ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN : TERMOREGULASI PADA PASIEN DEMAM THYPOID DI RUANG ANGGREK DEWASA PUSKESMAS RAWAT INAP UPTD PUSKESMAS BINA KARYA UTAMA LAMPUNG TENGAH TAHUN 2020

 

 

LAPORAN TUGAS AKHIR

 

 
                                                                          

                                

 

 

Description: unnamed

 

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA  NYAMAN : TERMOREGULASI PADA PASIEN DEMAM THYPOID DI RUANG

 ANGGREK DEWASA PUSKESMAS RAWAT INAP UPTD

PUSKESMAS BINA KARYA UTAMA

LAMPUNG TENGAH

TAHUN 2020

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


                                                                                                                                   

 

 

 

 

 

 

Oleh :

I KETUT SUKAARTA

NIM : RPL 1914401147

 

 

 

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

                  PROGAM STUDI D III KEPERAWATAN                

TANJUNGKARANG

TAHUN 2020

LAPORAN TUGAS AKHIR

 

Description: unnamed

 

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA  NYAMAN : TERMOREGULASI PADA PASIEN DEMAM THYPOID DI RUANG

 ANGGREK DEWASA PUSKESMAS RAWAT INAP UPTD

PUSKESMAS BINA KARYA UTAMA

LAMPUNG TENGAH

TAHUN 2020

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA  NYAMAN (TERMOREGULASI) PADA PASIEN DEMAM THYPOID DI RUANG

ANGGREK DEWASA PUSKESMAS RAWAT INAP UPTD

PUSKESMAS BINA KARYA UTAMA

LAMPUNG TENGAH

      TAHUN 2020

 

Laporan Tugas Akhir ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

 

 

 

Oleh :

I KETUT SUKAARTA

NIM : 1914401147

 

 

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PROGAM STUDI D III KEPERAWATAN

TANJUNGKARANG

TAHUN 2020

                                                                                                           

 


POLTEKKES TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

Laporan Tugas Akhir, Juli 2020

 

I Ketut Sukaarta

 

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA  NYAMAN : TERMOREGULASI PADA PASIEN DEMAM THYPOID DI RUANG ANGGREK DEWASA PUSKESMAS RAWAT INAP UPTD PUSKESMAS BINA KARYA UTAMA, LAMPUNG TENGAH TAHUN 2020

 

xiii + 52 halaman, 7 tabel, 6 lampiran

ABSTRAK

Demam thypoid merupakan satu – satunya bentuk infeksi Salmonela sisitem sebagai akibat dari bakteriemia yang terjadi. Berdasarkan investigasi dari CDC diperkirakan 21,66 juta kasus demam typoid dengan insiden bervariasi dari 100 – 1000 per 100.000 populasi. Data World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam thypoid di seluruh dunia dengan insiden 600.000 kasus kematian tiap tahun. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Bina Karya Utama dalam 3 tahun terakhir yaitu sejak tahun 2017 sampai sekarang terdapat 135 kasus demam thypoid. Laporan Tugas Akhir ini betujuan unutk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien demam thypoid dengan hipertermi di Puskesmas Bina Karya Utama. Hasil Asuhan Keperawatan selama 3 hari terhitung mulai tanggal 10 Februari sampai dengan 29 Mei 2020 dengan melihat kondisi pasien setelah dilakukan intervensi pasien. Metode penulisan Laporan Tugas Akhir ini menggunakan proses keperawatan dari melakukan pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan pada pasien Demam Typoid di puskesmas rawat inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah. Hasil pengkajian ditulis dalam format pengkajian. Asuhan keperawatan dilakukan dengan menyarankan kepada keluarga pasien untuk mandiri dalam mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan baik bagi diri sendiri, keluarga maupun lingkungan , sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal dan petugas agar memantau keadaan pasien serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam kasus thypoid dengan masalah hipertermi, sebagai referensi penulis mengambil sumber pustaka sejumlah 15 sumber.

Kata kunci       : Asuhan keperawatan, Thyfoid, Hipertermi.

Daftar bacaan : 15 (2002-2018)

 

POLYTECNIQUE OF HEALTH OF MINISTRY OF HEALTH IN TANJUNGKARANG NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

Undergraduate Thesis Juli 2020

NURSING CAREOF HIPERTERAL DISORDERS IN THYPOID FEVER PATIENS IN LAMPUNG TENGAH BINA KARYA UTAMA PUSKESMAS 2020

                                     ABSTRACT              

Thypoid fever is this only form of systemic salomonella infection as a resulf of bacteriemia that accurs. Based on investigations from the CDC it is estimated that 21, 6 million cases of thypoid fever with incidents vary from 100 – 1000 per 100.000 populations. Data from the World Health Organizatition (WHO) estimates that there are araund 17 million cases of thypoid  fever worldwide with an incidence of 600.000 deaths aech year. The results of the preliminary survey conducted at Bina Karya Utama Many Health Centers in the last 3 years., namely since 2017until now there are 135 cass of thypoid fever. This final project report aims to implementnursing care for patients with thypoid fever with hypeertermia in the Bina Karya Utama Health Center. The final assignment was conducted on 15 February – 29 May 2020. The technique of collecting data usingthe assessment format, measuring assessment are written in the assessment format. Nursing care is carried out by advising the patients family to be independent in preventing, improving and maintaining good healt for themselves, their families, and the enviironment, so that an optimal health level is achieved and officers monitor the patients condition and collaborate with other health teams in typhoid cases with problems hyperthermia, as a reference the author took some 10 sources of published sources of rference.

Keywords    : Nursing care, typhoid hypertermia.

Reading list : 15 (2002-2018)

 

                              

                                                                                      

                                                                     

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Whidi Wase Tuhan Yang Maha Esa  yang telah memberikan Asungkerte Ware NugrahaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan  karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa  Nyaman (Termoregulasi) Pada Pasien Demam Thypoid Di Ruang Anggrek Dewasa Puskesmas Rawat Inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah Tahun 2020”

            Penulis membuat Laporan Tugas Akhir  ini untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Prodi D-III RPL Keperawatan Poltekes Kesehatan Tanjungkarang. Penyusunan ini peneliti telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1.        Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes, selaku Direktur Poltekes Kemenkes Tanjungkarang

2.        Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Tanjungkarang.

3.        Ibu Ns. Musiana, S.Kep., M.Kes, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan Poltekes Kemenkes Tanjungkarang serta pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Laporan Akhir Tahun ini.

4.        Ibu Giri Udani, S.Kep., M.Kes sebagai pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan dalam proses penyusunan Laporan Akhir Tahun ini

5.        Bapak I Wayan Bagio, S.Kep. selaku Plt.Kepala UPTD Puskesmas Bina Karya Utama yang telah memberikan ijin melakukan praktik serta  bimbingannya.

6.        Kepada keluarga yang telah memberikan dukungan dan semangat sepenuhnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

7.         Rekan – rekan dan semua  pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan ini baik langsung maupun tidak langsung.

       Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan studi kasus ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya penulisan studi kasus ini.              

Tanjungkarang, Februari 2020

 

Penulis

BIODATA

Description: G:\IMG-20200718-WA0021.jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Nama                            :  I Ketut Sukaarta

Kelamin                        :  Laki – laki

Pekerjaan                      :  PNS

Status Perkawinan        :  Kawin/Menikah

TTL.                              :  Selemadeg, Tabanan, 21 Januari 1969

Agama                          :  Hindu

Status Mahasiswa         :  DIII RPL

Alamat                          :  Bina Karya Utama, Kec.Putra Rumbia  

                                         Kab.Lampung   Tengah

 

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD                               :  SDN 1 Selemadeg Kec.Selemadeg Kab. Tabanan Bali

SMP                            :  SLUB Bajera Kec. Selemadeg Kab. Tabanan Bali

SPK                             :  SPK PPNI Denpasar

D.III                            :  Poltekes Kemenkes RI Tanjungkarang,Jurusan D.III  

                                       Keperawatan

 

                          

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\i ketut\IMG_20200804_0008.jpg      LEMBAR PERSETUJUAN

 

Laporan Tugas Akhir

 

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA  NYAMAN : TERMOREGULASI PADA PASIEN DEMAM THYPOID DI RUANG

 ANGGREK DEWASA PUSKESMAS RAWAT INAP UPTD

PUSKESMAS BINA KARYA UTAMA

LAMPUNG TENGAH

TAHUN 2020

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 Penulis :

 

       I KETUT SUKAARTA / NIM . RPL. 1914401147

 

 

Telah diperiksa dan disetujui  Tim Pembimbing Tugas Akhir Program Diploma III Poltekes Kemenkes RI Tanjungkarang

jurusan Keperawatan Tanjungkarang

 

        Bandar Lampung ,                        2020

 

 

 

Tim Pembimbing LTA

 

Pembimbing Utama

 

 

 

 

Ns. Musiana, S.Kep., M.Kes

NIP.197404061997032001

Pembimbing Pendamping

 

 

 

 

Giri Udani, S.Kep., M.Kes

NIP. 1968082271987112001

 

 

 

 

 

 

 

Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\i ketut\IMG_20200804_0009.jpgLEMBAR PENGESAHAN

 

 

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA  NYAMAN (TERMOREGULASI) PADA PASIEN DEMAM THYPOID DI RUANG

 ANGGREK DEWASA PUSKESMAS RAWAT INAP UPTD

PUSKESMAS BINA KARYA UTAMA

LAMPUNG TENGAH

TAHUN 2020

 

 
Laporan Tugas Akhir

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                   Penulis :

            I KETUT SUKAARTA / NIM . RPL. 1914401147

 

Telah dipertahankan dan disetujui oleh Tim Penguji Laporan Tugas Akhir

Program Studi Diploma III Keperawatan Tanjungkarang

                    Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

 

TIM PENGUJI TUGAS AKHIR

 

Ketua Penguji

:

Siti Fatonah, S.Kp., M.Kes

 Nip.197307261999032002                                                                                 Nip. 197307261999032002

 (________________)

Anggota Penguji

:

Giri Udani, S.Kep., M.Kes

NIP.196808271987112001

(________________)

Moderator

:

Ns. Musiana, S.Kep., M.Kes

 NIP.197404061997032001

(________________)

 

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang

            Poltekkes Tanjungkarang

 

 

 

 

Gustop Amatiria, SKp., M.Kes

            NIP. 197008071993031002

 

 

 

                                                                                   

 

Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\i ketut\IMG_20200804_0010.jpg 

 


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH

 

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama                           : I KETUT SUKAARTA

NIM                            : RPL.1914401106

Program Studi             : D.III Keperawatan

Alamat email               : ketutsukaarta023@gmail.com

No. HP                        : 08127261908

 

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Tugas Akhir yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Naskah ilmiah ini sepenuhnya merupakan karya intelektual saya dan seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam karya ilmiah ini telah saya sebutkan sesuai kaidah akademik yang berlaku umum, termasuk para pihak yang telah memberikan kontribusi pemikiran pada isi, kecuali yang menyangkut ekspresi kalimat dan desain penulisan.

Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dengan penuh tanggung jawab dan integritas.

 

 

Bandar Lampung, Juni 2020

Pembuat Pernyataan

 

 

I Ketut Sukaarta

NIM : RPL. 1914401147

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN SAMPUL LUAR .........................................................................

HALAMAN SAMPUL DALAM......................................................................

ABSTRAK.........................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

BIODATA.........................................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

DAFTAR TABEL .............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................

i

ii

iii

v

vi

vii

viii

ix

x

xii

xiii

BAB I

PENDAHULUAN..........................................................................

1

 

A.  Latar Belakang Masalah............................................................

B.  Rumusan Masalah.....................................................................

C.  Manfaat Penelitian.....................................................................

1.        Tujuan Umum.....................................................................

2.        Tujuan Khusus....................................................................

D. Manfaat......................................................................................

1.        Manfaat Teoritis.................................................................

2.        Manfaat Praktis...................................................................

E. Ruang Lingkup...........................................................................

1

2

3

3

3

3

3

3

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................

5

 

A.  Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar...........................................

1.      Konsep Kebutuhan Dasar Manusia.....................................

2.      Pengertian Termoregulasi...................................................

3.      Mekanisme Terjadinya Demam Pada Typoid.....................

4.      Klasifikasi Suhu Tubuh.......................................................

5.      Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh..........................

6.      Pengukuran Suhu Tubuh.....................................................

7.      Penatalaksanaan Demam....................................................

B.  Tinajauan Asuhan Keperawatan................................................

1.      Pengkajian Keperawatan.....................................................

2.      Pengkajian Diagnostik........................................................

3.      Diagnosa Keperawatan.......................................................

4.      Rencana Keperawatan.........................................................

5.      Implementasi Keperawatan.................................................

6.      Evaluasi...............................................................................

C.  Tinjauan Konsep Penyakit........................................................

1.      Definisi Demam Thypoid...................................................

2.      Etiologi Demam Thypoid...................................................

3.      Gejala Tanda Demam Thypoid..........................................

4.      Komplikasi Demam Thypoid..............................................

5.      Pengobatan Demam Thypoid..............................................

6.      Pemeriksaan Penunjang......................................................

7.      Pathway...............................................................................

5

5

5

6

8

8

8

7

12

12

13

14

14

1617

20

20

20

20

20

20

21

22

BAB III

METODE .......................................................................................

23

 

A.       Fokus Asuhan..........................................................................

B.       Subyek Asuhan........................................................................

C.       Loasi dan Waktu......................................................................

D.       Teknik Pengumpulan Data......................................................

E.        Penyajian Data.........................................................................

F.        Prinsip Etik..............................................................................

23

23

23

24

26

26

 BAB IV

HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN.....................................

28

 

A.    Hasil Asuhan.............................................................................

1.      Pengkajian Asuhan..............................................................

2.      Analisa Data........................................................................

3.      Diagnosa Keperawatan.......................................................

4.      Rencana Tindakan Keperawatan.........................................

5.      Implementasi Keperawatan.................................................

B.     Pembahasan..............................................................................

1.         Gambaran Pengkajian........................................................

2.         Gambaran Diagnosa...........................................................

3.         Gambaran Tindakan Leperwatan.......................................

4.         Gambaran Implementasi Keperawatan.............................

5.         Gambaran Evaluasi Keperawatan......................................

28

28

30

31

32

35

41

41

43

44

44

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN........................................................

49

 

A.       Kesimpulan..............................................................................

B.       Saran........................................................................................

49

50

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

51

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR TABEL

 

Hal

Tabel   4.1  Hasil Pengkajian......................................................................... 27

Tabel  4.2  Analisa Data................................................................................            29

Tabel   4.3  Diagnosa Keperawatan...............................................................30

Tabel   4.4  Intervensi Keperawatan.............................................................. 31

Tabel   4.5  Implementasi dan Evaluasi Keperawatan................................... 35

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR LAMPIRAN

 

Lampiran 1      : Format Asuhan Keperawtan

Lampiran 2      : Persetujuan Judul Karya Tulis Ilmiah/Laporan Tugas Akhir

Lampiran 3      : Lembar Bimbingan KTI/LTA Pembimbing Utama

Lampiran 4     : Lembar Bimbingan KTI/LTA Pembimbing Pendamping

Lampiran 5     : Lembar masukan dan perbaikan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

 

 Demam tifoid atau tifoid abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Salmonella enterica serovar paratyphi A, B dan C dapat menyebabkan infeksi yang disebut demam paratifoid. Penyakit ini mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Widodo et al 2014:549).

Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia dengan angka kejadian yang masih tinggi serta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan sanitasi yang buruk. Demam tifoid juga merupakan salah satu penyakit menular penyebab kematian di Indonesia (6% dengan n = 1.080), khusus pada kelompok usia 5 – 14 tahun tifoid merupakan 13% penyebab kematian pada kelompok tersebut. Penegakan diagnosis pada anak dengan demam juga menjadi tantangan bagi para dokter. Demam Tifoid merupakan penyebab demam yang umum pada anak dengan tanda dan gejala yang sangat bervariasi dibandingkan dengan penderita Demam Tifoid yang dewasa (Retnosari & Tumbelaka, 2000; Depkes RI, 2008; Ahmad, et al., 2016).

Berdasarkan jumlah temuan kasus thypoid di Lampung sangat erat dengan jumlah kepadatan penduduk dan pemukiman yang kumuh. Hal ini terlihat pada data jumlah penduduk di Lampung Tengah yang berjumlah 1,290.407jiwa dengan luas wilayah 3.8 02,68 km (Dinkes Lampung, 2019). Sedangkan pada tiga tahun terakhir tahun  2017, 2018,2019 kasus thypoid pada puskesmas rawat inap Bina Karya Utama dengan jumlah penduduk 19.228 jiwa tercatat berjumlah 48 kasus, yang tersebar di 10 kampung.

Demam thypoid disebabkan oleh salmonella typosa diawali infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan. Basil di serap diusus halus melalui pembuluh limfe pada usus halus masuk pada peredaran sampai dengan organ terutama dihati dan limpa. Sehingga organ-organ tersebut membesar di sertai nyeri pada perabaan. Basil masuk kembali kedalam darah. Menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoit usus halus sehingga menimbulkan tukak yang dapat mengakibatkan pendarahan dan perporasi usus (Sodikin, 2011).

Pemenuhan dasar manusia ada beberapa macam, diantaranya yaitu kebutuhan keamanan atau perlindungan salah satunya yaitu hipertermia atau demam. Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal (NANDA, 2009-2011).

Berdasarkan masalah diatas Demam (Hipertermi) harus segera diatasi. Demam yang tidak segera diatasi atau berkepanjangan akan menyebabkan kejang dehidrasi bahkan terjadi syok.

Demam (Hipertermi) merupakan kenaikan suhu tubuh diatas titik penyetelan hipotalamus sebagai akibat dari kehilangan panas yang tidak memadai seperti yang terlihat pada latihan jasmani, minum obat yang menghambat respirasi, lingkungan panas. Suhu tubuh pagi hari yang lebih tinggi dari 37,2° C atau suhu tubuh sore hari yang lebih tinggi 37,7° C disebut keadaan demam atau febris. Salah satu masalah untuk mengatsi hipertermi adalah dengan kompres. Alternatif tindakan yang paling efektif berdasarkan jurnal penelitian menurut Mohammad (2012).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik mengangkat kasus “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa  Nyaman : Termoregulasi Pada Pasien Demam Thypoid Di Ruang Anggrek Dewasa Puskesmas Rawat Inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah” untuk penyusunan laporan tugas akhir dengan harapan pasien dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.

 

B.            Rumusan Masalah

Penulis merumuskan masalah yaitu “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa  Nyaman : Termoregulasi Pada Pasien Demam Thypoid Di Ruang Anggrek Dewasa Puskesmas Rawat Inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah.

 

 

C.           Manfaat Penelitian     

1.    Tujuan Umum                                                       

Menggambarkan Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa  Nyaman : Termoregulasi Pada Pasien Demam Thypoid Di Ruang Anggrek Dewasa Puskesmas Rawat Inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah.

 

2.    Tujuan Khusus

a.         Menggambarkan pengkajian keperawatan dengan gangguan kebutuhan rasa  nyaman (Termoregulasi) pada pasien demam thypoid di ruang anggrek dewasa puskesmas rawat inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah.

b.        Merumuskan diagnosa keperawatan dengan gangguan kebutuhan rasa  nyaman (Termoregulasi) pada pasien demam thypoid di ruang anggrek dewasa puskesmas rawat inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah.

c.         Membuat rencana asuhan dan tindakan keperawatan gangguan kebutuhan rasa  nyaman (Termoregulasi) pada pasien demam thypoid di ruang anggrek dewasa puskesmas rawat inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah.

d.        Menggambarkan evaluasi keperawatan dengan gangguan kebutuhan rasa  nyaman (termoregulasi) pada pasien demam thypoid di ruang anggrek dewasa puskesmas rawat inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah.

 

D.           Manfaat

1.        Manfaat Teoritis

Laporan tugas akhir ini dapat menjadi bahan bacaan dan sumber informasi tentang asuhan  keperawatan khususnya pada pasien yang menggalami gangguan hipertemia pada pasien thypoid.

 

 

2.        Manfaat Praktis

Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan informasi untuk melakukan asuhan keperawatan gangguan kebutuhan rasa nyaman (Termoregulasi) pada pasien thypoid.

E.       Ruang Lingkup

Penulis membatasi ruang lingkup asuhan keperawatan pada gangguan kebutuhan rasa nyaman (Termoregulasi)  pada pasien yang mengalami demam thypoid. Tempat pelaksanaanya adalah Ruang anggrek dewasa Rawat Inap Puskesmas Bina Karya Utama Kabupaten Lampung Tengah dengan jumlah kasus 1 (satu) orang pada tanggal 8 Februari 2020

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

 

A.      Konsep Kebutuhan Dasar Termoregulasi

1.         Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Potter Perry (2010) kenyamanan adalah rasa nyaman adalah suatu keadaan dimana telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketenteraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan bebas dari rasa nyeri dan hipertermi. Hal ini dikarenakan kondisi nyeri dan hipertermi merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman klien yang ditunjukkan dengan timbulnya tanda dan gejala.

 

2.         Pengertian Thermoregulasi

Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh neonatus agar tetap berada pada rentang normal. Suhu tubuh diatur agar suhu dalam tubuh ini tidak terjadi overheat ataupun lowerheat. Suhu tubuh manusia diatur berkisar 36,5° C – 37,5° C secara axila (Asmadi, 2012).

Mekanisme suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh dalam tubuh dan jumlah yang hilang kelingkungan luar. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim selama melakuakn aktifitas fisik, mekanisme kontrol suhu tubuh manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam relatif onsan. Suhu permukaan berflukutasi bergantung pada aliran darah kekulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari 36,5° C atau 37,5° C. Secara fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang tubuh yang relatif sempit. (Samptorimin 2009). Hipertermi merupakan keadaan yang sangat mengganggu bila suhu tubuh yang terlalu panas atau tinggi. Umumnya seseorang akan mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu tubuhnya, sehingga akan merasa sangat terganggu terutama gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman yang dapat menghambat terjadinya penyembuhan

 

3.         Mekanisme Terjadinya Demam Pada Typoid

Diawali dengan masuknya kuman Salmonella Typhi masuk ke saluran pencernaan, sebagian masuk ke usus halus yaitu di illeum terminalis membentuk limfoid plaque payeri, dan sebagian menembus lamina propia terus masuk dalam kelenjar limfe mesentrial kemudian menembus dan masuk aliran darah terus masuk dan bersarang dihati dan limfa kemudian terjadi hepatomegali dan splenomegali, terjadi infeksi Salmonella Typhi dan Paratypi dan endotoksin, kemudian dilepaskannya zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang terjadilah Demam Typoid.

a.         Produksi Panas

      Tubuh terus menerus menghasilkan panas sebagai hasil dari metabolisme. Orang tersebut berada dalam keseimbangan panas. Lima faktor pengaruh dalam produksi panas tubuh yaitu :

1) Laju metabolisme basal atau basal metabolict rate (BMR)  

    merupakan penggunaan energi yang dibutuhkan tiubuh untuk           

    mempertahankan aktofitas seperti bernafas.

2) Aktifitas otot, termasuk menggil akan meningkatkan laju metabolisme.

3) Skresi trioksin, peningkatan skresi trioksin dapat meningkatkan laju metabolisme sel diseluruh tubuh. Efek ini biasanya disebut sebagai Termogenesis Kimiawi, yaitu stimulasi untuk menghasilkan panas seluruh tubuh melalui peningkatan metabolisme seluler.

4) Stimulasi epiefrin, norepinrfin dan simpatis, Hormon ini segera                             

bekerja meningkatakan laju metabolisme dibanyak jaringan tubuh.

5) Demam, dapat meningkatkan laju metabolisme dan kemudiaan  

akan meningkatkan suhu tubuh. (Kozier, 2010).

 

b.         Pengeluaran Panas

Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara stimulan. Struktur kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.

1)   Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu

      objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan menurut Thibodeau dan Patton (1993). panas perpindahan melalui gelombang elektrogenetik. Aliran darah dari oegan internal inti membawa panas kekulit dan kepembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa kepermukaan tergantung dari tingkat vasokontriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingin di sekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat.

2)   Konduksi adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain

dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin panas hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda padat, gas dan cair.

3)   Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara.

      Panas konduksi pertama kali pada melekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan udra arus meningkat, kehilangan panas konveksi meningkat.

4)   Evaporasi adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah 

menjadi gas. Selama evoporasi kira-kira 0.6 kalori panas hilang unruk setiap gram air yang menguap menurut Guyton (2014). Tunuh secara kontinu kehilangan panas melalui evaporasi. Kira-kira 600 sampai 900ml sehari mengupa dari kulit dan paru, yang mengakibatkan kehilangan air dan panas (Potter & Perry, 2010)

 

 

c.         Pengaturan Suhu Tubuh

Sistem pengaturan suhu tubuh memiliki tiga bagian penting sensor dibagian permukaan dan initi tubuh, integrator di hipotalamus dan sistem efektor yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. Oleh sebab itu sensor kulit lebih efisien dalam mendetekdsi suhu dingin, terjadi tiga proses fisiologi yang akan meningkatkan suhu tubuh yaitu :

1)        Menggigil meningkatkan produksi panas

2)        Produksi keringat dihambat untuk mengurangi kehilangan panas

3)        Vasokontriksi mengurangi kehilanagan panas (Kozier, 2010)

d.        Perubahan panas

Menurut Potter & Perry, (2010) perubahan sushu tubuh diluar kisaran

normal akan mempengaruhi titik pengaturan hippotalamus. Perubahan

ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, produksi panas

minimal, kehilanagn panas minimal, atau kombinasi hal diatas :

1)        Demam

2)        Hipertermi

3)        Heatstroke

4)        Kehabisan panas

5)        Hipotermia

6)        Frosbite

 

4.         Klasifikasi Suhu Tubuh

Menurut Tamsuri Anas, (2007) suhu tubuh dibagi menjadi :

a.         Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36° C.

b.        Normal, bila suhu tubuh antar 36-37° C.

c.         Hipertermi, bila suhu tubuh antara 38-40° C.

 

5.         Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

Menurut Andri Setia (2016), faktor yang mempengaruhi suhu tubuh adalah :

a.         Kecepatan metabolisme basal

b.        Rangsangan saraf simpatis

c.         Hormon pertumbuhan

d.        Hormon thiroid

e.         Hormon kelamin

f.         Demam (Peradangan Inflamsi)

g.        Status gizi

h.        Aktifitas

 

6.         Pengukuran Suhu Tubuh

a.         Membran Timpani

1)        Keuntungan :

a)         Tempat mudah dicapai

b)        Perubahan posisi yang dibutuhkan minimal

c)         Memberikan pembacaan inti yang akurat

d)        Waktu pengukuran sangat cepat (2-5 detik)

e)         dapat dilakukan tnapa pembangunan atau mengganggu pasien

2)        Kerugian

a)         Alat bantu pendengaran harus dikeluarkan sebelum pengukuran

b)        Tidak boleh dilakukan pada pasien yang mengalami bedah telinga atau membran timpani

c)         Membutuhkan pembungkus probe sekali pakai

d)        Implementasi serumendan otitis media dapat mengganggu pengukuran suhu

e)         keakuratan pengukuran bayi baru lahir dan anak-anak dibawah umur 3 tahunmasih diragukan

 

3)        Prosedur

    Penentuan termometer adalah pada lubang telinga, masukkan ujung probe termometer secara perlahan-lahan kedaam saluran telinga yang mengarah ketiti tengah. Teknik yangbenar adalah tergantung pada bagaimana perangkat digunakan. Probe termometer pada beberapa model harus dimaasukkan hanya cukup sampai mencapai segel cahaya, sedangkan model lainnya memerlukan segel penuh dan putaran dari termometer.

b.        Rektal

1)        Keuntungan

a)         Terbukti lebih dapat diandalkan bila suhu oral tidak dapat diperoleh.

b)        Menunjukkan suhu inti

2)        Kerugian

a)         Tidak boleh dilakukan pada pasien yang mengalami bedah rektal, kelainan rektal, nyeri pada area rektal, atau cendrung perdarahan.

b)        Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu dan ansietas pasien.

c)         Resiko terpajam cairan tubuh.

3)        Prosedur

a)         Letakkan ujung termometer yang telah diberi pelumas

b)        Instruksikan pasien untuk mengambil nafas dalam selama memasukkan termometer, jangan paksakan termometer jika dirasakan ada tahanan.

c)         Masukan ½ inci (3,5 cm) pada orang dewasa dan 2,45 cm pada anak-anak

 

c.         Oral

1)        Keuntungan

a)         Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan perubahan posisi

b)        Nyaman bagi pasien

c)         Memberi pembacaan suhu permukaan yang akurat

2)        Kerugian

a)         Tidak boleh dilakukan pada pasien yang bernafas lewat mulut

b)        Tidak boleh dilakukan pada pasien yang mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat epilepsi, atau gemeter akibat kedinginan.

c)         Tidak boleh dilakukan pada bayi, anak kecil yang sedang menangis atau pasien konfulsi, tidak sadar atau tidak kooperatif.

d)        Resiko terpapar cairan tubuh.

 

3)   Prosedur

Probe harus tetap pada sublingual untuk periode waktu tertentu untuk memastikan pengukuran oral akurat. Periode ini umumnya beberapadetik untuk termometer elektrik kontak dalam model prediktif, tetapi pada bawah model monitor pengukuran yang sama mungkin memakanwaktu tiga menit atau lebih.

 

d.        Aksilla

1)        Keuntungan

a)         Aman dan non-invasif

b)        Cara yang lebih disukai pada bayi dan pasien yang tidak kooperatif.

2)        Kerugian

a)         Waktu pengukuran lama

b)        Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi pasien

3)        Prosedur

Penempatan yang benar dalam pengukuran suhu aksila dan kontak kulit secara langsung adalah penting. Termometer ditempatkan dibawah lengan dengan bagian ujungnya berada ditengah aksila dan jaga agar menempel pada kulit, bukan pada pakaian, pegang lengan dengan lembut agar tetap tertutup. Termometer elektrik kontak membutuhkan waktu 5 menit untuk mengukur suhu yang akurat.

 

7.         Penatalaksanaan Hipertermi

Menurut Wardiyah, Aryanti, dkk (2016) dalam jurnal ilmu keperawatan, penanganan terhadap hipertermi dapat dilakukan dengan tindakan maupun kombinasi farmakologi dengan non farmakologi :

a.        Terapi Non-Farmakologi

1)        Pemberian cairan jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi

2)        Tidak memberikan pakaian terlalu tebal/panas, berikan pakaian yang tipis agar dapat menyerap keringat.

3)        Memberikan kompres hangat pada pasien. Pemberian kompres hangat efektif terutama setelah pemberian obat.

b.        Terapi Farmakologi

Pemberian Antimikroba

Pemberian antimikroba bertujuan untuk menghentikan dan menghambat penyebaran kuman. Obat-obatan yang sering digunakan adalah kloramfenikol, tiamfenikol, ampisilin, dan kontrimoksasol ( sulfametaksosal 400 mg + trimetoprin 80 mg) (Soedarto, 2009:129).

Tindakan lain yang digunakan untuk menurunkan panas adalah tepid sponge. Tepid sponge merupakan suatu proseduruntuk meningkatkan kontrol kehilangan panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi, yang biasanyadilakukan pada pasien yang mengalami demam tinggi. Tujuan dilakukan tindakan tepid sponge yaitu untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien yang mengalami hipertermia

 

B.       Tinjauan Asuhan Keperawatan

1.         Pengkajian Keperawatan.

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses perawatan. Tahap ini sangat penting dan menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya. Tujuan dari pengkajian adalah didapatkannya data yang komprehensif yang mencakup data biopsiko dan spiritual (Tarwoto & Wartonah, 2015).

              Pengkajian Menurut Nursalam (2008).                                                    

a.         Biodata (Identitas)

    Pengkajian meliputi nama, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor rekam medis, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama, alamat, dll.

b.        Keluhan Utama : Demam

Pada minggu I :

Umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala,

anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

Pada minggu II :

Gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran. Bila keluhan ini berlanjut  pasien dengan hipertermi sering mengalami dehidrasi.

c.    Riwayat Kesehatan.

1)        Riwayat kesehatan dahulu.

    Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh pasien, baik yang ada hubungan dengan saluran cerna atau tidak. Kemudian kaji pasien tentang obat – obatan yang biasa dikonsumsi pasien, dan juga kaji mengenai riwayat alergi pasien, apakah alergi terhadap obat – obatan.

2)        Riwayat kesehatan sekarang.

Biasanya pasien dengan demam thypoid datang dengan keluan perasaan nyeri epigastrium, mual, muntah peningkatan sushu tubuh, sakit kepala / pusing, letih atau lesu, tidak enak badan, dan nafsu makan berkurang

3)        Riwayat kesehatan keluarga.

    Kaji pasien apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien atau lainnya.

4)        Psikologis.

Perlu dikaji mengenai persepsi pasien tentang diet, postur tubuhnya, konsep diri yang terkait dengan bentuk tubuh, respon terhadap stres, apakah banyak makan atau malas makan.

5)        Aspek sosiokultural.

Apakah kutur nilai – nilai yang dianut terhadap makanan dan praktik budaya yang berkaitan dengan makanan.

6)        Aspek spiritual.

Hal yang perlu dikaji misalnya adakah keyakinan yang dianut

pasien terhadap makanan serta bagaimana keyakinan tersebut

mempengaruhi kebutuhan nutrisi.

7)        Pola kebiasaan sehari – hari.

a.         Pola aktifitas

Pola aktifitas menurun karena mangalami kelelahan disebabkan oleh hipetermi, tidak nyaman

b.         Pola istirahat.

Pola istirahat tergganggu diakibatkan hipertermi, rasa tidak nyaman.

c.         Pola kebersihan diri.

Kebersihan diri kurang karena pasien cendrung memikirkan penyakitnya yang dideritanya dari pada kebersihan diri.

d.        Pola nutrisi.

Pola nutrisi terganggu karena hipertermi dan tidak nyaman.

2.         Pengkajian Diagnostik

    Menurut Nursalam (2008) pengkajian diagnostik yang diperlukan adalah pemeriksaan laboratorium dan radiologi, meliputi :

a.         Pemeriksaan Darah

b.        Pemeriksaan Urin

c.         Pemeriksaan Feses

d.        Pemeriksaan Bakteriologis

e.         Pemeriksaan Serologis

 

 

3.         Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien dema typhoid menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2017) , antara lain:

1.        Ketidakefektipan termoregulasi berhubunagn dengan infeksi

2.        Resiko Difisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

3.        Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan asam lambung.

4.         Rencana Keperawatan dan Intervensi

Tabel 4.1  Rencana Keperawatan dan Intervensi

No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gangguan Suhu Tubuh (Hipertermi)

Difinisi :Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh

Batasan karakteristik :

-        Kulit kemerahan

-        Kejang

-        Takikardi

-        Takipnea

-        Kulit tarasa hangat

Faktor-faktor yang berhubungan :

-        Dehidrasi

-        Terpapar lingkungan panas

-        Proses penyakit

-        Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

-        Peningkatan laju metabolisme

-        Aktifitas berlebihan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Resiko Difisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia mual.

Definisi :

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

Batasan karakteristik :

1.     Nyeri abdomen

2.     Menhindari makanan

3.     Berat badan 20% atau lebih dibawah berat adan ideal

4.     Diare bising usus hiepraktif

5.     Kurang makanan

6.     Kurang informasi

7.     Kurang minat pada makanan

8.     Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat

9.     Membran mukosa pucat

10.      Mengeluh gangguan sesuai rasa

Faktor – faktor yang berhubungan :

1.       Faktor biologis

2.       Ketidak mampuan mengabsorpsi nutrisi

3.       Ketidak mampuan mencerna makanan

4.       Faktor psikologi

 

Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam lambung

Definisi :

Pengalaman sensorik atau emosional berkaitan dgn disfunsional.

Faktor resiko :

1.       Anemia

2.       Gangguan metabolik

3.     Gangguan muskuloskletal

 

                                                                                                                                            Termoregulasien

Kreteria Hasil :

-      Suhu tubuh dalam  rentang normal

-      Nadi dan RR dalam rentang normal/membaik

-      Tidak ada perubahan warna kulit.

-      TD membaik

-      Pucat menurun

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kreteria hasil :

1.        Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2.        Tidak penurunan berat yang berarti

3.       Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tujuan :

Nyeri pasien dpt berkurang/hilang setelah dilakukan askep 1x24 jam

Kreteria hasil :

-Pasien  

  menunjukkan

  ekspresi wajah 

  rilek

- pasien dapat

  istirahat secara

  adequat

- Pasien tidak

  mengeluh

  kesakitan

 

 

Observasi :

-      Identifikasi penyebab hipertermi

-      Monitor suhu tubuh

-      Monitor kadar elektrolit

-      Monitor

 urine

-      Monitor komplikasi akibat hepertermi.

Terapeutik :

-      Sediakan lingkunga yg dingin

-      Longgarkan atau lepaskan pakaian

-      Basahi dan kipasi permukaan tubuh

-      Berikan cairan oral

-      Ganti linen setiap hari (lebih sering)

-      Lakukan pendinginan  eksternal (selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,dada, abdomen, axila)

-      Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

-      Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :

-        Anjurkan tirah baring

Kolaborasi:

-     Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.

 

Observasi

-  Identifikasi status

    nutrisi

-  Kaji adanya alergi

    makanan

- Berikan informasi

   tentang kebutuhan  

   nutrisi

- Monitor adanya

  penurunan berat

  badan

 

Terapiutik

- Lakukan hygiene

  oral

- Sajikan makanan

   yg menarik

- Berikan makanan

  tinggi kalori dan

  protein

- Berikan makanan

  tinggi serat

 

Edukasi

- Anjurkan posisi

   duduk,jika perlu

- Ajarakan diet yg

  Diprogramkan

 

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan

  ahli gizi untuk

  menentukan jumlah

  kalori yang

  dibutuhkan pasien

- Kolaborasi

  pemberian medikasi

  sebelum makan

 

 

 

Observasi

- Identifikasi lokasi

  nyeri

- Identifikasi skala

  nyeri

- Indentifikasi respon

  non verbal

- Identifikasi faktor

  penyerbab nyeri

- Identifikasi

  pengaruh budaya

  terhadap respon

  nyeri

- Monitor efek

  samping  

  penggunaan

  analgetik

 

Terapiutik

- Berikan teknik

   nonfarmakologi

- Kontrol lingkungan

  yg memperberat

  nyeri

- Fasilitasi istirahat

  dan tidur

- Pertimbangakn

  jenis dan sumber

  nyeri dlm pemilihan

  strategi meredakan

  nyeri

 

Edukasi

- Jelaskan penyebab,

   periode & pemicu

   nyeri

- Jelaskan strategi

   meredakan neyri

- Anjurkan

   memonitor nyeri

   secara mandiri

- Anjurkan

  menggunakan

  analgetik secara

  tepat

- Ajarkan teknik

  nonfarmakologi

  untuk mengurangi

  rasa nyeri

 

Kolaborasi

-  Kolaborasi

   pemberian

   analgetik, jika

   perlu

 

                                     

5.    Implementasi

Prosedur yang digunakan untuk mengintervensi dan mengatasi naiknya suhu bergantung pada penyebab demam, efek yang merugikan, kekuatan, intensitas, durasinya. Dokter dapat mencoba demam dengan mengisolasi pirogen penyebab. Perawat mengambil kultur spesimen untuk analisis laboratorium seperti urine, darah, sputum, dan tempat luka. Pengumpulan spesimen ini memerlukan teknik aseptik yang tepat untuk menghindari masuknya organisme dari luar yang dapat mempengaruhi hasil kultur. Dokter akan menginstruksikan pemberian obat antibiotik setelah kultur didapat. Pemberian antibiotik akan menghancurkan bakteri pirogen dan menghilangkan stimulus tubuh terhadap demam. Perawat memberikan antibiotik dengan tepat dan mengajarkan pasien mengenai pentingnya mengkonsumsi dan melanjutkan antibiotik sampai pengobatan selesai. Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk menurunkan demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi. Secara tradisional perawat telah menggunakan mandi tepid sponge, mandi dengan menggunakan larutan air-alkohol, kompres es pada daerah aksila dan lipatan paha dan kipas angin. Menurut Morgan yang dikutip oleh Potter and Perry (2005), riset terbaru tidak ada menunjukan keuntungan dari metode-metode ini dibanding medikasi antipiretik. Selimut yang didinginkan dengan mensirkulasi air yang dihantarkan oleh unit yang menggunakan motor, meningkatkan pengeluaran panas konduktif. Perawat harus mengikuti instruksi dalam menggunakan selimut hipotermia karena  jika salah menggunakannya akan menyebabkan terjadinya risiko rusaknya kulit

Implementasi merupakan realita dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Pembahasan pada tahap ini meliput pelaksanaan rencana tindakan perawatan yang dapat dilakukan dan dengan intervensi pada masing – masing diagnosa :

1.   Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya pengaturan suhu    

tubuh.Tindakan keperawatan yang lakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang

o    Monitor KU dan TTV

o    Memantau aktivitas kejang

o    Mneganjurkan keluarga untuk memberikan sedikit minum tapi sering

o    Memberikan kompres hangat

o    Memberikan terapi obat sesuai order

2.   Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, mual. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu :

o    Mengobservasi adanya muntah

o    Menganjurkan keluarga untuk memberi makanan dalam porsi kecil tapi sering

o    dan tidak merangsang produksi asam (biskuit)

o    Memberikan terapi pemberian cairan dan nutrisi sesuai program

o    Memberikan terapi pemberian anti emetik sesuai program

  3.   Pada Diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi

o    Monitor KU/TTV

o    Mengkaji skala nyeri

o    Mnegajarkan tehnik relaksasi

o    Memberikan motivasi untuk memberikan kompres air hangat pada empatyang sakit

o    Memberikan terapi obat analgesik

7.   Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi

dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi

mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).

Luaran utama pada hipertermi : Termoregulasi

Luaran tambahan adalah :

1.        Perfusi periper

2.        Status cairan

3.        Status kenyamanan

4.        Status Neurologi

5.        Status Nutrisi

6.        Termoregulasi Neonatus

 

 

 

C.      Tinjauan Konsep Penyakit

1.         Definisi Demam Thypoid

Demam thypoid adalah  infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella Typi. Demam Parathypoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh Salmonella Parathypoid A,B dan C. Gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hampir sama, tetapi menifestasi klinis Prathypoid lebih ringan (Widiyono, 2011)

2.         Etiologi Demam Thypoid

Penyebab demam thypoid adalah baketri salmonella thypi. Salmonella adalah bakteri gram-nrgatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora. Manifestasi klinis demam thypoid tergantung dari virulensi dan daya tahan tubuh. Suatu percobaan pada manusia dewasa menunjukkkan bahwa 10 mikroba dapat menyebabkan 50% sukarelawan menderita sakitn meskipun 1000 mikroba juga dapat menyebabkan penyakit (Widiyini, 2011).

3.         Gejala dan tanda demam thypoid

Demam lebih dari tujuh hari adalah gejala yang paling menonjol. Demam biasanya diikuti oleh gejala tidak khas lainnya seperti diare, atau batuk. Komplikasi yang biasa terjadi adalah perforasi usus, perdarahan usus, dan koma. Diagnosa ditegakkan berdasarkan adanya salmonella dalam darah melalui kultur (Widiyono, 2011).

4.         Komplikasi Demam Thypoid

Menurut Halim Mubin (2007), komplikasi demam thypoid yaitu :

a.         Perdarahan Usus

b.        Perforasi Usus

c.         Miningitis

d.        Gangguan Mental

e.         Shyok Septik

f.         Hepatitis

5.         Pengobatan Demam Thypoid

a.         Pemberian amoksillin 100mg/kg/har, dibagi dalam 4 dosis

b.        Pemberian kloramphenikol 100/kg/hari, dibagi dalam 4 dosis, selama 14 Hri

c.         Pemberian kotrikmoksazole

6.         Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Nugroho (2011), yaitu :

a.         Tes Widal

b.        Kultur Darah

c.         Darah Rutin

d.        Urin Rutin

e.         Terapi :

1.        Tirah baring sampai 7 hari bebas demam

2.        Diet lunak

3.        Antibiotik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7.   Pathway      

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiz4UGWLF0SNz8YubpRHbk34GoONrXnmjC-zo6q-x5iGrRzc9ctljt-L-cnwEv81OIEM77FuPXA62P7qiRIsAMmAOvAnmKg_FDltQrD6YBQNPbjjKHve3fxIRepC1fVYQCUG_niClgrCQE/s1600/Publication51.jpg

                                                                               

 

BAB III

METODE

 

A.      Fokus Asuhan

Pada laporan tugas akhir ini penulis menggunakan pendekatan berfokus pada asuhan keperawatan, pada pasien dengan Gangguan Kebutuhan Rasa  Nyaman (Termoregulasi) Pada Pasien Demam Thypoid Di RuangAnggrek Dewasa Puskesmas Rawat Inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah.

 

B.       Subjek Asuhan

Dalam laporan asuhan keperawatan, fokus asuhan keperawatan ini yang dijadikan subjek asuhan adalah satu pasien yang memiliki kriteria inklusi dan eklusi. Menurut Soekidjo Notoatmojo (2010), Kreteria Inklusi adalah kriteria atau ciri – ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria eklusi adalah ciri – ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sample.

1.         Kriteria Inklusi

a.    Pasien demam Thypoid berusia 30 – 50 tahun

b.    Pasien demam Thypoid yang mengalami demam (suhu > 37,5 C)

c.    Mengalami tujuan tindakan dan prosedur tindakan, serta bersedia mengkuti secara sukarela dengan menandatangani lembar persetujuan informed councent.

2.         Kriteria Eklusi

Pasien yang tiak bersedia menjadi responden.

 

C.      Lokasi dan Waktu

Asuhan keperawatan ini akan dilakukan di ruang Anggrek Dewasa Puskesmas Rawat Inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama

Lampung Tengah Tahun 2020.

Dalam laporan tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data antara lain :

1.         Alat Pengumpulan Data

    Pengumpulan data untuk dilakukan penelitian ini dengan menggunakan alat spygnomanometer air raksa, stetoskop, dan jam tangan. Alat yang digunakan untuk mengukur hipertermi yaitu Thermometer digital pada Axila. Kemudian hasil pengukuran ditulis dalam lembar format pengkajian.

 

D.      Teknik Pengumpulan Data

Dalam laporan tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data antara lain :

1.         Alat Pengumpulan Data

    Pengumpulan data untuk dilakukan penelitian ini dengan menggunakan alat spygnomanometer air raksa, stetoskop, dan jam tangan. Alat yang digunakan untuk mengukur hipertermi yaitu Thermometer digital pada Axila. Kemudian hasil pengukuran ditulis dalam lembar format pengkajian.

2.         Pengumpulan Data

a.        Anamnesa

      Anamnesa adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran peneliti (responden), atau bercakap – cakap berhadapan muka dengan orang tersebut. Data yang didapatkan dari wawancara meliputi identitas pasien, keluhan utama dan riwayat penyakit (Notoatmodjo, 2010).

b.   Observasi atau Pengamatan

Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan tarap aktifitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti. Observasi yang akan dilakukan yaitu observasi suhu tubuh pasien dengan gangguan termoregulasi (hipertermi). Alat yang digunakan untuk observasi yaitu Thermometer (Notoatmdjo, 2010).

c.    Pemeriksaan Fisik

Pengkajian fisik perlu dilakukan penulis untuk data penunjang yang

akan menentukan kebutuhan individu. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisik adalah spygnomanometer air raksa, stetoskop,thermometer, dan jam tangan. Pengkajian ini digunakan untuk memperoleh data objektif dari riwayat keperawatan individu. Menurut Smelt dan Bare (2002), ada empat proses fundamental dalam pemeriksaan fisik, yaitu :

1)        Inspeksi

Langkah pertama pada pemeriksaan individu adalah inspeksi, yaitu melihat sistem pencernaan yaitu :

·            Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai stomatis. Tanda ini nampak pada minggu kedua berhubungan dengan infeksi sistemik dan endotoksin kuman.

·            Sering muntah

·            Perut kembung

·            Distensi abdomen dan nyeri, merupakan tanda yang diwaspadai terjadinya perforasi dan peritonitis.

2)        Palpasi

Selanjutnya penulis akan menggunakan tehnik palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan yaitu :

·           Hepatomegali dan splenomegali. Pembesaran hati dan limfa mengindikasikan infeksi RES yang mulai terjadi pada minggu kedua. 

·           Nyeri tekan abdomen(Muttaqin & Sari, 2011, p. 492).

3)        Perkusi

Perkusi merupakan langkah ketiga yang digunakan penulis dalam pemeriksaan individu dimana perkusi adalah, menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi , ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara dibawahnya. Didapatkan suara timpani abdomen akibat kembung.

4)        Auskultasi

Selamjutnya penulis menggunkan auskultasi untuk mendengar suara tubuh  pada paru – paru, jantung, pembuluh darah, dan bagian dalam/viscera abdomen pada idividu.

Didaptkan penurunan bising usus kali/permenit pada minggu pertama dan terjadi konstipasi. Serta selanjutnya meningkat akibat terjadi diare.

 

E.       Penyajian Data

Penulis pada penyajian data dalam laporan tugas akhir yaitu menggunakan :

1.         Narasi

Nilai pengumpulan data disajikan dalam bentuk narasi dan dituliskan dalam bentuk kalimat. Hasil yang ditulis berupa pengkajian melalui anamnesis tentang keluhan utama, riwayat kesehatan pasien dan pemeriksaan fisik.    

2.         Tabel

Penyajian bentuk tulisan yabg disusun dalam kolom dan baris. Penulis menggunakan tabel untuk menulis hasin intervensi keperawatan, implementasi keperawatan serta evaluasi.

 

F.       Prinsip Etik

Prinsip etika menurut Perry dan Potter (2010), yang digunakan penulis daam membuat asuhan keperawatan ini adalah prinsip etika keperawatan dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga dalam masyarakat, yaitu :

1.         Autonomi (Otonomy)

Prinsip didasarkan pada keyakinan individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Maka penulis menggunakan prinsip ini untuk memberikan hak kepada pasiendalam memberikan keputusan sendiri untuk ikut serta sebagai sasaran asuhan penulis.

2.         Beneficience (Berbuat Baik)

Prinsip ini menuntut prinsip untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat mencegah kesalahn atau kejahatan. Penulis menggunakan prinsip ini sebagai perawat untuk memberikan tindakan dalam asuhan keperawatan individu dengan baik.

3.         Justice (Keadilan)

Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Maka penulis akan menuliskan hasil didalam dokumen asuhan keperawatan sesuai dengan hukum dan standar praktik keperatawan.

4.         Nonmalevicience (Tidak Merugikan)

Prinsip ini tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada pasien penulis akan sangat memperhatikan kondisi pasien agar tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisik pada saat dilakukan asuhan keperawatan.

5.         Varacity (Kejujuran)

Nilai ini Cuma dimiliki oleh perawat, namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien untuk meyakinkan agar pasien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Penulis akan menggunakan kebenaran yang merupakan dasar  membina hubungan saling percaya, pasien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu dari penulis.

6.         Fidelity (Menepati Janji)

Tanggung jawab besar seorang perawat  adalh meningkatkan

kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapi itu penulis harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

7.         Confidentiality (Kerahasian)

Penulis akan menjaga informasi tentang pasien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan pasien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan meningkatkan kesehatan pasien. Diskusi tentang pasien diluar area pengobatan harus dihindarai.

8.         Accountability (Akuntabilitas)

Akuntabilitas adalah sumber yang pasti bahwa tindakan sesotang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda terkecuali. Penulis menggunkan prinsip ini untuk memebrikan jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan yang diberikan oleh penulis kepada pasien. Selain itu etika dalam penelitian digunaklan penulis menurut Hidayat (2008), karena pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalamkehiatan ini. Dalam asuhan keperawatan ini sebelumya penulis akan mendatangi pasien untuk meminta kesediaan menjadi partisipan. Penulis juga harus meminta perijinan terlebih dahulu barulah kemudian penelitian bisa dilaksanakan dengan memperhatikan etika penulisan yaitu dengan memberi lembar persetujuan (infomed consent). Infomed consenttersebut diberikan sebelum melakukan penelitian. Jika pasien bersedia menjadi sasaran penelitian maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan bersedia untuk didokumentasikan dan jika pasien menolaknya maka penulis tidak memaksa dan tetap

menmghormati hak pasien. Selain dengan informed consent, penulis juga harus menjaga kerahasiaan data dan informasi pasien serta tidak menyertakan nama jelas pasien daam lembar pengumpulan data dan hanya diberi inisial huruf.

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN

 

Bab ini menguraikan tentang hasil pengumpulan data tentang asuhan keperawatan pada pasien Gangguan Kebutuhan Rasa  Nyaman (Termoregulasi) Pada Pasien Demam Thypoid Di Ruang Anggrek Dewasa Puskesmas Rawat Inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung TengahTahun 2020, berdasarkan data diperoleh pada tanggal 10 Februari 2020 dilakukan pada pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan thypoid dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman di Puskesmas rawat inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah dengan pelaksanaan sesuai dengan proses keperawatan, mulai dari gambaran pengkajian sampai dengan evaluasi. Hasil pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut :

 

A.      Hasil Asuhan

1.         Pengkajian

Gambaran pengkajian merupakan tahap dimana data atau informasi pasien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan dignosa keperawatan. Hasil pengkajian dari penulis pada pasien thypoid di Puskesmas Rawat Inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah pada Tn.M.

Hasil Pengkajian Tn. M

Tabel 4.1 Hasil Pengkajian Tn. M

Hasil Pengkajian

Pasien

Data Umum Pasien

Nama

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan

Agama

Pekerjaan

Tgl. Masuk

Dx. Medis

Tgl.Pengkajian

Alamat

 

No.CM

:

:

:

:

:

:

:

:

:

 

 

:

Tn. M

47 tahun

Laki-laki

SD

Islam

Tani

10 Februari 2020

Thypoid

11 Februari 2020

Ds.2b, Bina Karya Utama,Kec. Putra 

Rumbia, Lampung Tengah.

010047

Keluhan Utama

Pasien mengeluh suhu tubuhnya meningkat, badan terasa panas dan kepala pusing.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 11 Februari 2020, Tn.M mengeluh suhu tubuhnya panas/demam sejak 4 hari yang lalu, demam naik turun pada malam hari, pusing dan badannya lemas, mual, mual, nafsu makan berkurang. BAB tidak lancar, serta pasien mengeluh menggigil pada malam hari yang disertai keringat dingin, dan nyeri ulu hati, nyeri tidak terjadi penyebaran . Nyeri dirasakan saat pasien bergerak dan pada saat ulu hati ditekan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti yang diderita saat ini, namun pasien mempunyai penyakit gastritis yang telah lama dideritanya. Dan pasien hanya mengeluh pusing dan demam yang biasanya diobati dengan membeli obat di warung.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan, pasien dan anggota keluarganya tidak pernah mengalami penyakit yang seperti di derita pasien, dan juga tidak pernah mengalami penyakit berat, seperti diabetes melitus, hepatitis, TBC dan lain sebagainya. 

Pengkajian Metabolisme Nutrisi

Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, jatah makan dari Puskesmas habis  hanya 1/4 porsi saja. Biasanya kalo dirumah sering jajan ringan seperti sosis, dan gorengan yang dibeli di warung. Minum tidak ada masalah.

Pola Eliminasi

Pasien mengatakan selama sakit BAB hanya 1 x dalam sehari, konsistensi padat, BAK 4 – 6 kali dalam sehari, warna kuning bening. Dan setelah masuk rumah sakit BAK 70 – 80 cc 2– 3 kali dalam sehari

Pemeriksaan Fisik

TD                 

Suhu                

Nadi

Respirasi

Kesadaran.

Turgor Kulit

Konjungtiva

Akral

Berat badan (BB)                               

:

:

:

:

:

:

:

:

:

100/60 mmhg.

38.8°Cs

88 x/menit

20 x/menit

Composmentis.        

Tidak elastis

Merah muda

Hangat

46 kg.

Kepala

Gerakan pipi normal, alis simetris, rambut dan kulit hitam

Mata

Letak simetris, bola mata dapat bergerak mengikuti arah tangan pemeriksa, tidak nyeri, reaksi cahaya +, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik, tidak memakai kaca mata.

Hidung

Bentuk simetris, warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, tidak ada lesi, mukosa lembab, ada bulu hidung, penciuman baik

Telinga

Daun telinga simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak nyeri tekan pada mastoideus, tidak ada serumen, pendengaran normal.

Mulut

Bibir nampak kering, lidah kotor dan hiperemis

Kulit

Dahi teraba panas, kulit terasa hangat dan kemerahan

Leher

Simetris, warna sama dengan kulit, tidak ada pembersaran JVT, tiroid dapat bergerak proporsional ke kiri kanan atas bawah.

Dada (pernafasan)

Simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tojolan abnormal, dapat bergerak seimbang ke atas, nafas 22 x/menit

Dada (Kardiovas

kuler)

Tidak ada tonjolan massa, intercosta rata, bunyi jantung reguler

Abdomen     

 

 

Inspeksi    : Perut datar, warna sama dgn kulit sekitar, tidak 

                    terdapat lesi dan massa.

Palpasi      : lembut, nyeri tekan perut kiri bawah, sekala nyeri 3 dari

                    rentang nyeri 0 – 5. tidak teraba massa, hepar teraba  

                    sedikit kenyal

Auskultasi : bising usus 8 x/menit

Perkusi      : suara timpani

Data Penunjang (Lab)

Tanggal 10 Februari 2020 :

 Darah Rutin                                                                                                                

o   HB           

o   Leucosit   

o   Eritrosit    

o   Trombosit

o   Hematokrit

 

:

:

:

:

:

:

 

 

11,55 gr/dL

21,170 sel/mm³

4,0 sel/mm³

80.000 sel/mm³

35%

Kimia Klinik :

Urenium  : 33 mg/dL

Kreatinin : 0,7 mg/dL

Imuniserologi

Hasil

Parameter

Widal :

-          O

-          H

-          PA

-          PB

 

1/160

1/80

Negatif

       1/160

 

> 1/200

> 1/200

 

Terapi

Terapi

Dosis

Manfaat

RL     Infus cairan RL

20 tetes/menit iv

Memenuhi kebutuhan cairan

Antrain  injeksi

2 x 350mg/iv

Sebagai analgetik dan antipiretik

Ranitidin injeksi

2 x 30mg/iv

Mengatasi peningkatan produksi hormon gastrin

Ondensatron  injeksi

2 x 60mg/iv

Mencegah serta mengobati mual dan muntah

Cefriaxone injeksi

2 x 1 gram. iv

Mengobati berbagai bakteri

Parasetamol tablet

2 x 500mg

Sebagai antipiretik

                                               

2.         Analisa Data

Setelah dilakukan pengkajian data pasien Tn. M sehingga data dapat di analisa yang akan menghasilkan persoalan yang di alami pasien, berikut analisa data yang telah dilakukan :

  Tabel 4.2 Analisa Data Tn.M

No

Data

Penyebab

Masalah

1

DS :

-        Tn.M mengatakan suhu   

       badannya  panas sejak 4 hari  

               yang lalu

-        Tn.M mengatakan kepalanya

       pusing

 

DO :

-        Keadaan umum lemah

-        Kesadaran composmentis

-        Aktifitas dibantu keluarga

-          BAK 70-80cc 2-3x/hari

-        S    : 38.8° C

-        TD : 100/60 mmhg

-        N   : 88 x/mnt

-        R   : 22 x/mnt

-        Kulit tidak elastis

-        Akral teraba hangat

-        Widal O : 1/160 mg/dl

-        Widal H : 1/80 mg/dl

-        Leucosit : 21,170 sel/mm³

 

 

Bakteri masuk kedalam aliran darah

Bakteri mengeluarkan endotoksin

Hipotalamus

Hipertermi

 

Hipertermi

2

Ds : -   Pasien mengatakan nyeri pada

            ulu   hati.

        -   Nyeri dirasakan pada saat  

            bergerak.

 

Do : Pasien terlihat meringis dan  

        Gelisah, Nadi meningkat dan 

        sulit tidur

Penigkatan asam lambung

Nyeri akut

3

Ds : Pasien mengatakan nafsu makan  

        berkurang, terasa mual dan

        muntah

Do : -   Pasien  tampak mengeluh dan   

            Meringis

        -   BB sebelum masuk 48 kg - BB

            Sesudah masuk 46 kg

        -   Klien hanya menghabiskan 4-6  

            sendok makan

Anoreksia

Risiko defisit nutrisi

 

3.         Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukannya pengkajian dan analisa data, maka tahap selanjutnya  perumusan diagnosa keperawatan, adapun diagnosa yang muncul pada Tn.M adalah menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017).  antara lain :

Tabel 4.3  Diagnosa Keperawatan

No.

Diagnosa Keperawatan

1

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

DS :            

-          Pasien mengatakan badannya panas

-          Pasien mengatakan lemes

DO:

-          pasien tampak gelisah

-          Akral hangat

-          Membran mukosa kering

-          BAK 70-80cc, 2-3x/hari

-          TTV :

-          TD : 110/70 mmHg

-          RR  : 20 x/menit          

-      N    : 88x/menit

 -      S     : 38,8°C

2

Nyeri akut berhubungan dengan meningkatnya  asam lambung pada epigastrium

Ds : Pasien mengatakan nyeri ulu hati

Do : Pasien tampak gelisah

 

 

3

Risiko defisit nutrisi  berhubungan dengan perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ds :

Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah 

Do :

-          Klien tampak mengeluh dan meringis

-          BB sebelum masuk 48 kg

-          BB Sesudah masuk 46 kg

-          Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok 

-          makan

                                                                                    

 

4.     Intervensi Keperawatan

Setelah menemukan diagnosa keperawatan pada subyek tersebut, penulis kemudian membuat rencana keperawatan yang sesuai dengan diagnosa yang ditemukan yaitu Gangguan kebutuhan rasa nyaman : Termoregulasi berhubungan dengan proses inpeksi. Rencana keperawatan menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). :

 

Tabel 4.4 Intervensi Keperawatan

   No

Diagnosa

Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria Hasil

Intervensi

Utama

Intervensi Pendukung

1

Termoregulasi

(Hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 X 24 jam ,

diharapkan masalah hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1.  Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5°-37,5°C)

2.  Tidak ada perubahan warna kulit

3.Bibir lembab

4.Pasien tidak mengeluh pusing

4.  Nadi dan RR dalam rentang normal

5.  KU baik

1.        

Observasi :

-      Identifikasi penyebab hipertermi

-      Monitor suhu tubuh

-      Monitor kadar elektrolit

-      Monitor

 urine

-      Monitor komplikasi akibat hepertermi.

Terapeutik :

-      Sediakan lingkunga yg dingin

-      Longgarkan atau lepaskan pakaian

-      Basahi dan kipasi permukaan tubuh

-      Berikan cairan oral

-      Ganti linen setiap hari (lebih sering)

-      Lakukan pendinginan  eksternal (selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,dada, abdomen, axila)

-      Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

-      Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :

-        Anjurkan tirah baring

Kolaborasi:

-     Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.

 

1.     Mengetahui penyebab hipertermi untuk memudahkan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya

2.     Suhu tubuh dapat menunjukakn proses infeksi berat atau ringan dalam pola demam sehingga menjadi indikator perkembangan penyakit dan dapat menentukan intervensi selanjutnya

3.     Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan pedoman untuk penggantian cairan

4.     Peningkatan suhu tubuh menimbulkan penguapan yang banyak sehingga membantu menurunkan panas

5.     Agar tidak menahan pengeluaran panas secara konveksi

6.     Kompres hangat memperlancar peredaran darah ke otak sehingga suhu kembali normal

7.     Mempertahankan keadequatan volume cairan degan cepat

2

Nyeri akut berhubungan dengan meningkatnya  asam lambung pada epigastrium

 

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan nyeri hilang dengan kritetria hasil Skala nyeri  1

Observasi

- Identifikasi

   lokasi

  nyeri

- Identifikasi

  skala

  nyeri

- Indentifikasi

  respon

  non verbal

- Identifikasi

  faktor

  penyerbab nyeri

- Identifikasi

  pengaruh

  budaya

  terhadap

  respon

  nyeri

- Monitor efek

  samping 

  penggunaan

  analgetik

 

Terapiutik

- Berikan

   teknik

  nonfarmakologi

- Kontrol

  lingkungan

  yg

  memperberat

  nyeri

- Fasilitasi

   istirahat

   dan tidur

- Pertimbang-

  kan

  jenis dan

  sumber

  nyeri dlm

  pemilihan

  strategi

  meredakan

  nyeri

 

Edukasi

- Jelaskan

   penyebab,

   periode &

   pemicu

   nyeri

- Jelaskan

   strategi

   meredakan

   neyri

- Anjurkan

   memonitor

   nyeri

   secara

   mandiri

- Anjurkan

  menggunakan

  analgetik

  secara

  tepat

- Ajarkan

  teknik   

  nonfarmakologi

  untuk 

  mengurangi

  rasa nyeri

 

Kolaborasi

-  Kolaborasi

   pemberian

   analgetik, 

   jika perlu

 

1. Untuk

    mengetahui  

    skala nyeri

2. Untuk  

    membantu

    mengurangi nyeri

3. Untuk

    mengurangi

    nyeri

 

 

 

a.        

3

Risiko defisit nutrisi  berhubungan dengan perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

 

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan pasien tidak mual dan muntah dengan kriteria hasil :

Pasien mau makan dan terlihat lahap saat makan.

 

Observasi

-  Identifikasi

status nutrisi

-  Kaji adanya

alergi  

makanan

-  Berikan 

informasi

tentang

kebutuhan 

nutrisi

-  Monitor

adanya

penurunan

berat

badan

 

  Terapiutik

-  Lakukan

hygiene

oral

-  Sajikan

makanan

yg menarik

-  Berikan

makanan

tinggi kalori

dan

protein

-  Berikan

makanan

tinggi serat

 

Edukasi

-  Anjurkan posisi

duduk,jika perlu

-  Ajarakan diet yg

diprogramkan

 

Kolaborasi

-  Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori yang

dibutuhkan pasien

-  Kolaborasi

pemberian medikasi

sebelum makan

1. Agar mengetahui porsi makan pasien

2.  Agar nafsu makan pasien kembali normal

3. Agar pemberian gizi sesuai kebtuhan tubuh

 

 

5.    Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Setelah penulis menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada subyek, penulis kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan. Adapun tindakan yang dilaksanakan sebagai berikut :

Tabel 4.5  Implementasi Dan Evaluasi

 

Tgl &

Waktu

DX

Implementasi

Evaluasi

Selasa

11/02/2020 pukul 08.30-10.00 WIB

1

1.   Mengidentifikasi penyebab hipertermi

2.   Memonitor suhu tubuh

3.   Memantau intake dan output pasien

4.   Memberikan asupan cairan yang adequat

5.   Melonggarkan pakaian pasien

6.   Memberikan kompres dengan air hangat di axila dan lipatan paha

7.   Kolaborasi pemberian cairan

Tanggal 11/02/2020 pukul 11.00 WIB

S :  Pasien mengatakan suhu 

       badannya masih merasa panas, kepala masih merasa pusing

 

O : 1. TTV :

           - Suhu : 38,8°C

           - TD    :  110/70mmhg

           - N       :  88x/menit

           - RR    :   20x/menit

       2. Turgor kulit kering

       3.  Mukosa bibir kering

       4.  Pasien tampak lemah

       5.  Pemantauan intake &   

            output (input 1.500 cc, 

            output 1.200 cc)

4.     Memberikan kompres air hangat pada dahi dan axila

5.     Pasien tampak banyak minum sehari 6-7gelas air putih

6.     Penatalaksanaan pemberian cairan intravena (infus RL 20tetes/menit

 

A : Masalah hipertermi

P : Intervensi tetap dilakukan :

1.     Monitor suhu, warna kulit dan TTV

2.     Pantau intake & output

3.     Berikan asupan cairan oral yang adequat

4.     Longgarkan pakaian

5.     Kompres dengan air hangat axila dan lipatan paha

6.     Kolaborasi pemberian terapi obat antipiretik dan antibiotik

 

11/02/2020

09.00 wib

2

1.Memberikan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri seperti : terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat.

2.Mengontrol lingkungan yg memperberat rasa nyeri seperti : suhu ruangan, cukup pencahayaan dan kebisingan

3.  Memfasilitasi istirahat yg cukup

4.Mempertimbangkan  jenis dan sumber nyeri dlm pemilihan strategi meredadakan nyeri

5.Kolaborasi pemberian obat analgesik

         Jam 11.30 WIB

S : Pasien mengatakan  masih

      ada  sedikit nyeri ulu  hati

O : Pasien terlihat memgang

      ulu hati, skala nyeri 4

A : Masalah nyeri belum  

      teratasi

P  : Intervensi dilanjutkan :

 1. Identifikasi lokasi nyeri

 2. Identifikasi skala nyeri  

 3. Identifikasi respon nyeri  

     non   verbal

 4. Identifikasi faktor yang  

     memperberat dan 

     memperingan  nyeri

 5. Identifikasi pengetahuan

     tentang nyeri

 6. Identifikasi pengaruh

     budaya terhadap nyeri

 7. Identifkasi pengaruh nyeri 

     pada kualitas hidup

 8. Monitor kebersihan

 9. Monitor efek samping

     penggunaan analgetik

11/02/2020

10.00 wib

 

 

 

3

1. Melakukan oral  

    hygiene sebelum  

    makan

2. Memfasilitasi menentukan pedoman diet

3. Menyajikan makanan secara menarik

4. Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5. Memberikan makanan tnggi kalori dan tinggi protein

6. Meberikan suplemen makanan

7. Menganjurkan posisi duduk jika mampu

8. Mengajarkan diet yg diprogramkan

9. Kolaborasi dgn ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yg dibutuhkan.

             Jam 13.30 WIB

S : Pasien mengatakan mual

      muntah lagi dan tidak

      nafsu makan

O :

 - Pasien terlihat lemah

 - BB sebelum masuk 48 kg

 - BB sesudah masuk 46 kg

 - Pasien hanya menghabiskan

    makanan ¼ porsi saja

A : Masalah risikodifisit nutrisi  

      belum teratasi

P  : Intervensi dilanjutkan :

1.  Identifikasi status nutris

2.  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3.   Identifikasi makanan yg disukai.

4.  Indentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi

5.   Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

6.   Monitor asupan makanan

7.   Monitor berat badan

8.   Mmonitor hasil lab

 

Rabu Tanggal 12/02/2020

Pukul 07.00 WIB

1

1.    Memonitor suhu tubuh

2.    Memantau intake dan output pasien

3.    Memberikan asupan cairan oral yang adequat

4.    Melonggarkan pakaian pasien

5.    Mengkompres dgn air hangat

6.    Berkolaborasi pemberian obat

7.    Mengedukasi :

-

Tanggal 12/02/2020

Pukul 10.00 WIB

 

S :Pasien mengatakan  suhu

     badannya sudah tidak panas, kepala sudah tidak lagi pusing

 

O :

1.     TTV :

o  Suhu : 37.5°C

o  TD   : 120/70mmhg

o  N      :  90x/menit

o  R       :   20x/menit

2.     Turgor kulit lembab

3.     Mukosa bibir lembab

4.     Pasien tampak lemah

5.     Pemantauan intake dan  

      output (intake 1.600 cc,   output 1.400 cc)

6.     Tampak pemberian kmpres air hangat pada dahi dan axila

7.     Pasien tampak minum banyak (sehari 7 gelas air putih)

8.     Penatalaksanaan pemberian cairan intravena (infus RL 20tetes/menit)

9.     Terapi :

-    Parasetamol tablet 3x500mg/hari

-    Ranitidin injeksi 25cc/12 jam

-    Ceftriaxone injeksi 1 gram/12 jam

A : Masalah hipertermi belum 

      teratasi

P  : Intervensi tetap dilakukan :

1.     Monitor suhu,warna kulit dan TTV

2.     Pantau intake dan output

3.     Berikan asupan cairan yang adequat

4.     Longgarkan pakaian pasien

5.     Kompres dengan air hangat axila dan lipatan paha

6.     Kolaborasi pemberian terapi antipiretik dan antibiotik

 

12/02/2020

Jam 08.00 WIB

2

1. Memberikan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri seperti : terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat.

2.Mengontrol lingkungan yg memperberat rasa nyeri seperti : suhu ruangan, cukup pencahayaan dan kebisingan

3.  Memfasilitasi istirahat yg cukup

4.Mempertimbangkan  jenis dan sumber nyeri dlm pemilihan strategi meredadakan nyeri

5.Kolaborasi pemberian obat analgesik

Tgl. 12/02/2020, jam 10.30 wib

S : Pasien mengatakan  masih

      ada sedikit nyeri ulu  hati

O : Pasien terlihat memgang

       ulu hatinya,  skala nyeri 5

A : Masalah nyeri teratasi

      sebagian

P  : Intervensi dilanjutkan

      1. Identifikasi lokasi nyeri

      2. Identifikasi skala nyeri  

      3. Identifikasi respon nyeri  

    non   verbal

      4. Identifikasi faktor yang  

      memperberat dan 

      memperingan  nyeri

      5. Identifikasi pengetahuan

      tentang nyeri

      6. Identifikasi pengaruh

          budaya terhadap nyeri

      7. Identifkasi pengaruh  

          nyeri 

          pada kualitas hidup

      8. Monitor kebersihan

      9. Monitor efek samping

                 penggunaan analgetik

12/02/2020

Jam 08.00 WIB

3

1. Melakukan oral hygiene sebelum makan

2. Memfasilitasi menentukan pedoman diet

3.Menyajikan makanan secara menarik

4.Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5. Memberikan makanan tnggi kalori dan tinggi protein

6. Meberikan suplemen makanan

7. Menganjurkan posisi duduk jika mampu

8. Mengajarkan diet yg diprogramkan

9. Kolaborasi dgn ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yg dibutuhkan.

       Jam 13.00 WIB

S : Pasien mengatakan kurang nafsu makan

O :

- Pasien masih mual

- BB sebelum masuk 48 kg

- BB sesudah masuk 46 kg

- Pasien hanya menghabiskan

    makanan ¼ porsi saja

A : Masalah resiko defisit

      nutrisi teratasi sebagian

P  : Intervensi dilanjutkan :

 

1.  Identifikasi status nutris

2.  Identifikasi alergi dan

     intoleransi makanan

3.  Identifikasi makanan yg disukai.

4.  Indentifikasi kebutuhan

      kalori dan jenis nutrisi

5.   Identifikasi perlunya

      penggunaan selang nasogastrik

6.   Monitor asupan makanan

7.   Monitor berat badan

8.   Mmonitor hasil lab

 

Kamis

13/02/2020

Jam 08.00

1

1.   Memonitor suhu tubuh

2.   Memantau intake dan output pasien

3.   Memberikan asupan cairan oral yang adequat

4.   Melonggarkan pakaian pasien

5.   Mengkompres dgn air hangat

6.   Berkolaborasi pemberian obat

Jam 11.30 WIB

S : Pasien mengatakan

      badannya sudah tidak terlalu   

      panas lagi

O : Pasien terlihat tenang dan

      berbaring nyaman, suhu

      tubuhnya 36,8°C

A : Masalah hipertermi teratasi

       sebagian

P  : Intervensi dilanjutkan :

1.       Monitor suhu, warna kulit dan TTV

2.       Pantau intake & output

3.       Berikan asupan cairan oral yang adequat

4.       Longgarkan pakaian

5.       Kompres dengan air hangat axila dan lipatan paha

6.       Kolaborasi pemberian terapi obat antipiretik dan antibiotik

 

 

13/02/2020

Jam 08.00

2

1. Memberikan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri seperti : terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat.

2.Mengontrol lingkungan yg memperberat rasa nyeri seperti : suhu ruangan, cukup pencahayaan dan kebisingan

3.  Memfasilitasi istirahat yg cukup

4.Mempertimbangkan  jenis dan sumber nyeri dlm pemilihan strategi meredadakan nyeri

5.Kolaborasi pemberian obat analgesik

Jam 12.30 WIB

S : Pasien mengatakan tidak 

      nyeri   ulu hati

O : Pasien terlihat santai

      Skala nyeri 6

A : Masalah nyeri teratasi

P  : Intervensi dihentikan

13/02/2020

Jam 08.00

3

1. Melakukan oral hygiene sebelum makan

2. Memfasilitasi menentukan pedoman diet

3.Menyajikan makanan secara menarik

4.Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5. Memberikan makanan tnggi kalori dan tinggi protein

6. Meberikan suplemen makanan

7. Menganjurkan posisi duduk jika mampu

8. Mengajarkan diet yg diprogramkan

9. Kolaborasi dgn ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yg dibutuhkan.

     Jam 13.30 WIB

S : Pasien megatakan kurang

      nafsu makan

O :

 - Pasien masih mual

 - Pasien hanya menghabiskan

    makanan ¼ porsi

A : Masalah resiko defisit nutris

       teratasi sebagian

P  : Intervensi dilanjutkan

1.  Identifikasi status

     nutris

2.  Identifikasi alergi dan

     intoleransi makanan

3.  Identifikasi makanan

     yg disukai.

4.  Indentifikasi kebutuhan

     kalori dan jenis nutrisi

5.   Identifikasi perlunya

      penggunaan selang nasogastrik

6.   Monitor asupan

      makanan

7.   Monitor berat badan

8.   Mmonitor hasil lab

 

Jumat

14/02/2020

Jam 08.30

1

1.    Memonitor suhu tubuh

2.    Memantau intake dan output pasien

3.    Memberikan asupan cairan oral yang adequat

4.    Melonggarkan pakaian pasien

5.    Mengkompres dgn air hangat

6.    Berkolaborasi pemberian obat antipiretik

     Jam 10.30 wib

S : Pasien mengatakan

      badannya

      sudah tidak panas lagi

O : Pasien terlihat tenang dan

      terbaring santai Suhu

     36,7°C

A : Masalah hipertermi teratasi  

      sebagian

P  : Intervensi dilanjutkan :

 

1.       Monitor suhu, warna kulit dan TTV

2.       Pantau intake & output

3.       Berikan asupan cairan oral yang adequat

4.       Longgarkan pakaian

5.       Kompres dengan air hangat axila dan lipatan paha

6.       Kolaborasi pemberian terapi obat antipiretik dan antibiotik

 

14/02/2020

Jam 08.30

3

1. Melakukan oral hygiene sebelum makan

2. Memfasilitasi menentukan pedoman diet

3.Menyajikan makanan secara menarik

4.Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5. Memberikan makanan tnggi kalori dan tinggi protein

6. Meberikan suplemen makanan

7. Menganjurkan posisi duduk jika mampu

8. Mengajarkan diet yg diprogramkan

9. Kolaborasi dgn ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yg dibutuhkan.

        Jam 12.00 WIB

S : Pasien mengatakan tidak mual dan muntah lagi dan nafsu makan sudah ada

O :

-  Pasien terlihat lahap,  

    menikmati makanan yang 

   disajikan

-  Pasien makan 1 porsi habis

A : Masalah resiko defisit nutrisi

      teratsi

P  : Intervensi dihentikan

 

B.   Pembahasan

1.         Gambaran Pengkajian.

Dalam melakukan pengkajian penulis mengumpulkan data dengan

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

Hasil pengkajain yang penulis lakukan pada Tn.M mengeluh suhu badannya terasa demam sejak 4 hari lalu demam naik dan turun pada malam hari, kepalanya pusing dan badannya lemas, disertai mual setiap kali makan.

Pada pemeriksaan fisik pada Tn.M di dapatkan pemeriksaan fisik dengan data objektif yang muncul tekanan darah: 100/70 mmHg, suhu: 38,8°C, kesadaran: composmentis E4-V5-M6, bibir nampak kering pecah-pecah, lidah kotor, akral panas, kulit teraba panas.

Menurut penulis di dapatkan data kilen suhu tubuh: 38,8°C,pasien mengalami peningkatan suhu, selanjutnya untuk tanda gejala bibir kering dan pecah-pecah dan peningkatan suhu yang abnormal . Menurut Aden (2010), menjelaskan bahwa saat pengkajian biasanya di dapatkan peningkatan suhu tubuh, karena masuknya kuman salmonella thyposa ke dalam tubuh. Biasanya nafsu makan pasien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus. Kemudian di jelaskan juga oleh Hartanto (2012), ketika sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasa sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare,. Tanda dan gejala tersebutsesuai dengan penelitian Novian Putri, (2016) yang menyatakan bahwa tanda dari demam tifoid pada minggu pertama : suhu meningkat setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Sifat demam yang remiten terjadi akibat siklus agen infeksius, bakteri, dan ritme aktivitas host.

2.         Gambaran Diagnosis Keperawatan

          Pemeriksaan diagnostik pada pemeriksaan laboratorium yaitu pada Tn.M eritrosit yang bernilai 4,0 jt sel/mm³, hemoglobin: 11,55 gr/dl, hematokrit : 35%. dan Kemudian pada pemeriksaan widal di dapatkan pada Tn.M yaitu widal O : 1/160 mg/dl, dan widal H : 1/80 mg/dl.

          Menurut Pujiarto (2011), pada pemeriksaan laboratorium, terdapat batas normal eritrosit 4,6 – 6,2 ; hemoglobin 13,5 – 18,0 ,hematokrit 40 – 54 dan widal sekitar 1/200. Pada pemeriksaan demam thypoid menunjukan peningkatan pada kadar eritrosit, hemoglobin, hematokrit serta peningkatan kadar widal pada pembuluh darah.

         Diagnosa kepertawatan pada Tn.M berdasarkan hasil pengkajian, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksan diagnostik yang di dapatkan menunjukan masalah yang dialami pasien adalah demam thypoid berhubungan dengan hipertermi.

         Menurut penulis pasien dengan riwayat thypoid dengan masalah hipertermia akan rentan membahayakan kondisi pasien karena dipengaruhi oleh kerusakan vaskular pembuluh darah sehingga terjadi penyumbatan pembuluh darah ke otak mengakibatkan vasokontraksi pembuluh darah. Hal ini di tandai dengan peningkatan suhu tubuh yang abnormal pada pasien.

         Diagnosa keperawatan ini di ambil dari batasan karakteristik yang muncul pada tanda gejala pasien. Menurut Laurent (1993) pohon masalah pada pasien dengan hipertermi yaitu penyebab utamanya dari bakteri salmonella thypi yang masuk kedalam saluran pencernaan, sehingga menjadi peradangan dan meningkatkan kadar suhu pada tubuh.

 

3.         Gambaran Rencana Tindakan Keperawatan

Intervensi keperwatan yang diberikan pada Tn.M adalah menurut   standar intervensi keperawatan Indonesia yaitu Manajemen Hipertermi. Pada Tn.M infus ringer laktat 1.000 cc/24 jam, injeksi Antarin 350mg/iv, injeksi Ranitidin 30 mg/iv, ondensatron 60 mg/iv.

         Menurut penulis intervensi keperawatan yang digunakan sesuai dengan keluhan dan tanda gejala yang dialami oleh pasien, namun pada intervensi terdapat tambahan intervensi untuk pemberian terapi tiap harinya, karena mengikuti kondisi pasien. Menurut Standar   

         Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI,2017) dengan masalah hipertermi menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia yaitu Manajemen Hipertermi :

a.        Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tbuh akibat disfungsi termoregulasi

b.        Observasi : Identifikasi penyebab hipertermi (dehidrasi,terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubatot), monitor suhu tubuh, monitor luaran urine, monitor komplikasi akibat hipertermi.

c.         Terapiutik : Sediakan lingkungan yang dingin, Longgarkan/lepaskan pakaian, Basahi dan kipasi permukaan tubuh, berikan cairan oral, ganti linen etiap hari, lakukan pendinginan ekstrim (kompres dingin pada dahi,lehr, dada,perut,axila), hindarai pemberian antipiretik/aspirin, berikan oksigen jika perlu.

d.        Edukasi : Anjurkan tirah baring

e.         Kolaborasi : Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika diperlukan

 

4.         Gambaran Implementasi Keperawatan

         Implementasai keperawatan pada pasien sudah susuai dengan apa yang ada pada intervensi keperawatan, untuk kolaborasi pemberian terapi pada pasien di berikan infus laktak 1000 cc/24 jam. Oral paracetamol 500mg, Injeksi antrain 350 mg, injeksi ranitididn 30 mg, ondencentron 60 mg, via IV.

         Menurut penulis implementasi yang dilakukan pada studi kusus pada pasien dengan masalah hipertermia sudah sesuai dengan intervensi, identifikasi penyebab hipertermia, monitor suhu tubuh, pantau intake dan output pasien, berikan asupan cairan oral yang adekaut, longgarkan pakaian pasien, komprs pasien dengan suhu air hangat 35°C di axial dan lipat paha, kilaborasai pemberian cairan. Pada implementasi intervensi yang berisi kolaborasi dengan tim medis, pasien diberikan infus riger laktat  1000 cc/24 jam, injeksi antrain 350 mg, injeksi ranitidin 30 mg, ondencentron 60 mg, dan injeksi perencanaan pemberian tersebut untuk mengobati penyakit thypoid.

         Menurut Maryuani (2010), implementsi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mendiri, saling ketergantungan/kilaborasi, dan tindakan rujukan/ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan dengan masalah hipertermi terdapat juga pengobatan untuk penderita thypoid sendiri selain untuk meneyembuhkan/mengobati penderita juga mencegah kematian dan mencegah kekambuhan. Salah satu tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi hipertermia adalah kompres hangat, tindakan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad, (2011) bahwa tindakan kompres hangat efektof dalam menurunkan demam pada pasien demam tifoid. Sodikin (2012) juga menjelaskan bahwa penggunan kompres air hangat dapat mencegah pesien mengigil sehingga pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh akibat mengigilnya otot. Hasil ini didukung oleh penelitian Nurwahyuni, (2009) cit Mohamad, (2011) yang menjelaskan bahwa terdapat mekanisme tubuh terhadap kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh yaitu dengan pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui susmsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peke terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengelurkan sinyal yang memeulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vaso motor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehungga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas melalui kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mancapai keadaan normal kembali.

         Tindakan keperawatan selanjutnya menganjurkan pasien memakai pakaian tipis sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Sodikin, (2012) yaitu menganjurkan memakai pakaian tipis bisa mengurangi penguapan dan membantu penyerapan keringat, karena ketika suhu tubuh tinggi maka tubuh akan merespon dengan mengelurkan keringat dan menguap, selain itu juga melindungi permukan tubuh terhadap lingkungan dengan sushu udara yang tinggi atau panas.

         Tindakan menganjurkan makan makanan lunak dan tingkatkan intake cairan bertujuan untuk memudahkan penyerapan dan mencegh perlukaan usus (Sodikin, 2011) juga mengatakan bahwa diit untuk demam tifoid akut adalah bubur saring, setelah demam turun diberi bubur kasar selama 2 hari, kemudian nasi tim dan nasi biasa (setelah bebas dari demam 7 hari).

         Tindakan menganjurkan meningkatkan intake cairan bertujuaan agar tidak terjadi dehidrasi pada pasien karena suhu tubuh yang meningkat mengakibatkan hilangnya cairan tubuh memalui pengupan dan keringat serta membntu menurunkan panas, hal ini disebabkan karena air minum merupakan unsur pendingin tubuh yang penting dalam lingkungan panas dan air sendiri diperlukan untuk mencegah dehidrasi akibat keringat (Sodikin, 2011).

         Tindakan kolaborasi dengan dokter dalam pemberin terapi otot, yaitu infus Asering 20 tpm merupakan pengobatan asidosis yang berhubungan dengan dehidrasi dan kehilangan ion alkali dari tubuh, dengan langsung mensupport cairan kedalam darah melalui selang infus. Setiap liter larutan infus Asering mengandung Ca++ 3 mEq, K+ 4 mEq, Na+ 130 mEq, CI+ 109 mEq, dan asetat mengandung 28 mEq (Iso, 2013).

         Pemberian obat Cefriakson 400 mg IV sesuai dengan teori yang disampaikan Sodikin, 2012 yaitu penatalaksanaan anak demam tifoid dengan Cefriakson (80 mg/ kg IM atau IV, sekali sehari, selama 5-7 hari), Cefriaxone dianggap sebagai obat yang paten dan efektif untuk pengobatan demam tifoid jangka pendek. Sifat yang menguntungkan dari obat ini adalah secara selektif dapat merusak struktur kuman dan tidak menggangu sel tubuh manusia, mempunyai spektrum luas, penetrasi jaringan cukup baik, dan resistensi kuman masih terbatas (Cita, 2011). Obat Ranitidin 15 mg IV diberikan untuk menangani gejala dan penyakit akibat produksi asam lambung yang berlebihan.

         Kelebihan asam lambung dapat membuat dinding lambung mengalam iritasi dan peradangan. Obat ini bekerja dengan menurunkan kadar asam berlebihan yang diproduksi oleh lambung sehingga rasa sakit dapat reda dan luka pada lambung perlahan-lahan akan sembuh. Selain mengobati, Ranitidin juga dapat digunakan untuk mencegah munculnya gejala-gejala gangguan pencernaan akibat konsumsi makanan tertentu (ISO, 2013).

 

5.         Gmbaran Evaluasi Kepawatan

         Evaluasi keperawatan pada pasien yang dilakukan selama 3 hari, pada hari pertama dan hari kedua menunjukan evaluasi yang belum memenuhu standar kriteria hasil karena keluhan dan tanda gejala yang di alami pasien teratasi sebagian dan amsih sama dengan saat pengkajin, yakin pasien mengalami peningkatan suhu, pada hari ketiga pasien mengalam perubahan evaluasi keperawatan yang menunjukan adanya penurunan keluhan pasien untuk suhu menurun dan keadaan umum pasien baik.

Menurut penelitian hari pertama pada pasien menunjukan hasil pasien masih mengeluh panas dengan hasil observasi suhu yang masih tinggi pada pasien 38,8°C. Hasil evaluasi ini di sebabkan oleh kondisi pasien sendiri. Sedangkan pada hari ketiga pasien menunjukan hasil yang sama setelah dilakukan beberapa tindakan untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh yang berlebih dengan observasi suhu.

Menurut Aden (2010), pada tahap ini perawat melalukan penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Adapun kriteria hasil yang harus dicapai untuk memperoleh evaluasi keperawatan yang maksimal untuk  pasien dengan masalah hipertermia adalah suhu tubuh pasien normal 36,5°C – 37,5°C, tidak mengalami penurunan kesadaran, observasi tanda-tanda vital normal.

                                                        

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A.           Kesimpulan

Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam laporan pembahasan pada asuhan keperawatan pasien mengalami thypoid dengan hipertermi di Puskesmas Bina Karya Utama Lampung Tengah, maka penulis mengambil kesimpulan :

1.        Pengkajian

Dari hasil pengkajian subyek mengeluh badannya terasa demam sejak 4 hari yang lalu, naik dan turun pada malam hari, kepala pusing badan lemas disertai mual setiap kali makan. Dari hasil pengukuran thermometer pada subyek didapatkan hasil diatas rentang normal (36,5°C) yaitu 38,8°C. Dari hasil pemeriksaan widal didapatkan O ; 1/160, H : 1/180 dan PB : 1/160

2.        Diagnosa keperawatan utama yang dapat ditegakkan kepada subyek dari hasil pengkajian dan teori yaitu Hipertermi berhubunagn dengan proses infeksi.

3.        Intervensi keperawatan kepada subyek menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, intervensi utama pada pantau intake dan output pasien, memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan pedoman penggantian cairan, berikan asupan cairan oral yang adequat, longgarkan pakaian pasien, kompres pasien dengan air hangat di axila dan lipatan paha dan kolaborasi pemberian cairan.

4.        Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari berturut – turut adalah sesuai dengan intervensi yang direncanakan sesuai Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI DPP PPNI), (2018).

5.        Evaluasi keperawatan pada pasien didapatkan pada hari pertama pasien mengeluh badannya panas (38,8°C), pada hari kedua pasien juga mengeluh suhu badannya berangsur menurun (38°C) dan tidak lemas lagi dan pada hari ketiga suhu tubuhnya berangsur turun (36,6). Dengan demikian intervensi dan implementasi yang telah dilakukan selama tiga hari didapatkan evaluasi dengan masalah hipertermi masih teratasi sebagian.

B.            Saran

1)        Bagi Institusi pendidikan

      Institusi pendidikan agar dapat memperbanyak literature berupa makalah, penugasan serta seminar dan kepustakaan tentang kredensial sehingga mahasiswa yang sudah lulus dari institusi pendidikan dapat memahami dan mengaplikasikan sistem kredensial ditempat kerja mereka masing - masing

2)        Bagi Institusi Pelayanan

      Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim tenaga kesehatan lain dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien agar dapat lebih maksimal khususnya pada pasien dengan Thypoid dengan masalah Hipetrermi.

      Dengan adanya pendidikan kesehatan yang di lakukan oleh penulis selama proses asuhan keperawatan, diharapkan keluarga pasien mandiri dalam mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.

3)   Bagi Penulis

      Penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit thypoid dengan baik, serta dapat memberikan saran yang dapat dipergunakan dalam perbaikan makalah ini

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Asmadi (2012). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

 

Bare & Smeltzer (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brrunner & Suddart (Alh Bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol. 3. Jakarta : EGC

 

Bulechek, M.G dkk. (2013). Nursing Intervensien Clasifikations (NIK), 6th Indonesia edition. Indonesia Mcomedia

 

Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penlitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

 

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, (2016) Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung 2015, Bandar Lampung.

 

Hidayat A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analis Data. Jakarta : Salemba Medika

 

Kozier, Barbara, (2009). Fundamental of Nursing, California : Copyright by. Addist Asley Publising Company.

 

Mohamad. F. (2012). Efektifitas Komres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorntalo.

 

Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Clasifikation (NOC), 5th Indonesia edition. Indonesia : Mocumedia.

 

NANDA International. (2005). Diagnosa Keperawatan Difinisi dan Klasifikasi 2009-20011. Dialih bahasakan oleh Made Sumarwati. Jakarta : EGC.

 

Nugroho, T. (2011) Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

 

Sodikin, M., 2012. Prinsip Perawatan Demam Pda Usia Dewasa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

 

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawtan Indonesia Definisi dan Indikator Dagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

 

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawtan Indonesia Definisi dan Indikator Dagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

 

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawtan Indonesia Definisi dan Indikator Dagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

 

World Health Organization. (2015). Thypoid Fever, Teradapat di http://www.who.int/topics/thypoid_fever/en

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Description: politeknik kesehatan tanjung karangASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN…………………………………………………………….. AKIBAT  PATOLOGI SISTEM ……………….. DENGAN DIAGNOSA MEDIS …………. DI RUANG……………. RS………………………

 

 

 

 

 

 

 

                                                               Nama     : ………………………..

NIM            :.......................................

 

 

 

 

 

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

2018

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

 

I. PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa    :  _____________

NIM                                               :  ______________                       Tgl Pengkajian           :  _____

Ruang rawat                               :  _____________                         No. Register               :  _____

A.   IDENTITAS KLIEN

1.     Nama                             :  _______________

2.     Umur                              :  ________ tahun

3.     Jenis kelamin              :  L   /   P   *

4.     Pendidikan                   :  ____________________

5.     Pekerjaan                     :  ____________________

6.     Tgl masuk RS               :  ____________________ Waktu : ………….. WIB

7.     Dx. Medis                     :  ____________________

8.     Alamat                           :  ____________________

B.   RIWAYAT KESEHATAN

Cara Masuk :  (  ) Melalui IGD       (  ) Melalui Poliklinik   (  ) Transfer ruangan __

Masuk ke Ruangan pada tanggal : _________________  Waktu : ___________ WIB

Diantar Oleh : (  ) sendiri     (  )Keluarga    (  ) Petugas Kesehatan    (  ) Lainnya __

Masuk dengan menggunakan :  (  ) Berjalan    (  ) Kursi Roda    (  ) Brankar    (  ) Kruk     (  ) Walker   (  ) Tripod       (  ) Lainnya, Jelaskan ___

Status Mental saat masuk :  (  ) Kesadaran : _____________

                                         (  ) GCS :  E______ M______ V______

Tanda Vital Saat Masuk :  TD _________mmHg   

Nadi __x/menit ( ) teratur   ( ) Tidak teratur   (  ) Lemah   (  ) Kuat   RR ____ x/menit ( ) teratur   ( ) Tidak teratur  

 

 

 

 

 

 

Nyeri :

Numeric Rating Scale

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

     0                   1             2                           3            4             5              6               7              8              9              10

No Pain                                                            Moderate                                                 Worst Possible      

Wong & Baker Faces Rating Scale

Status Lokalis :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Beri kode huruf utk menunjuk status lokalis disamping :

C – Contusion

L – Lacerations

R – Rashes

 S – Scars

*Parasite (scabies/lice)

D – Decubitus

T – Tattoo

B – Bruises

X – Body Piercing

P – Pain

O – Other____

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinea Pedis:

Ya

 

Tidak

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.     Keluhan utama saat pengkajian :  _______________________________

2.     Riwayat penyakit Sekarang :

      ________________________________________________________

      _______________________________________________________

      _______________________________________________________

      ________________________________________________________

      ________________________________________________________

3.     Riwayat Alergi (Obat, Makanan, dll) :______________________

4.     Bentuk reaksi alergi yg dialami : _____________________________

5.     Daftar obat/Herbal yang sering digunakan sebelum masuk RS :

NAMA OBAT/HERBAL

FREKUENSI

NAMA OBAT/HERBAL

FREKUENSI

__________________

______________

__________________

______________

__________________

______________

__________________

______________

__________________

______________

__________________

______________

 

6.      Apakah obat / herbal tersebut masih dikonsumsi hingga saat ini  ? 

(  ) Ya, Alasan : ____________________

(  )  Tidak, Alasan : ________________

7.      Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang: 

________________________________________________________

8.      Riwayat penyakit keluarga : _________________________________

9.   Buat genogram bila diperlukan yang berhubungan dengan genetik

 

 

 

C.   ANAMNESIS PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL

1.    Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan

v  Kondisi Kesehatan Umum Klien

(  ) Tampak Sehat     (  ) Tampak Sakit Ringan     (  ) Tampak sakit sedang     

(  ) Tampak Sakit Berat   

 

Catatan lain :

 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

v  Upaya menjaga/meningkatkan status kesehatan yg selama ini dilakukan

(  ) Olahraga :  teratur  / tidak teratur / tidak pernah. Jika olahraga, jenisnya :

(  ) Minum air putih : ………. L/hari   (  ) Kopi     (  ) teh      ( ) Soda     ( ) Minuman bersuplemen

Frekuensi konsumsi jenis minuman tsb : ……x/hr (  ) Makanan, diet tertentu :

(  ) Merokok, Jenis…. Jumlah ….btg/hari Merokok sejak usia…… thn, lama . thn

Jenis rokok : Keinginan berhenti merokok :  (  ) Ada     (  ) Tidak  ada

Upaya Berhenti merokok : (  ) Pernah    (  ) Belum pernah

Jika pernah : (  ) berhasil    

                       (  ) Tidak berhasil, kendala : …………

Jika mengalami tekanan/masalah, cara melampiaskan stress :  (  ) Marah-marah

               (  ) Merusak barang-barang

               (  ) Memukul, mencubit, menciderai, meninju

                     orang lain maupun diri sendiri.

               (  ) Menangis

               (  ) Memendam perasaan

               (  ) Mengatakannya secara baik-baik

 

 

 

 

 

Catatan lain :

 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

v  Upaya Perlindungan Kesehatan yang dilakukan klien

(  ) Melakukan medical chek up : (  ) rutin    (  ) Kadang2

Jenis Medical Chek Up yg dilakukan : ……………………………………

(  ) Kunjungan ke Faskes : (  ) rutin    (  ) Kadang2

Jenis Faskes yg dikunjungi : …………………………………………

(  ) Memiliki jaminan kesehatan/asuransi 

Jenis Jamkes yg dimiliki : ……………………………………………

 

Catatan lain :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

v Upaya pemeriksaan kesehatan mandiri

(  ) Pemeriksaan payudara sendiri

(  ) Pemeriksaan testis sendiri (khusus pria)

(  ) Pemeriksaan Tekanan Darah sendiri

(  ) Pemeriksaan Gula Darah mandiri

(  ) Pemeriksaan Kolesterol mandiri

(  ) Pemeriksaan Asam Urat mandiri

(  ) Pemeriksaan mandiri lainnya, sebutkan …………

Catatan lain :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

v  Riwayat Medis, hospitalisasi & Pembedahan

Pernahkah klien dirawat di RS sebelumnya ? ………………..

Jika pernah, kapan,………………… ….. Dirawat karena

Pernahkah klien menjalani operasi ?.........................

Jika pernah, kapan,……………… Dioperasi karena

   Catatan lain :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

v  Obat, Jamu, Herbal atau terapi lain yg dijalani sebelum masuk RS

Obat Yg sering dikonsumsi : ……… Jamu Yg sering dikonsumsi : …

Terapi lain yg dijalani : ………………  (Cth : Accupresure, bekam, akupuntur, dll)

Tujuan mengkonsumi obat, jamu, herbal atau terapi tersebut adalah …………………Apakah obat, jamu, herbal atau terapi tersebut masih dijalani hingga saat ini ? ……………, Alasannya : …

 Catatan lain :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

2.    Pola Metabolik – Nutrisi

v Kebiasaan Jumlah Makanan dan Kudapan

Makanan utama : (  ) Nasi Putih   (  ) Nasi Merah   (  ) Ubi & Olahannya 

(  ) Roti

Berapa banyak ? ………… (ukuran Rmh Tangga)

Konsumsi Sayur Mayur : (  ) Selalu     (  ) Kadang kadang    (  ) Sangat Jarang

Jenis Sayur Yg paling disukai : …………………………

Jenis Sayur yg dihindari/tidak disukai : ………………………

Olahan sayur yg sering :  (  ) rebus   (  ) masak santan  (  ) tumis    (  ) bakar    

 (  ) Goreng

Konsumsi Lauk : (  ) Selalu     (  ) Kadang kadang

Jenis lauk Yg paling disukai : …………………………………..

Jenis lauk Yg paling sering dikonsumsi : ……………………

Olahan lauk yg sering dikonsumsi :  (  ) rebus   (  ) masak santan  (  ) tumis   (  ) bakar  (  ) Goreng

Jenis lauk yg dihindari/tidak disukai : …………

Frekuensi makan makanan utama & pelengkapnya :  (  ) 1-2 x/hr    (   ) 3 x/hr    (  ) > 3 x/hr

Kudapan/Camilan : (  ) Selalu    (  ) Kadang kadang Rasa kudapan yg paling disukai : (  ) manis     (  ) asin Frekuensi makan kudapan dlm sehari : (   ) 1-2 x/hr    (  ) 3 x/hr    (  ) > 3 x/hr. Jenis kudapan/cemilan yg sering : (  ) Permen / coklat  (  ) kue/roti/donat    (  ) bakso/somay/mi & sejenisnya  (  ) kacang/krupuk/kripik/pilus dan sejenisnya   (  ) es krim/es campur/soda & minuman sejenisnya

 

v  Pola Makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir (Jika klien dirawat > 3 hari, maka lakukan pengkajian pola makan 3 hr terakhir)

(  ) 3 hari terakhir          (  ) 24 jam terakhir

Jenis diet : ………… (Lih. di catatan medis)

Bentuk makanan yg diberikan : (  ) padat   (  ) Bubur biasa (  ) Bubur saring   

(  ) Cair

Cara Pemberian :  (   ) Oral      (  ) Sonde    (  ) Parenteral

Frekuensi pemberian : …….x/hari           Kudapan/camilan : …….x / hari

Kemampuan makan :  (  ) mandiri     (   ) bantuan   (  ) tergantung total

Porsi yg dihabiskan dari makanan yg disediakan :

(  ) satu porsi habis setiap kali makan            (  ) ½ - ¾ porsi                (  ) < ½ porsi

Alasan tidak menghabiskan makan : ……

Makanan lain diluar diet yg dikonsumsi : ……..

  Catatan lain :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

v  Masalah yg berhubungan dengan pola konsumsi makanan

 

(  ) Gangguan menelan     (  ) Gangguan mengunyah    (  ) Gangguan mengecap  (  ) Mual    (  ) Muntah      (  ) Nyeri gigi/caries      (  ) Terpasang peralatan medis   (  ) Penurunan kesadaran 

(  ) Anoreksia / tidak nafsu mkn  (  ) Gangguan penciuman/tidak dpt mencium aroma makanan (  ) Perasaan tidak nyaman di abdomen; yaitu ……………….

(  ) Tidak ada keinginan untuk makan yg berhubungan dg masalah psikologis (marah, depresi,   sedih, putus asa)

   Catatan lain :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

v  Energi Metabolik

(  ) merasa lemah                    (  ) merasa tenaga menurun                 (  ) mudah lelah  

(  ) tidak mampu melakukan aktifitas           (  ) tidak ada tenaga

 

  Catatan lain :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

v  Persepsi klien tentang BB nya (Hanya untuk klien dg kesadaran penuh)

 (  ) Merasa BB normal         (  ) Merasa BB Lebih    (  ) Merasa sangat gemuk   (  ) Merasa kurus

 

   Catatan lain :

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

3.    POLA ELIMINASI

v Eliminasi buang air kecil (b.a.k)

(  ) Tidak di kateterisasi urine (jika pasien di kateter maka pertanyaan langsung ke bagian

      dilakukan kateterisasi urine)

(  ) Frekuensi b.a.k dalam 24 jam : …. x/hr   (  ) Penggunaan bedpan / urinal diatas TT

(  ) Ke toilet : ( ) mandiri   (  ) dengan bantuan

Apakah klien diinstruksikan untuk tampung urine 24 jam

(   ) Ya, untuk keperluan ……………

(   ) Tidak, karena ………………………

Warna urine : (  ) kuning jernih    (  ) Keruh   (  ) berbusa   (  ) Merah terang    (   ) Merah pekat    (  ) bekuan darah

Bau urine : (  ) normal    (  ) busuk     (  ) anyir

Masalah dalam pengeluaran urine : (  ) Nyeri  ( ) Aliran tersendat   ( ) enuresis    (  ) Incontinensia  

(  ) retensi parsial/total  (  ) urine menetes  (  ) mengedan  (  ) keluar pasir-pasir

(  ) Dilakukan kateterisasi urine, jenisnya … Lama kateter terpasang : ….hari

Kebersihan kateter : (  ) bersih       (  ) tampak kotor

Keluhan klien terhadap kateter terpasang : (  ) nyeri   (  ) panas     (  ) perih   

  (  ) tidak nyaman

Aliran urine dlm selang kateter : (  ) lancar  (  ) tersendat

Warna urine dalam urine bag/selang kateter : (  ) kuning jernih   (  ) kuning pekat    (  ) keruh

(  ) berkabut/granulasi  ( ) merah terang   ( ) merah pekat

Volume urine bag dalam 3 jam terakhir : ………………ml

Volume urine bag dalam 6 jam terakhir : ………………ml

Volume urine bag dalam 8 jam terakhir : ………………ml

Volume urine bag dalam 24 jam terakhir : …………… ml

Volume cairan irigasi (jika dilakukan irigasi blas) dalam 24 jam terakhir : ..ml.

Tetesan irigasi : …….. tts/menit

 

4.      POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

v Aktifitas sehari-hari

Pekerjaan : ……………………………………

Kegiatan Sosial/kemasyarakatan : …………………

Masalah kesehatan anggota gerak :

(  ) kelemahan ekstremitas……………

(  ) kekakuan ekstremitas………………

(  ) kontraktur area…………………………

Kemampuan melakukan perawatan diri (mandi, berpakaian, berhias, makan, toilet) :

(  ) mandiri   (  ) bantuan sebagian         (  ) bantuan penuh

Penggunaan alat bantu gerak : (  ) kruk     (  ) walker    (  ) tripod       (  ) tongkat    

 

   Catatan lain :

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

5.    POLA ISTIRAHAT – TIDUR

v Kebiasaan tidur

Kebiasaan tidur sehari-hari : (  ) 6 – 8 jam/hari      (  ) < 6 – 8 jam/hari       (  ) > 6 – 8 jam/hari.

Tingkat kesegaran setelah bangun tidur :  (  ) segar     (  ) tidak segar.

Kebiasaan tidur saat ini : (  ) 6 – 8 jam/hari     (  ) < 6 – 8 jam/hari       (  ) > 6 – 8 jam/hari.

Masalah gangguan tidur : (  ) mimpi buruk   (  ) pikiran tidak tenang   (  ) nyeri      

(  ) lingkungan bising/berisik   (  ) pencahayaan ruangan    (  ) suhu ruangan tdk nyaman (  ) pengunjung/pembezuk banyak  

Penggunaan alat/zat bantu tidur :  (  ) musik relaksasi  (  ) hypnoterapi   

(  ) obat-obatan, jenisnya……………..

 

  Catatan lain :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

6.    POLA PERSEPSI KOGNITIF

v Gambaran tentang indera khusus

(  ) penurunan tajam penglihatan    (  ) kacamata bantu    (  ) penurunan tajam pendengaran  (  ) alat bantu dengar     (  ) penurunan tajam penciuman  

(  ) rasa baal indera perabaan (telapak tangan, telapak kaki) :   kiri  /  kanan

(  ) rasa kebas, kesemutan area……………………………

(  ) rasa nyeri, karakteristik …………………………………………

 

v Kognitif

Tingkat pendidikan terakhir……………………………………………

Kemampuan mengambil keputusan :  (  ) mampu   (   ) ragu-ragu      (  ) tidak mampu mengambil keputusan  (   ) buta aksara   (  ) buta angka

Kemampuan mengingat :       Jangka pendek : (  ) mampu      (  ) Tidak mampu,  

Jangka Panjang :  (  ) mampu    (  ) tidak mampu

Catatan lain :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

7.        POLA KONSEPSI DIRI – PERSEPSI DIRI

v Keadaan sosial

v  Pekerjaan : ………………………………

v  Situasi keluarga : (  ) baik         (  ) bercerai          (  ) …………….

v  Keanggotaan kelompok sosial : ……………………………………

v  Identitas personal (penjelasan ttg kekuatan & kelemahan diri sendiri :…

v  Keadaan fisik yg disukai & tidak disukai : ……………….……

v  Harga diri (perasaan klien thd dirinya sendiri…………………………

Catatan lain :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

8.        POLA HUBUNGAN PERAN

v  Gambaran Tentang Peran

v Peran klien dalam keluarga : ………………………………………

v Peran klien dalam masyarakat : ……………………………………

v Peran klien dalam pekerjaan : …………………………………………

v Kepuasan terhadap peran :  (  ) puas    (  ) tidak puas

v  Perubahan peran : (  ) tidak     (   ) ya, yaitu……………………………

Jika ya, apakah perubahan peran tersebut dirasakan membuat klien merasa tidak nyaman ? (   )  Tidak

(   ) Ya, uraikan……………………………

v  Pola hubungan

v  Hubungan dengan keluarga : (  ) baik     (  ) masalah, ……

v  Hubungan dengan masyarakat : (  ) baik     (  ) masalah, ……

v  Hubungan dengan pekerjaan : (  ) baik     (  ) masalah, ………………

v  Hubungan dengan petugas kesehatan (perawat, dokter, dll) :

(  ) baik    

(  ) masalah, ……………………………….

Catatan lain :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

9.    POLA REPRODUKTIF – SEKSUALITAS

v Reproduksi & Seksualitas

v  Apakah klien saat ini mengalami : (  ) Menopause   (   ) amenorrhea     (   ) dishmenorhea   (   ) impotensi    (   ) penurunan libido   (   ) Nyeri

v  Apakah klien saat ini menggunakan kontrasepsi : ( ) tidak     ( ) Ya, jika ya, jenis kontrasepsi …… dan telah digunakan selama …………. Bln  /  tahun. 

v  Apakah klien mengalami masalah terkait dengan fungsi reproduksi ?  (  ) Tidak       (   ) Ya, jika ya, jelaskan ……

v  Apakah klien mengalami masalah terkait dengan fungsi seksual ?  (  ) Tidak        (   ) Ya, jika ya, jelaskan …………

Catatan lain :

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

10.    POLA TOLERANSI TERHADAP STRESS – KOPING

v  Toleransi terhadap stress – koping

v  Adakah kejadian yang pernah dialami oleh klien hingga saat ini yang sangat menimbulkan stress ?  (  ) tidak ada (   ) ada, yaitu………………

v  Apakah klien belakangan ini merasakan perasaan :  (    ) Kecemasan       (   ) Takut      (   ) Sedih      (   ) Bingung    (    ) Kehilangan harapan / putus asa    (   ) tertekan

v  Apakah strategi yang biasanya digunakan oleh klien untuk menghilangkan perasaan diatas ? uraikan…………………………………

v  Apakah strategi tersebut dirasakan efektif oleh klien ?  (   ) selalu efektif     (   ) tidak selalu efektif    (   ) tidak efektif

v  Apakah klien mengetahui beberapa teknik relaksasi / menenangkan diri / meredakan stress ?  (   ) Tidak     (  ) mengetahui, yaitu ………

v  Jika mengetahui, apakah klien pernah menggunakannya ?  (    ) ya       

(   ) tidak, karena…………………………

v  Apakah saat ini klien tampak : (  ) tegang    (  ) murung / sedih   (   ) gelisah    (   ) menyendiri     (   ) tatapan kosong  (   ) banyak bertanya

 

11.    POLA KEYAKINAN – NILAI

v  Latar belakang budaya / etnik : …………………………………

v  Apakah tujuan hidup menurut klien :

 

………………………………………………………………………………………

v  Keyakinan klien yang berkaitan dengan masalah kesehatan saat ini :

 

……………………………………………………………………………….…………………

v  Keyakinan keluarga yang berkaitan dengan masalah kesehatan saat ini :

 

……………………………………………………………………………….……………………

v  Apakah menurut klien pendekatan keyakinan / budaya / agama penting dalam penyelesaian masalah kesehatan saat ini : (   ) tidak     (   ) Ya, Penting

v  Apakah selama di RS klien mengalami kesulitan dalam menjalankan ritual keyakinan/budaya atau agamanya ?  (   ) tidak   (   ) Ya, jelaskan ………………………………………

 

D.       PEMERIKSAAN FISIK

TANDA – TANDA VITAL :  TD : ………………..mmHg, Nadi : …………….x/menit  (  ) kuat   (  ) lemah (  ) Teratur  (  ) Tidak teratur     RR : …….. x/mnt   (  ) teratur   (  ) tidak Teratur. Irama nafas : (  ) normal    (  ) Cheyne Stokes   (  ) Biot     (  ) Kussmaul     (  ) Hyperventilasi      (  ) Apneustik

STATUS MENTAL : (  ) composmentis   (  ) Delirium    (  ) Somnolen (  ) Stupor      (   ) Koma

1.      Kepala :          ___________________________

2.      Leher :            _________________________________

3.      Thorax  ( Jantung & Paru):

a.       Inspeksi  :  __________________________

b.      Palpasi   :   _________________________

c.       Perkusi  :   __________________________

d.      Auskultasi : __________________________

4.      Abdomen

a.        Inspeksi  :    _______________________

b.        Auskultasi : _________________________

c.         Palpasi   :    __________________________

d.        Perkusi  :    ____________________________

 

5.      Punggung & Tulang Belakang : ________

6.      Genetalia & Rektum : ___________________

 

7.      Ekstremitas Atas & Bawah : ______________

8.      Kekuatan otot :

 

 


9.      Pemeriksaan Khusus :

a.      Neurologi

Sensorik : ______

Motorik : _______

Reflek Fisiologis : Bicep : kanan_____ kiri _____   Tricep : kanan_____ kiri _____  

   Tendo Achiles : kanan_____ kiri _____    Abdomen : _

Reflek Patologis dan rangsang meningeal :

Babinsky : kanan_____ kiri _____   Brudzinsky I : ________

Brudzinsky II : _______   Chadok : ______  Hoffman Turner

Laseque : _______   Kaku  Kuduk : _______sss

                  12 Syaraf Kranial :

                              Nervus I :_________________________

                              Nervus III :________________________

                              Nervus IV :_________________________

                              Nervus V :_________________________

                              Nervus VI :_________________________

                              Nervus VII :________________________

                              Nervus VIII :_________________________

                              Nervus IX:_________________________

                              Nervus X :_________________________

                              Nervus XI :__________________________

                              Nervus XII :____________________________

10.  Kaki Diabetes (Khusus untuk pasien dengan DM)

-          Ankle Brakhial Indeks (ABI) : Kanan_________    Kiri _____________

-          Monofilamen : Kanan______________________

        Kiri ________________________

-          Ulkus DM : Lokasi _________________________

  Gambar :

      P : Peripheral _________________________

      E : Extend or Size : _________________________

      D : Depth or Tissue Loss : ______________________

      I  : Infection and Sensation : _____________________

      S : Severe :____________________________________

 

E.        PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

(Laboratorium, Radiologi, USG, CT Scan, MRI, Kultur, dll bila diperlukan buat dalam bentuk daftar / table hasil pemeriksaan yg menunjukkan perkembangan hasil pemeriksaan)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

FORMAT ANALISIS DATA

Nama Klien              : ……………………………..

Dx. Medis                : ……………………………..

Ruang                     : ……………………………..

No. MR                            : ……………………………..

NO

TANGGAL

JAM

DATA

MASALAH KEPERAWATAN

ETIOLOGI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DS :

 

 

 

 

 

DO :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DS :

 

 

 

 

 

DO :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\i ketut\IMG_20200804_0011.jpgDescription: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\i ketut\IMG_20200804_0012.jpg

 

 

 

Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\i ketut\IMG_20200804_0013.jpgDescription: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\i ketut\IMG_20200804_0014.jpg

Komentar

Postingan Populer