilangan Gigi 11, 12, 31, 36, 46 Dan 46 Pada Kasus Central Diastem  Rahang Bawah

Xv + 49  halaman, 1 tabel, 29 gambar, dan 4 lampiran

 

RINGKASAN

            Geligi tiruan yang menggantikan satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta jaringan sekitarnya dan didukung oleh gigi dan atau jaringan dibawahnya, serta dapat dikeluar-masukkan kedalam mulut oleh pemakainya, dikenal sebagai Geligi Tiruan Sebagian Lepasan (removable partial denture).

            Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan prosedur pembuatan, memaparkan hambatan-hambatan dan hasil dari pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada kehilangan gigi  11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.

            Prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yaitu, penulis menerima model dan surat perintah kerja (SPK) dari dokter, kemudian mentransfer desain sesuai dengan SPK, survey dan block out, membuat galangan gigit (bite rime), penyusunan elemen gigi, pembuatan cengkeram, flasking, boiling out, packing, deflasking, finishing dan polishing.

            Kesimpulannya prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada central diastem sama dengan prosedur pembuatan gigi tiruan pada umumnya yang membedakan hanya pada saat penyusunan gigi di space yang sempit. Kendalanya pada saat penyusunan gigi di space yang sempit elemen gigi harus diradir menyesuaikan space yang ada, dan pada saat finishing untuk menentukan batas desain plat cukup sulit karena pada saat uji coba gigi tiruan malam plat dibuat full. Sarannya pada saat penyusunan gigi harus memiliki keterampilan yang baik, agar tidak merubah bentuk titik kontak elemen gigi dengan gigi asli, dan pada tahap wax contouring sebaiknya desain plat mengikuti desain awal dari dokter gigi, agar mempermudah pada saat finishing.

 

Kata Kunci      : Central Diastem

Daftar Bacaan : 25 (1988- 2017)

 

 

 

 

           

BIODATA PENULIS

 

Nama                                       : Eka Ayu Winanda

NIM                                        : 1712401039

Tempat/Tanggal Lahir : Kalianda, 11 November 1998

Agama                                     : Islam

Jenis Kelamin                          : Perempuan

Jurusan                                    : Teknik Gigi

Tahun Ajar                              : 2020

Alamat                                                : Jl.Pratu M.Amin LK 05 RT/RW 002/001

Kel.Kalianda Kec.Kalianda Kabupaten Lampung

Selatan Provinsi Lampung

Riwayat Pendidikan:

1.TK (2004 – 2005)             : TK Dharma Wanita Lampung Selatan

2.SD (2005 – 2011)             : MIN 1 Lampung Selatan

3.SMP (2011 – 2014)          : SMP Negeri 1 Kalianda

4.SMA (2014 – 2017)         : SMK Hampar Baiduri Kalianda

5.D III (2017 – 2020)         : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

                                                JurusanTeknik Gigi            

 

 

 

LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL

Karya Tulis Ilmiah

PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI 11,12,16,31,36 DAN 46

PADA KASUS CENTRAL DIASTEM

RAHANG BAWAH

(LAPORAN KASUS)

 

Penulis

EKA AYU WINANDA / NIM : 1712401039

 

Telah diterima dan disetujui tim pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknik Gigi

Bandar Lampung,   Maret 2020

Disetujui oleh,

Tim Pembimbing KTI

PEMBIMBING UTAMA

 

drg. Suryani Catur S,M.Kes

NIP . 19660913 199301 2 001

 

PEMBIMBING PENDAMPING

 

 

Rani Helmira, SKM

NIP. 19850320 201012 2 002

 

Mengertahui,

Penanggungjawab KTI

 

 

 

Drg. Bintang H. Simbolon,M.Kes

NIP . 19591110 199311 2 001

 

 

 

LEMBAR PENGESAHAN

 

Karya Tulis Ilmiah

 

PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI 11,12,16,31,36 DAN 46

PADA KASUS CENTRAL DIASTEM

RAHANG BAWAH

(LAPORAN KASUS)

 

Penulis:

EKA AYU WINANDA / NIM : 1712401039

Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Ujian Akhir Program Diploma Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknik Gigi sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan diploma III

 

Bandar Lampung, April 2020

Penguji Utama

 

 

 

 

drg. Bintang H. Simbolon, M.Kes

NIP. 19591110 199311 2 001

Penguji Pendamping I

 

 

 

 

drg. Suryani Catur S, M.Kes.

  NIP. 19660913 199301 2 001

Penguji Pendamping II

 

 

 

 

Rani Helmira, SKM

NIP. 19850320 201012 2 002

 

Mengetahui

 Ketua Jurusan Teknik Gigi

  Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

 

 

 

drg. Bintang H. Simbolon, M.Kes

NIP. 19591110 199311 2 001

 

LEMBAR PERNYATAAN

 

            Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama               : Eka Ayu Winanda

NIM                : 1712401039

Jurusan            : DIII Teknik Gigi

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul :

PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA KEHILANGAN GIGI 11,12,16,31,36 DAN 46 PADA KASUS CENTRAL DIASTEM RAHANG BAWAH

 

            Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

            Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya.

 

 

 

 

Bandar Lampung,       Mei  2020

 

 

 

 

 

 

 

Eka Ayu Winanda                   

                                                                                                                              

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik Pada Kehilangan Gigi 11,12,16,31,36 Dan 46 Pada Kasus Central Diastem Rahang Bawah”.

            Penulisan karya tulis ilmiah ini penulis ajuka sebagai salah satu syarat kelulusan pada program Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknik Giggi. Penulis berharap karya tulis ilmiah ini bukan hanya sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan tetapi menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Selama penulis karya tulis ilmiah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1.      Keluarga dirumah terutama ibu, atas doa, kasih sayang, kepercayaan, kesabaran, pengorbanan, perhatian, dan dukungannya tanpa henti.

2.      drg. Suryani Catur S, M.Kes selaku pembimbing I yang telah membimbing dan memberi saran sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3.      Rani Helmira, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan saran, arahan dan masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

4.      drg. Gina Rovianty, Sp. Pros selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat yang telah memberikan saran serta nasehat yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ILmiah ini.

5.      Pak Agus, Pak Agung, Pak Habib, Pak Cuendi, Mba Indah, Mba Ninik dan seluruh pegawai RSPAD Gatot Soebroto Departemen Gigi dan Mulut yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan saran.

6.      Terimakasih untuk orang terdekat Yosiko Budi Prasetyo atas dukungan, semangat dan setia membantu dan menemani penulis dalam perihal mengerjakan karya tulis ilmiah ini hingga selesai.

7.      Terimakasih kepada teman seperjuangan Kumala Izah selaku teman kosan yang selalu memberi support dan semangatnya, Gita Tiara Kasih D U,Diah Erlita, Atiqoh Azzahro, Yesica Putri Arum dan adik-adik tingkat yang telah membantu dan memotivasi.

8.      Terimakasih kepada alumni kak Larasati Anggi Pratiwi, Jemmy Apriyansyah, Rokhmat Ridho Prabowo yang telah memberi masukan dan saran.

9.      Terimakasih teman-teman SMP dan SMA atas semangat dan doanya.

            Penulis menyadari atas keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga terdapat banyak kekurangan baik isi maupun penggunaan kalimat dalam pemaparan karya tulis ilmiah ini.Penulis mengharapkan karya tulis ilmiah ini berguna bagi kita semua khususnya Mahasiswa Jurusan Teknik Gigi karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.

 

 

Bandar Lampung,   Mei  2020

 

 

 

                                                                                                            Penulis                                

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    Halaman

JUDUL                                                                                                         i

RINGKASAN                                                                                             ii

BIODATA PENULIS                                                                               iii

LEMBAR PERSETUJUAN                                                                    iv

LEMBAR PENGESAHAN                                                                       v

LEMBAR PERNYATAAN                                                                     vi

KATA PENGANTAR                                                                             vii

DAFTAR ISI                                                                                              ix

DAFTAR GAMBAR                                                                               xii

DAFTAR TABEL                                                                                   xiv

DAFTAR LAMPIRAN                                                                           xv

 

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang                                                                             1

B.     Rumusan Masalah                                                                        3

C.     Tujuan Penulisan                                                                          3

D.    Manfaat Penulisan                                                                        3

E.     Ruang Lingkup Penulis                                                                4

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.    Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik                                         

1. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik                       5

2. Fungsi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan                                     5

3. Akibat Kehilangan Gigi Tanpa Pengganti                               6

4. Kelebihan dan Kekurangan Gigi Tiruan Sebagian                  8

    Lepasan Akrilik

 

B.     Kelainan Malposisi                                                                       

1. Crossbite                                                                                  8

2. Deepbite                                                                                  9

3. Protusif                                                                                    9

4. Crowded                                                                                 9

5. Migrasi dan Rotasi Gigi                                                          9

6. Ekstrusi                                                                                  10

C.     Klasifikasi Knnedy                                                                       

1. Kelas I Kennedy                                                                   10

2. Kelas II Kennedy                                                                  10

3. Kelas III Kennedy                                                                11

4. Kelas IV Kennedy                                                                11

D.    Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan                                   

1. Cengkeram Kawat                                                                 12

2. Basis Gigi Tiruan                                                                   16

3. Elemen Gigi Tiruan                                                               17

E.     Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan                                          

1. Menentukan Kelas Dari Daerah Tak Bergigi                        19

2. Menentukan Jenis Dukungan Dari Setiap Sadel                   19

3. Menentukan Jenis Penahan                                                   19

4. Menentukan Jenis Konektor                                                  20

F.      Retensi Dan Stabilisasi                                                                 

1. Retensi                                                                                   20

2. Stabilisasi                                                                               21

G.    Diastem                                                                                        

1. Definisi Diastem                                                                    22

2. Etiologi Diastem                                                                    22

3. Faktor Penyebab Terjadinya Diastem Sentral                       22

H.    Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan                                23

 

BAB III PROSEDUR PEMBUATAN

A.    Identitas Pasien                                                                         29

B.     Surat Perintah Kerja                                                                  29

C.     Alat dan Bahan                                                                         29

D.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan                                               30

E.     Prosedur Pembuatan                                                                  30

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil                                                                                          42

B.     Pembahasan                                                                              43

 

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan                                                                                    46

B.     Saran                                                                                          47

 

DAFTAR PUSTAKA                                                                                 

LAMPIRAN                                                                                                 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar                                                                     Halaman

Gambar 2.1 Klasifikasi Kelas I Kennedy                                                   10

Gambar 2.1 Klasifikasi Kelas II Kennedy                                                  11

Gambar 2.3 Klasifikasi Kelas III Kennedy                                                11

Gambar 2.4 Klasifikasi Kelas IV Kennedy                                                12

Gambar 2.5 Cengkram Tiga Jari                                                                 13

Gambar 2.6 Cengkram Dua Jari                                                                  13

Gambar 2.7 Cengkram Full Jackson                                                           14

Gambar 2.8 Cengkram Half Jackson                                                          14

Gambar 2.9 Cengkram S                                                                             15

Gambar 2.10 Cengkram Anker Crib                                                           15

Gambar 2.11 Cengkram C                                                                          16

Gambar 3.1 Merapihkan Model Kerja                                                        31

Gambar 3.2 Penentuan Desain                                                                    32

Gambar 3.3 Transfer Desain                                                                       32

Gambar 3.4  Block Out                                                                               33

Gambar 3.5 Pembuatan Bite Rim                                                                34

Gambar 3.6 Penyusunan Elemen Gigi Anterior                                          35

Gambar 3.7 Penyusunan Elemen Gigi Posterior                                         36

Gambar 3.8 Pembuatan Cengkram                                                             36

Gambar 3.9 Flasking                                                                                   37

Gambar 3.10 Boiling Out                                                                            38

Gambar 3.11 Packing                                                                                 39

Gambar 3.12 Curing                                                                                   39

Gambar 3.13 Deflasking                                                                             40

Gambar 3.14 Finishing                                                                               40

Gambar 3.15 Polishing                                                                               41

Gambar 4.1 Sebelum Menggunakan Protesa dan Sesudah                         42

Menggunakan Protesa                                                                                    

Gambar 4.2 Hasil Protesa                                                                           43

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel                                                                                     Halaman

Table 3.1 Nama Alat dan Bahan                                                                     30

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran     

LAMPIRAN 1       SURAT PERINTAH KERJA

LAMPIRAN 2       SURAT PERNYATAAN LAHAN PRAKTEK

LAMPIRAN 3       LEMBAR KERJA PKL RSPAD GATOT SOEBROTO

LAMPIRAN 4       LEMBAR QUESIONER

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Kehilangan gigi merupakan suatu keadaan lepasnya satu atau lebih gigi dari soketnya atau tempatnya. Kejadian hilangnya gigi, biasa terjadi pada anak-anak mulai usia 6 tahun yang mengalami hilangnya gigi sulung dan kemudian digantikan oleh gigi permanen. Kehilangan gigi permanen pada orang dewasa sangatlah tidak diinginkan terjadi, biasanya kehilangan gigi terjadi akibat penyakit periodontal, trauma, dan karies (Anshary 2014).

Kehilangan gigi yang dibiarkan terlalu lama dan di biarkan tanpa penggantian akan menyebabkan migrasi dan rotasi gigi, erupsi berlebih, penurunan efisiensi pengunyahan, gangguan pada sendi temporomandibula, beban berlebih pada jaringan pendukung, kelainan bicara, memburuknya penampilan, terganggunya kebersihan mulut, atrisi, dan efek terhadap jaringan lunak mulut (Siagian, 2016). Kehilangan gigi yang tidak segera diganti dengan gigi tiruan dapat menyebabkan migrasi.  Kehilangan gigi ini  dapat diatasi dengan pembuatan gigi tiruan cekat atau gigi tiruan lepasan (Sumartati; dkk, 2013).

Migrasi gigi adalah gejala umum untuk hilangnya stabilitas oklusal setelah pencabutan gigi dan atau hilangnya struktur periodontal pada penyakit periodontal. Pada setidaknya 30% pasien dengan periodontitis parah, migrasi gigi (flaring) gigi di daerah frontal adalah alasan utama bagi pasien untuk mencari perawatan periodontal (Klineberg Iven; dkk, 2015). Tooth migration adalah perubahan posisi gigi (pergeseran gigi) akibat gangguan antara daya mempertahankan gigi pada posisi yang normal dengan daya yang melepaskan gigi tersebut akibat penyakit periodontal. Karakteristik toot migration antara lain ditandai dengan adanya diastema, ekstrusi gigi, rotasi dan labioversi (Ismail Ade, 2015).

Diastema dapat didefinisikan sebagai jarak atau ruang antara permukaan proksimal gigi yang berdekatan yang lebih besar dari 1 mm. Diastema patologis terlihat di antara gigi insisivus sentral rahang atas maupun rahang bawah dapat disebut dengan diastema sentral (Putri Seisarita; dkk, 2017). Faktor penyebabnya adalah defisiensi struktur gigi, migrasi gigi pada regio anterior, kebiasaan buruk, kelainan struktur pada daerah garis tengah, overbite yang dalam, faktor genetika, penyakit periodontal, dan perlekatan frenulum yang tidak normal yang berhubungan dengan sutura intermaksilaris (Jazaldi dan Pubiarti, 2008). 

Migrasi akibat kehilangan gigi dapat diantisipasi dengan pembuatan gigi tiruan. Geligi tiruan yang menggantikan satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta jaringan sekitarnya dan didukung oleh gigi dan atau jaringan dibawahnya, serta dapat dikeluar-masukkan kedalam mulut oleh pemakainya, dikenal sebagai Geligi Tiruan Sebagian Lepasan (removable partial denture) (Gunadi; dkk, 1991). Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan alternatif perawatan prostodontik yang tersedia dengan biaya yang lebih terjangkau untuk sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi.( Wahjuni Sri,2017). Terdapat tiga jenis gigi tiruan sebagian lepasan yang dibedakan menurut bahan basis gigi tiruannya, yaitu gigi tiruan kerangka logam, gigi tiruan akrilik, dan gigi tiruan dengan bahan nilon termoplastik (Sumartati; dkk, 2013).

Pada kegiatan praktek kerja lapangan di RSPAD Gatot Soebroto dari tanggal 06 Januari – 31 Januari 2020 penulis mendapatkan kasus dengan kehilangan gigi 11, 12,16, 31,36,dan 46. Dokter memberikan rekomendasi kepada tekniker gigi untuk dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, estetik dan mempertahan kan gigi agar tidak terjadi migrasi yang berlebih. Kesulitan  yang ditemukan pada kondisi tersebut adalah dalam hal penyusunan elemen gigi tiruan karena terdapat ruang yang sangat sempit.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah mengenai prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik  pada kehilangan gigi  11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.

 

 

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: bagaimana teknik penyusunan elemen gigi tiruan pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik  pada kehilangan gigi  11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.

 

C.    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah:

1.      Tujuan Umum

Untuk memaparkan prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik  pada kehilangan gigi  11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.

2.      Tujuan Khusus

a.       Untuk memaparkan teknik penyusunan gigi yang tepat pada prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik  pada kehilangan gigi  11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.

b.      Untuk memaparkan hambatan-hambatan yang dihadapi pada saat prosedur pembuatan.

c.       Untuk melaporkan keberhasilan gigi tiruan pada saat dipakai oleh pasien.

 

D.    Manfaat Penulisan

1.      Manfaat Bagi Penulis (Tekniker Gigi)

Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan penulis pada prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik  pada kehilangan gigi  11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.

 

2.      Bagi Pengguna Protesa

Manfaat bagi pengguna protesa adalah untuk membantu memperbaiki estetis penderita, dan memperbaiki pengunyahan.

 

3.      Bagi Institusi Pendidikan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknik Gigi

Karya tulis ilmiah bagi institusi yaitu untuk menambah referensi yang dapat digunakan dalam mengembangkan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, khususnya di laboratorium Jurusan Teknik gigi Politeknik Kementrian Kesehatan Tanjungkarang sebagai dasar pendidikan bagi mahasiswa.

 

4.      Bagi Pembaca

Manfaat bagi pembaca yaitu menambah wawasan bagi para pembaca dan juga sebagai sumber ilmu pengetahuan yang bermanfaat tentang prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik  pada kehilangan gigi  11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.

 

E.     Ruang Lingkup

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis membatasi pembahasan mengenai prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik  pada kehilangan gigi  11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem rahang bawah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.     Gigi Tiruan Sebagian LepasanAkrilik

1.        Definisi Gigi Tiruan Sebagian LepasanAkrilik

Menurut Glossary of Prosthodontic gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi yang asli, tetapi tidak seluruh gigi asli atau struktur pendukungnnya, didukung oleh gigi serta mukosa, yang dapat dilepas dari mulut dan dipasangkan kembali oleh pasien sendiri (Rahmayani, 2013).

2.        Fungsi Gigi Tiruan Sebagian LepasanAkrilik

Untuk menghindari dampak yang tidak diinginkan akibat hilangnya gigi tanpa ada pengganti maka dibuat suatu alat tiruan sebagai pengganti gigi yang sudah hilang. Secara lebih rinci, fungsi pengganti gigi tiruan dapat diuraikan sebagai berikut: (Siagian V. Krista, 2016)

a.        Pemulihan fungsi estetik: Hilangnya gigi dapat disebabkan karena karies, penyakit periodontal, trauma atau gigi yang mengalami malposisi dan karena pencabutan. Untuk pasien dengan gigi depan malposisi, protrusif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki dengan perawatan prosthodonti tetapi tetap ingin memperbaiki penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu gigi geligi tiruan yang dipasang langsung segera setelah pencabutan gigi.

b.        Peningkatan fungsi bicara: Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat memengaruhi suara penderita, misalnya pasien yang kehilangan gigi depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat timbul meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini gigi geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya


ia mampu kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan bicaranya.

c.        Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan: Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian gigi biasanya mengalami perubahan. Kehilangan beberapa gigi terjadi pada kedua rahang, tetapi pada sisi sama, maka penguyahan akan dilakukan semaksimal mungkin oleh geligi asli pada sisi lainnya. Dalam hal seperti ini, tekanan kunyah akan dipikul satu sisi atau sebagian saja. Setelah pasien memakai protesa, ternyata ia merasa perbaikan. Perbaikan ini terjadi karena sekarang tekanan kunyah dapat disalurkan secara lebih merata keseluruh bagian jaringan pendukung. Dengan demikian protesa ini berhasil mempertahankan atau meningkatkan efisiensi kunyah.

d.        Mempertahankan jaringan mulut yang masih tersisa dengan menggunakan gigi tiruan dan mengurangi efek yang timbul karena hilangnya gigi. Pasien yang menggunakan gigi tiruan dapat terbantu mencerna makanan dengan baik, menjaga geligi yang masih ada agar tidak hilang, dan mencegah resorpsi tulang alveolar.

e.        Pencegahan migrasi gigi: Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya menyebabkan renggangnya gigi-gigi lain. Dengan demikian terbukalah kesempatan masuknya makan pada celah itu, sehingga mudah terjadi akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus pada peradangan periodontal. Bila pasien menggunakan gigi tiruan, hal-hal seperti migrasi dan overerupsi gigi antagonis, akan dapat diatasi dan tidak terjadi kesulitan di kemudian hari.

3.        Akibat- Akibat Kehilangan Gigi Tanpa Penggantian

Kehilangan gigi yang tidak diganti dapat mengakibatkan beberapa dampak, yaitu: (Berta A A, 2014)

a.        Migrasi dan Rotasi Gigi

Hilangnya keseimbangan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau berputarnya gigi.Gigi yang tidak menempati posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, sehingga mengakibatkan kerusakan struktur periodontal.Gigi miring lebih sulit dibersihkan, sehingga menyebabkan aktivitas karies meningkat.

b.        Penurunan Efisiensi Kunyah

Kehilangan gigi terutama gigi posterior akan mengakibatkan berkurangnya efisiensi kunyah gigi. Kelompok orang yang melakukan diet cukup lunak, tidak banyak makan memberikan pengaruh.

c.        Gangguan Pada Sendi Temporo- Mandibula

Kehilangan gigi bagian belakang (posterior) dapat menyebabkan hilangnya kontak pengunyahan, kontak pengunyahan yang tidak tepat pada pergerakan sendi temporomandibular yang merupakan sendi utama dalam fungsi pengunyahan.Menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang berupa dari bunyi klicking, terasa sakit hingga terjadinya aus pada persendian akibat pergerakan yang abnormal.

d.        Beban Berlebihan Pada Jaringan Pendukung

Bila penderita kehilangan telah sebagian gigi aslinya, gigi yang masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membran periodontal dan lama kelamaan gigi yang sebelumnya menjadi goyang dan akhirnya dicabut.

e.        Kelainan Bicara dan Penampilan

Gigi akan menahan huruf sehingga jelas untuk di dengar. Kehilangan gigi depan atas bawah sering menyebabkan kesulitan berbicara, karena gigi termasuk bagian dari fonetik.

f.         Terganggunya Kebersihan Mulut

Migrasi dan rotasi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan gigi sebelahnya.Ruang intreproksimal ini mengakibatkan celah antar gigi makanan mudah masuk. Kebersihan mulut terganggu, plak mudah menempel, karang gigi mudah terbentuk, gigi berlubang mudah terbentuk, dan bias menyebabkan kegoyahan gigi.

 

g.        Erupsi Berlebihan

Gigi yang sudah tidak memiliki antagonisnya, maka akan terjadi erupsi berlebihan (overeruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disrtai pertumbuhan tulang alveolar. Tanpa pertumbuhan tulang alveolar, struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi ektrusi. Pertumbuhan tulang alveolar yang berlebihan, akan menimbulkan kesulitan pada pasien jika suatu saat akan memakai gigi tiruan lengkap.

4.        Kelebihan dan Kekurangan Gigi Tiruan Sebagian LepasanAkrilik

a.       Kelebihan Gigi Tiruan Sebagian LepasanAkrilik

Pada pembuatannya gigi tiruan sebagian lepasan akrilik dapat menggunakan peralatan yang sederhana, mudah dalam pembuatan dan dapat direparasi. Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik memiliki warna yang stabil dan mudah dalam proses pemolesan. Keuntungan lainnya dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yaitu lebih ringan pada saat pemakaian dan harga relatif murah (Budiharjo; dkk,2014).

b.      Kekurangan Gigi Tiruan Sebagian LepasanAkrili

Kekurangan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada saat digunakan didalam mulut akan menghantarkan panas yang buruk, kekuatan kurang baik, mudah patah, dan resin akrilik dapat menyerap cairan mulut sehingga akan mempengaruhi stabilisasi warna gigi tiruan sebagian lepasan akrilik (Gunadi; dkk, 1995).

 

B.      Kelainan Malposisi

1.        Crossbite

Crossbite adalah keadaan dimana satu atau beberapa gigi depan atas terletak di sebelah lingual dari gigi depan bawah jika rahang dalam oklusi sentrik. Crossbite anterior yang tidak dirawat akan menyebabkan fungsi abnormal gigi insisivus bawah, kompensasi insisivus mandibula mengarah pada pengurangan tulang alveolar bagian labial dan atau resesi gingiva (Utari,2012).

2.        Deepbite

  Deepbite merupakan kondisi tertutupnya gigi anterior mandibula oleh gigi anterior maksila pada bidang vertical secara berlebihan, melebihi tumpang gigit normal maupun melewati sepertiga incisal gigi incisivus mandibula.Deepbite yang disebabkan oleh faktor gigi dapat terjadi karena erupsi gigi anterior yang berlebihan, biasanya terjadi karena jarak gigit yang besar (Mandala dkk, 2014).

3.        Protusif

  Protrusif merupakan salah satu maloklusi yang mempengaruhi penampilan seseorang. Maloklusi protrusive mempunyai hubungan molar normal, kelainan yang paling banyak menyertai adalah gigi berdesakan akibat ketidaksesuaian antara ukuran gigi dengan lengkung rahang (Rahmawati,2013).

  Protrusif gigi anterior merupakan suatu kelainanyang menimbulkan gangguan estetik karena posisi gigi anterior lebih kedepan sehingga penderita sulit menutup mulut. Bibir atas terangkat disertai celah interlabial yang membuat estetik wajah kurang menyenangkan (Zaenab,2010).

4.        Crowded

  Crowded dapat terjadi karena ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi pada posisi yang benar lebih besar dibandingkan dengan ruang yang tersedia pada lengkung gigi.Crowded sering disebabkan kurangnya pertumbuhan lengkung rahang untuk menampung gigi sehingga gigi tidak tumbuh pada posisi yang normal (Rasyid dkk, 2014).

5.        Migrasi dan Rotasi Gigi

Hilangnya kesinambungan  pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau berputarnya gigi.  Karena gigi tidak berada pada posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan terjadi kerusakan struktur periodontal (Gunadi; dkk, 1991).

 

 

6.        Ekstrusi

Ekstrusiadalah pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar mengikuti mahkota.Ekstrusi gigi keluar dari soketnya dapat terjadi tanpa resorpsi dan deposisi tulang yang dibutuhkan untuk pembentukan kembali dari mekanisme pendukung gigi.Pada umumnya pergerakan ekstrusi mengakibatkan tarikan pada seluruh struktur pendukung(Amin dkk, 2016).

 

C.     Klasifikasi Kehilangan Gigi MenurutKennedy

      Kennedy  membagi keadaan  tidak  bergigi menjadi  empat  kelas yaitu(Loney, 2011).

1.      Kelas I

Kelas I  Kennedy merupakan keadaan kehilangan gigi free end pada kedua sisi.

 

Gambar 2.1

Klasifikasi Kelas I Kennedy

(Sumber: Loney, 2011)

 

2.      Kelas II

Kelas II Kennedy merupakan keadaan kehilangan gigi free end pada satu sisi.

 

Gambar 2.2

Klasifikasi Kelas I Kennedy

(Sumber: Loney, 2011)

 

3.      Kelas III

Kelas  III  Kennedy merupakan keadaan kehilangan  gigi yang  masih  ada  gigi  asli  di mesial dan distalnya pada satu sisi.

 

Gambar 2.3

Klasifikasi Kelas III Kennedy

(Sumber: Loney, 2011)

 

4.      Kelas IV

Kelas  IV  Kennedy merupakan  keadaan  kehilangan  gigi  yang  melewati midline (garis tengah).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 2.4

Klasifikasi Kelas IV Kennedy

(Sumber: Loney, 2011)

 

 

D.     Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik

1.      Cengkeram Kawat

          Secara garis besar cengkeram kawat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu cengkeram Oklusal dan cengkeram Ginggival yang masing-masing terdiri dari beberapa bentuk.

a.       Cengkeram kawat oklusal

Cengkeram ini disebut juga Circumferential Type Clasp. Cengkeram ini merupakan cengkeram yang mencapai daerah undercut retentif dari arah oklusal atau dari atas garis survey. Bentuk-bentuk cengkeram ini diantaranya:

1)      Cengkeram Tiga Jari

          Berbentuk seperti Akers Clasp, cengkeram ini dibentuk dengan jalan menyoldir lengan-lengan kawat pada sandaran atau menanamnya ke dalam basis.

 

 

 

Gambar 2.5CengkeramTiga Jari

(Sumber : Gunadi; dkk, 1991)

 

2)      Cengkeram Dua Jari

          Berbentuk sama seperti Akers Clasp tetapi tanpa sandaran, tanpa sandaran cengkeram ini dengan sendirinya berfungsi retentif saja pada protesa dukungan jaringan.

 

 

Gambar 2.6Cengkeram Dua Jari

(Sumber : Gunadi; dkk, 1991)

 

3)      Cengkeram Full Jackson

          Cengkeram ini merupakan penahan langsung ortodontic.Indikasi cengkeram ini pada gigi posterior yang mempunyai kontak yang baik dibagian mesial dandistal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 2.7 Cengkeram Full Jackson

(Sumber: Gunadi; dkk, 1991)

 

4)      Cengkeram Half Jackson

          Cengkeram ini sering disebut cengkeram satu jari atau cengkeram C. Indikasi dari cengkeram ini ialah biasanya dipakai pada gigi posterior yang memiliki kontak yang baik dibagian mesial dan distal dan bila gigi penjangkarnya terlalu cembung, sering kali cengkeram ini sulit untuk masuk pada waktu pemasangan protesa.

 

Gambar 2.8 Cengkeram Half Jackson

(Sumber: Gunadi; dkk, 1991)

      

5)      Cengkeram S

          Cengkeram ini bersandar pada Cingulum gigi kaninus.Biasa dipakai untuk gigi kaninus bawah juga dapat digunakan untuk gigi caninus atas, bila ruang interoklusalnya cukup.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


                                                Gambar 2.9 Cengkeram S

(Sumber : Gunadi; dkk, 1991)

 

6)      Cengkeram Anker Crib

Cengkeram ini pemakaiannya serupa seperti Cengkeram Embrasur. Fungsinya hanya untuk meneruskan beban kunyah protesa ke gigi penjangkaran dan sebagai retensi pada pembuatan splin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.10Cengkeram Anker Crib

(Sumber : Gunadi; dkk, 1991)

 

b.      Cengkeram Kawat Ginggival

Cengkeram ini disebut bar type clasp. Cengkeram ini merupakan cengkeram yang mencapai daerah undercut retentif dari arah ginggiva atau dari bawah garis survey. Cengkeram yang paling umum dipakai yaitu cengkeram C. Lengan retentif cengkeram ini seperti Cengkeram half jackson dengan standar (pangkal) ditanam pada basis. Cengkeram ini biasanya digunakan pada gigi molar bisa juga pada gigi lainnya (Ardhana, 2011).

 

 

 

 

 

 


Gambar 2.11 Cengkeram C (Sumber :Gunadi; dkk, 1991)

 

     

2.      Basis Gigi Tiruan

          Basis gigi tiruan disebut sadel, merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang dan berfungsi mendukung elemen gigi tiruan.

a.       Fungsi Basis GigiTiruan

Basis gigi tiruan memiliki fungsi sebagai dukungan elemen gigi, menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung.Basis gigi tiruan memiliki fungsi lainnya yaitu sebagai faktor estetik, kemajuan dunia kedokteran gigi sangat memungkinkan pemberian warna dan mengembalikan kontur wajah penderita sehingga terlihat alamiah. Memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada di bawah dasar geligi tiruan dan untuk memberikan retensi dan stabilisasi pada geligi tiruan (Gunadi; dkk, 1991).

b.      Syarat-syarat bahan basis

Bahan basis protesa ideal harus memenuhi persyaratan yaitu permukaan keras sehingga tidak mudah tergores atau aus, penghantar termis, berat jenis rendah, mudah dibersihkan, warna sesuai dengan jaringan sekitarnya, dapat dicekatkan kembali dan harga ekonomis (Gunadi, 1991).

c.       Macam-macam bahan basis gigitiruan

Bahan basis gigi tiruan biasanya terbuat dari metal, resin atau metal-resin.

1)      Metal atau kerangka logam

Pada basis metal terdapat indikasi pemakaian yaitu penderita yang hipersensitif terhadap resin akrilik. Kelebihan dari bahan basis metal yaitu dapat menghantarkan panas yang baik serta tidak menyerap cairan mulut sehingga tidak mudah berbau. Kekurangan bahan basis metal yaitu tidak dapat dicekatkan kembali apabila patah dan warna basis metal tidak harmonis dengan warna jaringan disekitar mulut (Gunadi, 1991).

2)      Resin akrilik

Indikasi pemakaian resin akrilik yaitu sebagai alat untuk menyelesaikan masalah estetik dan fonetik, karena alasan keuangan oleh pasien, resin dipilih sebagai bahan basis protesa. Kelebihan bahan resin akrilik yaitu warna harmonis dengan jaringan sekitarnya dan dapat dicekatkan kembali. Kekurangan pada resin akrilik yaitu penghantar panas yang buruk, mudah terjadi abrasi pada saat dibersihkan serta dapat menyerap cairan mulut yang dapat menyebabkan bau tidak sedap (Gunadi, 1991).

3)      Metal-resin

Basis kombinasi ini berupa rangka dari metal, dilapisi dengan resin untuk tempat perlekatan elemen gigi tiruan, dan bagian yang berkontak dengan mukosa mulut (Gunadi, 1991).

 

3.      Elemen Gigi Tiruan

          Elemen gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang (Gunadi, 1991).Dalam pemilihan elemen gigi tiruan anterior dan posterior terdapat faktor- faktor yang harus diperhatikan diantaranya:

a.       Ukuran Gigi

Dalam pemilihan ukuran gigi terdapat hal-hal berikut ini, diantaranya:

1)      Panjang Gigi

     Bertambahnya usia dapat menyebabkan lebih banyak permukaan incisal aus karena pemakaian sehingga mahkota menjadi pendek. Menentukan panjang gigi dapat dilihat dari garis tertawa, garis ini menentukan panjang maksimal gigi  yang terlihat pada saat seseorang tertawa. Biasanya 2/3 panjang gigi terlihat pada saat tertawa (Gunadi,1991).

2)   Lebar Gigi

   Menurut John H. Lee jarak antara kedua ujung tonjol kaninus atas sesuai dengan lebar hidung. Bila lebar hidung 30 mm (hidung sempit), ukuran 6 gigi anterior berkisar antara 39- 40 mm. Bila lebar hidung 35 mm (hidung medium), ukuran 6 gigi anterior berkisar 42-44 mm. Bila ukuran hidung 40 mm (hidung lebar), maka ukuran 6 gigi anterior berkisar 46-49 mm (Gunadi, 1991).

b.      Warna Gigi

Warna gigi yang lebih muda dapat memberi kesan seolah-olah gigi lebih besar.Selanjutnya gigi terlihat lebih kecil, bila jarak servik insisal lebih panjang.

c.       Jenis Kelamin

Menurut Frush dan Fisher garis luar gigi depan atas bersudut lebih tajam. Sebaliknya gigi wanita memiliki garis luar gigi yang merupakan kurvenya.

d.      Umur Penderita

Bentuk gigi biasanya berubah dengan bertambahnya usia. Pada orang lanjut usia, tepi incisal sudah mengalami atrisi, aus karena pemakaian, panjang mahkota juga dapat bertmbah panjang (Gunadi, 1991).

 

 

 

 

 

E.       Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrili

      Pembuatan desain merupakan salah satu faktor penting dan penentu keberhasilan atau kegagalan dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, sebuah desain yang tepat dapat mencegah kerusakan jaringan pada mulut. Ada empat cara dalam pembuatandesain:

1.      Menentukan Kelas dari Daerah Tak Bergigi

Daerah tak bergigi pada satu lengkung gigi dapat bervariasi dalam hal panjang, macam, jumlah dan letaknya. Ini akan mempengaruhi rencana dalam pembuatan desain gigi tiruan akrilik baik dalam bentuk sadel, konektor maupun dukungannya.

2.      Menentukan Jenis Dukungan dari Setiap Sadel                    

Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup (paradental) dan daerah berujung bebas (ujung bebas).Sesuai dengan sebutan ini, bentuk sadel dari gigi tiruan dibagi menjadi dua macam juga yaitu, sadel tertutup atau paradental (sadel parental) dan sadel berujung bebas (sadel ujung gratis) yaitu dukungan dari mukosa dan kombinasi.Ada tiga dukungan untuk sadel paradental, yaitu dukungan dari gigi, mukosa, serta gigi dan mukosa (Kombinasi) (Gunadi: dkk, 1995).   

3.      Menentukan Jenis Penahan

   Menentukan dua jenis penahan (retainer) untuk gigi tiruan yaitu penahan langsung dan penahan tak langsung.Penahan langsung (direct retainer) diperlukan untuk setiap gigi tiruan, sedangkan penahan tak langsung (indirect retainer) tidak selalu dibutuhkan untuk setiap gigi tiruan. Untuk menentukan jenis penahan, terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikanyaitu:

a.       Dukungan sadel

Berkaitan dengan pengubahan dari jenis cengkeram yang akan dipakai dan penyangga gigi yang ada atau dibutuhkan. 

b.      Stabilisasi dari gigi tiruan

Berhubungan dengan jumlah dan jenis gigi pendukung yang ada dan akan dipakai. 

c.       Estetika

Untuk prothesa resin bentuk konektor bervariasi dan dipilih sesuai indikasinya. Dasar pertimbangan penggunaan konektor biasanya dilihat dari pengalaman pasien, stabilisasi dan bahan gigi tiruan  (Gunadi, 1995).

4.      Menentukan Jenis Konektor

   Untuk resin protesa, konektor yang dapat digunakan berbentuk plat.Pada protesa dipilih logam bentuk konektor beragam dan dipilih sesuai indikasinya (Gunadi; dkk, 1995).

 

F.      Retensi danStabilisasi

1.        Retensi

          Retensi merupakan kemampuan geligi tiruan melawan gaya-gaya pemindah yang cenderung memindahkan protesa ke arah oklusal. Contoh gaya pemindah adalah aktivitas otot-otot pada saat bicara, tertawa, batuk, menelan dan bersin  (Gunadi; dkk, 1991).

Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi gigi tiruan :

a.        Cengkeram

Retainer dapat dibagi menjadi 2 kelompok, pertama retainer langsung (direct retainer) yang berkontak langsung dengan permukaan gigi penyangga dan dapat berupa cengkeram. Selanjutnya, retainer tak langsung (indirect retainer) yang memberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas protesa kearah oklusal dan bekerja pada basis.

b.        Perluasan Basis Geligi Tiruan

Desain basis gigi tiruan dibuat cenderung menutupi seluas mungkin permukaan jaringan lunak, sampai batas toleransi pasien. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar biomekanik, yaitu gaya oklusal harus disalurkan ke permukaan seluas mungkin, sehingga tekanan persatuan luas menjadi kecil dan sehingga dapat meningkatkan faktor retensi dan stabilisasi (Watt, D.M, 1992).

 

c.        Peripheral seal

Faktor yang mempengaruhi retensi suatu gigi tiruan adalah pengap periferi.Efektivitas pengap perifer sangat mempengaruhi efek retentif dari tekanan atmosfer.Tampaknya tekanan fisik ini terutama bertanggung jawab terhadap tekanan-tekanan yang dapat melepaskan suatu gigi tiruan.Pentingnya penutupan tepi yang kedap udara disekeliling tepi gigi tiruan tidak dapat diabaikan (Watt, D.M, 1992).

2.        Stabilisasi

          Stabilisasi merupakan gaya untuk melawan pergerakan geligi tiruan dalam arah horizontal. Dalam hal ini semua bagian dari cengkeram berperan kecuali bagian terminal (ujung) lengan retentif, dibanding yang berbentuk batang, cengkeram sirkumferensial memberikan stabilisasi lebih baik, karena mempunyai sepasang bahu yang tegar dan lengan retentif yang lebih fleksibel.(Gunadi, 1991).

Faktor-faktor stabilisasi diantaranya:

a.        Permukaan oklusal

Permukaan oklusal adalah bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai dari gigi tiruan lawan atau gigi asli.

b.        Permukaan poles

Permukaan poles adalah bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari permukaan oklusal termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi, permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi dan lidah.

c.        Permukaan cetakan

Permukaan cetakan adalah bagian dari permukaan gigi tiruan yang konturnya ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang terbentang ke permukaan mukosa (Gunadi, 1991).

 

 

 

G.     Diastema

1.      Definisi Diastema

            Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi yang berdekatan(Proffit dan Field, 2000).  Central diastem merupakan suatu maloklusi yang sering muncul dengan ciri khas yaitu berupa celah yang terdapat diantara gigi insisivus sentral rahang atas maupun rahang bawah (Moyers, 1988).

2.      Etiologi Diastema

            Banyak faktor penyebab terjadinya diastema sentral. Berdasarkan beberapa penelitian (Sutjiati, 2011) prevalensi diastema sentral pada orang dewasa berkisar antara 1,6%-25,4% dan pada anak-anak usia 6 tahun mendekati 98%, pada usia 11 tahun 49% dan pada usia 11-18 tahun 7%.Lebih sering terjadipada laki-laki dibandingkan perempuan. Orang kulit hitam memiliki diastema lebih banyak dibandingkan orang kulit putih.

3.      Faktor penyebab terjadinya diastema sentral yang terjadi yaitu: (Anggraini, 2013).

a.       Ukuran gigi insisivus lateral kecil

Hampir 5% dari beberapa orang mengalami variasi dalam hal ukuran gigi. Gigi yang paling sering mengalami variasi bentuk dan ukuran ialah gigi insisivus lateral.

b.      Rotasi gigi insisivus

Pada beberapa kasus atau lebih gigi insisivus mengalami rotasi yang mencapai perputaran sampai 90 derajat dari posisi normalnya terhadap lengkung gigi.

c.       Perlekatan frenulum yang abnormal

Hal ini terjadi karena perlekatannya berada pada jaringan lunak diantara gigi insisivus sentral dan bahkan sampai kepalatum.

d.      Gigi supernumerary dimedian line

Gigi supernumerari mempunyai bentuk dan lokasi yang bervariasi, baik vang terjadi pada gigi sulung dan permanen.Gigi tersebut yang biasanya konus disebut mesiodens.Gigi supernumerary biasanya menimbulkan crowding dan harus dicabut. Biasanya gigi mesiodens yang dicabut akan menyebabkan diastema.

e.       Penutupan median line yang tidak sempurna

Terjadi kegagalan dalam penutupan median line karena adanya kegagalan pada saat pertumbuhan atau perkembangan gigi dan rahang.

 

H.     Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

1.      Model Kerja

Membersihkan dan merapihkan model kerja dari nodul dan bagian bagian tajam model agar mudah didesain dan memperlancar pembuatan gigi tiruan.Bersihkan nodul menggunakan lecron dan rapihkan basis model menggunakan mesin trimmer.

2.      Survey

Prosedur ini yaitu penentuan lokasi dan garis luar dari kontur terbesar serta undercut dan posisi gigi serta jaringan disekitarnya pada model rahang.Survey dilakukan menggunakan surveyor untuk mengetahui batas survey dan undercut pada model kerja. Agar mempermudah protesa untuk keluar masuk pada saat digunakan.

3.      Block Out

Block out merupakan proses menutup daerah undercut dengan menggunakan gips, agar undercut yang tidak menguntungkan tidak  menghalangi keluar masuknya protesa. Selain menggunakan gips dapat juga menggunakan malam yang diteteskan.

4.      Pembuatan Bite Rim

Bite rim atau galangan gigit digunakan untuk menentukan tinggi bidang oklusal.Pembuatan bite rim ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: menggunakan wax rime former atau dengan lembaran malam yang digulung.Ukuran pembuatan bite rim untuk rahang atas tinggi anterior 10-12 mm dan lebar 5 mm, untuk posterior tinggi 8-10 mm dengan lebar 10 mm, sedangkan untuk rahang bawah tinggi anterior 6-8 mm dan lebar 5 mm, untuk posterior tinggi 3-6 mm dengan lebar 10 mm. Rasio lebar bite rim rahang atas 2:1 (bukal-palatal) dan rahang bawah 1:1 (bukal-palatal).

5.      Pembuatan Cengkeram

Cengkeram dibuat mengelilingi gigi dan menyentuh sebagian besar kontur gigi untuk memberikan retensi, stabilisasi serta sebagai support untuk gigi tiruan sebagian lepasan.

6.      Penanaman Model Pada Okludator

Okludator adalah alat yang digunakan untuk meniru gerakan tinggi bidang oklusal. Penanaman okludator yang baik ialah sesuai dengan bentuk oklusi, garis median okludator harus berhimpitan dengan garis median pada model, bidang oklusal sejajar dengan bidang datar, serta gips pada model kerja rapi atau tidak menutupi batas anatomi model kerja.

7.      Penyusunan Elemen Gigi Tiruan

Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap dari gigi anterior kemudian penyusunan gigi posterior.Pada saat menyiapkan gigi anterior posterior atas, permukaan labial setiap gigi yang akan disusun ditarik porosnya.  Gigi harus memenuhi syarat inklinasi mesio-distal dan antero-posterior.

a.       Gigi Incisivus 1 Atas

      Titik kontak sebelah mesial berkontak dengan garis tengah, gerakan gigi miring 5 ° terhadap garis tengah, bagian incisal naik 1/3 incisivus satu rahang bawah.  Tepi incisal sedikit masuk kepalatal untuk memberi dukungan pada bibir dan insisal tepi masuk atas linggir rahang.

b.      Gigi Incisivus 2 Atas

      Titik kontak kontak dengan gigi depan incisivus satu kanan rahang atas, poros gigi miring 5 ° terhadap garis tengah, tepi incisalnya naik 2 mm di atas bidang oklusal.  Bagian depan posterior condong lebih ke palatal dan incisal di atas linggir rahang. 

c.       Gigi Caninus Atas

      Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal, titik kontak caninus berkontak dengan distal incisivus dua, cangkir puncak diatur atau tepat pada bidang oklusal.

d.      Gigi Premolar 1 Atas

      Sumbu gigi berdiri tegak lurus oklusal, puncak cups bucal tepal pada atau lengkap bidang oklusal cusp palatal kira-kira 1 mm di atas bidang oklusal. 

e.       Gigi Premolar 2 Atas

      Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal, puncak cusp bucal dan palatal menutupi bidang oklusal, permukaan bukal sesuai dengan lengkung gigitan rim di atas linggir rahang.

f.       Gigi Molar 1 Atas

      Sumbu gigi pada servikal sedikit miring kearah mesial, mesio-bucal cusp dan disto-palatal cusp terangkat 1 mm di atas bidang oklusal, mesio-palatal cusp sesuai pada bidang oklusal, kontak mesial  dua atas. 

g.      Gigi Molar 2 Atas

      Inklinasi mesio-bucal porosnya condong ke distal, inklinasi antero-posterior cusp-cuspnya terangkat 2 mm dari bidang oklusal.

      Pada gigi anterior posterior bawah, gigi disusun tegak lurus prosesus alveolaris kecuali gigi kaninus sedangkan servikalnya lebih ke labial, Gigi disiapkan dengan overjet 2-4 mm dan overbite 2 mm.  Posisi gigi anterior rahang bawah dilihat dari labial, tepi incisal membentuk kurva yang sesuai dengan lengkung rahang.

a.       Gigi Incisivus 1 Bawah

      Sumbu gigi tegak lurus terhadap bidang oklusal, permukaan labial sedikit depresi pada bagian servikal, titik kontak mesial tepat pada garis tengah.

b.      Gigi Incisivus 2 Bawah

      Sumbu gigi sedikit miring ke mesial, titik kontak mesial insisivus 2 berkontak dengan titik kontak distal insisivus I rahang bawah.

c.       Gigi Kaninus Bawah

      Sumbu gigi lebih miring kemesial, ujung cups menyentuh bidang oklusal dan berada diantara gigi insisiv dua dan caninus rahang atas. Sumbu gigi lebih miring ke mesial dibandingkan gigi insisiv dua rahang bawah.

d.      Gigi Premolar 1 Bawah

      Inklinasi mesio-distal tegak lurus bidang oklusal, inklinasi antero-posterior Cusp bucal tergantung pada pusat gigi premolar satu dan kaninus rahang atas

e.       Gigi Premolar 2 Bawah

      Inklinasi mesio-distal tegak lurus bidang oklusal, inklinasi anterior-posterior cusp bucalnya tergantung pada sentral gigi premolar satu dan premolar dua rahag atas.

f.       Gigi Molar 1 Bawah

      Cusp Gigi molar satu rahang atas rahang atas berada di molar satu gigi rahang bawah, cusp bucal gigi molar satu rahang bawah rahang bawah berada di bawah sentral.

g.      Gigi Molar 2 Bawah

      Tanggul malam dipotong sesuai dengan gigi M-2 bawah dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal, dan antero-posterior.Dilihat dari bidang oklusal cusp bukalnya berada di atas linggir rahang (Itjingningsih, 1991).

8.      Wax Contouring

                 Membentuk dasar dari geligi tiruan malam sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot-otot penderita dan semirip mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan lunak dalam mulut akan menghasilkan geligi tiruan yang stabil. Kontur yang dibentuk dalam pembuatan wax counturing yaitu: tonjolan akar berentuk huruf V, daerah interproksimal harus sedikit cembung, meniru daerah-daerah interdental papilah, daerah bukal posterior atas menutupi tuberositas (sedikit cembung) dan daerah palatal sampai garis "A-H line",  daerah bukal posterior bawah biasanya didaerah molar dibuat cekung, daerah lingual, bentuk rugae pada langit-langit, dan haluskan semua permukaan luar geligi tiruan malam dengan menggunakan api sampai mengkilat.

 

9.      Flasking

Flasking adalah suatu proses penanaman model malam ke flask untuk mendapatkan mould space.  Flasking memiliki dua metode, yaitu:

a.       Pulling the casting yaitu dimana setelah boiling out, gigi-gigi akan ikut pada flask bagian atas.  Keuntungan: memulas separating medium (CMS) dan packing nya mudah, karena seluruh mould  terlihat.

b.      Holding the casting yaitu dimana permukaan labial gigi-gigi ditutup gips sehingga setelah boiling out akan terlihat seperti gua kecil. Pada waktu packing adonan resin akrilik harus melewati bagian bawah gigi untuk mencapai daerah sayap. Keuntungan: tinggi gigitan dapat dicegah. 

10.  Boiling Out

           Pembuangan pola malam dengan cara direbus dan disiram dengan air panas pada cuvet. Tujuannya untuk menghilangkan wax dari model yang telah ditanam ke dalam flask untuk mendapatkan mould space.

11.  Packing Acrylic

            Packing adalah proses pencampuran monomer dan polimer resin akrilik kemudian dimasukkan ke dalam ruangan yang terdapat pada cuvet. Ada dua metode packing, yang pertama yaitu dry method dimana monomer dan polimer dicampur langsung di dalam mould. Kedua adalah wet method ialah mencampurkan monomer dan polimer diluar mould dan bila  sudah mencapai dough stage dimasukkan ke dalam mould. 

12.  Curing

            Proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimer bila dipanaskan atau ditambah bahan kimia lain.  Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan biasanya lebih sering pemanasan heat curing yang dilakukan dengan cara dimasukkan ke dalam air yang belum mendidih dan ditunggu selama ±60 menit (1 jam). 

 

 

13.  Deflasking

           Deflaking adalah proses melepaskan protesa gigi tiruan resin akrilik dari dalam kuvet dengan menggunakan tang gips dan model dikeluarkan secara utuh (Itjingningsih, 1991). 

14.  Finishing

           Proses membersihkan sisa-sisa bahan tanam dan merapikan sisa-sisa akrilik dengan menggunakan bur fissure lalu dihaluskan dengan amplas. Agar mempermudah pada saat polishing sehingga permukaan langsung terlihat mengkilat.

15.  Polishing

            Proses pemolesan protesa gigi tiruan sebagian lepasan dengan menggunakan feltcone dan pumice / abu gosok untuk menghilangkan guratan setelah halus dan bersih untuk mengkilapkannya menggunakan sikat putih blue angel (Itjiningsih,1992).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PROSEDUR LABORATORIUM

           

            Pada bab ini, penulis menguraikan tentang “prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada kehilangan gigi  11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastem” yang dikerjakan dilaboratorium Teknik Gigi RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat.

 

A.    Identitas Pasien

 Nama                    : Ny.S

Umur                     : -

Jenis Kelamin        : Perempuan

Tempat                  : Laboratorium Teknik Gigi RSPAD Gatot Soebroto

Dokter Gigi           : drg.Gina Rovianty, Sp.Pros.

Warna gigi             : A3

Kasus                    : Pasien kehilangan gigi 11,12,16, 31,36 dan 46

 

B.     Surat Perintah Kerja

Dokter gigi meminta untuk dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik rahang atas dan rahang bawah dengan Surat Perintah Kerja (SPK).

1.      Gigi yang akan digantikan  11, 12,16, 31,36,dan 46

2.      Desain plat rahang atas dan rahang bawah dibuatkan sadel dengan perluasan basis kearah posterior hingga distal gigi molar dua.

3.      Dibuatkan cengkeram C  pada gigi caninus kanan, premolar dua kiri dan molar dua kanan pada rahang atas, dan untuk rahang bawah sedangkan pada rahang bawah  pada gigi premolar dua kiri dan kanan, dan molar dua kanan.

 

C.    Persiapan Alat dan Bahan

Untuk pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik ini dibutuhkan alatdan bahan sebagai berikut :

 

Table 3.1 Alat dan Bahan

NO

ALAT

NO

BAHAN

1.

Bowl

1.

CMS

2.

Kuas

2.

Pumice

3.

Kuvet 

3.

Vaseline

4.

Lecron 

4.

Blu Angel

5.

Amplas

5.

Klammer 0,7

6.

Spatula

6.

Dental Stone

7.

Kompor 

7.

Plaster Of Paris

8.

Okludator

8.

Base Plate Wax

9.

Wax Knife

9.

Luquid Heat Curing

10.

Mixing jar

10.

Heat Curing Acrylic

11.

Tang Gips

11.

Elemen Gigi Tiruan Anterior

12.

Tang Bulat

12.

Elemen Gigi Tiruan Posterior

13.

Cellophane

 

 

14.

Mesin Poles

 

 

15.

Tang Potong

 

 

16.

Tang Tiga Jari

 

 

17.

Mesin Trimmer

 

 

18.

Tang Borobudur

 

 

19.

Press Statis dan Dinamis

 

 

20.

Hanging Bur dan Mata Bur

 

 

 

D.    Waktu dan Tempat Pembuatan

Waktu pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik dimulai tanggal 24 Januari – 31 Januari 2020.Tempat pembuatan di Laboratorium Teknik Gigi RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat.

 

E.     Prosedur Pembuatan

Langkah-langkah dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik ini adalah sebagai berikut:

1.      Merapihkan Model

     Model kerja dibersihkan dari nodul-nodul menggunakan lecron agar mempermudah kita pada saat mendesain dan pada proses pengerjaan, bagian tepi model yang berlebihan dirapihkan dengan mesin trimmer sampai batas mukosa bergerak dan tidak bergerak (Gambar 3.1).

 

Gambar 3.1 Merapihkan Model Kerja

 

 

2.      Penentuan Desain

     Desain digunakan untuk mengetahui bentuk plat, retensi dan stabilisasi seperti apa yang baik untuk pasien pada kasus ini, mempermudah kita membuat suatu protesa dan mempermudah dalam proses pengerjaannya.Dalam pembuatan desain ditentukan desain plat dan macam-macam dukungan dan penahan. Desain plat yang digunakan sadel atau tapal kuda, dengan retensi cengkeram C dan perluasan basis hingga distal gigi molar dua (Gambar 3.2).

 

Gambar 3.2 Penentuan Desain

 

3.      Transfer Desain

     Langkah selanjutnya ialah mentransfer desain dengan cara menggambarkan desain pada model kerja menggunakan pensil sesuai dengan surat perintah kerja (SPK) (Gambar 3.3).

 

Gambar 3.3 Transfer Desain

 

 

 

4.      Survey dan Blockout Pada Model Kerja

Survey dilakukan menggunakan pensil yaitu menandai daerah yang tidak menguntungkan atau undercut dengan cara menempelkan ujung pensil pada model dan digerakan mengikuti kontur gigi. Blockout dilakukan pada bagian distal premolar dua dan mesial molar rahang atas, premolar dua kanan dan kiri dan mesial molar rahang bawah dengan cara ditutup pada daerah undercut yang tidak menguntungkandengan gips putih menggunakan lecron .(Gambar 3.4).

 

Gambar 3.4 Block Out

 

5.      Pembuatan Bite Rim

Pembuatan bite rim dilakukan dengan cara mengoleskan CMS pada model kerja bagian desain agar wax/biterim mudah dilepas. Selanjutnya dilakukan pembuatan basis menggunakan base plate wax yang dilunakan diatas api, kemudian ditekankan pada model kerja sesua lengkung gigi dengan batas desain yang telah ditentukan. Tinggi dan lebar bite rim disesuaikan dengan gigi yang masih ada, yaitu sejajar dengan incisal dan cups gigi yang masih ada (Gambar 3.5).

 

 

 

Gambar 3.5 Pembuatan Bite Rim

 

6.      Penyusunan Gigi

Penyusunan gigi mengikuti gigi yang masih ada, pada gigi anterior disusun edge to edge (Gambar 3.6).Warna elemen gigi yang digunakan adalah A3. Berikut tahap-tahap penyusunan elemn gigi:

a.       Penyusunan Gigi Anterior

1)      Insisivus satu kanan rahang atas

Titik kontak sebelah mesial berkontak dengan titik kontak gigi mesial gigi sebelahnya, gigi disusun diatas linggir rahang, titik kontak sebelah mesial tepat pada garis tengah, incisal edge terletak diatas bidang datar. Pada penyusunan ini dibuat edge to edge yaitu tetap mengikuti oklusi gigi pasien dengan overbite dan overjet 0 mm.

2)      Insisivus dua kanan rahang atas

Titik kontak sebelah mesial berkontak dengan distal insisivus satu kanan rahang atas, gigi disusun diatas linggir rahang, tepi incisal naik 2 mm diatas bidang oklusal. Inklinasi antero-posterior bagian servikal condong lebih ke labial. Pada gigi insisivus dua ini penulis menggunakan elemen gigi insisivus satu karena jika tetap menggunakan elemen gigi insisivus dua tidak dapatnya titik kontak antara gigi caninus karena space yang terlalu besar, sehingga penulis meradir elemen giginya menyerupai bentuk gigi insisivus dua.

3)      Insisivus satu rahang bawah

Titik kontak mesial berkontak dengan mesial gigi insisivus kanan, titik kontak distal berkontak dengan sebelah mesial gigi insisivus kiri. Elemen gigi diradir pada bagian mesial, distal  serta servikal elemen gigi tiruan sampai menyesuaikan space yang ada. Kontak antara gigi rahang atas edge to edge.

 

Gambar 3.6 Penyusunan Gigi Anterior

 

b.      Penyusunan Gigi Posterior

Titik kontak mesial molar satu berkontak dengan sebelah distal premolar dua, gigi diradir pada bagian mesial, distal dan servikal elemen gigi tiruan sampai menyesuaikan space yang ada. Penyusunan elemen gigi posterior cups to cups, yaitu gigi molar satu kanan dan kiri pada rahang atas  bagian cups bukal gigi  berkontak dengan cups bukal molar dua rahang bawah, sedangkan cups bukal molar satu kiri dan kanan rahang bawah berkontak dengan cups bukal premolar dua atas (Gambar 3.7).

 


 

 

 

 

 

 

 


Gambar 3.7 Penyusunan Elemen Gigi

Posterior

 

7.      Pembuatan Cengkeram

     Cengkeram yang digunakan yaitu cengkeram C yang diletakan pada gigi  caninus dan gigi molar kanan dan kiri rahang atas, premolar dua bawah dan molar kanan dan kiri rahang bawah, dengan cara kawat dipotong menggunakan tang potong sesuai kebutuhan, kemudian ditekuk menyesuaikan kontur terbesar dari gigi yang akan dibuatkan lengan cengkram menggunakan tang borobudur dan tang tiga jari dibuat sesuai desain yang ditentukan (Gambar 3.8).

 

                                                                                          

            Gambar 3.8 Pembuatan Cengkram

 

8.      Flasking

Metode yang digunakan yaitu holding the cast supaya tidak terjadinya peninggian gigitan:

Adapun tahapannya sebagai berikut:

a.       Sebelum proses flasking  seluruh bagian cuvet dan model kerja diulasi vaselin.

b.      Gips diaduk didalam bowl menggunakan spatula kemudian dituang kedalam cuvet bawah, tanam model kerja didalam kuvet tersebut dan dirapihkan.

c.       Setelah gips mengeras permukaan gips kuvet bawah diulasi vaselin, kuvet atas dipasang , gips dituangkan sampai batas permukaan kuvet kemudian tutup dan pres menggunakkan statis (Gambar 3.9).

 

 

Gambar 3.9 Flasking

 

9.      Boiling Out

     Tahap selanjutnya yaitu boiling out dengan cara kuvet dimasukkan ke dalam panci dengan air mendidih selama ±15 menit. Setelah selesai, kuvet diangkat dan dipisahkan antara kuvet atas dan bawah. Model kerja disiram dengan air mendidih hingga tidak ada lagi sisa wax pada mould space,  pada bagian tepi yang tajam dirapihkan menggunakan lecron. Kemudian model kerja disiram air panas lagi dan disikat menggunakan air sabun agar sisa wax benar-benar hilang.Mould space yang masih hangat diolesi dengan CMS, tunggu sampai kuvet dingin (Gambar 3.10).

 

Gambar 3.10 Boiling Out

 

10.  Packing

     Metode yang digunakan adalah wet method dengan bahan heat curing acrylic. Adapun tahapnya sebagai berikut:

a.       Liquid dan powder heat curing acrylic dicampur dalam mixing jar, kemudian ditutup dan tunggu hingga dough stage.

b.      Setelah dough stage, adonan dimasukkan kedalam mould space kuvet rahang bawah, pastikan semua permukaan mould space terisi, lalu lapisi selopan dan dipres perlahan menggunakan pres statis.

c.       Akrilik yang berlebih dibuang dengan rapih, lalu pres kembali hingga akrilik yang berlebih tidak ada, pres dilakukan sebanyak 3 kali, pada saat pres terakhir permukaan akrilik diolesi liquid terlebih dahulu lalu pres sampai metal to metal dan tunggu hingga kurang lebih 15 menit (Gambar 3.11).

 

Gambar 3.11 Packing

 

11.  Curing

Polimerisasi heat curing acrylic dilakukan dengan cara perebusan akrilik didalam panci dengan hand press selama satu jam dimulai dari air dingin sampai air mendidih. Kemudian kuvet didinginkan kurang lebih 1 jam baru dibuka (Gambar 3.12).

 

Gambar 3.12 Curing

 

12.  Deflasking

Setelah dingin kuvet dibuka dan protesa yang tertanam pada gips dikeluarkan dari kuvet. Bahan tanam atau gips yang menempel dibuang dengan tang gips dan bur secara perlahan dan hati-hati agar protesa tidak patah (Gambar 3.13).

 

Gambar 3.13 Deflasking

 

13.  Finishing

Protesa dilepaskan dari model kerja dan sisa stone dibersihkan dengan menggunakan bur freezer. Bagian tepi dan permukaan protesa dirapihkan dengan freezer hingga menjadi halus.Kemudian gigi tiruan d ihaluskan dengan amplas kasar sampai amplas halus (Gambar 3.14).

 

Gambar 3.14 Finishing

 

 

14.  Polishing

Untuk menyempurnakan hasil akhir, protesa dipoles menggunakan mesin poles dengan pumice menggunakan sikat hitam dan feldcone. Setelah permukaan akrilik halus dan tidak terlihat adanya goresan, protesa dicuci dengan air bersih hingga sisa-sisa pumice hilang.Permukaan akrilik dikilapkan menggunakan sikat putih dengan bahan blue angle.Setelah mengkilat protesa dicuci dan dibersihkan dari sisa-sisa bahan poles (Gambar 3.15).

 

A

B

C

Gambar 3.15

 Polishing (A. Menghaluskan protesa, B. Mengkilapkan protesa, C. Protesa telah jadi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

A.    HASIL

      Berdasarkan “Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik  Pada Kehilangan Gigi  11,12,16,31,36 Dan 46 Pada Kasus Central Diastem “ yang telah penulis lakukan di laboratorium Teknik Gigi RSPAD Gatot Sobroto Jakarta Pusat dari tanggal 24-31 Januari 2020, hasil yang didapat sebelum dan sesudah pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebagai berikut: (Gambar 4.1)

1.      Bentuk hasil akhir protesa sesuai dengan desain yang telah ditentukan oleh dokter (Gambar 4.2)

2.      Basis gigi tiruan tidak porus, permukaan protesa terlihat halus dan mengkilap.

3.      Pasien merasa nyaman dan senang setelah protesa dipakai.

4.      Retensi yang didapatkan dari pembuatan cengkeram C cukup baik.

5.      Stabilisasi yang didapatkan dari perluasan basis hingga bagian distal gigi molar dua cukup mendukung.

6.      Warna elemen gigi tiruan sesuai dengan warna gigi asli pasien.

 

B

A

          

Gambar 4. 1(A.Pasien sebelum menggunakan protesa,

B. Pasien setelah menggunakan protesa

 

 

 

Gambar 4.2 Hasil Protesa

 

 

B.     Pembahasan

Karya tulis ilmiah ini dibuat berdasarkan laporan kasus yang penulis lakukan di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Adapun kasus yang telah dilakukan tahap pengerjaannya oleh penulis ialah prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik  pada kehilangan gigi  11,12,16,31,36 dan 46 pada kasus central diastema.

Prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik dalam pembuatannya dimulai dari tanggal 24-31 Januari.Prosedur yang dilakukan ialah prosedur klinik dan prosedur laboratorium. Prosedur laboratorium meliputi penerimaan model kerja, transfer desain, block out model kerja pembuatan bite rim, pembuatan cengkram, penyusunan gigi, flasking, boiling out, packing, curing, deflasking finishing dan polishing.

Pembuatan gigi tiruan ini bertujuan untuk menggantikan gigi asli yang telah hilang sebagai upaya memperbaiki estetika, memperbaiki fungsi pengunyahan, memperbaiki jaringan mulut yang tersisa,dan  memperbaiki fungsi mastikasi serta mencegah migrasi gigi yang berlebih pada gigi anterior rahang bawah.

Pembuatan galangan gigit atau bite rim dibuat sesuai dengan bentuk dan lebar gigi yang masih ada, dan tinggi galangan gigit disesuaikan atau sejajar  tinggi gigi yang masih ada. Pada rahang atas dibuatkan plat pola malam/wax full agar mempermudah pada saat try in, sehingga mudah dilepas pasang oleh dokter, karena ukuran galangan gigit yang sangat kecil dan untuk memperkecil resiko patah nya galangan gigit pada saat try in, tetapi saat finishing nanti plat tetap dibentuk tapal kuda

Retensi yang didapat pada rahang atas yaitu dari pembuatan cengkram C pada gigi caninus kanan, premolar dua kiri dan molar dua kanan, sedangkan pada rahang bawah pada gigi premolar dua kiri dan kanan, dan molar dua kanan.

Stabilisasi didapatkan dari perluasaan basis kearah posterior hingga distal gigi molar dua, karena sisa gigi yang masih ada masih cukup banyak sehingga stabilisasi dengan perluasan basis cukup.

Penyusunan elemen gigi tiruan anterior maupun posterior disusun secara edge to edge mengikuti oklusi gigi asli pasien sehingga overbite dan overjet 0 mm. Kendala-kendala yang didapat pada saat proses penyusunan gigi yaitu:

1.      Pada penyusunan gigi incisive dua, penulis mengalami kesulitan untuk menemukan ukuran gigi yang sesuai space nya, sehingga penulis menggunakan elemen gigi incisive satu dan diradir pada bagian mesial, distal serta servikal elemen gigi tiruan  hingga membentuk gigi incisive dua, karena jika tidak dilakukan seperti itu titik kontak antara gigi incisive dua dengan gigi caninus tidak berkontak.

2.      Pada penyusunan gigi posterior rahang atas maupun rahang bawah, penulis mengalami kesulitan untuk menyisipkan elemen gigi karena space  yang terlalu kecil sehingga untuk mengatasi kesulitan tersebut, penulis melakukan peradiran bagian mesial distal serta servikal elemen gigi tiruan untuk menyesuaikan space yang ada, dilakukan sedikit demi sedikit dan berhati-hati.

      Metode flasking ada dua yaitu puling the cast dan holding the cast, pada prosedur ini penulis menggunakan metode holding the cast karena elemen gigi yang ada hanya sedikit dan kecil, dan tidak menggunakan sayap penuh, sehingga tidak terjadi peninggian gigitan.

      Pada tahap finishing pengurangan basis plat pada rahang atas harus berhati-hati karena model dari protesa telah hancur, sehingga penulis harus memperhatikan batas desain agar pasien nyaman saat menggunakan protesanya dan tidak mengganggu jaringan lunak.

      Tahap berikutnya yaitu polishing, penulis harus melakukannya dengan hati-hati karena bentuk protesa yang kecil dan dengan elemen gigi yang tidak banyak, biasanya rentan patah karena kecepatan mesin poles yang sangat tinggi.

       Perubahan profil wajah pasien tidak dapat dibandingkan dengan profil wajah sebelum menggunakan gigi tiruan karena penulis tidak mendapatkan dokumentasi yang cukup, sehingga dari estetik untuk perubahan wajah pasien tidak dapat terlihat dengan jelas, tetapi pasien merasa puas dan nyaman.

 



BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

 

A.    Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1.      Prosedur pembuatan protesa ini dengan menggunakan bahan akrilik, dimulai dari penerimaan model kerja, desain, block out, pembuatan bite rim, penyususnan elemen gigi, pembuatan cengkram, flasking, boiling out, packing, deflasking, finishing dan polishing.

2.      Desain plat yang digunakan pada kasus ini berbetuk tapal kuda, karena terdapat torus palatinus, basis dibuat harus mengikuti desain sehingga mempermudah pada saat finishing

3.      Penyusunan elemen gigi tiruan anterior maupun posterior disusun secara edge to edge mengikuti gigi asli pasien yang masih ada, sehingga overbite dan overjet 0 mm. Penyusunan elemen gigi tiruan anterior dan posterior disesuaikan dengan space yang ada, sehingga pada gigi posterior elemen gigi lebih kecil dari gigi aslinya.

4.      Hambatan pada kasus ini yaitu pada saat  penyusunan elemen gigi karena space yang sempit, dan pada saat proses finishing penulis sulit  menentukan batas desain basis gigi tiruan.

5.      Dari hasil yang diperoleh pada gigi tiruan sebagian lepasan akrilik secara estetik cukup dapat diterima oleh pasien dan retensi dari cengkeram C serta stabilisasi yang didapat dari perluasan basis baik. Warna elemen gigi tiruan sesuai dengan gigi asli pasien dan desain sesuai dengan SPK yang dokter berikan.

 

 

 

 

 

 

B.     Saran

Berdasarkan dari kesimpulan diatas maka penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut:

1.      Harus mengetahui tahapan prosedur pembuatan yang benar agar hasil protesa sesuai yang diinginkan dokter gigi.

2.      Diperlukan kerjasama dan komunikasi baik antara dokter gigi, tekniker dan instruktur laboratorium agar diperoleh hasil yang optimal.

3.      Pada saat penyusunan gigi harus memiliki keterampilan yang baik, agar tidak merubah bentuk titik kontak elemen gigi dengan gigi asli dan harus memperhatikan oklusi atau gigitan pada model kerja, agar pada saat insersi pasien merasa nyaman.

4.      Saat tahap wax counturing sebaiknya desain plat mengikuti desain awal dari dokter gigi, agar mempermudah pada saat finishing.

 

 

 

 

 

                                                                              

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Anshary Fauzan M, dkk. 2014, Gambaran Pola Kehilangan Gigi      Sebagian Pada             Masyarakat Desa Guntung Ujung Kabupaten Banjar.Volume II No 2     Kalimantan Selatan: FKG Universitas lambung Mangkurat. 6 halaman.

Anggraini,N. 2013. Pemilihan Modifikasi Labial Bow pada Perawatan Ortodonti   Lepasan Aktif Terhadap Pergerakan Gigi dalam Kasus Central Diastem,       Karya Tulis Ilmiah Diploma, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan       Tanjungkarang, Tanjungkarang.

Bertha A A,2014, Pengaruh Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Status Gizi          Manusia Di Kota Makassar, Skripsi Sarjana, Fakultas Kedokteran Gigi     Makassar.

Budiharjo, Adrianto, dkk. 2014, Pengaruh Lama Pemanasan Pasca Polimerisasi Dengan Microwave Terhadap Monomer Sisa dan Kekuatan Transversa       pada Reparasi Plat Gigi Tiruan Terhadap Resin Akrilik, Yogyakarta:             Jurnal ISSN. Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi UGM. 13 halaman.

Gunadi Haryanto A, dkk, 1991. Buku Ajar Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I,   Jakarta: Hipokrates. 484 halaman.

Gunadi Haryanto A, dkk, 1991. . Buku Ajar Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid    II, Jakarta: Hipokrates. 484 halaman.

Ismail Ade, 2015,Penatalaksanaan Ekstrusi Gigi Incisivus Lateral Pada Kasus       Pathologic Tooth Migration Periodontitis KronisnDengan Menggunakan Splint Fixed Appliance, Departemen Periodonsia FKG Universitas Islam   Sultan Agung, Semarang. 3 halaman.

Itjiningsih, W.H. 1991. Geligi tiruan lengkap lepasan.Jakarta: buku kedokteran      gigi EGC.

Jazaldi Fadli, Pubiarti Maria,2008, Perawatan Kasusu Diastem Multiple Secara      Multidisiplin, Jakarta: Jurnal ISSN.FKG Universitas Indonesia. 8 halaman.

Klinerbeg Iven, Eckert Steven (eds), 2015. Functional Occlusion In Restorative     Dentistry And Prosthodontics,Australia: Published. 288 halaman.

Loney, Robert W. 2011. Removable Partial Denture Manual. Dalhousie:    Dalhousie University. 103 halaman.

Mandala, 2014.Hubungan Perubahan Von Spee pada Perawatan Deepbite.FKG   Gajah Mada.Yogyakarta.364 halaman.

Mulyani, Biomekanika Pergerakan Gigi. Jakarta: Widya Medika.1994

Moyers, RE.1998.”Handbook of Orthodontics”,Four Edition. Chicago: Year         Book Medical Pulisher Inc.

NI Rasyid, dkk, 2014, Efektivitas Busur Multiloop Edgewise Pada Kasus    Crowding Berat Disertai Palatal Bite, FKG Universitas Gajah Mada,           Yogyakarta.6 halaman.

Putri Seisarita, dkk, 2017, Prevalensi Diastema Anterior Pada Remaja Awal, FKG            Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.9 halaman.

Rahmayani, liana., dkk. 2013.Perilaku Pemakai Gigi Tiruan Terhadap        Pemeliharaan Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan. Darussalam Banda Aceh:    Jurnal PDGI. Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh. 88             halaman.

______________, 2016, Studi Kekuatan Fleksural Antara Resin Akrilik Heat          Cured Dan Termoplastik Nilon Setelah Direndam Dalam Minuman Kopi      Uleekareng (Coffe Robusta), Banda Aceh, Jurnal: ISSN, FKGUniversitas          Syiah Kuala. 8 halaman.

Siagian Krista V, 2016, Kehilangan sebagian gigi pada rongga mulut, Program      Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam            Ratulangi Manado. 6 halaman.

Sumartati Yusrina, dkk. 2013. Pengaruh Konsentrasi Alkohol dan Lama     Penggunaan Obat Kumur Terhadap Modulus Elastisitas Thermoplastic      Nylon Sebagai Bahan Basis Gigi Tiruan,  Departemen Ortodonsia, FKG             Gajah Mada, Yogyakarta. 312 halaman.

TR Utari, Abdillah Nova, 2012, Perawatan Crossbite Anterior Pada Masa Gigi     Bercampur, IDJ.Vol I (1), 96-103. Tersedia   (https://journal.umy.ac.id/index.php/di/article/viewFile/522/661)

Watt D.M, MacGregor A. Roy. 1991. Membuat Desain Gigi Tiruan Lengkap.        Diterjemahkan oleh drg.Ny. Soelistijahi.P dan drg. Max B. Leepel.           Hipokrates. Jakarta. 229 halaman.

Wahjuni Sri, Mandanie Sefy Ayu, 2017,Pembuatan Protesa Kombinasi Dengan    Castable Extracoronal Attachments, Departement Of Health Faculty Of      Vocation Universitas Airlangga, Surabaya.81 halaman.

Zarb, George A; et all. Alih Bahasa Oleh Mardjono, Daroewati; Henni        Koesmaningati. 2002. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi            Menurut Boucher Edisi 10.EGC.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 1

Surat Perintah Kerja

 

 

 

 

 

Lampiran 2

Surat Pernyataan

 

 

 

 

 

Lampiran 3

Lembar Penilaian Kerja Laboratorium

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 4

Lembar Quesioner

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer