MAKALAH KEPERAWATAN ANAK MAKALAH ASFIKSIA NEONATORUM
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
MAKALAH ASFIKSIA NEONATORUM
DOSEN :
Dr.Anita .M.Kep.SP.Mat
DISUSUN OLEH :
1.
ASTIA NINGSIH 1814401109
2.
ERWIN 1814401143
3. INKA SONYA FITRI 1814401149
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI D III
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt, karena rahmat dan
ridho-nya makalah tentang harkaat dan martabat manusia
dalam islam ini dapat penulis selesaikan.
Makalah ini dibuat untuk mencapai tingkat ke dalam memadai sebagai
sumber belajar walaupun dalam wujudnya yang belum sempurna, makalah ini
diharapkan dapat menjadi sumber belajar bagi yang memerlukan.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh karena itu kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Akhirnya, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua
dan Allah Swt. berkenan menerima amal bakti yang diabadikan pada kita semua.
Amin.
Bandar
Lampung, Januari 2020
penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1. Latar Belakang............................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
3.Tujuan Penulisan.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2
1. Definisi........................................................................................... 2
2. Etiologi/ Penyebab Asifksia........................................................... 2
3. Perubahan patofisiologis dan gambaran klinis................................ 3
4. Diagnosis........................................................................................ 4
5. Penilaian asfiksia pada bayi baru lahir............................................ 5
6. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir................................... 5
7. Dampak asfiksia jangka pendek..................................................... 6
8. Dampak asfiksia jangka panjang.................................................... 7
BAB III KESIMPULAN............................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan
bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
kelahirannya disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus,
hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul.
Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia
ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan ekstrauterin. Penolong
persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal
itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya
tindakan resusitasi, sebab asfiksia memiliki dampak
negatif baik yang baersifat jangka panjang ataupun jangka pendek.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yakni mengetahui dampak asfiksia
neonatorum dalam jangka panjang dan jangka pendek pada bayi.
3.
Tujuan Penulisan
Untuk dapat mengetahui dampak asfiksia neonatorum dalam jangka
panjang dan jangka pendek pada bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Definisi
a. Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989)
b.
Asfiksia neonatorum adalah
keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat
meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)
c.
Asfiksia neonatus adalah
keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)
d.
Asfiksia berarti hipoksia yang
progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu
jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.(Saiffudin, 2001)
2.
Etiologi/ Penyebab Asifksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke
bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat
janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah:
a. Faktor
ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria,
sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu
kehamilan)
b. Faktor
Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor
Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
3.
Perubahan patofisiologis dan
gambaran klinis
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai
suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia
berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode
apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme
dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama
hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan
terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh,
sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya :
1)
Hilangnya
sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2)
Terjadinya
asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.
3)
Pengisian
udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem
sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).
4.
Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan
kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin
dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga
hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1)
Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak
banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali
per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan
tanda bahaya
2)
Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada
artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan
oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal
itu dapat dilakukan dengan mudah.
3)
Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat
serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah
janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya
gawat janin mungkin disertai asfiksia. (Wiknjosastro, 1999)
5.
Penilaian asfiksia pada bayi baru lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi
baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan
akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan
efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan
keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata
ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
1) Penafasan
2) Denyut jantung
3) Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan
memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila
penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan
tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan
vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
6.
Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
Tindakan
resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC
resusitasi, yaitu :
a. Memastikan
saluran terbuka
1) Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu
diganjal 2-3 cm.
2) Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
3) Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET)
untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
b. Memulai
pernafasan
1) Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
2) Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon
pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
c. Mempertahankan
sirkulasi
1) Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan
cara
2) Kompresi dada dan
pengobatan
7.
Dampak asfiksia jangka pendek
Jika bayi mengalami gangguan pernapasan, suplai
oksigen ke jaringan dan organ tubuh akan terganggu. Akibatnya, terjadi penumpukan
karbon diokssida, tetapi kekurangan oksigen sehingga darah akan menjadi asam.
Padahal, normalnya keasaman atau pH darah adalah sekitar 7,35-7,45.
Organ yang paling sering mengalami gangguan
adalah otak dengan gejala utama kejang. Kekurangan oksigen juga dapat
menyebabkan pembengkakan otak. Jika proses ini berlanjut, maka akan terjadi
penyusutan volume (atropi) otak. Aakhirnya, ukuran otak menjadi lebih kecil
daripada ukuran normal. Kondisi ini disebut mikrosefali. Selain itu, otak juga
dapat membubur (periventrikulerlekomalacia), terutama jika asfiksia terjadi
pada bayi prematur dengan kelainan jantung.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah,
timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak
dapat dipengaruhi lagi.Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air
ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan
pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus
neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu
primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan
yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai
menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin
lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder,
denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun.
Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan
upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan
pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
8.
Dampak asfiksia jangka panjang
a. Gangguan
fungsi multi organ pada asfiksia berat
Redistribusi sirkulasi yang ditemukan
pada pasien hipoksia dan iskemia akut telah memberikan gambaran yang jelas
mengapa terjadi disfungsi berbagai organ tubuh pada bayi asfiksia. Gangguan
fungsi berbagai organ pada bayi asfiksia tergantung pada lamanya asfiksia
terjadi dan kecepatan penanganan.
Frekuensi disfungsi berbagai organ vital tersebut yaitu otak,
kardiovaskular, paru, ginjal, saluran cerna dan darah.
b. Dampak
sistem susunan saraf pusat
kelainan neuropatologis yang paling
sering ditemukan pada bayi yang mengalami asfiksia, di samping perdarahan
periventrikular-intraventrikular yang terutama terjadi pada bayi kurang bulan.
Kelainan neurologis yang dapat ditimbulkan adalah gangguan intelegensia,
kejang, gangguan perkembangan psikomotor dan kelainan motorik yang termasuk di
dalam palsi serebral. Gejala klinis
biasanya terjadi 12 jam setelah asfiksia berat yaitu stupor sampai koma,
pernafasan periodic, tidak ada refleks komplek seperti Moro dan hisap, kejang tonik-klonik
atau multifokal antara 12–24 jam dapat terjadi apnu yang menggambarkan
disfungsi batang otak. 24 sampai 72 jam kemudian terjadi perburukan, berupa
koma, apnu lama dan mati batang otak terjadi 24-72 jam kemudian.3
c. Dampak
sistem kardiovaskular
Bayi dengan asfiksia perinatal dapat
mengalami iskemia miokardial transien. Secara klinis dapat ditemukan gejala
gagal jantung seperti, takipnu, takikardia, pembesaran hati dan irama derap. Ekokardiografi memperlihatkan struktur jantung
yang normal tetapi kontraksi ventrikel kiri berkurang terutama di dinding
posterior. Selain itu ditemukan hipertensi pulmonal persisten, insufisiensi trikuspid,
nekrosis miokardium, dan renjatan.
d. Dampak
terhadap ginjal
Hipoksia ginjal dapat menimbulkan
gangguan perfusi dan dilusi ginjal, serta kelainan filtrasi glomerulus. Hal ini
timbul karena proses redistribusi aliran darah akan menimbulkan beberapa
kelainan ginjal antara lain nekrosis tubulus dan perdarahan medula. Gagal
ginjal diduga terjadi karena ginjal sangat sensitif terhadap hipoksia. Hipoksia
yang terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan akan mengakibatkan iskemia ginjal
yang awalnya bersifat sementara namun bila hipoksia berlanjut akan menyebabkan
kerusakan korteks dan medula yang bersifat menetap. Bayi dengan asfiksia
mempunyai risiko untuk terjadinya nekrosis tubular akut.
e. Dampak
terhadap saluran cerna
Bayi asfiksia mempunyai risiko
terjadinya iskemia saluran Cerna. Hal ini disebabkan pada bayi asfiksia terjadi
redistribusi aliran darah ke organ-organ vital. Perfusi otak dan jantung dipertahankan
dengan mengorbankan ginjal dan usus.
f. Dampak
terhadap hati
Hati dapat mengalami kerusakan yang
berat (shock liver), sehingga fungsinya dapat terganggu. Kadar transaminase
serum, faktor pembekuan, albumin dan bilirubin harus dipantau. Kadar amoniak
serum harus diukur. Diberikan faktor-faktor pembekuan jika diperlukan. Kadar
gula darah dipertahankan pada 75-100 mg/dl. Obat-obat yang didetoksifikasi di
hati juga harus dimonitor kadarnya secara ketat. Kegagalan fungsi hati
merupakan pertanda prognosis yang buruk.
g. Dampak
terhadap sistem darah
Seringkali ditemukan KID akibat
rusaknya pembuluh darah, kegagalan hati membuat faktor pembekuan dan sumsum
tulang gagal memproduksi trombosit.
h. Dampak
terhadap paru
Dampak asfiksia terhadap paru adalah
hipertensi pulmonal persisten, mekanisme terjadinya adalah vasokonstriksi paru
akibat hipoksia dan asidosis, pembentukan otot arteriol paru pada masa
pranatal, pelepasan zat aktif seperti leukotrin dan pembentukan mikrotrombus.
BAB
III
KESIMPULAN
Asfiksia neonatorum yang terjadi pada bayi memiliki
dampak buruk yang berbahaya bagi kehidupan bayi. Dampak tersebut dapat terjadi
dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Dampak jangka pendek dari asfiksia
pada bayi dapat menyebabkan gangguan pernapasan yang mengakibatkan perdarahan
dan gangguan pada otak.
Dampak jangka panjang dari asfiksia pada bayi yakni, gangguan
fungsi multi organ, dampak sistem susunan saraf pusat, dampak sistem
kardiovaskular, dampak terhadap ginjal, dampak terhadap saluran cerna, dampak
terhadap hati, dampak terhadap system darah dan dampak terhadap paru.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/262731008/MAKALAH-ASFIKSIA-NEONATORUM
https://www.scribd.com/doc/100100090/makalah-asfiksia
https://www.scribd.com/document/264066538/makalah-asfiksia
Komentar
Posting Komentar