ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KLINIK HADIWIJAYA KOTA METRO TAHUN 2020
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN
KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KLINIK HADIWIJAYA
KOTA METRO
TAHUN 2020
Oleh :
MARGONO
NIM
: RPL 1914401149
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN
KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM
STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN
2020
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN
KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KLINIK HADIWIJAYA
KOTA METRO
TAHUN 2020
Laporan Tugas
Akhir Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Menyelesaikan
Pendididikan Pada Program Diploma III Keperawatan
Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang
Oleh :
MARGONO
NIM
: RPL 1914401149
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN
KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM
STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN
2020
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN
KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Laporan
Tugas Akhir, Juli 2020
Margono
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA
PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KLINIK
HADIWIJAYA KOTA METRO PROVINSI
LAMPUNG
xii
+ 65 halaman,11 tabel, 4 lampiran
ABSTRAK
Demam Dengue/DF
dan Demam Berdarah Deangue/DBD (Dengue
Haemoragic Fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi. pada tahun 2019 jumlah kasus
DBD di Lampung mencapai angka 5.592 kasus. Ditahun
2020, di Indonesia hingga april 2020 tercatat sudah 39.876
kasus. Dan di Kota Metro sampai bulan April 2020 data yang diterima ada lebih dari 600 kasus dan
35 pasien yang dirawat inap di Klinik Hadiwijaya dengan
diagnosa medis DHF. Tujuan Laporan Tugas Akhir
ini adalah Memberikan
gambaran pengkajian, diagnosis rencana Keperawatan tindakan Keperawatan serta
evaluasi Keperawatan pada pasien Demam Dengue dengan gangguan kebutuhan cairan. Metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi
dengan menggunakan format pengkajian. Pengkajian menggunakan dua sumber yaitu
pasien dan rekam medis pasien dengan hasil pengkajian didapatkan
keluhan utama demam, mual, serta tidak mau minum, pengkajian dilanjutkan dengan
diagnosa keperawatan yaitu Hipovolemia, implementasi dilaksanakan selama tiga
hari dengan evaluasi hasil yaitu masalah Hipovolemia teratasi dan tidak terjadi
syok Hipovolemia.
Kata Kunci : Cairan Dan Elektrolit, Demam Berdarah
Dengue
Bahan Bacaan : 13 (2010-2020)
POLYTECHNIC OF
HEALTH TANJUNGKARANG
DEPARTMENT OF
NURSING TANJUNGKARANG
Final
Assignment Report, July 2020
Margono
NURSING CARE DISORDERS OF LIQUID AND
ELECTROLITE NEEDS IN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
PATIENTS IN HADIWIJAYA CLINIC IN METRO CITY LAMPUNG
xii
+ 65 pages, 11 tables, 4 attachments
ABSTRACT
Fever Dengue
/ DF and Deangue Dengue / DHF (Dengue Haemoragic Fever / DHF) is an infectious
disease caused by dengue virus with clinical manifestations of fever, muscle
aches and joint pain. Until March 2020 the data received were more than 600
cases of DHF in the city of Metro and 35 patients were hospitalized in March at
the Hadiwijaya Clinic with a medical diagnosis of DHF. The purpose of this
Final Project Report is to provide an overview of the assessment, diagnosis of
Nursing plans for Nursing actions and evaluation of Nursing in fever dengue patients with impaired fluid and
electrolyte requirements. Data collection methods used are interviews,
observation, and documentation using the assessment format. The assessment uses
two sources, namely the client, and the client's medical record with the
results of the study obtained a major complaint of fever,
Keywords :
Fluid and Electrolytes, Dengue Hemorrhagic Fever
Reading material : 13 (2010-2020)
BIODATA PENULIS
Nama :
Margono
NIM :
1914401149
Tempat
& Tgl Lahir : Metro,
20 Maret 1980
Agama : Islam
Jenis
Kelamin : Laki –
Laki
Alamat : 22
Hadimulyo Barat
Kecamatan
Metro Pusat Kota Metro
No.
Hp : 08985080765
RIWAYAT
PENDIDIKAN
SD (1987-1993) : SD Kristen No. I Metro
SMP (1993-1996) : SMP Negeri No. 1 Metro
SMA (1996-1999) : SPK Depkes
Metro
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “ Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan
Cairan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di Klinik Hadiwijaya Kota
Metro Tahun 2020 ”.
Laporan Tugas Akhir ini dibuat dan
diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar D III Keperawatan di
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir
ini jauh dari sempurna, masih banyak terdapat banyak kekurangan, oleh karenanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangatlah diharapkan dan laporan tugas
akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak / ibu :
1. Warjidin Aliyanto,SKM.,M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Tanjung Karang.
2. Gustop Amatiria,SKp.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Ilmu
Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
3. Ns. Musiana,S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Tanjung Karang sekaligus sebagai Pembimbing Utama.
4. Giri Udani,S.Kp.,M.Kes selaku Pembimbing Pendamping.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar program studi keperawatan
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
6. Dokter dan staf di Klinik Hadiwijaya Metro yang memberikan
dukungan dan bantuan sehingga terselesainya Laporan Tugas Akhir ini.
7. Seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi kepada
penulis.
8. Seluruh rekan-rekan RPL serta semua pihak yang telah
memberikan bantuannya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga Allah Swt
membalas kebaikan dan bantuan yang telah diberikan dan laporan tugas akhir ini
dapat bermanfaat untuk semua terutama seluruh tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Bandar Lampung, Juli 2020
Penulis
MARGONO
Laporan Tugas Akhir
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN
CAIRAN PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KLINIK HADIWIJAYA
KOTA METRO
TAHUN 2020
Penulis
MARGONO
RPL
1914401149
Telah diperiksa
dan disetujui oleh Tim penguji Laporan Tugas Akhir
Program Diploma
III Keperawatan Tanjungkarang
Tim Pembimbing Laporan Tugas Akhir
Pembimbing Utama Ns. MUSIANA,S.Kep.,M.Kes NIDN. 4006047401 |
Pembimbing Pendamping GIRI UDANI,S.Kp.,M.Kes NIDN. 4012026201 |
Laporan Tugas Akhir
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN
CAIRAN PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KLINIK HADIWIJAYA
KOTA METRO
TAHUN 2020
Penulis
MARGONO
RPL
1914401149
Telah
dipertahankan dan disetujui oleh Tim penguji Laporan Tugas Akhir
Program Studi
Diploma III Keperawatan Tanjungkarang
Jurusan
Keperawatan Poltekes Tanjungkarang
TIM PENGUJI TUGAS AKHIR
Ketua Penguji :
SITI
FATONAH,S.Kp.,M.Kes ( )
NIDN. 4026077301
Anggota Penguji :
GIRI
UDANI,S.Kp.,M.Kes ( )
NIDN. 4012026201
Moderator :
Ns.
MUSIANA,S.Kep.,M.Kes ( )
NIDN. 4006047401
Mengetahui
Ketua
Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang
GUSTOP
AMATIRIA,SKP.,M.Kes
NIP.
197008071993031002
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Margono
Nim :
RPL 1914401149
Program Studi :
Diploma III Jurusan Keperawatan Tanjungkarang.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan tugas
akhir yang saya tulis ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan
Cairan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue (
DBD ) di Klinik Hadiwijaya Kota Metro Tahun 2020” adalah benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan dan pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan laporan tugas akhir ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.
Bandar Lampung, Juli 2020
Yang membuat pernyataan
MARGONO
DAFTAR
ISI
Lembar
Sampul Luar
................................................................................. Lembar
Sampul Dalam
.............................................................................. Abstrak
...................................................................................................... Kata
Pengantar
........................................................................................... Biodata
....................................................................................................... Lembar
Persetujuan
................................................................................... Lembar
Pengesahan ................................................................................... Lembar
Pernyataan Keaslian
..................................................................... Daftar
Isi
.................................................................................................... Daftar
Tabel ............................................................................................... Daftar
Lampiran
........................................................................................ |
i ii iii vii viii ix x xi xiii xiv |
|||
BAB I |
PENDAHULUAN |
|||
|
A. B. C. D. E. |
Latar
Belakang ................................................................. Rumusan
Masalah ............................................................ Tujuan
Penulisan .............................................................. 1. Tujuan Umum ............................................................. 2. Tujuan Khusus
............................................................ Manfaat
............................................................................ 1. Manfaat Teoritis .......................................................... 2. Manfaat Praktis
........................................................... Ruang Lingkup
................................................................ |
1 3 4 4 4 4 4 5 5 |
|
BAB II |
TINJAUAN PUSTAKA |
|||
|
A. B. C. D. |
Tinjauan
Konsep Kebutuhan Dasar Manusia ................... Konsep
Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit ........................ Tinjauan Asuhan Keperawatan DBD .............
................. Tinjauan Konsep Penyakit ............................................... |
6 7 28 38 |
|
BAB III |
METODE |
|||
|
A. B. C. D. E. F. |
Fokus
Asuhan Keperawatan ............................................. Subjek
Asuhan Keperawatan ........................................... Lokasi
Dan Waktu ............................................................ Tehnik
Pengumpulan Data ............................................... Penyajian Data
................................................................. Prinsip Etik ....................................................................... |
43 43 43 43 46 47 |
|
BAB IV |
HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN |
|||
|
A. B. |
Hasil
Asuhan .................................................................... 1. Identitas Pasien ............................................................ 2. Riwayat Kesehatan ...................................................... 3. Pemeriksaan Fisik ....................................................... 4. Pemeriksaan Penunjang ............................................... 5. Daftar Terapi Obat
....................................................... 6. Analisa Data
................................................................ 7. Diagnosa Keperawatan ................................................ 8. Rencana Tindakan Keperawatan ................................. 9. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ................... Pembahasan
...................................................................... 1. Pengkajian ................................................................... 2. Diagnosis Keperawatan ............................................... 3. Rencana Tindakan Keperawatan ................................. 4. Implementasi Keperawatan ......................................... 5. Evaluasi Keperawatan ................................................. |
50 50 50 53 54 55 55 55 56 56 58 58 58 59 60 60 |
|
BAB V |
SIMPULAN DAN SARAN |
|||
|
A. B. |
Simpulan
.......................................................................... 1. Pengkajian ................................................................... 2. Diagnosis Keperawatan ............................................... 3. Rencana Tindakan Keperawatan ................................. 4. Implementasi Keperawatan ......................................... 5. Evaluasi Keperawatan ................................................. Saran
................................................................................. |
62 62 62 62 62 62 63 |
|
|
DAFTAR PUSTAKA |
64 |
||
LAMPIRAN |
|
|||
DAFTAR
TABEL
Tabel 2.1 Tabel
2.2 Tabel
2.3 Tabel
2.4 Tabel
2.5 Tabel
2.6 Tabel
2.7 Tabel
2.8 Tabel
4.1 Tabel
4.2 Tabel
4.3 |
Volume Cairan Tubuh
......................................................... Sumber Air Tubuh ............................................................. Jumlah Cairan Tubuh
.......................................................... Unsur-Unsur Utama Kompartemen Tubuh
......................... Intake Dan Output Rata-Rata Harian
.................................. Jumlah Kehilangan Air Dan Elektrolit
................................ Rencana Asuhan Keperawatan
............. .............................. Klasifikasi Derajat DBD
..................................................... Analisa Data ........................................................................ Rencana Tindakan Keperawatan
........................................ Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
.......................... |
9 9 13 16 16 16 32 38 55 56 56 |
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Lampiran 1, Lembar
Informed Consent
2.
Lampiran 2, Lembar
Format Pengkajian
3.
Lampiran 3, Lembar
Catatan Konsultasi Bimbingan Laporan Tugas Akhir
4.
Lampiran 4, Lembar Surat
Keterangan Telah Melakukan Asuhan Keperawatan.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dengue
Hoemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit
yang dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa. DHF disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh vektor ke tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk ( Arief Mansjoer, 2000 dalam Nabiel Ridha,
2017).
Data
dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DHF setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak 1968 hingga tahun
2019, WHO mencatat Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita DHF
tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit ini menjadi momok yang mengerikan dan
dalam waktu yang relatif singkat DHF dapat menelan banyak korban (Muhammad
Lutfi dkk, 2017).
Kemudian dalam profil kesehatan Lampung
2019,
pada tahun 2019 jumlah kasus DBD di Lampung mencapai angka 5.592 kasus. Kasus
terbanyak di Bandar lampung mencapai 1.198 kasus, kabupaten pringsewu 1.176
kasus, pesawaran 644 kasus, lampung selatan 519 kasus, lampung timur 451 kasus
dan daerah paling sedikit pesisir barat dengan 58 kasus. Pada tahun 2019 angka
kematian kasus DBD mencapai 17 kasus.
Hal
ini dapat disebabkan oleh perubahan iklim dan rendahnya kesadaran untuk menjaga
kebersihan lingkungan (Dinkes Provinsi Lampung, 2019)
Kemudian ditahun 2020, hingga bulan April 2020 data nasional kemenkes mencatat total 39.876 kasus DBD. Jumlah kasus
terbanyak di Provinsi Jawa
barat 5.894 kasus, kemudian NTT 4.493 kasus, Lampung 3.682 kasus, jawa timur
3.045 kasus, dan bali 2.173 kasus. Provinsi Jawa barat dan NTT termasuk dalam zona
merah DBD, sementara Lampung, jawa timur dan bali masuk Zona kuning. Angka
kematian per provinsi NTT lebih tinggi yaitu 32 kasus, kemudian jawa barat 15
kasus, jawa timur 13 kasus dan lampung 11 kasus. (Kemenkes RI).
Sedangkan
kasus kejadian DHF di Kota Metro sampai
bulan April 2020 data
yang diterima ada lebih dari 600 kasus dan 35 pasien pasien yang
dirawat inap hingga bulan April 2020 di Klinik Hadiwijaya dengan diagnosa
medis DHF.
Komplikasi yang dikhawatirkan akan
terjadi pada pasien DHF adalah efusi pleura dan dengue syok sindrome. Menurut
Rampengan (2008) 30-50% pasien DHF akan mengalami dengue syok sindrome (DSS) dan berakhir
dengan suatu kematian sebagai akibat dari kekurangan cairan yang tidak ditangani secara dini
dan adekuat. Kekurangan cairan adalah
suatu kondisi ketidakseimbangan cairan
yang
ditandai dengan defisiensi cairan
di
ruang ekstraselular, tetapi proporsi antara cairan dan elektrolit mendekati
normal.
Pasien dengan dengue hoemorrhagic fever (DHF) pada umumnya akan ditandai dengan
manifestasi klinis seperti demam yang
tinggi
yang dapat mencapai 40o C selama 2-7 hari, anoreksia, mual, muntah,
nyeri perut, dan perdarahan terutama perdarahan pada daerah bawah kulit. Masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien DHF antara lain gangguan
termoregulasi, nyeri akut, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, serta gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan.
Pada pasien DHF, selain gangguan
termoregulasi, gangguan kebutuhan yang paling sering muncul adalah gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan.
Hal
ini disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mengakibatkan adanya peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang disertai dengan kobocoran plasma.
Manifestasi klinis seperti perdarahan, muntah, dan demam tinggi juga menjadi
faktor penyebab terjadinya kekurangan cairan pada pasien DHF.
Dalam
hal ini menunjukan bahwa kebutuhan cairan
merupakan
salah satu proses dinamika dalam tubuh,
karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap berespon terhadap stressor
fisioligis dan lingkungan.
Kekurangan volume cairan dalam jumlah yang banyak dapat
menyebabkan terjadinya penurunan volume cairan, tekanan darah menurun, nadi cepat dan kecil,
peningkatan denyut jantung , penurunan kesadaran dan diakhiri dengan syok,
berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun – ubun cekung, selaput
lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.
Dan penanganan kasus DHF yang terlambat
akan mengakibatkan Dengue Syok Sindrom
( DSS ) yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan penderita
mengalami defisit volume cairan akibat dari meningkatnya permeabilitas dari kapiler pembuluh
darah sehingga seseorang yang menderita DHF akan mengalami kondisi syok hipovolomik dan
akhirnya meninggal dunia. (Ngastiyah,2010).
Tidak ada terapi yang spesifik untuk DBD. Prinsip utama adalah terapi suportif.
Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga
kurang dari 1%. Pemeliharaan
volume cairan dan sirkulasi
merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan
cairan pasien tetap
dijaga, terutama cairan per oral. Jika asupan cairan oral tidak
bisa dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi.
Pemberian cairan yang diberikan sesuai dengan ketentuan WHO berdasarkan grade
DBD yang dialami pasien (
Depkes RI, 2014
).
Berdasarkan data angka kejadian dan
pentingnya peran perawat dalam penanganan terapi cairan, maka penulis tertarik
untuk menyusun Laporan
Tugas
Akhir
dengan judul “Asuhan Keperawatan Ganguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue ( DBD ) Di Klinik Hadiwijaya Kota Metro Tahun 2020 ”.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalahnya adalah bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Cairan Pada
Pasien Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di Klinik Hadiwijaya Kota
Metro Tahun 2020
C.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Memberi gambaran
pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Demam
Berdarah Dengue di Klinik Hadiwijaya Kota Metro Tahun 2020.
2. Tujuan
Khusus
Berdasarkan uraian latar
belakang dan rumusan masalah, maka penulis menetapkan tujuan dari penulisan ini
yaitu :
a. Memberikan
gambaran Pengkajian Keperawatan Gangguan Kebutuhan
Cairan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue di Klinik Hadiwijaya Kota Metro Tahun
2020.
b. Memberikan
gambaran Diagnosis Keperawatan
Gangguan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue di Klinik
Hadiwijaya Kota Metro Tahun 2020.
c. Memberikan gambaran Rencana Keperawatan
Gangguan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue di Klinik
Hadiwijaya Kota Metro Tahun 2020.
d. Memberikan gambaran Tindakan Keperawatan Gangguan Kebutuhan
Cairan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue di Klinik Hadiwijaya Kota Metro Tahun
2020.
e. Memberikan gambaran Evaluasi Keperawatan Gangguan Kebutuhan
Cairan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue di Klinik Hadiwijaya Kota Metro Tahun
2020.
D.
Manfaat
1. Teoritis
a. Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Kebutuhan Cairan Pada Pasien
Demam Berdarah Dengue.
b. Menambah referensi bagi mahasiswa, perawat dan masyarakat
yang membutuhkan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Cairan
Pada Pasien Demam Berdarah Dengue.
2. Praktis
a. Bagi
Klinik Hadiwijaya
Manfaat Praktis
penulisan Laporan Tugas Akhir bagi Klinik Hadiwijaya yaitu dapat digunakan
sebagai acuan dalam melakukan tindakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Kebutuhan Cairan
Pada Pasien Demam Berdarah Dengue.
b. Bagi
Perawat
Manfaat praktis
penulisan Laporan Tugas Akhir bagi perawat yaitu perawat dapat menentukan
diagnosa dan intervensi keperawatan yang tepat pada pasien dengan Gangguan kebutuhan cairan pada pasien
Demam Berdarah Dengue.
c. Bagi
Instansi Akademik
Manfaat praktis penulisan
Laporan Tugas Akhir bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan sebagai
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang asuhan
keperawatan dengan gangguan kebutuhan cairan
pada pasien Demam Berdarah Dengue.
d. Bagi
Pasien/Pasien
Manfaat
praktis penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pasien dan
keluarga untuk mengetahui Penyakit Demam Berdarah Dengue.
E. Ruang Lingkup
Dalam laporan tugas akhir ini penulis membahas satu kasus
yaitu pada pasien Demam Berdarah Dengue yang mengalami Gangguan
Kebutuhan cairan di Klinik Hadiwijaya Kota Metro pada tanggal 25 - 27 April 2020.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Konsep
Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar
manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan
keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang tentunya bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Manusia mempunyai karakteristik yang
unik walaupun demikian mereka tetap memiliki kebutuhan dasar yang sama. Pada
dasarnya setiap manusia mempunyai dua macam kebutuhan pokok atau dasar yaitu
kebutuhan dasar materi dan kebutuhan dasar nonmateri (Wahit Iqbal Mubarak, 2015)
Menurut Abraham
Maslow (1970) membagi kebutuhan dasar manusia menjadi 5 tingkatan diantaranya :
1.
Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan untuk
mempertahankan kehidupan/kelangsungan hidup. Kebutuhan
fisiologis/biologis/fisik ini harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhann
yang lainnya. Kebutuhan fisiologis terdiri atas kebutuhan pemenuhan oksigen dan
pertukaran gas, cairan, makanan, eliminasi, istirahat dan tidur, aktifitas,
keseimbangan temperatur tubuh dan seksual
2.
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
Kebutuhan rasa aman adalah kondisi yang membuat seseorang merasa aman dan
ada kaitannya dengan kepastian untuk hidup bebas dari ancaman dan bahaya.
Sedangkan pengertian perlindungan/ keselamatan adalah kebebasan dari situasi penuh tekanan yang terus menerus.
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan terdiri atas perlindungan dari udara
dingin, panas, kecelakaan, infeksi, bebas dari ketakutan dan kecemasan.
3.
Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki
Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki yaitu
kebutuhan untuk memberikan dan menerima rasa cinta sayang dan memiliki. Rasa saling
memiliki menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan, kesepakatan dan dukungan untuk
merasa berdaya dan sukses. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki terdiri
atas kebutuhan memberi dan menerima kasih sayangm kehangatan, persahabatan,
mendapat tempat, keluarga dan kelompok sosial.
4.
Kebutuhan harga diri
Kebutuhan harga diri yaitu kondisi yang membuat
seseorang merasa puas akan dirinya, bangga dan merasa dihargai karena kemampuan
dan perbuatannya. Kebutuhan harga diri terdiri dari keinginan untuk pencapaian,
menguasai kegiatan profesional dan pribadi, keinginan untuk berwibawa, status,
merasa penting, dan pengakuan.
5.
Kebutuhan aktualisasi diri
Aktualisasi diri adalah kesadaran akan diri
berdasarkan atas observasi mandiri, termasuk persepsi masa lalu akan diri dan
perasaanya. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan bakatnya ingin berprakarsa, mengeluarkan ide/gagasan,
untuk terus berkembang dan berubah, serta berubah kearah tujuan masa depan.
B.
Konsep
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1.
Definisi
Cairan Dan Elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan dasar
yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh.
Beberapa sistem organ di dalam
tubuh yang membantu dalam proses penurunannya,
diantaranya yaitu ginjal, kulit,
paru serta gastrointestinal (Hidayat
& Mustifatul Uliyah, 2012).
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam
rangka menjaga kondisi tubuh
tetap terjaga. Keseimbangan cairan dan elektrolit
didalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostosis. Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-paitikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Andri dan Wahid 2016).
Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan distribusikan
keseluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler (Andri dan Wahid
2016).
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada didalam sel diseluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan
yang berada didalam sel dan terdiri dan tiga kelompok yaitu:
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan
didalam sistem vaskuler, cairan interstitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna (Andri dan
Wahid 2016).
2.
Distribusi
Cairan dan Elektrolit
a.
Volume cairan tubuh
Total volume cairan tubuh
(total body water TBW)
kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini
tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit
menyimpan cairan, dimana lemak
pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia
juga berpengaruh terhadap TBW
dimana makin tua usia makin sedikit
kandungan airnya. Sebagai contoh :
Tabel
2.1 :Volume Cairan Tubuh
Karakteristik |
Volume
Cairan Tubuh (Total Body Water/TBW) |
Bayi
baru lahir |
70%- 80%dari berat badan |
Usia 1 tahun |
60%
dariberatbadan |
Pubertas
sampai dengan Usia 39 tahun: a.
Pria b.
Wanita |
60% dari berat badan 52% dari
berat badan |
Usia 40 sampai dengan 60 tahun: a. Pria b. Wanita
|
55% dari berat badan 47% dari beratbadan |
Usia diatas 60 tahun: a. Pria
b. Wanita |
52%dariberatbadan
|
Sumber:(Andi
dan Wahid 2016)
b.
Sumber air tubuh
Tabel 2.2 :Sumber Air Tubuh
Sumber |
Jumlah |
Air
Minum |
1.500
- 2.000 ml/hari |
Air
dalam makanan |
700
ml/hari |
Air dari metabolisme tubuh |
200
ml/hari |
Jumlah
|
2.400
- 2.900 ml/hari |
Sumber: (Andi dan Wahid,
2016)
Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdisfusi dan bersifat polar (senyawa elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk benda cair. Fungsi vital air
adalah pelarut yang sangat baik karena
molekulnya dapat bergabung dengan
protein, hidrat arang, gula dan zat yang terlarang lainnya. Dalam homeotasis jumlah air tubuh selalu di upayakan konstan karena air tubuh
yang keluar akan sama
dengan jumlah
air yang masuk.
c.
Distribusi cairan
Total cairan tubuh bervariasi
menurut umur, berat badan (BB) dan
jenis kelamin. Jumlah cairan tergantung pada
jumlah lemak tubuh, lemak tubuh
tidak berair, jadi semakin banyak lemak maka semakin kurang cairan. Air adalah komponen tubuh
yang paling utama. Air merupakan pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik
dalam bentuk suspensi maupun larutan.
Air tubuh total (total body waler/TBW) yaitu persentase dari berat air
dibandingkan dengan berat badan total,
bervariasi menurut jenis kelamin, unur dan kandungan lemak tubuh. Pada orang dewasa 60% dari berat badan
adalah air (air dan elektrolit).
Cairan
tubuh terdapat dalam dua kompartemen
cairan: cairan intraseluler (cairan dalam sel) dan ruang ekstraseluler (cairan diluar sel). Kurang
lebih dua pertiga (2/3) dari
cairan tubuh berada dalam kompartemen
cairan intraseluler, dan kebanyakan
terdapat pada masa otot skelet. Pada orang dewasa
cairan intraseluler ± 25liter dengan ukuran
rata-rata atau ± 40% BB. Kompartemen
ekstraseluler dibagi menjadi ruang intravaskuler, interstitial, dan transeluler.
Cairan
ekstraseluler didalam tubuh berjumlah sepertiga
(1/3) dari TBW (Total Body
Water) atau sekitar 20% BB. Ruang
intravaskuler (cairan dalam
pembuluh darah) mengandung plasma (5%). Kurang lebih 3 liter dari rata-rata 6 liter cairan darah terdiri dari
plasma, tiga liter sisanya terdiri
dan eritrosit, leukosit, dan trombosit. Ruang intersisiel
mengandung cairan yang
mengelilingi sel dan berjumlah sekitar
8 liter pada orang dewasa. Cairan
ini terletak diantara sel sebanyak
15%. Limfe merupakan contoh cairan interstisel. Ruang transeluler
merupakan bagian terkecil dari cairan ekstraseluler yang mengandung ± 1 liter cairan setiap waktu (1% sampai 2% BB). Contoh dari cairan
transeluler adalah cairan serebrospinal, penicarial, sinovial, intraocular, dan
pleural, keringat serta sekresi cerna.
Cairan
ekstraseluler (CES) mengelilingi dan
dapat masuk kedalam sel, membawa
bahan-bahan yang diperlukan untuk
metabolisme dan pertumbuhan sel
dari saluran pencernaan dan paru-paru, kemudian mengangkat sampah bekas
metabolisme ke paru-paru, hepar, ginjal, untuk dibuang. Sebagai contoh plasma
membawa oksigen dalam hemoglobin sel darah merah dan paru membawa glukosa dari gastrointestinal ke kapiler. Oksigen dan glukosa
berpindah melintasi membran kapiler ke ruang
interstitial kemudian melintasi membran sel ke dalam sel. Plasma juga akan membawa produk
sampah seperti karbondioksida dari sel
ke paru dan sampah metabolik ginjal.
Cairan
intestisiel merupakan bagian terbesar dari cairan ekstraseluler dan
berhubungan erat dengan plasma. Cairan
ini dipisahkan dengan plasma oleh selaput
kapiler, yang dapat dilalui oleh semua bahan kecuali sel-sel dan molekul protein yang besar. Kurang
lebih 93% dari plasma adalah air, terlarut didalamnya sel-sel darah merah, darah putih dan trombosit.
Cairan
yang bersirkulasi diseluruh
tubuh dalam ruang cairan intrasel dan
ekstrasel mengandung elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit merupakan sebuah unsur atau
senyawa, yang jika melebur atau larut didalam air atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan
mampu membawa muatan listrik. Elektrolit yang mempunyai muatan positif disebut
kation dan yang bermuatan
negatif disebut anion. Konsentrasi setiap
elektrolit didalam cairan intrasel
dan ekstrasel berbeda, namun jumlah
total anion dan kation dalam
setiap kompartemen cairan harus
sama. Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk
neuromuskular dan keseimbangan asam basa.
Mineral, yang dicerna
sebagai senyawa, biasanya dikenal
dengan nama logam, non-logam, radikal
atau fosfat bukan dengan nama
senyawa, yang mana mineral tersebut menjadi bagian didalamnya. Mineral merupakan unsur semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam mempertahankan proses fisiologis. Mineral juga bekerja sebagai katalis dalam respons syaraf, kontraksi otot, dan metabolisme zat gizi yang terdapat
dalam makanan serta mengatur keseimbangan
elektrolit dan produksi hormon, menguatkan
struktur tulang. Sel merupakan
unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup. Contoh sel adalah sel darah merah (SDM) dan sel darah putih (SDP). Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang utama dalam upaya untuk mempertahankan keseimbangan antara kedua ruang tersebut. Kehilangan cairan
tubuh dapat mengganggu keseimbangan
ini.
Secara
ringkas kompartemen cairan dibagi menjadi dua kompartemen utama, yaitu:
1.
Cairan
intraseluler (CIS)
CIS adalah cairan yang terkandung didalam sel pada orang dewasa kira-kira dua per tiga dari cairan tubuh adalah
intraseluler, sama kira-kira 25
L pada rata-rata pria dewasa (70 Kg). Sebaliknya,
hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler.
2.
Cairan ekstraseluler
(CES)
CES adalah cairan diluar
sel. Ukuran relatif dari CES menurun
dengan meningkatnya usia. Pada bayi baru lahir
kira-kira setengah cairan tubuh terkandung di dalam CES. Setelah usia satu tahun, volume relatif
CES menurun sampai kira-kira
sepertiga dari volume total. CES dibagi
menjadi:
a) Cairan
interstisiel (CIT)
Cairan ini berada
disekitar sel. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Volume CIT kira-kira sebesar dua kali
lebih besar pada bayi baru lahir dibanding
orang dewasa.
b) Cairan
intravaskuler (CIV)
Cairan
yang terkandung dalam pembuluh darah.
Volume relatif dari CIV sama
pada orang dewasa dan anak-anak.
Rata-rata volume darah orang sama pada
orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3
L dari jumlah itu adalah plasma,
sisanya 2-3L terdiri dari sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP) dan trombosit.
c) Cairan
transeluler (CTS)
Cairan yang terdapat
didalam rongga khusus dari tubuh. Cairan
CTS meliputi cerebrospinal,
pericardial, pleural sinovial, cairan intraokular dan sekresi lambung. Sejumlah besar cairan ini
dapat bergerak kedalam dan keluar ruang
transeluler setiap harinya. Contohnya, saluran gastrointestinal (GI) secara normal mensekresi dan
mengabsropsi sampai 6-8 L per
hari.
Secara
skematis jenis dan jumlah cairan
tubuh dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar
1: Skema jenis dan jumlah cairan
tubuh
Cairan
Tubuh 60% Cairan
Intraseluler
40% Cairan
Ekstraseluler
20% Cairan
Interstitial 15% Plasma
Darah 5% Cairan
Transeluler 3%
Sumber: (Andri dan Wahid, 2016)
Tabel 2.3 :
Jumlah Cairan Tubuh
Kopartemen |
%
terhadap BB |
Volume
(Liter) |
CIS |
40 |
28 |
CES |
20 |
14 |
Sumber: (Andri dan Wahid, 2016)
3.
Fungsi
Cairan
a. Sarana
untuk mengangkat zat-zat makanan ke sel-sel
b. Mengeluarkan buangan-buangan sel
c. Membantu dalam metabolisme sel
d. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
e. Membantu
memelihara suhu
tubuh
f. Membantu
pencemaran
g. Mempermudah eliminasi
h. Mengangkat
zat-zat seperti (hormon, enzim,
seldarah putih,sel darah merah) (Andi dan Wahid, 2016)
4.
Keseimbangan
Cairan
Menurut Andi dan Wahid (2016) Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau
masukan cairan dan pengeluaran cairan berasal
dari minuman dan makanan.Kebutuhan
cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari.Sekitar 1.200 ml berasal dariminunian dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.250-1.500 ml/hari, feses 100 ml,
paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800
ml.
Prinsip
dasar keseimbangan cairan:
a.
Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas
cairan intraseluler dan ekstraseluler
tetapi hampir sama satu sama lain
kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
b.
Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap
banyak zat terlarut karena jumlah
osmol dalam cairan ekstraseluler
atau intraseluier tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi
dari kompartemen cairan abnormal
terhadap volume dan osmolaritas cairan
ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler.
5.
Komposisi Cairan Tubuh
Menurut Andri dan Wahid
(2016) semua cairan tubuh adalah
air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
a. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh
manusia.Rata-rata pria dewasa hampir 60% dari berat badannya adalah air dan
rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
b. Solut (terlarut)
Solut air, cairan tubuh mengandung dua jenis
substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan non-elektrolit.
c. Elektrolit
Substansi yang berdiasosiasi (berpisah) di dalam
larutan dan akan menghantarkan arus
listrik. Elektrolit berdiosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur
dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain (miliekuivalen/liter). Jumlah kation dan
anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama (mol/L) atau
dengan berat molekul dalam gram (milimol/liter, mEq/L).
Kation: ion-ion yang membentuk muatan
postif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na+),
sedangkan kation intraseluler utama adalah kalium (K+).Sistem pompa terdapat di
dinding sel tubuh yang memompa natrium keluar dan kalium kedalam.
Anion: ion-ion yang membentuk muatan negative
dalam larutan. Anion ekstraseluler utama adalah kiorida (Cl-),
sedangkan anion intraseluler utama adalah ion fosfat (PO43). Karena
kandungan elektrolit dari plasma dan cairan irnterstisial secara esensial sama
nilai elektrolit plasma menunjukan komposisi cairan ekstraseluler, yang terdiri
atas cairan intraseluler dan interstisial.
Namun demikian, nilai elektrolit plasma
tidak selalu menunjukan komposisi demikian, nilai elektrolit plasma tidak
selalu menunjukan komposisi elektrolit dari cairan intraseluler.
Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam mengantisipasi gangguan
seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau
bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna mengubah
nilai elektrolit plasma.
d.
Non-elektrolit
Substansi seperti glukosa
dan urea yang tidak berdiosiasi dalam larutan dan
diukur berdasarkan berat (miligram per 1000 ml-mg/dl).Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
Tabel 2.4: Unsur-unsur utama Kompartemen cairan tubuh
Unsur Elektrolit |
Berat gram molekul |
Intra |
Intravaskuler |
Interstitial |
Natrium(mEq/L) |
23,0 |
10 |
145 |
142 |
Kalium |
39,1 |
140 |
4 |
4 |
Kalsium |
40,1 |
<1 |
3 |
3 |
Magnesium |
24,3 |
50 |
2 |
2 |
Klorida |
35,5 |
4 |
105 |
110 |
Bikarbonat |
61,0 |
10 |
24 |
28 |
Fosfat |
31,0 |
75 |
2 |
2 |
Protein (g/dl) |
16 |
7 |
2 |
Sumber:
(Andri dan Wahid, 2016)
Tabel 2.5 : Intake dan Output
rata-rata harian
INTAKE (RANGE) |
OUTPUT (RANGE) |
||
AIR (ml) |
|
||
1. Air
minum 2. Air
dalam makanan 3. Air
hasil oksidasi |
= 1400-1800 = 7000-10000 = 300-400 |
1. Urine 2. Feses 3. Kulit 4. Paru-paru |
= 1400-1800 = 100 = 300-500 = 600-800 |
TOTAL |
= 2400-3200 |
TOTAL |
= 2400-3200 |
Natrium (mEq) Kalium (mEq) Magnesium (mEq) |
= 70(50-100) =100(50-120) = 30(5-60) |
·
Urine ·
Feces ·
Urine ·
Feces ·
Urine ·
Feces |
= 65(50-100) = 5(2-20) = 90(50-120) = 10(2-40) = 10(2-20) = 20(2-50) |
Kalsium (mEq) Protein (g) Nitrogen (g) Kalori |
= 15(2-50) = 55(30-80) = 8(4-12) = 1800-3000 |
·
Urine ·
Feces |
= 3(0-10) = 12(2-30) |
Tabel 2.6 : Jumlah Kehilangan Air dan
Elektrolit per 100 kcal Bahan Metabolik Dalam Keadaan Normal Maupun Sakit
CARA |
KEADAAN |
KEADAAN |
||||
H2O (ml) |
Na (mEq) |
K (mEq) |
H2O (ml) |
Na (mEq) |
K (mEq) |
|
Evaporasi
|
15 |
0 |
0 |
10-60 |
0 |
0 |
Tinja |
5 |
0,1 |
0,2 |
0-50 |
0,1-4,0 |
0,2-3,0 |
Air kemih |
65 |
3 |
0,2 |
0-400 |
0-30,0 |
0-30,0 |
TOTAL |
125 |
3,2 |
2,4 |
Sumber; (Andri dan
Wahid, 2016)
6.
Faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairan
dan elektrolit
a. Usia
Asupan cairan individu
bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik serta
berat badan. Bayi dan anak dimasa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan
orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan
yang hilang juga lebih besar dibandingkan
orang dewasa. Besarnya cairan yang hilang pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi
oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum
diatur dibandingkan ginjal orang
dewasa.Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang
besar dari kulit dan pernapasan.
Pada lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh
masalah jantung atau gangguan ginjal.
b. Aktivitas
Aktivitas
hidup seorang sangat berpengaruh tethadap kebutuhan cairan dan eleklrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan peningkatan saluran cairan melalui keringat Dengan demikian,
jumlah cairan yang tidak disadari (insensible
water los) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivitas
kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya
individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak
akan mengalami pengeluran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan.
Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak disadari (insensible water loss/IWL). Besarnya IWL pada tiap individu
bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolisme, dan usia. Individu yang tinggal dilingkungan yang bersuhu tinggi atau didaerah
dengan kelembaban yang rendah akan
lebih sering mengalami kehilangan cairan dan elektrolit.
Demikian
pula pada orang yang bekerja
berat dilingkungan yang bersuhu
tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima liter sehari melalui keringat. Umumnya orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat
kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak bisa berada dilingkungan
panas dapat kehilangan cairan hingga dua
liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elekirolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha
memecah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan
lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress
berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit
tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini
mengakibatkaa retensi air dan natrium.
Disamping itu stress juga
menyebabkan peningkatan produksi yang dapat mengurangi produksi urine.
f. Penyakit
Trauma
pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau
jaringan yang rusak (misal luka robek, atau
luka bakar). Pasien yang
menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan
cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun
karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan
dan natrium sehingga terjadi retensi
cairan dan kelebihan beban cairan (hipervolemia). Lebih
lanjut, kondisi ini dapat
menyebabkan edema paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar
asam dan basa dalam tubuh.
Asupan
cairan yang banyak, maka produksi urine akan
meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan
kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi
urine dengan berbagai cara.
Diantaranya peningkatan reabsorpsi tubulus,
retensi natrium dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan,
kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (misal gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria
(produksi urine kurang dari 40ml/24jam) sehingga anuria
(produksi urine kurang dari 200 ml/jam).
g.
Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis
menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan
cairan lambung dapat menyebabkan penurunan
kadar kalsium.
h.
Pengobatan
Penggunaan beberapa
obat seperti diuretik mauptun laktasif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan
cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi
defisit cairan tubuh. Selain itu,
penggunaan diuretik menyebabkan
kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan mengikat. Penggunaan
kortikosteroid dapat pula menyebabkan
retensi natrium dan air dalam tubuh.
i.
Pembedahan
Pasien
yang menjalani pembedahan
beresiko tinggi mengalami ketidak seimbangan
cairan. Beberapa pasien dapat kehilangan banyak darah selama periode operasi,
sedangkan beberapa pasien lainnya justru mengalami kelebiban beban cairan
akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi
hormon ADH selama masa stress akibat obat-obatan.
7.
Mekanisme Gerakan Cairan dan
Elektrolit
Menurut Asmadi Cairan dan elektrolit
dalam tubuh selalu bergerak diantara ketiga tempat cairan tersebut, yaitu intraseluler, interstitial, dan
intravaskuler. Pergerakan cairan dan elektrolit harus dipertahankan dalam
keadaan seimbang. Secara garis besar, pergerakan cairan dan elektrolit terbagi atas beberapa aspek, antara lain:
a. Plasma yang didalamnya
antara lain mengandung oksigen dan nutrien, bergerak
keseluruh tubuh dalam sirkulasi.
b. Cairan
interstitial beserta komponennya
bergerak diantara kapiler darah
dan sel.
c. Cairan
dan interstitial bergerak kedalam sel.
Pergerakan cairan
tubuh ini dipengaruhi oleh gaya-gaya
utama yang menyebabkan cairan dan elektrolit tersebut bergerak. Gaya tersebut
meliputi:
a. Difusi
Difusi adalah pengaliran
larutan dan daerah yang konsentrasinya tinggi
kedaerah yang konsentrasinya lebih rendah
dan hasil akhir dari proses difusi
adalah konsentrasi dikedua kompartemen
menjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau partikel-partikel yang berada dalam cairan,
seperti glukosa, elektrolit, oksigen, dan lain-lain. Contoh proses disfusi adalah pergerakan oksigen dari kapiler darah sel. Difusi oksigen ini terjadi karena
perbedaan konsentrasi oksigen antara
dikapiler dengan di sel. Arah
perpindahan yang terjadi pada proses disfusi bisa timbul balik.
b. Osmosis
Osmosis adalah gerakan
air melewati membran semi
permeabel dari area dengan konsentrasi
zat terlarut rendah ke area
dengan konsentrasi zat terlarut
tinggi. Pada osmosisnya, biasanya
perpindahan terjadi hanya satu arah karena yang bergerak adalah air. Tujuan
osmosis adalah melarutkan zat terlarut (solute) sampai terjadi ekuilibrium padakedua larutan, suhu larutan, muatan listrik solute, dan perbedaan tekanan osmosis. Tekanan osmosis ini
bergantung pada konsentrasi molekul di
dalam larutan. Bila konsentrasi
molekulnya tinggi, maka tekanan osmosis pada larutan tersebut tinggi sehingga air akan tertarik masuk kedalam
larutan tersebut. Tekanan osmotik
larutan disebut juga osmolaritas. Tekanan osmotik ini antara lain
dipengaruhi oleh jumlah albumin dan natrium. Proses osmosis ini sering terjadi antara
cairan interstitial ke venule bersamaan
dengan perpindahan karbondioksida,
urea dan sampah metabolisme lainnya untuk diekresi oleh tubuh.
c. Filtrasi
Tekanan filtrasi merupakan
cara lain dimana air dan partikel-partikel bergerak melewati membran. Gerakan ini tenjadi akibat bobot atau tekanan cairan lebih besar pada satu sisi membran dibandingkan dengan sisi lain. Bobot atau tekanan cairan ini disebut dengan tekanan hidrostatik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa filtrasi terjadi dari daerah yang tekanan demikian dapat dikatakan bahwa filtrasi terjadi dari daerah yang tekanan hidrostatiknya tinggi ke daerah yang yang tekanan
hidrostatiknya rendah. Bergeraknya air dan
solute seperti dari
intravaskuler ke interstitial,
terjadi karena tekanan hidrostatik pada intravaskuler lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan pada interstitial. Dengan demikian, air beserta oksigen, nutrien, glukosa, dan solute lainnya dapat keluar dari
intravaskuler masuk ke interstitial,
lalu ke sel.
d. Transpor
Aktif
Pada transpor aktif, zat-zat
dapat bergerak melewati sel dan
larutan yang konsentrasinya rendah
ke konsentrasi yang tinggi dengan memakai energi. Ini berguna
untuk keseimbangan elektrolit. Contoh transpor
aktif ini adalah pada pompa natrium dan
kalium, dimana natrium dipompa
keluar sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel.
8.
Gangguan Dalam Volume Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Menurut
Anik Maryunani (2015) gangguan keseimbangan cairan.
meliputi:
a. Kelebihan
cairan
Disebut
dengan istilah lain hipervolemia (peningkatan
volume darah) atau overhidrasi.
Dalam hal ini terjadi ketika
tertahannya air dan natrium pada
ekstraseluler dalam jumlah sama. Merupakan jumlah cairan yang berlebih pada ruang ekstrasel, yang biasanya disebabkan oeh kadar
Na+ yang tidak normal atau gangguan
pengeluaran cairan dari tubuh
(bisa disebabkan oleh penyakit gagal ginjal,
payah jantung, atau pemberian
cairan infus yang berlebihan).
Penyebab :
1. Peningkatan
intake natrium clorida
2. Pemberian
natrium melalui infus yang cepat.
3. Proses
penyakit yang merubah mekanisme pengaturan
spt CHF, gagal ginjal, sirosis pada
hati dan cushingsyndromes.
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan
cairan:
1.
Hipervolume
(peningkatan volume darah)
2.
Edema (kelebihan cairan pada
interstisial)
a.
Normal cairan interstisial tidak terkait dengan air, tetapi
elestis dan hanya terdapat diantara jaringan
b.
Keadaan hipervolume dapat menyebabkan pitting edema, merupakan
edema yang berada pada daerah verifier,
atau akan mencekung setelah
ditekan pada daerah yang bengkak.
c.
Nonpitting edema tidak menunjukan tanda kelebihan cairan
ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan membekunya cairan pada permukaan jaringan.
d.
Kelebihan cairan vaskuler dapat meningkatkan
hidrostatik cairan dan akan menekan cairan
kepermukaan interstitsial sehingga
menyebabkan edema anasarka (edema yang terdapat diseluruh tubuh).
e.
Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan
sejumlah cairan hingga ke membran
kapiler paru-paru dan dapat
meningkatkan kematian.
f.
Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan penekanan padakapiler darah paru-paru dan
perpindahan cairan ke jaringan paru-paru.
b. Kekurangan cairan
Bisa disebut dengan istilah
lainnya hipovolemia atau dehidrasi.
Biasanya pada pasien diare dan muntah. Terjadi oleh karena berkurangnya total cairan tubuh. Penurunan jumlah cairan ekstraseluler dapat terlihat dengan menurunnya curah jantung dan eksresi ginjal. Dapat ditandai dengan oliguria (urine sedikit), rasa haus, takhikardia,
hipotensi, mata cekung, elastisitas
kulit berkurang, kelemahan umum
dan syok.
Ada
3 macam kekurangan cairan,
yaitu:
1.
Dehidrasi isotonic: tubuh kehilangan sejumlah
cairan dan elektrolit secara
seimbang.
2.
Dehidrasi hipertonik: tubuh kehilangan lebih banyak
air daripada elektrolit.
3.
Dehidrasi hipotonik: tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada cairan.
Macam-macam dehidrasi berdasarkan derajatnya:
1.
Dehidrasi berat:
a)
Pengeluaran/kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter
b)
Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter
c)
Hipotensi
d)
Turgor kulit buruk
e)
Oliguria
f)
Nadi dan pernapasan meningkat
g)
Kehilangan cairan mencapai >10% BB
2.
Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri:
a)
Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10%BB
b)
Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter
c)
Mata cekung
3.
Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri: kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2liter
c. Ketidakseimbangan
Cairan Tubuh
Ketidakseimbangan
cairan merupakan defisit volume cairan
terjadi ketika proporsi kehilangan
air dan elektrolit dari ekstrasel sama,
disebut juga dengan hipovolemia. Penyebab
terjadinya ketidakseimbangan cairan tubuh
1) Pengeluaran cairan yang abnormal
melalui kulit dan gastro
intestinal
2) Penurunan
intake cairan
3) Perdarahan
4) Pergerakan
cairan kedalam 3 ruang
d. Gangguan
dalam keseimbangan elektrolit,
meliputi:
1)
Gangguan dalam natrium
a) Hiponatermia
(1) Hiponatremia
merupakan suatu keadaaan kekurangan kadar natrium
(2) Bisa
disebabkan oleh kesalahan dalam pemberian cairan sebagai peugganti cairan yang hilang
(3) Keadaan
ini dapat terjadi pada pasien dengan penyakit diare, penggunaan diuretik, pada
pasien dengan gangguan pada saluran gastrointestinal (mual dan muntah)
b) Hipernatremia
(1) Hipernatremia
merupakan suatu keadaan kelebihan kadar natrium dalam plasma darah.
(2) Keadaan ini lebih timbul karena gangguan keseimbangan cairan, bukan semata-mata
karena kelebihan natrium didalam tubuh.
(3) Penderita biasanya mengalami kekurangan cairan tubuh
sehingga terjadi hiperkonsentrasi natrium.
(4) Gejala klinisnya biasanya berupa lemah, halusinasi,
kejang sampai koma.
2)
Gangguan dalam kalium:
a) Hipokalemia
Hipokalemia merupakan
keadaan kekurangan kadar kalium
dalam darah. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh kurang masuknya asupan per oral maupun parentral
akibat beberapa keadaan. (antara lain: muntah,
diare, sesudah operasi saluran cerna, dan pengeluaran berlebih dari ginjal).
Gejala klinis berupa lemah hipotensi, depresi, adanya rasa
haus, poliuria dan aritmia
jantung.
b) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan keadaan kelebihan kadar kalium
dalam darah. Dapat terjadi karena pemasukan kadar kalium yang berlebih,
misalnya pada transfusi massif (yang terus-menerus),
kerusakan ginjal, kerusakan jaringan yang hebat. Gejala klinis berupa
diare, kolik, kejang perut
atau depresi otot jantung.
3)
Gangguan dalam kalsium
a) Hipokalasemia
Hipokalasemia merupakan
suatu keadaan kekurangan kadar kalsium
dalam plasma darah. Sering dijumpai pada
pasien hipoparatiroid, dan pada pasien
yang terlihat sakit berat serta menderita sepsis, gagal ginjal
dan hipoalbuminemia. Ditandai dengan
peningkatan aktivitas neuromuskular (kram otot dan perut) dan gangguan pada otot jantung
b) Hiperkalasemia
Hiperkalasemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Sering dijumpai pada pasien dengan hiperparatiroid, karsinoma
metastasis atau intoksikasi
vitamin D. Gejala klinis tidak begitu spesifik,
antara lain dapat timbul mual, muntah dan kelemahan umum.
c) Gangguan
dalam magnesium
1)
Hipomagnesium
Hipomagnesium merupakan
suatu keadaan kekurangan magnesium
dalam darah. Sering dijumpai pada
pasien yang menerima cairan
parentral tanpa kadar magnesium dalam waktu
yang lama, pecandu alcohol, kelainan saluran cerna (diare,
malabsorbsi, selang nasogastrik yang terpasang lama). Gejala klinis
dapat berupa tremor, kejang, kram pada kaki tangan, kesadaran menurun,
dan aritmia jantung.
2)
Hipermagnesia
Hiepermagnesia
merupakan suatu keadaan kelebihan
magnesium dalam darah. Sering terjadi karena pemberian kadar magnesium
yang berlebihan, misalnya antasida, enema, penderita dengan gagal ginjal akut
atau kronis, penderita dengan diabetes ketoasidosis.
9.
Kompetensi Cairan dan
Elektrolit
a. Rumus
Menghitung cairan dan elektrolit (Andri
dan Wahid, 2016)
1) Dewasa (Makro 20tetes/menit)
Tetesan/Menit = Jumlah Cairan yang Masuk
Lama lnfus (jam) x 3
2)
Dewasa (Makro 15 tetes/menit)
Tetesan/Menit = Jumlah
cairan yang masuk
Lama
Infus (jam) x 4
Atau
Tetesan/Meni t = Skebutuhan
Cairan x faktor tetesan
Lama Infus (Jam)x 60 menit
Faktor
tetesan infus bermacam-macam, lihat label
dalam cairan ada yang 10 tetes/menit,
l5 tetes/menit, 20 tetes/menit.
3) Anak
Tetesan/Menit = Jumlah Cairan yang
Masuk
Lama
infus (jam)
b.
Menghitung Keseimbangan
Cairan
Hal-hal
yang perlu diperhatikan:
1) Air Minum :1500-2500m1
2) Air dari Makanan : 750 ml
3) Air
hasil metabolisme oksidatif : 200 ml
Rata-rata output cairan per
hari:
1) Urine :
1-2 cc/kg/BB/jam
2) Insensible Water
Loss :
Dewasa : IWL = 10-15 cc/kgBB/hari
Anak-anak : IWL = 30-umur (th) cc/kgBB/hari
Bila ada kenaikan suhu: IWL = 200 (suhu kenaikan sekarang-36,5°C)
Kebutuhan cairan dan
elektrolit merupakan kebutuhan
dasar yang dibutuhkan untuk metabolisme
tubuh. Beberapa sistem organ di
dalam tubuh yang membantu dalam proses penurunannya,
diantaranya yaitu ginjal, kulit,
paru serta gastrointestinal (Hidayat
& Mustifatul Uliyah, 2012).
Cairan
dan elektrolit sangat diperlukan
dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap stabil. Keseimbangan cairan dan elektrolit
didalam tubuh merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostosis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-paitikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Andri dan Wahid 2016).
Cairan dan elektrolit masuk kedalam
tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan
distribusikan keseluruh bagian tubuh.
Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler (Andri dan Wahid
2016).
Cairan intraseluler
adalah cairan yang berada didalam sel
diseluruh tubuh. Sedangkan cairan
ekstraseluler adalah cairan yang
berada didalam sel dan terdiri
dan tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan
cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan didalam sistem vaskuler, cairan
interstitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna (Andri dan Wahid 2016).
C. Tinjauan Asuhan
Keperawatan Masalah Gangguan Kebutuhan Cairan Pada Pasien DBD
1.
Pengkajian
Pengkajian keperawatan difokuskan pada hal-hal seperti riwayat keperawatan, pengukuran
klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium.
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian
riwayat keperawatan penting untuk mengetahui
pasien yang beresiko mengalami gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit, pengkajian tersebut
meliputi:
1)
Asupan cairan dan makanan
(oral dan parenteral), haluaran cairan.
2)
Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3)
Proses penyakit yang menyebabkan gangguan
homeostasis cairan dan elektrolit.
4)
Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang
dapat mengganggu status cairan.
5)
Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6)
Faktor psikologis (prilaku emosional).
b.
Pengukuran Klinis
Pengukuran klinis sederhana
yang dapat perawat lakukan tanpa instruksi dari dokter adalah:
1)
Penimbangan berat badan
dilakukan disaat yang sama dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama. Peningkatan atau penurunan 1 kg berat badan setara dengan penambahan atau pengeluaran cairan 1liter cairan.
2)
Pengukuran tanda-tanda vital, perubahan
tanda-tanda vital (suhu, nadi,
pernapasan, dan tekanan darah serta tingkat
kesadaran) bisa menandakan gangguan keseimbangan cairan.
3)
Asupan cairan, meliputi cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral(obat-obatan intravena), makanan yang mengandung air, irigasi kateter.
4)
Haluaran cairan meliputi urin (volume, kepekatan), feses (jumlah,
konsistensi), drainase, dan IWL.
5)
Status hidrasi, meliputi adanya edema, rasa haus yang berlebihan, kekeringan pada membran mukosa.
6)
Proses penyakit,kondisi penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit (misalnya, diabetes militus, kanker, luka bakar).
7)
Riwayat pengobatan, obat-obat atau terapi yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan dan elektrolit (misalnya,
steroid, diuretik, dialisis).
c.
Pemeriksaan Fisik
1)
Integumen : turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani,
dan sensasi rasa.
2)
Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung.
3)
Mata: cekung, air mata kering.
4)
Neurologi : refleks, gangguan motorik sensorik, tingkat kesadaran.
5)
Gastrointestinal : mukosa mulut, mulut, lidah, bising usus.
6)
Parameter yang digunakan untuk mengetahui adanya
gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi:
a)
Tanda-tanda vital yang abnormal.
b)
Asupan dan haluaran cairan yang tidak seimbang.
c)
Volume dan konsentrasi urin yang abnormal.
d)
Turgor kulit yang buruk.
e)
Penurunan/peningkatan
berat badan yang tiba-tiba (kurang
lebih 2% ringan, kurang lebih 5% sedang, kurang lebih 10% berat).Temperatur tubuh yang sangat tinggi akibat kehilangan cairan yang berlebihan.
f)
Edema.
g)
Nilai tekanan vena sentral (CVP) yang abnormal (normalnya
7-15 mmHg).
d.
Pemeriksaan Laboratorium
1)
Pemeriksaan darah
lengkap, meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit.
a)
Ht naik: adanya
dehidrasi berat dan gejala syok.
b)
Ht turun: adanya
perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
c)
Hb naik : adanya
hemokonsentrasi.
d)
Hb turun : adanya
perdarahan hebat, reaksi hemolitik.
2)
Pemeriksaan elektrolit
serum, ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida,ion bikarbonat.
3)
PH dan berat jenis urin, menunjukan
kemampuan ginjal, untuk mengatur konsentrasi
urin. Normalnya adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
4)
Analisa gas darah, biasanya yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-,
PCO2, dan saturasi O2.
Nilai normal PCO2: 35-40mmHg; PO2: 80-l00 mmHg;
HCO3-: 25-29 mEq/l. Sedangkan saturasi O2adalah perbandingan oksigen
dalam darah dengan jumlah oksigcn
yang dapat dibawa oleh darah,
normalnya diarteri (95-98)% dan
vena (60-85)%.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respon pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan (SDKI, 2016).
Diagnosa
keperawatan yang muncul pada penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue tergantung
pada data yang ditemukan, diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a.
Hipovolemi
b.
Hipertermia
c.
Defisit nutrisi
1. Perencanaaan
Intervensi
keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan
Tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktifitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (SIKI,2018)
Tabel
2.7 Rencana Asuhan Keperawatan
Demam
Berdarah Dengue
No |
Diagnosa Keperawatan |
Tujuan |
Intervensi |
1 |
Hipovolemia |
Outcome : Status cairan membaik |
Manajemen hipovolemia 1. Observasi - Periksa tanda dan gejala hipovolemia
(mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume
urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan lemah) - Monitor intake dan output cairan 2. Terapeutik - Hitung kebutuhan cairan - Berikan posisi modified trendelenburg - Berikan asupan cairan oral 3. Edukasi - Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral - Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak 4. Kolaborasi - Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis
(mis. cairan RL) - Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) - Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
albumin, plasmanate) - Kolaborasi pemberian produk darah Pemantauan cairan 1. Observasi - Monitor frekuensi dan kekuatan nadi - Monitor frekuensi nafas - Monitor tekanan darah - Monitor berat badan - Monitor waktu pengisian kapiler - Monitor elastisitas atau turgor kulit - Monitor jumlah, waktu dan berat jenis
urine - Monitor kadar albumin dan protein total - Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
Osmolaritas serum, hematocrit, natrium, kalium, BUN) - Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
(mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume
urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine
meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat) - Identifikasi tanda-tanda hypervolemia
mis. Dyspnea, edema perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat,
refleks hepatojogular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat) - Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan,
luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal) 2. Terapeutik - Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien - Dokumentasi hasil pemantauan 3. Edukasi - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu |
2 |
Hipertermia |
Termoregulasi membaik |
Manajemen hipertermia 1. Observasi a. Identifikasi penyebab hipertermia b. Monitor suhu tubuh c. Monitor kadar elektrolit d. Monitor haluaran urin e. Monitor komplikasi akibat
hipertermia 2. Terapeutik a. Sediakan lingkungan yang dingin b. Longgarkan atau lepaskan pakaian c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh d. Berikan cairan oral e. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) f. Lakukan pendinginan eksternal
(misal kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) g. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin h. Berikan oksigen bila perlu 3. Edukasi Anjurkan tirah baring 4. Kolaborasi Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu |
3 |
Defisit nutrisi |
Outcome : Status nutrisi membaik Luaran utama : a. Status
nutrisi Luaran tambahan : 1. Berat
badan 2. Elimimasi
fekal 3. Fungsi
gastrointestinal 4. Nafsu
makan 5. Perilaku
membaik 6. Perilaku
meningkatkan berat badan |
Menejemen nutrisi 1. Observasi a. Identifikasi
status nutrisi b. Identifikasi
alergi dan intoleransi makanan c. Identifikasi
makanan yang disukai d. Identifikasi
kebutuhan kalori dan jenis nutrisi e. Identifikasi
perlunya pemakaian selang nasogastrik f. Monitor
asupan makanan g. Monitor
berat badan h. Monitor
hasil pemeriksaan laboratorium 2. Terapeutik a. Lakukan
oral hygiene sebelum makan jika perlu b. Fasilitasi
menentukan pedoman diet c. Sajikan
makanan secara menarik dan suhu yang sesuai d. Berikan
makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi e. Berikan
makanan tinggi kalori dan tinggi protein f. Berikan
suplemen makanan jika perlu g. Hentikan
pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi. 3. Edukasi a. Anjurkan
posisi duduk jika mampu b. Ajarkan
diet yang diprogramkan 4. Kolaborasi a. Kolaborasi
pemberian medikasi sebelum makan ( missal pereda nyeri, anti emetic), jika
perlu b. Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan, jika perlu. Promosi berat badan 1. Observasi a. Identifikasi
penyebab BB kurang b. Monitor
adanya jumlah mual dan muntah c. Monitor
jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari d. Monitor
BB e. Monitor
albumin, limfosit dan elektrolit serum 2. Terapeutik a. Berikan
perawatan mulut sebelum pemberian makanan, jika perlu b. Sediakan
makan yang tepat sesuai kondisi pasien (missal makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblender, makanan cair yang diberikan melalui NGT atau
gastrostomy, total parenteral nutrition sesuai indikasi) c. Hidangkan
makan secara menarik d. Berikan
suplemen jika perlu e. Berikan
pujian pada pasien atau keluarga untuk peningkatan yang dicapai 3. Edukasi a. Jelaskan
jenis makanan yang bergizi tinggi namun tetap terjangkau b. Jelaskan
peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan |
2. Implementasi
Implementasi
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan pasien dengan lingkungan,
implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan
keselamatan pasien.
3. Evaluasi
Evaluasi
merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam
keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal
dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
D.
Tinjauan
Konsep Penyakit
1.
Definisi Demam Berdarah
Dengue
Demam Dengue/DF dan Demam Berdarah Deangue/DBD (Dengue Haemoragic Fever/DHF) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis henioragik. Pada DBD terjadi pembesaran
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok.
Tabel 2.8: Klasifikasi Derajat DBD
Derajat 1 |
Demam
disertai gejala tidak khas dan
satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif. |
Derajat
2 |
Derajat
1 disertai perdarahan spontan dikulit dan atau |
Derajat
3 |
Ditemukannya tanda kegagalan
sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi
disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah. |
Derajat
4 |
Syok
berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur. |
Sumber: BA infeksi dan pediatri tropis hal: 146 dalam (Kusuma, 2013).
2.
Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthoprod-borne atau virus yang disebabkan oleh artropoda.
Virus ini termasuk genus flavivirus dari famili flaviviridae. Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah
nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit
viremia (terdapat virus dalam darahnya). Menurut laporan terakhir, virus
dapat pula ditularkan secara transvovarial
dari nyamuk ke telur-telumya.
Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus
dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan
mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam
tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.
Orang yang
didalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah
dengue. Ada yang mengalaini demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan
ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa
virus dengue selama satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain
diberbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya. Sekali terinfeksi, nyamuk menjadi infektif seumur hidupnya.
3.
Manifestasi klinis
Masa inkubasi demam
dengue pada manusia berlangsung sekitar
4-5 hari. Gejala awal demam
dengue yang berlangsung 1-5 hari tidak spesifik, berupa demam ringan,
sakit kepala malaise. Demam yang
terjadi mendadak dalam 2-7 hari turun
menjadi suhu normal. Gejala klinis lain yang dapat terjadi berupa anoreksia,
nyeri punggung, nyeri tulang dan sendi.
Manifestasi DBD berupa perdarahan umumnya timbul pada hari kedua terjadinya demam. Perdarahan pada kulit mudah dilihat
jika dilakukan uji turniket. Perdarahan juga mudah terjadi
pada waktu dilakukan fungsi
vena. Bentuk perdarahan dapat berupa petekia
purpura, epistaksis dan kadang-kadang
juga terjadi perdarahan gusi, hematemesis dan melena.
Keluhan nyeri perut yang hebat menunjukan terjadinya
gangguan gastrointestinal dan syok. Pada
awal terjadinya demam, penderita
menunjukkan adanya hepatomegali yang
biasanya diikuti syok yang terjadi pada
hari ke-3 sejak sakitnya penderita.
Pada pemeriksaan
darah penderita, gambaran darah menunjukan trombosit yang rendah (kurang dri 100.000 per ml) hematokrit lebih dari20% pada pemeriksaan yang kedua, dan kadar hemoglobin sahli lebih
dari 20%. Pemeriksaan serologi, misalnya uji fiksasi komplemen, uji inhibasi aglutinasi dan uji netralisasi
mendukung tegaknya diagnosis demam
dengue dan demam berdarah
dengue.
4.
Patofisiologi
Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk, virus ini memasuki aliran darah manusia
untuk kemudian bereplikasi (memperbanyak diri). Sebagai perlawanan, tubuh akan
membentuk antibodi, selanjutnya akan terbentuk kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai anitigennya.
Kompleks antigen-antibodi tersebut akan melepaskan zat-zat yang merusak sel pembuluh darah, yang
disebut dengan proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas
kapiler meningkat yang salah satunya ditunjukan dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler. Hal tersebut
akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit dan eritrosit.
Akibatnya, tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan hebat pada kulit, saluran pencernaan
(muntah darah, berak darah), saluran pemapasan (mimisan, batuk darah), dan
organ vital (jantung, hati, ginjal) yang sering mengakibatkan kematian.
Pathway
Abdominal (Melalui nyamuk aedes aegypti) Beredar dalam aliran darah Infeksi Virus Deangue (viremia) Mengaktifkan system komplemen Membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a PGE, Hipotalamus Hipertermi Peningkatan reabsorbsi Na+ dan H2O Permeabilitas membran meningkat Resiko syok Hipovolemik Kerusakan endotel pembuluh darah Agregasi Trombosit Trombositopeni Merangsang & mengaktivasi faktor
pembekuan Renjatan Hipovolemik dan hipotensi DIC Kebocoran Plasma Perdarahan Reaksi Perdarahan Resiko perfusi jaringan tidak efektif Asidosis Metabolik Hipoksia Jaringan Ke eksvaskuler Kekurangan Volume cairan Resiko Syok (Hipovolemik) Paru-paru Hepar Abdomen
5.
Efusi Pleura Hepatomegali Ascites Mual Muntah Ketidakseimbangan pola nafas Penekanan Intra Abdomen Nyeri Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan
5.
Discharge Planing
a. Minum
yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan (tidak harus jus jambu) dan ukur jumlah cairan yang keluar dari yang diminum.
b. Upayakan untuk makan dan istirahat
yang cukup.
c. Untuk perlindungan gunakanlah
obat anti nyamuk saat mengunjungi tempat
endemik dengue.
d. Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan
gejalanya.
e. Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat
penyimpanan air untuk mencegah nyamuk
berkembangbiak dengan menutup
tempat penampungan, mengosongkan air tergenang
dan bekas, kaleng bekas dan pot bunga.
f. Melakukan abatesasi
tempat-tempat penampungan air untuk mencegah
berkembang biaknya nyamuk. Untuk
abate yang ditaburkan kedalam
bak tendon air, satu sendok makan abate untuk bak ukuran 1m
x 1m x 1m atau 1 mg dalam 100
liter air. Jangan dikuras 1 bulan
karena obat ini melapisi dinding bak air sehingga kalau ada jentik, jentik akan mati.
BAB
III
METODE
A.
Fokus Asuhan
Keperawatan
Pada
laporan tugas akhir ini penulis melakukan
pendekatan asuhan keperawatan yang
berfokus pada gangguan kebutuhan cairan pada pasien dengan Demam
Berdarah Dengue di Klinik Hadiwijaya Kota Metro Lampung pada tanggal 25
april 2020 - 27 april 2020.
B.
Subyek Asuhan
Dalam laporan tugas
akhir ini subjek merupakan pasien dengan gangguan kebutuhan cairan. Adapun Kriteria eksklusi dan inklusi
pada laporan tugas akhir ini sebagai berikut:
1. Kriteria
Inklusi
a. Pasien yang berusia 18-50 tahun
b. Tidak ada penyakit lain yang berhubungan dengan kebutuhan cairan dan elektrolit .
2. Kriteria
Eksklusi
a. Pasien
yang terdiagnosa Demam Berdarah Dengue dengan penyakit lain.
b. Pasien
meninggal saat pengobatan
c. Pasien
yang selama perawatan dipindahkan keruangan lain.
C.
Lokasi
dan Waktu
Penulisan dilakukan di Klinik Hadiwijaya Kota Metro pada
tanggal 25 -
27 April 2020.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam
karya tulis ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara
lain:
1. Pengamatan
(Observasi)
Pengamatan (Observasi) adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk yang menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan
dari luar mengenai indra, dan
terjadilah pengindraan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan pengamatan (Notoatmodjo, 2010).
2. Wawancana
(Interview)
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi
data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau
percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala
sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara.
Wawancara bukanlah
sekedar memperoleh angka lisan
saja, sebab dengan wawancara peneliti akan dapat:
a.
Memperoleh kesan langsung dari responden.
b. Menilai
kebenaran yang dikatakan oleh
responden.
c. Membaca
air muka (mimik) dari responden.
d. Memberikan penjelasan bila
pertanyaan tidak dapat dimengerti responden.
e. Memancing jawaban bila
jawaban macet.
(Notoatmodjo 2010)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Inspeksi adalah sederhana, tetapi
merupakan teknik yang sangat terlatih.
Inspeksi melibatkan penggunaan penglihatan dan pendengaran pada
pengkajian yang sistematik pada bayi
dan anak. Inspeksi adalah esensial pada permulaan pengkajian kesehatan untuk mendeteksi dengan jelas
keluhan dan untuk prioritas.
Inspeksi harus teliti dan harus
mencakup semua bagian tubuh. Bagian tubuh dikaji terhadap bentuk, warna, kesimetrisan, bau, dan abnormalitas.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan jari dan
telapak tangan untuk menentukan suhu, hidrasi, tekstur, bentuk, gerakan dan area nyeri tekan. Sebelum palpasi hangatkan tangan terlebih dahulu. Jaga kuku tetap pendek dan daerah
yang lunak dipalpasi terakhir. Lakukan palpasi
dengan ujung jari untuk pulsasi, ukuran,
bentuk, tekstur dan hidrasi.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan dengan ketukan untuk menghasilkan
gelombang bunyi yang ditandai dengan intensitas, nada, durasi, dan kualitas.
Perkusi melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung jari untuk menghasilkan
getaran yang berjalan melalui jaringan tubuh (Potter Perry, 2010: 232).
d. Auskultasi
Auskultasi merupakan
proses mendengarkan bunyi tubuh. Bel
(bagian kubah) stetoskop digunakan untuk bunyi dengan nada rendah (contoh: bunyi kardiovaskuler) dan diafragma (bagian datar) untuk bunyi dengan
nada tinggi. Auskultasi bertujuan untuk
mendeteksi penyimpangan dan keadaan
normal.
4. Data
Diagnostik dan Laboratorium
Penting bagi perawat untuk menelaah hasil pemeriksaan
untuk memastikan perubahan yang
teridentifikasi dalam riwayat kesehatan keperawatan. Data laboratorium dapat membantu untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan kesehatan aktual
atau potensial yang sebelumnya tidak diketahui oleh pasien atau pemeriksa.
Pemeriksaan
laboratorium dilakukan untuk memperoleh
data objektif lebih lanjut tentang keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan ini meliputi kadar elektrolit serum, hitung darah lengkap, kadar BUN, kadar kreatinin
darah, berat jenis urine, dan
kadar gas darah arteri. Kadar elektrolit
serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi elektrolit plasma darah, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang sering diukur dalam darah vena, mencakup ion-ion natrium, kalium,
klorida, dan bikarbonat. Kadar
kreatinin darah bermanfaat untuk
mengukur fungsi ginjal, pemeriksaan berat jenis urine mengukur
derajat konsentrasi urine, pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status keseimbangan asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam mengakomodasi
pertukaran oksigen-karbon secara normal.
E.
Penyajian Data
1.
Penyajian Verbal
Penyajian verbal merupakan cara untuk
mengomunikasikan hasil penelitian dalam bentuk
uraian kalimat yang mudah dipahami
pembaca penyajian data secara verbal ini
hendaknya memenuhi beberapa syarat:
a. Disajikan
secara lugas artinya menggunakan
kata-kata dan kalimat secara tegas menyatakan maksud dan konsep yang digunakan sehingga tidak memberikan
kemungkinan adanya beberapa
tafsiran yang berbeda. Selain itu
kita juga harus menyajikan penelitian
apa adanya.
b. Disajikan
secara objektif, artinya kata-kata yang
dipakai sebaiknya menghindari pernyataan-pemyataan subjektif penulis tanpa disertai fakta-fakta yang mendukung seperti penyajian yang banyak diwarnai dengan pendapat dan keinginan penulis, atau pernyataan-pernyataan subjektif penulis tanpa disertai fakta-fakta yang mendukung, seperti penyajian yang banyak diwarnai dengan pendapat dan keinginan penulis
atau dapat dikatakan bahwa penyajian
hasil penelitian hendaknya menerangkan
basil penelitian dengan apa adanya dan ditunjang oleh fakta dan
informasi.
c. Dikemukakan
dengan jelas, artinya mudah dimengerti
oleh pembaca dan menggunakan tata bahasa yang baik sesuai EYD, sederhana, dan sistematis.
d. Diuraikan
dengan ringkas, mengandung arti bahwa
kalimat-kalimat yang digunakan tidak berbelit-belit dan terlalu panjang.
e. Penyajian hendaknya menggunakan
kata ganti yang tepat seperti penulis, menghindari penggunaan kata
aku, saya, dan kamu.
2. Penyajian Matematis
Penyajian matematis merupakan
penyajian hasil penelitian dengan menggunakan
angka-angka dalam bentuk table
(menggunakan simbol-simbol matematis).
Dalam penyajian matematis ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
a. Memberikan
uraian dan penjelasan yang panjang
dan lebar tentang isi tabel, mengingat merupakan pemedatan sejumlah besar data
sehingga memudahkan untuk melihat data secara keseluruhan.
b. Hindarkan
pemotongan tabel menjadi terpisah pada halaman yang berbeda.
c. Gunakan
nomor tabel, bukan nomor halaman dimana tabel tercantum.
d. Penulisan
tabel dan nomomya diketik ditengah halaman, tiga spasi dibawah kalimat atau paragraph sebelumnya.
e. Keterangan
tabel dan catatan kaki tabel ditulis dua spasi dibawah garis horizontal di
bawah tabel.
F.
Prinsip Etik
Dalam melaksanakan penelitian
khususnya yang menjadi subjek
penelitian adalah manusia, maka
peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan
benar-benar menjunjung kebebasan manusia.
Menurut Alimul Hidayat (2011) prinsip etik dalam penelitian adalah:
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan
bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
Consent tersebut diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah
agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah
etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama responden pada alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan ini
merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahaiannya
oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
4.
Beneficence
Satu dari prinsip etik yang sangat mendasar dalam riset adalah beneficence yang pada dasarnya
adalah: diatas segalanya, tidak boleh membahayakan. Sebagian besar
peneliti menganggap prinsip ini banyak dimensi, yaitu: bebas dari bahaya, bebas
dari eksploitasi, manfaat dari penelitian, dan rasio antara risiko dan manfaat.
5. Prinsip
menghargai martabat manusia
Menghormati
martabat subjek merupakan prinsip etik kedua yang meliputi hak untuk:
menetapkan sendiri (self determination), dan hal untuk mendapatkan
penjelasan secara lengkap (full disclosure).
a) Hak
untuk self determination
Manusia harus diperlakukan
sebagai makhluk yang memiliki otonomi atas
dirinya sendiri, mampu mengendalikan kegiatan
dan tujuan hidupnya. Prinsip self determination
ini mengandung arti bahwa subjek
mempunyai hak untuk memutuskan
secara sukarela apakah dia ingin
berpartisipasi dalam suatu penelitian, tanpa berisiko untuk dihukum,
dipaksa, atau diperlakukan tidak
adil.
b)
Hak untuk mendapat penjelasan lengkap (full
disclosure)
Prinsip
rasa penghargaan dan hormat terhadap martabat manusia berarti
memberikan hak pada seseorang
untuk membuat keputusan secara sukarela tentang partisipasinya dalam penelitian.
6. Prinsip
mendapatkan keadilan
Prinsip
etika penelitian yang tidak kalah pentingnya
adalah tentang kepedulian
terhadap keadilan. Prinsip ini
mengandung hak subjek untuk mendapatkan
perlakuan yang adil dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasaan pribadi.
BAB IV
HASIL ASUHAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil
Asuhan
1. Identitas
Pasien
Nama
: Ny.
R
Umur
: 42
Tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Pendidikan
: SMP
TGL
masuk Klinik : 25
April 2020
TGL
Pengkajian : 25
April 2020
Dx.
Medis : DHF
Alamat
: Pujoasri
Kecamatan Trimurjo
2. Riwayat
Kesehatan
a. Riwayat
Penyakit Sekarang
Keluhan Utama Saat
Pengkajian : Demam
Pasien mengatakan sejak
3 hari yang lalu badannya demam, suhu 38,5°C. Kondisi saat dikaji (PQRST) :
P
(Pemacu) : demam tinggi
Q
(Quality) : seperti ditusuk-tusuk
R
(Region) : diseluruh badan dan bagian kepala
S
(Severity) : pasien menunjuk di skala 5
T
(Time) :
berangsur-angsur
b. Keluhan
Penyerta
Pasien
mengatakan tidak nafsu makan disertai mual
dan malas untuk minum
c. Riwayat
Alergi (Obat,makanan)
Pasien mengatakan tidak
ada riwayat alergi obat maupun makanan.
d. Bentuk
Reaksi Alergi Yang Dialami : Tidak ada
e. Daftar
Obat/Herbal Yang Sering Digunakan Sebelum Masuk Klinik
Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat mengkonsumsi obat berbahaya tanpa anjuran dokter.
f. Riwayat
Penyakit Dahulu Yang Berhubungan Dengan Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit ginjal, DM, hipertensi maupun jantung.
g. Riwayat
Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan
didalam keluarga nya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit ginjal, DM,
hipertensi maupun jantung.
h. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Pasien mengatakan sekarang ini sedang sakit Demam
Berdarah. Pasien tidak
mengetahui dengan pasti tentang penyakit nya,
tanda gejala dan cara mengatasi penyakit yang
dideritanya.
i.
Upaya Pemeriksaan
Kesehatan Mandiri, Riwayat medis, hospitalisasi dan pembedahan
Pasien mengatakan tidak pernah operasi selama ini, Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan,
Pasien mengatakan jika pasien sakit selalu berobat ke Bidan.
j.
Pola Metabolik Nutrisi
Sebelum sakit :
Pasien
mengatakan sebelum sakit, makan pasien teratur 3x per hari dengan nasi, sayur dan lauk, pasien
senang makan makanan yang segar seperti sayur sop, tidak ada mual dan tidak muntah, minum ± 6-8 gelas per hari.
Selama sakit :
Pasien mengatakan selama sakit
hanya makan 2-3
sendok (60cc) makanan yang disediakan klinik. Pasien
mengeluh mual dan ingin muntah, minum hanya 2-3 gelas perhari (750cc).
BAK 5 x sehari
Urine
24 jam : 1.750 cc
Terpasang
infuse RL / 8 jam = 1500cc
IWL
kenaikan suhu :
15x55=
825 ml/24 jam
200(38,5-36,5)=2
825+200(2)=1.225
ml/24 jam
Balance
cairan :
Intake-output
: 2.310-2.975= -665
k. Pola
Makan Tiga Hari Akhir atau 24 Jam Terakhir
Pasien
mengatakan satu hari sebelum masuk Klinik pasien merasakan mual dan tidak nafsu
makan, makan hanya 2-3 sendok makan.
l.
Masalah Yang
Berhubungan dengan Pola Konsumsi Makanan
Pasien
mengatakan suka makan makanan yang segar misalnya sayur sop atau sayur yang
berkuah, saat ini pasien merasakan tidak nafsu makan.
m. Energi
Metabolik Dan Persepsi Pasien Tentang BB nya
Pasien
mengatakan merasa tidak dapat melakukan aktifitas mandiri dikarenakan pasien
lemas, pasien mengatakan saat ini tidak merasa ada perubahan BB.
n. Pola
Eliminasi
BAK 5x/hari.
Urin 24 jam =
1.750 cc warna kuning, bau khas amoniak.
BAB
: (-)
o. Pola
Aktifitas Sehari-Hari
Pasien
bekerja mengurus rumah tangga, kegiatan pasien adalah berberes rumah dan
mengasuh anak, waktu luang pasien gunakan untuk istirahat dan tidur,tidak ada keluhan
dalam melaksanakan aktifitas, pasien tidak pernah olahraga, pasien tidak ada
keterbatasan aktifitas.
p. Pola
Istirahat Dan Tidur
Pasien mengatakan tidur siang 1
jam, pada malam hari tidur 8 jam, kebiasaan pengantar tidur main HP
q. Pola
Persepsi Kognitif
Pasien dapat berkomunikasi dengan
baik terhadap, orang lain dan mengerti apa yang dibicarakan, berespon
dan berorientasi dengan baik dengan orang-orang sekitar.
r.
Pola hubungan peran
Gambaran diri :
Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh dengan kondisi
tubuhnya.
Peran diri :
Pasien mengatakan berperan sebagai Istri
dan bekerja mengurus rumah tangga.
Ideal diri :
Pasien mengatakan selalu mengatakan ingin hidup dengan
baik, sehat dan ingin mengurus rumah tangga
nya dengan baik.
Harga diri :
Pasien mengatakan di rumah sangat dihargai oleh suami dan keluarga besarnya
s. Pola
reproduksi seksualitas
Pasien berjenis kelamin perempuan, pasien belum memiliki anak.
t.
Pola toleransi terhadap
stress-kopping
Pasien mengatakan selama sakit jika mengalami masalah
selalu bercerita pada suaminya dan jika merasa tidak nyaman atau sakit pasien selalu
mengatakan pada suaminya
u. Pola
keyakinan-nilai
Pasien mengatakan selama sakit pasien masih sholat dengan
semampunya karena kondisinya sakit.
3. Pemeriksaan
Fisik
Tanda – Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 38,5°C
BB : 55 kg
Status Mental : Komposmetis
-
Sistem penafasan
Irama nafas regular, RR
= 22 x/menit, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas vesikuler,
tidak terpasang O2, tidak ada batuk, tidak sesak.
-
Sistem karidovaskuler
Tidak ada kelainan
bunyi jantung, akral hangat.
-
Sistem pencernaan
Mukosa bibir tampak kering
dan pecah--pecah, tidak ada gangguan menelan, mual (+), bising usus 12 x/menit,
turgor kulit tidak elastis,
nyeri perut
-
Sistem perkemihan
Tidak ada distensi
kandung kemih, tidak ada keluhan saat BAK, tidak terpakai kateter.
-
Sistem endokrin
Tidak ada luka ulkus,
tidak tremor, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada polidipsi, poli
pagi, poli uri.
-
Sistem genitalia : tidak
terkaji
-
Sistem muskuluskeletal
Tidak ada kontraktur,
tidak ada keterbatasan gerak
-
Sistem integumen
Tidak ada tanda – tanda
radang, tidak ada luka, tidak ada kemerahan, ptekie (+)
-
Sistem persyarafan
Tidak ada
tremor, reflex cahaya pupil bagus, gerak bola mata bebas ke segala arah, GCS
15, kesadaran kompos metis, orientasi waktu, tempat, orang normal, kaku kuduk
negatif.
-
Mata
kelopak mata pasien
teraba lembut dan cekung
4. Pemeriksaan
Penunjang Diagnostik
Hasil laboratorium
-
Leukosit: 8.400 (nilai normal 4.000 - 10.000)
-
Hematokrit: 46 % (nilai normal 35 - 45%)
-
Trombosit : 96.000 (nilai normal 150 - 450 ribu)
-
Hemoglobin: 11 (nilainormal 12,0 - 16,0 g/dl)
-
IgG : Positif
5. Daftar
Terapi Obat
IVFD RL 20 Tetes/menit
Paracetamol 3 x 500 mg
Antasida syrup 3 x 10 cc
Ranitidin 2 x 50 mg
Ondasetron 2 x 4 mg
6. Analisa
Data
Tabel 4.1 Analisa Data
Tanggal |
Data |
Masalah |
Etiologi |
25/4/ 2020 |
DS : -
Pasien mengatakan badan terasa lemas
dan banyak mengeluarkan keringat -
Pasien mengatakan minum 2-3 gelas
perhari -
Pasien mengatakan malas untuk minum DO : -
BAK = 1.750 cc per hari -
Turgoe kulit tidak elastic. -
Bibir tampak kering. -
kelopak mata teraba lembut dan cekung -
TD 110/80 mmHg. -
Nadi 84x/menit. -
RR : 22x/menit. -
Suhu : 38,5 c -
BB : 55 kg. -
Minum : 2 - 3 gelas per hari = 750 cc -
Terpasang infuse RL 20 tetes/menit -
Balance cairan : -665. -
Trombosit : 96.000, -
Leukosit : 8400. -
Hematokirt : 46 %. -
Hemoglobin : 11 gr/dl -
Igg : positif |
Resiko Hipovolemia |
Kekurangan intake cairan |
25/4/ 2020 |
DS : -
Pasien mengatakan badannya panas DO : -
Suhu 38,5°C -
Nadi : 84 x/menit -
RR : 22 x/menit -
Akral teraba hangat |
Hipertermia |
Proses penyakit |
25/4/ 2020 |
DS : -
Pasien mengatakan mual -
Pasien mengatakan tidak nafsu makan DO : -
Pasien makan 2-3 sendok -
Pasien mual -
Tidak nafsu makan |
Resiko defisite nutrisi |
Nafsu makan menurun |
7. Diagnosa
Keperawatan Prioritas
a. Resiko
Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
b. Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit
c. Resiko
defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun
8. Rencana
Tindakan Keperawatan
Tabel 4.2 Rencana Tindakan Keperawatan
Masalah
Keperawatan |
Tujuan |
Intervensi |
Resiko terjadi hypovolemik
berhubungan dengan kurangnya intake cairan |
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami kekurangan cairan dengan Kriteria Hasil: ·
Tidak memperlihatkan tanda dan gejala dehidrasi yaitu : oliguria, rasa haus,
takhikardia, hipotensi, mata cekung, elastisitas kulit berkurang, kelemahan
umun dan syok |
1.
Monitor status cairan (masukan,
haluaran, turgor kulit, CRT) 2.
Monitor status hidrasi (misalnya
frekuensi nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit,
tekanan darah) 3.
Catat intake output dan hitung balance
cairan 24 jam 4.
Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
(2200 cc) 5.
Memberikan cairan intravena (infus RL
20 tetes/menit) 6.
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(misal hematokrit, trombosit) |
9. Implementasi
Dan Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.3 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
NoDx |
Implementasi |
P A R A F |
Evaluasi |
P A R A F |
||
TGL/ Jam |
Intervensi |
TGL/ Jam |
Evaluasi |
|||
1 |
25/4/ 2020 |
1.
Mengukur status cairan (masukan,
haluaran, turgor kulit, CRT) 2.
Mengukur status hidrasi (misalnya
frekuensi nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit,
tekanan darah) 3.
mencatat intake output dan hitung
balance cairan 24 jam 4.
Memberikan asupan cairan sesuai
kebutuhan (2200 cc) 5.
Memberikan cairan intravena (infus RL
20 tetes/menit) 6.
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(misal hematokrit, trombosit) |
|
25/4/ 2020 |
S : -
Pasien mengatakan badan terasa lemas,
banyak mengeluarkan keringat -
Pasien mengatakan sering BAK,
warna kuning pekat O : -
BAK = ±1.750
cc/hari -
Turgor kulit tidak elastic -
Minum = 2 - 3 gelas per hari = 750 cc/hari -
Akral hangat -
Mukosa bibir kering -
Kelopak mata teraba lembut dan cekung -
Infuse RL 20 Tetes/menit -
Leukosit =8.400 -
Trombosit = 96.000 -
Hb = 11 g/dl -
Igg = positif -
Hematokrit = 46 % -
TD = 110/80 mmHg -
Suhu 38,5°C -
Balance cairan = -665 cc A : resiko terjadi
Hipovolemia Sedikit teratasi P : Lanjutkan intervensi 1. Mengukur
status cairan (masukan, haluaran, turgor kulit, CRT) 2. Mengukur
status hidrasi (misalnya frekuensi nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban
mukosa, turgor kulit, tekanan darah) 3. mencatat
intake output dan hitung balance cairan 24 jam 4. Memberikan
asupan cairan sesuai kebutuhan (2200 cc) 5. Memberikan
cairan intravena (infus RL 20 tetes/menit) 6. Monitor
hasil pemeriksaan laboratorium (misal hematokrit, trombosit) |
|
2 |
26/4/ 2020 |
1. Mengukur
status cairan (masukan, haluaran, turgor kulit, CRT) 2. Mengukur
status hidrasi (misalnya frekuensi nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban
mukosa, turgor kulit, tekanan darah) 3. mencatat
intake output dan hitung balance cairan 24 jam 4. Memberikan
asupan cairan sesuai kebutuhan (2200 cc) 5. Memberikan
cairan intravena (infus RL 20 tetes permenit) 6. Monitor
hasil pemeriksaan laboratorium (misal hematokrit, trombosit) |
|
26/4/ 2020 |
S: Pasien mengatakan
badannya mulai terasa enak dan masih berkeringat, pasien mengatakan minum
5 gelas/hari O: TD 120/80 mmHg, Nadi
86x/menit, Suhu: 37,8oC, mukosa bibir tampak basah , BB 55kg, infuse RL 20 tetes/menit. BAK
± 1.850cc, Balance Cairan -325,Leukosit 9.400,trombosit 115.000,Hematokrit
37,5%, Hemoglobin: 12g/dl, A : resiko terjadi syok
Hipovolemia belum teratasi P : 1. Lanjutkan intervensi Mengukur status cairan (masukan,
haluaran, turgor kulit, CRT) 2. Mengukur status hidrasi
(misalnya frekuensi nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor
kulit, tekanan darah) 3. mencatat intake output dan hitung
balance cairan 24 jam 4. Memberikan asupan cairan sesuai kebutuhan (2200 cc) 5. Memberikan cairan intravena (infus RL 20
tetes permenit) 6. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(misal hematokrit, trombosit) |
|
3 |
27/4/ 2020 |
1. Mengukur
status cairan (masukan, haluaran, turgor kulit, CRT) 2. Mengukur
status hidrasi (misalnya frekuensi nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban
mukosa, turgor kulit, tekanan darah) 3. mencatat
intake output dan hitung balance cairan 24 jam 4. Memberikan
asupan cairan sesuai kebutuhan (2200 cc) 5. Memberikan
cairan intravena (infus RL 20 tetes permenit) 6. Monitor
hasil pemeriksaan laboratorium (misal hematokrit, trombosit) |
|
27/4/ 2020 |
S: Pasien mengatakan
badan terasa enak dan minum 6-7 gelas/hari O: TD
120/80 mmHg, Nadi 86x/menit, Suhu: 36,5oC, BB 56kg, infuse RL 20
tetes/menit, BAK ±2.100cc, Balance Cairan -15, leukosit 9.400,hematokrit 39,5%, trombosit 140.000,Hemoglobin: 12g/dl, A : resiko terjadi syok
Hipovolemia bisa teratasi P : Lanjutkan intervenes 1. Mengukur
status cairan (masukan, haluaran, turgor kulit, CRT) 2.
Mengukur status
hidrasi (misalnya frekuensi nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban
mukosa, turgor kulit, tekanan darah) 3.
mencatat intake output dan
hitung balance cairan 24 jam 4.
Memberikan asupan cairan
sesuai kebutuhan (2200 cc) 5.
Memberikan cairan
intravena (infus RL 20 tetes permenit) 6.
Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium (misal hematokrit, trombosit) |
|
B.
Pembahasan
1.
Pengkajian
Berdasarkan
hasil pengkajian yang dilakukan kepada subjek asuhan didapatkan data hasil
untuk Ny R, pasien dengan diagnosis medis DHF dengan keluhan utamanya mengalami
deman dan mual saat minum air putih. Selain demam ditemukan keluhan nyeri
sendi-sendi dan mual. Pada pemeriksaan Fisik pasien ditemukan data bahwa,
mukosa bibir kering dan
pecah-pecah,
turgor kulit tidak elastis, kelopak mata lembut dan cekung. Hal ini selaras dengan pendapat
(Sudoyo Aru, dkk 2009) Demam Dengue/DF dan Demam Berdarah Deangue/DBD (Dengue Haemoragic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri
sendi yang disertai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi pembocoran plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
Dari hasil pengkajian yang dimuat menyebutkan bahwa
subjek tinggal di daerah Pujoasri Kecamatan Trimurjo yang
dimana menurut Widoyono (2005) individu
yang tinggal di daerah endemis atau lingkungan
dengan kelembaban yang tinggi akan lebih mudah terserang demam berdarah dengue.
Selain itu dari
hasil pengkajian didapatkan bahwa
subjek asuhan terdiagnosa Demam Berdarah Dengue yang mana menunjukan gejala mayor yaitu demam, hasil pemeriksaan darah trombosit, hematokrit, leukosit menurun.
Yang mana menurut BA infeksi
dan pediatri tropis (Kusuma, 2013) pada demam berdarah dengue mayor
yang gejala klinisnya, Derajat
1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah
uji tourniquet positif.
Derajat 2: Derajat 1 disertai perdarahan spontan
dikulit dan atau perdarahan lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
merupakan pasien demam berdarah dengue
derajat 1.
Sedangkan jika
ditinjau keterkaitan penyakit demam berdarah
dengue dengan kekurangan volume cairan berdasarkan hasil pengkajian menyebutkan
bahwa, pasien tampak lemas,
mukosa bibir tampak kering dan pecah-pecah, kelopak mata pasien teraba lembut
dan cekung, pasien mengelurkan keringat dalam jumlah yang banyak.
Hal ini sejalan
dengan pendapat yang dikemukakan Widoyono,
(2005) Pada pasien dengan Demam
Berdarah Dengue sebagian besar penderita
mungkin akan mengalami gangguan
pada cairan dan elektrolit. Penurunan
volume cairan dan elektrolit dalam tubuh terjadi karena proses
metabolisme dalam tubuh meningkat yang disebabkan kehilangan cairan aktif,
kegagalan regulasi, peningkatan permeabilitas kapiler, kekurangan intake cairan
dan evaporasi (SDKI edisi I).
Selain itu, jika dilihat berdasarkan data
fisik yang ditunjukan pasien,
memiliki karakter khusus pada penderita demam berdarah dengue dimana pasien akan mengalami demam, perdarahan,
nyeri sendi, mual, hasil pemeriksaan rumple leed positif dan hasil pemeriksaan
darah trombosit, hematokrit, leukosit
menurun.
Sedangkan
berdasarkan teori yang dikemukakan
Soedarto, (2009) masa inkubasi demam dengue pada manusia berlangsung
sekitar 45 hari. Gejala
awal demam dengue yang berlangsung 1-5
hari tidak spesifik, berupa demam
ringan, sakit kepala malaise. Demam
yang terjadi mendadak dalam
2-7 hari turun menjadi suhu normal. Gejala klinis
lain yang dapat terjadi berupa anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang
dan sendi.
Manifestasi DBD berupa perdarahan umumnya timbul pada hari kedua terjadinya demam.
Keluhan nyeri perut yang hebat menunjukan akan terjadinya gastrointestinal dan
syok. Pada awal terjadinya
demam, penderita menunjukkan
adanya hepatomegali yang biasanya diikuti syok yang terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya penderita.
2.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan
pengkajian yang dilakukan
pada subjek asuhan didapatkan diagnosa keperawatan resiko hipovolemia.
Hal ini ditandai dengan kondisi subjek asuhan tampak lemah, bibir tampak kering
dan pecah-pecah, turgor tidak elastic, kelopak mata teraba lembut dan cekung,
demam dan tidak mau minum. Secara teori menyatakan diagnosa keperawatan pada
pasien DHF yaitu resiko hipovolemia.
Selain masalah keperawatan diatas ditemukan juga masalah keperawatan lainnya
yang sesuai dengan teori yang ada, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Resiko
defisit nutrisi
b. Hipertermi
Penulis mengangkat
masalah kekurangan volume cairan
karena menurut penulis faktor
yang terjadi pada pasien ialah penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraseluler, yang mana subjek
asuhan adalah pasien demam berdarah dengue merupakan penyakit
yang sebagian besar penderita mungkin akan mengalami gangguan pada cairan dan elektrolit. Penurunan volume cairan dan elektrolit dalam tubuh terjadi karena proses metabolisme dalam tubuh meningkat yang
disebabkan kehilangan cairan aktif, kegagalan regulasi, peningkatan
permeabilitas kapiler, kekurangan intake cairan dan evaporasi (SDKI edisi I).
Hal ini sejalan dengan Nanda Internasional
(2012) kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler, interstitial, dan intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium.
Dan menurut NANDA Internasional
(2012) juga bahwa faktor yang
berhubungan dengan kekurangan volume cairan adalah kehilangan cairan aktif dan kegagalan mekanisnie regulasi.
Penulis dalam
menegakan masalah kekurangan volume cairan dengan faktor yang berhubungan
adalah kehilangan cairan aktif berdasarkan hasil pengkajian yang salah satunya pasien tampak lemah, mukosa bibir tampak
kering dan pecah-pecah, perubahan vital sign peningkatan hematokrit, dan lain
sebagainya.
Dan berdasarkan
batasan karakteristik kekurangan volume
cairan berdasarkan NANDA Internasional (2012) juga menyebutkan bahwa adanya perubahan status mental, perubahan tekanan darah,
perubahan tekanan nadi, perubahan volume
nadi, penurunan turgor kulit,
penurunan turgor lidah,
penurunan haluaran urine, penurunan pengisian vena, membran mukosa kering,
kulit kering, peningkatan
hematokrit, peningkatan suhu tubuh,
peningkatan frekuensinadi,
peningkatan konsentrasi urine, penurunan berat badan tiba-tiba, haus, kelemahan.
3.
Intervensi
Keperawatan
Rencana
keperawatan yang diberikan kepada subjek berfokus pada diagnosa keperawatan hipovolemia
Rencana keperawatan yang dilakukan antara lain :
a. Pantau intake dan output.
b. Kaji warna kulit, turgor kulit, tingkat kesadaran dan
membran mukosa.
c. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi.
d. Meningkatkan asupan oral
e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral IVFD : RL
20 tetes/menit
Sedangkan
rumusan rencana keperawatan secara teoritis menurut SDKI, 2016 rencana keperawatan
dengan masalah keperawatan Hipovolemia
yaitu
sebagai berikut :
a. Manajemen Cairan
1) Monitor status hidrasi (misal membran mukosa lembab,
denyut nadi adekuat).
2) Jaga intake / asupan yang akurat dan catat output pasien.
3) Kolaborasi pemberian cairan IV.
4) Timbang berat badan setiap hari dan monitor status
pasien.
5) Monitor tanda-tanda vital
b. Manajemen Hipovolemia
1) Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan.
2) Pelihara IV line.
3) Monitor tingkat Hb dan Hematokrit.
4) Monitor tanda-tanda vital.
5) Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan.
6) Dorong pasien untuk menambah intake oral.
Intervensi
keperawatan yang dilakukan atau diberikan pada pasien diatas berdasarkan dan
atau sudah mengacu kepada teori yang ada sehingga pasien mendapat perawatan
yang optimal dan pasien tidak mengalami syok hipovolemik atau komplikasi lain.
4.
Implementasi
Keperawatan
Implementasi
keperawatan yang penulis lakukan kepada subjek asuhan telah mengacu kepada
teori yang ada. Dari impelementasi yang diberikan hipovilemia tidak terjadi. Dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan ini penulis menemukan beberapa faktor penunjang
diantaranya adalah respon pasien yang baik, dalam menerima saran serta masukan
dari dokter dan perawat, implementasi yang diberikan pada pasien mengacu pada
teori yang ada sesuai dengan rencana keperawatan yang dibuat selama tiga hari.
5.
Evaluasi Keperawatan
Pada subjek
dengan diagnosa gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dapat teratasi dalam waktu 3 x 24
jam subjek asuhan menunjukan adanya perubahan penurunan dalam hal ini yaitu tidak
terjadi kekurangan cairan. Pada subjek asuhan keperawatan didapatkan data hasil
evaluasi pada hari pertama kebutuhan cairan belum teratasi, pada hari kedua
mengalami peningkatan dalam intake cairan melalui oral (minum) hari ketiga
menunjukan kebutuhan cairan teratasi. Dari hasil penghitungan balance cairan
pada subjek asuhan tersebut menunjukan pada hari ketiga asuhan keperawatan
menunjukan hasil terpenuhinya kebutuhan cairan tubuh pasien.
Dari hasil
evaluasi hasil asuhan keperawatan yang dilakukan penulis dapat disimpulkan
bahwa monitoring tanda-tanda vital, monitoring intake dan output cairan serta
balance cairan, memberikan minum oral serta berkolaborasi dalam pemberian
cairan dan elektrolit Intra Vena Ringer Lactat sesuai kebutuhan, mampu untuk memenuhi
kebutuhan cairan.
6.
Keterbatasan
Pengumpulan data
dilakukan pada tanggal 25 April 2020 sampai dengan 27 April 2020 yang dilakukan
pada satu pasien DHF. Pada proses pemberian asuhan keperawatan penulis penilis
tidak menemukan kendala (keterbatasan).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan pengumpulan data, dapat dibuat kesimpulan
secara umum sebagai berikut :
1.
Hasil pengkajian
yang ditemukan pada pasien dengan Hipovolemia dengan kasus DHF diatas ada kesesuaian antara praktek di lapangan dengan
teori-teori yang ada dengan tanda utama yaitu : pada subjek (Ny.
R) memiliki keluhan demam,
urine pekat, mual saat minum air putih, BAK sedikit, Hematokrit meningkat, dan
nyeri sendi - sendi.
2.
Diagnosa
keperawatan yang didapat pada studi kasus ini ternyata sesuai antara kasus di
lapangan dengan teori yang ada dengan diagnosa keperawatan utamanya adalah Hipovolemia dan juga diagnosa keperawatan yang lain yang ditemukan
diantarnya adalah Hipertermi dan resiko defisite
nutrisi.
3.
Intervensi
keperawatan yang diberikan kepada subjek asuhan tersebut dibuat mengacu pada
teori yang ada yaitu mengukur intake dan output, kaji warna kulit, turgor kulit,
dan membran mukosa, kaji tanda vital, tanda/gejala syok, meningkatkan asupan oral, kolaborasi pemberian cairan
parenteral.
4.
Implementasi
keperawatan yang diberikan pada subjek tersebut berfokus pada pemenuhan
kebutuhan cairan dengan manajemen cairan melalui pemberian cairan secara oral dan parentral,
dimana implementasi keperawatan pada studi kasus dilakukan berdasarkan
intervensi keperawatan yang telah dibuat berdasarkan teori yang ada.
5.
Evaluasi
keperawatan pada subjek asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada
pasien DHF berhasil
diatasi dengan kerjasama tim dokter dan tim perawat yang ada di klinik dalam
pelaksanaanya serta peran pasien dan keluarga yang juga membantu dan turut berperan aktif
dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga pemenuhan kebutuhan cairan pada
pasien DHF diatas
dapat terpenuhi dan teratasi dengan baik, evaluasi yang digunakan menggunakan
SOAP.
6.
Pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien diatas dilakukan sesuai dengan teori melalui tahap
proses keperawatan yang dimulai dari proses pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
B.
Saran
1. Bagi Klinik Hadiwijaya Kota Metro.
Pada kasus DHF diharapkan diperhatikan intake maupun output serta
tanda-tanda vital dan pelaksanaan yang utama yaitu penanganan
pemenuhan cairan dengan
tepat. Perawat agar lebih memperhatikan dalam menegakan diagnosa
keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan mempertahankan agar intervensi
berjalan secara optimal.
2. Bagi Prodi D III Khususnya Untuk Program RPL.
Diharapkan untuk lebih dilatih
dan dipertajam pengetahuan mahasiswanya dalam asuhan keperawatan terutama
mengenai pemberian dan penghitungan terapi cairan sehingga kemampuan mahasiswa
dalam melakukan asuhan keperawatan akan lebih baik dan berkompeten.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, Azis. 2014. Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2 .Jakarta: Salemba Medika
Arif, Isna. 2016. Upaya
Mempertahankan Balance Cairan Dengan Memberikan Cairan Sesuai Kebutuhan Pada Pasien
DHF di RSUD Pandan Arang
Boyolali.
Depkes.(2015). Profit Kesehatan Indonesia.Diakses 27 April 2020, from http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil.kesehatan-Indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf
Depkes.(2015). Profit Kesehatan
provinsi lampung.Diakses 27 April 2020, from
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2014/08_Lampung_2014.pdf
Kozier, Barbara, dkk. 2010. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan, konsep, proses, dan praktik. edisi 7 volume 2.
Jakarta: EGC
Maryuni, A. 2015.Kebutuhan Dasar Manusia.Bogor:
in media
Nanda Internasional.(2012).Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta:
EGC.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016 ), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI
), edisi 1 ,Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI ),Edisi 1, jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI,(2018 ), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI ),edisi
1, Jakarta,Persatuan Perawat Indonesia
Wahyudi, A.S, Wahid, Abd. 2016. Buku
Ajar ilmu Keperawatan Dasar.Jakarta: Mitra Wacana Media
LAMPIRAN
Komentar
Posting Komentar