TEKNIK PEMBUATAN GIGI TIRUAN FLEXI PADA KEHILANGAN GIGI KLASIFIKASI KENNEDY KELAS III MODIFIKASI II RAHANG ATAS DAN BAWAH (LAPORAN KASUS)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan
1. Pengertian Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan
Gigi tiruan sebagian lepasan adalah suatu alat yang
berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan
utama adalah jaringan lunak dibawah plat dasar serta dukungan tambahan dari
gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi penyangga.
(Applegate, 1960). Gigi tiruan sebagaian lepasan flexi merupakan gigi
tiruan dengan basis yang biocompatible, yaitu nilon termoplastik
memiliki sifat fisik yang bebas monomer sehingga tidak menimbulkan reaksi
alergi, serta tanpa adanya unsur logam yang dapat mempengaruhi estetika.
(Takhral, 2012).
2. Fungsi Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan
Untuk menghindari dampak yang tidak diinginkan akibat
hilangnya gigi tanpa ada pengganti maka dibuat suatu alat tiruan sebagai
pengganti gigi yang sudah hilang. Fungsi gigi tiruan sebagian lepasan adalah
untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, fonetik, estetik, bicara, dan
pencegahan migrasi gigi. (Gunadi, dkk, 1991).
a. Mengembalikan fungsi
pengunyahan
Pola pengunyahan penderita yang telah kehilangan sebagian
gigi biasanya mengalami perubahan. Jika kehilangan gigi terjadi pada kedua
rahang terutama pada sisi yang sama, maka pengunyahan akan dilakukan semaksimal
mungkin oleh gigi asli pada sisi lainnya. Dalam keadaan seperti ini tekanan
kunyah akan berada pada satu sisi atau satu bagian saja. Setelah pasien memakai
gigi tiruan, diharapkan pasien merasakan perubahan dalam hal pengunyahan
sehingga berhasil mempertahankan atau meningkatkan efisiensi pengunyahan.
b. Pemulihan fungsi
estetik
Seseorang yang kehilangan gigi anterior biasanya akan
memperlihatkan wajah dengan bibir masuk kedalam sehingga terlihat depresi pada
dasar hidung dan dagu. Selain itu timbul garis yang berjalan dari lateral sudut
bibir, sehingga menyebabkan pasien terlihat lebih tua dari usia sebenarnya.
Untuk itu diperlukan gigi tiruan untuk memulihkan estetik tersebut.
c. Meningkatkan fungsi
bicara
Seseorang yang kehilangan gigi anterior akan mengalami
kesulitan untuk berbicara atau melafalkan huruf seperti huruf C, D, F, S, T, V, dan Z. Gigi tiruan dapat
membantu dalam memulihkan kemampuan berbicara, sehingga mampu kembali
mengucapkan kata-kata dan melafalkan huruf dengan jelas. (Gunadi, dkk, 1991).
3. Retensi,
Stabilisasi, dan Dukungan pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
a. Retensi
Retensi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk melawan
gaya-gaya pemindah keluar oklusal pada saat bicara, mastikasi, tertawa,
menelan, batuk, bersin, makanan lengket, ataupun gravitasi. (Gunadi, dkk,
1991). Retensi pada gigi tiruan sebagian lepasan didapat dari basis (Gunadi,
dkk, 1991), direct retainer, dan indirect retainer. (Gunadi, dkk,
1995).
b. Stabilasisi
Stabilisasi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk
bertahan pada tempatnya sewaktu gigi tiruan mendapat tekanan atau pengaruh
fungsional. (Devlin, 2002). Dalam hal ini semua bagian cengkram berperan,
kecuali dibagian terminal (ujung) lengan retentif, cengkram sirkumferensial
memberikan stabilisasi lebih baik karena mempunyai sepasang bahu yang kuat dan
lengan retentif yang lebih fleksibel. (Gunadi, dkk, 1991).
c. Dukungan
Dukungan merupakan jaringan mulut yang bisa menahan dan
menyangga gaya oklusal yang diterima gigi tiruan. Pada pembuatan gigi tiruan
lepasan dukungan diperlukan agar gigi tiruan berfungsi dengan baik dan tidak
menyebabkan rusaknya jaringan keras dan lunak dalam mulut. Dukungan pada gigi
tiruan sebagian lepasan didapatkan dari rest dan basis. (Gunadi, dkk,
1991).
Dukungan dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Gigi Tiruan Dukungan
Gigi
Gigi tiruan dukungan gigi / tooth borne partial
denture / tooth supported partial denture adalah gigi tiruan yang seluruh
dukungannya diperoleh dari gigi. Contohnya adalah gigi tiruan jembatan lepasan (removable
bridge). (Gunadi, dkk, 1991).
2) Gigi Tiruan Dukungan
Jaringan
Gigi tiruan dukungan jaringan / tissue borne partial
denture adalah gigi tiruan yang seluruh dukungannya diperoleh dari jaringan
yang ada dibawahnya. Contohnya flexi denture. (Gunadi, dkk, 1991).
3. Gigi Tiruan Dukungan
Kombinasi
Gigi tiruan dukungan kombinasi / tooth tissue borne
partial denture adalah gigi tiruan yang dukungannya didapatkan dari gigi
dan jaringan. Contohnya frame denture. (Gunadi, dkk, 1991).
B. Tahap Penentuan Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Rencana dalam pembuatan
desain merupakan salah satu tahap penting dan merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi tiruan. Tak kurang pentingnya,
sebuah desain yang benar dapat mencegah terjadinya kerusakan jaringan dalam
mulut, akibat kesalahan yang tidak seharusnya terjadi dan yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Pembuatan desain gigi tiruan dikenal empat tahap yaitu :
(Gunadi, dkk, 1995).
1.
Tahap I Menentukan Kelas dari Daerah tak
Bergigi
Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi.
Daerah tak bergigi dalam suatu lengkung gigi dapat bervariasi, dalam hal
panjang, macam jumlah, dan letaknya. Semua ini akan mempengaruhi rencana
pembuatan desain gigi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor maupun
dukungannya. Klasifikasi kelas pada gigi tiruan sebagian lepasan pertama kali
dikenalkan oleh Dr. Edward Kennedy pada tahun 1925. Kennedy membagi klasifikasi
menjadi empat kelas sebagai berikut :
a. Kelas I
Merupakan keadaan kehilangan gigi free end
pada kedua sisi (bilateral).
Gambar 2.1
Kelas 1 (Gunadi, dkk, 1995)
b. Kelas II
Merupakan keadaan kehilangan gigi free end
pada satu sisi (unilateral).
Gambar 2.2
Kelas II (Gunadi, dkk, 1995)
c. Kelas III
Merupakan keadaan kehilangan gigi yang masih
ada gigi asli di anterior maupun posterior.
Gambar 2.3
Kelas III (Gunadi, dkk, 1995)
d. Kelas IV
Merupakan keadaan kehilangan gigi yang
melewati midline (garis tengah).
Gambar 2.4
Kelas IV (Gunadi, dkk, 1995)
Daerah tak bergigi lainnya selain yang sudah ditetapkan dalam
klasifikasi, masuk kedalam modifikasi dilihat dari jumlah ruangan tak bergigi
dan disesuaikan dengan jumlah ruangan yang ada. Luas modifikasi atau jumlah
gigi yang hilang tidak dipersoalkan, yang dipersoalkan adalah jumlah tambahan
daerah (ruang) tak bergigi. (Gunadi, dkk, 1991).
2.
Tahap II Menentukan Macam Dukungan dari Setiap
Sadel
Bentuk
daerah tak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup (paradental) dan
daerah berujung bebas (free end). Ada dua dukungan untuk saddle
paradental, yaitu dukungan dari gigi dan mukosa.
3.
Tahap III Menentukan Jenis Penahan
Ada dua macam
penahan (retainer) untuk gigi tiruan yaitu :
a. Penahan langsung (direct
retainer), yang diperlukan untuk setiap gigi tiruan.
b. Penahan tak langsung
(indirect retainer), yang tidak selalu dibutuhkan untuk setiap gigi
tiruan.
Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan untuk dapat menentukan penahan mana yang akan diterapkan, antara
lain :
a. Dukungan dari
sadel
Hal ini berkaitan dengan
indikasi dari macam cengkram yang akan dipakai dan gigi penyangga yang ada atau
diperlukan.
b. Stabilisasi dari
gigi tiruan
Ini berhubungan
dengan macam jumlah dan macam gigi pendukung yang ada dan yang akan dipakai.
c. Estetika
Ini berhubungan
dengan bentuk atau tipe cengkram serta lokasi dari gigi penyangga.
4.
Tahap IV Menentukan Jenis Konektor
Untuk protesa resin, konektor yang dipakai biasanya berbentuk plat.
Jenis-jenis konektor pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik
yaitu :
a. Konektor berbentuk full
plate
Indikasi
pemakaiannya untuk kasus kelas I dan
kelas II Kennedy.
b. Konektor berbentuk
seperti horse shoe (tapal kuda)
Indikasi
pemakaiannya untuk gigi rahang atas dan rahang bawah, yang kehilangan satu atau
lebih gigi pada anterior dan posterior atas yang luas. (Gunadi, dkk, 1995).
C. Klasifikasi Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan Berdasarkan Basis
Basis gigi tiruan lepasan adalah bagian protesa yang
berhadap dengan jaringan lunak dibawahnya berfungsi untuk memperbaiki kontur jaringan
sebagai tempat bagi elemen gigi tiruan, dan menerima dukungan dari gigi
pendukung atau jaringan sisa tulang aveolar. (Gunadi, dkk, 1995).
Bahan yang digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan
sebagian lepasan dapat berasal dari bahan akrilik, nilon termoplastik, dan
logam.
1.
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik
Merupakan alat gigi tiruan yang menggantikan satu atau
sebagian dari gigi yang hilang, mendapat dukungan dari jaringan dibawahnya dan
sebagian gigi asli yang tertinggal sebagai pegangan dan dapat dilepas pasang
oleh pasien. (Jenkins, 1999).
a. Kelebihan basis gigi
tiruan resin akrilik
1) Biokompatibilitas
2) Stabilisasi warna
baik sehingga lebih estetis
3) Mudah dipoles dan
dapat diperbaiki
4) Proses pembuatan
mudah dan hanya memerlukan alat sederhana.
b. Kekurangan bahan
basis gigi tiruan resin akrilik
1) Konduktivitas termal
yang rendah
2) Kekuatan impak dan
kekuatan transversal yang rendah
3) Ketahanan terhadap
abrasi yang rendah.
c. Indikasi bahan basis
gigi tiruan resin akrilik
1) Sebagai alat untuk
menyelesaikan masalah estetik dan fonetik
2) Sebagai alat
sementara selama perawatan pendahuluan untuk mengadakan perbaikan secara
orthodontic
3) Karena alasan
keuangan pasien
4) Resin merupakna
bahan terpilih (material of choice).
2.
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam
Gigi tiruan kerangka logam (frame) lebih ideal
dibandingkan gigi tiruan akrilik, karena dapat dibuat lebih sempit, lebih
tipis, lebih kaku, dan lebih kuat sehingga dapat dibuat desain yang ideal.
(Geramy, 2010).
a. Kelebihan basis gigi
tiruan kerangka logam
1) Tahan karat (stainless
steel)
2) Nyaman dipakai
pasien karena dapat dibuat tipis
3) Gaya yang timbul
akibat pengunyahan dapat disalurkan lebih baik
4) Sulkus ginggiva
lebih sehat (tidak tertutup / teriritasi landasan)
b. Kekurangan basis
gigi tiruan kerangka logam
1) Kurang estetik jika
logam terlihat
2) Biaya pembuatan
mahal
c. Indikasi basis gigi
tiruan kerangka logam
1) Penderita yang hipersensitif
terhadap resin
2) Penderita dengan
daya kunyah abnormal
3) Ruang
intermaksilar kecil
4) Kasus basis dukungan
gigi dengan desain unilateral.
3.
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Flexi
Resin nilon merupakan nama suatu polimer termoplastik dan
tergolong dalam kelas poliamida. Material tersebut merupakan hasil reaksi
kondensasi antara heksa metil diamina (2NH2) dengan asam dikarboksilat (2COOH).
Teknik manipulasinya adalah dengan cara injection moulding, yaitu
melelehkannya kemudian menginjeksikan kedalam rongga cetak dengan bentuk yang
diinginkan. (Hamanaka, dkk, 2011).
a. Kelebihan basis gigi
tiruan flexi
1) Kekuatan fisik yang
tinggi
2) Resisten terhadap
suhu dan bahan kimia
3) Sifatnya yang plastis.
b. Kekurangan basis
gigi tiruan flexi
1) Cenderung menyerap
air
2) Berubah warna
3) Sulit direparasi.
c. Indikasi basis gigi
tiruan flexi
1) Paisen yang alergi
terhadap akrilik
2) Pasien yang hipersensitif
terhadap metal
3) Pasien yang tidak
bisa dibuatkan bridge tetapi memprioritaskan penampilan atau estetik.
d. Kontra indikasi
basis gigi tiruan flexi
1) Pada gigi yang
mengalai kelainan jaringan periodontal (goyang)
2) Pasien dengan oral
hygiene yang buruk.
e. Komponen gigi tiruan
flexi
1) Basis gigi tiruan
Basis gigi tiruan adalah bagian gigi tiruan yang
bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, terutama pada bagian yang mengalami
kehilangan gigi dan bagian dimana gigi tiruan tersebut dilekatkan. Basis gigi
tiruan memiliki fungsi mendukung elemen gigi tiruan serta menyalurkan tekanan
oklusi ke jaringan pendukung gigi penyangga dan menjadi stabilisasi dari gigi
tiruan.
2) Elemen gigi tiruan
Elemen gigi tiruan adalah bagian gigi tiruan sebagian
lepasan yang berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Seleksi ukuran dan
bentuk sering menjadi sulit karena ruangan yang tersedia sudah tidak sesuai
lagi akibat migrasi atau rotasi gigi tetangga. Pada seleksi elemen ada
faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu ukuran, bentuk, warna, dan bahan
elemen gigi.
3) Cengkram
Macam-macam desain cengkram yang digunakan
adalah :
a. Cengkram Utama (Main
Clasp)
Cengkram utama atau main clasp adalah jenis yang
paling umum digunakan dalam pembuatan gigi tiruan flexi. Cengkram ini
seperti cengkram C terletak dibawah kontur terbesar menutupi ±2 mm gigi
penyangga yang bertumpu pada permukaan jaringan gusi agar dapat menahan gigi
tiruan flexi pada tempatnya.
Gambar 2.5
Cengkram
Utama (Main Clasp) (Kaplan, 2008)
b. Cengkram Continuous
Circumferential
Cengkram continuous circumferential merupakan
cengkram yang melibatkan lebih dari satu gigi yang masih ada.
Gambar 2.6
Cengkram Continuous
Circumferential (Kaplan, 2008)
c. Cengkram Kombinasi
Cengkram kombinasi merupakan kombinasi dari circumferential
clasp dan main clasp. Cengkram kombinasi komponennya melalui occlusal
table dan bertindak sebagai rest-seat. Cengkram kombinasi memberikan
stabilisasi dan kekuatan dengan cara menghubungkan komponen palatal atau lingual
ke bukal.
Gambar 2.7
Cengkram Kombinasi (Kaplan, 2008)
d. Cengkram
Circumferential
Cengkram circumferential digunakan pada gigi yang
berdiri sendiri karena gigi-gigi sebelahnya sudah hilang sehingga cengkram ini
digunakan sebagai retensi agar gigi tiruan tidak mudah lepas.
Gambar 2.8
Cengkram
Circumferential (Kaplan, 2008)
f. Desain gigi tiruan flexi
Wuragian mengelompokkan desain gigi tiruan flexi menjadi
tiga jenis yaitu : (Wuragian, 2010).
1)
Gigi Tiruan Flexi Bilateral
Gigi tiruan flexi bilateral didesain untuk
kehilangan gigi pada dua sisi rahang (bilateral).
Gambar 2.9
Gigi Tiruan Flexi
Bilateral (Wuragian, 2010)
2) Gigi Tiruan Flexi
Unilateral / Boomer Bridge
Gigi tiruan flexi unilateral diindikasikan hanya
untuk satu rahang. Idealnya dibuat sebagai gigi tiruan nesbit (gigi tiruan yang
menggantikan 1-3 gigi posterior) dan flipper (gigi tiruan yang
menggantikan 1-3 gigi anterior).
Gambar 2.10
Gigi Tiuan Flexi
Unilateral (Wuragian, 2010)
3) Gigi Tiruan Flexi
Kombinasi Logam
Gigi Tiruan flexi
dapat dikombinasikan dengan kerangka logam untuk meningkatkan kekuatan dan
stabilitas gigi tiruan.
Gambar 2.11
Gigi Tiruan Flexi
Kombinasi Logam (Wuragian, 2010)
D. Macam-Macam Bahan Gigi
Tiruan Flexi
1.
Resin Nilon Termoplastik
Nilon termoplastik diperkenalkan pertama kali dibidang
kedokteran gigi pada tahun 1950. (Fueki, dkk, 2014). Nilon termoplastik adalah
polimerisasi kondensasi yang dibentuk dengan mereaksikan bagian yang sama dari
diamina dan asam dikarboksilat. (Negrutiu, et, all, 2005). Menggunakan Rapid
Injection System (saat ini dikenal sebagai The Flexite Company-USA) berawal
dari tahun 1962 yang memperkenalkan termoplastik lentur pertama. Sejak saat itu
masyarakat tertarik pada bahan-bahan gigi termoplastik yang terbuat dari bahan
nilon yang tersedia dalam varian warna merah muda dan bening. (Rawls, et all,
1992). Unsur-unsur kimia yang terdapat pada nilon termopalstik adalah karbon,
hidrogen, nitrogen, dan oksigen. Reaksi polimerisasinya adalah sebagai berikut
: (Negrutiu, et, all, 2005). Nilon termoplastik banyak disukai karena
memiliki beberapa kelebihan diantaranya kekuatan fisik yang tinggi, resisten
terhadap suhu dan bahan kimia, serta sifatnya yang lentur. Nilon juga memiliki
kekurangan yaitu cenderung menyerap air, berubah warna, dan sulit direparasi.
(Phoenix, dkk, 2004). Bahan Nilon termoplastik disuntikkan kedalam mold
space pada suhu 274˚ hingga 293˚C. Penerapan bahan seperti nilon untuk
pembuatan gigi palsu telah dilihat sebagai kemajuan. Bahan ini umumnya menggantikan
logam, dan bahan gigi tiruan akrilik.
(Rawls, et all, 1992).
2.
Resin Asetal Termoplastik
Asetal termoplastik diusulkan pertama kali sebagai bahan
resin gigi tiruan lepasan yang dapat dipecahkan resin termoplastik pada tahun
1971. Resin asetal termoplastik ini memiliki karakter yang sangat kuat, tahan
aus dan patah serta cukup fleksibel, sehingga ideal digunakan pada gigi tiruan
sebagian kerangka logam, jembatan sementara, splint oklusal, dan
implant abutment. (Keenan, et all, 2003).
3.
Resin Polikarbonat Termoplastik
Polikarbonat merupakan rantai polimer bisfenol-A
carbonate. Sama halnya dengan resin asetal, resin polikarbonat yang sangat
kuat, tahan patah dan cukup fleksibel. Polikarbonat tidak cocok digunakan untuk
gigi tiruan lengkap lepasan atau sebagian lepasan tetapi ideal untuk mahkota
dan jembatan sementara. Memiliki sifat tembus pandang yang alami, menghasilkan
estetika yang sangat baik. (Keenan, et all, 2003).
4.
Resin Termoplastik Akrilik
Resin termoplastik akrilik atau sering disebut thermosens
adalah campuran khusus dari polimer dan memiliki tingkatan tertinggi dari resin
akrilik serta tidak retak jika jatuh dilantai, sehingga sangat populer untuk
perawatan bruxism. Termoplastik akrilik tersedia dalam warna gigi dan
gingiva, memiliki daya tembus cahaya dan
vitalitas, memberikan estetika yang sangat baik. (Negrutiu, et all,
2005).
E.
Cara Penyusunan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
1.
Penyusunan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan pada
Oklusi Normal
Penyusunan gigi
dilakukan secara bertahap yaitu gigi anterior atas, gigi anterior bawah, gigi
posterior atas dan gigi posterior bawah.
a. Penyusunan Gigi
Anterior
Penyusunan gigi anterior rahang atas :
1) Insisivus satu
rahang atas
Titik kontak sebelah mesial berkontak dengan midline.
Sumbu gigi miring 5˚ terhadap garis midline, titik kontak sebelah mesial
tepat pada garis tengah, incisal edge terletak diatas bidang datar.
2) Insisivus dua rahang
atas
Titik kontak sebelah mesial berkontak dengan distal insisivus
satu kanan rahang atas, sumbu gigi miring 5˚ terhadap garis midline,
tepi incisal naik 2 mm diatas bidang oklusal. Inklinasi antero-posterior
bagian servikal condong lebih ke palatal dan incisal terletak diatas
linggir rahang.
3) Caninus rahang atas
Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal dan hampir sejajar
dengan garis midline. Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak
distal insisivus dua. Puncak cups menyentuh atau tepat pada bidang
oklusal. Permukaan labial sesuai dengan lengkung bite rim.
Penyusunan gigi anterior rahang bawah :
1) Insisivus satu
rahang bawah
Sumbu gigi tegak lurus terhadap meja artikulator,
permukaan incisal lebih ke lingual. Permukaan labial sedikit depresi
pada bagian servikal dan ditempatkan diatas atau sedikit ke lingual dari puncak
ridge. Titik kontak mesial tepat pada midline. Titik kontak
distal berkontak dengan titik kontak mesial insisivus dua.
2) Insisivus dua rahang
bawah
Inklinasi gigi lebih ke mesial. Titik kontak mesial
berkontak dengan titik kontak insisivus satu.
3) Caninus rahang bawah
Sumbu gigi lebih miring ke mesial, ujung cups menyentuh
bidang oklusal dan berada diantara gigi insisivus dua dan caninus rahang
atas. Sumbu gigi lebih miring ke mesial dibandingkan gigi insisivus dua rahang
bawah.
b. Penyusunan
Gigi Posterior
Penyusunan gigi
posterior rahang atas :
1) Premolar satu rahang
atas
Sumbu gigi terletak lurus bidang oklusal. Titik kontak
mesial berkontak dengan titik kontak distal caninus. Puncak cups buccal tepat
berada atau menyentuh bidang oklusal dan puncak cups palatal
terangkat kurang lebih 1 mm diatas bidang oklusal. Permukaan buccal sesuai
dengan lengkung bite rim.
2) Premolar dua rahang
atas
Sumbu gigi terletak lurus bidang oklusal. Titik kontak
mesial cups palatal terangkat kurang lebih 1 mm diatas bidang oklusal.
Permukaan buccal sesuai lengkung bite rim.
3) Molar satu rahang
atas
Sumbu gigi pada bagian servikal sedikit miring kearah
mesial. Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal premolar dua. Mesio
buccal cups dan disto palatal cups terangkat 1 mm diatas bidang
oklusal. Disto buccal cups terangkat kurang lebih 1 mm diatas bidang
oklusal (terangkat lebih tinggi sedikit dari disto palatal cups).
4) Molar dua rahang
atas
Sumbu gigi pada bagian servikal sedikit miring ke arah
mesial. Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal molar satu. Mesio
palatal cups menyentuh bidang oklusal. Mesio buccal cups dan disto
palatal cups terangkat 1 mm diatas bidang oklusal.
Penyusunan gigi posterior rahang bawah :
1) Premolar satu rahang
bawah
Sumbu gigi tegak lurus pada meja artikulator. cups
buccal terletak pada central fossa antara premolar satu dan caninus
atas.
2) Premolar dua rahang
bawah
Sumbu gigi tegak lurus. Cups buccal terletak pada central
fossa antara premolar satu dan premolar dua atas.
3) Molar satu rahang
bawah
Cups mesio buccal gigi molar satu rahang
atas berada di groove mesio buccal molar satu rahang bawah, cups
buccal gigi molar satu rahang bawah berada di fossa central.
4) Molar dua rahang bawah
Inklinasi antero-posterior dilihat dari bidang oklusal, cups
buccal berada diatas linggir rahang. (Itjiningsih, 1991)
F. Akibat Kehilangan
Gigi Tanpa Penggantian
Beberapa akibat kehilangan gigi tanpa
penggantian, diantaranya adalah sebagai berikut : (Gunadi, dkk, 1991)
a. Migrasi dan Rotasi
Gigi
Hilangnya
kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau
berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal untuk
menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan
kerusakan struktur periodontal.
b. Erupsi Berlebihan
Bila gigi sudah tidak
memiliki antagonisnya, maka akan terjadi erupsi berlebih (over eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau
disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa pertumbuhan
tulang alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga
gigi akan mengalami ektrusi.
c.
Memburuknya Penampilan
Menjadi buruknya penampilan (loss of appearance) karena kehilangan gigi depan
akan mengurangi daya tarik wajah seseorang.
d.
Penurunan Efisiensi
Kunyah
Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang belakang
akan meraskaan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang
dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh. Maklum pada
masa kini banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya dengan sedikit proses
pengunyahan saja.
e.
Gangguan pada Sendi
Temporo-mandibula Joint (TMJ)
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih, hubungan rahang
yang eksentrik akibat kehilangan gigi dapat meyebabkan gangguan pada struktur
sendi rahang.
f.
Beban Berlebih pada
Jaringan Pendukung
Bila penderita sudah kehilangan gigi sebagian gigi aslinya, maka gigi
yang masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi
pembebanan berlebih. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membran periodontal
dan lama kelamaan gigi tadi menjadi goyang dan akibatnya terpaksa di cabut.
g.
Kelainan Biacara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan
bicara, karena gigi khususnya yang depan termasuk bagian organ fonetik.
h.
Terganggunya
Kebersihan Mulut
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan
tetangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. adanya ruang
interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah di sisipi
sisa makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah
menjadi plak.
i.
Efek Terhadap
Jaringan Lunak Mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati
jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan
kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan.
G.
Prosedur Pembuatan
Gigi tiruan Sebagian Flexi
1.
Prosedur Pembuatan
Gigi Tiruan Sebagian Flexi adalah sebagai berikut :
a.
Persiapan model
kerja
Model kerja yang telah diterima diperiksa dan dibersihkan dari nodul
dan sisa-sisa bahan tanam menggunakan lecron, scapel. Lalu tepi model dirapikan dengan menggunakan trimmer agar
memperlancar proses pembuatan gigi tiruan.
b.
Surveying
Prosedur ini menggunakan alat surveyor untuk menentukan kesejajaran
antara dua atau lebih permukaan gigi dan bagian lain pada model rahang dengan
menandai garis kontur terbesar gigi dan daerah undercut. Tujuannya untuk menunjukan daerah undercut yang tidak menguntungkan, menentukan arah pemasangan dan pelepasan gigi
tiruan, serta untuk membantu menentukan desain gigi tiruan.
c.
Block out
Block out
merupakan proses menutup daerah undercut dengan menggunakan gips agar undercut yang tidak menguntungkan tidak menghalangi keluar masuknya protesa gigi
tiruan. (Gunadi, dkk, 1991).
d.
Duplicating
Studi model akan dicetak dengan menggunakan alginate, kemudian dicor menggunakan moldano untuk mendapatkan studi model yang
akan digunakan pada saat flasking.
e.
Transfer desain
Sebelum proses pembuatan dimulai, desain harus digambar pada model
kerja. (Gunadi, dkk, 1995).
f.
Pembuatan galangan
gigit (Bite rim)
Galangan gigit atau bite rim merupakan pengganti dari kedudukan gigi dengan galangan gigit yang
dapat terbuat dari malam, dan berfungsi untuk menentukan dimensi vertikal.
(Itjiningsih, 1991).
g.
Penanaman model
pada okludator
Penanaman model pada okludator bertujuan untuk meniru gerakan tinggi
bidang oklusal. Penanaman okludator yang baik harus sesuai bentuk oklusi, garis
median okludator harus berhimpitan dengan garis median pada model, bidang
oklusal sejajar dengan bidang datar dan gips tidak menutupi batas anatomi model
kerja. Tujuan penanaman model pada okludator ini untuk membantu dalam proses
penyusunan gigi.
h.
Penyusunan elemen
gigi
Penyusunan elemen gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigi
anterior atas, gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi molar bawah dan
gigi posterior bawah lainnya. (Itjiningsih, 1991).
i.
Flasking
Flasking adalah
suatu proses penanaman model malam dalam suatu cuvet untuk mendapatkan mould space
dan bahan yang biasanya sering digunakan adalah gips (plaster of paris). Metode flasking ada 2 yaitu :
1)
Pulling the casting
Gigi tiruan malam berada pada cuvet bawah dan seluruh elemen gigi
dibiarkan terbuka, sehingga setelah boiling out elemen gigi akan ikut kecuvet atas. Keuntungan menggunakan cara ini
adalah dalam menggunakan CMS dan packing lebih mudah. Namun peninggian gigitan
sering tidak dapat dihindari.
2)
Holding the casting
Gigi tiruan malam berada dicuvet bawah dari semua elemen gigi tiruan
dan ditutup dengan gips sehingga setelah boiling out akan terlihat rahang yang sempit. Pada saat packing, adonan harus melewati ruang sempit untuk mencapai daerah sayap gigi
tiruan. Keuntungannya yaitu peninggian gigitan dapat dicegah, namun dalam
mengulasi separating medium, boiling out, dan packing sedikit sulit. (Itjiningsih, 1991).
j.
Pemasangan sprue
Pemasangan sprue dilakukan sebelum bahan tanam pada cuvet atas diisi. Bertujuan untuk
mengalirkan bahan termoplastik kedalam mould space pada cuvet. Sprue dibuat menggunakan base plate wax dengan ukuran diameter sprue ± 9 mm.
k.
Boiling out
Boiling out bertujuan
untuk menghilangkan wax dari model yang telah ditanam dicuvet untuk mendapatkan mould space.
Boiling out dilakukan selama 10-15 menit didalam air mendidih. (Itjiningsih, 1991).
Setelah proses boiling out kemudian mould space diulasi menggunakan separating medium dan membuat lubang pada elemen gigi yang bertujuan untuk menambah
retensi antara elemen gigi dengan basis gigi tiruan.
l.
Injection
Injection adalah
proses pemasukan bahan resin termoplastik yang telah dipanaskan dengan heating machine keadaan mould space dengan menggunakan injection press
machine. Proses injection dilakukan
pada suhu 290˚ atau 550˚.
m.
Deflasking
Deflasking adalah
proses melepaskan protesa gigi tiruan dari cuvet dan bahan tanamnya dengan cara
memotong-motong gips sehingga model dapat dikeluarkan secara utuh menggunakan
tang gips.
n.
Pemotongan sprue
Sprue dipotong
menggunakan tang potong atau hanging bur dan mata bur disc. Lakukan dengan hati-hati agar tidak merusak bagian lain seperti basis
dan elemen gigi tiruan.
o.
Finishing
Finishing adalah
proses menyempurnakan bentuk akhir gigi tiruan dengan membuang sisa-sisa
protesa pada batas gigi tiruan dan membersihkan sisa-sisa bahan tanam yang
masih menempel pada gigi tiruan. (Itjiningsih, 1991). Finishing dilakukan
dengan bantuan hanging bur dan beberapa jenis mata bur yang digunakan seperti fissure bur, round bur dan rubber pigeon.
p.
Poleshing
Poleshing adalah
proses pemolesan gigi tiruan. Pemolesan gigi tiruan terdiri dari proses
menghaluskan dan mengkilapkan gigi tiruan tanpa mengubah konturnya.
(Itjiningsih, 1991). Macam-macam mata bur yang digunakan adalah black brush dan
white brush dengan bantuan mesin poles menggunakan bahan pumice dan
blue angle.
PROSEDUR PEMBUATAN
Pada bab ini, penulis akan menguraikan
tentang teknik pembuatan gigi tiruan flexi pada kehilangan gigi klasifikasi
Kennedy kelas III modifikasi II rahang atas dan bawah. Karya tulis ilmiah ini
diangkat berdasarkan laporan kasus yang dilakukan di Laboratorium Teknik Gigi
Poltekkes Tanjungkarang dan Sandi Dental Lab.
A. Data Pasien
Nama :
Ny. SK
Umur : 34
Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Dokter gigi
yang merawat : drg.
Aryudhi Armis, M.D.Sc
Warna gigi : 2B (Chromascop)
SPK :
Valplast kehilangan gigi
11,12,16,21,25 dan 36,45.
B. Desain Gigi Tiruan
Gambar
3.1 Desain Gigi Tiruan
Keterangan :
A. Basis Gigi Tiruan B. Cengkram Main Clasp
C. Elemen Gigi Tiruan
C. Surat Perintah Kerja Dokter Gigi
Gambar 3.2 Surat Perintah Kerja
D. Waktu dan Tempat Pembuatan
Waktu pembuatan
dan tempat pelaksanaan pembuatan gigi tiruan flexi pada kasus ini
dimulai pada tanggal 08 April 2020 dan selesai pada tanggal 11 April 2020.
Tempat pembuatan dilaksanakan di Laboratorium Teknik Gigi Poltekkes
Tanjungkarang dan Sandi
Dental Lab.
E. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam prosedur
pembuatan gigi tiruan flexi adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Nama-nama Alat
No. |
Nama Alat |
No. |
Nama Alat |
1. |
Masker |
13. |
Kuas |
2. |
Jas laboratorium |
14. |
Cuvet |
3. |
Kain satin dan Koran |
15. |
Handpress |
4. |
Kaca |
16. |
Panci |
5. |
Pensil |
17. |
Kompor gas |
6. |
Sendok cetak |
18. |
Cartridge |
7. |
Rubber bowl |
19. |
Electric cartridge furnace |
8. |
Spatula |
20. |
Injection press machine |
9. |
Okludator |
21. |
Hanging bur |
10. |
Lecron dan pisau malam |
22. |
Tang gips dan tang potong |
11. |
Scapel |
23. |
Amplas halus |
12. |
Lampu spritus |
24. |
Mesin poles |
Tabel 3.2 Nama-nama Bahan
No. |
Nama Bahan |
No. |
Nama Bahan |
1. |
Moldano dan alginate |
6. |
Base plate wax |
2. |
Vaseline |
7. |
Spritus dan lem altecco |
3. |
Air bersih |
8. |
CMS |
4. |
Plaster of paris (Gips) |
9. |
Nilon termoplastik |
5. |
Elemen gigi tiruan |
10. |
Abu gosok dan blue angel |
F. Prosedur Pembuatan
Tahap-tahap
yang penulis lakukan dalam pembuatan gigi tiruan flexi pada kehilangan
gigi 11,12,16,21,25 dan 36,45 adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Model Kerja
Model kerja
dibersihkan dari sisa-sisa bahan cor dan nodul menggunakan lecron dan scapel
serta mesin trimmer. Lecron dan scapel digunakan untuk
menghilangkan nodul-nodul pada bagian palatum, lingual dan bagian interdental
serta oklusal gigi. Mesin trimmer digunakan untuk mengurangi sisa
bahan moldano yang berlebihan pada model kerja sampai batas mukosa bergerak dan
tidak bergerak.
(a) (b)
Gambar 3.3 (a) Trimmer Model (b)
Model Kerja
2. Duplicating
Studi model
direndam pada air selama 5 menit, alginate disiapkan ±30 gram
sesuai dengan model yang akan dicetak. Kemudian alginate diaduk dengan
air hingga homogen, lalu adonan alginate dituangkan pada sendok cetak.
Studi model dicetakkan diatas adonan alginate kemudian ditekan dan
dirapihkan. Diamkan selama 5 menit hingga alginate mengeras.
Setelah
mengeras, model dilepas dari alginate. Cetakan negatif dicor menggunakan
moldano untuk mendapatkan cetakan positif, kemudian tunggu hingga moldano
mengeras, lalu lepaskan model yang sudah diduplicat dari cetakan alginate.
Model yang sudah diduplicat ditrimmer serta bersihkan nodul
menggunakan lecron dan scapel.
Gambar 3.4 Duplicating Model Kerja
3. Transfer Desain
Desain digambar
pada model kerja menggunakan pensil. Desain yang digunakan adalah bilateral (kehilangan gigi pada
dua sisi rahang) untuk rahang atas yang diperluas sampai distal gigi 17 sampai distal gigi 26
dan 2 desain saddle untuk rahang bawah, yang pertama pada gigi 36 dan
basisnya diperluas sapai distal gigi 17. Yang kedua pada gigi 45 dan basisnya
diperluas sampai distal gigi 46. Cengkram yang digunakan adalah cengkram utama (main
clasp) yang terletak pada gigi 13, 15, 17, 22, 24, 26, dan 35, 37, 44, 46.
(a) (b)
Gambar 3.5 (a) Desain Rahang Atas
(b) Desain Rahang Bawah
4. Penanaman Model Kerja di Okludator
Model kerja atas dan bawah dibuat midline menggunakan pensil dan
difiksasi menggunakan wax. Dasar model kerja diolesi dengan vaseline,
plastisin diletakkan pada lower member dan letak oklusi model kerja
disesuaikan pada okludator. Cor bagian upper member menggunakan gips,
setelah setting time plastisin dilepas. Lower member dicor
menggunakan gips dan tunggu hingga setting time kemudian diamplas sampai
halus.
Gambar 3.6 Penanaman Model Kerja di Okludator
5. Pembuatan Biterim
Setelah
penanaman model kerja di okludator, model kerja direndam didalam air selama
±3-5 menit agar memudahkan biterim pada saat dilepas dari model.
Selanjutnya dilakukan pembuatan biterim dengan ketebalan ±1,5 mm
menggunakan base plate wax yang dipanaskan diatas api lampu spritus,
kemudian wax ditekan pada model dengan perlahan mengikuti desain yang
telah ditentukan. Pembuatan biterim diukur setinggi gigi yang masih ada
dan disesuaikan dengan antagonisnya.
Gambar 3.7 Pembuatan Biterim
6. Penyusunan Elemen Gigi
Pada umumnya pemilihan elemen gigi tiruan
dilakukan mengikuti gigi sebelahnya yang masih ada. Pada bagian gigi yang
hilang akan diisi dengan gigi tiruan. Warna elemen gigi yang akan digunakan
yaitu 2B sesuai dengan surat perintah kerja.
Tahap penyusunan
gigi anterior rahang atas :
a. Insisivus satu kanan
Gigi insisivus dipasang pada titik kontak mesial yang berkontak ke midline
dengan sumbu gigi miring 5˚, titik kontak sebelah mesial tepat pada midline,
pada bagian servikal elemen gigi tiruan dilakukan peradiran untuk menyesuaikan
gigi yang ada sebelahnya. Incisal edge disusun diatas bidang datar
dengan melihat kontak oklusi rahang bawah.
b. Insisivus dua kanan
Gigi insisivus 2 atas kanan dipasang disebelah gigi insisivus 1
kanan berkontak dengan distal insisivus 1 kanan atas dengan sumbu gigi miring
5˚ terhadap midline, pada bagian servikal elemen gigi tiruan dilakukan
peradiran untuk menyesuaikan gigi yang ada sebelahnya. Tepi incisal
naik 2 mm diatas bidang datar dengan melihat kontak oklusi rahang bawah. Inklinasi
antero-posterior bagian servikal condong lebih ke palatal dan incisal
terletak diatas linggir rahang.
c. Insisivus satu kiri
Gigi insisivus 1 atas kiri dipasang disebelah gigi insisivus 1
kanan berkontak dengan mesial insisivus 1 kanan dengan sumbu gigi miring 5˚, titik kontak sebelah mesial tepat pada midline,
pada bagian servikal elemen gigi tiruan dilakukan peradiran untuk menyesuaikan
gigi yang ada sebelahnya. Incisal edge disusun diatas bidang datar
dengan melihat kontak oklusi rahang bawah.
Penyusunan gigi
posterior rahang atas :
a. Molar satu kanan
Gigi molar 1
kanan dipasang disebelah gigi premolar 2 kanan. Sumbu gigi pada bagian
servikal sedikit miring kearah mesial, pada bagian servikal dilakukan peradiran
untuk menyesuaikan gigi yang ada sebelahnya. Bagian mesial, distal
dilakukan peradiran karena ruangannya yang sempit, cups mesio palatal
terletak pada bidang oklusal.
b. Premolar dua kiri
Gigi premolar 2
kiri dipasang disebelah gigi premolar 1 kiri. Sumbu gigi terletak lurus
bidang oklusal. Bagian mesial, distal dilakukan peradiran karena ruangannya
yang sempit, bagian servikal dilakukan peradiran untuk menyesuaikan gigi yang ada sebelahnya, kontak oklusi gigi
premolar 2 kiri disusun cups to fossa dan cups bukal berada
diantara gigi 35 dan 36.
Penyusunan gigi posterior rahang bawah :
a. Molar satu kanan
Gigi molar 1 bawah kanan dipasang disebelah gigi premolar 2 kanan.
Bagian mesial, distal dilakukan peradiran karena terdapat migrasi akibat
terlalu lama tidak dilakukan pemasangan gigi tiruan sehingga menyebabkan edentulous
area menyempit, cups mesio-bukal berada diantara gigi premolar 2 dan
molar 1 atas kanan.
b. Premolar dua kiri
Gigi premolar 2 bawah kiri tidak dipasang dan diganti
dengan gigi molar 1 bawah kiri dikarenakan gigi premolar 2 bawah kiri
diastemnya lebih besar. Oklusi nya cups buccal terletak pada central
fossa antara premolar 1 dan premolar 2 atas.
(a) (b) (c)
Gambar 3.8 (a) Penyusunan Elemen Gigi Bukal Kiri (b) Penyusunan Elemen Gigi Labial (c)
Penyusunan Elemen Gigi Bukal Kanan
7. Flasking dan Pemasangan Sprue
Prosedur flasking dan pemasangan sprue yang dilakukan yaitu :
a. Model kerja dilepas dari okludator dengan
hati-hati menggunakan tang gips kemudian gigi pada model kerja dipotong sampai
batas wax agar wax penghubung dan sprue tambahan tidak
terlalu tinggi, lalu studi model diolesi vaseline pada seluruh bagian
kecuali pada pola malam dan elemen gigi tiruan.
b. Pada prosedur flasking penulis hanya
menggunakan satu cuvet untuk rahang atas dan rahang bawah, hal ini dilakukan
agar mengefisiensi bahan serta mempersingkat waktu pengerjaan. Olesi cuvet
bawah dengan vaseline pada bagian dasar cuvet secara tipis dan merata,
kemudian adonan gips diaduk dengan air sampai homogen dan dimasukkan ke dalam
cuvet bawah sampai merata, model kerja rahang atas dan bawah diletakkan diatas
adonan gips pada cuvet kemudian ditekan dan dirapihkan. Flasking yang
dilakukan pada tahap ini menggunakan metode pulling. Setelah setting
time permukaan gips diamplas sampai halus dan landai agar tidak undercut
Gambar 3.9 Penanaman Cuvet Bawah
c. Setelah gips mengeras tahap selanjutnya yaitu
pemasangan sprue. Sprue dibuat dengan menggunakan base plate wax,
sprue utama dibuat dengan cara menggulung lembaran base plate wax dengan
bentuk memanjang yang dipanaskan diatas lampu spirtus dan digulung dengan
diameter ±6 mm, kemudian membuat sprue tambahan dengan diameter ±4 mm. Sprue
pertama diletakkan pada pola malam yang searah dengan lubang
masuknya bahan nilon termoplastik pada cuvet, sprue berikutnya dipasang
dibagian posterior dari pola malam lalu difixir dengan sprue utama.
Selanjutnya sprue diletakkan pada pola malam yang searah lubang
keluarnya bahan nilon termoplastik. Pemasangan sprue harus dibuat rapih
dan landai agar dapat memudahkan masuknya bahan nilon termoplastik pada saat
diinjeksikan.
Gambar 3.10 Pemasangan Sprue yang Terpasang pada Pola Malam
d. Selanjutnya vaseline dioleskan
diseluruh permukaan bahan tanam gips.
e. Setelah sprue terpasang, cuvet atas dan
bawah ditutup lalu kunci dengan baut.
f. Kemudian, adonan bahan tanam yang berkomposisi
campuran dari gips dan moldano dengan rasio 2:1 diaduk dengan air sampai
merata. Hal ini dilakukan agar mengefisiensi bahan, kemudian masukkan bahan
tanam tadi pada lubang cuvet atas dan getarkan cuvet secara manual menggunakan
tangan agar bahan tanam masuk merata pada bagian dalam cuvet. Tunggu hingga
bahan tanam mengeras.
Gambar 3.11 Flasking Cuvet Atas
8. Boiling Out
Boiling Out dilakukan menggunakan panci dan kompor, lalu
air dimasukkan ke dalam panci dan tunggu sampai mendidih, selanjutnya cuvet
dimasukkan dan rebus selama ±15 menit, cuvet diangkat lalu cuvet atas dan bawah
dipisahkan. Cuvet dibuka dengan bantuan pisau malam, mould space disiram
menggunakan air rebusan bersih dan sikat dengan sabun cair pada bagian mould
space agar sisa wax tidak tertinggal.
(a) (b) (c)
Gambar 3.12 (a) Boiling Out (b) Mould space Rahang Atas
(c) Mouldspace Rahang Bawah
Setelah mould space bersih, elemen gigi tiruan dilepas kemudian
dibur untuk membuat lubang diatoric. Lubang diatoric berfungsi
sebagai retensi mekanik elemen gigi tiruan terhadap bahan nilon termoplastik.
Lubang diatoric dibuat disemua elemen gigi tiruan yang dipasang dengan
melubangi bagian mesio-distal, dan servikal elemen gigi tiruan menggunakan round
bur dan pada setiap elemen gigi tiruan terdapat 1-2 lubang diatoric.
Setelah lubang diatoric dibuat, elemen gigi tiruan direkatkan
ditempatnya dengan lem agar tidak berubah posisi saat injecting.
Gambar 3.13 Pembuatan Lubang Retensi
Selanjutnya
oleskan secara tipis CMS kesemua permukaan mould space sebelum mould
space dingin. Kemudian pasang dan kencangkan semua baut cuvet.
Gambar 3.14 Pengolesan CMS
9. Injection
Bahan nilon
termoplastik diisi kedalam catridge berukuran medium dan catridge ditutup
rapat. Electric catridge furnace dihidupkan dan dipanaskan sampai
suhu 280˚C kemudian catridge dimasukkan kedalam electric catridge
furnace selama ±18 menit. Cuvet diletakkan ke compression unit
dengan posisi lubang sprue menghadap ke atas. Setelah alarm electric
catridge furnace berbunyi catridge dikeluarkan dan diletakkan di atas
lubang sprue dan cuvet, tekan tombol injection dan tunggu selama
±18 menit hingga suara tembakan bahan nilon termoplastik masuk ke dalam cuvet.
Gambar
3.15 Mesin Injection
10. Deflasking
Cuvet atas dan bawah dibuka dengan cara melepas semua baut pada cuvet.
Kemudian cuvet diketuk dengan palu agar bahan tanam terlepas dari cuvet.
Setelah itu model dan protesa dikeluarkan dari bahan tanam dengan menggunakan
tang gips.
Gambar 3.16 Deflasking
11. Pemotongan Sprue (Cut of Sprue)
Protesa dilepas
dari model kerja lalu lakukan pemotongan pada bagian sprue dengan hanging
bur dan mata bur disc lalu rapihkan bagian yang terhubung dengan sprue
menggunakan mata bur frizzer.
Gambar 3.17 Pemotongan Sprue
12. Finishing
Protesa
dirapihkan dengan macam-macam mata bur seperti fissure, frezzer, rubber,
dan mandril amplas. Bagian permukaan basis dikurangi dengan mata bur stone dan frezzer sambil melakukan fitting ke studi model lalu rapihkan
bagian interdental dengan mata bur fissure.
Gambar 3.18 Finishing
13. Poleshing
Protesa yang
sudah rapih dan halus dipoles dengan sikat hitam menggunakan abu gosok hingga
guratan pada protesa hilang. Selanjutnya protesa dipoles dengan white brush
menggunakan blue angle sampai protesa terlihat mengkilap.
(a) (b) (c)
Gambar 3.19 (a) Poleshing Menggunakan Abu Gosok
(b) Poleshing Menggunakan Blue Angel (c)
Hasil Gigi Tiruan Flexi
Komentar
Posting Komentar