PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASIEN PRE OPERASI DENGAN LITERATURE REVIEW

 

 

 

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI

DENYUT JANTUNG PASIEN PRE OPERASI

DENGAN LITERATURE REVIEW

 

 

 

 

 

SKRIPSI

 

 

 

 

 

 

I IS KOMANG RENI

NIM. 1614301044

 

 

 

 

 

 

 

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2020

 

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI

DENYUT JANTUNG PASIEN PRE OPERASI

DENGAN LITERATURE REVIEW

 

 

 

 

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Keperawatan

 

 

 

 

 

 

 

I IS KOMANG RENI

NIM. 1614301044

 

 

 

 

 

 

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2020

 

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

Skripsi,   Mei 2020

 

I Is Komang Reni

 

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASIEN PRE OPERASI DENGAN LITERATURE REVIEW

xix+ 67 halaman+7 tabel+1 gambar+4 lampiran

 

ABSTRAK   

 

Berdasarkan data Rikesdas (2018), presentasi prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran penduduk Indonesia umur ≥18 tahun didapatkan hasil pada tahun 2013 sebanyak 31,7 % dan tahun 2018 sebanyak 34,1%. Terdapat sebanyak  87,9% pasien pre operasi mengalami hipertensi yang mengakibatkan  long of stay  pasien post operatif diatas usia 65 tahun meningkat  sebanyak 30 –50%. Penelitian literature review ini bertujuan untuk mereview bagaimana musik dapat mempengaruhi penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.

Jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Desain penelitian menggunakan Systematic Literature Review (SLR) dengan sampel penelitian 10 jurnal dan analisa menggunakan metode PICO (Problem, Intervention, Comparison, Outcome) dari pencarian artikel menggunakan electronic database yaitu melalui Google Scholar, Google Cendekia. Dari 10 jurnal yang didapatkan 2 diantaranya menggunakan penelitian deskriptif dan 8 jurnal lainnya menggunakan penelitian kualitatif. Waktu penelitian pada tanggal 16 April 2020-2 Mei 2020.

Dari jurnal yang didapatkan menggunakan musik klasik mozart, The Four Seasons karya Vivaldi, Sonata In D Mayor For Two Pianos, dan Piano Canon In D karya Pachelbels. Penelitian beberapa jurnal menggunakan durasi waktu 5 menit, 15 menit, dan 30 menit serta pemberian intervensi selama 1 hari dan 2 hari.  Faktor tidak terjadinya penurunan tekanan darah dan denyut jatung yaitu musik klasik tidak disukai, pemberian intervensi hanya 1 kali, diagnosa berbeda, usia, dan jenis kelamin. Peneliti memberikan saran bagi keperawatan, pendidikan dan peneliti lainnya untuk melakukan penelitian durasi lagu yaitu minimal 15 menit dan pemberian intervensi  selama 2 hari.

 

Kata Kunci: Tekanan Darah, Denyut Jantung, Terapi Musik Klasik Mozart

 

Bahan Pustaka : 34 (2007-2019)

 

 

 

 

POLYTECHNIC OF HEALTH TANJUNGKARANG

NURSING MAJOR

NURSING APPLICATION STUDY PROGRAM

Thesis,  May 2020

 

I is Komang Reni

 

THE EFFECT OF MOZART CLASSICAL MUSIC THERAPY ON BLOOD PRESSURE REDUCTION AND HEART FREQUENCY OF PRE OPERATING PATIENTS WITH LITERATURE REVIEW

xix+ 67 pages+7 tables+1 picture+4 attachment

 

ABSTRACT

 

Based on Rikesdas (2018), the hypertension presentation based on measuring Indonesia's average population of 18 years was obtained in 2013 by 31.7 % and by 2018, by 34.1 percent. There are 87.9% of pre surgery's hypertensive patients resulting in the long of stay post operative operative over the age of 65 increasing by 30-50%. The study of the literature review is intended to review how music can affect drop in blood pressure and frequency of heart rate.

This type of research is qualitative research with a literature study approach.  The research design uses Systematic Literature Review (SLR) with 10 journal research samples and analysis using the PICO (Problem, Intervention, Comparison, Outcome) method of searching articles using electronic databases through Google Scholar, Google Scholar.  From 10 journals obtained 2 of them used descriptive research and 8 other journals used qualitative research. Research time on April 16, 2020-2, May 2020.

From journals obtained using mozart classical music, Vivaldi's The Four Seasons, Sonata In D Mayor For Two Pianos, and Pachelbels's Canon In D Piano.  The research of several journals used 5 minutes, 15 minutes, and 30 minutes duration and the intervention for 1 day and 2 days.  The factor that does not decrease blood pressure and heart rate is that classical music is not liked, giving only one intervention, different diagnosis, age, and gender.  Researchers provide advice for nursing, education and other researchers to research the duration of the song that is at least 15 minutes and providing intervention for 2 days

 

 

Keywords: Blood Pressure, Heart Rate, Mozart's Classical Music Therapy

 

Library Material: 34 (2007-2019)

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

       Mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sebagai hamba-Nya atas kekuatan, kesehatan, dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dan Frekuensi Denyut Jantung Pasien Pre Operasi Dengan Literature Review untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

         

          Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar skripsi ini terselesaikan dengan hasil yang sebaik mungkin. Namun penulis menyadari masih banyak kekurangan sehingga penulis masih membutuhkan banyak bimbingan. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1.            Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

2.            Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

3.            Dr. Anita, M.Kep., Sp. Mat. selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

4.            Ns. Efa Trisna, S.Kep., M.Kes. selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing dan memberikan saran-saran perbaikan untuk penelitian ini.

5.            Dwi Agustanti, S.Kp., M.Kep., Sp. Kom. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah membimbing dan memberikan saran-saran perbaikan untuk penelitian ini.

6.            Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

         Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

 

                                                                                    Bandar Lampung,   Mei 2020

 

 

 

 

I Is Komang Reni

 

BIODATA PENULIS

Nama                                                   : I Is Komang Reni

NIM                                                    : 1614301044

Tempat dan Tanggal Lahir                  : Muara Bulian, 21 September 1998

Agama                                                 : Hindu

Jenis Kelamin                                      : Perempuan

Alamat                                                : Jl. Flamboyan Raya No. 10 Kec. Tanjung Senang Kel. Labuhan Dalem Kota Bandar Lampung

 

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK(2003-2004)                                   : TK Pratama 1 Bandar Lampung

SD (2004-2010)                                  : SD Xaverius 3 Way Halim

SMP (2010-2013)                               : SMP Xaverius 4 Way Halim

SMA (2013-2016)                               : SMA Fransiskus Bandar Lampung

Sarjana Terapan Keperawatan            : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

 (2016-2020)                                      

 

 

 

 

LEMBAR PERSETUJUAN

 

 

SKRIPSI

 

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI

DENYUT JANTUNG PASIEN PRE OPERASI

DENGAN LITERATURE REVIEW

 

Penulis

I IS KOMANG RENI / NIM. 1614301044

 

Telah diperiksa dan disetujui Tim Pembimbing Skripsi Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Tanjungkarang Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Akademik 2019/2020

 

Bandar Lampung,   Mei 2020

 

Tim Pembimbing Skripsi

Pembimbing Utama

 

 

 

Ns. Efa Trisna,S.Kep.,M.Kes

NIP. 196810081989032002

NIDN. 4008106802

Pembimbing Pendamping

 

 

 

Dwi Agustanti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom
NIP.197108111994022001

NIDN. 4011087105

Mengetahui,

Ketua jurusan keperawatan tanjungkarang

Politeknik kesehatan tanjungkarang

 

 

 

GUSTOP AMATIRIA, S.Kp., M.Kes

NIP. 197008071993031002

NIDN. 4000311272

 

 

HALAMAN PENGESAHAN

 

 

SKRIPSI

 

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI

DENYUT JANTUNG PASIEN PRE OPERASI

DENGAN LITERATURE REVIEW

 

Penulis

I IS KOMANG RENI/ NIM. 1614301044

 

Diterima dan disahkan oleh tim penguji skripsi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Tahun Akademik 2019/2020 sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan

 

Tim Penguji

Ketua

 

 

 

Ns. Ririn Sri Handayani, S.Kp., M. Kep., Sp. KMB

NIP. 197502141998032002

NIDN. 4014027501

Anggota

 

 

Ns. Efa Trisna, S.Kep., M.Kes

NIP. 196810081989032002

NIDN. 4008106802

Anggota

 

 

Dwi Agustanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom
NIP.197108111994022001

NIDN. 4011087105

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

 

 

 

Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes

NIP. 197008071993031002

NIDN. 4000311272

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ILMIAH

 

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama               : I Is Komang Reni

Alamat                        : Jl. Flamboyan Raya No. 10 Kec. Tanjung Seneng Kel. Labuhan                             Dalam Kota Bandar Lampung

Email               : komangreni12@gmail.com

No. Hp                        : 081292989241

Dengan ini menyatakan bahwa naskah ilmiah dengan judul:

“Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dan Frekuensi Denyut Jantung Pasien Pre Operasi Dengan Literature Review

Adalah observasi jurnal, pemikiran dan pemaparan asli yang merupakan hasil karya saya sendiri yang belum pernah dipublikasikan baik secara keseluruhan maupun sebagian, dalam bentuk jurnal, working paper, atau bentuk lain yang dapat dipublikasikan secara umum. Naskah ilmiah ini sepenuhnya merupakan karya saya intelektual saya dan seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam karya ilmiah ini telah saya sebutkan sesuai kaidah akademik yang berlaku umum, termasuk para pihak yang telah memberikan kontribusi pemikiran pada isi, kecuali yang menyangkut ekspresi kalimat dan desain penulisan.

Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dan penuh tanggung jawab dan integritas.

                                                                        Bandar Lampung,  Mei 2020

Yang menyatakan,

 

(materai)

 

I Is Komang Reni

NIM. 1614301044

 

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH ILMIAH TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

 

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama                           : I Is Komang Reni

NIM                            : 1614301044

Prodi/ Jurusan             : Sarjana Terapan Keperawatan/ Keperawatan Tanjungkarang

Jenis Karya                  : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclusif Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dan Frekuensi Denyut Jantung Pasien Pre Operasi Dengan Literature Review beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI Berhak menyimpan, mengalih media/format- kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

 

 

 

 

 

Bandar Lampung,   Mei 2020

                                                                                                Yang menyatakan,

 

 

                                                                                                I Is Komang Reni

                                                                                                NIM. 1614301044

HALAMAN PERSEMBAHAN

 

Penulis sangat mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesehatan, kekuatan dan kegigihan serta berkat dan hikmat dalam menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan tepat waktu.

Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada:

1.      Orangtua yang saya cintai, papa dan mama, ajik dan ibu yang telah memberikan dukungan moral maupun materi, semangat serta doa yang tiada henti untuk kelancaran setiap studi yang saya lakukan.

2.      Kakak saya, I Wayan Is Indra S. Dan Ni Putu Yudiastuti yang selalu memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi ini.

3.      Teman saya, Gusti Putu Anjasmara yang selalu memberikan support dan semangat untuk saya dalam mengerjakan skripsi ini.

4.      Sahabat saya, Chatrine Tyas Puspita Wardani yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

5.      Saudara-saudara saya yang selalu memberikan motivasi selama proses pengerjaan skripsi ini

6.      Dosen pembimbing saya, Ibu Efa dan Ibu Tanti, yang memberikan ilmu dan motivasi serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

7.      Seluruh teman-teman Sarjana Terapan Keperawatan yang telah berjuang, menangis dan tertawa bersama dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan moril, materil, semangat dan doa atas terselesaikannya skripsi ini.

 

Bandar Lampung,   Mei 2020  

                                                                                    Penulis

 

                                                                                    I Is Komang Reni

MOTTO

“Kamu tidak perlu menjadi luar biasa untuk memulai, tapi kamu harus memulai untuk menjadi luar biasa.”

-Zig Ziglar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

Halaman  

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN SAMPUL DALAM......................................................................... ii

ABSTRAK............................................................................................................ iii

ABSTRACT.......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.......................................................................................... v

HALAMAN BIODATA PENULIS.................................................................... vi

HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG HASIL................................................           vii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... viii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS......................................... ...... ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................... x

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................             xi

MOTTO................................................................................................................ xii

DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xviii

 

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang............................................................................................. 1

B.     Rumusan Masalah........................................................................................ 5

C.     Tujuan Penelitian......................................................................................... 5

D.    Manfaat Penelitian....................................................................................... 5

1.      Manfaat Teoritis..................................................................................... 5

2.      Manfaat Aplikatif.................................................................................. 6

E.     Ruang Lingkup Penelitian........................................................................... 6

F.      Sistematika Penulisan Penelitian.................................................................. 7

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.    Studi Kepustakaan....................................................................................... 8

1.      Definisi Studi Kepustakaan................................................................... 8

2.      Manfaat Studi Kepustakaan.................................................................. 8

3.      Langkah-Langkah Studi Kepustakaan................................................... 8

4.      Sumber-Sumber Studi Kepustakaan...................................................... 9

B.     Konsep Pembedahan.................................................................................. 10

1.      Definisi Pembedahan.......................................................................... 10

2.      Jenis Pembedahan.............................................................................    10           

3.      Definisi Keperawatan Perioperatif....................................................... 11

C.     Tekanan Darah........................................................................................... 16

1.      Definisi Tekanan Darah....................................................................... 16

2.      Fisiologi Tekanan Darah Arteri............................................................ 17

3.      Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah....................................... 18

4.      Hipertensi............................................................................................. 21

5.      Hipotensi.............................................................................................. 21

D.    Denyut Jantung.......................................................................................... 21

1.      Definisi Denyut Jantung...................................................................... 21

2.      Fisiologi dan Regulasi Denyut Jantung............................................... 22

3.      Pemeriksaan Denyut Jantung............................................................... 22

4.      Karakteristik Denyut Jantung.............................................................. 23

5.      Faktor Yang Mempengaruhi Denyut Jantung...................................... 24

E.     Terapi Musik.............................................................................................. 25

1.      Definisi Terapi Musik........................................................................... 25

2.      Jenis Musik........................................................................................... 26

3.      Manfaat Terapi Musik.......................................................................... 27

4.      Musik Klasik Mozart............................................................................ 29

5.      Tahapan Dalam Terapi Musik Klasik .................................................. 29

6.      Patofisiologi Terapi Musik................................................................... 30

F.      Kerangka Teori........................................................................................... 32

G.    Hipotesis.................................................................................................... 33

H.    Variabel Penelitian                                                                                 ..... 33

 

BAB III METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian........................................................................................... 34

B.     Desain dan Rancangan Penelitian.............................................................. 34

C.     Waktu Penelitian........................................................................................ 35

D.    Subyek Penelitian....................................................................................... 35

1.      Populasi Penelitian............................................................................... 35

2.      Teknik Sampel Penelitian..................................................................... 35

3.      Sampel Penelitian................................................................................. 36

E.     Prosedur Penelitian.................................................................................... 37

1.      Identifikasi Masalah............................................................................. 37

2.      Screening.............................................................................................. 37

3.      Penilaian Kualitas................................................................................. 37

4.      Ekstrasi Data........................................................................................ 38

F.      Sumber Data.............................................................................................. 38

G.    Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 38

H.    Instrumen Pengumpulan Data.................................................................... 39

I.       Teknik Analisa Data................................................................................... 39

1.      Data Colettion (Pengumpulan Data).................................................... 39

2.      Data Reduction (Reduksi Data)........................................................... 39

3.      Data Display (Penyajian Data)............................................................. 40

4.      Conclusions/Verifying (Penarikan Kesimpulan)................................... 40

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Analisa Jurnal.............................................................................................. 41

B.     Pembahasan................................................................................................. 59

1.      Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tekanan Darah................................ 59

2.      Pengaruh Terapi Musik Terhadap Denyut Jantung............................... 63

 

 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan................................................................................................ 66

B.     Saran.......................................................................................................... 66

1.      Bagi Penelitian Keperawatan............................................................... 66

2.      Bagi  Pendidikan Keperawatan........................................................... 66

3.      Bagi Peneliti Selanjutnya..................................................................... 67

 

DAFTAR PUSTAKA

 

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR TABEL

 

 

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi ASA....................................................................................... 14

Tabel 2.2 Tekanan Darah rata-rata Usia................................................................. 18

Tabel 2.3 Tekanan Darah Usia > 18....................................................................... 18

Tabel 2.4 Frekuensi Denyut Jantung...................................................................... 22

Tabel 2.5 Faktor yang Mempengaruhi Denyut Jantung......................................... 23

Table 2.6 Daftar Lagu Musik Mozart..................................................................... 28

Table 4.1 Analisa PICO......................................................................................... 39

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR GAMBAR

 

Halaman 

Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................................... 31

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR LAMPIRAN

           

Lampiran 1      : Lembar Daftar Jurnal

Lampiran 2      : Jadwal Penelitian

Lampiran 3      : Lembar Masukkan Dan Perbaikan

Lampiran 4      : Lembar Konsultasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang

Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO, 2012), jumlah pasien dengan tindakan pembedahan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 2011 terdapat 140 juta jiwa di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa. Data pembedahan di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa. Pembedahan adalah sebuah invatif karena insisi dilakukan pada tubuh atau ketika bagian tubuh diangkat (Rosdahl, 2012). Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada tubuh dan terdiri dari tiga fase yaitu pra operatif, intra operatif, dan pasca operatif. Keperawatan pra operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif yang dapat menentukan keberhasilan dan kesuksesaan dalam tindakan operasi. Fase praoperatif dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi (Kozier, 2010). Aktivitas keperawatan yang dilakukan pada fase ini antara lain mengkaji klien, mengindentifikasi masalah keperawatan yang potensial atau aktual, merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan individu, dan memberikan penyuluhan praoperatif untuk klien dan orang terdekat klien. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa klien secara mental dan fisik telat siap untuk menjalani pembedahan (Kozier, 2010).

Pada masa pra operasi pasien akan mengalami stress sehingga menyebabkan ansietas yang akan berpengaruh pada tanda-tanda vital pasien. American Psychiatri Association (Halgin, 2012 dalam Suwanto, dkk 2016), kecemasan mempengaruhi 8,3% dari populasi dan biasanya terjadi pada wanita 55-60%. Survei komunitas menunjukkan sekitar 3-5% orang dewasa mengalami kecemasan, dengan prevalensi seumur hidup lebih dari 25%. Sekitar 15% pasien yang akan dioperasi dan 25% yang berobat biasanya gelisah. Hasil riset wawancara yang dilakukan Waryanuarita (2017), salah satu perawat kamar


operasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta mengatakan bahwa puncak kecemasan berdasarkan pengamatan oleh perawat bangsal maupun perawat kamar operasi yaitu 2 jam sebelum pasien menjalani operasi di bangsal atau sekitar 30-150 menit pre operasi. Gejala sering tampak pada pasien yang mengalami cemas pre operasi yaitu tampak gelisah, sering menarik napas dalam, nadi dan tekanan darah meningkat 20 % hingga 30 %. Dapat disimpulkan bahwa ternyata tingkat kecemasan yang tinggi berpengaruh terhadap naiknya tekanan darah. Pengkajian tanda-tanda vital pre operatif juga penting untuk menentukan adanya abnormalitas cairan dan elektrolit. Peningkatan denyut jantung dapat disebabkan karena kekurangan volume cairan plasma, kekurangan kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi kuat dan keras, hal tersebut mungkin disebabkan karena kelebihan volume cairan. Disritmia jantung umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit (Potter & Perry, 2009). Selain itu, naiknya tekanan darah bisa disebabkan karena memiliki riwayat hipertensi pada pasien yang akan menjalani operasi.

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO pada tahun 2011 ada 1 miliyar orang di dunia menderita hipertensi dan 2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah hingga sedang. Berdasarkan data Rikesdas (2018), presentasi prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran penduduk Indonesia umur ≥18 tahun mengalami peningkatan. Untuk tahun 2013 didapatkan hasil  31,7 % dan tahun 2018 sebanyak 34,1% dengan karakteristik laki-laki 31,3% dan perempuan 36,9%. Untuk daerah perkotaan menduduki prevalensi lebih tinggi yaitu 34,4% dan daerah perdesaan 33,7%. Sehingga, ada beberapa pasien terpaksa untuk menunda jadwal operasi karena baik belum siap mental serta hal-hal yang lain yang menyebabkan pasien yang akan menghadapi operasi mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. 

Berdasarkan penelitian Ahmad Rubai (2018) hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tanggal 14 Agustus 2017, diperoleh data dari rekam medik mengenai jumlah pasien yang menjalani operasi di Instalasi Bedah Sentral sebanyak 7800 pasien di tahun 2016. Ditemukan data bahwa dari 7800 pasien operasi ada 336 pasien dikembalikan ke ruang rawat inap tidak dilakukan tindakan operasi karena mengalami peningkatan tekanan darah saat di ruang tunggu pasien (holding room). Selain itu, terdapat sebanyak  87,9%  pasien  pre operasi mengalami hipertensi. Hipertensi pre operasi mengakibatkan  long of stay  pasien post operatif diatas usia 65 tahun meningkat  sebanyak 30 –50%. Sehingga,  dibutuhkan  tindakan  nonfarmakologi untuk menstabilkan tekanan darah pasien pre operasi (Siswoyo, dkk, 2017).

Ada beberapa cara untuk mengurangi tekanan darah dalam masa pra operasi, salah satunya adalah terapi komplementer yang saat ini mengalami peningkatan ketertarikan dan penggunaan. Antara satu pertiga dan setengah dari populasi di Amerika Serikat menggunakan satu atau lebih bentuk terapi medis alternatif atau komplementer (Rakel & Faass 2006, dalam Potter & Perry, 2009). Salah satu terapi yang digunakan yaitu terapi musik. Terapi musik merupakan metode non farmakologi yang bisa digunakan dalam mengatasi cemas dan nyeri pada pasien sebelum dan sesudah dilakukan tindakan operasi karena musik membawa dampak positif yang dapat memberikan ketenangan dan kesejukan bagi yang mendengarnya.

Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan, meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Selain itu, musik juga dapat mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologi, seperti respirasi, denyut jantung, dan tekanan darah (Djohan, 2006). Alunan musik  juga dapat menstimulasi tubuh untuk memproduksi molekul yang disebut Nitric Oxide (NO). Molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah sehingga dapat mengurangi tekanan darah (Nurrahmani, 2012 dalam Mahatidanar, 2016). Terapi musik biasanya meggunakan instrumen lagu musik klasik seperti karya Mozart, Bach, Bethoven, dan Vivaldi (Campbell, D. 2007 dalam Mahatidanar, 2016). Musik klasik mozart digunakan untuk terapi musik karena memiliki magnitude yang luar biasa dalam perkembangan ilmu kesehatan, diantaranya memiliki nada yang lembut, nadanya memberikan stimulasi gelombang alfa, ketenangan, dan membuat pendengarnya lebih rileks karena bertempo 60 ketukan permenit selama 30 menit. Bila dibandingkan musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada musik klasik mozart mampu merangsang dan memberdayakan kreatifitas dan motivatif diotak. Beberapa diantara peneliti tersebut merekomendasikan musik klasik mozart yang diciptakan oleh Wolfgang Amadeus Mozart (Dofi, 2010, Sari & Adilatri, 2012 dalam Ramadhani, 2010).

Berdasarkan penelitian Saputry (2017), pada bulan Desember 2016-Juli 2017 dengan hasil penelitian didapatkan bunyi Murottal Al-Qur’an dan musik klasik dengan intensitas 80 dB dapat memberi pengaruh terhadap tekanan darah. Namun, antara bunyi Murrotal Al Qur’an dan musik klasik tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan menormalkan tekanan darah. Pengaruh pemberian bunyi tersebut dapat memberikan perubahan sebesar 10 hungga 30 mmHg menuju tekanan darah normal selama dua hari.

Penelitian Herawati, dkk (2017), dengan hasil penelitian didapatkan perbedaaan tekanan darah sebelum dan setelah terapi musik klasik pada lansia dengan hipertensi ringan didapatkan nilai p-value=0,001 (<0,05). Rata-rata tekanan darah sistolik dengan rata-rata rank 3,50 mmHg dengan Z hitung 21,00 pada lansia  dengan hipertensi sedang,  didapatkan nilai p-value=0,023(<0,05). Angka ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara tekanan darah. Sedangkan untuk perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah terapi musik klasik pada lansia hipertensi berat didapatkan nilai p-value=0,175 (˃0,05) sistolik sebelum dan setelah terapi musik klasik. Angka ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara tekanan darah sistolik sebelum dan setelah terapi musik klasik.

Studi kepustakaan (literatur review) berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian (Siregar, 2019). Literature review biasanya menggunakan sumber data dari berbagai jurnal, buku, majalah, tesis dan sebagainya yang dipublikasikan. Untuk jurnal yang dipakai baik jurnal nasional maupun jurnal internasional. Diperoleh data peneliti Melfianora (2019) pada seminar karya tulis ilmiah widyaiswara yang dilaksanakan oleh Ikatan Widyaiswara Indonesia Kepulauan Riau yang diikuti oleh widyaiswara dari seluruh Indonesia hanya 11% peserta menggunakan karya tulis dengan studi kepustakaan. Peneliti memperoleh data dari tahun ke tahun belum ada yang menggunakan metode literature review dalam penelitian terapi musik klasik baik judul lain sebagai tugas akhir keperawatan di Instutusi Poltekkes Tanjungkarang. Berdasarkan fenomena yang dikemukakan diatas, maka penelitian tertarik menggunakan literature review terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai beberapa intervensi nonfarmakologi yang dapat diberikan untuk menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung yang mengalami kecemasan pre operasi.

 

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah adakah pengaruh terapi musik mozart terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi berdasarkan literatur review?

 

C.  Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dengan literature review.

 

D.  Manfaat Penelitian

1.    Manfaat Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi mengenai terapi nonfarmakologi (terapi musik) untuk mengatasi peningkatan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung dengan masalah kecemasan pada pasien pre operasi.

 

 

2.    Manfaat Aplikatif

a.    Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Tanjungkarang

Informasi dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi instansi pendidikan sebagai laporan akhir evidance based mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan pada pasien pre operasi dengan permasalahan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung serta diharapkan penulisan ini menjadi sumber referensi institusi sebagai informasi.

b.   Bagi Peneliti

Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai terapi nonfarmakologi (terapi musik) untuk mengatasi masalah penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi.

 

E.  Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mereview jurnal terapi musik klasik mozart dan musik klasik lainnya terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi serta pasien lansia hipertensi. Disamping itu, selain untuk mengetahui penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung, juga untuk mengetahui faktor lain yang menyebabkan tidak terjadinya penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Jenis penelitian adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Desain penelitian menggunakan Systematic Literature Review (SLR). Sampel penelitian yang digunakan penelitian ini adalah 10 jurnal baik jurnal nasional maupun internasional. Jurnal dalam rentan waktu dari 2007-2019 yang diakses full text dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 April 2020-2 Mei 2020.

 

 

 

F.   Sistematika Penulisan Penelitian

Penelitian kualitatif dengan pendekatan literature review dengan menggunakan metode analisa PICO (Problem, Intervention, Comparison, Outcome) dari pencarian artikel menggunakan electronic database yaitu melalui Google Scholar, Google Cendekia. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian jurnal yaitu blood pressure, heart rate, dan music therapy classic mozart yang berjumlah 10 jurnal. Kriteria inklusi artikel yaitu jurnal intervensi untuk mengatasi masalah penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung yang dapat diakses full text.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.  Studi Kepustakaan

1.    Definisi Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan (literature review) berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian. Uraian dalam literature review ini diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas tentang pemecahan masalah yang sudah diuraikan dalam sebelumnya dimulai pada perumusan masalah (Siregar, 2019).

 

2.    Manfaat Studi Kepustakaan

Manfaat studi kepustakaan menurut (Siregar, 2019):

a.    Menempatkan posisi pekerjaan kita pada posisi relatifnya

b.    Menggambarkan keterhubungan antara satu penelitian dengan penelitian lainnyayang terkait dengan point of interest kita

c.    Identifikasikan cara lain untuk menginterpretasikan dan mencari gap/ kesenjangannya, itu yang akan dikumpulkan di peaces analysis

d.   Diantara penelitian-penelitian sebelumnya (kontras) pertentangan

e.    Menjadi point untuk review literature ini menjadi dasar kita untuk penelitian kita berikutnya

f.     Dengan menggambarkan fisic of puzzle orang akan menggambarkan signifikan of the problem. Evaluasinya pada originality yang terlihat pada metodelogi yang sesuai dengan pemecahan masalah.

 

3.      Langkah-Langkah Studi Kepustakaan

Langkah-langkah dari studi kepustakaan menurut (Siregar, 2019):

a.    Formulasi permasalahan. Pilihlah topik sesuai dengan isu dan interest. Permasalahan harus ditulis dengan lengkap (complate) dan tepat.


b.    Cari literature. Temukan literature yang relevan dengan penelitian. Langkah ini membantu kita untuk mendapatkan gambarkan (overview) dari suatu topik penelitian. Sumber-sumber penelitian tersebut akan sangat membantu bila didukung dengan pengetahuan tentang topik yang akan dikaji. Karena sumber-sumber tersebut akan memberikan macam gambaran tentang ringkasan dari penelitian terdahulu.

c.    Evaluasi data. Lihat apa saja kontribusinya terhadap topik yang dibahas. Cari dan temukan sumber data yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian. Data ini berupa data kualitatif, data kuantitatif maupun data yang berasal dari kombinasi keduanya.

d.   Analisis dan interpretasikan. Diskusikan dan temukan ringkas literature.

 

4.      Sumber-Sumber Studi Kepustakaan

Ada banyak sumber yang bisa dijadikan sebagai literature review. Diantaranya menurut (Siregar, 2019):

a.  Paper yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan jurnal internasional baik dari pihak pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta.

b. Tesis merupakan penulisan ilmiah yang sifatnya mendalam dan mengungkapkan suatu pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian. Tesis biasanya ditulis oleh mahasiswa pasca sarjana/ S2 yang ingin mengambil gelar master.

c.  Disertasi merupakan penulisan ilmiah tingkat tinggi yang biasanya ditulis untuk mendapatkan gelar doktor falasafah (Ph.D). Disertasi berisi fakta berupa penemuan dari penulis itu sendiri berdasarkan metode dan analisis yang dapat dipertahankan kebenarannya.

d. Jurnal maupun hasil-hasil koferensi. Jurnal biasanya digunakan sebagai bahan sitiran utama dalam penelitian karena membuat suatu informasi baru yang bersifat spesifik dan terfokus pada pemecahan masalah suatu topik penelitian.

e.  Majalah, pamflet, kliping. Majalah ilmiah merupakan sumber publikasi yang biasanya berupa teori, penemuan baru, maupun berupa materi-materi yang sedang populer dibicarakan dan diteliti. Biasanya materi yang disajikan dalam makalah tidak terdapat dalam buku. Contohnya majalah trubus, majalah e-commerce yang disenangi dalam peneliti untuk dijadikan sitiran karena frekuensi terbitnya teratur dan cepat hingga artikel yang dimuatnya cukup mutakhir.

f.  Abstrak hasil penelitian.

g. Prosiding yang dipublikasikan dapat dijadikan bahan literatur. Pengambilan prosiding sebagai bahan literature bisa memudahkan peneliti karena adanya kolaborasi antara peneliti dengan penulis prosiding yang mungkin berada pada suatu institusi yang sama.

 

B.  Konsep pembedahan

1.    Definisi pembedahan

Pembedahan adalah sebuah invatif karena insisi dilakukan pada tubuh atau ketika bagian tubuh diangkat. Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada tubuh dan terdiri dari tiga fase pra operasi, intra operasi, dan pasca operasi (Rosdahl, 2012).

 

2.    Jenis Pembedahan

Prosedur pembedahan secara umum dikelompokkan berdasarkan (Kozier, 2010):

a.    Berdasarkan Tujuan

1)   Diagnostik, mengonfirmasi atau menegakkan diagnostik, sebagai contoh biopsi massa di payudara.

2)   Paliatif, menurunkan atau mengurangi nyeri atau gejala penyakit, tidak menyembuhkan, sebagai contoh reseksi akar saraf.

3)   Ablatif, mengangkat bagian tubuh yang berpenyakit, sebagai contoh mengangkat kantung empedu (kolesistektomi).

4)   Konstruktif, memperbaiki fungsi atau penampilan yang telah hilang atau menurun, sebagai contoh implantasi payudara.

5)   Transplantasi, menggantu struktur yang tidak berfungsi, sebagai contoh penggantian panggul.

b.    Berdasarkan Tingkat Keterdesakan

1)   Bedah darurat, dilakukan segera untuk menyelamatkan fungsi atau hidup klien. Pembedahan untuk mengendalikan perdarahan interval atau memperbaiki fraktur adalah contoh bedah darurat.

2)   Bedah elektif, dilakukan jika intervensi bedah merupakan terapi pilihan untuk kondisi yang tidak secara langsung membahayakan keselamatan klien (tetapi mungkin akan mengancam kehidupan atau kesejahteraan klien) atau meningkatkan kehidupan klien. Contoh bedah elektif antara lain kolesistektomi untuk penyakit kandung empedu kronis, pembedahan penggantian panggul, dan prosedur bedah plastik seperti bedah reduksi payudara.

c.    Berdasarkan Derajat  Resiko

1)   Bedah mayor, merupakan pembedahan dengan derajat resiko tinggi, dilakukan untuk berbagai alasan. Pembedahan mungkin memiliki komplikasi atau lama, kehilangan darah dalam jumlah besar mungkin dapat terjadi, organ vital mungkin terkena, atau komplikasi pasca operatif mungkin terjadi. Contohnya adalah transplantasi organ, bedah jantung terbuka, dan pengangkatan ginjal.

2)   Bedah minor, biasanya memiliki resiko kecil, menghasilkan sedikit komplikasi, dan sering dilakukan pada “bedah rawat jalan”, contoh bedah monior adalah biopsi payudara, pengangkatan tonsil, dan pembedahan lutut.

 

3.    Definisi Keperawatan Perioperatif

Keperawatan periopertif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien (Maryunani, 2014). Istilah pre operatif merunjuk pada rentang waktu yang mencakup persiapan, proses, dan pemulihan dari pembedahan. Fase keperawatan perioperatif (Kozier, 2010) sebagai berikut:

a.    Fase Pra Opertif 

Dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi. Aktivitas keperawatan yang termasuk dalam fase ini antara lain mengkaji klien, mengidentifikasi masalah keperawatan yang potensial atau aktual, merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan individu, dan memberikan penyuluhan pra operatif untuk klien dan orang terdekat klien. Dalam tahap pre operasi perawat diharapkan dapat melakukan pengkajian terhadap fungsi fisiologis dan psikologis yang menentukan keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Ada beberapa yang harus dikaji pada fase ini meliputi pemeriksaan psikologis  dan pemeriksaan fisiologis serta klasifikasi ASA sebagai berikut:

1)   Pemeriksaan Psikologi (Maryunani, 2014)

Setiap orang berbeda-beda dalam memahami tentang pembedahan dan respon mereka pun berbeda-beda juga. Namun, umumnya mempunyai ketakutan dan keluhan-keluhan tertentu. Dalam hal ini, pasien yang akan dioperasi biasanya menjadi agak gelisah dan takut. Perasaan gelisah dan takut kadang-kadang tidak tampak jelas. Tetapi, kadang-kadang pula kecemasan ini dapat terlihat dalam bentuk lain. Pasien yang gelisah dan takut sering bertanya terus-menerus dan berulang-ulang, walaupun pertanyaannya telah dijawab. Kadang pasien tidak mau berbicara dan memperhatikan keadaan sekitarnya, tetapi berusaha mengalihkan perhatiannya pada hal lain atau sebaliknya pasien bergerak terus-menerus dan tidak bisa tidur.

2)   Pemeriksaan Fisik (Potter&Perry, 2009)

a)    Survei Umum

            Perawat mengobservasi penampilan umum klien. Bentuk dan pergerakkan tubuh dapat menggambarkan kelemahan yang disebabkan oleh penyakit. Berat badan dan tinggi badan merupakan indikator status nutrisi yang penting. Pengkajian tanda-tanda vital pre operatif termasuk tekanan darah saat klien duduk dan berdiri, memberikan data dasar yang penting untuk dibandingkan dengan perubahan tanda-tanda vital yang terjadi selama dan setelah pembedahan. Beberapa lembaga meminta pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada kedua lengan klien sebagai bahan pembanding. Ansietas dan rasa takut umumnya menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Agens anestesi secara khusus menekan seluruh fungsi vital. Namun, reaksi obat yang merugikan meliputi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Setelah efek anastesi pada pasca operasi berakhir, perawat harus memantau tanda-tanda vital secara ketat dan membandingkan hasilnya dengan data pre operasi. Pengkajian tanda-tanda vital preoperatif juga penting untuk menentukan adanya abnormalitas cairan dan elektrolit. Peningkatan denyut jantung dapat disebabkan karena kekurangan volume cairan plasma, kekurangan kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi kuat dan keras, hal tersebut mungkin disebabkan karena kelebihan volume cairan. Disritmia jantung umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit.

b)   Kepala dan Leher

            Kondisi membran mukosa mulut menunjukan kadar hidrasi. Klien dehidrasi beresiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang serius selama pembedahan. Inspeksi palatum mole dan sinus nasalis dapat menunjukan drainase atau pernapasan. Untuk menentukan kemungkinan adanya infeksi lokal atau sistemik, perawat mempalpasi adanya pembesaran nodus limfe di daerah servikal. Perawat menginspeksi adanya distensi vena jugularis. Kelebihan cairan dalam sistem sirkulasi atau kegagalan distensi vena jugularis.

 

 

c)    Integumen

            Perawat menginspeksi kulit di seluruh permukaan tubuh secara teliti. Perhatian utama ditunjukan pada daerah tonjolan tulang, seperti siku, sarkum, dan skapula. Selama pembedahan, klien harus berbaring dalam satu posisi tertentu, sering kali selama beberapa jam. Klien rentan mengalami ulkus tekan jika kulit klien tipis, kering dan turgor kulitnya buruk.

d)   Toraks dan Paru-paru

            Pengkajian pola pernapasan klien dan ekskursi dada membantu perawat dalam mengkaji kapasitas ventilasi.

e)    Jantung dan Sistem Vaskular

            Apabila klien mempunyai penyakit jantung, perawat harus mengkaji karakter denyut jantung apikal. Setelah pembedahan perawat harus membandingkan frekuens dan irama nadi dengan data yang diperoleh sebelum operasi. Agens anatesi, perubahan dalam keseimbangan cairan, dan stimulasi respons stres akibat pembedahan dapat menyebabkan disritmia jantung. Perawat mengkaji nadi perifer, waktu pengisian kapiler, dan warna serta suhu ekstermitas untuk menentukan status sirkulasi klien. Waktu pengisian kapiler dikaji dengan cara menekan kuku jari tangan atau kuku jari kaki klien sampai warna kulit menjadi pucat. Pengisian kailer normal terjadi kurang dari 3 detik.

f)    Abdomen

            Perawat mengkaji ukuran, bentuk, simetris, dan distensi abdomen. Pengkajian bising usus pada fase pre operatif berguna sebagai data dasar. Perawat menentukan apakah klien mempunyai gerakan usus teratur. Apabila pembedahan memerlukan manipulasi saluran gastrointestinal atau jika klien diberikan anatesi umum, maka peristaltik tidak akan kembali normal dan bising usus akan hilang berkurang selama beberapa hari setelah operasi.

 

g)   Status Neurologis

            Selama mengkaji riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, perawat mengobservasi tingkat orientasi, kesadaran, dan mood klien, memperhatikan apakah klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat dan dapat mengingat kejadian yang baru terjadi dan kejadian masa lalu.

3)   Klasifikasi ASA(American Society of Anasthesiologists)

Sebelum operasi, ahli anastesi akan menilai keadaan pasien dan merancang suatu rencana untuk anastesi berdasarkan hal-hal berikut seperti kondisi pasien (klasifikasi ASA) yang ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang selektif, kesulitan pembedahan yang akan dilakukan, dan kepentingan prosedur (darurat atau elektif) (Grace, 2006).

Tabel 2.1 Klasifikasi ASA

Kelas

Klasifikasi status fisik praoperasi menurut ASA(American Society of Aneshesiologists)

Kelas I

Fit dan sehat

Kelas II

Penyakit sistemik ringan

Kelas III

Penyakit sistemik berat yang tidak terkontrol

Kelas IV

Penyakit sistemik tidak terkontrol yang selalu mengancam jiwa

Kelas V

Mengancam nyawa-tidak diharapkan dapat bertahan >24 jam tanpa pembedahan

Sumber: (Grace, 2006)

b.      Fase Intra Operatif

Dimulai saat klien dipindahkan ke meja operasi dan berakhir ketika klien masuk ke unit perawatan pasca anastesia PACU (Post Anasthesia Care Unit) yang juga disebut ruang pasca anastesia atau ruang pemulihan. Aktivitas keperawatan yang termasuk dalam fase ini antara lain berbagai prosedur khusus yang dirancang untuk menciptakan dan mempertahankan lingkungan terapeutik yang aman untuk klien dan tenaga kesehatan. Perawat intra operatif adalah anggota tim bedah yang penting, berperan sebagai advokat klien, mempertahankan keselamatan, dan mengkaji secara kontinu kebutuhan klien dan tim bedah.

c.       Fase Pasca Operatif

Dimulai saat klien masuk ke ruang pasca anastesia dan berakhir ketika luka telah benar-benar sembuh. Selama fase pasca operatif, tindakan keperawatan antara lain mengkaji respon klien (fisiologi dan psikologi) terhadap pembedahan, melakukan intervensi untuk memfasilitasi proses penyembuhan dan mencegah komplikasi, memberikan penyuluhan dan memberikan dukungan kepada klien dan orang terdekat, dan merencanakan perawatan di rumah. Tujuannya adalah membantu klien mencapai status kesehatan yang paling optimal. Peran perawat selama fase pasca operatif sangat penting terutama untuk pemulihan. Anastesia menghambat kemampuan klien untuk berespons terhadap stimulus lingkungan dan untuk membantu mereka sendiri, meskipun derajat kesadaran klien mungkin akan sangat beraneka ragam. Selain itu, pembedahan itu sendiri dapat menyebabkan trauma pada tubuh dengan mengganggu mekanisme protektif dan hemoestatis.

 

C.  Tekanan Darah

1.    Definisi Tekanan Darah

     Tekanan darah arteri adalah besar tekanan yang dihasilkan oleh darah saat mengalir melalui arteri. Karena darah bergerak secara bergelombang, ada dua jenis ukuran tekanan darah yaitu tekanan sistol, merupakan tekanan darah yang dihasilkan oleh kontraksi ventrikel, yaitu tekanan pada puncak gelombang darah dan tekanan diastolik, merupakan tekanan ventrikel pada saat istirahat. Maka, tekanan diastolik yang merupakan tekanan yang lebih rendah, akan selalu ada dalam arteri. Selisih antara tekanan diastolik dan tekanan sistolik disebut tekanan nadi (Kozier, 2010).

     Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg) dan ditulis dalam bentuk pecahan. Tekanan sistolik ditulis diatas tekanan diastolik. Tekanan darah rata-rata pada orang dewasa yang sehat adalah 120/80 mmHg. Hipertensi rata-rata tekanan sistolik diatas 130 atau tekanan diastolik diatas 85 membutuhkan upaya tindak lanjut (Kozier, 2010).

2.    Fisiologi Tekanan Darah Arteri

     Tekanan darah menggambarkan hubungan antara curah jantung, reistensi perifer, volume darah, kekentalan darah, dan elastisitas arteri (Potter & Perry, 2009):

a.    Curah Jantung

Tekanan darah bergantung pada curah jantung. Saat volume pada ruang tertutup (seperti pembuluh darah) bertambah, maka tekanan darah akan meningkat, oleh karena itu, jika curah jantung meningkat, maka darah yang dipompakan terhadap dinding arteri akan bertambah sehingga tekanan darah meningkat. Curah jantung meningkat karena adanya peningkatan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas otot jantung, atau volume darah. Perubahan frekuensi jantung terjadi lebih cepat dibandingkan perubahan kontraktilitas otot jantung atau volume darah. Peningkatan frekuensi jantung yang cepat akan menurunkan waktu pengisian jantung. Akibatnya, terjadi penurunan tekanan darah.

b.    Resistensi Perifer

Tekanan darah bergantung pada resistensi vaskular perifer. Darah bersikurkulasi melalui jaringan arteri, arteriola, kapiler, venula, dan vena. Arteri dan arteriola dikelilingi otot polos yang berkontraksi atau berelaksasi untuk mengubah ukuran lumen. Ukuran tersebut akan berubah untuk menyesuaikan diri terhadap aliran darah sesuai kebutuhan jaringan lokal. Resistensi perifer adalah resistensi terhadap aliran darah yang ditentukan oleh tonus otot pembuluh darah dan diameternya. Semakin kecil ukuran lumen pembuluh darah perifer, maka semakin besar resistensinya terhadap aliran darah dengan meningkatkannya resistensi, maka tekanan darah arteri meningkat. Dengan dilatasi dan penurunan resistensi tekanan darah menurun.

c.    Volume Darah

Volume darah yang bersikulasi dalam sistem vaskular mempengaruhi tekanan darah. Sebagaian besar individu dewasa memiliki volume darah sebesar 500 ml. Jika terjadi peningkatan volume, tekanan terhadap dinding arteri meningkat. Saat volume berkurang (pada pendarahan atau dehidrasi) tekanan darah akan menurun.

d.   Kekentalan

Kekentalan atau viskositas darah akan mempengaruhi kemudahan aliran darah melalui pembuluh darah kecil. Hematokrit atau presentase sel dalam darah dalam darah, menentukan kekebalan darah. Jika hematokrit meningkat dan aliran darah melambat, maka tekanan arteri akan meningkat. Jantung lebih kuat berkontraksi untuk memindahkan darah di sepanjang sistem sirkulasi.

e.    Elastisitas

Dinding arteri normal bersifat elastis dan dapat merangsang. Peningkatan tekanan darah arteri, diameter pembuluh darah akan bertambah untuk mengakomodasi perubahan tekanan. Tekanan sistolik meningkat lebih signifikan dibandingkan tekanan diastolik akibat  penurunan elastisitas arteri. Kontrol sistem kardiovaskuler yang kompleks secara normal akan mencegah tiap faktor untuk mempengaruhi tekanan darah.

 

3.    Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah tidak bersifat konstan. Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Tekanan darah tidak dapat diukur dengan adekuat melalui satu kali pengukuran saja. Tanda-tanda vital pre operatif, termasuk tekanan darah saat duduk dan berdiri, memberikan data dasar yang penting untuk membandingkan perubahan yang terjadi selama dan setelah operasi. Beberapa institusi meminta memeriksa tekanan darah pada kedua lengan untuk perbandingan. Kegelisahan dan rasa takut sering menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Pengkajian tanda-tanda vital pra operasi juga penting untuk menyingkirkan abnormalitas cairan dan elektrolit (Potter & Perry, 2009). Tekanan darah berubah dengan cepat bahkan pada kondisi kesehatan yang optimal (Potter & Perry, 2009).

 

a.    Usia

Tekanan darah bervariasi sesuai dengan umur. Tekanan darah pada orang dewasa meningkat sesuai usia. Tekanan darah optimal untuk dewasa usia paruh baya adalah dibawah 120/80 mmHg. Nilai 120-139/ 80-89 mmHg dianggap sebagai prehipertensi (National High Blood Pressure Education Progress, NHBPEP, 2003). Lansia biasanya mengalami peningkatan tekanan sistolik yang berhubungan dengan elastisitas pembuluh darah menurun. Tekanan darah 140/90 didefinisikan sebagai hipertensi dan meningkatkan resiko penyakit yang berhubungan dengan hipertensi (Potter & Perry, 2009).

Tabel 2.2 Tekanan Darah Optimal Rata-Rata Sesuai Usia

Usia

Tekanan Darah (mmHg)

Neonatus

40 (rerata)

1 bulan

85/54

1 tahun

95/65

6 tahun

105/65

10-13 tahun

110/65

14-17 tahun

120/75

>18 tahun

<120/80

Sumber: (Potter&Perry, 2009)

Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Usia > 18 Tahun

Katagori

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

Normal

<120

<80

Prehipertensi

120-139

80-89

Hipertensi stadium 1

140-159

90-99

Hipertensi stadium 2

≥160

≥100

                            Sumber: (Potter&Perry, 2009)

b.    Stres

Kegelisahan, ketakutan, nyeri, dan stres emosional dapat mengakibatkan stimulasi simpati yang meningkatkan frekuensi denyut jantung, curah jantung dan resistensi vaskular. Efek simpatis ini meningkatkan tekanan darah. Kegelisahan meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg.

 

 

c.    Etnik

Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor yang cukup besar mempengaruhi.

d.   Jenis Kelamin

Tidak terdapat perbedaan tekanan darah yang berarti antara remaja pria dan wanita. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi.

e.    Variasi Harian

Tekanan darah lebih rendah antara tengah malam dan pukul 3 pagi (Hones et al., 2006). Diantara pukul 03.00-06.00 pagi terjadi peningkatan tekanan darah yang lambat. Saat terbangun, terjadi peningkatan tekanan darah pagi (Redon, 2004). Tekanan darah tertinggi ditemukan saat siang hari di antara pukul 10.00-18.00 (Redon, 2004).

f.     Obat-Obatan

Beberapa obat mempengaruhi tekanan darah secara langsung maupun tidak langsung. Sebelum pengkajian tekanan darah, tanyakan pasien mengenai riwayat obat anti hipertensi atau obat jantung lainnya yang menurunkan tekanan darah. Kelas obat lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah analgetik oploid yang dapat menurunkan tekanan darah. Vasokontriktor dan asupan cairan intavena yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.

g.    Aktivitas dan Berat Badan

Olahraga dapat menurunkan tekanan darah untuk beberapa jam sesudahnya. Para lansia mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg 1 jam setelah makan. Peningkatan kebutuhan oksigen saat beraktivitas akan meningkatkan tekanan darah.

h.    Merokok

Merokok menyebabkan vasokontriksi. Saat seseorang merokok, tekanan darah meningkat, dan akan kembali ke nilai dasar 15 menit setelah berhenti merokok (NHBPEP, 2003).

 

4.    Hipertensi

Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Resistensi perifer akan bertambah pada pembuluh darah yang tebal dan tidak elastis tersebut. Jantung akan memompa dengan menghadapi resistensi yang lebih tinggi. Akibatnya, aliran darah ke organ vital seperti jantung, otak, dan ginjal akan menurun. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi memiliki risiko yang lebih tinggi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi mencegah obesitas, merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan asupan natrium (garam) yang tinggi. Gaya hidup yang kurang aktif dan pajanan stres yang kontinu juga menyebabkan hipertensi (Potter & Perry, 2009).

 

5.    Hipotensi

Hipotensi sering kali disebabkan oleh penurunan sirkulasi volume darah. Hipotensi didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 25% sampai 30% dari nilai dasar pada saat istirahat. Hipotensi terjadi jika sistolik bernilai 90 mmHg atau kurang. Hipotensi terjadi karena pelebaran arteri, hilangnya volume darah dalam jumlah banyak atau kegagalan otot jantung untuk memompa dengan adekuat. Hipotensi yang berhubungan dengan kulit yang pucat, lembab, kebingungan, peningkatan frekuensi jantung, atau penurunan jumlah urine bersifat mengancam jiwa harus dilaporkan kepada penyedia layanan kesehatan dengan segera (Potter & Perry, 2009).

 

D.  Denyut Jantung

1.    Definisi Denyut Jantung

Pada individu yang sehat, nadi menggambarkan denyut jantung artinya frekuensi nadi sama dengan frekuensi kontraksi ventrikel jantung. Nadi merupakan gelombang darah yang dihasilkan oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Umumnya, gelombang nadi mewakili volume sekuncup dan jumlah darah yang memasuki arteri pada setiap kontraksi ventrikel. Ketika arteri kehilangan distensibilitas atau daya regangannya, dibutuhkan tekanan yang lebih besar untuk memompa darah ke arteri (Kozier, 2010). Denyut nadi adalah aliran darah yang terasa naik turun saat dipalpasi pada berbagai titik tubuh. Darah mengalir dalam sirkuit yang kontinu. Denyut adalah indikator status sirkulasi darah (Potter & Perry, 2009).

 

2.    Fisiologi dan Regulasi Denyut Jantung

Impuls listrik dari Nodus Sinoatrial (SA) berjalan melalui otot jantung untuk menstimulasi kontraksi jantung. Sekitar 60-70 ml darah masuk ke aorta dalam setiap kontraksi ventrtikel (stroke volume). Dengan setiap ejeksi, dinding aorta berdistensi, menghasilkan gelombang denyut yang berjalan cepat ke ujung distal arteri. Gelombang denyut bergerak 15 kali lebih cepat melalui aorta dan 100 kali lebih cepat melalui arteri kecil dibandingkan dengan volume arteri perifer, anda dapat merasakannya dengan palpasi arteri secara lembut menekan tulang atau otot dibawahnya. Jumlah sensai denyut dalam 1 menit disebut frekuensi denyut (pulse rate) (Potter & Perry, 2009).

 

3.    Pemeriksaan Denyut Jantung

Lokasi radialis dan apikal paling sering digunakan untuk pemeriksaan frekuensi denyut nadi. Jika denyut radial abnormal atau intermiten akibat disritmia, atau tidak dapat dicapai karena pakaian atau adanya gips, maka lakukan pemeriksaan denyut apikal. Jika klien mengkonsumsi obat jantung, maka denyut apikal akan lebih akurat terhadap fungsi jantung. Brakial dan apikal merupakan lokasi terbaik untuk memeriksa denyut nadi balita atau anak-anak karena lokasi perifer terletak lebih dalam dan sulit dipalpasi secara tepat. Anda mecari lokasi perifer lain jika sedang melakukan pemeriksaan fisik lengkap, saat operasi atau terapi telah mengganggu aliran darah, atau jika ada indikasi klinis tentang gangguan aliran darah.

 

 

4.    Karakteristik Denyut Jantung

              Pemeriksaan denyut radial meliputi (Potter & Perry, 2009):

a.    Frekuensi

Beberapa perawat mengukur nilai dasar pada posisi duduk, berdiri, dan berbaring. Perubahan posisi dapat mengubah volume darah dan aktivitas simpatis. Frekuensi denyut jantung meningkat sesaat jika terjadi perubahan posisi berbaring ke posisi duduk. Pemeriksaan frekuensi denyut perifer dan apikal biasanya bervariasi. Kedua kelainan frekuensi denyut yang sering ditemukan adalah takiradia dan bradikardia. Takikardia adalah peningkatan frekuensi denyut jantung yang abnormal di atas 100 x/ menit pada orang dewasa. Brakikardia adalah penurunan frekeunsi denyut jantung abnormal di bawah 60 x/ menit.

Tabel 2.4 Kisaran Normal Frekuensi Denyut Jantung

Usia

Frekuensi Denyut Jantung (x/menit)

Balita

20-160

Anak

90-140

Prasekolah

80-110

Sekolah

75-100

Dewasa

60-90

Remaja

60-100

Sumber: (Potter&Perry, 2009)

b.    Irama

Setiap denyut diantara interval yang teratur. Interval yang terganggu oleh denyut yang lambat atau cepat atau denyut yang hilang mengindikasikan ritme abnormal atau disritmia. Disritmia mengancam kemampuan jantung untuk menghasilkan curah jantung yang cukup, terutama jika disritmia tersebut sering terjadi. Disritmia dapat dikenali dengan palpasi gangguan dalam gelombang denyut yang berurutan atau dengan mengaskultasikan antara suara jantung. Periksa keteraturan terjadinya disritmia dan auskultasi denyut apikal. Disritmia biasanya digambarkan sebagai denyut yang tidak teratur secara teratur (regularly irregular) atau tidak teratur secara tidak teratur ( irregularly irregular).

 

c.    Kekuatan

Kekuatan menggambarkan volume darah yang dipompakan dinding arteri setiap kontraksi dan kondisi sistem arteri. Normalnya, kekuatan denyut akan sama pada tiap detak jantung. Denyut dapat dikategorikan sebagai kuat, lemah, tipis,  atau bounding.

d.   Ekualitas

Nadi radialis pada kedua sisi dibandingkan. Denyut nadi pada salah satu ekstermitas terkadang tidak memiliki kekuatan yang sama pada berbagai penyakit.

 

5.    Faktor Yang Mempengaruhi Denyut Jantung

Tabel 2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Denyut Jantung

Faktor

Meningkatkan Frekuensi Denyut

Menurukan Frekuensi Denyut

Olahraga

Olahraga jangka pendek

Olahraga jangka panjang akan membuat jantung beradaptasi sehingga denyut istirahat lebih lambat dan kembali ke tingkat istirahat lebih cepat setelah olahraga.

Suhu

Demam dan panas

Hipotermia.

Emosi

Nyeri akut dan kegelisahan meningkatkan stimulasi simpatis dan meningkatkan frekuemsi jantung. Efek nyeri kronis pada denyut jantung bervariasi. Pada respon fisiologi terhadap stress pada masa preoperasi dapat meningkatkan denyut jantung hingga 10 kali per menit dari batas normal selama tiga kali observasi (Maryunani, 2014)

Nyeri berat yang tidak dihilangkan Meningkatkan stimulasi parasimpatis sehingga mempengaruhi denyut jantung relaksasi

Obat-Obatan

Obat kronotropik positif seperti epinefrin.

Obat kronotropik negatif seperti digitalis, beta-adrenergik, dan calcium channel blockers

Hemoragi

Kehilangan darah meningkatkan stimulasi simpatis

-

Perubahan postural

Berdiri atau duduk

Berbaring

Kondisi paru-paru

 

Penyakit dengan oksigensi buruk seperti asma, PPOK

-

Sumber: (Potter & Perry, 2009)

E.  Terapi Musik

1.    Definisi Terapi Musik

Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “Terapi” dan “Musik”. Kata “Terapi” berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks fisik dan mental. Seorang terapis musik akan menggunakan musik dan aktivitas musik untuk memfasilitasi proses terapi dalam membantu kliennya (Djohan, 2006).

Faktor yang mempengaruhi :

1.       Usia

2.       Stres

3.       Etnik

4.       Jenis kelamin

5.       Variasi hari

6.       Obat-obatan

7.       Aktivitas dan berat badan

8.       Merokok

Kata “Musik” dalam “Terapi Musik” digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Berbeda dengan berbagai terapi dalam lingkup psikologi yang justru mendorong klien untuk bercerita tentang permasalahan-permasalahannya, terapi musik adalah terapi yang bersifat nonverbal. Dengan bantuan musik, pikiran pasien dibiarkan untuk mengembara, baik untuk mengenang hal-hal yang membahagiakan, membayangkan ketakutan-ketakutan yang dirasakan, mengenangkan hal-hal yang diimpikan dan dicita-citakan, atau langsung mencoba menguraikan permasalahan yang ia hadapi (Djohan, 2006).

Terapi musik (AMTA, 1997) adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang menggunakan musik dan aktivitas musik untuk mengatasi berbagai masalah dalam aspek fisik, psikologis, kognitif, dan kebutuhan sosial individu yang mengalami cacat fisik. Terapi musik (Wigram, 2000) adalah penggunaan musik dalam lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan psikologis (Djohan, 2006). Terapi musik adalah menggunakan musik untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis, kognitif, dan sosial individu yang menderita cacat dan penyakit. Terapi memperbaiki gerakan dan atau komunikasi fisik, mengembangkan ekspresi emosional, memperbaiki ingatan, dan mengalihkan rasa nyeri (Potter & Perry, 2009).

Menurut Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT) mengemukakan definisi, terapi musik adalah penggunaan musik dan atau elemen musik (suara, irama, melodi, dan harmoni) oleh seorang terapis musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap klien atau kelompok dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi, menata diri atau untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya (Djohan, 2006).

 

2.    Jenis Musik

Menurut (Natalia, 2013 dalam Rahayu, 2017) jenis terapi musik ada dua yaitu:

a.    Aktif-Kreatif

Terapi musik diterapkan dengan melibatkan klien secara langsung untuk ikut aktif dalam sebuah sesi terapi melalui cara:

1)   Menciptakan lagu (composing). Cara ini dilakukan dengan mengajarkan klien diajak untuk menciptakan lagu sederhana ataupun lirik dan terapis yang akan melengkapi secara harmonis.

2)   Improvisasi. Cara ini merupakan upaya membuat musik secara spontan dengan menyanyi ataupun bermain musik pada saat itu juga dan membuat improvisasi dari musik yang diberikan oleh terapis.

3)   Re-creating Music. Merupakan cara mengajak klien bernyanyi ataupun bermain instrumen musik dari lagu-lagu yang sudah kenal.

b.    Pasif-Reseptif

Dalam sesi reseptif, klien akan mendapat terapi dengan mendengarkan musik. Terapi ini lebih menekankan pada physical, emotional intellectual, anesthetic of spiritual dari musik itu sendiri sehingga klien akan merasakan ketenangan atau relaksasi. Musik yang digunakan dapat bermacam-macam jenis dan style tergantung dengan kondisi yang dihadapi klien. Terapi musik diterapkan dalam dua kelas yaitu:

1)   Kelas individu, klien di terapi secara personal melalui cara kreatif

maupun reseptif. Melalui proses membuat lagu, kondisi relaksasi dan suasana yang nyaman akan membantu klien untuk merasakan ketenangan.

2)   Kelas grup, klien di terapi dengan metode yang sama melalui kreatif

dan reseptif. Namun, dapat lebih bervariasi dengan melakukan paduan suara, ensemble perkusi, menari secara bersama maupun membuat permainan. Kegiatan yang langsung melibatkan klien dengan menggunakan gerakan tubuh akan menciptakan kontrol tubuh dan kesadaran tubuh secara keseluruhan.

Untuk menentukan sesi terapi musik juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1)   Usia: anak-anak, remaja, dewasa, lanjut usia

2)   Gender: perempuan atau laki-laki

3)   Latar belakang: kondisi kesehatan klien, apakah ada penyakit tertentu pada bagian tubuh (digestives, nervos, cardio, etc). Klien dalam kondisi sehat atau sedang dalam perawatan.

4)   Kondisi individual yang sesuai dengan karakternya (dilihat dari tanggal lahir-zodiak, jenis pekerjaan/sekolah)

    

3.    Manfaat Terapi Musik

Menurut Kemper & Denhaueur ( 2005), Mucci & Mucci (2002), Campbell (2001), keuntungan musik antara lain sebagai berikut (Solehati, dkk, 2015):

a.    Musik memberikan efek terhadap peningkatan kesehatan

b.    Musik menurunkan stres dan mengurangi ketegangan otot

c.    Musik megurangi nyeri

d.   Musik menciptakan suasana rileks, aman, dan menyenangkan

e.    Musik menutupi perasaan yang tidak menyenangkan

f.     Musik mempengaruhi sistem limbic dan saraf otonom sehingga merangsang pelepasan zat kimia Gamma Amino Butyric Acid (GABA), enkefalin, dan beta endorphin yang akan mengeliminasi neurotransmitter nyeri

g.    Musik memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak. Musik dengan denyut kurang lebih 60 ketukan permenit dapat mengubah kesadaran dari beta menuju kisaran alfa. Gelombang alfa merupakan kondisi yang menunjukan ketenangan dan kesadaran yang meningkat

h.    Musik mempengaruhi pernafasan. Dengan mendengarkan musik irama tempo lambat atau musik yang bunyinya lebih panjang dan lebih lambat, pernapasan akan melambat sehingga membuat pikiran tenang.

i.      Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah. Denyut jantung menanggapi variabel-variabel musik (frekuensi, tempo, dan volume) dan cenderung menjadi lebih lambat atau lebih cepat guna menyamai ritme suatu bunyi. Musik dengan rata-rata ketukan 55 herts dapat menurunkan tekanan darah.

j.      Musik mempengaruhi suhu tubuh. Musik yang lembut dengan ketukan lambat dapat menurunkan suhu tubuh. Sebaliknya, musik yang keras dapat menaikkan suhu tubuh

k.    Musik megatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stress. Hormon-hormon seperti Adrenocorticotrophin (ACTH), prolaktik, dan Human Growth Hormone (HGH) dalam darah menurunkan secara signifikan pada orang-orang yang mendengarkan musik yang santai. Selain itu, musik juga dapat meningkatkan pelepasan endorphin. Pelepasan tersebut memberikan suatu pengalihan perhatian dari rasa sakit dan mengurangi kecemasan

l.      Musik dapat mengubah persepsi tentang ruang. Musik dapat mengubah lingkungan terasa lebih ringan, lebih lega, dan lebih elegan.

 

 

 

4.    Musik Klasik Mozart

Musik klasik mozart adalah musik klasik yang muncul 250 tahun yang lalu dan diciptakan Wolgang Amadeus Mozart. Dibandingkan musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada musik klasik mozart mampu merangsang dan memberdayakan kreatifitas. Musik-musik mozart memiliki keunggulan akan kemurnian dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya, irama, melodi dan frekuensi-frekuensi tinggi pada musik klasik mozart merangsang dan memberikan daya pada daerah-daerah kreatif dan motivasi dalam otak. Musik mozart memberikan rasa nyaman tidak saja ditelinga tetapi juga bagi jiwa yang mendengarkannya. Gubahan-gubahan musik klasik ini, bila rajin diperdengarkan akan memberi efek keseimbangan emosi dan ketenangan (Saputry, 2017). Musik mozart merupakan salah satu jenis musik relaksasi yang bertempo 60 ketukan per menit. Musik yang memiliki tempo antara 60 sampai 80 ketukan per menit mampu membuat seseorang yang mendengarkannya menjadi rileks ( Ramadhani, 2014).

Tabel 2.6 Daftar Judul Lagu Musik Klasik Mozart

Judul lagu

Artis

Romenze Eine Klein Nachmusik

Mozart

Wind Serenade no. 12, C minor, K.388

Mozart

Piano Concerto, A mayor, K.491

Mozart

Clarinet Concerto, no.24, K.622

Mozart

Horn Concerto, E-flat, K.495

Mozart

Sumber: ( Ramadhani, 2014)

 

5.    Tahapan Dalam Terapi Musik Klasik

Tahapan terapi musik klasik menurut (Solehati, dkk, 2015) :

a.    Menyiapkan semua alat yang dibutuhkan seperti mp3 dan earphone

b.    Persiapan pasien, pasien diberi penjelasan dan informed consent

c.    Atur dan bantu posisi pasien senyaman mungkin

d.   Beri tahu pasien, bahwa dirinya tidak akan terganggu selama pemberian terapi musik dilakukan, kecuali jika ada kepentingan medis atau permintaan dari pasien itu sendiri

e.    Bantu pasien untuk memperbaiki perlengkapan terapi, seperti earphone dan volume musik

f.     Nyalakan mp3 dengan volume sedang, cek terlebih dahulu ke telinga pasie, intervensi relaksasi musik sebelum diberikan kepada pasien, selanjutnya pasang earphone di telinga pasien tanyakan apakah volumenya cukup

g.    Mainkan musik sesuai dengan waktu yang telah disepakati yaitu 30 menit

h.    Bimbing klien dengan memberi perintah untuk menutup mata, dengarkan ritme musik dan alunannya, serta anjurkan untuk membiarkan pikiran mengikuti ritme musik

i.      Anjurkan dan bimbing pasien untuk melemaskan otot-ototnya selama musik berlangsung

j.      Anjurkan pasien untuk menarik nafas melalui hidung dan mengeluarkan napas secara perlahan melalui mulut sambil mendengarkan musik

k.    Setelah 30 menit, lakukan evaluasi kepada pasien terhadap tindakan yang telah dilakukan

 

6.    Patofisiologi Terapi Musik

Musik ketika dimainkan akan menghasilkan stimulasi yang dikirim dari akson-akson serabut sensori asendens ke neuron-neuron Reticular Activating Sistem (RAS). Stimulus kemudian ditransmisikan oleh nuclei spesifik dari thalamus melewati area-area korteks cerebral, sistem limbik, dan korpus collosum dan melalui area-area sistem saraf otonom dan sistem neuroendokrin (Chiu & Kumar, 2003 dalam  Darliana 2008). Sistem limbik bertanggung jawab dalam mengontrol emosi dan juga mempunyai peran dalam belajar dan mengingat. Lokasi yang berbatasan dengan korteks serebral dan batang otak yaitu sistem limbik, dibentuk oleh cincin yang dihubungkan dengan cigulate gyrus, hippocampus, dornik, badan-badan mammilarry, hypothalamus, traktus mammilothalamic,  thalamus anterior dan bulbs olfaktorius. Ketika musik dimainkan semua bagian yang berhubungan dengan sistem limbik terstimulasi sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi. Musik juga menghasilkan sekresi phynylethylamin dari sitem limbik yang merupakan neuroamine yang berperan dalam perasaan “Cinta”. Musik dapat memberikan rangsangan pada saraf simpatik dan  saraf parasimpatik untuk menghasilkan respon  relaksasi. Karakteristik respon relaksasi yang ditimbulkan berupa penurunan frekuensi nadi, relaksasi otot, tidur (Robb,2000; Argstatter, Haberbosch; Bolay, 2006; Chiu &Kumar, 2003 dalam Darliana 2008). Efek musik pada sistem neuroendokrin adalah memelihara keseimbangan tubuh melalui sekresi hormon-hormon dan zat-zat kimia ke dalam darah, efek musik ini terjadi dengan cara:

a.    Musik merangsang pengeluaran endorphine yang merupakan opiate tubuh secara alami dihasilkan dari gland pituitary yang berguna dalam mengurangi nyeri, mempengaruhi mood dan memori.

b.    Mengurangi pengeluaran katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin dari medulla adrenal. Pengurangan katekolamin dapat menurunkan frekuensi nadi, tekanan darah, asam  lemak bebas, dan pengurangan konsumsi oksigen.

c.    Mengurangi kadar kortikosteroid adrenal, Corticotrophin-Releasing Hormone (CRH) dan Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) yang dihasilkan selama stres.

 

 

 

 

 

 

 

 

F.       Kerangka Teori

Terapi farmakologi

Terapi non farmakologi

Tekanan darah:

1.         Analgetik oploid   

2.         Vasokontriktor dan cairan intravena

Denyut jantung :

1.    Obat kronotropik positif  seperti epinefrin

2.    Obat kronotropik negatif seperti digitalis, beta-adrenergik dan calcium channel blockers

Terapi musik klasik mozart

Implus saraf telinga

Sistem limbik

Sistem saraf otonom

Menghambat respon simpatis medulla adrenal

Penurunan sekresi katekolamin

Penurunan tekanan darah, nadi, pernafasan

Pasien pre op

Kecemasan

Tekanan  darah dan denyut jantung meningkat

Respon relaksasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: (Potter & Perry,2009), (Robb, 2000; Argstatter, Haberbosch; Bolay, 2006; Chiu &Kumar, 2003 dalam Darliana 2008)

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau adil sementara, yang kebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoadmodjo, 2018). Adapun hipotesis untuk penelitian literature review ini  yaitu :

Ha.

Terapi musik klasik mozart berpengaruh terhadap tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi.

 

H.  Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Jenis variabel sebagai berikut (Notoatmodjo,  2018):

1.    Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas, sebab, mempengaruhi atau idependent variabel atau variabel resiko. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi musik klasik mozart.

2.    Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel tergantung, terikat, akibat, terpengaruh atau variabel yang di pengaruhi. Disebut variabel tergantung atau dependent karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel independent. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan darah dan denyut jantung.

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.  Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, mencatat dan membaca serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2003:3, dalam Supriyadi, 2016). Penelitian ini untuk melihat pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi. Penelitian ini terdapat faktor resiko (variabel independent) yaitu terapi musik klasik mozart sedangkan efeknya (variabel dependent) yaitu penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.

 

B.  Desain Penelitian

Literature review merupakan diskusi dari pengetahuan tentang topik yang sedang dipelajari atau bisa juga berupa hasil pengetahuan yang didukung dengan literature riset, dan merupakan pondasi dari penelitian. Ada beberapa aspek utama dalam melakukan literature review yaitu survey artikel yang terkait dengan isu yang kita teliti, berikan evaluasi, ringkas gambar-gambar yang ada, mendapatkan masukan yang terkait dengan isu dari publikasi yang terbaru hingga publikasi yang terlama sehingga kita bisa mendapatkan gambaran secara jelas (Siregar, 2019). Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR), yaitu sebuah studi literature secara sistematik, jelas, menyeluruh dengan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengumpulkan data-data penelitian yang sudah ada (Sholihah, 2019). Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi subyek topik yang dicari serta memahami kenapa dan bagaimana hasil dari penelitian tersebut sehingga dapat menjadi acuan untuk penelitian baru yang akan dilakukan (Okoli, 2010 dalam Sholihah, 2019). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh


pemberian terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dengan studi literature review.

 

C.      Waktu Penelitian

Penelitian dimulai pada tanggal 16 April 2020-2 Mei 2020.

 

D.      Subjek Penelitian

1.    Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2018). Adapun yang menjadi populasi di penelitian ini adalah jurnal nasional dan jurnal internasional yang berkaitan dengan pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dan pasien lansia hipertensi.

 

2.    Teknik Sampel Penelitian

Teknik sampling adalah cara-cara yang digunakan dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2015 dalam Yansyari, 2019). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atau kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan (Notoatmodjo, 2018). Pendekatan teknik nonprobability sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan purposive sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Berdasarkan kasus karakteristik populasi yang sudah yang diketahui sebelumnya yaitu telah disebutkan dalam inklusi dan eklusi dalam penelitian ini:

 

 

 

a.    Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1)   Jurnal nasional dan jurnal internasional yang berkaitan dengan pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre oprasi dan pasien lansia hipertensi.

2)   Artikel menggunakan metode penelitian kuantitatif dan deskriptif

3)   Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

4)   Jurnal dalam rentan waktu 2007-2019

5)   Jurnal dalam bentuk full text (dapat diakses secara penuh)

b.    Kriteria Eklusi

Kriteria eklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

1)   Jurnal yang tidak sesuai dengan topik penelitian

2)   Jurnal yang update dibawah tahun 2007

3)   Jurnal tidak dalam full text (tidak dapat diakses penuh)

 

3.    Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakil seluruh populasi (Notoatmodjo, 2018). Sampel dalam penelitian ini adalah 10 jurnal nasional dan jurnal internasional yang berkaitan dengan pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dan pasien lansia hipertensi.

 

 

 

 

 

E.  Prosedur Penelitian

Dalam penelitian literature review, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi literature tersebut dapat diakui kredibilitasnya (Anamudzi, 2019):

1.      Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah proses dan hasil pengenalan atau inventarisasi masalah. Masalah penelitian (research problem) merupakan sesuatu yang penting diantara proses yang lain, dikarenakan hal tersebut menentukan kualitas suatu penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji permasalahan melalui jurnal-jurnal nasional maupun jurnal internasional yang berasal dari laporan hasil-hasil penelitian. Pencarian jurnal 5 hari menggunakan kata kunci tekanan darah, denyut jantung, dan terapi musik klasik dengan google scholar dan cendekia. Jurnal yang diambil dari tahun 2007-2019. Setelah itu, jurnal dimasukkan ke dalam 1 folder dan diurutkan berdasarkan nilai indeks Q pada jurnal yang sudah diambil.

 

2.      Screening

Screening adalah penyaringan atau pemilihan data yang gunanya untuk memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik. Setelah mendapatkan jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi maka jurnal tersebut dalam tahap screening peneliti memilih data dan dimasukkan ke dalam lembar instrumen daftar jurnal sesuai dengan table selama 1 hari. Lembar instrumen tersebut berisi judul jurnal, tahun terbit, populasi sampel, teknik sampling, dan hasil.

 

3.      Penilaian Kualitas

Dalam penilaian kualitas pada metode Literature Review (LR) yang dimaksud adalah penilaian sumber data jurnal yang layak dengan kriteria. Dalam penelitian ini, penelitian kualitas berdasarkan kriteria inklusi yaitu jurnal nasional dan internasional yang berkaitan dengen pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre oprasi dan pasien lansia hipertensi, artikel menggunakan metode penelitian kuantitatif dan deskriptif, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, jurnal dalam rentan waktu 2007-2019, dan jurnal dalam bentuk full text (dapat diakses secara penuh).

 

4.      Ektrasi Data

Ekstrasi data dapat dilakukan jika semua data yang telah memenuhi syarat telah diklasifikasikan untuk semua data yang ada. Setelah dilakukan penyaringan data melalui proses screening maka hasil dari ekstraksi data ini dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini mendapatkan hasil ekstrasi data berjumlah 10 jurnal. Setelah itu, dilakukan analisa data menggunakan table analisa PICO selama 1 minggu.

 

F.   Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang menjadi bahan akan penelitian dapat berupa jurnal hasil penelitian yang dilakukan peneliti-peneliti terdahulu dan situs internet yang berkaitan dengan topik yang telah dipilih oleh peneliti berkenaan dengan pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dan pasien lansia hipertensi. Dalam penelitian ini terdapat 10 jurnal yang diambil dari jurnal nasional maupun internasional dari tahun 2007-2019.

 

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009 dalam Elvandari, 2015).

 

 

H.  Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data yang dapat berupa kuesioner, formulir, formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2018). Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar catatan daftar jurnal.

 

I.     Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian menggunakan analisa deskriptif kualitatif yaitu merangkum sekumpulan data dalam memberikan informasi yang disajikan dalam bentuk tabel. Tahapan analisa data yaitu (Sosila & Suyanto, 2014, dalam Yansyari, 2019) :

1.      Data Colettion (Pengumpulan Data)

Data yang didapatkan dari hasil penelusuran menggunakan internet selama 5 hari pada google scholar dengan kata kunci tekanan darah, frekuensi denyut, dan terapi musik klasik didapatkan 10 jurnal. Dari 10  jurnal tersebut kemudian dikumpulkan menjadi satu buah folder dan diurutkan berdasarkan nilai indeks agar mempermudah dalam menganalisis.

 

2.      Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi. Cara mereduksi data adalah dengan membuat ringkasan atau uraian singkat, mengolongkan ke dalam pola-pola dengan membuat tabel penelitian untuk mempertegas, membuang yang tidak penting mempermudah mengambil kesimpulan. Penelitian ini mereduksi jurnal dengan menggunakan lembar instrumen yaitu lembar analisis jurnal yang berisi judul jurnal, tahun terbit, populasi sampel, teknik sampling, intervensi dan hasil.

 

 

3.      Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan agar sajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Sajian dalam penelitian ini diwujudkan dalam sebuah tabel yang berisikan analisa PICO yang terdiri dari Population, Intervention, Comperator, dan Outcome. Data dalam lembar daftar jurnal dimasukkan kembali sesuai dengan table analisa PICO. Analisa data dilakukan selama 1 minggu.

 

4.      Conclusions/Verifying (Penarikan Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami makna, keteraturan pola-pola penjelasan. Kesimpulan di analisis adalah isi dari jurnal yang tersurat, tampak, bukan dari makna yang dirasakan oleh peneliti guna menjawab jawaban dari rumusan masalah dan tujuan penelitian.

 


 


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

A.      Analisa Jurnal

Tabel 4.1 Analisa PICO

Journal Biography

Population

Intervention

Comperator

Outcome

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Respon Fisiologis Pada Pasien Yang Mengalami Kecemasan Pra operatif Ortopedi

 

Author:

Armansyah dan Yecy Anggreny (2012)

Sampel diambil dengan cara purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien pra operasi ortopedi dengan jumlah sampel 30 orang

Pada penelitian ini, pengumpulan data  menggunakan lembar observasi kecemasan dan lembar observasi respon fisiologis secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa alat mekanik yaitu earphone/ headset dan sphygmomanometer digital yang sudah melalui uji kalibrasi alat. Terapi musik klasik dilakukan sebelum responden operasi dengan durasi ±30 menit. Terapi

Penelitian ini tidak menggunakan kelompok pembanding (kelompok kontrol) melainkan menggunakan pendekatan pra-post test dalam satu kelompok (one group pra-test post-test design) untuk mengungkap hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek dengan desain pra-eksperiment dengan menggunakan purposive sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uji statistik pengaruh mendengarkan musik klasik terhadap perubahan respon fisiologis didapatkan mean tekanan darahsistolik pra-test adalah 120,2 mmHg, sedangkan mean tekanan darah sistolik post-test adalah 119,6 mmHg dengan nilai   p value= 0,227 dan untuk mean tekanan darah diastolik pra-test adalah 74,1 mmHg, sedangkan mean tekanan darah diastolik post-test adalah 73,2 mmHg dengan

 

 

 

 

musik klasik dilakukan sebelum responden operasi dengan durasi ±30 menit. Terapi

 musik yang diberikan hanya satu kali. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji paired sample t-test untuk membandingkan dua mean sebelum dan setelah dilakukan terapi musik klasik dan uji wilcoxon untuk membandingkan perbedaan dua median sebelum dan setelah diberikan terapi musik klasik.

 

hasil ukur menunjukkan nilai pvalue=0,133. Hal ini menunjukkan bahwa musik klasik tidak berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien pra operasi ortopedi.  Sedangkan pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uji statistik perubahan respon fisiologis didapatkan mean frekuensi denyut jantung pra-test adalah 81,8 x/menit, sedangkan mean frekuensi denyut jantung post-test adalah 79 x/menit dengan hasil ukur menunjukkan nilai p value= 0,005. Detak jantung dapat berubah akibat jenis musik yang berbeda. Hal ini menunjukkan musik klasik memiliki pengaruh signifikan terhadap frekuensi denyut jantung pada pasien pra operasi ortopedi.  Dari uji statistik yang menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan antara tekanan darah (sistolik dan diastolik) baik sebelum maupun setelah diberikan terapi musik klasik karena beberapa responden tidak begitu menyukai jenis musik klasik, selain itu terapi musik yang diberikan hanya satu kali. Diagnosa klien tidak sama, sehingga pasien pra operasi memiliki karakteristik dan tingkat kecemasan yang berbeda.

Perbedaan Pengaruh Terapi Psikoreligius Dengan Terapi Musik Klasik Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek  Provinsi Lampung.

 

Author:

El Rahmayati dan Ririn Sri Handayani (2017)

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien dewasa yang akan menjalani operasi. Teknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan adalah Teknik sampling menggunakan metode purposive dan besar sampel sebanyak 80 orang.

 

Pada penelitian ini, responden sebelum dilakukan intervensi dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut jantung pasien. Setelah itu baru dilakukan terapi musik klasik mozart yang diperdengarkan adalah musik yang diambil dari kumpulan The Most Relaxing Classical Music yaitu musik klasik mozart yang sering digunakan untuk relaksasi. Setelah itu dilakukan pengukuran  kembali tekanan darah  dan denyut jantung. Pengumpulan data dilakukan dengan survey menggunakan instrumen Zung Self Anxiety Rating Scale (ZSARS) sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji statistik t-test independent dengan  menetapkan nilai alpha 0,05 dan 95% CI.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah  desain quasi-experimental dengan desain pre-test dan post test sehingga tidak menggunakan kelompok kontrol dalam penelitian. Sebanyak 80 orang yang dibagi ke dalam 2 grup yakni grup yang diberikan intervensi musik klasik dan grup yang diberikan terapi psiko-religius dengan musik religi dan Murrotal Al-Qur’an Surah Arrahman.

Hasil penelitian ini adalah tekanan darah sistolik responden rata-rata sebelum perlakuan adalah 121,76 mmHg dan diastolik rata-rata 78,73 mmHg dengan rentang tekanan darah sistolik antara 95-200 mmHg dan diastolik 50-120 mmHg. Setelah perlakuan rata-rata tekanan darah sistolik responden turun menjadi 117,85 mmHg dengan renang 91-200 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik juga turun menjadi 76,99 mmHg dengan rentang 55-120 mmHg. Frekuensi denyut nadi responden sebelum perlakuan rata-rata 83,26 x/ menit dengan rentang frekuensi denyut nadi sebanyak 60-102 x/menit. Setelah perlakuan rata-rata frekuensi denyut nadi responden menurun menjadi 82,05 x/menit dengan rentang frekuensi 72-96 x/menit. Kelompok perlakuan menggunakan musik klasik adalah -0,050 dengan SD 4,596 dan SE-Mean 0,727. Sedangkan selisih rata-rata skor ZSRAS pada kelompok perlakuan menggunakan terapi psiko-religius (mendengarkan Murrotal Qur’an Surah Ar-rahman atau mendengarkan musik religi Kristen) adalah 2,25dengan SD 4,721 dan SE-Mean 0,746. Hasil analisis bivariat dengan t-test independent pada alpha 0,05 dan CI 95% didapatkan p-value sebesar 0,05 (<alpha) dengan demikian hasil analisis bivariat memutuskan hipotesis penelitian gagal ditolak atau ada perbedaan pengaruh terapi psikoreligius dengan terapi musik klasik terhadap penurunan kecemasan (skor ZSRAS) pada pasien pre operatif.

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan Simpang Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas KTK Kota Solok

 

Author:

Netty Herawati, Kurniati Maya Sari.,WD, dan Armanda Tri MurtiNingsih (2018)

Besar populasi pada penelitian ini adalah 18 responden hipertensi di Kelurahan Simpang Rumbio yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu tekanan darah ringan, sedang dan berat dengan jumlah masing-masing 6 responden.

Penelitian ini mengungkap hubungan sebab akibat dengan cara melibat satu kelompok subjek, kelompok subjek diobservasi pada tekanan darah sebelum di intervensi. Kemudian dilakukan terapi musik klasik dengan  irama yang dihasilkan memiliki tempo 60 ketukan per menit. Setelah itu, dilakukan intervensi dan diobservasi lagi setelah di intervensi.

 

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain quasi-eksperiment dengan rancangan penelitian one group pre-test post-test design. Penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol. Analisa data mengunakan uji paired t-test dan wilcoxon.

 

Pada penelitisn ini didapatkan hasil untuk katagori tekanan darah ringan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi musik klasik adalah 144,67 mmHg dengan standar deviasi 3,933 Setelah terapi musik klasik terjadi penurunan tekanan darah sistolik dimana rata-rata tekanan darah sistolik menjadi 140,00 mmHg dengan standar deviasi 3,899. Dan perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah terapi musik klasik pada lansia hipertensi didapatkan nilai pvalue=0,001(<0,05). Untuk hasil tekanan darah sedang rata-rata rank tekanan darah sistolik sebelum terapi musik klasik adalah 0.00 mmHg dengan Z hitung 0,00, Setelah terapi musik klasik dimana rata-rata tekanan darah sistolik dengan rara-rata rank 3,50 mmHg dengan Z hitung 21,00. Dan nilai p value=0,023(<0,055). Angka ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara tekanan darah sistolik sebelum dan setelah terapi musik klasik. Dan penelitian pada tekanan darah berat didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi musik klasik adalah 181,17  mmHg dengan standar deviasi 1,169 Setelah terapi musik klasik terjadi penurunan tekanan darah sistolik dimana rata-rata tekanan darah sistolik menjadi 180,83 mmHg dengan standar deviasi 1,472. Dan perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah terapi musik klasik pada lansia hipertensi didapatkan nilai pvalue=0,175(˃0,05). Disimpulkan bahwa dari ketiga katagori diatas 2 diantaranya meliputi tekanan darah ringan dan sedang mengalami penurunan sedangkan untuk tekanan darah berat tidak ada pengaruh penurunan tekanan darah.

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Waleng Girimarto Wonogiri

 

Author:

Muhammad Nur F, Yeni Rusyani dan Erlina Hermawati (2018)

Besar populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Posyandu Desa Waleng  jumlah sampel penelitian 30 lansia.

Pada penelitian ini, menggunakan 1 kelompok penelitian. Sebelum dilakukan terapi musik dilakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu untuk menentukan katagori tekanan darah. Terapi musik klasik dilakukan menggunakan musik klasik mozart selama 30 menit. Setelah itu, dilakukan kembali pengukuran tekanan darah pada lansia. Analisa data yang digunakan adalah uji wilcoxon hasil p= 0,000 (p<0,05). Instrument yang digunakan sudah dilakukan uji validitas dengan content validity dan didapatkan hasil rata-rata 0,8 (tinggi) yang berarti layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.

 

Penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol. Jenis penelitian ini adalah pre-eksperiment dengan desain penelitian one group pre-test post-test.

Hasil penelitian ini didapatkan karakteristik responden menurut jenis kelamin mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 80%. Tekanan darah pada lansia sebelum diberikan terapi musik klasik di posyandu lansia Desa Waleng sebagian besar dalam kategori hipertensi rendah (140-159 mmHg) sebanyak 23 responden (76,7%). Tekanan darah pada lansia setelah diberikan terapi musik klasik di posyandu lansia Desa Waleng sebagian besar dalam kategori hipertensi normal

tinggi (<140 mmHg) sebanyak 20 responden (66,7%). Pada penelitian ini terlihat juga bahwa pasien yang di indikasikan mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi) sesudah

diberikan terapi musik klasik mozart (post-test) ini terlihat lansia merasa nyaman dan rileks saat diberikan terapi musik klasik mozart. Disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi musik mozart terhadap penurunan tekanan darah lansia di posyandu lansia Desa Waleng ditandai dengan nilai p= 0,000(p<0,05).

Penerapan Terapi Musik Relaksasi Klasik Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Pasien Pre Operasi Laparatomi

Di Rumah Sakit Roemani Semarang

Author:

Muhammad Khoerun Naja (2018)

Sampel study kasus adalah pasien cemas

pre operasi laparatomi di Rumah Sakit Roemani Semarang terdiri dari 2 responden dewasa.

Pada penelitian ini, Instrumen pengumpulan data dalam aplikasi ini menggunakan alat ukur tingkat kecemasan Visual Analogue Scale for Anxiety (VAS-A). Peneliti melakukan pre-test dengan mengkaji kecemasan pasien menggunakan alat ukur kecemasan. Selain itu peneliti juga mengkaji frekuensi nadi dan respiratory rate pada klien untuk menguatkan hasil pengkajian kecemasan, mengatur posisi pasien, meminta pasien untuk mendengarkan musik relaksasi klasik Piano Canon In D karya Pachelbels menggunakan headphone yang telah disiapkan selama 15 menit, kemudian melakukan post test dengan mengukur kecemasan pasien tersebut lagi, menghitung frekuensi nadi dan respiratory rate.

Penelitian ini tidak menggunakan kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Desain yang digunakan studi kasus adalah deskriptive study, dengan pendekatan pre- test and post-test design.

Hasil pada penelitian ini didapatkan pengukuran tekanan darah pada pasien 1 tekanan darah pre-test 140/90 mmHg dan post-test 140/90 mmHg, sedangkan pasien ke 2 pre-test 130/90 mmHg dan post-test 130/ 90 mmHg. Dari hasil tersebut bahwa disimpulkan nilai antara pre dan post tetap. Sedangkan pada pengukuran denyut nadi pada pasien 1 pre-test 102 x/menit dan post-test 83 x/menit, pasien yang ke 2 pre test 97 x/menit dan post-test 75 x/menit. Yang artinya terapi musik klasik sangat pengaruh terhadap denyut jantung. Berdasarkan hasil penerapan terapi musik relaksasi klasik dalam menurunkan tingkat kecemasan pada asuhan keperawatan pasien pre operasi laparatomi di Rumah Sakit Roemani semarang dapat ditarik simpulan gambaran terapi mendengarkan musik relaksasi klasik Piano Canon In D karya Pachelbels pada kecemasan pasien pre operasi laparatomi di Rumah Sakit Roemani Semarang selama minimal 15 menit adalah tingkat kecemasan pasien turun setelah diberikan terapi musik relaksasi klasik dari skala cemas sedang menjadi ringan.

Penerapan Terapi Musik Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Di Rumah Sakit Darah K.R.M.T Wongosonegoro

 

Author:

Susi mulfiroh dan Wahyuningsih (2018)

Populasi dalam penelitian ini adalah 2 responden.

Pada penelitian ini dilakukan selama 2 hari pada 2 pasien tersebut. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan denyut jantung. Setelah itu baru melakukan penerapan terapi musik selama tiga kali dalam waktu 1 jam dengan menggunakan musik klasik. Kemudian, setelah terapi musik klasik dilakukan pengukuran kembali tekanan darah dan denyut jantung responden.

 

Metode penulisan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yang

menggambarkan studi kasus. Sehingga dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol.

Pada penelitian ini didapatkan hasil pada pasien 1  pre-test tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 82 x/menit dan post test tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 82 x/menit sedangkan pada pasien 2 pre-test tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit dan post-test tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80 x/menit. Dapat dilihat pengaruh terapi musik klasik terhadap tekanan darah dan denyut jantung tidak memberikan efek yang signifikan. Tetapi untuk kecemasannya dapat memberikan efek penurunan kecemasan pasien pre operasi.

Pengaruh Musik Kasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah

 

Author:

Saloma Klementina Saing (2007)

Besar populasi dalam penelitian ini 60 siswa dengan tekanan darah normal dan 28 siswa tekanan darah tinggi (hipertensi) dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diberikan musik klasik sebanyak 44 siswa dan kelompok yang tidak diberikan musik klasik sebanyak 44 siswa. Populasi penelitian ini adalah anak-anak remaja berusia 15 tahun sampai 17 tahun.

Penelitian ini sebelum musik diperdengarkan terlebih dahulu setiap siswa diwajibkan mengisi kuesioner kemudian dilakukan pemeriksaan fisik meliputi berat badan, tinggi badan, serta pengukuran tekanan darah dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan stetoskop sebelum dan sesudah terapi musik klasik. Musik klasik yang digunakan adalah musik The Four Seasons karya Vivaldi selama 30 menit dengan menggunakan volume rendah sampai sedang (kira-kira 60 sampai 70 ketuk/menit). Kelompok dibagi menjadi dua yaitu kelompok intervensi diberikan terapi musik klasik dan kelompok tidak diberikan terapi musik dan untuk menentukan sampel siswa yang akan dimasukkan kedalam kelompok musik dan kelompok yang tanpa musik dengan bilangan acak 0 sampai 9. Apabila program komputer mengeluarkan bilangan 0 sampai 4 dimasukkan ke kelompok musik dan apabila keluar bilangan 5 sampai 9 dimasukkan ke dalam kelompok tanpa musik. Data diolah secara statistik menggunakan SPSS dengan uji statistik t berpasangan dan uji wilcoxon. Batas kemaknaan sebesar 5% dikatakan bermakna apabila p <0,05.

Desain penelitian ini merupakan penelitian analitik yang dilakukan secara eksperimental dengan jenis penelitian pre-test and post-test control group design dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Sehingga pada penelitian menggunakan kelompok kontrol yang berupa tidak diberikan terapi musik.

Hasil penelitian ini didapatkan uji t berpasangan dan uji wilcoxon digunakan untuk meniai rata-rata tekanan darah sistol dan diastol setelah perlakuan antara kelompok tanpa musik dan kelompok musik. Sebelum perlakuan tekanan darah sistol dan diastol kelompok tidak diberikan musik sebesar 121,14 mmHg dan 79,68 mmHg sedangkan didapatkan rata-rata tekanan darah sistol dan diastol kelompok tidak diberikan musik sesudah perlakuan sebesar 116,77 mmHg dan 77,45 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistol dan diastol pada kelompok diberi musik sebelum perlakuan sebesar 124,47 mmHg dan 81,05 mmHg sedangkan sesudah perlakuan mendapatkan hasil 114,86 mmHg dan 75,00 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistol kelompok diberi musik dan tidak diberi musik, namun secara statistik tidak bermakna (p=0,072). Demikian juga halnya terjadi penurunan darah diastol pada kelompok diberi musik dan tidak diberi musik, namun secara statistik bermakna (p=0,008). Untuk perbedaan rata-rata tekanan darah sistol dan diastol sebelum dan sesudah perlakuan antara kelompok tidak diberikan musik dan diberikan musik terjadi penurunan secara statistik bermakna (p=0,0001). Rata-rata penurunan tekanan darah sistol dan diastol diberikan musik sebesar 9,41 mmHg dan 6,05 mmHg sedangkan penurunan tekanan darah sistol dan diastol diberikan musik 4,37 mmHg dan 2,23 mmHg.

 

Pengaruh Pemberian Murrotal Al-Qur’an Dan Musik Klasik Terhadap Tekanan Pada Pasien Pra Operasi.

 

Author:

Feby Eka Saputry (2017)

Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian ini  sebanyak 6 orang responden. Dengan 3 orang responden diperdengarkan Murottal Al-Qur’an dan 3 orang lainnya diperdengarkan musik klasik. Dengan responden laki-laki sebanyak 4 orang dan perempuan 2 orang, rentan usia responden dari usia 35 tahun hingga 75 tahun. Untuk responden yang diperdengarkan musik klasik yaitu responden D, E dan F dengan rentang usia 35, 55, dan 76 tahun.

Pada penelitian ini, Responden A, B dan C diperdengarkan Murottal Al-Qur’an sedangkan responden D, E dan F diperdengarkan musik klasik mozart dengan ritme pelan dengan menggunakan earphone dengan waktu selama 15 menit, setelah itu memperdengarkan Murottal Al-Qur’an pada responden dengan menggunakan earphone dengan volume yang dibutuhkan (diinginkan) dengan intensitas bunyi sebesar 80 dB dengan pemutaran 5 kali selama 15 menit, kemudian mengukur tekanan darah responden setelah diperdengarkan Murottal Al-Qur’an,  begitu pula dengan responden yang diperdengarkan musik klasik mozart dengan ritme pelan, lalu mencatat hasil yang diperoleh dalam tabel pengamatan serta mengulangi kegiatan tersebut pada responden yang lain.

Pada penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol melainkan menggunakan kelompok intervensi yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu yang pertama kelompok Murrotal Al-Qur’an dan yang kedua menggunakan musik klasik mozart.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang diperdengarkan musik klasik yaitu pada responden D sebelum diperdengarkan bunyi memiliki tekanan darah 120/60 mmHg dan kemudian setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 130/80 mmHg pada hari pertama dan tekanan darah sebelum diperdengarkan bunyi musik klasik yaitu 110/70 mmHg dan setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 120/80 mmHg pada hari kedua. Pada responden E sebelum diperdengarkan bunyi memiliki tekanan darah 120/70 mmHg dan kemudian setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 130/80 mmHg pada hari pertama dan tekanan darah sebelum

diperdengarkan bunyi musik klasik yaitu 120/70 mmHg dan setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 130/80 mmHg pada hari kedua. Pada responden F sebelum diperdengarkan bunyi memiliki tekanan darah

150/90 mmHg dan kemudian setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 140/80 mmHg pada hari pertama dan tekanan darah sebelum

diperdengarkan bunyi musik klasik yaitu 150/70 mmHg dan setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 140/80 mmHg pada hari kedua. Dapat disimpulkan bahwa musik klasik dengan intensitas 80 dB dapat memberi pengaruh terhadap tekanan darah.  Pengaruh pemberian bunyi tersebut dapat memberikan perubahan sebesar  10 hingga 30 mmHg menuju tekanan darah normal selama dua hari.

Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi

 

Author:

Andhika Mahatidanar H. dan Khairun Nisa (2017)

 

Penelitian ini besar populasi sebanyak 50 orang responden.

 

Sampel diambil menggunakan teknik concesutive sampling. Penelitian ini menggunakan metode quasi-eksperimental dengan pendekatan pre and post-test tanpa kelompok kontrol.

 

Penelitian ini, sebelum intervensi dilakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu. Kemudian dilakukan terapi musik dengan menggunakan musik klasik. Setelah dilakukan intervensi, responden dilakukan pengukuran kembali tekanan darah.

Pada penelitian ini didapatkan hasil menunjukan bahwa tekanan darah sistolik sebelum diberi terapi musik klasik diperoleh angka rata-rata 149,5 mmHg sedangkan tekanan diastolik diperoleh angka rata-rata sebesar 90,7 mmHg. Rerata tekanan sistolik responden setelah diberi terapi musik klasik lebih rendah bila dibandingkan dengan rerata sebelum diterapi, yaitu 145,2 mmHg. Rerata tekanan diastolik setelah diterapi juga menunjukan nilai yang lebih rendah bila dibandingkan dengan rerata sebelum diterapi, yaitu 86,4 mmHg. Pada penelitian ini,  karaterisitik usia responden dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: usia 45-50 tahun (27,5%), usia 51-55 tahun (25%), dan usia 56-60 tahun (47,5%). Kelompok usia 56-60 tahun merupakan kelompok responden dengan penderita penyakit hipertensi  terbanyak. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pada lansia dengan rerata penurunan tekanan sisolik sebesar 4,3 mmHg dan diastolik sebesar 4,4 mmHg. Tiga responden tidak terjadi penurunan tekanan darah dikarenakan tidak dapat berkonsentrasi dan tidak bersikap tenang serta kurang rileks ketika diberi terapi musik klasik. Sebagian responden tersebut adalah perempuan yang telah mengalami menopause. Salah satu teorinya menyebutkan faktor pemicu hipertensi pada perempuan adalah menopause. Menopause menyebabkan fungsi ovarium normal berangsur-angsur menghilang dan kadar esterogen turun pasca menopause. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL), sementara reseptor LDL berkurang, sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat.

Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Murrotal Al-Qur’an Terhadap Kecemasan Pasien Sebelum Ekstraksi Gigi Klinik Bedah Mulut RSGM Universitas Jember

 

Author:

Citrayuli Nurkhasanah (2018)

 

Sampel penelitian berjumlah 30 orang pasien indikasi ekstraksi gigi di Klinik Bedah Mulut RSGM Universitas Jember. Sampel penelitian terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok yang diberikan terapi musik klasik “Sonata In D Mayor For Two Pianos” dan kelompok yang diberi terapi Murrotal Al-Qur’an surat Al-Insyirah dan terjemahannya.

Pada penelitian ini, sebelum terapi musik dilakukan pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter air raksa. Pengukuran tekanan darah dilakukan 3 kali pengulangan dengan jeda antara tiap pengukuran 2-3 menit. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok terapi musik klasik dengan menggunakan musik klasik Sonata In D Mayor For Two Pianos dan kelompok terapi Murrotal Al-Qur’an selama 5 menit dengan menggunakan aerphone yang terpasang di mp3 player. Setelah slsai terapi, dilakukan pengukuran tekanan darah kembali. Data yang diperoleh diuji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnow dan uji homogenitas menggunakan uji levene. Apabila data distribusi normal dan homogen (p>0,05) maka dilakukan uji parametrik terhadap perbedaan adanya perubahan kecemasan sebelum dan setelah pemberian terapi dari masing-masing kelompok menggunakan paired t-test. Untuk melihat perbedaan perubahan kecemasan setelah dilakukan terapi musik klasik dan terapi Murrotal Al-Qur’an dilakukan uji parametrik menggunakan independent t-test.

Jenis penelitian ini adalah quasy-eksperimental dengan rancangan penelitian pre-test dan post-test. Dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok terapi musik klasik dengan menggunakan musik klasik Sonata In D Mayor For Two Pianos dan kelompok terapi Murrotal Al-Qur’an.

Penelitian ini didapatkan hasil uji paired t-test pada nilai tekanan darah masing-masing kelompok perlakuan pre dan post intervensi adalah p sistol musik klasik 0,132 diastol musik klasik 0,148, sistol Murrotal Al-Qur’an 0,000 dan diastol Murrotal Al-Qur’an 0,000. Hasil uji indepedent t-test pada nilai tekanan darah antara 2 kelompok perlakuan pre dan post intervensi adalah p sistol musik klasik dan Murrotal Al-Qur’an 0,000 dan diastol musik klasik dan Murrotal Al-Qur’an 0,000. Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa mendengarkan musik klasik dan Murrotal Al-Qur’an dapat menurunkan kecemasan pasien sebelum destraksi gigi. Murrotal Al Qur’an lebih baik dibandingkan terapi musik klasik.

 


B.       Pembahasan Hasil Telaah Evidance Base Berdasarkan Teori dan Hasil Penelitian

1.      Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tekanan Darah

Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan, meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Selain itu, musik juga dapat mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologi, seperti respirasi, denyut jantung, dan tekanan darah (Djohan, 2006). Terapi musik merupakan salah satu terapi nonfarmakologi yang saat ini digunakan untuk mengurangi nyeri dan cemas. Untuk saat masa pra operasi terapi ini sangat dibutuhkan karena kekhawatiran yang didapatkan saat menunggu operasi membuat tekanan darah meningkat. Tidak hanya pasien operasi tetapi pasien yang tidak menjalankan operasi bahkan memiliki tekanan darah yang melebihi batas normal. Terapi musik biasanya meggunakan instrumen lagu musik klasik seperti karya Mozart, Bach, Bethoven, dan Vivalaldi (Campbell, D. 2007 dalam Mahatidanar, 2016). Musik yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya adalah musik klasik Mozart,“The Four Seasons” karya Vivaldi, “Sonata In D Mayor For Two Pianos”, danPiano Canon In D” karya Pachelbels. Musik mozart merupakan salah satu jenis musik relaksasi yang bertempo 60 ketukan permenit. Musik yang memiliki tempo antara 60 sampai 80 ketukan per menit mampu membuat seseorang yang mendengarkannya menjadi rileks (Ramadhani, 2014). Musik klasik mozart digunakan untuk terapi musik karena memiliki magnitude yang luar biasa dalam perkembangan ilmu kesehatan, diantaranya memiliki nada yang lembut, nadanya memberikan stimulasi gelombang alfa, ketenangan, dan membuat pendengarnya lebih rileks karena bertempo 60 ketukan permenit selama 30 menit (Dofi, 2010, Sari & Adilatri, 2012 dalam Ramadhani, 2010).

Berdasarkan jurnal yang didapatkan bawah dari 10 jurnal pemberian terapi musik paling efektif minimal 15 menit. Pada penelitian Feby Eka Saputri (2017)dengan judul Pemberian Murrotal Al-Qur’an Dan Musik Klasik Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Pra Oprasi menunjukkan bahwa dengan durasi waktu 15 menit dapat memberikan pengaruh tekanan darah sebesar 10 hingga 30 mmHg menuju tekanan darah normal dengan lagu musik klasik mozart. Penelitian Saloma Klementina Saing (2007) dengan judul Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah menunjukkan bahwa terapi musik klasik “The Four Seasons” karya Vivaldi sebelum dilakukan terapi musik klasik tekanan darah sebesar 124,47 mmHg dan 81,05 mmHg sedangkan setelah diberikan terapi musik klasik selama 30 menit mendapatkan hasil 114,86 mmHg dan 75,00 mmHg. Sehingga dapat dilihat ada penurunan tekanan darah yang dihasilkan setelah dilakukan terapi musik. Sedangkan pada penelitian Citrayuli Nurkhasanah (2018) dengan judul Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Murrotal Al-Qur’an Terhadap Kecemasan Pasien Sebelum Ekstraksi Gigi Klinik Bedah Mulut RSGM Universitas Jember menunjukkan bahwa terapi musik klasik “Sonata In D Mayor For Two Pianos” selama 5 menit ada pengaruh terhadap tekanan darah pasien sebelum ekstraksi gigi namun penurunan tersebut tidak turun secara signifikan dan tidak memberikan efek yang maksimal terhadap tekanan darah responden.

Durasi lagu juga dapat memberikan efek pada tekanan darah dan lamanya waktu pemberian intervensi pada responden. Untuk pemberian intervensi dalam jangka waktu 2 hari ternyata lebih efektif menurunkan tekanan darah dari 10 hingga 30 mmHg dibandingkan hanya satu hari pemberian intervensi. Sedangkan dalam waktu 1 hari pemberian intervensi, minimal pemutaran 5 kali selama 15 menit terapi musik untuk memberikan pengaruh terhadap tekanan darah. Musik ketika dimainkan akan menghasilkan stimulasi yang dikirim dari akson-akson serabut sensori asendens ke neuron-neuron Reticular Activating Sistem (RAS). Kemudian stimulus ditransmisikan oleh nuclei spesifik dari thalamus mlewati area-area  korteks cerebral, sistem limbik, dan korpus collosum dan melalui area-area sistem saraf otonom dan sistem neuroendokrin. Sistem limbik bertanggung jawab dalam mengontrol emosi dan juga mempunyai peran dalam belajar dan mengingat. Lokasi yang berbatasan dengan korteks serebral dan batang otak yaitu sistem limbik, dibentuk oleh cincin yang dihubungkan dengan cigulate gyrus, hippocampus, dornik, badan-badan mammilarry, hypothalamus, traktus mammilothalamic,  thalamus anterior dan bulbs olfaktorius. Ketika musik dimainkan semua bagian yang berhubungan dengan sistem limbik terstimulasi sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi. (Chiu & Kumar, 2003 dalam  Darliana 2008). Terdapat sebanyak  87,9%  pasien  pre  operasi mengalami hipertensi. Hipertensi pre operasi mengakibatkan  long of stay  pasien post operatif diatas usia 65 tahun meningkat  sebanyak 30 –50%. Tekanan darah berubah dengan cepat bahkan pada kondisi kesehatan yang optimal (Potter & Perry, 2009). Faktor yang mempengaruhi tekanan darah salah satunya adalah stres berupa kegelisahan, ketakutan, nyeri, dan stres emosional dapat mengakibatkan stimulasi simpati yang meningkatkan frekuensi denyut jantung, curah jantung dan resistensi vaskular. Efek simpatis ini meningkatkan tekanan darah. Kegelisahan meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg (Potter & Perry, 2009). Sehingga,  dibutuhkan  tindakan  non farmakologis untuk menstabilkan tekanan darah pasien pre operasi (Siswoyo, dkk, 2017). Pentingnya musik saat masa pre operasi adalah untuk mengatasi kecemasan yang dialami pasien sehingga pasien tidak mengalami pembatalan jadwal operasi. Didapatkan penelitian yang dilakukan El Rahmayati dan Ririn Sri Handayani (2016) dengan judul Perbedaan Pengaruh Terapi Psikoreligius Dengan Terapi Musik Klasik Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung saat pengambilan data beberapa responden yang terpilih secara random sebagai responden dalam kelompok musik klasik yang berusia >60 tahun tampak berusaha menikmati musik yang didengarnya dan beberapa orang secara nonverbal menampilkan ekspresi kurang menikmati musik klasik yang didengarnya sedangkan dengan menggunakan kelompok yang diperdengarkan Murrotal Al Qur’an Surah Arrahman atau musik religi Kristen lebih efektif dalam penurunan nilai ZSRAS. Maka dari itu, responden lebih menyukai musik religi dibandingkan musik klasik. Menurut peneliti, dengan musik religi membuat responden lebih mendekatkan kepada Tuhan sehingga lebih mudah untuk meminta kekuatan, perlindungan serta kesembuhan dengan doa-doa yang terkandung di dalam alunan musik tersebut sehingga muncul pengharapan apapun yang terjadi pasti ada pertolongan. Sedangkan untuk musik klasik hanya untuk menenangkan saja, tidak mengandung nilai religus yang memberikan kekuatan pada yang mendengarkannya.

Penelitian yang didapatkan Andhika Mahatidanar H. dan Khairun Nisa membuktikan bahwa faktor usia sangat mempengaruhi tekanan darah. Pada kelompok usia 56-60 tahun merupakan kelompok responden dengan penderita hipertensi terbanyak. 3 responden diantaranya tidak terjadi penurunan tekanan darah dikarenakan tidak dapat berkonsentrasi dan tidak bersikap tenang dan rileks ketika diberi terapi musik. Maka dari itu, tingkat konsentrasi pada responden lansia sangat rendah sehingga mempengaruhi efek dari terapi musik. Peneliti menyarankan pada usia ±50 tahun tidak dimasukkan dalam kriteria inklusi penelitian karena pada usia tersebut tidak efektif menurunkan tekanan darah dan denyut jantung pada terapi musik klasik. Dari beberapa jurnal diatas, responden lansia hipertensi berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan. Sebagian responden tersebut, telah mengalami menopause. Salah satu teorinya menyebutkan faktor pemicu hipertensi pada perempuan adalah menopause. Menopause menyebabkan fungsi ovarium normal berangsur-angsur menghilang dan kadar esterogen turun pasca menopause. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL), sementara reseptor LDL berkurang, sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (Mahatidanar, 2017). Sedangkan pada teori Potter & Perry (2009) jenis kelamin dalam faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah setelah pubertas, pria cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Sehingga berbanding terbalik teori yang didapatkan oleh peneliti. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa untuk semua jenis kelamin dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah bisa terjadi peningkatan apabila pada perempuan setelah mengalami masa menopause dan laki-laki setelah mengalami masa pubertas.

Dari 10 jurnal terdapat 2 menggunakan penelitian deskriptif dan 8 penelitian kuantitatif. 10 jurnal diatas 7 diantaranya terapi musik klasik baik musik mozart maupun musik klasik lainnya dapat memberikan responden yang mendengarkan tenang dan rileks sehingga hasil dari penelitian tersebut ada pengaruh pada tekanan darah. Selain itu, ada 3 jurnal yang tidak memberikan pengaruh pada tekanan darah. Beberapa faktor yang membuat terapi musik tidak memberikan efek pada tekanan darah meliputi responden tidak menyukai jenis musik klasik, terapi musik yang diberikan hanya 1 kali, dan diagnosa pasien yang berbeda sehingga pasien memiliki karakteristik yang berbeda.

Berdasarkan penelitian literature review yang dilakukan terhadap pengaruh terapi musik klasik mozart dan musik klasik lainnya sama-sama memberikan pengaruh terhadap penurunan tekanan darah baik pada pasien pre operasi maupun pasien lansia hipertensi.

 

2.      Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Denyut Jantung

Terapi musik selain dapat menurunkan tekanan darah dan denyut jantung menurut Kemper & Denhaueur ( 2005), Mucci & Mucci (2002), Campbell (2001) dalam Solehati, dkk (2015) juga memiliki keuntungan salah satunya adalah musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah. Denyut jantung menanggapi variabel-variabel musik (frekuensi, tempo, dan volume) dan cenderung menjadi lebih lambat atau lebih cepat guna menyamai ritme suatu bunyi. Artinya ketika tempo lagu yang lambat akan membuat pendengar akan lebih rileks sehingga mempengaruhi denyut jantungnya, sedangkan semakin cepat tempo lagu yang dimainkan akan semakin meningkat juga denyut jantung. Penelitian El Rahmayati dan Ririn Sri Handayani (2016) dengan judul Perbedaan Pengaruh Terapi Psikoreligius Dengan Terapi Musik Klasik Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek  Provinsi Lampung didapatkan hasil Frekuensi denyut nadi responden menggunakan musik klasik adalah -0,050 dengan SD 4,596 dan SE-Mean 0,727. Sedangkan selisih rata-rata skor ZSRAS pada kelompok perlakuan menggunakan terapi psiko-religius (mendengarkan Murrotal Qur’an Surah Ar-Rahman atau mendengarkan musik religi Kristen) adalah 2,25 dengan SD 4,721 dan SE-Mean 0,746. Artinya perbedaan jauh antara musik klasik dengan musik religi. Pada penelitian ini musik religi lebih efektif dibandingkan musik klasik mozart. Selain itu, pada penelitian Armansyah (2012) didapatkan hasil ternyata selain tempo, detak jantung dapat berubah akibat jenis musik yang berbeda. Musik klasik memiliki alunan yang lembut sehingga responden mudah menerima lagu yang diberikan. Tetapi, dilihat dari penelitian El Rahmayati dan Ririn Sri Handayani (2016) didapatkan hasil yang memberikan rekomendasi lagu yang baik selain dari musik klasik yaitu musik religi yg berisi doa, pujian-pujian serta ayat-ayat yang terkandung di dalam bait lagu mampu lebih cepat menurunkan denyut jantung responden.

Salah satu faktor yang dapat meningkatan denyut jantung adalah Emosi pada saat merasakan nyeri akut dan kegelisahan. Efek nyeri kronis pada denyut jantung bervariasi. Pada respon fisiologi terhadap stres pada masa pre operasi dapat meningkatkan denyut jantung hingga 10 kali per menit dari batas normal selama tiga kali observasi (Maryunani, 2014). Pengkajian tanda-tanda vital pre operatif juga penting untuk menentukan adanya abnormalitas cairan dan elektrolit. Peningkatan denyut jantung dapat disebabkan karena kekurangan volume cairan plasma, kekurangan kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi kuat dan keras, hal tersebut mungkin disebabkan karena kelebihan volume cairan. Disritmia jantung umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit.

Beda dengan hasil penelitian El Rahmayati dan Ririn Sri Handayani (2016), pada penelitian Armansyah dan Yecy Anggreny (2012) dengan judul Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Respon Fisiologis Pada Pasien Yang Mengalami Kecemasan Pra operatif Ortopedi hasil uji statistik perubahan respon fisiologis didapatkan mean frekuensi denyut jantung pra-test adalah 81,8 kali/menit, sedangkan mean frekuensi denyut jantung post-test adalah 79 kali/menit dengan hasil ukur menunjukkan nilai pvalue=0,005. Hal ini menunjukkan musik klasik memiliki pengaruh menurunakan denyut jantung. Dilihat dari perbedaan pre dan post penelitian tersebut walaupun tidak signifikan menurunkan banyak frekuensi denyut jantung pada pasien pra operasi ortopedi.

Penelitian Muhammad Khoerun Naja dengan judul Penerapan Terapi Musik Relaksasi Klasik Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Pasien Pre Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Roemani Semarang menunjukkan hasil pasien satu pre-test denyut nadi 102 x/menit dan post test 83 kali/menit sedangkan untuk pasien ke dua pre-test denyut nadi 97 x/menit dan post-test 75 x/menit yang artinya terapi musik klasik sangat berpengaruh terhadap denyut jantung.

Dari penelitian tersebut, terapi musik klasik dapat mempengaruhi denyut jatung. Tekanan darah dan denyut jantung sangat berkaitan. Ketika tekanan darah meningkat, denyut jantung akan meningkat juga. Berdasarkan penelitian literature review yang dilakukan terhadap pengaruh terapi musik klasik mozart dan musik klasik lainnya sama-sama memberikan pengaruh denyut jantung baik pada pasien pre operasi maupun pasien lansia hipertensi.

 

 

 

 

 


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A.      Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian literature reveiw dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi musik klasik baik musik klasik mozart maupun musik klasik lainnya terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dan pasien lansia hipertensi. Jenis musik klasik yang digunakan dalam terapi yaitu musik Mozart, Vivaldi, dan Pachelbels. Durasi lagu yang efektif minimal 15 menit. Pemberian intervensi selama 2 hari ke responden lebih efektif. Faktor yang mempengaruhi tidak terjadinya penurunan tekanan darah dan denyut jantung yaitu responden tidak menyukai jenis musik klasik, terapi musik yang diberikan hanya 1 kali, diagnosa pasien yang berbeda, usia, dan jenis kelamin.

 

B.       Saran

Dilihat dari hasil penelitian literature review yang dilakukan oleh peneliti, pada akhirnya ingin memberi saran dan diharapkan dapat diterima oleh berbagai pihak yang terkait sebagai berikut:

1.    Bagi Pelayanan Keperawatan

Terapi musik klasik mozart dan musik klasik lainnya dengan menggunakan durasi minimal 15 menit dalam pemberian waktu intervensi selama 2 hari diharapakan dapat menjadi salah satu intervensi keperawatan dalam menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.

 

2.    Bagi  Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diperkenalkan kepada peserta didik mengenai mereview literature dan terapi musik klasik mozart dapat dijadikan sebagai salah satu terapi nonfarmakologis untuk menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pada pasien pre operasi dan


lansia hipertensi dengan menggunakan durasi lagu minimal 15 menit dan pemberian intervensi selama 2 hari sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan peserta didik yang lebih luas dalam penanganan menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.

 

3.    Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk peneliti selanjutnya dalam mereview jurnal tentang pengaruh terapi musik terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung dengan jenis musik lainnya selain musik klasik. Jika peneliti melakukan penelitian pada responden diharapkan dalam melakukan terapi musik klasik mozart maupun musik klasik lainnya menggunakan durasi lagu minimal 15 menit dan pemberian intervensi selama 2 hari. Selain itu, peneliti diharapkan lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan tidak terjadinya penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pada responden seperti jenis musik yang tidak disukai, pemberian intervensi satu kali, diagnosa yang berbeda-beda, usia, dan jenis kelamin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Anamudzi, M. A. (2019). Studi Literatur Pengaruh Aktivitas Jalan Kaki Terhadap Tingkat Kebugaran Fisik. http://eprints.umm.ac.id/52026/60/PENDAHULUAN.pdf

Armansyah, & Anggreny, Y. (2012). Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Respon Fisiologis pada Pasien yang Mengalami Kecemasan Praoperatif Ortopedi . Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 4, Hal 205-209, Mei.

Darliana, D. (2008). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Stres Psikofisiologis Pasien Yang Menjalani Coronary Angiograhy Di Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-10/126562-Devi%20Darliana.pdf.

Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress.

Elvandari, D. R. (2015). Pengaruh Musik Klasik Terhadap Kenyamanan Pemustaka Di UPT Perpustakaan Universitas Pancasakti Kota Tegal Jawa Tengah .https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jip/article/view/9349/9076

F, N. M., Rusyani, Y., & Hermawati, E. (2018). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Posyandu Lansia Desa Waleg Girimarto Wonogiri. Jurnal Ilmu Kesehatan Stikes Duta Gama Klaten, volume 10, Nomor 2, Hal. 1-9.

Grace, P. A., & Borley, N. R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah. PT Gelora Aksara Pratama.

Herawati, N., Kurniati Maya Sari., W., & MurtiNingsih, A. T. (2018). Pengaruh Terapi Msuk Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan Simpang Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas KTK Kota Solok. MENARA Ilmu, Vol. XII, No. 3 April 2018, Hal 91-98.

Kozier. (2009). Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.

Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.

Mahatidanar, A. (2016). Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lasia Penderita Hipertensi.http://digilib.unila.ac.id/21703/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf.

Maryunani, A. (2014). Asuhan Keperawatan Perioperatif-Pre Operasi (Menjelang Pembedahan). Jakarta Timur: CV. TRANS INFO MEDIA.

Melfianora. (2019). Penulisan Karya Ilmiah Dengan Studi Literatur. Hal. 1-3.

 

Mulfiroh, S., & Wahyuningsih. (2018). Penerapan Terapi Musik Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Di Rumah Sakit Darah K.R.M.T Wongsonegoro.

https://www.researchgate.net/publication/334501415_PENERAPAN_TERAPI_MUSIK_TERHADAP_PENURUNAN_KECEMASAN_PADA_PASIEN_PRE_OPERASI_FRAKTUR_DI_RUMAH_SAKIT_DARAH_KRMT_WONGSONEGORO

Naja, M. K. (2018). Penerapan Terapi Musik Relaksasi Klasik Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Pasien Pre Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Roemani Semarang.http://repository.unimus.ac.id

Nurkhasanah, C. (2018). Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Murottal Al-Qur'an Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Ekstraksi Gigi Di Klinik Bedah Mulut RSGM Universitas Jember.http://epository.unej.ac.id/

Perry, & Potter. (2009). Fundamental Keperawatan, Buku 2,Ed.7. Jakarta: Salemba Medika.

Perry, & Potter. (2009). Fundamental Keperawatan, Buku 3, Ed. 7. Jakarta: Salemba Medika.

Rahayu, A. S. (2017). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin RSUD Kota Madiun.

Rahmayati, E., & Handayani, R. S. (2017). Perbedaan Pengaruh Terapi Psikoreligius dengan Terapi Musik Klasik terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif di RSUD dr. H. Abdul Moeloek. Jurnal Kesehatan, Vol VIII, Nomor 2, Hal 191-198, Agustus.

Ramadhani, R. (2014). Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Sectio Caesar Di RSKD Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makassar.

Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: Buku Kedokteran ECG .

Rubai, A. (2018). Pengaruh Pemberian Murrotal Al-Qur'an terhadap Tekanan darah Dan Frekuensi Denyut Jantung Pasien Pre Operasi di Ruang Tunggu Klien (Holding Room) Rumah sakit Islam Sultan Agung Semarang.http://repository.unimus.ac.id/1708/1/MANUCRIPT.pdf

Saing, S. K. (2007). Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah .http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/6277/Saloma1.pdf

Saputry, F. E. (2017). Pengaruh Pemberian Murrotal Al-Qur'an Dan Musik Klasik Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Pra Operasi.

Sholilah, N. A. (2019). Studi Literatur Penggunaan Minyak Tea Tree(Melaleuca Alternifolia) Dalam Perawatan Luka.http://eprints.umm.ac.id/52916/1/PENDAHULUAN.pdf

Siregar, A. Z., & Harahap, N. (2019). Strategi dan Teknik Penulisan Karya Ilmiah dan Publikasi. Yogyakarta : DEEPUBLISH CV BUDI UTAMA.

 

Siswoyo, Setyowati, S., & A'la, M. Z. (2017). Pengaruh Terapi Murrotal Al-Qur'an terhadap Tekanan Darah Pasien Pre Operasi Katarak dengan Hipertensi di Ruang Tulip Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jamber. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol.5 (no.1) Januari.

Notoatmodjo. (2018). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Solehati, T., & Kosasih, C. E. (2015). Konsep Dan Aplikasi Relaksasi Dalam Keperawatan Maternitas. Bandung: PT Refika Aditama.

Supriyadi. (2016). COMMUNITY OF PRACTITIONERS : SOLUSI ALTERNATIF BERBAGI. Lentera Pustaka 2, Hal 83-93.

Suwanto, Basri, A. H., & Umalekhoa, M. (2016). Efektivitas Klasik Musik Terapi Dan Murrotal Terapi Untuk Menurunkan Tingkat Pasien Kecemasan Pre Operasi Operation. Journals of Ners Community, Vol. 7, No,2, Hal. 173-187.

Waryanuarita, I. (2017). Pengaruh Pemberian Terapi MusikTerhadap Kecemasan Pasien Pre General Anastesi Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Yansyari, N. (2019). Studi Literatur Tentang Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial Dengan Kualitas Tidur Pada Remaja.http://eprints.umm.ac.id/52650/1/PENDAHULUAN.pdf

 

 

 

 

 

 

Lampiran

 

 


Lampiran 1

LEMBAR CATATAN DAFTAR JURNAL

NO.

JUDUL JURNAL

DAN PENULIS

TAHUN TERBIT

POPULASI SAMPEL

TEKNIK SAMPLING

INTERVENSI

HASIL

1.       

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Respon Fisiologis Pada Pasien Yang Mengalami Kecemasan Pra operatif Ortopedi

 

Author :

Armansyah dan Yecy Anggreny

 

2012

 

 

Populasi dalam

penelitian ini adalah  pasien pra operasi ortopedi dengan jumlah sampel 30 orang.

 

Desain penelitian adalah pra-eksperiment dengan menggunakan purposive sampling.

Pada penelitian ini, pengumpulan data  menggunakan lembar observasi kecemasan dan lembar observasi respon fisiologis secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa alat mekanik yaitu earphone/ headset dan sphygmomanometer digital yang sudah melalui uji kalibrasi alat. Terapi dengan musik klasik dilakukan sebelum responden operasi dengan durasi ±30 menit. Terapi musik yang diberikan hanya satu kali. Analisis data dilakukan secara univariatdan bivariat dengan uji paired sample t-test untuk membandingkan dua mean sebelum dan setelah dilakukan terapi musik klasik dan uji wilcoxon untuk membandingkan perbedaan dua median sebelum dan setelah diberikan terapi musik klasik.

Hasil penelitian didapatkan mean tekanan darah sistolik pra-test adalah 120,2 mmHg, sedangkan mean tekanan darah sistolik post-test adalah 119,6 mmHgdengan nilai   p value= 0,227 dan untuk mean tekanan darah diastolik pra-test adalah 74,1 mmHg, sedangkan mean tekanan darah diastolik post-test adalah 73,2 mmHg dengan hasil ukur menunjukkan nilai p value=0,133. Hal ini menunjukkan bahwa musik klasik tidak berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien pra operasi ortopedi. Sedangkan uji statistik perubahan respon fisiologis didapatkan mean frekuensi denyut jantung pra-test adalah 81,8 x/menit, sedangkan mean frekuensi denyut jantung post-test adalah 79 x/menit dengan hasil ukur  menunjukkan nilai pvalue=0,005. Detak jantung dapat berubah akibat jenis musik yang berbeda. Hal ini menunjukkan musik klasik memiliki pengaruh signifikan terhadap frekuensi denyut jantung pada pasien pra operasi ortopedi. 

2.       

 Perbedaan Pengaruh Terapi Psikoreligius Dengan Terapi Musik Klasik Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek  Provinsi Lampung

 

Author:

El Rahmayati dan Ririn Sri Handayani

 

 

2016

 

Besar sampel sebanyak 80 orang yang dibagi ke dalam 2 grup yakni grup yang diberikan intervensi musik klasik dan grup yang diberikan terapi psiko-religius dengan musik religi dan Murrotal Al-Qur’an Surah Arrahman.

 

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah  desain quasi-experimental dengan desain pre. Teknik pengambilan sampel (sampling) yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan metode non probability purposive sampling.

Pada penelitian ini responden penelitian akan dilakukan pengukuran tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi pada saat menjelang operasi dengan mengukur tanda-tanda vital. Kelompok intervensi dibagi ke dalam 2 grup yakni grup yang diberikan intervensi musik klasik dan grup yang diberikan terapi psiko-religius dengan musik religi dan Murrotal Al-Quran Surah Arrahman. Pengumpulan data dilakukan dengan survey menggunakan instrumen Zung Self Anxiety Rating Scale (ZSARS) sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji statistik t-test independent dengan  menetapkan nilai alpha 0,05 dan 95% CI.

Hasil penelitian ini adalah tekanan darah sistolik responden rata-rata sebelumm perlakuan adalah 121,76 mmHg dan diastolik rata-rata 78,73 mmHg dengan rentang tekanan darah sistolik antara 95-200 mmHg dan diastolik 50-120 mmHg. Setelah perlakuan rata-rata tekanan darah sistolik responden turun menjadi 117,85 mmHg dengan renang 91-200 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik juga turun menjadi 76,99 mmHg dengan rentang 55-120 mmHg. Frekuensi denyut nadi responden sebelum perlakuan rata-rata 83,26 x/ menit dengan rentang frekuensi denyut nadi sebanyak 60-102 x/menit. Setelah perlakuan rata-rata

frekuensi denyut nadi responden menurun menjadi 82,05 x/menit dengan rentang frekuensi 72-96 x/menit. Kelompok perlakuan menggunakan musik klasik adalah -0,050 denganSD 4,596 dan SE-mean 0,727. Sedangkan selisih rata-rata skor ZSRAS pada kelompok perlakuan menggunakan terapi psiko-religius (mendengarkan

Murrotal Qur’an Surah Ar-rahman atau mendengarkan musik religi Kristen) adalah 2,25dengan SD 4,721 dan SE-Mean 0,746. Hasil analisis bivariat dengan t-test independent pada alpha 0,05 dan CI 95% didapatkan p-value sebesar 0,05 (<alpha) dengan demikian hasil analisis bivariat memutuskan hipotesis penelitian gagal ditolak atau ada perbedaan pengaruh terapi psikoreligius dengan terapi musik klasik terhadap penurunan kecemasan (skor ZSRAS) pada pasien pre operatif.

3.       

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan Simpang Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas KTK Kota Solok

 

 

Author:

Netty Herawati, Kurniati Maya Sari.,WD, dan Armanda Tri MurtiNingsih

 

2018

Besar populasi pada penelitian ini adalah 18 responden hipertensi di Kelurahan Simpang Rumbio yang dibagi menjadi 3 katagori yaitu tekanan darah ringan, sedang dan berat dengan jumlah masing-masing 6 responden.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain quasi-eksperiment dengan rancangan penelitian one group pre-test post-test design.

Penelitian ini mengungkap hubungan sebab akibat dengan cara melibat satu kelompok subjek, kelompok subjek di observasi pada tekanan darah sebelum di intervensi. Kemudian dilakukan terapi musik klasik dengan  irama yang dihasilkan memiliki tempo 60 ketukan permenit. Setelah itu, dilakukan intervensi dan diobservasi lagi setelah di intervensi. Analisa data mengunakan uji paired t-test dan wilcoxon.

 

Pada penelitisn ini didapatkan hasil untuk kategori tekanan darah ringan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi

musik klasik adalah 144,67 mmHg dengan standar deviasi 3,933 Setelah terapi musik klasik terjadi penurunan tekanan darah sistolik dimana rata-rata tekanan darah sistolik menjadi 140,00 mmHg dengan standar deviasi 3,899. Dan perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah terapi musik klasik pada lansia hipertensi di dapatkan nilai pvalue =0,001(<0,05). Untuk hasil tekanan darah sedang rata-rata rank tekanan darah sistolik sebelum terapi musik klasik adalah 0.00 mmHg dengan Z hitung 0,00, Setelah terapi musik klasik dimana rata-rata tekanan darah sistolik dengan rara-rata rank 3,50 mmHg dengan Z hitung 21,00. Dan nilai p value=0,023(<0,055). Angka ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara tekanan darah sistolik sebelum dan setelah terapi musik klasik. Dan penelitian pada tekanan darah berat didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi musik klasik adalah 181,17  mmHg dengan standar deviasi 1,169 Setelah terapi musik klasik terjadi penurunan tekanan darah sistolik dimana rata-rata tekanan darah sistolik menjadi 180,83 mmHg dengan standar deviasi 1.472. Dan perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah terapi musik klasik pada lansia hipertensi didapatkan nilai pvalue=0,175(˃0,05). Disimpulkan bahwa dari ketiga katagori diatas, 2 diantaranya tekanan darah ringan dan sedang mengalami penurunan sedangkan untuk tekanan darah berat tidak ada pengaruh penurunan tekanan darah.

4.       

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Waleng Girimarto Wonogiri

 

Author:

Muhammad Nur F, Yeni Rusyani dan Erlina Hermawati

2018

Besar populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Posyandu Desa Waleng  jumlah sampel penelitian 30 lansia.

Jenis penelitian ini adalah pre-eksperiment dengan desain penelitian one group pre-test post-test.

Pada penelitian ini, menggunakan 1 kelompok penelitian. Sebelum dilakukan terapi musik dilakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu untuk menentukan katagori tekanan darah. Terapi musik klasik dilakukan menggunakan musik  klasik mozart selama 30 menit. Setelah itu, dilakukan kembali pengukuran tekanan darah pada lansia. Analisa data yang digunakan adalah uji Wilcoxon hasil p= 0,000 (p<0,05). Instrumen yang digunakan sudah dilakukan uji validitas dengan content validity dan didapatkan hasil rata-rata 0,8 (tinggi) yang berarti layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.

 

Hasil penelitian ini didapatkan karakteristik responden menurut jenis  kelamin mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 80%. Tekanan darah pada lansia sebelum diberikan terapi musik klasik di posyandu lansia Desa Waleng sebagian besar dalam kategori hipertensi rendah (140-159 mmHg) sebanyak 23 responden (76,7%). Tekanan darah pada lansia setelah diberikan terapi musik klasik di posyandu lansia Desa Waleng sebagian besar dalam kategori hipertensi normal tinggi (<140 mmHg) sebanyak 20 responden (66,7%). Pada penelitian ini terlihat juga bahwa pasien yang di indikasikan mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi) sesudah

diberikan terapi musik klasik mozart (post-test) ini terlihat lansia merasa nyaman dan rileks saat diberikan terapi musik klasik mozart. Disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi musik mozart terhadap penurunan tekanan darah lansia di posyandu lansia Desa Waleng ditandai dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).

5.       

Penerapan Terapi Musik Relaksasi Klasik Dalam Menurunkan Tingkat

Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Pasien Pre Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Roemani Semarang

 

Author:

Muhammad Khoerun Naja

 

2018

Sampel study kasus adalah pasien cemas

pre operasi laparatomi di Rumah Sakit Roemani Semarang terdiri dari 2 responden

dewasa.

Desain studi kasus adalah deskriptive study, dengan pendekatan pre-test and post-test design.

Pada penelitian ini, Instrumen pengumpulan data dalam aplikasi ini menggunakan alat ukur tingkat kecemasan Visual Analogue Scale for Anxiety (VAS-A). Peneliti melakukan pre test dengan mengkaji kecemasan pasien menggunakan alat ukur kecemasan. Selain itu peneliti juga mengkaji frekuensi nadi dan respiratory rate pada klien untuk menguatkan hasil pengkajian kecemasan, mengatur posisi pasien, meminta pasien untuk mendengarkan musik relaksasi klasik Piano Canon In D karya Pachelbels menggunakan headphone yang telah disiapkan selama 15 menit, kemudian melakukan post-test dengan mengukur kecemasan pasien tersebut lagi, menghitung frekuensi nadi dan respiratory rate.

 

 

Penelitian ini mendapatkan hasil, pada pengukuran tekanan darah pada pasien 1 tekanan darah pre-test 140/90 mmHg dan post-test 140/90 mmHg, sedangkan pasien ke 2 pre-test 130/90 mmHg dan post-test 130/ 90 mmHg. Dari hasil tersebut bahwa disimpulkan nilai antara pre dan post tetap. Sedangkan pada pengukuran denyut nadi pada pasien 1 pre-test 102 x/menit dan post-test 83 x/menit, pasien yang ke 2 pre-test 97 x/menit dan post-test 75 x/menit. Yang artinya terapi musik klasik sangat pengaruh terhadap denyut jantung. Berdasarkan hasil penerapan terapi musik relaksasi klasik dalam menurunkan tingkat kecemasan pada asuhan keperawatan pasien pre operasi laparatomi di rumah sakit roemani semarang dapat ditarik simpulan: gambaran terapi mendengarkan musik relaksasi klasik Piano Canon In D karya Pachelbels pada kecemasan pasien pre operasi laparatomi di Rumah Sakit Roemani Semarang selama minimal 15 menit adalah tingkat kecemasan pasien turun setelah diberikan terapi musik relaksasi klasik dari skala cemas sedang menjadi ringan.

6.       

Penerapan Terapi Musik Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Di Rumah Sakit Darah K.R.M.T Wongosonegoro

 

Author:

Susi mulfiroh dan Wahyuningsih

2018

Populasi dalam penelitian ini adalah 2 responden. Metode penulisan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan studi kasus.

-

Pada penelitian ini dilakukan selama 2 hari pada 2 pasien tersebut. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan denyut jantung. Setelah itu baru melakukan penerapan terapi musik selama tiga kali dalam waktu 1 jam dengan menggunakan musik klasik. Kemudian, setelah terapi musik klasik dilakukan pengukuran kembali tekanan darah dan denyut jantung responden.

 

 

 

Pada penelitian ini didapatkan hasil pada pasien 1  pre-test tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 82x/mnt dan post-test tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 82x/mnt sedangkan pada pasien 2 pre-test tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82x/mnt dan post-test tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80x/mnt. Dapat dilihat pengaruh terapi musik klasik terhadap tekanan darah dan denyut jantung tidak memberikan efek yang signifikan. Tetapi untuk kecemasannya dapat memberikan efek penurunan kecemasan pasien pre operasi.

7.       

Pengaruh Musik Kasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah

 

 

Author:

Saloma Klementina Saing

2007

Besar populasi dalam penelitian ini 60 siswa dengan tekanan darah normal dan 28 siswa tekanan darah tinggi (hipertensi) dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diberikan musik klasik sebanyak 44 siswa dan kelompok yang tidak diberikan musik klasik sebanyak 44 siswa. Populasi penelitian ini adalah anak-anak remaja berusia 15 tahun sampai 17 tahun.

Desain penelitian ini merupakan penelitian analitik yang dilakukan secara eksperimental dengan jenis penelitian pre-test post-test control group design dengan menggunakan teknik consecutive sempling.

Penelitian ini sebelum musik diperdengarkan terlebih dahulu setiap siswa diwajibkan mengisi kuesioner kemudian dilakukan pemeriksaan fisik meliputi berat badan, tinggi badan, serta pengukuran tekanan darah dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan stetoskop sebelum dan sesudah terapi musik klasik. Musik klasik yang digunakan adalah musik The Four Seasons karya Vivaldi selama 30 menit dengan menggunakan volume rendah sampai sedang (kira-kira 60 sampai 70 ketuk/menit). Kelompok dibagi menjadi dua yaitu kelompok intervensi diberikan terapi musik klasik dan kelompok tidak diberikan terapi musik dan untuk menentukan sampel siswa yang akan dimasukkan kedalam kelompok musik dan kelompok yang tanpa musik dengan bilangan acak 0 sampai 9. Apabila program komputer mengeluarkan bilangan 0 sampai 4 dimasukkan ke kelompok musik dan apabila keluar bilangan 5 sampai 9 dimasukkan ke dalam kelompok tanpa musik. Data diolah secara statistik menggunakan SPSS dengan uji statistik t berpasangan dan uji Wilcoxon. Batas kemaknaan sebesar 5% dikatakan bermakna apabila p <0,05.

Hasil penelitian ini didapatkan uji t berpasangan dan uji wilcoxon digunakan untuk meniai rata-rata tekanan darah sistol dan diastol setelah perlakuan antara kelompok tanpa musik dan kelompok musik. Sebelum perlakuan tekanan darah sistol dan diastol kelompok tidak diberikan musik sebesar 121,14 mmHg dan 79,68 mmHg sedangkan didapatkan rata-rata tekanan darah sistol dan diastol kelompok tidak diberikan musik sesudah perlakuan sebesar 116,77 mmHg dan 77,45 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistol dan diastol pada kelompok diberi musik sebelum perlakuan sebesar 124,47 mmHg dan 81,05 mmHg sedangkan sesudah perlakuan mendapatkan hasil 114,86 mmHg dan 75,00 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistol kelompok diberi musik dan tidak diberi musik, namun secara statistik tidak bermakna (p=0,072). Demikian juga halnya terjadi penurunan darah diastol pada kelompok diberi musik dan tidak diberi musik, namun secara statistik bermakna (p=0,008). Untuk perbedaan rata-rata tekanan darah sistol dan diastol sebelum dan sesudah perlakuan antara kelompok tidak diberikan musik dan diberikan musik terjadi penurunan secara statistik bermakna (p=0,0001). Rata-rata penurunan tekanan darah sistol dan diastol diberikan musik sebesar 9,41 mmHg dan 6,05 mmHg sedangkan penurunan tekanan darah sistol dan diastol diberikan musik 4,37 mmHg dan 2,23 mmHg.

8.       

Pengaruh Pemberian Murrotal Al-Qur’an Dan Musik Klasik Terhadap Tekanan Pada Pasien Pra Operasi

 

Author:

Feby Eka Saputry

2017

 

Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian ini  sebanyak 6 orang responden. Dengan 3 orang responden diperdengarkan Murottal Al-Qur’an dan 3 orang lainnya diperdengarkan musik klasik.

Pada penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol melainkan menggunakan kelompok intervensi yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu yang pertama kelompok Murrotal Al-Qur’an dan yang kedua menggunakan musik klasik mozart.

Pada penelitian ini, Responden A, B dan C diperdengarkan murottal Al-Qur’an sedangkan responden D, E dan F diperdengarkan musik klasik mozart dengan ritme pelan dengan menggunakan earphone. Terlebih dahulu mengukur tekanan darah responden sebelum diperdengarkan Murottal Al-Qur’an maupun musik klasik mozart dengan ritme pelan, setelah itu memperdengarkan Murottal Al-Qur’an pada responden dengan menggunakan earphone dengan volume yang dibutuhkan (diinginkan) dengan intensitas bunyi sebesar 80 dB dengan pemutaran 5 kali selama 15 menit, kemudian mengukur tekanan darah responden setelah diperdengarkan Murottal Al-Qur’an,  begitupula dengan responden yang diperdengarkan musik klasik mozart dengan ritme pelan, lalu mencatat hasil yang diperoleh dalam tabel pengamatan serta mengulangi kegiatan tersebut pada responden yang lain.

Hasil dalam penelitian ini , responden D sebelum diperdengarkan bunyi memiliki tekanan darah 120/60 mmHg dan kemudian setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 130/80 mmHg pada hari pertama dan tekanan darah sebelum diperdengarkan bunyi musik klasik yaitu 110/70 mmHg dan setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 120/80 mmHg pada hari kedua. Pada responden E sebelum diperdengarkan bunyi memiliki tekanan darah 120/70 mmHg dan kemudian setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 130/80 mmHg pada hari pertama dan tekanan darah sebelum  diperdengarkan bunyi musik klasik yaitu 120/70 mmHg dan setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 130/80 mmHg pada hari kedua. Pada responden F sebelum diperdengarkan bunyi memiliki tekanan darah 150/90 mmHg dan kemudian setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 140/80 mmHg pada hari pertama dan tekanan darah sebelum diperdengarkan bunyi musik klasik yaitu 150/70 mmHg dan setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 140/80 mmHg pada hari kedua. Disimpulkan bahwa bunyi Murottal Al-Qur’an dan musik klasik dengan intensitas 80 dB dapat memberi pengaruh terhadap tekanan darah. Memberikan perubahan sebesar  10 hingga 30 mmHg menuju

tekanan darah normal selama dua hari.

9.       

Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi

 

Author:

Andhika Mahatidanar H. dan Khairun Nisa

 

2017

Penelitian ini besar populasi sebanyak 50 orang responden.

 

Sampel diambil menggunakan teknik concesutive sampling. Penelitian ini menggunakan metode quasi-eksperimental dengan pendekatan pre-test and post-test tanpa kelompok kontrol.

 

Penelitian ini, sebelum intervensi dilakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu. Kemudian dilakukan terapi musik dengan menggunakan musik klasik. Setelah dilakukan intervensi, responden dilakukan pengukuran kembali tekanan darah.

Pada penelitian ini didapatkan hasil menunjukan bahwa tekanan darah sistolik sebelum diberi terapi musik klasik diperoleh angka rata-rata 149,5 mmHg Sedangkan tekanan diastolik diperoleh angka rata-rata sebesar 90,7 mmHg. Rerata tekanan sistolik responden setelah diberi terapi musik klasik lebih rendah bila dibandingkan dengan rerata sebelum diterapi, yaitu 145,2 mmHg. Rerata tekanan diastolik setelah diterapi juga menunjukan nilai yang lebih rendah bila dibandingkan dengan rerata sebelum diterapi, yaitu 86,4 mmHg. Pada penelitian ini,  karaterisitik usia responden dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu usia 45-50 tahun (27,5%), usia 51-55 tahun (25%), dan usia 56-60 tahun (47,5%). Kelompok usia 56-60 tahun merupakan kelompok responden dengan penderita penyakit hipertensi  terbanyak. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pada lansia dengan rerata penurunan tekanan sisolik sebesar 4,3 mmHg dan diastolik sebesar 4,4 mmHg. Tiga responden tidak terjadi penurunan tekanan darah dikarenakan tidak dapat berkonsentrasi dan tidak bersikap tenang serta kurang rileks ketika diberi terapi musik klasik. Sebagian responden tersebut adalah perempuan telah mengalami menopause. Salah satu teorinya menyebutkan faktor pemicu hipertensi pada perempuan adalah menopause. Menopause menyebabkan fungsi ovarium normal berangsur-angsur menghilang dan kadar esterogen turun pasca menopause. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL), sementara reseptor LDL berkurang, sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat. 

10.   

Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Murrotal Al-Qur’an Terhadap Kecemasan Pasien Sebelum Ekstrakti Gigi Klinik Bedah Mulut RSGM Universitas Jember

 

Author:

Citrayuli Nurkhasanah

 

2018

Sampel penelitian berjumlah 30 orang pasien indikasi ekstraksi gigi di Klinik Bedah Mulut RSGM Universitas Jember. Sampel penelitian terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok yang diberikan terapi musik klasik Sonata In D Mayor For Two Pianos dan kelompok yang diberi terapi Murrotal Al-Qur’an surat Al-Insyirah dan terjemahannya.

Jenis penelitian ini adalah quasy-eksperimental dengan rancangan penelitian pre-test post-test.

Pada penelitian ini, sebelum terapi musik dilakukan pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter air raksa. Pengukuran tekanan darah dilakukan 3 kali pengulangan dengan jeda antara tiap pengukuran 2-3 menit. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok terapi musik klasik dengan menggunakan musik klasik Sonata In D Mayor For Two Pianos dan kelompok terapi Murrotal Al-Qur’an selama 5 menit dengan menggunakan aerphone yang terpasang di mp3 player. Setelah slsai terapi, dilakukan pengukuran tekanan darah kembali. Data yang diperoleh diuji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnow dan uji homogenitas menggunakan uji levene. Apabila data distribusi normal dan homogen (p>0,05) maka dilakukan uji parametrik terhadap perbedaan adanya perubahan kecemasan sebelum dan setelah pemberian terapi dari masing-masing kelompok menggunakan paired t-test. Untuk melihat perbedaan perubahan kecemasan setelah dilakukan terapi musik klasik dan terapi Murrotal Al-Qur’an dilakukan uji parametrik menggunakan independent t-test.

Penelitian ini didapatkan hasil uji paired t-test pada nilai tekanan darah masing-masing kelompok perlakuan pre dan post intervensi adalah p sistol musik klasik 0,132 diastol musik klasik 0,148 , sistol Murrotal Al-Qur’an 0,000 dan diastol Murrotal Al-Qur’an 0,000. Hasil uji indepedent t-test pada nilai tekanan darah antara 2 kelompok perlakuan pre dan post intervensi adalah p sistol musik klasik dan Murrotal Al-Qur’an 0,000 dan diastol musik klasik dan Murrotal Al-Qur’an 0,000. Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa mendengarkan musik klasik dan Murrotal Al-Qur’an dapat menurunkan kecemasan pasien sebelum destraksi gigi. Murrotal Al Qur’an lebih baik dibandingkan terapi musik klasik.

 

 


Lampiran 2

Jadwal Penelitian Tahun 2020

 

Kegiatan

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Pembuatan Proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengajuan Proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Seminar Proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perbaikan Proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengumpulan Data Jurnal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penyelesaian Laporan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penyerahan Laporan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Seminar Hasil

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perbaikan dan Penyerahan Laporan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 3

 

 

 

Lampiran 4

 

                                                                                                 

 

 

 

 

                                                                                                        

 

 

                                                                                 

 

                                                                                

 

                                         

 

Komentar

Postingan Populer