SUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PROTEKSI : HIPERTERMI PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS RAWAT INAP KARANG ANYAR KEC. SELAGAI LINGGA KAB. LAM-TENG TAHUN 2020

 

LAPORAN TUGAS AKHIR

 

 

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PROTEKSI : HIPERTERMI  PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS RAWAT INAP KARANG ANYAR                  KEC. SELAGAI LINGGA KAB. LAM-TENG                                TAHUN 2020

 

 

 

 

OLEH :

AGUNG PRIHANDOKO                                                                                              NIM. RPL 1914401148

 

 

 

POLTEKKES TANJUNG KARANG KEMENKES RI                     JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN      TANJUNGKARANG                                                               TAHUN 2020

 

LAPORAN TUGAS AKHIR

 

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PROTEKSI : HIPERTERMI  PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS RAWAT INAP KARANG ANYAR                  KEC. SELAGAI LINGGA KAB. LAM-TENG                                TAHUN 2020

 

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan                      untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi                                  Diploma III Keperawatan Tanjungkarang

 

 

OLEH :

AGUNG PRIHANDOKO                                                                                                 NIM. RPL 1914401148

 

 

 

POLTEKKES TANJUNG KARANG KEMENKES RI                     JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN      TANJUNGKARANG                                                               TAHUN 2020

 


POLTEKKES TANJUNGKARANG                                                              JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG                                                  PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

Laporan Tugas Akhir, Juni 2020

Agung Prihandoko

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PROTEKSI: HIPERTERMI  PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS RAWAT INAP KARANG ANYAR   KEC. SELAGAI LINGGA KAB. LAM-TENG TAHUN 2020

xiii + 67 halaman + 7 tabel + 3 lampiran

ABSTRAK

Salah satu penyakit yang memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD ini banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis serta mempunyai cara penularan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus (Candra, 2010). Peningkatan kasus DBD yang paling signifikan terjadi pada tahun 2016 yaitu terjadi 204.171 kasus dengan jumlah kematian 1.598 (KemenKes RI, 2019). Pada tahun 2017 Provinsi Lampung berada di urutan ketujuh kejadian DBD terbanyak dengan jumlah 2.908 kasus. 

Tujuan. Memperoleh gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi : hipertermi  pada pasien DBD. Metode yang digunakan dalam studi kasus ini wawancara langsung dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Hasil  yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan  yaitu terdapat lima diagnosa keperawatan yang muncul. Rencana tindakan  keperawatan sebagian besar  dapat dilaksanakan pada implementasi. Kesimpulan dari semua masalah yang muncul dapat teratasi selama 3 hari, hal ini sesuai dengan kriteria hasil yang di buat. Diharapkan Puskesmas lebih menggalakkan tindakan preventif dan promotif serta meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan agar pengetahuan masyarakat meningkat dan dapat menerapkan Pola Hidup Bersih  Sehat (PHBS) sehingga terjadi penurunan kasus DBD.

 

Kata Kunci      : Demam Berdarah Dengue, Hipertermi, Asuhan Keperawatan

Daftar Referensi:  25 (2005-2019)

 

 

 

 

 

TANJUNGKARANG POLTEKKES MAJOR MAINTENANCE TANJUNGKARANG PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

Final Assignment Report, June 2020

Agung Prihandoko

NURSING CARE OF SECURITY AND PROTECTION NEEDS: HYPERTERMY IN Dengue Hemorrhagic Fever Patients (DHF) IN PUSKESMAS  RAWAT INAP KARANG ANYAR                                        KEC.SELAGAI LINGGA KAB. LAM-TENG                                                            IN 2020

xiii + 67 pages + 7 tables + 3 attachments

ABSTRACT

One disease that has a high morbidity and mortality rate is Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). DHF is found in most tropical and subtropical regions and has a way of transmission to humans through the bite of an infected mosquito, especially the Aedes aegypti and Ae mosquitoes. albopictus (Candra, 2010). The most significant increase in DHF cases occurred in 2016, namely 204,171 cases with 1,598 deaths (Ministry of Health, Republic of Indonesia, 2019). In 2017, Lampung Province was in the seventh highest number of dengue cases with 2,908 cases.

Aim. Obtain an overview of the implementation of nursing care impaired safety and protection needs: hyperthermia in DHF patients. The method used in this case study is direct interviews and physical examinations with a nursing care approach that includes assessment, nursing diagnoses, planning, implementation and evaluation.

The results obtained after nursing care that there are five nursing diagnoses that appear. Nursing action plans can largely be implemented on implementation. The conclusion of all problems that arise can be resolved for 3 days, this is in accordance with the criteria for the results made. It is expected that Puskesmas will promote more preventive and promotive measures and improve the quality of nursing care provision so that public knowledge increases and can apply a Healthy Clean Lifestyle (PHBS) so that there is a decrease in dengue cases.

 

Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever, Hypertherm, Nursing Care

Reference List: 25 (2005-2019)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Laporan Tugas Akhir berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi : Hipertermi Pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kec. Selagai Lingga Kab. Lam-Teng Tahun 2020”.

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Bersama ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada yang terhormat Bapak Warjidin Aliyanto,.SKM,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan  Tanjungkarang, Bapak Gustop Amatiria,.S.Kp,,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes  Tanjungkarang, Ibu Ns. Musiana, S.Kep., M.Kes       selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes  Tanjungkarang dan selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan semangat dalam penulisaan Laporan Tugas Akhir ini, Ibu Giri Udani, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan dan semangat dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, Seluruh Dosen dan Staf Pendidikan di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang yang telah membimbing dan mendidik penulis selama dalam masa pendidikan, Bapak Ikhlas, SKM. M.Kes selaku Kepala Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar tempat penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, Kepada  orang tua saya tercinta serta seluruh keluarga saya dan seluruh rekan-rekan prodi D-III Keperawatan  dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan nantinya akan digunakanuntuk perbaikan di masa mendatang.

Penulis

BIODATA PENULIS

Nama                                       : Agung Prihandoko

NIM                                        : RPL 1914401148

Tempat Tanggal Lahir             : Yogyakarta, 18 Januari 1972

Agama                                     : Islam

Jenis Kelamin                          : Laki-laki

Alamat Rumah                        : Srimulyo Kec. Anak Ratu Aji Kab. Lam-Teng

 

Riwayat Pendidikan

SDN 01 Kibang                      : 1979-1985

SMP 01 Metro                                    : 1985-1988

SPK Metro                              : 1991-1994

DIII Keperawatan                  : 2019-2020

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir

 

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PROTEKSI : HIPERTERMI PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS  RAWAT INAP KARANG ANYAR KEC. SELAGAI                       LINGGA KAB. LAM-TENG TAHUN 2020

 

Agung Prihandoko                                                                                                         NIM . RPL 1914401148

 

 

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Laporan Tugas Akhir              Program Studi Diploma III Keperawatan Tanjungkarang Jurusan Keperawatan  Poltekkes Tanjungkarang

 

 

Tim Pembimbing Tugas Akhir

 

 

Pembimbing Utama                                                    Pembimbing Pendamping

 

 

 

Ns. Musiana, S.Kep., M.Kes                                      Giri Udani, S.Kp., M.Kes NIP. 197404061997032001                                             NIP.196202121990032001

 

 

 

 

 

 

LEMBAR PENGESAHAN 

Laporan Tugas Akhir

 

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PROTEKSI : HIPERTERMI PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS        RAWAT INAP KARANG ANYAR KEC. SELAGAI                        LINGGA KAB. LAM-TENG TAHUN 2020

 

Agung Prihandoko                                                                                                           NIM . RPL 1914401148

 

Telah dipertahankan dan disetujui oleh Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Program Studi Diploma III Keperawatan Tanjungkarang                              Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

 

 

TIM PENGUJI TUGAS AKHIR 

Ketua Penguji             : Siti Fatonah,.S.Kp.,M.Kes                (________________)                NIP.197307261999032002                

 

Anggota Penguji         : Giri Udani, S.Kp., M.Kes                 (________________)                NIP.196202121990032001

 

Moderator                   : Ns. Musiana, S.Kep., M.Kes             (________________)               NIP.197404061997032001

 

  Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang

Poltekkes Tanjungkarang

 

 

Gustop Amatiria, SKp., M.Kes                                                                                     NIP. 197008071993031002

 


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ILMIAH

  

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama               : Agung Prihandoko

NIM                : RPL1914401148

Program Studi : Keperawatan

Alamat email   : agungprihandoko91@gmail.com  

No. HP            : 081379003134

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Tugas Akhir yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri. Naskah ilmiah ini sepenuhnya merupakan karya intelektual saya dan seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam karya ilmiah ini telah saya sebutkan sesuai kaidah akademik yang berlaku umum, termasuk para pihak yang telah memberikan kontribusi pemikiran pada isi, kecuali yang menyangkut ekspresi kalimat dan desain penulisan. Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dengan penuh tanggung jawab dan integritas.

 

Bandar Lampung,       Juni 2020

Pembuat Pernyataan

 

 

 

Agung Prihandoko

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

HALAMAN SAMPUL LUAR....................................................................... i

HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................... ii

ABSTRAK....................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR..................................................................................... v

BIODATA PENULIS .................................................................................... vi

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ vii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ viii

LEMBAR PERNYATAAN …………..……………………………………...ix

DAFTAR ISI................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii

BAB I   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang ............................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah........................................................................ 3

C.     Tujuan .......................................................................................... 4

D.    Manfaat ....................................................................................... 5

E.     Ruang Lingkup ............................................................................ 5

BAB II  TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Kebutuhan Dasar............................................................ 6

B.     Konsep Asuhan Keperawatan...................................................... 12

C.     Konsep Demam Berdarah Dengue............................................... 19

BAB III METODE

A.    Fokus Asuhan............................................................................... 27

B.     Subyek Asuhan............................................................................ 27

C.     Lokasi dan Waktu........................................................................ 27

D.    Pengumpulan Data....................................................................... 27

E.     Penyajian Data............................................................................. 29

F.      Prinsip Etika................................................................................. 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil ........................................................................................... 31

B.     Pembahasan ................................................................................ 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan ..................................................................................... 63

B.     Saran ........................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

 

 

 

DAFTAR GAMBAR

 

 

Gambar 2.1. Kebutuhan Dasar Manuasia Menurut Maslow............................ 7

Gambar 2.2. Patofisiologi DBD....................................................................... 24

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR TABEL

 

 

Tabel 2.1  Intervensi Keperawatan................................................................... 15

Tabel 2.2 Derajat DBD..................................................................................... 23

Tabel 4.1 Pemeriksaan Laboratorium............................................................... 37

Tabel 4.2 Daftar Terapi..................................................................................... 38

Tabel 4.3 Analisa Data..................................................................................... 38

Tabel 4.4 Rencana Tindakan Keperawatan...................................................... 41

Tabel 4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan......................................... 46

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR LAMPIRAN

 

Lampiran 1 Persetujuan Judul Laporan Tugas Akhir

Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 4 Instrumen (Form Pengkajian)

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Pembimbing

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun pisikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Menurut Potter dan Perry (2005) selama hidup yang dialami manusia, kebutuhan dasar manusia seorang individu mungkin tidak terpenuhi, terpenuhi sebagian, atau terpenuhi semuanya. Seseorang yang seluruh kebutuhannya  terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan seseorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang beresiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia.

Kebutuhan akan keamanan dan proteksi adalah suatu keadaan seseorang agar terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan. Sementara kecelakaan merupakan kejadian tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan cedera fisik maupun psikologis. Ada tiga faktor yang terkait dengan keamanan dan proteksi, yaitu tingkat pengetahuan dan kesadaran individu, kemampuan fisik dan mental dalam mempraktikan upaya pencegahan, serta lingkungan fisik yang membahayakan atau berpotensi menimbulkan bahaya (Mubarak dkk, 2015). Gangguan keamanan dan proteksi  mencakup beberapa masalah yaitu, kerusakan integritas kulit aktual atau resiko, hipertermi, hipotermi, perilaku kekerasan, perlambatan pemulihan pasca bedah resiko atau aktual, resiko infeksi, resiko bunuh diri, resiko jatuh, resiko cidera pada ibu, resiko cidera pada janin,perilaku kekerasan (SDKI, 2016).

Hipertermi merupakan kondisi dimana tubuh mengalami peningkatan suhu diatas normal, kondisi ini terjadi karena memberikan reaksi terhadap serangan racun yang masuk dalam tubuh secara alami. Apabila jumlah toksik yang masuk tidak  banyak tubuh akan menetralisir secara normal, namun apabila racun atau toksik yang ada dalam tubuh sudah melebihi ambang batas, maka akan secara alami pula tubuh akan memberikan reaksi yang setara (Asmadi, 2008).

Salah satu penyakit yang memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) (Kusuma dan Sukendra, 2016) . Penyakit DBD ini banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis serta mempunyai cara penularan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus (Candra, 2010).

World Health Organization (WHO) tahun 2015 (2016) , menyebutkan bahwa wabah demam berdarah tersebar di seluruh dunia terutama daerah perkotaan yang padat penduduk dan pemukiman seperti Brasil, Karibia, Asia Tenggara dan India. Filipina melaporkan lebih dari 169.000 kasus dan Malaysia melebihi 111.000 kasus dugaan demam berdarah, meningkat 59,5% dan 16% dalam jumlah kasus tahun sebelumnya. Diperkirakan 500.000 orang dengan dengue parah memerlukan rawat inap setiap tahunnya, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia).

Di Indonesia DBD pertama ditemukan tahun 1968 di Surabaya dengan Case Fatality Rate/CFR (banyaknya kasus yang meninggal dibagi total kasus) = 41,3% (Kementerian Kesehatan RI, 2010).  Jumlah kasus DBD dari tahun 1968 – 2015 terus mengalami peningkatan.  Pada tahun 1968 jumlah kasus DBD sebanyak 58 kasus meningkat menjadi 126.675 kasus pada tahun 2015 dengan jumlah daerah yang terjangkit 438 (85% kabupaten dan kota) (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Kementerian Kesehatan menyebutkan dari tahun 2014-2019, kasus DBD mengalami perkembangan yang naik turun. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2019 kejadian DBD mengalami penurunan.  Peningkatan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2016 yaitu terjadi 204.171 kasus dengan jumlah kematian 1.598 (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Provinsi Lampung merupakan wilayah endemik DBD yang berarti bahwa kasus DBD selalu ada di Provinsi Lampung. Berdasarkan data dari tahun 2013 – 2017 kejadian DBD di Provinsi Lampung menunjukkan pola yang selalu berfluktuasi. Pada tahun 2017 provinsi Lampung berada di urutan ketujuh kejadian DBD terbanyak dengan jumlah 2.908 kasus. 

Peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di bulan Januari dan Februari 2020. Kabupaten Lampung Tengah termasuk urutan kedua kasus terbanyak yaitu 212 kasus dengan jumlah kematian 5 orang (dikutip dari harian GATRAcom tanggal 17 Maret 2020). Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kec. Selagai Lingga Kab. Lampung Tengah yang terjadi di bulan Januari dan Februari 2020 sebanyak 5 kasus dengan  jumlah kematian 0.

Demam Berdarah Dengue yang disebabkan oleh virus dengue bisa masuk kedalam tubuh melalu gigitan nyamuk aedes aegypti. Sesudah masuk ke dalam tubuh seseorang, virus akan memperbanyak diri di dalam kelenjar limfe. Setelah itu terjadi respon antibodi yang menimbulkan kompleks antigen antibodi, kemudian badan menjadi panas akibat toksin tersebut hipotalamus tidak bisa terkontrol yang menjadikan demam tinggi. Demam yang tidak segera diatasi akan menyababkan kejang demam, dehidrasi, dan gangguan tumbuh kembang pada anak (Andra & Yessie, 2013).

Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien DBD di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kec. Selagai Lingga Kab. Lampung Tengah.

 

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah laporan tugas akhir ini adalah ”Bagaimana Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Keamanan Dan Proteksi : Hipertermi  Pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah ”.

 

 

 

 

C.    Tujuan

1.      Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi : hipertermi  pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)  di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah tahun 2020.

 

2.      Tujuan Khusus

a.       Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan gangguan  kebutuhan keamanan dan proteksi : hipertermi  pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah tahun 2020.

b.      Dapat merumuskan diagnosis keperawatan gangguan  kebutuhan keamanan dan proteksi : hipertermi  pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah tahun 2020 .

c.       Dapat melaksanakan penyusun rencana keperawatan gangguan  kebutuhan keamanan dan proteksi : hipertermi  pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah tahun 2020.

d.      Dapat melaksananakan tindakan keperawatan gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi : hipertermi  pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah tahun 2020 .

e.       Dapat melaksanakan evaluasi keperawatan gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi : hipertermi  pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah tahun 2020 .

 

 

 

D.    Manfaat

1.      Manfaat Teoritis

Menambah khasanah keilmuan untuk perkembangan pengetahuan dan menambah wawasan dalam mencari pemecahan masalah pada pasien yang mengalami DBD dengan gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi : hipertermi.

2.      Manfaat Praktis

a.       Institusi 

Dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan  keperawatan pada pasien yang mengalami Demam Berdarah Dengue dengan gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi : hipertermi.

b.      Puskesmas Rawat Inap

Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi perawat puskesmas dalam penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD) sesuai dengan teori dan sebagai bahan acuan untuk melaksanakan penyuluhan ke masyarakat sehingga meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

c.       Penulis 

Dapat digunakan untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan.

 

E.     Ruang Lingkup

Ruang lingkup asuhan keperawatan ini adalah pemenuhan kebutuhan gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi : hipertermi  pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020. Subyek Asuhan Keperawatan adalah pasien yang mengalami penyakit DBD. Metode Asuhan Keperawatan meliputi melakukan pengkajian, merumuskan masalah, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 4 – 8 Maret 2020.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Kebutuhan Dasar

1.      Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih di kenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow (Wolf, Lu Verne, dkk,1984). Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni:

a.       Kebutuhan Fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow, yaitu: kebutuhan oksigenasi, kebutuhan cairan, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urine dan alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan kesehatan temperatur tubuh serta kebutuhan seksual. Kebutuham seksual tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup seseorang, tetapi penting untuk mempertahankan kelangsungan umat manusia.

b.      Kebutuhan rasa aman dan perlindungan

Kebutuhan rasa aman dan perlindungan yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis.

1)      Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, penyakit, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.

2)      Perlidungan psikolgis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.

c.       Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.

d.      Kebutuhan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.

e.       Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

                     

Gambar 2.1. Kebutuhan Dasar Manusia menurut Maslow

Dalam buku kebutuhan dasar manusia, konsep Hierarki Maslow ini menjelaskan bahwa manusia senantiasa berubah menurut kebutuhannya. Jika seseorang merasa kepuasan, ia akan menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang menuju potensi yang lebih besar. Sebaliknya, jika proses pemenuhan kebutuhan ini terganggu maka akan timbul kondisi patologis. Oleh karena itu, dengan konsep kebutuhan dasar Maslow akan di peroleh persepsi yang sama bahwa untuk beralih ke kebutuhan yang lebih tinggi kebutuhan dasar yang ada di bawahnya harus terpenuhi terlebih dahulu (Mubarak dkk, 2015).  

2.      Pengertian Kebutuhan Keamanan dan Proteksi

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat di duga dan tidak di harapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Menurut Mubarak dkk (2015) kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah suatu keadaan seseorang agar terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan.

3.      Konsep Dasar Masalah Pada Kebutuhan Keamanan dan Proteksi

Masalah keperawatan yang masuk dalam kategori lingkungan dan sub kategori keamanan dan proteksi dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017).

a.       Gangguan kerusakan integritas kulit/jaringan

Kerusakan kulit (dermis, dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,kartilago, kapsul sendi atau ligament).

b.      Hipertermi

Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

c.       Hipotermi

Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh.

d.      Perilaku kekerasan

Kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendai secara verbal sampai dengan mencederai orang lain dan/atau merusak lingkungan.

e.       Perlambatan pemulihan pasca bedah

Pemanjangan jumlah hari pascabedah untuk memulai dan melakukan aktivitas sehari-hari.

f.       Resiko infeksi

Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.  

g.      Resiko jatuh

Beresiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh.

h.      Resiko bunuh diri

Beresiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan.

i.        Resiko cidera pada ibu

Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik pada ibu selama masa kehamilan sampai dengan proses persalinan.

j.        Resiko cidera pada janin

Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik pada janin selama proses kehamilan dan persalinan.

k.      Resiko mutilasi diri

Beresiko sengaja mencederai diri yang menyebabkan kerusakan fisik untuk memperoleh pemulihan ketegangan.

l.        Resiko alergi

Beresiko mengalami stimulasi respon imunitas yang berlebihan akibat terpapar alergen.

m.    Resiko luka tekan

Beresiko mengalami cedera lokal pada kulit dan/atau jaringan, biasannya pada tonjolan tulang akibat tekanan dan/atau gesekan.

n.      Termoregulasi tidak efektif

Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.

o.      Resiko cedera

Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik

4.      Konsep Hipertermi

a.       Pengertian hipertermi

Hipertermi adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh  37,8ºC (100 ºC) per oral atau 38,8ºF (101ºF) per rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal (Lynda Juall Carpenito, 2012). Pengertian lain juga menyebutkan bahwa hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal (NANDA, 2015).

b.      Penyebab

Penyebab hipertermi antara lain: (SDKI, 2017)

1)      Penyakit/trauma

2)      Peningkatan metabolisme

3)      Aktivitas yang berlebihan

4)      Pengaruh medikasi

5)      Terpapar lingkungan panas

6)      Dehidrasi dan pakaian yang tidak tepat

7)      Faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.

c.       Macam-macam suhu

Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas, 2007) :

1)      Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

2)      Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C

3)      Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C

4)      Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

d.      Batasan karakteristik

1)      Apnea

2)      Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu, pada orang dewasa nafsu makan berkurang

3)      Gelisah

4)      Hipotensi

5)      Kejang

6)      Koma

7)      Kulit kemerahan

8)      Kulit terasa hangat

9)      Latergi

10)  Postur abnormal

11)  Stupor

12)  Takikardi

13)  Takipnea

14)  Vasodilatasi (Nanda, 2015-2017)

e.       Faktor yang berhubungan

1)      Aktivitas berlebihan

2)      Dehidrasi

3)      Iskemia

4)      Pakaian yang tidak sesuai

5)      Peningkatan laju metabolisme

6)      Penurunan perspirasi

7)      Penyakit

8)      Sepsis

9)      Suhu lingkungan tinggi

f.       Manifestasi Klinis

1)      Gelisah (suhu lebih tinggi dari 37,8ºC-40ºC).

2)      Kulit kemerahan

3)      Hangat pada sentuhan

4)      Peningkatan frekuensi pernafasan

5)      Menggigil

(Nanda Nic-Noc jilid 1, 2016)

g.      Proses terjadinya demam pada pasien DBD

Suhu tubuh dikontrol oleh pusat termoregulasi di hipotalamus, yang mempertahankan suhu tubuh pada angka sekitar set point (37ºC). Suhu tubuh diatur dengan mekanisme thermostat di hipotalamus. Mekanisme ini menerima masukan dari reseptor yang berada di pusat dan perifer. Jika terjadi perubahan 15 suhu, reseptor-reseptor ini menghantarkan informasi tersebut ke termostat, yang akan meningkatkan atau menurunkan produksi panas untuk mempertahankan suhu set point yang konstan.

Virus dengue  masuk kedalam tubuh melalu gigitan nyamuk aedes aegypti. Sesudah masuk ke dalam tubuh seseorang, virus akan memperbanyak diri di dalam kelenjar limfe. Setelah itu terjadi respon antibodi yang menimbulkan kompleks antigen antibodi, kemudian badan menjadi panas akibat toksin tersebut hipotalamus tidak bisa terkontrol yang menjadikan demam tinggi.

h.      Komplikasi

1)      Kerusakan sel-sel dan jaringan

2)      Kematian

 

B.     Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Keamanan dan Proteksi : Hipertermi Pada Pasien DBD

1.      Pengkajian 

Keluarga yang dapat dihubungi, catatan kedatangan, no MR.

a.       Identitas pasien : terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa, medis, tanggal MRS

b.      Riwayat kesehatan pasien

1)      Keluhan utama

Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan demam lebih dari 3 hari, tidak mau makan, terdapat bintik merah pada tubuh.

2)      Riwayat kesehatan sekarang

a)      Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang menyebabkan sakit kepala.

b)      Tidak nafsu makan, mual dan muntah, sakit saat menelan, lemah.

c)      Nyeri otot dan persendian.

d)     Konstipasi dan bisa juga diare.

e)      Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

f)       Batuk ringan.

g)      Mata terasa pegal, sering mengelurkan air mata (lakrimasi), foto fobia.

h)      Ruam pada kulit (kemerahan).

i)        Perdarahan pada kulit ptekie, ekimosis, hematoma, dan perdarahan lain: epistaksis, hematemesis, hematuria, melena.

c.       Riwayat kesehatan keluarga

Ada penderita penyakit DBD dalam keluarga

d.      Pemeriksaan fisik

1)      Pengkajian umum

a)      Tingkat kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen, sopor, koma.

b)      Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat.

c)      Keadaan gizi : tinggi badan & berat badan dengan gizi baik, sedang, buruk.

d)     Tanda-tanda vital : suhu meningkat, tekanan darah pada DBD dapat meningkat, sedangkan pada DSS dapat menurun, nadi pada DBD takikardi, sedangkan pada DSS dapat cepat dan lemah serta proses penyembuhan bardikardi, pernafasan dapat normal dan meningkat, pada DSS cepat dan dangkal.

2)      Pengkajian sistem tubuh

a)      Integumen : ruam, ptekie, ekimosis, purpura, hematom, hipertermi, sedangkan pada DSS, dapat lembab, dingin, dan sianosis, pada hidung, kuku, kaki, dan tangan.

b)      Kepala dan leher : pembesaran kelenjar limfe (+) dan (-)

c)      Mata : conjungtiva hiperemia, lakrimasi, foto fobia.

d)     Sistem kardiovaskuler : pada DBD dapat hipotermi dan hipertensi, takikardi dan dapat bradikardi.

e)      Abdomen : hepatomegali, splenomegali dan nyeri tekan hepar.

f)       Muskuloskeletal : nyeri sendi dan otot.

 

2.      Diagnosa keperawatan

a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan   permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.

b.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit.

c.       Defisit nutrisi  berhubungan dengan kurangnya asupan makanan ditandai dengan mual, muntah, dan nafsu makan yang menurun.

d.      Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

e.       Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi virus (virumia).

f.       Defisit perawatan diri  berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.

g.      Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit DBD. (SDKI, 2017)

 


3.      Intervensi

Tabel 2.1. Intervensi Keperawatan

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

1

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan  permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka keseimbangan cairan meningkat, dengan kriteria hasil :

1.       Asupan cairan meningkat

2.       Turgor kulit membaik

3.       Membran mukosa bibir membaik

Observasi:

1.       Monitor status hidrasi :

Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah

2.       Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

3.       Monitor intake dan output cairan

Teraupetik:

1.       Hitung kebutuhan cairan

2.       Berikan asupan cairan per oral

 

Edukasi:

1.       Anjurkan memperbanyak asupan cairan per oral

2.       Anjurkan menghindari perubahan posisi yang mendadak

 

Kolaborasi:

1.       Kolaborasi pemberian cairan intravena isotonis: Ringer Laktat

2

Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas normal, kulit merah, takikardi, kulit terasa hangat

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil:

1.       Suhu tubuh dalam rentang normal

2.       Nadi dan pernapasan dalam rentang normal

3.       Tidak ada perubahan warna kulit

Observasi:

1.       Identifikasi  saat timbulnya demam

2.       Monitor suhu dan tanda vital / 8 jam

3.       Monitor komplikasi akibat hipertermi

Teraupetik:

1.       Berikan kompres hangat

2.       Sediakan lingkungan yang dingin

4.       Longgarkan atau lepaskan pakaian pasien

Edukasi:

1.       Anjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan  jelaskan manfaatnya bagi pasien.

2.       Anjurkan tirah baring

Kolaborasi:

1.       Kolaborasi: pemberian cairan intravena dan antipiretik

3

Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan ditandai dengan mual, muntah dan nafsu makan menurun

 

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, status nutrisi membaik, dengan kriteria hasil:

1.       Porsi makanan dihabiskan

2.       Frekuensi makan membaik

3.       Nafsu makan membaik

4.       Mual dan muntah berkurang

5.       Berat badan membaik

Observasi:

1.       Monitor mual dan muntah

2.       Monitor asupan makanan

3.       Identifikasi makanan yang disukai

Teraupetik:

1.       Berikan makanan dalam porsi sedikit dengan frekuensi sering

2.       Berikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

3.       Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

Edukasi:

1.       Anjurkan keluarga tetap memaksimalkan ritual makan yang disukai pasien selama dirawat di Puskesmas.

2.       Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis untuk mengatasi mual dan muntah

3.       Anjurkan banyak istirahat

Kolaborasi:

1.       Kolaborasi pemberian obat-obatan

-          Antiemetik sesuai program dokter.

-          Antasida

-          Vitamin contoh B komplek, C, tambahan diet lain

4

Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 4x24 jam, maka tingkat perdarahan menurun, dengan kriteria hasil :

1.       Kelembapan kulit meningkat

2.       Jumlah trombosit meningkat.

3.       Tekanan darah membaik

4.       Hematokrit membaik

Observasi:

1.       Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.

2.       Monitor adanya darah pada muntah, feses, dan urine

Edukasi:

1.       Anjurkan pasien untuk cukup istirahat 6-7 jam/hari.

2.       Jelaskan tanda-tanda perdarahan

3.       Anjurkan pada keluarga untuk segera melaporkan jika menemukan tanda-tanda perdarahan

Kolaborasi:

Kolaborasi: pemberian cairan intravena isotonis: Ringer Laktat

5

Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan nyeri di epigastrium, perubahan selera makan,  terlihat meringis menahan nyeri

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka tingkat  nyeri menurun, dengan kriteria hasil :

1.       Keluhan nyeri menurun

2.       Meringis menurun

3.       Kemampuan pasien mengenali penyebab nyeri meningkat

4.       Kemampuan  pasien menggunakan teknik non farmakologis meningkat

5.       Pasien melaporkan  nyeri terkontrol

1.       Identifikasi  lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri

2.       Identifikasi  skala nyeri

3.       Gunakan  teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.

4.       Lakukan kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri (suhu ruangan, pencahayaan dan kebsingan).

5.       Ajarkan teknik nonfarmakologis (relaksasi napas dalam).

6.       Kolaborasi pemberian analgetik.

6

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.

 

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka perawatan diri meningkat, dengan kriteria hasil:

1.       Kemampuan mandi meningkat

2.       Kemampuan mengenakan pakaian meningkat

3.       Kemampuan ke toilet meningkat

4.       Keinginan melakukan perawatan diri meningkat

Observasi:

1.       Identifikasi  kebiasaan aktivitas perawatan diri pasien.

2.       Identifikasi hal-hal yang mampu dilakukan pasien berhubungan dengan kelemahan fisiknya

Teraupetik:

1.       Bantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari pasien sesuai tingkat keterbatasan pasien seperti mandi, makan, dan eliminasi.

2.       Siapkan keperluan pribadi misalnya: sikat gigi, sabun, sisir dsb.

Edukasi:

Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

7

Defisit  pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit DBD

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam, maka tingkat pengetahuan pasien meningkat, dengan kriteria hasil :

1.       Pertanyaan tentang masalah DBD menurun

2.       Persepsi pasien yang keliru tentang penyakit DBD menurun

3.       Kemampuan pasien dan keluarga menjelaskan tentang penyakit DBD meningkat.

 

Observasi:

1.       Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Teraupetik:

1.       Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2.       Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya

Edukasi:

1.       Jelaskan tentang definisi penyakit, proses penyakit, tanda gejala dan kemungkinan komplikasi penyakit DBD

2.       Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pencegahan

3.       Informasikan kondisi pasien saat ini

4.       Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat atau tidak biasa.

(Tim Pokja SIKI, 2018)


C.    Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD)

1.      Definisi

Menurut World Health Organization (WHO) 2009, Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (WHO, 2011). Terdapat tiga tahapan yang dialami penderita penyakit DBD, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan.

Demam Dengue adalah contoh penyakit yang disebarkan oleh vektor. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia yaitu oleh nyamuk Aedes Aegypty. Nyamuk ini hidup di daerah tropis dan berkembang biak pada sumber air yang mandek (Sezanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2013). Demam Berdarah Dengue adalah penyakit berpotensi KLB/wabah yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vector nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini menyerang sebagian besar anak usia <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa (Dinkes, 2015).

2.      Etiologi

Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, family Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis yaitu : DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI, 2016). Di Indonesia pengamatan virus dengue yang di lakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan ke empat serotype di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Depkes RI, 2016).

3.      Gejala

a.       Gejala utama demam berdarah menurut Desmawati (2013) yaitu:

1)      Demam

Penyakit didahului oleh demam tinggi yang mendadak terus menerus, berlangsung 2-7 hari, naik turun tidak mempan dengan obat antipiretik

a)      Kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40ºC dan dapat terjadi kejang demam.

b)      Saat fase demam mulai cenderung menurun dan pasien tampak seakan sembuh, tetapi juga sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari demam.

c)      Hari ke 3, 4 dan 5 adalah fase krisis yang harus di cermati pada hari ke 6 dapat terjadi syok, kemungkinan terjadi perdarahan dan kadar trombosit sangat rendah.

2)      Tanda-tanda perdarahan

Penyebab perdarahan pada DBD adalah: trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit serta koagulasi intravascular yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji tourniquet positif, petecihia, purpura ekimasis, dan perdarahan konjungtiva. Petechia merupakan tanda khas perdarahan yang sering ditemukan. Tanda ini dapat ditemukan pada epitaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis dan dapat perdarahan subkonjungtiva atau hematuria.

3)      Hepatomegali

Ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dan hanya sekedar dapat diraba sampai 2 cm di bawah lengkungan iga kanan. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hati berhubungan dengan adanya perdarahan, pada sebagian kecil kasus dapat dijumpai ikterus.

4)      Syok

Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun. Demam turun di sertai dengan keringat, perubahan denyut nadi dan tekanan darah, ujung ektermitas teraba dingin, disertai kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma beberapa saat setelah suhu turun antara lain hari ke 3-7 terdapat tanda kegagalan sirkulasi.

a)      Kulit teraba kasar dan lembab terutama di ujung jari dan kaki.

b)      Sianosis di sekitar mulut.

c)      Pasien menjadi gelisah.

d)     Nadi cepat, lemah kecil sampai tak teraba.

e)      Pada saat akan syok beberapa pasien tampak sangat lemah, gelisah dan sakit perut.

Syok dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat, pasien dapat meninggal dalam waktu 12-24 jam atau cepat sembuh setelah penggantian cairan. Apabila syok tidak dapat diatasi akan terjadi kompilkasi asidosis metabolik.

a)      Perdarahan saluran cerna hebat.

b)      Kejang dan koma (pada pasien dengan perdarahan intraserebral).

b.      Gejala tambahan pada DBD, menurut Desmawati (2013) yaitu:

1)      Perdarahan.

2)      Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.

3)      Peningkatan suhu secara tiba-tiba.

4)      Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supra orbital dan tetra orbital.

5)      Nyeri hebat pada otot dan tulang bila tendon dan otot perut ditekan.

6)      Mual dan muntah.

7)      Batuk ringan.

8)      Pada masa ditemukan pembengkakan, infeksi konjungtiva lakrimasi dan fotofobia dan otot-otot sekitar mata terasa pegal.

9)       Eksontem muncul pada awal demam, terlihat pada muka dan dada yang berlangsung pada beberapa jam kemudian muncul kembali pada hari ke 3-6.  

10)  Bercak di tangan dan kaki lalu seluruh tubuh.  

11)  Pada hari ke 4 dan ke 5, nadi cepat kemudian normal/lebih lambat.

12)  Bradikardi menetap pada masa penyembuhan.

13)  Lidah kotor dan konstipasi.

14)  Hari ke 3 dan ke 5 muncul petheki, purpura, ecomosis, hematemesis, melena, dan epitaksis.

15)  Hati membesar dan nyeri tekan (+)

16)  Gejala syok.

17)  Sianosis perifer terutama pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki.

4.       Patofisologi

Patofisiologi primer DBD dan Dengue Syock Syndrome (DSS) adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari 20%, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.

Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer  mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar yang telah ada jadi meningkat. Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kadar IgM, oleh karena itu antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu diagnose dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah sakit hari kelima, diagnosis (Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : 110 –119).

Klasifikasi derajat DBD menurut WHO :

Tabel 2.2 Derajat DBD

Derajat 1

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi pendarahan uji tourniquet positif.

 

Derajat 2

Derajat 1 disertai pendarahan spontan dikulit dan/ atau pendarahan lain.

 

Derajat 3

Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah.

 

Derajat 4

Syok berat, nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur.

   Sumber: Nanda, 2015

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pathway

Gambar 2.2. Patofisiologi DBD

5.      Manifestasi klinis

Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan :

a.       Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari di kebanyakan kasus.

b.      Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan melena.

c.       Pembesaran hati (hepatomegali)

d.      Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi, hipotensi kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.

6.      Penatalaksanaan

Dalam penatalaksanaan kasus demam berdarah dengue dikutip oleh WHO (2016) menyatakan bahwa dasar pengobatan demam berdarah dengue adalah pemberian cairan ganti secara adekuat. Sebagai contoh jika anak dengan berat 20kg, maka kebutuhan cairan 2.500 ml/24 jam dengan kecepatan 5 ml/kgBB/jam. Cairan kristaloid isotonic merupakan cairan pilihan. Pada bayi <6 bulan diberikan cairan NaCl 0,45% atau dasar pertimbangan fungsi fisiologis yang berbeda dengan anak yang lebih besar. Penderita DBD tanpa renjatan tersebut dapat di beri minum banyak 1,5-2 liter perhari, berupa air putih, teh manis, sirup, susu, oralit.

Terhadap penderita DBD yang tidak disertai dengan renjatan tersebut dapat diberikan dengan penurun panas. Karena besarnya risiko bahaya yang mengancam, setiap orang yang diduga menderita DBD harus segera dibawa ke rumah sakit. Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk pemantauan kemungkinan terjadinya komplikasi yaitu perdarahan dan renjatan (shock).  Pada orang dewasa kemungkinan ini sangat kecil dan banyak terjadi pada anak-anak. Penderita biasanya mengalami demam 2-7 hari diikuti fase kritis 2-3 hari. Pada fase kritis ini, suhu menurun tetapi risiko terjadinya penyakit justru meningkat bahkan bila tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan kematian. 

7.      Pemeriksaan Diagnostik

a.       Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia (100.000/mmatau kurang)

b.      Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)

c.       Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

8.      Komplikasi

a.       Ensefalopati dengue

b.      Kelainan ginjal

c.       Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).

9.      Pencegahan

Ada 3 cara pemberantasan vector

a.      Fogging focus

Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan fogging hanya dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis betul-betul memenuhi kriteria

b.      Abatisasi

Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-tempat umum.

c.       Tanpa inteksida

Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3 M:

1)      Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat penampungan air bersih.

2)      Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.

3)      Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, dan barang bekas, lainnya yang dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypty.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE

A.    Fokus Asuhan

Laporan tugas akhir ini berfokus  pada asuhan keperawatan pasien dewasa yang mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan masalah keperawatan gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi : Hipertermi.

B.     Subyek Asuhan

Subjek dalam laporan tugas akhir ini adalah pasien yang mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kec. Selagai Lingga. Secara lebih khusus subjek laporan tugas akhir adalah pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi : Hipertermi.

C.    Lokasi dan waktu

1.      Lokasi Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan dilakukan di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kec. Selagai Lingga

2.      Waktu Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2020 sampai dengan 8 Maret 2020

D.    Pengumpulan Data

1.      Alat Pengumpulan data

a.       Instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format pengkajian asuhan keperawatan dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

b.      Alat-alat pemeriksaan fisik seperti : tensimeter, stetoskop, timbangan, thermometer, dan senter

2.      Teknik Pengumpulan Data

a.       Wawancara

Wawancara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari responden atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan responden misalnya mengenai biodata pasien, masuk rumah sakit, keluhan utama yang dirasakan pasien saat wawancara berlangsung, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, genogram, riwayat sosial, kebutuhan dasar seperti, nutrisi, aktivitas/ istirahat, personal hygiene, eliminasi, pengkajian fisik dan mental

b.      Pengkajian

1)      Inspeksi

Inspeksi adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat. Dengan melihat maka kita mendapatkan hasil pemeriksaan dalam hal antara lain : kesan umum penderita , bentuk badan ,perbandingan antar bagian tubuh, yang normal dan abnormal dari dinding dada pada waktu bernafas.

2)      Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan meraba dengan menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan. Dengan palpasi dapat terbentuk gambaran dari berbagai aspek seperti :

a)      Permukaan; misalnya halus/kasar, menonjol/datar, keras/lunak.

b)      Getaran-getaran atau denyutan: denyut nadi, pukulan jantung pada dinding dada.  

c)      Keadaan alat dibawah permukaan: misalnya batas-batas hepar (hati), adanya massa abnormal di tempat yang tidak seharusnya

3)      Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan perantaraan jari tangan. Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan organ-organ di dalam tubuh. Tergantung dari isi jaringan yang ada di bawahnya, maka akan timbul berbagai nada yang dibedakan menjadi lima, yaitu : pekak, redup, sonor, hipersonor, dan timpani

4)      Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan suara yang terdapat di dalam tubuh dengan bantuan alat yang disebut stetoskop. Alat ini berfungsi sebagai saluran  pendengaran di luar tubuh untuk dapat meredam suara di sekitarnya. Dari pemeriksaan auskultasi, kita dapat mendengarkan suara-suara secara kualitatif dan kuantitatif yang ditimbulkan oleh jantung, pembuluh darah, paru, dan usus.

c.       Dokumentasi

Pada metode dokumentasi menggunakan check list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat atau muncul variabel yang dicari, maka  tinggal membubuhkan tanda check atau tally di tempat yang sesuai (Arikunto, 2006). 

Dari hasil data yang sudah diperoleh meliputi wawancara, pengkajian dan observsi untuk memvalidasi hasil tersebut  melakukan check list hasil yang didapat dengan data pada rekam medik pasien.

3.      Sumber Data

a.       Data Primer

Data primer yakni sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara dari individu pasien maupun hasil observasi dari suatu objek dan kejadian.

b.      Data Sekunder

Data sekunder berisi sumber data laporan tugas akhir yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung seperti data dari kerabat atau keluarga pasien.

c.       Data Tersier

Diperoleh dari catatan perawatan pasien atau rekam medis pasien yang merupakan riwayat penyakit atau perawatan pasien dimasa lalu.

 

E.     Penyajian Data

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interprentasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh  dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersendiri. Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagian maupun teks naratif.

 

F.     Prinsip Etika

1.      Informed Consent (persetujuan menjadi pasien)

Informed consent merupakan cara persetujuan antara  dengan informan dengan memberikan lembar persetujuan kepada responden sebelum laporan tugas akhir dilaksanakan. Setelah calon responden memahami atas penjelasan  terkait laporan tugas akhir ini, selanjutnya  memberikan lembar informed consent untuk di tanda tangani oleh sampel laporan tugas akhir.

2.      Anonymity (tanpa nama)

Merupakan usaha menjaga kerahasian tentang hal-hal yang berkaitan dengan data responden. Pada aspek ini peneli titidak mencantumkan nama responden pada kuesioner dan hanya di berikan kode atau nomor res ponden.

3.      Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden di jamin kerahasiannya. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul dari respon den benar-benar bersifat  rahasia dan penyimpanan dilakukan di file khusus yang benar-benar milik pribadi sehingga hanya  dan respon yang mengetahuinya. Kerahasiaan dari pasien di jamin dengan jalan menghamburkan identitas dari pasien.

 

 

 

 

 

 


 

BAB IV

HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Asuhan

1.      Pengkajian

a.       Identitas pasien

1)      Nama                                     : Tn. W

2)      Umur                                     : 58 tahun

3)      Jenis Kelamin                        : Laki-laki

4)      Agama                                   : Islam

5)      Pendidikan                            : SD

6)      Pekerjaan                               : Petani

7)      Tanggal masuk puskesmas   : 3 Maret 2020 pukul 11.00 WIB

8)      Tanggal pengkajian               : 4 Maret 2020 pukul 07.00 WIB

9)      Diagnosa Medik                    : Demam Berdarah Dengue (DBD)

10)  No RM                                  : 3782

11)  Alamat                                  : Kampung Tias Bangun Kec.

Pubian,   Lam-Teng

b.      Riwayat kesehatan

Pasien masuk Puskesmas melalui IGD tanggal 3 Maret 2020 diantar oleh keluarga. Masuk dengan berjalan sendiri. Kesadaran composmentis.

1)      Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit

Keluhan Utama : saat masuk ke Puskesmas pasien mengatakan demam sudah 2 hari.

2)      Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan demam sejak tanggal 1 Maret 2020, sehari kemudian reda. Pada tanggal 3 Maret 2020 demam timbul lagi dan dibawa ke Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar. Selain itu malas makan/minum,  mual dan muntah,  pasien mengatakan  tidak menghabiskan porsi makanannya.

 

 

3)      Riwayat Alergi

Pasien mnegatakan tidak ada riwayat alergi baik obat maupun makanan.

4)      Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang

Pasien mengatakan  sebelumnya menderita penyakit gastritis dan hipertensi.

5)      Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien megatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengannya, belum ada yang mengalami sakit dengan penyakit menular atau penyakit keturunan seperti : TBC, Hepatitis, DM

c.       Anamnesis Pengkajian Pola Fungsional

1)      Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan

a)      Kondisi Kesehatan Umum

Kesadaran composmentis, pasien merasa lemah.

b)      Upaya menjaga/meningkatkan status kesehatan yang selama ini dilakukan

·         Pasien tidak pernah melakukan olah raga secara teratur, karena setiap hari pergi ke  mengolah lahan pertanian.

·         Pasien mempunyai kebiasaan minum kopi 2 kali sehari dan minum air putih ± 2 liter/hari. 

·         Pasien merokok sejak usia 15 tahun, sehari menghabiskan 12-20 batang  dengan jenis rokok lintingan. Pasien mengatakan ada keinginan untuk berhenti merokok tapi belum mampu untuk berhenti.

·         Pasien mengatakan jika mengalami tekanan/masalah dengan menyelesaikan/mengatakan  dengan cara baik-baik.

 

c)      Upaya Perlindungan Kesehatan yang dilakukan pasien

Pasien tidak pernah melakukan medical chek up. Pasien jarang datang ke Pukesmas, jika hanya batuk pilek pasien minum obat herbal dan kerikan. Pasien tidak memiliki jaminan kesehatan seperti BPJS/JKN, asuransi kesehatan lainnya.

d)     Upaya pemeriksaan kesehatan mandiri

Pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan secara mandiri seperti: pemeriksaan testis sendiri, asam urat, tekanan darah, gula darah, kolesterol dan lain-lain. Pasien kadang meminta bidan desa untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah.

e)      Riwayat Medis, hospitalisasi dan pembedahan

Pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit

f)       Obat, jamu herbal atau terapi lain yang dijalani sebelum masuk Puskesmas

Tidak ada obat, jamu herbal atau terapi lain yang dijalani pasien.

2)      Pola Metabolik-Nutrisi

a)      Kebiasaan Jumlah Makanan dan Kudapan

Pasien mengatakan makanan utamanya nasi putih, dengan porsi 1-2 piring setiap kali makan. Konsumsi sayur dan lauk hanya kadang-kadang, tidak ada sayuran dan lauk pauk yang dihindari. Olahan sayur yang disenangi dimasak dengan santan dan olahan lauknya biasanya digoreng.

Pasien mengatakan frekuensi makan makanan utama dan pelengkapnya 2 – 3 kali sehari.

Pasien mengatakan kadang-kadang makan kudapan, tidak setiap hari.

b)      Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir

Jenis diet : tinggi energi tinggi protein

Bentuk makanan yang diberikan: bubur

Cara pemberian  : oral

Frekuensi pemberian : 3 kali/sehari

Pasien mampu makan sendiri, porsi yang diberikan hanya dihabiskan ¼ saja, pasien mengatakan mual dan muntah setiap kali ada makanan yang masuk.

c)      Masalah yang berhubungan dengan pola konsumsi makanan

Selama sakit pasien sering mual dan muntah, tidak ada nafsu makan dan tidak nyaman nyeri di daerah epigastrium.

d)     Energi Metabolik

Pasien merasa lemas dan mudah lelah.

e)      Persepsi pasien tentang berat badannya

Pasien merasa berat badannya normal

3)      Pola Eliminasi

Eliminasi buang air kecil (bak)

Frekuensi bak 3-4 kali sehari, pasien bak di toilet, warna urine kuning jernih, bau urine normal, tidak ada masalah dalam pengeluaran urine.

4)      Pola Aktifitas Sehari-hari

Pekerjaan pasien sebagai petani, pasien melakukan kegiatan dimasyarakat misalnya gotong royong, pengajian, ronda dan lain-lain. Pasien selama sakit melakukan perawatan diri  seperti mandi, berpakaian, makan, toilet dengan bantuan istrinya. Pasien merasa lemah.

5)      Pola Istirahat-Tidur

Kebiasaan tidur sebelum sakit  6-8 jam sehari, pasien merasa segar setelah bangun dari tidur. Kebiasaan tidur saat ini < 6-8 jam sehari karena demam dan nyeri di daerah epigastrium. Pasien tidak menggunakan obat untuk alat bantu tidur.

6)      Pola Kognitif

a)      Gambaran tentang indera khusus

Pasien mengatakan tidak ada penurunan fungsi indera. Rasa nyeri di daerah epigastrium dengan karakteristik nyeri menusuk hilang timbul.

b)      Kognitif

Pasien menempuh pendidikan terakhir SD. Mampu mengambil keputusan dengan baik, dapat mengingat jangka pendek dan jangka panjang.

7)      Pola Konsep Diri-Persepsi Diri

Keadaan sosial

Pasien mempunyai pekerjaan sebagai petani, situasi dan hubungan keluarga baik, ikut dalam kegiatan masyarakat  keanggotaan yasinan.

8)      Pola Hubungan Peran

Sebagai Kepala Keluarga, pasien mempunyai peran yang dominan yakni pasien mampu berkoordisasi dengan istri dan anak-anak setiap menyelesaikan masalah. Sebagai anggota masyarakat, pasien juga ikut berperan mematuhi pamong kampong dan mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong, ronda, pengajian dan yasinan.

Hubungan pasien dengan keluarga, masyarakat dan petugas kesehatan baik.

9)      Pola Reproduktif-Seksualitas

Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan fungsi reproduksi dan seksual.

10)  Pola Toleransi terhadap stress-koping

Pasien mengatakan selama ini tidak ada kejadian/masalah yang menimbulkan stress. Pasien merasa sedikit cemas karena sakitnya tidak sembuh-sembuh.

11)  Pola Keyakinan-Nilai

a)      Latar belakang budaya

Kebudayaan pasien adalah kebudayaan jawa.

b)      Keyakinan pasien yang berkaitan dengan masalah kesehatan saat ini

Pasien mengatakan sakitnya saat ini karena kelelahan dari pekerjaannya sehari-hari, dengan beristirahat pasti akan sembuh. Selain itu dengan ibadah dan berdoa kepada Tuhan, maka penyakitnya akan segera sembuh. Pasien tidak tahu tentang penyakit demam berdarah.

c)      Keyakinan keluarga yang berkaitan dengan masalah kesehatan saat ini

Keluarga mempunyai keyakinan bahwa penyakit yang diderita suaminya hanya penyakit fisik biasa tidak ada hubungannya dengan hal-hal mistik. Keluarga juga tidak tahu tentang penyakit demam berdarah.

d)     Selama dirawat di Puskesmas pasien masih melaksanakan ibadah sholat

d.      Pemeriksaan Fisik

1)      Tanda-tanda vital

Tekanan Darah           : 110/70 mmhg, normal

Nadi                           : 108 x/ menit, kuat, teratur

Pernafasan                  : 24 x/menit, teratur, irama nafas normal

Suhu                           : 40ºC

2)      Antropometri

Tinggi badan              : 163 cm

Berat badan                : 59 kg

3)      Status mental

Kesadaran                  : composmentis

Keadaan umum           :sedang (aktivitas memerlukan bantuan       orang lain,kesadaran penuh dan tanda-tanda vital stabil)

4)      Kulit dan kuku           : bersih, tidak ikterik/sianosis, tampak

                                     merah, kulit teraba panas, kering, turgor

                                     kulit elastis, tidak ada   benjolan

5)      Kepala                        : normal

6)      Leher                          : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

7)      Thorax                        :

a)      Inspeksi                : bentuk abdomen simetris

b)      Palpasi                  : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

c)      Perkusi                  : sonor

d)     Auskultasi                        : suara nafas vesikuler, irama jantung

8)      Abdomen                   :

a)      Inspeksi                : bentuk dada simetris

b)      Palpasi                  : nyeri tekan di uluhati (pasien meringis

  menahan nyeri), tidak ada benjolan

c)      Perkusi                  : tympani

d)     Auskultasi                        : bising usus 10 x/ menit

9)      Punggung dan Tulang Belakang: normal

10)  Genitalia dan rectum  : tidak terpasang kateter, tidak ada kelainan.

11)  Ekstermitas                :

Atas                            : terpasang infus, tidak ada oedema, uji

                                     tourniquet (+)

Bawah                        : tidak ada oedema, akral hangat

Kekuatan otot                        : 

5

5

5

5

 

12)  Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

Tabel 4.1 Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Haemoglobin

13,9 gr/dl

13-16 gr/dl

Jumlah Leukosit

2500 / µl

4.000-10.000/ µl

Hitung Jenis Leukosit

-          Basophil

-          Eosinophil

-          N.Batang

-          N.Segmen

-          Limfosit

-          Monosit

 

0

1

1

67

25

6

 

0-1%

1-3 %

2-5 %

50-70 %

20-40 %

2-8 %

Jumlah Eritrosit

4,3

4,5-5,5 jt

Hematocrit

51,2%

40-50 %

Thrombosit

46.000 /µl

150.000-400.000/ µl

MCV

9,4

77-93 n³

MCH

31

27-32 pq

MCHC

33

31-35 %

 

 

 

13)  Daftar terapi (Obat, Cairan, dll)

Tabel 4.2. Daftar Terapi

Nama

Dosis Rute Pemberian

Mulai Pemberian

Indikasi

Efek Samping

Parasetamol 500 mg

3 x 1

3-3-2020

Panas

-          Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati

-          Reaksi hipersensitivitas

Antasida tablet kunyah kombinasi : Al (OH)3 200 mg + Mg (OH)2 200 mg

3 x 1

3-3-2020

Nyeri epigastrium

-          Sembelit

-          Diare

 

B Complex

3 x 1

3-3-2020

Suplemen

Kecil

Ondansentron 4 mg injeksi

Per 8 jam

3-3-2020

Muntah

-          Sakit kepala

-          Konstipasi

-          Reaksi  injeksi

Ketorolac injeksi 30 mg/ml

 

 

Ketorolac 10 mg

Per 6 jam

 

 

 

Per 6 jam

3-3-2020

 

 

 

6-3-2020

Nyeri epigastrium

-          Sakit kepala

-          Mengantuk

-          Berkeringat

-          Telinga berdenging

-          Kembung

-          Konstipasi

-          Diare

Ringer Laktat 500 ml

30 tpm

3-3-2020

Sumber elektrolit

-          Nyeri dada

-          Detak jantung abnormal

-          Penurunan tekanan darah

-          Gatal-gatal

-          Sakit kepala

 

2.      Diagnosis Keperawatan

Tabel 4.3. Analisa Data

No

Tanggal

jam

Data

Masalah Keperawatan

Etiologi

1.

4 Maret 2020

Pukul 10.00

DS :

Pasien mengatakan demam sudah 4 hari

DO:

-          K/U sedang

-          Kulit teraba panas dan kering

-          Kulit tampak merah

-          Akral hangat

-          Suhu 40ºC

-          Nadi 100 x/menit

Hipertermi

Proses penyakit

2.

4 Maret 2020

Pukul 10.00

DS:

Pasien mengatakan nyeri di daerah uluhati dan kembung

DO:

-          Nyeri tekan di daerah epigastrium

-          Pasien meringis menahan nyeri

-          Pemeriksaan perkusi di abdomen terdengar tympani

 Nyeri Akut

Proses infeksi virus

 

 

 

 

 

 

 

3.

4 Maret 2020

Pukul 10.00

DS:

Pasien mengatakan demam sudah 4 hari

DO:

-          Thrombosit 46.000 /µl

-          Hb 13,9 gr%

-          Uji tourniquet (+)

Resiko  terjadi perdarahan

Thrombositopenia

4.

4 Maret 2020

Pukul 10.00

DS:

-          Pasien mengatakan mual dan muntah serta nafsu makan menurun

-          Pasien mengatakan tidak menghabiskan porsi makanannya

-          Pasien merasa lemas

 

DO:

-          Porsi makan hanya dihabiskan ¼

-          Berat badan menurun dari 62 kg menjadi 59 kg

Defisit  nutrisi

Kurangnya asupan makanan

5.

4 Maret 2020

Pukul 10.00

DS:

-          Pasien dan keluarga mengatakan  tidak tahu tentang penyakit demam berdarah

-          Pasien mengatakan penyakitnya hanya karena kelelahan

DO:

Pendidikan terakhir pasien SD

Defisit  pengetahuan

Kurangnya informasi

6.

4 Maret 2020 Pukul 10.00

DS:

-          Pasien mengatakan muntah

-          Pasien mengatakan merasa lemah

DO:

-          Frekuensi nadi 108 x/ mmHg

-          Tekanan darah 110/70 mmHg

-          Suhu tubuh 40°C

-          Hematokrit 51,2 %

Kekurangan volume cairan dan elektrolit

Peningkatan permeabilitas kapiler.

 

Prioritas Diagnosa Keperawatan :

a.       Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh di atas normal, kulit merah, teraba panas, takhikardi dan akral hangat.

b.      Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan   permeabilitas kapiler ditandai dengan muntah, nadi meningkat, demam dan hematokrit meningkat.

c.       Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan ditandai dengan mual, muntah, dan nafsu makan yang menurun.

d.      Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi virus ditandai dengan nyeri ulu hati, dan terlihat meringis menahan sakit

e.       Defisit  pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit DBD ditandai dengan ketidaktahuan tentang penyakit DBD.

f.       Resiko terjadi perdarahan dibuktikan dengan thrombositopenia

 


3.      Rencana Tindakan Keparawatan

Tabel 4.4. Rencana Tindakan Keperawatan

 

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Rencana Tindakan

Rasional

1.

Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh di atas normal, kulit merah, teraba panas, takhikardi dan akral hangat.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil:

1.       Suhu tubuh dalam rentang normal

2.       Nadi dan pernapasan dalam rentang normal

3.       Tidak ada perubahan warna kulit

Observasi:

1.       Identifikasi  saat timbulnya demam

2.       Monitor suhu dan tanda vital/ 2 jam

3.       Monitor komplikasi akibat hipertermi

 

Teraupetik:

4.       Berikan kompres hangat

 

 

5.       Sediakan lingkungan yang dingin, buka jendela dan pintu

6.       Longgarkan atau lepaskan pakaian pasien

 

Edukasi:

7.       Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

8.       Anjurkan  asupan cairan per oral  ±  2,5 liter/24 jam

9.       Anjurkan tirah baring

 

Kolaborasi:

10.    Pemberian terapi cairan IVFD kristaloid RL 30 tpm dan obat antipiretik parasetamol 500 mg/ 8 jam.

 

1.       Untuk mengidentifikasi pola demam pasien

 

2.       Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

3.       Untuk mengetahui dengan cepat jika terjadi komplikasi

 

 

4.       Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.

5.       Dapat membantu dalam mempertahankan atau menstabilkan suhu tubuh

6.       Membantu mempermudah penguapan panas

 

 

 

7.       Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas dalam tubuh

8.       Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

9.       Istirahat menurunkan laju metabolisme dan infeksi

 

10.    Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting  bagi pasien dengan suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu tubuhnya.

2.

Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan   permeabilitas kapiler ditandai dengan muntah, nadi meningkat, demam dan hematokrit meningkat.

 

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka status cairan membaik, dengan kriteria hasil:

1.       Frekuensi nadi meningkat

2.       Tekanan darah normal

3.       Hematokrit menurun

4.       Suhu tubuh normal

Observasi:

1.       Monitor status hidrasi :

Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah

2.       Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

3.       Monitor intake dan output cairan

 

Teraupetik:

4.       Hitung kebutuhan cairan

 

5.       Berikan asupan cairan per oral   ± 2,5 liter/24 jam dan  jelaskan manfaatnya bagi pasien.

 

Edukasi:

6.       Anjurkan menghindari perubahan posisi yang mendadak

 

Kolaborasi:

7.       Pemberian cairan intravena kristaloid: Ringer Laktat 30 tpm

 

1.       Perubahan status hidrasi menggambarkan berat ringannya kekurangan cairan

 

 

2.       Untuk menentukan kebutuhan penggantian cairan dan keefektifan terapi

3.       Untuk mengetahui berapa banyak masukan dan pengeluaran cairan

 

 

4.       Agar cairan yang diganti sesuai dengan pengeluaran

5.       Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membrane mukosa

 

 

 

6.       Perubahan posisi yang mendadak akan menimbulkan pusing/sakit kepala yang merupakan salah satu gejala kekurangan cairan

 

 

7.       Pemberian cairan intavena bisa menggantikan cairan yang hilang

3.

Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan ditandai dengan mual, muntah dan nafsu makan menurun

 

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, status nutrisi membaik, dengan kriteria hasil:

1.       Porsi makanan dihabiskan

2.       Frekuensi makan membaik

3.       Nafsu makan membaik

4.       Mual dan muntah berkurang

5.       Berat badan membaik

Observasi:

1.      Monitor mual dan muntah

 

2.      Monitor asupan makanan

Teraupetik:

3.      Berikan makanan dalam porsi sedikit dengan frekuensi sering

4.      Berikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

5.      Berikan makanan tinggi energi dan tinggi protein

 

Edukasi:

6.      Anjurkan keluarga tetap memaksimalkan ritual makan yang disukai pasien selama dirawat di Puskesmas.

7.      Anjurkan penggunaan  teknik non farmakologis untuk mengatasi mual dan muntah dengan aromaterapi peppermint

8.      Anjurkan banyak istirahat

 

Kolaborasi:

9.      Pemberian obat-obatan

-          Antiemetik injeksi ondansentron 4 mg./ 8 jam.

-          Antasida / 8 jam

-          Vitamin B komplek/ 8 jam

 

 

1.       Mual dan muntah mempengaruhi pemenuhan nutrisi

2.       Dapat mengetahui kekurangan nutrisi pasien.

 

3.       Dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali

4.       Untuk menambah nafsu makan pasien

 

5.       Untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh

 

 

6.       Memungkinkan makanan yang disukai pasien akan memampukan pasien untuk mempunyai pilihan terhadap makanan yang dapat dimakan dengan lahap.

7.       Aromaterapi peppermint dapat digunakan untuk melemaskan otot-otot yang kram, menurunkan terjadinya mual dan muntah serta mengatasi ketidakmampuan flatus

8.       Istirahat yang cukup bisa mengurangi mual dan muntah

 

9.       Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan meningkatkan toleransi pada makanan.

Kerja pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi/ resiko perdarahan

Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan

4.

Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan nyeri uluhati, terlihat meringis menahan nyeri

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka tingkat  nyeri menurun, dengan kriteria hasil :

1.       Keluhan nyeri menurun

2.       Meringis menurun

3.       Kemampuan pasien mengenali penyebab nyeri meningkat

4.       Kemampuan  pasien menggunakan teknik non farmakologis meningkat

5.       Pasien melaporkan  nyeri terkontrol

Observasi:

1.       Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.

 

 

Teraupetik:

2.       Berikan istirahat dan tidur yang adekuat untuk membantu menurunkan nyeri

3.       Lakukan tindakan kenyamanan untuk meningkatkan relaksasi, seperti pemijatan, dan pengaturan posisi

4.       Lakukan kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri (suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan)

 

Edukasi:

5.       Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi napas dalam)

 

Kolaborasi:

6.       Pemberian analgetik injeksi ketorolac 30 mg/ 6 jam

 

1.       Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukan peneyebaran penyakit/terjadi komplikasi

 

 

 

2.       Semakin banyak waktu istirahat dan tidur yang  didapat, semakin aktif pula korteks insula bekerja membantu menangkal rasa sakit/nyeri.

3.       Relaksasi yang dilakukan secara berulang dapat menimbulkan rasa nyaman sehingga timbul toleransi terhadap nyeri yang dirasakan.

 

4.       Lingkungan yang nyaman dapat menyebabkan pasien tenang dan beristirahat

 

 

 

 

5.       Pasien mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam dan dapat membantu mengurangi kebutuhan obat-obat analgetik.

 

 

6.       Untuk menekan/ mengurangi rasa nyeri.

5.

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit DBD ditandai dengan ketidaktahuan tentang penyakit DBD.

 

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam, maka tingkat pengetahuan pasien meningkat, dengan kriteria hasil :

1.       Pertanyaan tentang masalah DBD menurun

2.       Persepsi pasien yang keliru tentang penyakit DBD menurun

3.       Kemampuan pasien dan keluarga menjelaskan tentang penyakit DBD meningkat.

Observasi:

1.       Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

 

Teraupetik:

2.       Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

3.       Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya

 

4.       Berikan kesempatan untuk mengulang penjelasan

 

Edukasi:

5.       Jelaskan tentang definisi, proses, tanda gejala dan kemungkinan komplikasi penyakit DBD

6.       Jelaskan tentang program pengobatan dan alternative pencegahan

7.       Informasikan kondisi pasien saat ini

8.       Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat atau tidak biasa

1.       Agar  dapat memberikan penjelasan sesuai dengan kesiapan dan kemampuan pasien sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan yang direncanakan tercapai

 

 

2.       Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas dengan bantuan media

3.       Pertanyaan memudahkan komunikasi terbuka antara pasien dan petugas dan memungkinkan verifikasi pemahaman informasi yang diberikan.

4.       Latihan berulang memungkinkan pasien mendapatkan kepercayaan diri

 

 

5.       Pasien dan keluarga paham tentang proses penyakit DBD

 

 

6.       Mengurangi kecemasan dan motivasi pasien untuk kooperatif selama masa perawatan/ penyembuhan

7.       Dengan mengetahui kondisinya maka pasien dan keluarga akan mengerti

8.       Dapat segera dilakukan tindakan penanganan

6.

Resiko terjadi perdarahan dibuktikan dengan thrombositopenia

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 4 hari, maka tingkat perdarahan menurun, dengan kriteria hasil :

1.       Kelembapan kulit meningkat

2.       Jumlah trombosit meningkat.

3.       Tekanan darah membaik

4.       Hematokrit membaik

Observasi:

1.       Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.

 

 

 

2.       Monitor adanya darah pada muntah, feses dan urine

 

Edukasi:

3.       Anjurkan pasien untuk banyak istirahat 6-7 jam/hari.

4.       Jelaskan tanda-tanda perdarahan

 

5.       Anjurkan  pada keluarga untuk segera melaporkan jika menemukan tanda-tanda perdarahan.

 

 

 

Kolaborasi:

6.       Pemberian cairan Ringer Laktat 30 tpm

 

 

1.       Peningkatan dinding pembuluh darah menyebabkan terjadinya ektravasasi cairan intravaskuler sehingga volume plasma berkurang yang mengakibatkan terjadinya ptechie/ekimosis/ purpura, epiktasis, perdarahan gusi, melena, hematemesis

2.       Agar segera dapat penanganan jika terjadi perdarahan

 

 

3.       Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan resiko perdarahan

4.       Virus yang masuk menyebabkan terjadi kerusakan pada tromobosit sehingga terjadi trombositopenia dan perdarahan

5.       Dapat segera dilakukan tindakan penanganan

 

 

 

 

 

 

6.       Pemberian cairan kristaloid untuk meningkatkan volume ekstrasel sehingga dapat mengembalikan fungsi tubuh dan mencegah memburuknya kondisi pasien.

           

4.      Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.5. Impementasi dan Evaluasi Keperawatan

Perawatan Hari Pertama

 

No

Tanggal

No Dx

Implementasi

Evaluasi

Paraf

1.

Rabu, 4-3-2020

Pkl 07.00

1

1.       Mengidentifikasi saat timbulnya demam

2.       Memonitor suhu dan tanda vital setiap 2 jam

3.       Memonitor komplikasi akibat hipertermi

4.       Melakukan kompres hangat

5.       Menyediakan lingkungan yang dingin dengan membuka jendela dan pintu

6.       Melonggarkan dan melepaskan pakaian pasien

7.       Menganjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

8.       Menganjurkan memperbanyak asupan cairan per oral/ minum ± 2,5 liter/24 jam

9.       Menganjurkan tirah baring

10.    Memantau terapi cairan intravena kristaloid(RL 30 tpm)

11.    Memberikan obat antipiretik Parasetamol 500 mg / 8 jam

S :

Pasien mengatakan badan masih terasa panas

 

O :

-          Kulit tampak kemerahan

-          Kulit teraba panas dan kering

-          Akral masih hangat

-          Suhu 38,5ºC

 

A :

Hipertermi

 

P :

1.       Pantau suhu tubuh pasien minimal tiap 2-3 jam

2.       Berikan kompres hangat dan libatkan keluarga dalam pemberian kompres

3.       Anjurkan terus untuk minum yang banyak (2.5 liter/hari)

4.       Lanjutkan terapi cairan RL 30 tpm dan antipiretik: Parasetamol 500 mg/8 jam.

 

 

2

Rabu, 4-3-2020 Pkl 07.45

2

1.       Memonitor status hidrasi: frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah.

2.       Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

3.       Memonitor intake dan output cairan

4.       Menghitung kebutuhan cairan

5.       Memberikan asupan cairan per oral ± 2,5 liter/24 jam dan menjelaskan manfaatnya bagi pasien

6.       Menganjurkan menghindari perubahan posisi tubuh secara mendadak, misalnya bangun dari tidur ke posisi berdiri

7.       Memantau terapi cairan intravena kristaloid (RL 30 tpm)

 

S:

-          Pasien mengatakan muntah berkurang

-          Pasien mengatakan merasa lemah

 

O:

-          Frekuensi nadi 100 x/ mmHg

-          Tekanan darah 115/70 mmHg

-          Suhu tubuh 38,5°C

-          Hematokrit 51,7 %

A:

Kekurangan volume cairan

 

P:

1.      Monitor status hidrasi: frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah.

2.      Monitor pemeriksaan laboratorium

3.      Berikan asupan cairan per oral  ± 2,5 liter/24 jam

4.      Lanjutkan terapi cairan intravena RL 30 tpm

 

3

Rabu, 4-3-2020 Pkl 08.30

3

1.       Memonitor mual dan muntah

2.       Memonitor asupan makanan

3.       Memberikan makanan dalam porsi sedikit dengan frekuensi sering

4.       Memberikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

5.       Memberikan makanan tinggi energy dan tinggi protein

6.       Menganjurkan keluarga tetap memaksimalkan ritual makan yang disukai pasien selama dirawat di Puskesmas.

7.       Menganjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual dan muntah dengan aromaterapi peppermint.

8.       Menganjurkan banyak istirahat

9.       Memberikan obat-obatan antiemetik sesuai program:  ondansentron injeksi 4 mg, Antasida, Vitamin B komplek

S :

1.       Pasien mengatakan mual dan muntah berkurang.

2.       Pasien mengatakan nafsu makan masih kurang

3.       Pasien mengatakan nyeri ulu hati berkurang

4.       Pasien mengatakan porsi makan masih belum  habis.

 

O :

1.       Kadang pasien muntah

2.       Porsi makan  habis ½.

 

A :

Defisit nutrisi

 

 

P :

1.       Kaji keluhan mual yang dialami pasien

2.       Anjurkan makan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

3.       Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.

4.       Berikan obat-obatan antiemetik ondansentron injeksi 4 mg

5.       Lakukan penimbangan BB setiap hari

 

4

Rabu, 4-3-2020

Pkl 10.15

4

1.       Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas  nyeri

2.       Memberikan waktu istirahat dan tidur yang adekuat untuk membantu menurunkan nyeri

3.       Melakukan pemijatan dan pengaturan posisi untuk meningkatkan relaksasi dan kenyamanan

4.       Mengontrol lingkungan kamar pasien agar nyaman ( suhu tidak panas, lampu redup dan mengurangi pengunjung agar tidak bising )

5.       Mengajarkan teknik nonfarmakologis dengan relaksasi napas dalam

6.       Memberikan analgetik : Ketorolac injeksi 30 mg/ 6 jam

 

S :

Pasien mengatakan nyeri ulu hati dengan skala: 5, sakitnya sering, kira-kira lamanya 5 menit.

 

O :

1.       Pasien masih tampak meringis menahan sakit.

2.       Pasien terlihat memegangi perut.

3.       Nyeri tekan di epigastrium.

 

A :

Nyeri akut

 

P :

1.       Kaji tingkat nyeri (skala, frekuensi, durasi).

2.       Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri  seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

3.       Lakukan penanganan nyeri non farmakologis : teknik napas dalam dan alihkan perhatian.

4.       Kurangi keluarga yang besuk agar  istirahat dan tidur lebih adekuat.

5.       Lanjutkan pemberian analgetik ketorolac injeksi 30 mg/ 6 jam.

 

5

Rabu, 4-3-2020

Pkl 11.10

5

1.       Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2.       Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan

3.       Memberikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya

4.       Memberikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk menjelaskan informasi yang telah diberikan

5.       Menjelaskan tentang definisi, proses, tanda, gejala dan kemungkinan komplikasi penyakit DBD

6.       Menjelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pencegahan.

7.       Memberitahu kondisi pasien saat ini

8.       Menganjurkan pada keluarga untuk melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat atau tidak biasa

S :

-          Keluarga dan pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah diberikan  pendidikan kesehatan mengenai penyakit DBD yang dideritanya.

-          Pasien mengatakan kurang begitu paham tentang   penyakit DBD yang dideritanya

O :

1.       Pasien terlihat bingung

2.       Pasien dan keluarga hanya diam saat ditanya tentang penyakit DBD yang dideritanya 

 

A :

Defisit pengetahuan

 

P :   

Gambarkan lebih jelas dengan bahasa yang bisa dimengerti dan mudah dipahami oleh pasien dan keluarga mengenai penyakit DBD.

 

6.

Rabu, 4-3-2020

Pkl 13.00

6

1.       Memonitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.

2.       Memonitor adanya darah pada muntah, feses dan urine

3.       Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat 6-7 jam/ hari.

4.       Menjelaskan tanda-tanda perdarahan

5.       Menganjurkan  pada keluarga untuk segera melaporkan jika menemukan tanda-tanda perdarahan.

 

S:

Pasien mengatakan masih demam

 

O:

1.       Thrombosit 46.000 /µl

2.       Hb 13,9 gr%

3.       Uji tourniquet (+)

 

A:

Resiko terjadi perdarahan

 

P:

1.       Monitor tanda-tanda perdarahan dan nilai trombosit

2.       Anjurkan untuk membatasi aktifitas

 

 

 

 

CATATAN PERKEMBANGAN

Perawatan Hari Kedua

No

Tanggal

No Dx

Implementasi

Evaluasi

Paraf

1..

Kamis, 5-3-2020

Pkl 07.00

1

1.       Memantau suhu tubuh pasien

2.       Melakukan kompres hangat dan melibatkan keluarga dalam pemberian kompres

3.       Menganjurkan terus untuk minum yang banyak (2.5 liter/hari)

4.       Melanjutkan terapi cairan dan antipiretik

 

S :

Pasien mengatakan panas tubuhnya mulai berkurang.

 

O :

1.       Kulit teraba agak panas.

2.       Akral masih hangat

3.       Suhu 37,9ºC

 

A:

Hipertermi

 

P :

1.       Pantau suhu tubuh / 2-3 jam

2.       Anjuran cukup minum  2.5 liter/hari

3.       Lanjutkan terapi cairan intravena RL 30 tpm dan parasetamol 500 mg/8 jam

 

2.

Kamis, 5-3-2020

Pkl 08.20

2

1.       Memonitor status hidrasi : frekuensi nadi, kekuatan nadi, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah

2.       Memonitor pemeriksaan laboratorium

3.       Memberikan asupan cairan per oral  ± 2,5 liter/24 jam

4.       Memantau pemberian cairan intravena RL 30 tpm

S:

Pasien mengatakan tidak muntah lagi

 

O:

-          Frekuensi nadi 102 x/ mmHg

-          Tekanan darah 110/70 mmHg

-          Suhu tubuh 37,9°C

-          Hematokrit 51 %

-          Turgor kulit elastis

 

A:

Kekurangan volume cairan dan elektrolit

P:

1.       Monitor status hidrasi

2.       Monitor pemeriksaan laboratorium

3.       Anjurkan pada keluarga tetap memberikan cairan per oral

4.       Lanjutkan pemberian cairan intravena RL 30 tpm

 

3.

Kamis, 5-3-2020

Pkl 08.50

3

1.       Mengkaji keluhan mual yang dialami pasien

2.       Menganjurkan makan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

3.       Mencatat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien.

4.       Memberikan obat-obatan antiemetic ondansentron injeksi 4 mg

5.       Menimbang BB pasien

S:

-          Pasien mengatakan tidak muntah lagi, tapi masih mual.

-          Pasien mengatakan nafsu makan masih kurang.

-          Pasien mengatakan porsi makan tersisa sedikit.

 

O :

-          Pasien sudah tidak muntah.

-          Porsi makan  tersisa  ¼.

-          BB 58 kg.

 

A:

Defisit nutrisi

 

P:

1.       Anjurkan menyajikan makanan dalam keadaan hangat bubur tinggi energi tinggi protein.

2.       Lanjutkan terapi antiemetic injeksi ondansentron 4 mg/8 jam

3.       Timbang BB setiap hari

 

4.

Kamis, 5-3-2020

Pkl 09.30

 

4

1.       Mengidentifikasi tingkat nyeri pasien

2.       Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang.

3.       Melakukan penanganan nyeri non farmakologis : teknik napas dalam dan alihkan perhatian.

4.       Menganjurkan untuk mengurangi keluarga yang besuk agar  istirahat dan tidur lebih adekuat.

5.       Melanjutkan  pemberian analgetik injeksi ketorolac 30 mg/ 6 jam.

S:

Pasien mengatakan bisa beristirahat dan tidur cukup, skala nyeri 3-4, sakit jarang, selama 2 menit

 

O:

-          Pasien sudah terlihat tenang

-          Pasien beristirahat saat perawat ating

-          Tidak ada nyeri tekan di epigastrium

A:

Nyeri akut

 

P:

1.       Kaji tingkat nyeri

2.       Lanjutkan terapi analgetik ketorolac tablet 10  mg/ 6 jam

 

5.

Kamis, 5-3-2020

Pkl 11.20

5

Memberikan gambaran lebih jelas dengan bahasa yang bisa dimengerti dan mudah dipahami oleh pasien dan keluarga mengenai penyakit DBD.

 

S:

-          Pasien dan keluarga mengatakan sudah paham tentang   penyakit DBD yang dideritanya.

-          Keluarga mengatakan akan melakukan pencegahan agar tidak ada lagi yang menderita DBD.

 

O:

-          Pasien dan keluarga tampak paham dengan penjelasan yang diberikan.

-          Pasien dan keluarga mampu mengulang inti dari penjelasan yang diberikan.

 

A:-

 

P: -

 

6.

Kamis, 5-3-2020

Pkl 12.40

6

1.       Memonitor tanda-tanda perdarahan dan nilai trombosit

2.       Menganjurkan untuk membatasi aktifitas

S:

Pasien mengatakan tidak terjadi perdarahan

 

O:

-          Nilai thrombosit 86.000

-          Nilai Hb 13,5 gr%

 

A:

Resiko terjadi perdarahan

P:

1.       Monitor tanda-tanda perdarahan dan nilai trombosit

2.       Anjurkan untuk membatasi aktifitas

 

 

CATATAN PERKEMBANGAN

Perawatan Hari Ketiga

No

Tanggal

No Dx

Implementasi

Evaluasi

Paraf

1.

Jumat, 6-3-2020

Pkl 07.00

1

1.       Memeriksa suhu tubuh

2.       Menganjurkan  banyak minum 2,5 ltr/hari

3.       Melanjutkan  terapi cairan dan antipiretik

 

S :

Pasien mengatakan panas sudah jauh berkurang.

 

O :

-          Kulit teraba normal.

-          Akral hangat

-          Suhu 37,7ºC

 

A:

Febris

 

P: 

1.       Pantau suhu tubuh/ 3-4 jam

2.       Anjuran banyak minum

3.       Lanjutkan terapi cairan dan antipiretik

 

2.

Jumat, 6-3-2020

Pkl 07.45

2

1.       Memonitor status hidrasi

2.       Memonitor pemeriksaan laboratorium

3.       Menganjurkan pada keluarga tetap memberikan cairan per oral

4.       Melanjutkan pemberian cairan intravena RL 30 tpm

 

S:

Pasien mengatakan sudah tidak muntah

 

O:

-          Frekuensi nadi 92 x/menit

-          Tekanan darah 120/80 mmHg

-          Suhu tubuh 37,7°C

-          Hematokrit 50 %

-          Turgor kulit elastis

 

A:

Kekurangan volume cairan

P:

1.       Monitor status hidrasi

2.       Monitor pemeriksaan laboratorium

3.       Anjurkan pada keluarga tetap memberikan cairan per oral

4.       Lanjutkan pemberian cairan intravena RL 30 tpm

 

 

3.

Jumat, 6-3-2020

Pkl 08.30

3

1.       Melanjutkan  terapi antiemetic

2.       Menimbang BB

3.       Menganjurkan  penyajian makanan dalam keadaan hangat.

 

S:

1.       Pasien mengatakan mual hilang.

2.       Pasien mengatakan sudah ada nafsu makan.

3.       Pasien mengatakan porsi makan habis.

 

O :

1.       Porsi makan  habis.

2.       BB tidak menurun : 58 kg.

 

A: -

P: -

 

4.

Jumat, 6-3-2020

Pkl 11.00

4

1.       Mengidentifikasi tingkat nyeri

2.       Melanjutkan intervensi perawatan

3.       Melanjutkan terapi analgetik ketorolac tablet 10 mg/ 6 jam

S:

Pasien mengatakan bisa beristirahat dan tidur cukup, tidak nyeri lagi.

O:

1.       Pasien sudah terlihat tenang

2.       Pasien beristirahat dan tidur cukup

3.       Tidak ada nyeri tekan di epigastrium

A: -

P: -

 

5.

Jumat, 6-3-2020

Pkl 12.00

6

Memonitor tanda-tanda perdarahan dan nilai thrombosit

S:-

O:

-          Nilai thrombosit 96.000

-          Nilai Hb 13,6 gr %

A:

Resiko terjadi perdarahan

P: Monitor tanda-tanda perdarahan dan nilai trombosit

 

 

CATATAN PERKEMBANGAN

Perawatan Hari Keempat

No

Tanggal

No Dx

Implementasi

Evaluasi

Paraf

1.

Sabtu, 7-3-2020

Pkl 08.00

1

1.       Memantau suhu tubuh

2.       Menganjurkan banyak minum 2,5 ltr/hari

3.       Melanjutkan terapi cairan dan antipiretik

 

S :

Pasien mengatakan sudah tidak panas.

 

O :

-          Kulit teraba normal.

-          Akral normal

-          Suhu 36,8ºC

 

A: -

 

P:

Pasien diperbolehkan pulang dan anjuran rawat jalan.

 

2.

Sabtu, 7-3-2020

Pkl 08.00

2

1.       Memonitor status hidrasi

2.       Memonitor pemeriksaan laboratorium

3.       Menganjurkan pada keluarga tetap memberikan cairan per oral

 

S:

Pasien mengatakan sudah tidak muntah

 

O:

-          Frekuensi nadi 84 x/menit

-          Tekanan darah 120/80 mmHg

-          Suhu tubuh 36,8°C

-          Hematokrit 46,5 %

-          Turgor kulit elastis

 

A: -

P:

Pasien diperbolehkan pulang dan anjuran rawat jalan.

 

2.

Sabtu, 7-3-2020

Pkl 08.30

6

Memonitor tanda-tanda perdarahan dan nilai thrombosit

S:

Pasien mengatakan tidak terjadi perdarahan

O:

1.       Tidak ada tanda-tanda perdarahan

2.       Nilai  thrombosit 131.000

3.       Nilai Hb 13,8 gr%

A:-

P:

1.       Pasien diperbolehkan pulang dan anjuran rawat jalan.

2.       Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup 6-8 jam/hari

3.       Anjurkan pasien untuk cukup minum ±2.5 liter / hari

4.       Anjurkan pasien dan keluarga untuk membersihkan sekitar rumah dan memberantas sarang nyamuk dengan 3M Plus

 

 

 

 


 

B.     Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini penulis akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)   yang telah dilakukan sejak tanggal 3 – 7 Maret 2020 di Puskesmas Karang Anyar. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan

1.      Pengkajian

Pada tinjauan kasus pengkajian yang dilakukan pada Tn. W keluhan utamanya  yaitu demam dengan  Suhu :40 C, suhu naik turun, tidak nafsu makan, mukosa mulut kering, kulit teraba panas.

Penulis menyimpulkan tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka, pertama-tama terjadi viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, atau bintik-bintik pada kulit (petekie). Pada tinjauan kasus pasien dengan hipertermi di dapatkan pasien mengatakan badannya panas dan suhu tubuh naik turun. Demam yang dirasakan pasien dikarenakan sudah terinfeksi virus dengue untuk kedua kalinya.  Secara teoritis hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal 36,5   C – 37,5   C ( Anda, 2012). Ketika pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, terjadi kekurangan cairan sehingga menyebabkan kulit terasa hangat dan membrane mukosa kering. Sedangkan dengan bintik-bintik kemerahan pada kulit penderita DBD atau DD kita sebut sebagai petekie. Petekie tersebut terjadi karena adanya perdarahan yang disebabkan oleh menurunnya kadar trombosit dalam darah begitu pula dengan mimisan tersebut juga akibat dari manifestasi perdarahan tersebut (Johny Bayu Fitantra, S.Ked., Medicinesia, 2017).

Pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil Leukosit: 2500 / µl,  Hematokrit: 51,2 %, , Trombosit: 46.000/ µl, dengan hasil demikian bisa dipastikan bahwa trombosit pasien menurun dengan drastis, disertai dengan hematokrit ada peningkatan, dan leukosit menurun. Dengan demikian dari hasil laboratorium bisa dipastikan Tn. W terdiagnosa mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD).

Menurut penulis tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka dalam pemeriksaan penunjang, akan tetapi pemeriksaan penunjang yang ada pada tinjauan pustaka tidak semua dilakukan pada kasus Tn. W dikarenakan hal yang paling penting untuk membedakannya antara DBD dan penyakit lainnya adalah adanya pemeriksaan darah yang menunjukkan trombosit menurun (trombositopenia) dan hematokrit (PCV/HCT) yang meningkat (hemokonsentrasi). Selain itu keterbatasan peralatan laboratorium Puskesmas. Oleh karena itu pemeriksaan laboratorium pada pasien Tn. W hanya secara sederhana. Pada tinjauan pustaka disebutkan bahwa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita demam berdarah dengue antara lain menurut Cris Tanto (2014) : laboratorium, pemeriksaan, radiologis, dan serulogi: uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase konvalens.

Trombosit merupakan senyawa yang berfungsi untuk menghentikan perdarahan dengan membentuk semacam penyumbat pada lesi. Tubuh kita senantiasa mengalami lesi-lesi kecil yang seringkali tidak terlihat, tetapi segera ditutup oleh trombosit dan sistem hemostasis lainnya sehingga kita tidak menyadarinya. Pada penderita infeksi dengue yang mengalami penurunan jumlah trombosit secara signifikan, fungsi hemostasis tersebut terganggu sehingga muncul manifestasi perdarahan berupa petekie.

Manifestasi perdarahan tidak hanya terbatas pada petekie saja melainkan dapat berupa ekimosis (perdarahan yang lebih luas dari petekie, seperti memar), epistaksis (mimisan), perdarahan gusi, perdarahan lambung (yang dapat menyebabkan muntah darah dan buang air besar warna hitam) hingga perdarahan otak. Pada prinsipnya, perdarahan dapat terjadi di mana saja di seluruh tubuh. Penurunan trombosit dapat diamati dengan pemeriksaan darah lengkap terutama kadar trombosit darah (Johny Bayu Fitantra, S.Ked., Medicinesia, 2017).

 

 

2.      Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan data obyektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari pasien, keluaraga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain (Deswani, 2009).

Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. W merupakan masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien  Demam Berdarah Dengue. Setelah dilakukan analisa terhadap data yang terkumpul, kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan.  Dari masalah keperawatan yang muncul, penulis menegakkan diagnosa keperawatan utama hipertermi.  Diagnosa keperawatan  hipertermi berhubungan dengan proses penyakit didukung dengan data-data yaitu :

Data Subyektif:

-          Pasien mengatakan demam sudah 4 hari

Data Obyektif:

-          Keadaan umum sedang

-          Kulit teraba panas dan kering

-          Kulit tampak merah

-          Akral hangat

-          Suhu 40ºC

-          Nadi 100 x/menit

Penulis memprioritaskan diagnosa hipertermi karena merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Bila tidak segera tertangani, dampak yang ditimbulkan hipertermi dapat berupa penguapan cairan tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang.  Hipertermi berat (suhu lebih dari 41ºC) dapat juga menyebabkan hipotensi, kegagalan organ multipel, koagulopati, dan kerusakan otak yang irreversibel. Pada kondisi lanjut tanpa penanganan yang baik hipertermi juga dapat berujung pada kematian.

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal. Batasan karakteristik pada hipertermi meliputi : Apnea, Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu, pada dewasa nafsu makan berkurang , Gelisah, Hipotensi, Kejang, Koma, Kulit kemerahan, Kulit terasa hangat, Latergi, Postur abnormal, Stupor, Takikardi, Takipnea dan Vasodilatasi (Nanda, 2015-2017).

Demikian pada kasus Tn. W ini sesuai dengan teori atau tidak ada kesenjangan antara lain laporan kasus dengan teori.

3.      Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan  terdiri atas observasi, teraupetik, edukasi dan kolaborasi (SIKI, 2018).

Intervensi keperawatan untuk diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses penyakit yaitu :

a.       Observasi :

1)      Identifikasi  saat timbulnya demam

2)      Monitor suhu dan tanda vital sesering mungkin

b.      Teraupetik :

1)      Berikan kompres hangat

2)      Berikan cairan oral/minum ± 2,5 liter/24 jam dan  jelaskan manfaatnya bagi pasien.

c.       Edukasi :

Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

d.      Kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.

 

 

4.      Implementasi

Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena hanya membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan ada pendokumentasian dan intervensi keperawatan, pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinir dan terintegrasi.

Implementasi keperawatan pada diagnosa hipertermi  dilakukan pada tanggal 4-7 Maret 2020 dan disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun yaitu : mengidentifikasi  saat timbulnya demam, memonitor suhu dan tanda vital sesering mungkin, memberikan kompres hangat, memberikan cairan oral/minum ± 2,5 liter/24 jam dan  jelaskan manfaatnya bagi pasien, menganjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan dikarenakan pasien dan keluarga kooperatif dengan perawat, maupun dokter  dan tim kesehatan lainnya. Selain itu tersedianya sarana dan prasarana diruangan yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan penerimaan yang baik oleh kepala ruangan dan tim perawatan di Puskesmas kepada penulis, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik.

5.      Evaluasi

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena merupakan kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan pasien dan masalahnya secara langsung.

Pada waktu dilaksanakan evaluasi hipertermi berhubungan dengan infeksi virus suhu sudah normal dalam 3 x 24 jam dan pada akhir catatan perkembangan masalah sudah teratasi pada tanggal 7 Maret 2020. Pada akhir evaluasi semua tujuan dicapai karena hasil pengecekan darah lengkap sudah normal. Hasil evaluasi pada kasus Tn. W sudah dicapai dan pasien saat ini sudah pulang.

6.       

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanaka asuhan keperawatan secara langsung pada pasien dengan kasus DBD di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar. Kec. Selagai Lingga Kab. Lampung Tengah. Maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran.

1.      Pengkajian

Hasil pengkajian yang didapatkan  pada Tn. W menunjukkan adanya beberapa tanda gejala yang khas. Keluhan yang dirasakan ialah,  demam, suhu tubuh naik turun, tidak nafsu makan dan nyeri ulu hati. Dari hasil pemeriksaan penunjang pun menunjukkan hasil terjadinya penurunan trombosit dan peningkatan hematokrit. Hal ini menujukkan ciri khas dari penyakit Demam Berdarah Dengue  (DBD) yang biasa muncul pada pasien.

2.      Diagnosis Keperawatan

Pada kasus Tn. W penulis menegakkan diagnose keperawatan utama yaitu: hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh di atas normal, kulit merah, teraba panas, takhikardi dan akral hangat.

3.      Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan meliputi observasi, teraupetik, edukasi dan kolaborasi, meliputi :

a.       Tindakan observasi

Identifikasi  saat timbulnya demam, monitor suhu dan tanda vital sesering mungkin

b.      Tindakan teraupetik

Berikan kompres hangat, berikan cairan oral/minum ± 2,5 liter/24 jam dan  jelaskan manfaatnya bagi pasien

c.       Tindakan edukasi

Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

 

d.      Tindakan kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.

4.      Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan kasus ini sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Dilakukan pada  tanggal 4-7 Maret 2020 selama ±8 jam. Dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermi pada Tn. W yaitu dengan memonitor suhu tubuh, memberikan anti piretik, memberikan  kompres hangat, menganjurkan banyak minum serta kolaborasikan dalam pemberian cairan dan antipiretik.

5.      Evaluasi Keperawatan

Evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan selama 3 x 24 jam  pada masalah keperawatan sudah teratasi yaitu : pada 7 Maret 2020 dengan diagnosa hipertermi berhubunga dengan proses penyakit dengan kriteria hasil: pasien mengatakan sudah tidak panas, kulit teraba normal, akral normal, suhu 36,8ºC.

 

B.     Saran

Berdasarkan kasus yang diangkat penulis dengan judul Asuhan Keperawatan Gangguan kebutuhan keamanan dan proteksi : Hipertermi Pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Rawat Inap Karang Anyar Kec. Selagai Lingga Kab. Lampung Tengah, untuk peningkatan mutu dalam pemberian asuhan keperawatan selanjutnya penulis menyarankan kepada :

1.      Institusi Pendidikan

Fasilitas intitusi sudah cukup baik karena telah menyediakan banyak literatur  untuk buku keperawatan anak dan standar diagnosa pada pasien dengan DBD, namun diharapkan  institusi untuk mengupdate penerbitan bukunya. 

2.      Institusi Pelayanan

Diharapkan Puskesmas lebih menggalakkan tindakan preventif dan promotif serta meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan agar pengetahuan masyarakat meningkat dan dapat menerapkan Pola Hidup Bersih  Sehat (PHBS) sehingga terjadi penurunan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

Andra, S.W.,& Yessie, M.P.(2013). KMB/Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Anne Griffyn Perry, et al. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Candra, A. (2010). Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi , patogenesis , dan faktor risiko penularan. Jurnal, 2(2): 110–119.

Carpenitto Lynda Juall, et al,  (2016). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.

 

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Jakarta: 23 hlm

Desmawati. (2013). Sistem Hematologi & Imunologi. Jakarta : In Media.

DinKes Provinsi Lampung,  (2018).  Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2017.  Bandar Lampung

 

Hadinegoro SR, Soegijanto S, Wuryadi, S, Sutroso. (2006). Tatalaksanan Demama Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta: DirJen Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan.

Hadinegoro H Sri Rejeki, (2005). Pedoman diagnosis dan tatalaksana infeksi virus dengue pada anak. Ikatan dokter anak Indonesia :Makasar

 

Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta : Kemenkes RI

Kemenkes RI. (2016). Riset Kesehatan Dasar. http://depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20Riskesdas%202 013.pdf. Di unduh pada 21 Mei 2017 pukul 15:25:00 WIB.

Kementerian Kesehatan RI, (2010). Demam Berdarah Dengue di Indonesia 19682009. Buletin Jendela Epidemiologi (ISSN-2087-1546), 2: 48 hlm.

Kusuma, P.K. & Sukendra, D.M. (2016). Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue BerdasarkanKepadatan Penduduk. Unnes Journal of Public Health. vol.1 no. 2, Januari

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta: EGC.

Nurarif.A.H, K. (2015).  Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC

PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 3. Jakarta: DPP PPNI

PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

PPNI, (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2016). Situasi DBD di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

 

Smeltzer, Sezanne C. dan Brenda G. Bare,  (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC

Suriadi dan Rita Yuliani, (2010). .Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 1. Jakarta:CV Sagungseto.

Tamsuri, Anas., (2007). Tanda-tanda Suhu Tubuh. Jakarta : EGC

World Health Organization (WHO),  (2015). Impact of Dengue. Http://www.who.int/ csr/disease/dengue/impact/en/. diakses 25 November 2018.

.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer