PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASIEN PRE OPERASI DENGAN LITERATURE REVIEW
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI
DENYUT JANTUNG PASIEN PRE OPERASI
DENGAN LITERATURE
REVIEW
SKRIPSI
I IS KOMANG RENI
NIM. 1614301044
POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI
DENYUT JANTUNG PASIEN PRE OPERASI
DENGAN LITERATURE
REVIEW
SKRIPSI
Diajukan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Keperawatan
I IS KOMANG RENI
NIM. 1614301044
POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
Skripsi,
Mei 2020
I Is
Komang Reni
PENGARUH
TERAPI
MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI DENYUT
JANTUNG PASIEN PRE OPERASI DENGAN LITERATURE
REVIEW
ABSTRAK
Berdasarkan data Rikesdas (2018), presentasi
prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran penduduk Indonesia umur ≥18
tahun didapatkan hasil pada tahun 2013 sebanyak 31,7 % dan tahun 2018 sebanyak
34,1%. Terdapat sebanyak 87,9% pasien pre operasi mengalami hipertensi
yang mengakibatkan long of stay pasien post operatif diatas usia 65 tahun
meningkat sebanyak 30 –50%. Penelitian literature
review ini bertujuan untuk
mereview bagaimana musik dapat mempengaruhi penurunan tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung.
Jenis penelitian yaitu penelitian
kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Desain penelitian menggunakan Systematic Literature Review (SLR) dengan sampel penelitian 10 jurnal
dan analisa menggunakan metode PICO (Problem, Intervention, Comparison, Outcome)
dari pencarian artikel menggunakan electronic
database yaitu melalui Google
Scholar, Google Cendekia. Dari 10 jurnal yang didapatkan 2 diantaranya
menggunakan penelitian deskriptif dan 8 jurnal lainnya menggunakan penelitian
kualitatif. Waktu penelitian pada tanggal 16 April 2020-2 Mei 2020.
Dari
jurnal yang didapatkan menggunakan musik klasik mozart, The Four Seasons karya
Vivaldi, Sonata In D Mayor For Two Pianos, dan Piano Canon In D karya
Pachelbels. Penelitian beberapa jurnal menggunakan durasi waktu 5 menit, 15
menit, dan 30 menit serta pemberian intervensi selama 1 hari dan 2 hari. Faktor tidak terjadinya penurunan tekanan
darah dan denyut jatung yaitu musik klasik tidak disukai, pemberian intervensi
hanya 1 kali, diagnosa berbeda, usia, dan jenis kelamin. Peneliti memberikan
saran bagi keperawatan, pendidikan dan peneliti lainnya untuk melakukan
penelitian durasi lagu yaitu minimal 15 menit dan pemberian intervensi selama 2 hari.
Kata
Kunci: Tekanan Darah, Denyut Jantung, Terapi Musik Klasik Mozart
Bahan Pustaka : 34 (2007-2019)
POLYTECHNIC OF HEALTH TANJUNGKARANG
NURSING MAJOR
NURSING APPLICATION STUDY PROGRAM
Thesis,
May 2020
I
is Komang Reni
THE EFFECT OF MOZART CLASSICAL MUSIC THERAPY ON BLOOD
PRESSURE REDUCTION AND HEART FREQUENCY OF PRE OPERATING PATIENTS WITH
LITERATURE REVIEW
ABSTRACT
Based on
Rikesdas (2018), the hypertension presentation based on measuring Indonesia's
average population of 18 years was obtained in 2013 by 31.7 % and by 2018, by
34.1 percent. There are 87.9% of pre surgery's hypertensive patients resulting
in the long of stay post operative operative over the age of 65 increasing by
30-50%. The study of the literature review is intended to review how music can
affect drop in blood pressure and frequency of heart rate.
This type of
research is qualitative research with a literature study approach. The research design uses Systematic
Literature Review (SLR) with 10 journal research samples and analysis using the
PICO (Problem, Intervention, Comparison, Outcome) method of searching articles
using electronic databases through Google Scholar, Google Scholar. From 10 journals obtained 2 of them used
descriptive research and 8 other journals used qualitative research. Research time on April 16, 2020-2, May 2020.
From journals
obtained using mozart classical music, Vivaldi's The Four Seasons, Sonata In D
Mayor For Two Pianos, and Pachelbels's Canon In D Piano. The research of several journals used 5
minutes, 15 minutes, and 30 minutes duration and the intervention for 1 day and
2 days. The factor that does not
decrease blood pressure and heart rate is that classical music is not liked,
giving only one intervention, different diagnosis, age, and gender. Researchers provide advice for nursing,
education and other researchers to research the duration of the song that is at
least 15 minutes and providing intervention for 2 days
Keywords: Blood Pressure, Heart Rate, Mozart's Classical Music Therapy
Library Material: 34 (2007-2019)
KATA PENGANTAR
Mengucap
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
sebagai hamba-Nya atas kekuatan, kesehatan, dan kesempatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Dan Frekuensi Denyut Jantung Pasien Pre Operasi Dengan Literature Review” untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Sarjana Terapan
Keperawatan di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
Dalam
penyelesaian skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar
skripsi ini terselesaikan dengan hasil yang sebaik mungkin. Namun penulis
menyadari masih banyak kekurangan sehingga penulis masih membutuhkan banyak
bimbingan. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Warjidin
Aliyanto, SKM., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
2.
Gustop
Amatiria, S.Kp., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
3.
Dr.
Anita, M.Kep., Sp. Mat. selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
4.
Ns.
Efa Trisna, S.Kep., M.Kes. selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing
dan memberikan saran-saran perbaikan untuk penelitian ini.
5.
Dwi
Agustanti, S.Kp., M.Kep., Sp. Kom. selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah membimbing dan memberikan saran-saran perbaikan untuk penelitian ini.
6.
Semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang
Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Bandar
Lampung, Mei 2020
I
Is Komang Reni
BIODATA PENULIS
Nama :
I Is Komang Reni
NIM :
1614301044
Tempat dan
Tanggal Lahir : Muara
Bulian, 21 September 1998
Agama :
Hindu
Jenis
Kelamin : Perempuan
Alamat :
Jl. Flamboyan Raya No. 10 Kec. Tanjung Senang Kel. Labuhan Dalem Kota Bandar
Lampung
RIWAYAT PENDIDIKAN
TK(2003-2004) : TK Pratama
1 Bandar Lampung
SD
(2004-2010) :
SD Xaverius 3 Way Halim
SMP
(2010-2013) :
SMP Xaverius 4 Way Halim
SMA
(2013-2016) :
SMA Fransiskus Bandar Lampung
Sarjana
Terapan Keperawatan :
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
(2016-2020)
SKRIPSI
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI
DENYUT JANTUNG PASIEN PRE OPERASI
DENGAN LITERATURE REVIEW
I IS KOMANG RENI / NIM. 1614301044
Telah
diperiksa dan disetujui Tim Pembimbing Skripsi Program Studi Sarjana Terapan
Keperawatan Tanjungkarang Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Akademik 2019/2020
Bandar
Lampung, Mei 2020
Tim Pembimbing
Skripsi
Pembimbing Utama
Ns. Efa Trisna,S.Kep.,M.Kes
NIP. 196810081989032002
NIDN. 4008106802
Pembimbing Pendamping
Dwi Agustanti,
S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom
NIP.197108111994022001
NIDN. 4011087105
Mengetahui,
Ketua jurusan keperawatan tanjungkarang
Politeknik kesehatan tanjungkarang
GUSTOP AMATIRIA, S.Kp., M.Kes
NIP. 197008071993031002
NIDN. 4000311272
SKRIPSI
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI
DENYUT JANTUNG PASIEN PRE OPERASI
DENGAN LITERATURE
REVIEW
Penulis
Diterima
dan disahkan oleh tim penguji skripsi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang Tahun Akademik 2019/2020 sebagai persyaratan menyelesaikan
pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan
Tim
Penguji
Ketua
Ns. Ririn Sri Handayani, S.Kp., M.
Kep., Sp. KMB
NIP. 197502141998032002
NIDN. 4014027501
Anggota
Ns. Efa Trisna, S.Kep., M.Kes
NIP. 196810081989032002
NIDN. 4008106802
Anggota
Dwi Agustanti,
S.Kp., M.Kep., Sp.Kom
NIP.197108111994022001
NIDN. 4011087105
Mengetahui,
Ketua
Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang
Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes
NIP. 197008071993031002
NIDN. 4000311272
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : I
Is Komang Reni
Alamat : Jl. Flamboyan Raya No. 10 Kec.
Tanjung Seneng Kel. Labuhan Dalam Kota Bandar Lampung
Email : komangreni12@gmail.com
Dengan ini menyatakan bahwa naskah ilmiah dengan judul:
“Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Dan Frekuensi Denyut Jantung Pasien Pre Operasi Dengan Literature Review”
Adalah
observasi jurnal, pemikiran dan pemaparan asli yang merupakan hasil karya saya
sendiri yang belum pernah dipublikasikan baik secara keseluruhan maupun
sebagian, dalam bentuk jurnal, working
paper, atau bentuk lain yang dapat dipublikasikan secara umum. Naskah
ilmiah ini sepenuhnya merupakan karya saya intelektual saya dan seluruh sumber
yang menjadi rujukan dalam karya ilmiah ini telah saya sebutkan sesuai kaidah
akademik yang berlaku umum, termasuk para pihak yang telah memberikan
kontribusi pemikiran pada isi, kecuali yang menyangkut ekspresi kalimat dan
desain penulisan.
Demikian
pernyataan ini saya nyatakan secara benar dan penuh tanggung jawab dan
integritas.
Bandar
Lampung, Mei 2020
Yang menyatakan,
(materai)
I Is Komang Reni
NIM.
1614301044
Saya yang
bertanda tangan dibawah ini:
Nama : I Is Komang Reni
NIM : 1614301044
Jenis
Karya : Skripsi
Demi
pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Poltekkes
Tanjungkarang Kemenkes RI Hak Bebas
Royalti Noneksklusif (Nonexclusif
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Dan Frekuensi Denyut Jantung Pasien Pre Operasi Dengan Literature Review” beserta perangkat yang
ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Poltekkes
Tanjungkarang Kemenkes RI Berhak menyimpan, mengalih media/format- kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan
ini saya buat dengan sebenarnya.
Bandar Lampung, Mei
2020
Yang
menyatakan,
I
Is Komang Reni
NIM.
1614301044
HALAMAN
PERSEMBAHAN
Penulis sangat mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan kesehatan, kekuatan dan kegigihan serta berkat dan hikmat
dalam menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan tepat waktu.
Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada:
1.
2. Kakak saya, I Wayan Is Indra S. Dan Ni Putu
Yudiastuti yang selalu memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi ini.
3. Teman
saya, Gusti Putu Anjasmara yang selalu memberikan support dan semangat untuk
saya dalam mengerjakan skripsi ini.
4. Sahabat
saya, Chatrine Tyas Puspita Wardani yang selalu memberikan semangat dan
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Saudara-saudara saya yang selalu memberikan motivasi selama proses
pengerjaan skripsi ini
6. Dosen
pembimbing saya, Ibu Efa dan Ibu Tanti, yang memberikan ilmu dan motivasi serta
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
7.
Seluruh teman-teman Sarjana Terapan Keperawatan
yang telah berjuang, menangis dan tertawa bersama dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan moril, materil, semangat dan doa atas terselesaikannya
skripsi ini.
Bandar Lampung, Mei 2020
Penulis
I Is Komang Reni
MOTTO
“Kamu tidak perlu menjadi luar biasa untuk memulai, tapi
kamu harus memulai untuk menjadi luar biasa.”
-Zig Ziglar
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN
SAMPUL DALAM......................................................................... ii
ABSTRAK............................................................................................................ iii
ABSTRACT.......................................................................................................... iv
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... v
HALAMAN
BIODATA PENULIS.................................................................... vi
HALAMAN
PERSETUJUAN SIDANG HASIL................................................ vii
HALAMAN
PENGESAHAN........................................................................... viii
HALAMAN
PERNYATAAN ORISINILITAS......................................... ...... ix
LEMBAR
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................... x
HALAMAN
PERSEMBAHAN............................................................................. xi
MOTTO................................................................................................................ xii
DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii
DAFTAR
TABEL.............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvii
DAFTAR
LAMPIRAN.................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................ 5
C.
Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
D.
Manfaat Penelitian....................................................................................... 5
1.
Manfaat Teoritis..................................................................................... 5
2.
Manfaat Aplikatif.................................................................................. 6
E.
Ruang Lingkup Penelitian........................................................................... 6
F.
Sistematika
Penulisan Penelitian.................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Studi Kepustakaan....................................................................................... 8
1.
Definisi Studi Kepustakaan................................................................... 8
2.
Manfaat Studi Kepustakaan.................................................................. 8
3.
Langkah-Langkah Studi Kepustakaan................................................... 8
4.
Sumber-Sumber Studi Kepustakaan...................................................... 9
B.
Konsep Pembedahan.................................................................................. 10
1.
Definisi Pembedahan..........................................................................
10
2.
Jenis Pembedahan............................................................................. 10
3.
Definisi Keperawatan Perioperatif....................................................... 11
C.
Tekanan
Darah........................................................................................... 16
1.
Definisi
Tekanan Darah....................................................................... 16
2.
Fisiologi
Tekanan Darah Arteri............................................................ 17
3.
Faktor
Yang Mempengaruhi Tekanan Darah....................................... 18
4.
Hipertensi............................................................................................. 21
5.
Hipotensi.............................................................................................. 21
D.
Denyut Jantung.......................................................................................... 21
1.
Definisi
Denyut Jantung...................................................................... 21
2.
Fisiologi
dan Regulasi Denyut Jantung............................................... 22
3.
Pemeriksaan
Denyut Jantung............................................................... 22
4.
Karakteristik
Denyut Jantung.............................................................. 23
5.
Faktor
Yang Mempengaruhi Denyut Jantung...................................... 24
E.
Terapi
Musik.............................................................................................. 25
1.
Definisi
Terapi Musik........................................................................... 25
2.
Jenis
Musik........................................................................................... 26
3.
Manfaat
Terapi Musik.......................................................................... 27
4.
Musik
Klasik Mozart............................................................................ 29
5.
Tahapan
Dalam Terapi Musik Klasik .................................................. 29
6.
Patofisiologi
Terapi Musik................................................................... 30
F.
Kerangka
Teori........................................................................................... 32
G.
Hipotesis.................................................................................................... 33
H.
Variabel
Penelitian ..... 33
BAB
III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian........................................................................................... 34
B.
Desain dan Rancangan Penelitian.............................................................. 34
C.
Waktu Penelitian........................................................................................ 35
D.
Subyek Penelitian....................................................................................... 35
1.
Populasi Penelitian............................................................................... 35
2.
Teknik Sampel Penelitian..................................................................... 35
3.
Sampel Penelitian................................................................................. 36
E.
Prosedur Penelitian.................................................................................... 37
1.
Identifikasi
Masalah............................................................................. 37
2.
Screening.............................................................................................. 37
3.
Penilaian Kualitas................................................................................. 37
4.
Ekstrasi Data........................................................................................ 38
F.
Sumber Data.............................................................................................. 38
G.
Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 38
H.
Instrumen Pengumpulan Data.................................................................... 39
I.
Teknik Analisa Data................................................................................... 39
1.
Data
Colettion (Pengumpulan Data).................................................... 39
2.
Data
Reduction (Reduksi Data)........................................................... 39
3.
Data
Display (Penyajian Data)............................................................. 40
4.
Conclusions/Verifying (Penarikan
Kesimpulan)................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Analisa
Jurnal.............................................................................................. 41
B.
Pembahasan................................................................................................. 59
1.
Pengaruh
Terapi Musik Terhadap Tekanan Darah................................ 59
2. Pengaruh
Terapi Musik Terhadap Denyut Jantung............................... 63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan................................................................................................ 66
B.
Saran.......................................................................................................... 66
1.
Bagi Penelitian Keperawatan............................................................... 66
2.
Bagi
Pendidikan Keperawatan........................................................... 66
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya..................................................................... 67
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi ASA....................................................................................... 14
Tabel 2.2 Tekanan Darah rata-rata Usia................................................................. 18
Tabel 2.3 Tekanan Darah Usia > 18....................................................................... 18
Tabel 2.4 Frekuensi Denyut Jantung...................................................................... 22
Tabel 2.5 Faktor yang Mempengaruhi Denyut Jantung......................................... 23
Table 2.6 Daftar Lagu Musik Mozart..................................................................... 28
Table 4.1 Analisa PICO......................................................................................... 39
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................................... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Daftar Jurnal
Lampiran 2 : Jadwal Penelitian
Lampiran 3 : Lembar Masukkan Dan Perbaikan
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan
data yang diperoleh dari World Health
Organization (WHO, 2012), jumlah
pasien dengan tindakan pembedahan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Tercatat pada tahun 2011 terdapat 140 juta jiwa di seluruh rumah sakit di
dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta
jiwa. Data pembedahan di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa. Pembedahan
adalah sebuah invatif karena insisi dilakukan pada tubuh atau ketika bagian
tubuh diangkat (Rosdahl, 2012). Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan
terencana pada tubuh dan terdiri dari tiga fase yaitu pra operatif, intra operatif,
dan pasca operatif. Keperawatan pra operatif merupakan tahapan awal dari
keperawatan perioperatif yang dapat menentukan keberhasilan dan kesuksesaan
dalam tindakan operasi. Fase praoperatif dimulai saat keputusan untuk melakukan
pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi (Kozier,
2010). Aktivitas keperawatan yang dilakukan pada fase ini antara lain mengkaji
klien, mengindentifikasi masalah keperawatan yang potensial atau aktual,
merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan individu, dan memberikan
penyuluhan praoperatif untuk klien dan orang terdekat klien. Tujuannya adalah
untuk memastikan bahwa klien secara mental dan fisik telat siap untuk menjalani
pembedahan (Kozier, 2010).
Pada masa pra operasi pasien akan mengalami stress
sehingga menyebabkan ansietas yang akan berpengaruh pada tanda-tanda vital
pasien. American Psychiatri Association (Halgin, 2012 dalam Suwanto, dkk 2016), kecemasan mempengaruhi 8,3% dari populasi dan biasanya
terjadi pada wanita 55-60%. Survei komunitas menunjukkan sekitar 3-5% orang
dewasa mengalami kecemasan, dengan prevalensi seumur hidup lebih dari 25%.
Sekitar 15% pasien yang akan dioperasi dan 25% yang berobat biasanya gelisah. Hasil
riset wawancara yang dilakukan Waryanuarita (2017), salah satu perawat kamar
operasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta mengatakan bahwa puncak
kecemasan berdasarkan pengamatan oleh perawat bangsal maupun perawat kamar
operasi yaitu 2 jam sebelum pasien menjalani operasi di bangsal atau sekitar
30-150 menit pre operasi. Gejala sering tampak pada pasien yang mengalami cemas
pre operasi yaitu tampak gelisah, sering menarik napas dalam, nadi dan tekanan
darah meningkat 20 % hingga 30 %. Dapat disimpulkan bahwa
ternyata tingkat kecemasan yang tinggi berpengaruh terhadap naiknya tekanan
darah. Pengkajian tanda-tanda vital pre operatif juga penting untuk menentukan
adanya abnormalitas cairan dan elektrolit. Peningkatan denyut jantung dapat
disebabkan karena kekurangan volume cairan plasma, kekurangan kalium, atau
kelebihan natrium. Apabila denyut nadi kuat dan keras, hal tersebut mungkin
disebabkan karena kelebihan volume cairan. Disritmia jantung umumnya disebabkan
oleh ketidakseimbangan elektrolit (Potter & Perry, 2009). Selain itu,
naiknya tekanan darah bisa disebabkan karena memiliki riwayat hipertensi pada
pasien yang akan menjalani operasi.
Menurut
Badan Kesehatan Dunia WHO pada tahun 2011 ada 1 miliyar orang di dunia menderita
hipertensi dan 2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan
rendah hingga sedang.
Berdasarkan data Rikesdas (2018), presentasi prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran penduduk Indonesia umur ≥18 tahun mengalami
peningkatan. Untuk tahun 2013 didapatkan hasil
31,7 % dan tahun 2018 sebanyak 34,1% dengan karakteristik laki-laki
31,3% dan perempuan 36,9%. Untuk daerah perkotaan menduduki prevalensi lebih
tinggi yaitu 34,4% dan daerah perdesaan 33,7%. Sehingga, ada beberapa pasien
terpaksa untuk menunda jadwal operasi karena baik belum siap mental serta
hal-hal yang lain yang menyebabkan pasien yang akan menghadapi operasi
mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
Berdasarkan penelitian Ahmad Rubai (2018) hasil studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tanggal 14
Agustus 2017, diperoleh data dari rekam medik mengenai jumlah pasien yang
menjalani operasi di Instalasi Bedah Sentral sebanyak 7800 pasien di tahun
2016. Ditemukan data bahwa dari 7800 pasien operasi ada 336 pasien dikembalikan
ke ruang rawat inap tidak dilakukan tindakan operasi karena mengalami
peningkatan tekanan darah saat di ruang tunggu pasien (holding room). Selain itu, terdapat sebanyak 87,9%
pasien pre operasi mengalami
hipertensi. Hipertensi pre operasi mengakibatkan long of stay pasien post operatif diatas usia 65 tahun
meningkat sebanyak 30 –50%. Sehingga, dibutuhkan
tindakan nonfarmakologi untuk
menstabilkan tekanan darah pasien pre operasi (Siswoyo, dkk, 2017).
Ada
beberapa cara untuk mengurangi tekanan darah dalam masa pra operasi, salah
satunya adalah terapi komplementer yang saat ini mengalami peningkatan
ketertarikan dan penggunaan. Antara satu pertiga dan setengah dari populasi di
Amerika Serikat menggunakan satu atau lebih bentuk terapi medis alternatif atau
komplementer (Rakel & Faass 2006, dalam Potter & Perry, 2009). Salah
satu terapi yang digunakan yaitu terapi musik. Terapi musik merupakan metode
non farmakologi yang bisa digunakan dalam mengatasi cemas dan nyeri pada pasien
sebelum dan sesudah dilakukan tindakan operasi karena musik membawa dampak
positif yang dapat memberikan ketenangan dan kesejukan bagi yang mendengarnya.
Terapi
musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan,
meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Selain itu, musik
juga dapat mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologi, seperti respirasi, denyut
jantung, dan tekanan darah (Djohan, 2006). Alunan
musik juga dapat menstimulasi tubuh
untuk memproduksi molekul yang disebut Nitric Oxide (NO). Molekul ini bekerja pada tonus
pembuluh darah sehingga dapat mengurangi tekanan darah (Nurrahmani, 2012 dalam
Mahatidanar, 2016). Terapi
musik biasanya meggunakan instrumen lagu musik
klasik seperti karya Mozart, Bach,
Bethoven, dan Vivaldi (Campbell, D. 2007 dalam Mahatidanar, 2016). Musik klasik mozart digunakan untuk terapi musik karena memiliki magnitude yang
luar biasa dalam perkembangan ilmu kesehatan, diantaranya memiliki nada yang
lembut, nadanya memberikan stimulasi gelombang alfa, ketenangan, dan membuat pendengarnya lebih rileks karena
bertempo 60 ketukan permenit selama 30 menit. Bila dibandingkan musik klasik
lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada musik klasik mozart mampu merangsang dan
memberdayakan kreatifitas dan motivatif diotak. Beberapa diantara peneliti
tersebut merekomendasikan musik klasik mozart
yang diciptakan oleh Wolfgang Amadeus
Mozart (Dofi, 2010, Sari & Adilatri, 2012 dalam Ramadhani, 2010).
Berdasarkan
penelitian Saputry (2017), pada bulan Desember 2016-Juli 2017 dengan hasil
penelitian didapatkan bunyi Murottal Al-Qur’an dan musik klasik dengan
intensitas 80 dB dapat memberi pengaruh terhadap tekanan darah. Namun, antara
bunyi Murrotal Al Qur’an dan musik klasik tidak memiliki perbedaan yang
signifikan dan menormalkan tekanan darah. Pengaruh pemberian bunyi tersebut
dapat memberikan perubahan sebesar 10 hungga 30 mmHg menuju tekanan darah
normal selama dua hari.
Penelitian
Herawati, dkk (2017), dengan hasil penelitian didapatkan perbedaaan tekanan darah sebelum dan setelah terapi musik
klasik pada lansia dengan hipertensi ringan didapatkan nilai p-value=0,001
(<0,05). Rata-rata tekanan darah sistolik dengan rata-rata rank 3,50 mmHg
dengan Z hitung 21,00 pada lansia dengan
hipertensi sedang, didapatkan nilai p-value=0,023(<0,05).
Angka ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara tekanan darah. Sedangkan untuk
perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah terapi musik klasik pada lansia
hipertensi berat didapatkan nilai p-value=0,175 (˃0,05) sistolik sebelum
dan setelah terapi musik klasik. Angka ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
antara tekanan darah sistolik sebelum dan setelah terapi musik klasik.
Studi
kepustakaan (literatur review) berisi
uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari
bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian (Siregar, 2019). Literature review biasanya menggunakan
sumber data dari berbagai jurnal, buku, majalah, tesis dan sebagainya yang
dipublikasikan. Untuk jurnal yang dipakai baik jurnal nasional maupun jurnal
internasional. Diperoleh data peneliti Melfianora (2019) pada seminar karya
tulis ilmiah widyaiswara yang dilaksanakan oleh Ikatan Widyaiswara Indonesia
Kepulauan Riau yang diikuti oleh widyaiswara dari seluruh Indonesia hanya 11%
peserta menggunakan karya tulis dengan studi kepustakaan. Peneliti memperoleh
data dari tahun ke tahun belum ada yang menggunakan metode literature review dalam penelitian terapi musik klasik baik judul
lain sebagai tugas akhir keperawatan di Instutusi Poltekkes Tanjungkarang. Berdasarkan
fenomena yang dikemukakan diatas, maka penelitian tertarik menggunakan literature review terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah
dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi yang bertujuan untuk memberikan
gambaran mengenai beberapa intervensi nonfarmakologi yang dapat diberikan untuk
menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung yang mengalami kecemasan
pre operasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah adakah
pengaruh terapi musik mozart terhadap
penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi
berdasarkan literatur review?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui
pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap
penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dengan literature review.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
Penulisan
ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi mengenai terapi
nonfarmakologi (terapi musik) untuk mengatasi peningkatan tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung dengan masalah kecemasan pada pasien pre operasi.
2.
Manfaat
Aplikatif
a. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes
Tanjungkarang
Informasi
dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi instansi pendidikan
sebagai laporan akhir evidance based
mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan pada pasien pre operasi dengan
permasalahan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung serta diharapkan
penulisan ini menjadi sumber referensi institusi sebagai informasi.
b. Bagi Peneliti
Penulisan
ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan sebagai sumber informasi
untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai terapi nonfarmakologi (terapi
musik) untuk mengatasi masalah penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut
jantung pasien pre operasi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah
mereview jurnal terapi musik klasik mozart
dan musik klasik lainnya terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi
denyut jantung pasien pre operasi serta pasien lansia hipertensi. Disamping itu,
selain untuk mengetahui penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung,
juga untuk mengetahui faktor lain yang menyebabkan tidak terjadinya penurunan
tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Jenis penelitian adalah jenis
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Desain penelitian
menggunakan Systematic Literature Review
(SLR). Sampel penelitian yang
digunakan penelitian ini adalah 10 jurnal baik jurnal nasional maupun
internasional. Jurnal dalam rentan waktu dari 2007-2019 yang diakses full text
dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 16 April 2020-2 Mei 2020.
F. Sistematika Penulisan Penelitian
Penelitian
kualitatif dengan pendekatan literature
review dengan menggunakan metode analisa PICO (Problem, Intervention,
Comparison, Outcome) dari pencarian artikel menggunakan electronic database
yaitu melalui Google Scholar, Google Cendekia. Kata kunci yang digunakan dalam
pencarian jurnal yaitu blood pressure,
heart rate, dan music therapy classic
mozart yang berjumlah 10 jurnal. Kriteria inklusi artikel yaitu jurnal
intervensi untuk mengatasi masalah penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut
jantung yang dapat diakses full text.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Studi Kepustakaan
1.
Definisi
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan (literature review) berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan
penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan
kegiatan penelitian. Uraian dalam literature
review ini diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas tentang
pemecahan masalah yang sudah diuraikan dalam sebelumnya dimulai pada perumusan
masalah (Siregar, 2019).
2.
Manfaat
Studi Kepustakaan
Manfaat studi kepustakaan menurut
(Siregar, 2019):
a. Menempatkan
posisi pekerjaan kita pada posisi relatifnya
b. Menggambarkan
keterhubungan antara satu penelitian dengan penelitian lainnyayang terkait
dengan point of interest kita
c. Identifikasikan
cara lain untuk menginterpretasikan dan mencari gap/ kesenjangannya, itu yang
akan dikumpulkan di peaces analysis
d. Diantara
penelitian-penelitian sebelumnya (kontras) pertentangan
e. Menjadi
point untuk review literature ini menjadi dasar kita untuk penelitian kita
berikutnya
f. Dengan
menggambarkan fisic of puzzle orang
akan menggambarkan signifikan of the
problem. Evaluasinya pada originality
yang terlihat pada metodelogi yang sesuai dengan pemecahan masalah.
3.
Langkah-Langkah
Studi Kepustakaan
Langkah-langkah dari studi kepustakaan
menurut (Siregar, 2019):
a. Formulasi
permasalahan. Pilihlah topik sesuai dengan isu dan interest. Permasalahan harus ditulis dengan lengkap (complate) dan tepat.
b. Cari
literature. Temukan literature yang relevan dengan
penelitian. Langkah ini membantu kita untuk mendapatkan gambarkan (overview) dari suatu topik penelitian.
Sumber-sumber penelitian tersebut akan sangat membantu bila didukung dengan
pengetahuan tentang topik yang akan dikaji. Karena sumber-sumber tersebut akan
memberikan macam gambaran tentang ringkasan dari penelitian terdahulu.
c. Evaluasi
data. Lihat apa saja kontribusinya terhadap topik yang dibahas. Cari dan
temukan sumber data yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk mendukung
penelitian. Data ini berupa data kualitatif, data kuantitatif maupun data yang
berasal dari kombinasi keduanya.
d. Analisis
dan interpretasikan. Diskusikan dan temukan ringkas literature.
4.
Sumber-Sumber
Studi Kepustakaan
Ada banyak sumber yang bisa dijadikan
sebagai literature review.
Diantaranya menurut (Siregar, 2019):
a. Paper
yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan jurnal internasional baik dari
pihak pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta.
b. Tesis
merupakan penulisan ilmiah yang sifatnya mendalam dan mengungkapkan suatu
pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian. Tesis biasanya ditulis oleh
mahasiswa pasca sarjana/ S2 yang ingin mengambil gelar master.
c. Disertasi
merupakan penulisan ilmiah tingkat tinggi yang biasanya ditulis untuk
mendapatkan gelar doktor falasafah (Ph.D). Disertasi berisi fakta berupa
penemuan dari penulis itu sendiri berdasarkan metode dan analisis yang dapat
dipertahankan kebenarannya.
d. Jurnal
maupun hasil-hasil koferensi. Jurnal biasanya digunakan sebagai bahan sitiran
utama dalam penelitian karena membuat suatu informasi baru yang bersifat
spesifik dan terfokus pada pemecahan masalah suatu topik penelitian.
e. Majalah,
pamflet, kliping. Majalah ilmiah merupakan sumber publikasi yang biasanya
berupa teori, penemuan baru, maupun berupa materi-materi yang sedang populer
dibicarakan dan diteliti. Biasanya materi yang disajikan dalam makalah tidak
terdapat dalam buku. Contohnya majalah trubus, majalah e-commerce yang
disenangi dalam peneliti untuk dijadikan sitiran karena frekuensi terbitnya
teratur dan cepat hingga artikel yang dimuatnya cukup mutakhir.
f. Abstrak
hasil penelitian.
g. Prosiding
yang dipublikasikan dapat dijadikan bahan literatur. Pengambilan prosiding sebagai bahan literature bisa memudahkan peneliti
karena adanya kolaborasi antara peneliti dengan penulis prosiding yang mungkin
berada pada suatu institusi yang sama.
B. Konsep pembedahan
1.
Definisi
pembedahan
Pembedahan
adalah sebuah invatif karena insisi dilakukan pada tubuh atau ketika bagian
tubuh diangkat. Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada
tubuh dan terdiri dari tiga fase pra operasi, intra operasi, dan pasca operasi
(Rosdahl, 2012).
2. Jenis Pembedahan
Prosedur
pembedahan secara umum dikelompokkan berdasarkan (Kozier, 2010):
a. Berdasarkan
Tujuan
1) Diagnostik, mengonfirmasi
atau menegakkan diagnostik, sebagai contoh biopsi massa di payudara.
2) Paliatif,
menurunkan atau mengurangi nyeri atau gejala penyakit, tidak menyembuhkan,
sebagai contoh reseksi akar saraf.
3) Ablatif,
mengangkat bagian tubuh yang berpenyakit, sebagai contoh mengangkat kantung
empedu (kolesistektomi).
4) Konstruktif,
memperbaiki fungsi atau penampilan yang telah hilang atau menurun, sebagai
contoh implantasi payudara.
5) Transplantasi,
menggantu struktur yang tidak berfungsi, sebagai contoh penggantian panggul.
b. Berdasarkan
Tingkat Keterdesakan
1) Bedah darurat,
dilakukan segera untuk menyelamatkan fungsi atau hidup klien. Pembedahan untuk
mengendalikan perdarahan interval atau memperbaiki fraktur adalah contoh bedah
darurat.
2) Bedah elektif,
dilakukan jika intervensi bedah merupakan terapi pilihan untuk kondisi yang
tidak secara langsung membahayakan keselamatan klien (tetapi mungkin akan
mengancam kehidupan atau kesejahteraan klien) atau meningkatkan kehidupan
klien. Contoh bedah elektif antara lain kolesistektomi untuk penyakit kandung
empedu kronis, pembedahan penggantian panggul, dan prosedur bedah plastik
seperti bedah reduksi payudara.
c. Berdasarkan
Derajat Resiko
1) Bedah mayor,
merupakan pembedahan dengan derajat resiko tinggi, dilakukan untuk berbagai
alasan. Pembedahan mungkin memiliki komplikasi atau lama, kehilangan darah
dalam jumlah besar mungkin dapat terjadi, organ vital mungkin terkena, atau
komplikasi pasca operatif mungkin terjadi. Contohnya adalah transplantasi
organ, bedah jantung terbuka, dan pengangkatan ginjal.
2) Bedah minor,
biasanya memiliki resiko kecil, menghasilkan sedikit komplikasi, dan sering
dilakukan pada “bedah rawat jalan”, contoh bedah monior adalah biopsi payudara,
pengangkatan tonsil, dan pembedahan lutut.
3.
Definisi
Keperawatan Perioperatif
Keperawatan
periopertif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien (Maryunani,
2014). Istilah pre operatif merunjuk pada rentang waktu yang mencakup
persiapan, proses, dan pemulihan dari pembedahan. Fase keperawatan perioperatif
(Kozier, 2010) sebagai berikut:
a. Fase
Pra Opertif
Dimulai saat
keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien
dipindahkan ke meja operasi. Aktivitas keperawatan yang termasuk dalam fase ini
antara lain mengkaji klien, mengidentifikasi masalah keperawatan yang potensial
atau aktual, merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan individu,
dan memberikan penyuluhan pra operatif untuk klien dan orang terdekat klien. Dalam tahap pre operasi perawat diharapkan dapat melakukan
pengkajian terhadap fungsi fisiologis dan psikologis yang menentukan
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Ada beberapa yang harus dikaji pada
fase ini meliputi pemeriksaan psikologis
dan pemeriksaan fisiologis serta klasifikasi ASA sebagai berikut:
1) Pemeriksaan
Psikologi (Maryunani, 2014)
Setiap
orang berbeda-beda dalam memahami tentang pembedahan dan respon mereka pun
berbeda-beda juga. Namun, umumnya mempunyai ketakutan dan keluhan-keluhan
tertentu. Dalam hal ini, pasien yang akan dioperasi biasanya menjadi agak
gelisah dan takut. Perasaan gelisah dan takut kadang-kadang tidak tampak jelas.
Tetapi, kadang-kadang pula kecemasan ini dapat terlihat dalam bentuk lain.
Pasien yang gelisah dan takut sering bertanya terus-menerus dan berulang-ulang,
walaupun pertanyaannya telah dijawab. Kadang pasien tidak mau berbicara dan
memperhatikan keadaan sekitarnya, tetapi berusaha mengalihkan perhatiannya pada
hal lain atau sebaliknya pasien bergerak terus-menerus dan tidak bisa tidur.
2) Pemeriksaan
Fisik (Potter&Perry, 2009)
a) Survei
Umum
Perawat mengobservasi penampilan umum klien. Bentuk dan pergerakkan
tubuh dapat menggambarkan kelemahan yang disebabkan oleh penyakit. Berat badan
dan tinggi badan merupakan indikator status nutrisi yang penting. Pengkajian
tanda-tanda vital pre operatif termasuk tekanan darah saat klien duduk dan
berdiri, memberikan data dasar yang penting untuk dibandingkan dengan perubahan
tanda-tanda vital yang terjadi selama dan setelah pembedahan. Beberapa lembaga
meminta pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada kedua lengan klien sebagai
bahan pembanding. Ansietas dan rasa takut umumnya menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Agens anestesi secara khusus menekan seluruh
fungsi vital. Namun, reaksi obat yang merugikan meliputi peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah. Setelah efek anastesi pada pasca operasi berakhir,
perawat harus memantau tanda-tanda vital secara ketat dan membandingkan
hasilnya dengan data pre operasi. Pengkajian tanda-tanda vital preoperatif juga
penting untuk menentukan adanya abnormalitas cairan dan elektrolit. Peningkatan
denyut jantung dapat disebabkan karena kekurangan volume cairan plasma,
kekurangan kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi kuat dan keras,
hal tersebut mungkin disebabkan karena kelebihan volume cairan. Disritmia
jantung umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit.
b) Kepala
dan Leher
Kondisi membran mukosa mulut menunjukan kadar hidrasi.
Klien dehidrasi beresiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang
serius selama pembedahan. Inspeksi palatum mole dan sinus nasalis dapat menunjukan
drainase atau pernapasan. Untuk menentukan kemungkinan adanya infeksi lokal
atau sistemik, perawat mempalpasi adanya pembesaran nodus limfe di daerah
servikal. Perawat menginspeksi adanya distensi vena jugularis. Kelebihan cairan
dalam sistem sirkulasi atau kegagalan distensi vena jugularis.
c) Integumen
Perawat menginspeksi kulit di seluruh permukaan tubuh
secara teliti. Perhatian utama ditunjukan pada daerah tonjolan tulang, seperti
siku, sarkum, dan skapula. Selama pembedahan, klien harus berbaring dalam satu
posisi tertentu, sering kali selama beberapa jam. Klien rentan mengalami ulkus
tekan jika kulit klien tipis, kering dan turgor kulitnya buruk.
d) Toraks
dan Paru-paru
Pengkajian
pola pernapasan klien dan ekskursi dada membantu perawat dalam mengkaji
kapasitas ventilasi.
e) Jantung
dan Sistem Vaskular
Apabila
klien mempunyai penyakit jantung, perawat harus mengkaji karakter denyut
jantung apikal. Setelah pembedahan perawat harus membandingkan frekuens dan
irama nadi dengan data yang diperoleh sebelum operasi. Agens anatesi, perubahan
dalam keseimbangan cairan, dan stimulasi respons stres akibat pembedahan dapat
menyebabkan disritmia jantung. Perawat mengkaji nadi perifer, waktu pengisian
kapiler, dan warna serta suhu ekstermitas untuk menentukan status sirkulasi
klien. Waktu pengisian kapiler dikaji dengan cara menekan kuku jari tangan atau
kuku jari kaki klien sampai warna kulit menjadi pucat. Pengisian kailer normal
terjadi kurang dari 3 detik.
f) Abdomen
Perawat mengkaji ukuran, bentuk,
simetris, dan distensi abdomen. Pengkajian bising usus pada fase pre operatif
berguna sebagai data dasar. Perawat menentukan apakah klien mempunyai gerakan
usus teratur. Apabila pembedahan memerlukan manipulasi saluran gastrointestinal
atau jika klien diberikan anatesi umum, maka peristaltik tidak akan kembali
normal dan bising usus akan hilang berkurang selama beberapa hari setelah
operasi.
g) Status
Neurologis
Selama
mengkaji riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, perawat mengobservasi tingkat
orientasi, kesadaran, dan mood klien, memperhatikan apakah klien dapat menjawab
pertanyaan dengan tepat dan dapat mengingat kejadian yang baru terjadi dan
kejadian masa lalu.
3) Klasifikasi
ASA(American Society of
Anasthesiologists)
Sebelum
operasi, ahli anastesi akan menilai keadaan pasien dan merancang suatu rencana
untuk anastesi berdasarkan hal-hal berikut seperti kondisi pasien (klasifikasi ASA) yang ditentukan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang selektif, kesulitan
pembedahan yang akan dilakukan, dan kepentingan prosedur (darurat atau elektif)
(Grace, 2006).
Tabel 2.1
Klasifikasi ASA
Kelas |
Klasifikasi status fisik praoperasi
menurut ASA(American Society of
Aneshesiologists) |
Kelas I |
Fit dan sehat |
Kelas II |
Penyakit sistemik ringan |
Kelas III |
Penyakit sistemik berat yang tidak
terkontrol |
Kelas IV |
Penyakit sistemik tidak terkontrol
yang selalu mengancam jiwa |
Kelas V |
Mengancam nyawa-tidak diharapkan dapat
bertahan >24 jam tanpa pembedahan |
Sumber: (Grace, 2006)
b. Fase
Intra Operatif
Dimulai saat
klien dipindahkan ke meja operasi dan berakhir ketika klien masuk ke unit
perawatan pasca anastesia PACU (Post
Anasthesia Care Unit) yang juga disebut ruang pasca anastesia atau ruang
pemulihan. Aktivitas keperawatan yang termasuk dalam fase ini antara lain
berbagai prosedur khusus yang dirancang untuk menciptakan dan mempertahankan
lingkungan terapeutik yang aman untuk klien dan tenaga kesehatan. Perawat intra
operatif adalah anggota tim bedah yang penting, berperan sebagai advokat klien,
mempertahankan keselamatan, dan mengkaji secara kontinu kebutuhan klien dan tim
bedah.
c. Fase
Pasca Operatif
Dimulai saat klien
masuk ke ruang pasca anastesia dan berakhir ketika luka telah benar-benar
sembuh. Selama fase pasca operatif, tindakan keperawatan antara lain mengkaji
respon klien (fisiologi dan psikologi) terhadap pembedahan, melakukan
intervensi untuk memfasilitasi proses penyembuhan dan mencegah komplikasi,
memberikan penyuluhan dan memberikan dukungan kepada klien dan orang terdekat,
dan merencanakan perawatan di rumah. Tujuannya adalah membantu klien mencapai
status kesehatan yang paling optimal. Peran perawat selama fase pasca operatif
sangat penting terutama untuk pemulihan. Anastesia menghambat kemampuan klien
untuk berespons terhadap stimulus lingkungan dan untuk membantu mereka sendiri,
meskipun derajat kesadaran klien mungkin akan sangat beraneka ragam. Selain
itu, pembedahan itu sendiri dapat menyebabkan trauma pada tubuh dengan
mengganggu mekanisme protektif dan hemoestatis.
C. Tekanan Darah
1.
Definisi
Tekanan Darah
Tekanan darah arteri adalah besar
tekanan yang dihasilkan oleh darah saat mengalir melalui arteri. Karena darah
bergerak secara bergelombang, ada dua jenis ukuran tekanan darah yaitu tekanan
sistol, merupakan tekanan darah yang dihasilkan oleh kontraksi ventrikel, yaitu
tekanan pada puncak gelombang darah dan tekanan diastolik, merupakan tekanan
ventrikel pada saat istirahat. Maka, tekanan diastolik yang merupakan tekanan
yang lebih rendah, akan selalu ada dalam arteri. Selisih antara tekanan
diastolik dan tekanan sistolik disebut tekanan nadi (Kozier, 2010).
Tekanan
darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg) dan ditulis dalam bentuk pecahan.
Tekanan sistolik ditulis diatas tekanan diastolik. Tekanan darah rata-rata pada
orang dewasa yang sehat adalah 120/80 mmHg. Hipertensi rata-rata tekanan sistolik
diatas 130 atau tekanan diastolik diatas 85 membutuhkan upaya tindak lanjut
(Kozier, 2010).
2. Fisiologi Tekanan Darah Arteri
Tekanan
darah menggambarkan hubungan antara curah jantung, reistensi perifer, volume
darah, kekentalan darah, dan elastisitas arteri (Potter & Perry, 2009):
a. Curah
Jantung
Tekanan darah
bergantung pada curah jantung. Saat volume pada ruang tertutup (seperti
pembuluh darah) bertambah, maka tekanan darah akan meningkat, oleh karena itu,
jika curah jantung meningkat, maka darah yang dipompakan terhadap dinding
arteri akan bertambah sehingga tekanan darah meningkat. Curah jantung meningkat
karena adanya peningkatan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas otot
jantung, atau volume darah. Perubahan frekuensi jantung terjadi lebih cepat
dibandingkan perubahan kontraktilitas otot jantung atau volume darah.
Peningkatan frekuensi jantung yang cepat akan menurunkan waktu pengisian
jantung. Akibatnya, terjadi penurunan tekanan darah.
b. Resistensi
Perifer
Tekanan darah bergantung pada resistensi
vaskular perifer. Darah bersikurkulasi melalui jaringan arteri, arteriola,
kapiler, venula, dan vena. Arteri dan arteriola dikelilingi otot polos yang
berkontraksi atau berelaksasi untuk mengubah ukuran lumen. Ukuran tersebut akan
berubah untuk menyesuaikan diri terhadap aliran darah sesuai kebutuhan jaringan
lokal. Resistensi perifer adalah resistensi terhadap aliran darah yang
ditentukan oleh tonus otot pembuluh darah dan diameternya. Semakin kecil ukuran
lumen pembuluh darah perifer, maka semakin besar resistensinya terhadap aliran
darah dengan meningkatkannya resistensi, maka tekanan darah arteri meningkat.
Dengan dilatasi dan penurunan resistensi tekanan darah menurun.
c. Volume
Darah
Volume darah yang bersikulasi dalam
sistem vaskular mempengaruhi tekanan darah. Sebagaian besar individu dewasa
memiliki volume darah sebesar 500 ml. Jika terjadi peningkatan volume, tekanan
terhadap dinding arteri meningkat. Saat volume berkurang (pada pendarahan atau
dehidrasi) tekanan darah akan menurun.
d. Kekentalan
Kekentalan atau
viskositas darah akan mempengaruhi kemudahan aliran darah melalui pembuluh
darah kecil. Hematokrit atau presentase sel dalam darah dalam darah, menentukan
kekebalan darah. Jika hematokrit meningkat dan aliran darah melambat, maka
tekanan arteri akan meningkat. Jantung lebih kuat berkontraksi untuk
memindahkan darah di sepanjang sistem sirkulasi.
e. Elastisitas
Dinding arteri normal bersifat elastis
dan dapat merangsang. Peningkatan tekanan darah arteri, diameter pembuluh darah
akan bertambah untuk mengakomodasi perubahan tekanan. Tekanan sistolik
meningkat lebih signifikan dibandingkan tekanan diastolik akibat penurunan elastisitas arteri. Kontrol sistem
kardiovaskuler yang kompleks secara normal akan mencegah tiap faktor untuk
mempengaruhi tekanan darah.
3.
Faktor
Yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Tekanan darah
tidak bersifat konstan. Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Tekanan
darah tidak dapat diukur dengan adekuat melalui satu kali pengukuran saja. Tanda-tanda
vital pre operatif, termasuk tekanan darah saat duduk dan berdiri, memberikan
data dasar yang penting untuk membandingkan perubahan yang terjadi selama dan
setelah operasi. Beberapa institusi meminta memeriksa tekanan darah pada kedua
lengan untuk perbandingan. Kegelisahan dan rasa takut sering menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Pengkajian tanda-tanda vital pra operasi
juga penting untuk menyingkirkan abnormalitas cairan dan elektrolit (Potter &
Perry, 2009). Tekanan darah berubah dengan cepat bahkan pada kondisi kesehatan
yang optimal (Potter & Perry, 2009).
a. Usia
Tekanan darah bervariasi sesuai dengan
umur. Tekanan darah pada orang dewasa meningkat sesuai usia. Tekanan darah
optimal untuk dewasa usia paruh baya adalah dibawah 120/80 mmHg. Nilai 120-139/
80-89 mmHg dianggap sebagai prehipertensi (National
High Blood Pressure Education Progress, NHBPEP, 2003). Lansia biasanya
mengalami peningkatan tekanan sistolik yang berhubungan dengan elastisitas
pembuluh darah menurun. Tekanan darah 140/90 didefinisikan sebagai hipertensi
dan meningkatkan resiko penyakit yang berhubungan dengan hipertensi (Potter &
Perry, 2009).
Tabel
2.2 Tekanan Darah Optimal Rata-Rata Sesuai Usia
Usia |
Tekanan Darah (mmHg) |
Neonatus |
40 (rerata) |
1 bulan |
85/54 |
1 tahun |
95/65 |
6 tahun |
105/65 |
10-13 tahun |
110/65 |
14-17 tahun |
120/75 |
>18 tahun |
<120/80 |
Sumber:
(Potter&Perry, 2009)
Tabel 2.3 Klasifikasi
Tekanan Darah Untuk Usia > 18 Tahun
Katagori |
Sistolik (mmHg) |
Diastolik (mmHg) |
Normal |
<120 |
<80 |
Prehipertensi |
120-139 |
80-89 |
Hipertensi stadium 1 |
140-159 |
90-99 |
Hipertensi stadium 2 |
≥160 |
≥100 |
Sumber:
(Potter&Perry, 2009)
b. Stres
Kegelisahan, ketakutan, nyeri, dan stres
emosional dapat mengakibatkan stimulasi simpati yang meningkatkan frekuensi
denyut jantung, curah jantung dan resistensi vaskular. Efek simpatis ini
meningkatkan tekanan darah. Kegelisahan meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg.
c. Etnik
Faktor genetik dan lingkungan merupakan
faktor yang cukup besar mempengaruhi.
d. Jenis
Kelamin
Tidak terdapat perbedaan tekanan darah
yang berarti antara remaja pria dan wanita. Setelah pubertas, pria cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi.
e. Variasi
Harian
Tekanan darah lebih
rendah antara tengah malam dan pukul 3 pagi (Hones et al., 2006). Diantara pukul 03.00-06.00 pagi terjadi peningkatan
tekanan darah yang lambat. Saat terbangun, terjadi peningkatan tekanan darah
pagi (Redon, 2004). Tekanan darah tertinggi ditemukan saat siang hari di antara
pukul 10.00-18.00 (Redon, 2004).
f. Obat-Obatan
Beberapa obat mempengaruhi tekanan
darah secara langsung maupun tidak langsung. Sebelum pengkajian tekanan darah,
tanyakan pasien mengenai riwayat obat anti hipertensi atau obat jantung lainnya
yang menurunkan tekanan darah. Kelas obat lain yang mempengaruhi tekanan darah
adalah analgetik oploid yang dapat menurunkan tekanan darah. Vasokontriktor dan
asupan cairan intavena yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.
g. Aktivitas
dan Berat Badan
Olahraga dapat
menurunkan tekanan darah untuk beberapa jam sesudahnya. Para lansia mengalami
penurunan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg 1 jam setelah makan. Peningkatan
kebutuhan oksigen saat beraktivitas akan meningkatkan tekanan darah.
h. Merokok
Merokok
menyebabkan vasokontriksi. Saat seseorang merokok, tekanan darah meningkat, dan
akan kembali ke nilai dasar 15 menit setelah berhenti merokok (NHBPEP, 2003).
4.
Hipertensi
Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dan hilangnya
elastisitas dinding arteri. Resistensi perifer akan bertambah pada pembuluh
darah yang tebal dan tidak elastis tersebut. Jantung akan memompa dengan
menghadapi resistensi yang lebih tinggi. Akibatnya, aliran darah ke organ vital
seperti jantung, otak, dan ginjal akan menurun. Individu dengan riwayat
keluarga hipertensi memiliki risiko yang lebih tinggi. Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi meliputi mencegah obesitas, merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan
asupan natrium (garam) yang tinggi. Gaya hidup yang kurang aktif dan pajanan
stres yang kontinu juga menyebabkan hipertensi (Potter & Perry, 2009).
5.
Hipotensi
Hipotensi sering
kali disebabkan oleh penurunan sirkulasi volume darah. Hipotensi didefinisikan
sebagai penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 25% sampai 30% dari nilai
dasar pada saat istirahat. Hipotensi terjadi jika sistolik bernilai 90 mmHg
atau kurang. Hipotensi terjadi karena pelebaran arteri, hilangnya volume darah
dalam jumlah banyak atau kegagalan otot jantung untuk memompa dengan adekuat.
Hipotensi yang berhubungan dengan kulit yang pucat, lembab, kebingungan,
peningkatan frekuensi jantung, atau penurunan jumlah urine bersifat mengancam
jiwa harus dilaporkan kepada penyedia layanan kesehatan dengan segera (Potter &
Perry, 2009).
D. Denyut Jantung
1.
Definisi
Denyut Jantung
Pada individu
yang sehat, nadi menggambarkan denyut jantung artinya frekuensi nadi sama
dengan frekuensi kontraksi ventrikel jantung. Nadi merupakan gelombang darah
yang dihasilkan oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Umumnya, gelombang nadi
mewakili volume sekuncup dan jumlah darah yang memasuki arteri pada setiap
kontraksi ventrikel. Ketika arteri kehilangan distensibilitas atau daya
regangannya, dibutuhkan tekanan yang lebih besar untuk memompa darah ke arteri
(Kozier, 2010). Denyut nadi adalah aliran darah yang terasa naik turun saat
dipalpasi pada berbagai titik tubuh. Darah mengalir dalam sirkuit yang kontinu.
Denyut adalah indikator status sirkulasi darah (Potter & Perry, 2009).
2.
Fisiologi
dan Regulasi Denyut Jantung
Impuls listrik
dari Nodus Sinoatrial (SA) berjalan melalui otot jantung untuk
menstimulasi kontraksi jantung. Sekitar 60-70 ml darah masuk ke aorta dalam
setiap kontraksi ventrtikel (stroke volume). Dengan setiap ejeksi, dinding
aorta berdistensi, menghasilkan gelombang denyut yang berjalan cepat ke ujung
distal arteri. Gelombang denyut bergerak 15 kali lebih cepat melalui aorta dan
100 kali lebih cepat melalui arteri kecil dibandingkan dengan volume arteri
perifer, anda dapat merasakannya dengan palpasi arteri secara lembut menekan tulang
atau otot dibawahnya. Jumlah sensai denyut dalam 1 menit disebut frekuensi
denyut (pulse rate) (Potter & Perry,
2009).
3.
Pemeriksaan
Denyut Jantung
Lokasi radialis
dan apikal paling sering digunakan untuk pemeriksaan frekuensi denyut nadi. Jika
denyut radial abnormal atau intermiten akibat disritmia, atau tidak dapat
dicapai karena pakaian atau adanya gips, maka lakukan pemeriksaan denyut
apikal. Jika klien mengkonsumsi obat jantung, maka denyut apikal akan lebih
akurat terhadap fungsi jantung. Brakial dan apikal merupakan lokasi terbaik
untuk memeriksa denyut nadi balita atau anak-anak karena lokasi perifer terletak
lebih dalam dan sulit dipalpasi secara tepat. Anda mecari lokasi perifer lain
jika sedang melakukan pemeriksaan fisik lengkap, saat operasi atau terapi telah
mengganggu aliran darah, atau jika ada indikasi klinis tentang gangguan aliran
darah.
4.
Karakteristik
Denyut Jantung
Pemeriksaan denyut radial meliputi
(Potter & Perry, 2009):
a. Frekuensi
Beberapa perawat
mengukur nilai dasar pada posisi duduk, berdiri, dan berbaring. Perubahan
posisi dapat mengubah volume darah dan aktivitas simpatis. Frekuensi denyut
jantung meningkat sesaat jika terjadi perubahan posisi berbaring ke posisi
duduk. Pemeriksaan frekuensi denyut perifer dan apikal biasanya bervariasi.
Kedua kelainan frekuensi denyut yang sering ditemukan adalah takiradia dan
bradikardia. Takikardia adalah peningkatan frekuensi denyut jantung yang
abnormal di atas 100 x/ menit pada orang dewasa. Brakikardia adalah penurunan
frekeunsi denyut jantung abnormal di bawah 60 x/ menit.
Tabel 2.4 Kisaran
Normal Frekuensi Denyut Jantung
Usia |
Frekuensi Denyut Jantung (x/menit) |
Balita |
20-160 |
Anak |
90-140 |
Prasekolah |
80-110 |
Sekolah |
75-100 |
Dewasa |
60-90 |
Remaja |
60-100 |
Sumber: (Potter&Perry,
2009)
b. Irama
Setiap denyut diantara interval yang
teratur. Interval yang terganggu oleh denyut yang lambat atau cepat atau denyut
yang hilang mengindikasikan ritme abnormal atau disritmia. Disritmia mengancam
kemampuan jantung untuk menghasilkan curah jantung yang cukup, terutama jika
disritmia tersebut sering terjadi. Disritmia dapat dikenali dengan palpasi
gangguan dalam gelombang denyut yang berurutan atau dengan mengaskultasikan antara
suara jantung. Periksa keteraturan terjadinya disritmia dan auskultasi denyut
apikal. Disritmia biasanya digambarkan sebagai denyut yang tidak teratur secara
teratur (regularly irregular) atau
tidak teratur secara tidak teratur (
irregularly irregular).
c. Kekuatan
Kekuatan menggambarkan volume darah yang
dipompakan dinding arteri setiap kontraksi dan kondisi sistem arteri.
Normalnya, kekuatan denyut akan sama pada tiap detak jantung. Denyut dapat
dikategorikan sebagai kuat, lemah, tipis,
atau bounding.
d. Ekualitas
Nadi radialis pada kedua sisi
dibandingkan. Denyut nadi pada salah satu ekstermitas terkadang tidak memiliki
kekuatan yang sama pada berbagai penyakit.
5.
Faktor
Yang Mempengaruhi Denyut Jantung
Tabel 2.5 Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Denyut Jantung
Faktor
|
Meningkatkan
Frekuensi Denyut |
Menurukan
Frekuensi Denyut |
Olahraga |
Olahraga
jangka pendek |
Olahraga
jangka panjang akan membuat jantung beradaptasi sehingga denyut istirahat
lebih lambat dan kembali ke tingkat istirahat lebih cepat setelah olahraga. |
Suhu |
Demam
dan panas |
Hipotermia. |
Emosi |
Nyeri
akut dan kegelisahan meningkatkan stimulasi simpatis dan meningkatkan
frekuemsi jantung. Efek nyeri kronis pada denyut jantung bervariasi. Pada
respon fisiologi terhadap stress pada masa preoperasi dapat meningkatkan
denyut jantung hingga 10 kali per menit dari batas normal selama tiga kali
observasi (Maryunani, 2014) |
Nyeri
berat yang tidak dihilangkan Meningkatkan stimulasi parasimpatis sehingga
mempengaruhi denyut jantung relaksasi |
Obat-Obatan
|
Obat
kronotropik positif seperti epinefrin. |
Obat
kronotropik negatif seperti digitalis, beta-adrenergik,
dan calcium channel blockers |
Hemoragi |
Kehilangan
darah meningkatkan stimulasi simpatis |
- |
Perubahan
postural |
Berdiri
atau duduk |
Berbaring |
Kondisi
paru-paru |
Penyakit
dengan oksigensi buruk seperti asma,
PPOK |
- |
Sumber: (Potter & Perry, 2009)
E. Terapi Musik
1.
Definisi
Terapi Musik
Terapi musik
terdiri dari dua kata, yaitu “Terapi” dan “Musik”. Kata “Terapi” berkaitan
dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang. Biasanya
kata tersebut digunakan dalam konteks fisik dan mental. Seorang terapis musik
akan menggunakan musik dan aktivitas musik untuk memfasilitasi proses terapi
dalam membantu kliennya (Djohan, 2006).
Faktor yang
mempengaruhi : 1. Usia
2. Stres 3. Etnik 4. Jenis
kelamin 5. Variasi
hari 6. Obat-obatan
7. Aktivitas
dan berat badan 8.
Merokok
Terapi musik
(AMTA, 1997) adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang menggunakan musik
dan aktivitas musik untuk mengatasi berbagai masalah dalam aspek fisik,
psikologis, kognitif, dan kebutuhan sosial individu yang mengalami cacat fisik.
Terapi musik (Wigram, 2000) adalah penggunaan musik dalam lingkup klinis,
pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang membutuhkan pengobatan,
pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan psikologis (Djohan, 2006). Terapi
musik adalah menggunakan musik untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis,
kognitif, dan sosial individu yang menderita cacat dan penyakit. Terapi
memperbaiki gerakan dan atau komunikasi fisik, mengembangkan ekspresi
emosional, memperbaiki ingatan, dan mengalihkan rasa nyeri (Potter & Perry,
2009).
Menurut Federasi
Terapi Musik Dunia (WMFT) mengemukakan definisi, terapi musik adalah penggunaan
musik dan atau elemen musik (suara, irama, melodi, dan harmoni) oleh seorang
terapis musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap klien atau kelompok
dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal, belajar,
meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi, menata diri atau untuk mencapai
berbagai tujuan terapi lainnya (Djohan, 2006).
2.
Jenis
Musik
Menurut (Natalia,
2013 dalam Rahayu, 2017) jenis terapi musik ada dua yaitu:
a. Aktif-Kreatif
Terapi musik diterapkan dengan
melibatkan klien secara langsung untuk ikut aktif dalam sebuah sesi terapi
melalui cara:
1) Menciptakan
lagu (composing). Cara ini dilakukan
dengan mengajarkan klien diajak untuk menciptakan lagu sederhana ataupun lirik
dan terapis yang akan melengkapi secara harmonis.
2) Improvisasi.
Cara ini merupakan upaya membuat musik secara spontan dengan menyanyi ataupun
bermain musik pada saat itu juga dan membuat improvisasi dari musik yang
diberikan oleh terapis.
3) Re-creating Music. Merupakan
cara mengajak klien bernyanyi ataupun bermain instrumen musik dari lagu-lagu
yang sudah kenal.
b. Pasif-Reseptif
Dalam sesi
reseptif, klien akan mendapat terapi dengan mendengarkan musik. Terapi ini
lebih menekankan pada physical, emotional
intellectual, anesthetic of spiritual dari musik itu sendiri sehingga klien
akan merasakan ketenangan atau relaksasi. Musik yang digunakan dapat
bermacam-macam jenis dan style tergantung dengan kondisi yang dihadapi klien. Terapi
musik diterapkan dalam dua kelas yaitu:
1) Kelas
individu, klien di terapi secara personal melalui cara kreatif
maupun
reseptif. Melalui proses membuat lagu, kondisi relaksasi dan suasana yang
nyaman akan membantu klien untuk merasakan ketenangan.
2) Kelas
grup, klien di terapi dengan metode yang sama melalui kreatif
dan
reseptif. Namun, dapat lebih bervariasi dengan melakukan paduan suara, ensemble
perkusi, menari secara bersama maupun membuat permainan. Kegiatan yang langsung
melibatkan klien dengan menggunakan gerakan tubuh akan menciptakan kontrol
tubuh dan kesadaran tubuh secara keseluruhan.
Untuk menentukan sesi terapi musik
juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Usia:
anak-anak, remaja, dewasa, lanjut usia
2) Gender:
perempuan atau laki-laki
3) Latar
belakang: kondisi kesehatan klien, apakah ada penyakit tertentu pada bagian
tubuh (digestives, nervos, cardio, etc).
Klien dalam kondisi sehat atau sedang dalam perawatan.
4) Kondisi
individual yang sesuai dengan karakternya (dilihat dari tanggal lahir-zodiak,
jenis pekerjaan/sekolah)
3.
Manfaat
Terapi Musik
Menurut Kemper
& Denhaueur ( 2005), Mucci & Mucci (2002), Campbell (2001), keuntungan
musik antara lain sebagai berikut (Solehati, dkk, 2015):
a. Musik
memberikan efek terhadap peningkatan kesehatan
b. Musik
menurunkan stres dan mengurangi ketegangan otot
c. Musik
megurangi nyeri
d. Musik
menciptakan suasana rileks, aman, dan menyenangkan
e. Musik
menutupi perasaan yang tidak menyenangkan
f. Musik
mempengaruhi sistem limbic dan saraf otonom sehingga merangsang pelepasan zat
kimia Gamma Amino Butyric Acid (GABA),
enkefalin, dan beta endorphin yang
akan mengeliminasi neurotransmitter nyeri
g. Musik
memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak. Musik dengan denyut kurang
lebih 60 ketukan permenit dapat mengubah kesadaran dari beta menuju kisaran alfa.
Gelombang alfa merupakan kondisi yang
menunjukan ketenangan dan kesadaran yang meningkat
h. Musik
mempengaruhi pernafasan. Dengan mendengarkan musik irama tempo lambat atau
musik yang bunyinya lebih panjang dan lebih lambat, pernapasan akan melambat
sehingga membuat pikiran tenang.
i. Musik
mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah. Denyut jantung
menanggapi variabel-variabel musik (frekuensi, tempo, dan volume) dan cenderung
menjadi lebih lambat atau lebih cepat guna menyamai ritme suatu bunyi. Musik
dengan rata-rata ketukan 55 herts dapat menurunkan tekanan darah.
j. Musik
mempengaruhi suhu tubuh. Musik yang lembut dengan ketukan lambat dapat
menurunkan suhu tubuh. Sebaliknya, musik yang keras dapat menaikkan suhu tubuh
k. Musik
megatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stress. Hormon-hormon seperti Adrenocorticotrophin (ACTH), prolaktik, dan Human Growth Hormone (HGH) dalam darah
menurunkan secara signifikan pada orang-orang yang mendengarkan musik yang
santai. Selain itu, musik juga dapat meningkatkan pelepasan endorphin.
Pelepasan tersebut memberikan suatu pengalihan perhatian dari rasa sakit dan
mengurangi kecemasan
l. Musik
dapat mengubah persepsi tentang ruang. Musik dapat mengubah lingkungan terasa
lebih ringan, lebih lega, dan lebih elegan.
4. Musik Klasik Mozart
Musik klasik mozart adalah musik klasik yang muncul
250 tahun yang lalu dan diciptakan Wolgang
Amadeus Mozart. Dibandingkan musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi
yang tinggi pada musik klasik mozart mampu
merangsang dan memberdayakan kreatifitas. Musik-musik mozart memiliki keunggulan akan kemurnian dan kesederhanaan
bunyi-bunyi yang dimunculkannya, irama, melodi dan frekuensi-frekuensi tinggi
pada musik klasik mozart merangsang
dan memberikan daya pada daerah-daerah kreatif dan motivasi dalam otak. Musik mozart memberikan rasa nyaman tidak saja
ditelinga tetapi juga bagi jiwa yang mendengarkannya. Gubahan-gubahan musik
klasik ini, bila rajin diperdengarkan akan memberi efek keseimbangan emosi dan
ketenangan (Saputry, 2017). Musik mozart merupakan
salah satu jenis musik relaksasi yang bertempo 60 ketukan per menit. Musik yang
memiliki tempo antara 60 sampai 80 ketukan per menit mampu membuat seseorang
yang mendengarkannya menjadi rileks ( Ramadhani, 2014).
Tabel 2.6 Daftar
Judul Lagu Musik Klasik Mozart
Judul lagu |
Artis |
Romenze Eine Klein Nachmusik |
Mozart |
Wind Serenade no. 12, C minor, K.388 |
Mozart |
Piano Concerto, A mayor, K.491 |
Mozart |
Clarinet Concerto, no.24, K.622 |
Mozart |
Horn Concerto, E-flat, K.495 |
Mozart |
Sumber: ( Ramadhani, 2014)
5.
Tahapan
Dalam Terapi Musik Klasik
Tahapan terapi musik klasik menurut
(Solehati, dkk, 2015) :
a. Menyiapkan
semua alat yang dibutuhkan seperti mp3 dan
earphone
b. Persiapan
pasien, pasien diberi penjelasan dan informed
consent
c. Atur
dan bantu posisi pasien senyaman mungkin
d. Beri
tahu pasien, bahwa dirinya tidak akan terganggu selama pemberian terapi musik
dilakukan, kecuali jika ada kepentingan medis atau permintaan dari pasien itu
sendiri
e. Bantu
pasien untuk memperbaiki perlengkapan terapi, seperti earphone dan volume musik
f. Nyalakan
mp3 dengan volume sedang, cek
terlebih dahulu ke telinga pasie, intervensi relaksasi musik sebelum diberikan
kepada pasien, selanjutnya pasang earphone
di telinga pasien tanyakan apakah volumenya cukup
g. Mainkan
musik sesuai dengan waktu yang telah disepakati yaitu 30 menit
h. Bimbing
klien dengan memberi perintah untuk menutup mata, dengarkan ritme musik dan
alunannya, serta anjurkan untuk membiarkan pikiran mengikuti ritme musik
i. Anjurkan
dan bimbing pasien untuk melemaskan otot-ototnya selama musik berlangsung
j. Anjurkan
pasien untuk menarik nafas melalui hidung dan mengeluarkan napas secara
perlahan melalui mulut sambil mendengarkan musik
k. Setelah
30 menit, lakukan evaluasi kepada pasien terhadap tindakan yang telah dilakukan
6.
Patofisiologi
Terapi Musik
Musik ketika
dimainkan akan menghasilkan stimulasi yang dikirim dari akson-akson serabut
sensori asendens ke neuron-neuron Reticular
Activating Sistem (RAS). Stimulus
kemudian ditransmisikan oleh nuclei spesifik dari thalamus melewati area-area
korteks cerebral, sistem limbik, dan korpus collosum dan melalui area-area
sistem saraf otonom dan sistem neuroendokrin (Chiu & Kumar, 2003 dalam Darliana 2008). Sistem limbik bertanggung
jawab dalam mengontrol emosi dan juga mempunyai peran dalam belajar dan
mengingat. Lokasi yang berbatasan dengan korteks serebral dan batang otak yaitu
sistem limbik, dibentuk oleh cincin yang dihubungkan dengan cigulate gyrus,
hippocampus, dornik, badan-badan mammilarry, hypothalamus, traktus
mammilothalamic, thalamus anterior dan
bulbs olfaktorius. Ketika musik dimainkan semua bagian yang berhubungan dengan
sistem limbik terstimulasi sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi. Musik
juga menghasilkan sekresi phynylethylamin dari sitem limbik yang merupakan
neuroamine yang berperan dalam perasaan “Cinta”. Musik dapat memberikan
rangsangan pada saraf simpatik dan saraf
parasimpatik untuk menghasilkan respon
relaksasi. Karakteristik respon relaksasi yang ditimbulkan berupa
penurunan frekuensi nadi, relaksasi otot, tidur (Robb,2000; Argstatter,
Haberbosch; Bolay, 2006; Chiu &Kumar, 2003 dalam Darliana 2008). Efek musik
pada sistem neuroendokrin adalah memelihara keseimbangan tubuh melalui sekresi
hormon-hormon dan zat-zat kimia ke dalam darah, efek musik ini terjadi dengan
cara:
a. Musik
merangsang pengeluaran endorphine
yang merupakan opiate tubuh secara alami dihasilkan dari gland pituitary yang berguna dalam mengurangi nyeri, mempengaruhi
mood dan memori.
b. Mengurangi
pengeluaran katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin dari medulla
adrenal. Pengurangan katekolamin dapat menurunkan frekuensi nadi, tekanan
darah, asam lemak bebas, dan pengurangan
konsumsi oksigen.
c. Mengurangi
kadar kortikosteroid adrenal, Corticotrophin-Releasing
Hormone (CRH) dan Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) yang dihasilkan selama stres.
F.
Kerangka
Teori
Terapi
farmakologi Terapi
non farmakologi Tekanan darah: 1.
Analgetik oploid 2.
Vasokontriktor dan cairan intravena Denyut
jantung : 1.
Obat kronotropik positif seperti epinefrin 2. Obat
kronotropik negatif seperti digitalis, beta-adrenergik
dan calcium channel blockers Terapi
musik klasik mozart Implus
saraf telinga Sistem
limbik Sistem
saraf otonom Menghambat
respon simpatis medulla adrenal Penurunan
sekresi katekolamin Penurunan
tekanan darah, nadi, pernafasan Pasien
pre op Kecemasan Tekanan darah dan denyut jantung meningkat Respon
relaksasi
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber: (Potter &
Perry,2009), (Robb, 2000; Argstatter, Haberbosch; Bolay, 2006; Chiu &Kumar,
2003 dalam Darliana 2008)
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban
sementara penelitian, patokan duga, atau adil sementara, yang kebenarnya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoadmodjo, 2018). Adapun hipotesis
untuk penelitian literature review ini yaitu :
Ha.
Terapi musik klasik mozart berpengaruh terhadap tekanan
darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi.
H. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Jenis variabel
sebagai berikut (Notoatmodjo, 2018):
1. Variabel
Bebas (Independent Variabel)
Variabel
bebas, sebab, mempengaruhi atau idependent
variabel atau variabel resiko.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi musik klasik mozart.
2. Variabel
Terikat (Dependent Variabel)
Variabel
tergantung, terikat, akibat, terpengaruh atau variabel yang di pengaruhi.
Disebut variabel tergantung atau dependent
karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel independent. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penurunan
tekanan darah dan denyut jantung.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan
(library research). Studi kepustakaan
dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, mencatat dan membaca serta mengolah bahan penelitian
(Zed, 2003:3, dalam Supriyadi, 2016). Penelitian ini untuk melihat pengaruh
terapi musik klasik mozart terhadap
penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi.
Penelitian ini terdapat faktor resiko (variabel
independent) yaitu terapi musik klasik mozart
sedangkan efeknya (variabel dependent)
yaitu penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.
B. Desain Penelitian
Literature review merupakan
diskusi dari pengetahuan tentang topik yang sedang dipelajari atau bisa juga
berupa hasil pengetahuan yang didukung dengan literature riset, dan merupakan pondasi dari penelitian. Ada
beberapa aspek utama dalam melakukan literature
review yaitu survey artikel yang terkait dengan isu yang kita teliti,
berikan evaluasi, ringkas gambar-gambar yang ada, mendapatkan masukan yang
terkait dengan isu dari publikasi yang terbaru hingga publikasi yang terlama
sehingga kita bisa mendapatkan gambaran secara jelas (Siregar, 2019). Penelitian
ini menggunakan metode Systematic
Literature Review (SLR), yaitu sebuah
studi literature secara sistematik,
jelas, menyeluruh dengan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengumpulkan
data-data penelitian yang sudah ada (Sholihah, 2019). Tujuan dari metode ini
adalah untuk membantu peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian
yang menjadi subyek topik yang dicari serta memahami kenapa dan bagaimana hasil
dari penelitian tersebut sehingga dapat menjadi acuan untuk penelitian baru
yang akan dilakukan (Okoli, 2010 dalam Sholihah, 2019). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian
terapi musik klasik mozart terhadap
penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dengan
studi literature review.
C.
Waktu
Penelitian
Penelitian dimulai pada tanggal 16 April 2020-2 Mei
2020.
D. Subjek Penelitian
1.
Populasi
Penelitian
Populasi
penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2018). Adapun yang menjadi populasi di penelitian ini adalah
jurnal nasional dan jurnal internasional yang berkaitan dengan pengaruh terapi
musik klasik mozart terhadap
penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dan
pasien lansia hipertensi.
2.
Teknik
Sampel Penelitian
Teknik sampling adalah cara-cara
yang digunakan dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai
dari keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2015 dalam Yansyari, 2019).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak
didasarkan atau kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya
berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan (Notoatmodjo, 2018). Pendekatan teknik
nonprobability sampling yang
digunakan yaitu purposive sampling. Penelitian
ini menggunakan purposive sampling
yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Berdasarkan kasus karakteristik populasi yang sudah yang diketahui
sebelumnya yaitu telah disebutkan dalam inklusi dan eklusi dalam penelitian
ini:
a.
Kriteria Inklusi
Kriteria
inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah:
1) Jurnal
nasional dan jurnal internasional yang berkaitan dengan pengaruh terapi musik
klasik mozart terhadap penurunan
tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre oprasi dan pasien lansia
hipertensi.
2) Artikel
menggunakan metode penelitian kuantitatif dan deskriptif
3) Bahasa
yang digunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
4) Jurnal
dalam rentan waktu 2007-2019
5) Jurnal
dalam bentuk full text (dapat diakses
secara penuh)
b.
Kriteria Eklusi
Kriteria
eklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:
1) Jurnal
yang tidak sesuai dengan topik penelitian
2) Jurnal
yang update dibawah tahun 2007
3) Jurnal
tidak dalam full text (tidak dapat
diakses penuh)
3.
Sampel
Penelitian
Sampel
penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakil seluruh populasi (Notoatmodjo,
2018). Sampel dalam penelitian ini adalah 10 jurnal nasional dan jurnal
internasional yang berkaitan dengan pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah
dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dan pasien lansia hipertensi.
E. Prosedur Penelitian
Dalam
penelitian literature review, ada
beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi literature tersebut dapat diakui kredibilitasnya
(Anamudzi, 2019):
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi
masalah adalah proses dan hasil pengenalan atau inventarisasi masalah. Masalah
penelitian (research problem) merupakan
sesuatu yang penting diantara proses yang lain, dikarenakan hal tersebut
menentukan kualitas suatu penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji
permasalahan melalui jurnal-jurnal nasional maupun jurnal internasional yang
berasal dari laporan hasil-hasil penelitian. Pencarian jurnal 5 hari
menggunakan kata kunci tekanan darah, denyut jantung, dan terapi musik klasik dengan
google scholar dan cendekia. Jurnal yang diambil dari tahun 2007-2019. Setelah
itu, jurnal dimasukkan ke dalam 1 folder dan diurutkan berdasarkan nilai indeks
Q pada jurnal yang sudah diambil.
2.
Screening
Screening
adalah penyaringan atau pemilihan data yang gunanya untuk memilih masalah
penelitian yang sesuai dengan topik. Setelah mendapatkan jurnal yang sesuai
dengan kriteria inklusi maka jurnal tersebut dalam tahap screening peneliti memilih data dan dimasukkan ke dalam lembar
instrumen daftar jurnal sesuai dengan table selama 1 hari. Lembar instrumen
tersebut berisi judul jurnal, tahun terbit, populasi sampel, teknik sampling,
dan hasil.
3. Penilaian Kualitas
Dalam
penilaian kualitas pada metode Literature
Review (LR) yang dimaksud adalah
penilaian sumber data jurnal yang layak dengan kriteria. Dalam penelitian ini, penelitian
kualitas berdasarkan kriteria inklusi yaitu jurnal nasional dan internasional yang
berkaitan dengen pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut
jantung pasien pre oprasi dan pasien lansia hipertensi, artikel menggunakan
metode penelitian kuantitatif dan deskriptif, bahasa yang digunakan bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris, jurnal dalam rentan waktu 2007-2019, dan jurnal
dalam bentuk full text (dapat diakses
secara penuh).
4. Ektrasi Data
Ekstrasi
data dapat dilakukan jika semua data yang telah memenuhi syarat telah diklasifikasikan
untuk semua data yang ada. Setelah dilakukan penyaringan data melalui proses screening maka hasil dari ekstraksi data
ini dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini mendapatkan hasil ekstrasi data
berjumlah 10 jurnal. Setelah itu, dilakukan analisa data menggunakan table
analisa PICO selama 1 minggu.
F. Sumber Data
Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
yang menjadi bahan akan penelitian dapat berupa jurnal hasil penelitian yang
dilakukan peneliti-peneliti terdahulu dan situs internet yang berkaitan dengan
topik yang telah dipilih oleh peneliti berkenaan dengan pengaruh terapi musik
klasik mozart terhadap penurunan
tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dan pasien lansia
hipertensi. Dalam penelitian ini terdapat 10 jurnal yang diambil dari jurnal nasional
maupun internasional dari tahun 2007-2019.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,
2009 dalam Elvandari, 2015).
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen
penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data yang dapat
berupa kuesioner, formulir, formulir observasi, formulir-formulir lain yang
berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2018). Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar catatan
daftar jurnal.
I. Teknik Analisis Data
Analisis
data dalam penelitian menggunakan analisa deskriptif kualitatif yaitu merangkum
sekumpulan data dalam memberikan informasi yang disajikan dalam bentuk tabel.
Tahapan analisa data yaitu (Sosila & Suyanto, 2014, dalam Yansyari, 2019) :
1. Data Colettion (Pengumpulan Data)
Data
yang didapatkan dari hasil penelusuran menggunakan internet selama 5 hari pada
google scholar dengan kata kunci tekanan darah, frekuensi denyut, dan terapi
musik klasik didapatkan 10 jurnal. Dari 10 jurnal tersebut kemudian dikumpulkan menjadi satu
buah folder dan diurutkan berdasarkan nilai indeks agar mempermudah dalam
menganalisis.
2. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi
data merupakan proses pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi. Cara mereduksi
data adalah dengan membuat ringkasan atau uraian singkat, mengolongkan ke dalam
pola-pola dengan membuat tabel penelitian untuk mempertegas, membuang yang
tidak penting mempermudah mengambil kesimpulan. Penelitian ini mereduksi jurnal
dengan menggunakan lembar instrumen yaitu lembar analisis jurnal yang berisi
judul jurnal, tahun terbit, populasi sampel, teknik sampling, intervensi dan
hasil.
3. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian
data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan agar sajian data tidak menyimpang
dari pokok permasalahan. Sajian dalam penelitian ini diwujudkan dalam sebuah
tabel yang berisikan analisa PICO
yang terdiri dari Population,
Intervention, Comperator, dan Outcome.
Data dalam lembar daftar jurnal dimasukkan kembali sesuai dengan table
analisa PICO. Analisa data dilakukan
selama 1 minggu.
4. Conclusions/Verifying (Penarikan Kesimpulan)
Penarikan
kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami makna, keteraturan
pola-pola penjelasan. Kesimpulan di analisis adalah isi dari jurnal yang
tersurat, tampak, bukan dari makna yang dirasakan oleh peneliti guna menjawab
jawaban dari rumusan masalah dan tujuan penelitian.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Jurnal
Tabel 4.1
Analisa PICO
Journal Biography |
Population |
Intervention |
Comperator |
Outcome |
Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Respon Fisiologis Pada Pasien Yang Mengalami Kecemasan Pra operatif
Ortopedi Author: Armansyah dan Yecy Anggreny
(2012) |
Sampel diambil dengan cara purposive sampling. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien pra
operasi ortopedi dengan jumlah sampel 30 orang |
Pada penelitian ini,
pengumpulan data menggunakan lembar
observasi kecemasan dan lembar observasi respon fisiologis secara langsung
kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan
diteliti. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa alat mekanik
yaitu earphone/ headset dan sphygmomanometer digital yang sudah
melalui uji kalibrasi alat. Terapi musik klasik dilakukan
sebelum responden operasi dengan durasi ±30 menit. Terapi |
Penelitian ini tidak
menggunakan kelompok pembanding (kelompok kontrol) melainkan menggunakan
pendekatan pra-post test dalam satu kelompok (one group pra-test post-test design) untuk mengungkap hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek dengan desain pra-eksperiment dengan menggunakan purposive sampling. |
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa uji statistik pengaruh mendengarkan musik klasik terhadap
perubahan respon fisiologis didapatkan mean
tekanan darahsistolik pra-test adalah 120,2 mmHg, sedangkan mean tekanan darah sistolik
post-test adalah 119,6 mmHg dengan nilai
p value= 0,227 dan
untuk mean tekanan darah
diastolik pra-test adalah 74,1 mmHg, sedangkan mean tekanan darah diastolik post-test adalah 73,2 mmHg
dengan |
|
|
musik klasik dilakukan sebelum
responden operasi dengan durasi ±30 menit. Terapi musik yang diberikan hanya satu kali.
Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji paired
sample t-test untuk membandingkan dua mean sebelum dan setelah
dilakukan terapi musik klasik dan uji wilcoxon untuk membandingkan
perbedaan dua median sebelum dan setelah diberikan terapi musik
klasik. |
|
hasil ukur menunjukkan nilai pvalue=0,133. Hal ini menunjukkan bahwa
musik klasik tidak berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik
pada pasien pra operasi ortopedi.
Sedangkan pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uji statistik
perubahan respon fisiologis didapatkan mean frekuensi denyut jantung pra-test adalah 81,8 x/menit,
sedangkan mean frekuensi denyut jantung post-test adalah 79 x/menit dengan hasil ukur menunjukkan nilai p
value= 0,005. Detak jantung dapat berubah akibat
jenis musik yang berbeda. Hal ini menunjukkan musik klasik memiliki
pengaruh signifikan terhadap frekuensi denyut jantung pada pasien pra operasi
ortopedi. Dari uji statistik yang
menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan antara tekanan darah (sistolik dan
diastolik) baik sebelum maupun setelah diberikan terapi musik klasik karena
beberapa responden tidak begitu menyukai jenis musik klasik, selain itu
terapi musik yang diberikan hanya satu kali. Diagnosa klien tidak sama,
sehingga pasien pra operasi memiliki karakteristik dan tingkat kecemasan yang
berbeda. |
Perbedaan Pengaruh Terapi
Psikoreligius Dengan Terapi Musik Klasik Terhadap Kecemasan Pasien Pre
Operatif di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. Author: El Rahmayati dan Ririn Sri
Handayani (2017) |
Populasi pada penelitian ini
adalah semua pasien dewasa yang akan menjalani operasi. Teknik pengambilan
sampel (sampling) yang digunakan adalah Teknik sampling
menggunakan metode purposive dan besar sampel sebanyak 80 orang. |
Pada penelitian ini, responden
sebelum dilakukan intervensi dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut
jantung pasien. Setelah itu baru dilakukan terapi musik klasik mozart yang diperdengarkan adalah
musik yang diambil dari kumpulan The
Most Relaxing Classical Music yaitu musik klasik mozart yang sering digunakan untuk relaksasi. Setelah itu
dilakukan pengukuran kembali tekanan
darah dan denyut jantung. Pengumpulan
data dilakukan dengan survey menggunakan instrumen Zung Self Anxiety Rating Scale (ZSARS) sebelum dan
sesudah perlakuan. Analisis bivariat
dilakukan menggunakan uji statistik t-test independent dengan menetapkan nilai alpha 0,05 dan 95%
CI. |
Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain quasi-experimental
dengan desain pre-test dan
post test sehingga tidak menggunakan kelompok kontrol dalam
penelitian. Sebanyak 80 orang yang dibagi ke dalam 2 grup yakni grup
yang diberikan intervensi musik klasik dan grup yang diberikan terapi
psiko-religius dengan musik religi dan Murrotal Al-Qur’an Surah Arrahman. |
Hasil penelitian ini adalah
tekanan darah sistolik responden rata-rata sebelum perlakuan adalah 121,76
mmHg dan diastolik rata-rata 78,73 mmHg dengan rentang tekanan darah sistolik
antara 95-200 mmHg dan diastolik 50-120 mmHg. Setelah perlakuan rata-rata
tekanan darah sistolik responden turun menjadi 117,85 mmHg dengan renang
91-200 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik juga turun menjadi 76,99 mmHg
dengan rentang 55-120 mmHg. Frekuensi denyut nadi responden sebelum perlakuan
rata-rata 83,26 x/ menit dengan rentang frekuensi denyut nadi sebanyak 60-102
x/menit. Setelah perlakuan rata-rata frekuensi denyut nadi responden menurun
menjadi 82,05 x/menit dengan rentang frekuensi 72-96 x/menit. Kelompok perlakuan
menggunakan musik klasik adalah -0,050 dengan SD 4,596 dan SE-Mean 0,727.
Sedangkan selisih rata-rata skor ZSRAS pada kelompok perlakuan
menggunakan terapi psiko-religius (mendengarkan Murrotal Qur’an Surah
Ar-rahman atau mendengarkan musik religi Kristen) adalah 2,25dengan SD 4,721
dan SE-Mean 0,746. Hasil analisis bivariat dengan t-test
independent pada alpha 0,05 dan CI 95% didapatkan p-value
sebesar 0,05 (<alpha) dengan demikian hasil analisis bivariat memutuskan
hipotesis penelitian gagal ditolak atau ada perbedaan pengaruh terapi
psikoreligius dengan terapi musik klasik terhadap penurunan kecemasan (skor ZSRAS)
pada pasien pre operatif. |
Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan
Simpang Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas KTK Kota Solok Author: Netty Herawati, Kurniati Maya
Sari.,WD, dan Armanda Tri MurtiNingsih (2018) |
Besar populasi pada penelitian
ini adalah 18 responden hipertensi di Kelurahan Simpang Rumbio yang dibagi
menjadi 3 kategori yaitu tekanan darah ringan, sedang dan berat dengan jumlah
masing-masing 6 responden. |
Penelitian ini mengungkap
hubungan sebab akibat dengan cara melibat satu kelompok subjek, kelompok
subjek diobservasi pada tekanan darah sebelum di intervensi. Kemudian
dilakukan terapi musik klasik dengan
irama yang dihasilkan memiliki tempo 60 ketukan per menit. Setelah
itu, dilakukan intervensi dan diobservasi lagi setelah di intervensi. |
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif, menggunakan desain quasi-eksperiment dengan
rancangan penelitian one group pre-test post-test design. Penelitian ini tidak menggunakan kelompok
kontrol. Analisa data mengunakan uji paired t-test dan wilcoxon. |
Pada penelitisn ini didapatkan
hasil untuk katagori tekanan darah ringan rata-rata tekanan darah sistolik
sebelum terapi musik klasik adalah 144,67 mmHg dengan standar deviasi 3,933
Setelah terapi musik klasik terjadi penurunan tekanan darah sistolik dimana
rata-rata tekanan darah sistolik menjadi 140,00 mmHg dengan standar deviasi
3,899. Dan perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah terapi musik klasik
pada lansia hipertensi didapatkan nilai pvalue=0,001(<0,05). Untuk
hasil tekanan darah sedang rata-rata rank tekanan darah sistolik sebelum
terapi musik klasik adalah 0.00 mmHg dengan Z hitung 0,00, Setelah terapi
musik klasik dimana rata-rata tekanan darah sistolik dengan rara-rata rank
3,50 mmHg dengan Z hitung 21,00. Dan nilai p value=0,023(<0,055). Angka
ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara tekanan darah sistolik sebelum dan
setelah terapi musik klasik. Dan penelitian pada tekanan darah berat
didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi musik klasik
adalah 181,17 mmHg dengan standar
deviasi 1,169 Setelah terapi musik klasik terjadi penurunan tekanan darah
sistolik dimana rata-rata tekanan darah sistolik menjadi 180,83 mmHg dengan
standar deviasi 1,472. Dan perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah terapi
musik klasik pada lansia hipertensi didapatkan nilai pvalue=0,175(˃0,05).
Disimpulkan bahwa dari ketiga katagori diatas 2 diantaranya meliputi tekanan
darah ringan dan sedang mengalami penurunan sedangkan untuk tekanan darah
berat tidak ada pengaruh penurunan tekanan darah. |
Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Waleng
Girimarto Wonogiri Author:
Muhammad Nur F, Yeni Rusyani
dan Erlina Hermawati (2018) |
Besar populasi dalam penelitian
ini adalah lansia di Posyandu Desa Waleng
jumlah sampel penelitian 30 lansia. |
Pada penelitian ini, menggunakan
1 kelompok penelitian. Sebelum dilakukan terapi musik dilakukan pengukuran
tekanan darah terlebih dahulu untuk menentukan katagori tekanan darah. Terapi
musik klasik dilakukan menggunakan musik klasik mozart selama 30 menit. Setelah itu, dilakukan kembali pengukuran
tekanan darah pada lansia. Analisa data yang digunakan adalah uji wilcoxon
hasil p= 0,000 (p<0,05). Instrument yang digunakan sudah
dilakukan uji validitas dengan content validity dan didapatkan hasil
rata-rata 0,8 (tinggi) yang berarti layak untuk digunakan sebagai instrumen
penelitian. |
Penelitian ini tidak
menggunakan kelompok kontrol. Jenis penelitian ini adalah pre-eksperiment dengan
desain penelitian one group pre-test post-test. |
Hasil penelitian ini didapatkan
karakteristik responden menurut jenis kelamin mayoritas berjenis kelamin
perempuan sebanyak 80%. Tekanan darah pada lansia sebelum diberikan terapi
musik klasik di posyandu lansia Desa Waleng sebagian besar dalam kategori
hipertensi rendah (140-159 mmHg) sebanyak 23 responden (76,7%). Tekanan darah
pada lansia setelah diberikan terapi musik klasik di posyandu lansia Desa
Waleng sebagian besar dalam kategori hipertensi normal tinggi (<140 mmHg) sebanyak
20 responden (66,7%). Pada penelitian ini terlihat juga bahwa pasien yang di
indikasikan mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi) sesudah diberikan terapi musik klasik mozart (post-test) ini terlihat lansia merasa nyaman dan rileks saat
diberikan terapi musik klasik mozart.
Disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi musik mozart terhadap penurunan tekanan darah lansia di posyandu lansia
Desa Waleng ditandai dengan nilai p= 0,000(p<0,05). |
Penerapan Terapi Musik
Relaksasi Klasik Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan
Pasien Pre Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Roemani Semarang Author:
Muhammad Khoerun Naja (2018) |
Sampel study kasus adalah
pasien cemas pre operasi laparatomi di Rumah
Sakit Roemani Semarang terdiri dari 2 responden dewasa. |
Pada penelitian ini, Instrumen
pengumpulan data dalam aplikasi ini menggunakan alat ukur tingkat kecemasan Visual
Analogue Scale for Anxiety (VAS-A). Peneliti melakukan pre-test dengan
mengkaji kecemasan pasien menggunakan alat ukur kecemasan. Selain itu peneliti
juga mengkaji frekuensi nadi dan respiratory rate pada klien untuk
menguatkan hasil pengkajian kecemasan, mengatur posisi pasien, meminta pasien
untuk mendengarkan musik relaksasi klasik Piano Canon In D karya Pachelbels menggunakan headphone yang telah disiapkan selama
15 menit, kemudian melakukan post test dengan mengukur kecemasan
pasien tersebut lagi, menghitung frekuensi nadi dan respiratory rate. |
Penelitian ini tidak
menggunakan kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Desain yang digunakan studi
kasus adalah deskriptive study, dengan pendekatan pre- test and
post-test design. |
Hasil pada penelitian ini
didapatkan pengukuran tekanan darah pada pasien 1 tekanan darah pre-test 140/90 mmHg dan post-test 140/90 mmHg, sedangkan
pasien ke 2 pre-test 130/90 mmHg
dan post-test 130/ 90 mmHg. Dari
hasil tersebut bahwa disimpulkan nilai antara pre dan post tetap. Sedangkan
pada pengukuran denyut nadi pada pasien 1 pre-test
102 x/menit dan post-test 83
x/menit, pasien yang ke 2 pre test 97 x/menit dan post-test 75 x/menit. Yang artinya terapi musik klasik sangat
pengaruh terhadap denyut jantung. Berdasarkan hasil penerapan terapi musik
relaksasi klasik dalam menurunkan tingkat kecemasan pada asuhan keperawatan
pasien pre operasi laparatomi di Rumah Sakit Roemani semarang dapat ditarik
simpulan gambaran terapi mendengarkan musik relaksasi klasik Piano Canon In D
karya Pachelbels pada kecemasan
pasien pre operasi laparatomi di Rumah Sakit Roemani Semarang selama minimal
15 menit adalah tingkat kecemasan pasien turun setelah diberikan terapi musik
relaksasi klasik dari skala cemas sedang menjadi ringan. |
Penerapan Terapi Musik Terhadap
Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Di Rumah Sakit Darah
K.R.M.T Wongosonegoro Author: Susi mulfiroh dan Wahyuningsih
(2018) |
Populasi dalam penelitian ini
adalah 2 responden. |
Pada penelitian ini dilakukan
selama 2 hari pada 2 pasien tersebut. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan
tekanan darah dan denyut jantung. Setelah itu baru melakukan penerapan terapi
musik selama tiga kali dalam waktu 1 jam dengan menggunakan musik klasik.
Kemudian, setelah terapi musik klasik dilakukan pengukuran kembali tekanan
darah dan denyut jantung responden. |
Metode penulisan dalam menyusun
karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan studi kasus.
Sehingga dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol. |
Pada penelitian ini didapatkan
hasil pada pasien 1 pre-test tekanan darah 130/70 mmHg,
nadi 82 x/menit dan post test
tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 82 x/menit sedangkan pada pasien 2 pre-test tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 82 x/menit dan post-test
tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80 x/menit. Dapat dilihat pengaruh terapi
musik klasik terhadap tekanan darah dan denyut jantung tidak memberikan efek
yang signifikan. Tetapi untuk kecemasannya dapat memberikan efek penurunan
kecemasan pasien pre operasi. |
Pengaruh Musik Kasik Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Author: Saloma Klementina Saing (2007) |
Besar populasi dalam penelitian
ini 60 siswa dengan tekanan darah normal dan 28 siswa tekanan darah tinggi
(hipertensi) dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diberikan musik
klasik sebanyak 44 siswa dan kelompok yang tidak diberikan musik klasik
sebanyak 44 siswa. Populasi penelitian ini adalah anak-anak remaja berusia 15
tahun sampai 17 tahun. |
Penelitian ini sebelum musik
diperdengarkan terlebih dahulu setiap siswa diwajibkan mengisi kuesioner
kemudian dilakukan pemeriksaan fisik meliputi berat badan, tinggi badan,
serta pengukuran tekanan darah dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan stetoskop sebelum dan sesudah terapi musik
klasik. Musik klasik yang digunakan adalah musik The Four Seasons karya Vivaldi selama 30 menit dengan
menggunakan volume rendah sampai sedang (kira-kira 60 sampai 70 ketuk/menit).
Kelompok dibagi menjadi dua yaitu kelompok intervensi diberikan terapi musik
klasik dan kelompok tidak diberikan terapi musik dan untuk menentukan sampel
siswa yang akan dimasukkan kedalam kelompok musik dan kelompok yang tanpa
musik dengan bilangan acak 0 sampai 9. Apabila program komputer mengeluarkan
bilangan 0 sampai 4 dimasukkan ke kelompok musik dan apabila keluar bilangan
5 sampai 9 dimasukkan ke dalam kelompok tanpa musik. Data diolah secara
statistik menggunakan SPSS dengan uji statistik t berpasangan dan uji wilcoxon. Batas kemaknaan sebesar 5%
dikatakan bermakna apabila p
<0,05. |
Desain penelitian ini merupakan
penelitian analitik yang dilakukan secara eksperimental dengan jenis
penelitian pre-test and post-test
control group design dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Sehingga pada penelitian menggunakan
kelompok kontrol yang berupa tidak diberikan terapi musik. |
Hasil penelitian ini didapatkan
uji t berpasangan dan uji wilcoxon
digunakan untuk meniai rata-rata tekanan darah sistol dan diastol setelah
perlakuan antara kelompok tanpa musik dan kelompok musik. Sebelum perlakuan
tekanan darah sistol dan diastol kelompok tidak diberikan musik sebesar
121,14 mmHg dan 79,68 mmHg sedangkan didapatkan rata-rata tekanan darah
sistol dan diastol kelompok tidak diberikan musik sesudah perlakuan sebesar
116,77 mmHg dan 77,45 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistol dan diastol pada
kelompok diberi musik sebelum perlakuan sebesar 124,47 mmHg dan 81,05 mmHg
sedangkan sesudah perlakuan mendapatkan hasil 114,86 mmHg dan 75,00 mmHg. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistol kelompok diberi
musik dan tidak diberi musik, namun secara statistik tidak bermakna (p=0,072). Demikian juga halnya terjadi
penurunan darah diastol pada kelompok diberi musik dan tidak diberi musik,
namun secara statistik bermakna (p=0,008).
Untuk perbedaan rata-rata tekanan darah sistol dan diastol sebelum dan
sesudah perlakuan antara kelompok tidak diberikan musik dan diberikan musik
terjadi penurunan secara statistik bermakna (p=0,0001). Rata-rata penurunan tekanan darah sistol dan diastol
diberikan musik sebesar 9,41 mmHg dan 6,05 mmHg sedangkan penurunan tekanan
darah sistol dan diastol diberikan musik 4,37 mmHg dan 2,23 mmHg. |
Pengaruh Pemberian Murrotal Al-Qur’an
Dan Musik Klasik Terhadap Tekanan Pada Pasien Pra Operasi. Author:
Feby Eka Saputry (2017) |
Subjek penelitian yang
digunakan pada penelitian ini sebanyak
6 orang responden. Dengan 3 orang responden diperdengarkan Murottal Al-Qur’an
dan 3 orang lainnya diperdengarkan musik klasik. Dengan responden laki-laki
sebanyak 4 orang dan perempuan 2 orang, rentan usia responden dari usia 35
tahun hingga 75 tahun. Untuk responden yang diperdengarkan musik klasik yaitu
responden D, E dan F dengan rentang usia 35, 55, dan 76 tahun. |
Pada penelitian ini, Responden
A, B dan C diperdengarkan Murottal Al-Qur’an sedangkan responden D, E dan F
diperdengarkan musik klasik mozart dengan
ritme pelan dengan menggunakan earphone dengan waktu selama 15 menit, setelah itu memperdengarkan
Murottal Al-Qur’an pada responden dengan menggunakan earphone dengan
volume yang dibutuhkan (diinginkan) dengan intensitas bunyi sebesar 80 dB
dengan pemutaran 5 kali selama 15 menit, kemudian mengukur tekanan darah
responden setelah diperdengarkan Murottal Al-Qur’an, begitu pula dengan responden yang
diperdengarkan musik klasik mozart dengan
ritme pelan, lalu mencatat hasil yang diperoleh dalam tabel pengamatan serta
mengulangi kegiatan tersebut pada responden yang lain. |
Pada penelitian ini tidak
menggunakan kelompok kontrol melainkan menggunakan kelompok intervensi yang
dibagi menjadi 2 bagian yaitu yang pertama kelompok Murrotal Al-Qur’an dan
yang kedua menggunakan musik klasik mozart. |
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa responden yang diperdengarkan musik klasik yaitu pada
responden D sebelum diperdengarkan bunyi memiliki tekanan darah 120/60 mmHg
dan kemudian setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden
menjadi 130/80 mmHg pada hari pertama dan tekanan darah sebelum
diperdengarkan bunyi musik klasik yaitu 110/70 mmHg dan setelah
diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 120/80 mmHg pada
hari kedua. Pada responden E sebelum diperdengarkan bunyi memiliki tekanan
darah 120/70 mmHg dan kemudian setelah diperdengarkan musik klasik tekanan
darah responden menjadi 130/80 mmHg pada hari pertama dan tekanan darah
sebelum diperdengarkan bunyi musik
klasik yaitu 120/70 mmHg dan setelah diperdengarkan musik klasik tekanan
darah responden menjadi 130/80 mmHg pada hari kedua. Pada responden F sebelum
diperdengarkan bunyi memiliki tekanan darah 150/90 mmHg dan kemudian
setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 140/80
mmHg pada hari pertama dan tekanan darah sebelum diperdengarkan bunyi musik
klasik yaitu 150/70 mmHg dan setelah diperdengarkan musik klasik tekanan
darah responden menjadi 140/80 mmHg pada hari kedua. Dapat disimpulkan bahwa
musik klasik dengan intensitas 80 dB dapat memberi pengaruh terhadap tekanan
darah. Pengaruh pemberian bunyi
tersebut dapat memberikan perubahan sebesar
10 hingga 30 mmHg menuju tekanan darah normal selama dua hari. |
Pengaruh Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Author: Andhika Mahatidanar H. dan
Khairun Nisa (2017) |
Penelitian ini besar populasi
sebanyak 50 orang responden. |
Sampel diambil menggunakan
teknik concesutive sampling. Penelitian ini menggunakan metode quasi-eksperimental dengan pendekatan pre and post-test tanpa
kelompok kontrol. |
Penelitian ini, sebelum
intervensi dilakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu. Kemudian
dilakukan terapi musik dengan menggunakan musik klasik. Setelah dilakukan
intervensi, responden dilakukan pengukuran kembali tekanan darah. |
Pada penelitian ini didapatkan
hasil menunjukan bahwa tekanan darah sistolik sebelum diberi terapi musik
klasik diperoleh angka rata-rata 149,5 mmHg sedangkan tekanan diastolik
diperoleh angka rata-rata sebesar 90,7 mmHg. Rerata tekanan sistolik responden
setelah diberi terapi musik klasik lebih rendah bila dibandingkan dengan
rerata sebelum diterapi, yaitu 145,2 mmHg. Rerata tekanan diastolik setelah
diterapi juga menunjukan nilai yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
rerata sebelum diterapi, yaitu 86,4 mmHg. Pada penelitian ini, karaterisitik usia responden dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu: usia 45-50 tahun (27,5%), usia 51-55 tahun
(25%), dan usia 56-60 tahun (47,5%). Kelompok usia 56-60 tahun merupakan
kelompok responden dengan penderita penyakit hipertensi terbanyak. Berdasarkan penelitian yang
sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa musik klasik dapat menurunkan
tekanan darah pada lansia dengan rerata penurunan tekanan sisolik sebesar 4,3
mmHg dan diastolik sebesar 4,4 mmHg. Tiga responden tidak terjadi penurunan
tekanan darah dikarenakan tidak dapat berkonsentrasi dan tidak bersikap
tenang serta kurang rileks ketika diberi terapi musik klasik. Sebagian responden tersebut adalah perempuan yang telah
mengalami menopause. Salah satu teorinya menyebutkan faktor pemicu
hipertensi pada perempuan adalah menopause. Menopause menyebabkan fungsi
ovarium normal berangsur-angsur menghilang dan kadar esterogen turun pasca
menopause. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan Low Density
Lipoprotein (LDL), sementara reseptor LDL berkurang, sehingga menyebabkan
tekanan darah meningkat. |
Pengaruh Terapi Musik Klasik
Dan Murrotal Al-Qur’an Terhadap Kecemasan Pasien Sebelum Ekstraksi Gigi
Klinik Bedah Mulut RSGM Universitas Jember Author: Citrayuli Nurkhasanah (2018) |
Sampel penelitian berjumlah 30
orang pasien indikasi ekstraksi gigi di Klinik Bedah Mulut RSGM Universitas
Jember. Sampel penelitian terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok yang
diberikan terapi musik klasik “Sonata In D Mayor For Two Pianos” dan kelompok
yang diberi terapi Murrotal Al-Qur’an surat Al-Insyirah dan terjemahannya. |
Pada penelitian ini, sebelum
terapi musik dilakukan pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter air
raksa. Pengukuran tekanan darah dilakukan 3 kali pengulangan dengan jeda
antara tiap pengukuran 2-3 menit. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok yakni
kelompok terapi musik klasik dengan menggunakan musik klasik Sonata In D
Mayor For Two Pianos dan kelompok terapi Murrotal Al-Qur’an selama 5 menit
dengan menggunakan aerphone yang
terpasang di mp3 player. Setelah
slsai terapi, dilakukan pengukuran tekanan darah kembali. Data yang diperoleh
diuji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnow
dan uji homogenitas menggunakan uji levene.
Apabila data distribusi normal dan homogen (p>0,05) maka dilakukan uji
parametrik terhadap perbedaan adanya perubahan kecemasan sebelum dan setelah
pemberian terapi dari masing-masing kelompok menggunakan paired t-test. Untuk melihat perbedaan perubahan kecemasan
setelah dilakukan terapi musik klasik dan terapi Murrotal Al-Qur’an dilakukan
uji parametrik menggunakan independent
t-test. |
Jenis penelitian ini adalah quasy-eksperimental dengan rancangan
penelitian pre-test dan post-test. Dalam penelitian ini tidak
menggunakan kelompok kontrol. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok
terapi musik klasik dengan menggunakan musik klasik Sonata In D Mayor For Two
Pianos dan kelompok terapi Murrotal Al-Qur’an. |
Penelitian ini didapatkan hasil
uji paired t-test pada nilai tekanan
darah masing-masing kelompok perlakuan pre dan post intervensi adalah p
sistol musik klasik 0,132 diastol musik klasik 0,148, sistol Murrotal
Al-Qur’an 0,000 dan diastol Murrotal Al-Qur’an 0,000. Hasil uji indepedent t-test pada nilai tekanan
darah antara 2 kelompok perlakuan pre dan post intervensi adalah p sistol
musik klasik dan Murrotal Al-Qur’an 0,000 dan diastol musik klasik dan
Murrotal Al-Qur’an 0,000. Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan
bahwa mendengarkan musik klasik dan Murrotal Al-Qur’an dapat menurunkan
kecemasan pasien sebelum destraksi gigi. Murrotal Al Qur’an lebih baik
dibandingkan terapi musik klasik. |
B. Pembahasan
Hasil Telaah Evidance Base
Berdasarkan Teori dan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap
Tekanan Darah
Terapi
musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan, meningkatkan
fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Selain itu, musik juga dapat
mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologi, seperti respirasi, denyut jantung, dan
tekanan darah (Djohan, 2006). Terapi musik merupakan salah satu terapi
nonfarmakologi yang saat ini digunakan untuk mengurangi nyeri dan cemas. Untuk
saat masa pra operasi terapi ini sangat dibutuhkan karena kekhawatiran yang
didapatkan saat menunggu operasi membuat tekanan darah meningkat. Tidak hanya
pasien operasi tetapi pasien yang tidak menjalankan operasi bahkan memiliki
tekanan darah yang melebihi batas normal. Terapi musik biasanya meggunakan instrumen lagu musik klasik seperti karya Mozart,
Bach, Bethoven, dan Vivalaldi (Campbell, D. 2007 dalam Mahatidanar, 2016). Musik
yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya adalah musik klasik Mozart,“The Four Seasons” karya Vivaldi, “Sonata In D Mayor For Two Pianos”, dan“Piano
Canon In D” karya Pachelbels. Musik mozart merupakan salah satu jenis musik
relaksasi yang bertempo 60 ketukan permenit. Musik yang memiliki tempo antara
60 sampai 80 ketukan per menit mampu membuat seseorang yang mendengarkannya
menjadi rileks (Ramadhani, 2014). Musik klasik mozart digunakan
untuk terapi musik karena memiliki magnitude yang luar biasa dalam perkembangan
ilmu kesehatan, diantaranya memiliki nada yang lembut, nadanya memberikan
stimulasi gelombang alfa, ketenangan,
dan membuat pendengarnya lebih rileks karena bertempo 60 ketukan permenit
selama 30 menit (Dofi, 2010, Sari & Adilatri, 2012 dalam Ramadhani, 2010).
Berdasarkan jurnal yang didapatkan
bawah dari 10 jurnal pemberian terapi musik paling efektif minimal 15 menit. Pada
penelitian Feby Eka Saputri (2017)dengan judul Pemberian Murrotal Al-Qur’an Dan Musik Klasik Terhadap
Tekanan Darah Pada Pasien Pra Oprasi menunjukkan bahwa dengan durasi waktu 15
menit dapat memberikan pengaruh tekanan darah sebesar 10 hingga 30 mmHg menuju
tekanan darah normal dengan lagu musik klasik mozart. Penelitian Saloma Klementina Saing (2007) dengan judul Pengaruh
Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah menunjukkan bahwa terapi musik
klasik “The Four Seasons” karya Vivaldi sebelum
dilakukan terapi musik klasik tekanan darah sebesar 124,47 mmHg dan 81,05 mmHg sedangkan
setelah diberikan terapi musik klasik selama 30 menit mendapatkan hasil 114,86
mmHg dan 75,00 mmHg. Sehingga dapat dilihat ada penurunan tekanan darah yang
dihasilkan setelah dilakukan terapi musik. Sedangkan pada penelitian Citrayuli
Nurkhasanah (2018) dengan judul Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Murrotal
Al-Qur’an Terhadap Kecemasan Pasien Sebelum Ekstraksi Gigi Klinik Bedah Mulut
RSGM Universitas Jember menunjukkan bahwa terapi musik klasik “Sonata In D
Mayor For Two Pianos” selama 5 menit ada pengaruh terhadap tekanan darah pasien
sebelum ekstraksi gigi namun penurunan tersebut tidak turun secara signifikan
dan tidak memberikan efek yang maksimal terhadap tekanan darah responden.
Durasi lagu juga dapat memberikan efek
pada tekanan darah dan lamanya waktu pemberian intervensi pada responden. Untuk
pemberian intervensi dalam jangka waktu 2 hari ternyata lebih efektif
menurunkan tekanan darah dari 10 hingga 30 mmHg dibandingkan hanya satu hari
pemberian intervensi. Sedangkan dalam waktu 1 hari pemberian intervensi,
minimal pemutaran 5 kali selama 15 menit terapi musik untuk memberikan pengaruh
terhadap tekanan darah. Musik ketika dimainkan akan menghasilkan
stimulasi yang dikirim dari akson-akson serabut sensori asendens ke
neuron-neuron Reticular Activating Sistem
(RAS). Kemudian stimulus ditransmisikan
oleh nuclei spesifik dari thalamus mlewati area-area korteks cerebral, sistem limbik, dan korpus
collosum dan melalui area-area sistem saraf otonom dan sistem neuroendokrin. Sistem
limbik bertanggung jawab dalam mengontrol emosi dan juga mempunyai peran dalam
belajar dan mengingat. Lokasi yang berbatasan dengan korteks serebral dan
batang otak yaitu sistem limbik, dibentuk oleh cincin yang dihubungkan dengan
cigulate gyrus, hippocampus, dornik, badan-badan mammilarry, hypothalamus,
traktus mammilothalamic, thalamus
anterior dan bulbs olfaktorius. Ketika musik dimainkan semua bagian yang
berhubungan dengan sistem limbik terstimulasi sehingga menghasilkan perasaan
dan ekspresi. (Chiu & Kumar, 2003 dalam
Darliana 2008). Terdapat sebanyak 87,9%
pasien pre operasi mengalami hipertensi. Hipertensi pre
operasi mengakibatkan long of
stay pasien post operatif diatas
usia 65 tahun meningkat sebanyak 30
–50%. Tekanan darah berubah dengan cepat bahkan pada kondisi kesehatan
yang optimal (Potter & Perry, 2009). Faktor yang mempengaruhi tekanan darah
salah satunya adalah stres berupa kegelisahan, ketakutan, nyeri, dan stres
emosional dapat mengakibatkan stimulasi simpati yang meningkatkan frekuensi
denyut jantung, curah jantung dan resistensi vaskular. Efek simpatis ini
meningkatkan tekanan darah. Kegelisahan meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg (Potter & Perry, 2009). Sehingga, dibutuhkan
tindakan non farmakologis untuk
menstabilkan tekanan darah pasien pre operasi (Siswoyo, dkk, 2017). Pentingnya
musik saat masa pre operasi adalah untuk mengatasi kecemasan yang dialami
pasien sehingga pasien tidak mengalami pembatalan jadwal operasi. Didapatkan penelitian
yang dilakukan El Rahmayati
dan Ririn Sri Handayani
(2016) dengan judul Perbedaan Pengaruh Terapi Psikoreligius Dengan Terapi Musik
Klasik Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung saat pengambilan data
beberapa responden yang terpilih secara random sebagai responden dalam kelompok
musik klasik yang berusia >60 tahun tampak berusaha menikmati musik yang
didengarnya dan beberapa orang secara nonverbal menampilkan ekspresi
kurang menikmati musik klasik yang didengarnya sedangkan dengan menggunakan
kelompok yang diperdengarkan Murrotal Al Qur’an Surah Arrahman atau musik religi
Kristen lebih efektif dalam penurunan nilai ZSRAS. Maka dari itu, responden
lebih menyukai musik religi dibandingkan musik klasik. Menurut peneliti, dengan
musik religi membuat responden lebih mendekatkan kepada Tuhan sehingga lebih
mudah untuk meminta kekuatan, perlindungan serta kesembuhan dengan doa-doa yang
terkandung di dalam alunan musik tersebut sehingga muncul pengharapan apapun
yang terjadi pasti ada pertolongan. Sedangkan untuk musik klasik hanya untuk
menenangkan saja, tidak mengandung nilai religus yang memberikan kekuatan pada
yang mendengarkannya.
Penelitian yang didapatkan
Andhika Mahatidanar H. dan Khairun Nisa membuktikan bahwa faktor usia sangat
mempengaruhi tekanan darah. Pada kelompok usia 56-60 tahun merupakan kelompok
responden dengan penderita hipertensi terbanyak. 3 responden diantaranya tidak
terjadi penurunan tekanan darah dikarenakan tidak dapat berkonsentrasi dan
tidak bersikap tenang dan rileks ketika diberi terapi musik. Maka dari itu, tingkat
konsentrasi pada responden lansia sangat rendah sehingga mempengaruhi efek dari
terapi musik. Peneliti menyarankan pada usia ±50 tahun tidak dimasukkan dalam
kriteria inklusi penelitian karena pada usia tersebut tidak efektif menurunkan
tekanan darah dan denyut jantung pada terapi musik klasik. Dari beberapa jurnal
diatas, responden lansia hipertensi berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah
perempuan. Sebagian responden tersebut, telah mengalami menopause. Salah satu
teorinya menyebutkan faktor pemicu hipertensi pada perempuan adalah menopause.
Menopause menyebabkan fungsi ovarium normal berangsur-angsur menghilang dan
kadar esterogen turun pasca menopause. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL), sementara reseptor LDL
berkurang, sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (Mahatidanar, 2017).
Sedangkan pada teori Potter & Perry (2009) jenis kelamin dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah setelah
pubertas, pria cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Sehingga
berbanding terbalik teori yang didapatkan oleh peneliti. Sehingga peneliti
menyimpulkan bahwa untuk semua jenis kelamin dapat meningkatkan tekanan darah.
Tekanan darah bisa terjadi peningkatan apabila pada perempuan setelah mengalami
masa menopause dan laki-laki setelah mengalami masa pubertas.
Dari 10 jurnal terdapat 2 menggunakan penelitian deskriptif dan 8
penelitian kuantitatif. 10 jurnal diatas 7 diantaranya terapi musik klasik baik
musik mozart maupun musik klasik
lainnya dapat memberikan responden yang mendengarkan tenang dan rileks sehingga
hasil dari penelitian tersebut ada pengaruh pada tekanan darah. Selain itu, ada
3 jurnal yang tidak memberikan pengaruh pada tekanan darah. Beberapa faktor
yang membuat terapi musik tidak memberikan efek pada tekanan darah meliputi
responden tidak menyukai jenis musik klasik, terapi musik yang diberikan hanya
1 kali, dan diagnosa pasien yang berbeda sehingga pasien memiliki karakteristik
yang berbeda.
Berdasarkan penelitian literature review yang dilakukan
terhadap pengaruh terapi musik klasik mozart
dan musik klasik lainnya sama-sama memberikan pengaruh terhadap penurunan
tekanan darah baik pada pasien pre operasi maupun pasien lansia hipertensi.
2.
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Denyut Jantung
Terapi
musik selain dapat menurunkan tekanan darah dan denyut jantung menurut Kemper
& Denhaueur ( 2005), Mucci & Mucci (2002), Campbell (2001) dalam
Solehati, dkk (2015) juga memiliki keuntungan salah satunya adalah musik
mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah. Denyut jantung
menanggapi variabel-variabel musik (frekuensi, tempo, dan volume) dan cenderung
menjadi lebih lambat atau lebih cepat guna menyamai ritme suatu bunyi. Artinya ketika
tempo lagu yang lambat akan membuat pendengar akan lebih rileks sehingga
mempengaruhi denyut jantungnya, sedangkan semakin cepat tempo lagu yang
dimainkan akan semakin meningkat juga denyut jantung. Penelitian El Rahmayati dan Ririn Sri Handayani (2016)
dengan judul Perbedaan Pengaruh Terapi Psikoreligius Dengan Terapi Musik Klasik
Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung didapatkan hasil Frekuensi denyut nadi responden menggunakan musik klasik
adalah -0,050 dengan SD 4,596 dan SE-Mean 0,727. Sedangkan
selisih rata-rata skor ZSRAS pada kelompok perlakuan menggunakan terapi
psiko-religius (mendengarkan Murrotal Qur’an Surah Ar-Rahman atau mendengarkan
musik religi Kristen) adalah 2,25 dengan SD 4,721 dan SE-Mean 0,746.
Artinya perbedaan jauh antara musik klasik dengan musik religi. Pada penelitian
ini musik religi lebih efektif dibandingkan musik klasik mozart. Selain itu, pada penelitian Armansyah (2012) didapatkan
hasil ternyata selain tempo, detak jantung dapat berubah akibat jenis musik
yang berbeda. Musik klasik memiliki alunan yang lembut sehingga responden mudah
menerima lagu yang diberikan. Tetapi, dilihat dari penelitian El Rahmayati
dan Ririn Sri Handayani
(2016) didapatkan hasil yang memberikan rekomendasi lagu yang baik selain dari
musik klasik yaitu musik religi yg berisi doa,
pujian-pujian serta ayat-ayat yang terkandung di dalam bait lagu mampu lebih
cepat menurunkan denyut jantung responden.
Salah
satu faktor yang dapat meningkatan denyut jantung adalah Emosi pada saat
merasakan nyeri akut dan kegelisahan. Efek nyeri kronis pada denyut jantung
bervariasi. Pada respon fisiologi terhadap stres pada masa pre operasi dapat
meningkatkan denyut jantung hingga 10 kali per menit dari batas normal selama
tiga kali observasi (Maryunani, 2014). Pengkajian tanda-tanda vital pre
operatif juga penting untuk menentukan adanya abnormalitas cairan dan
elektrolit. Peningkatan denyut jantung dapat disebabkan karena kekurangan volume
cairan plasma, kekurangan kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi
kuat dan keras, hal tersebut mungkin disebabkan karena kelebihan volume cairan.
Disritmia jantung umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit.
Beda
dengan hasil penelitian El
Rahmayati dan Ririn
Sri Handayani (2016), pada penelitian Armansyah dan Yecy Anggreny (2012) dengan judul
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Respon Fisiologis Pada Pasien Yang
Mengalami Kecemasan Pra operatif Ortopedi hasil uji
statistik perubahan respon fisiologis didapatkan mean frekuensi denyut
jantung pra-test adalah 81,8 kali/menit,
sedangkan mean frekuensi denyut jantung post-test adalah 79 kali/menit dengan hasil ukur menunjukkan nilai pvalue=0,005.
Hal ini menunjukkan musik klasik memiliki pengaruh menurunakan denyut jantung.
Dilihat dari perbedaan pre dan post penelitian
tersebut walaupun tidak signifikan menurunkan banyak frekuensi denyut jantung
pada pasien pra operasi ortopedi.
Penelitian Muhammad Khoerun Naja dengan judul Penerapan Terapi
Musik Relaksasi Klasik Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Asuhan
Keperawatan Pasien Pre Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Roemani Semarang
menunjukkan hasil pasien satu pre-test
denyut nadi 102 x/menit dan post test
83 kali/menit sedangkan untuk pasien ke dua pre-test
denyut nadi 97 x/menit dan post-test
75 x/menit yang artinya terapi musik klasik sangat berpengaruh terhadap denyut
jantung.
Dari penelitian tersebut, terapi musik klasik dapat mempengaruhi
denyut jatung. Tekanan darah dan denyut jantung sangat berkaitan. Ketika
tekanan darah meningkat, denyut jantung akan meningkat juga. Berdasarkan penelitian literature review yang dilakukan
terhadap pengaruh terapi musik klasik mozart
dan musik klasik lainnya sama-sama memberikan pengaruh denyut jantung baik pada
pasien pre operasi maupun pasien lansia hipertensi.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian literature reveiw dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi musik klasik baik musik klasik mozart maupun musik klasik lainnya terhadap
penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien pre operasi dan
pasien lansia hipertensi. Jenis musik klasik yang digunakan dalam terapi yaitu musik
Mozart, Vivaldi, dan Pachelbels. Durasi lagu yang efektif
minimal 15 menit. Pemberian intervensi selama 2 hari ke responden lebih
efektif. Faktor yang mempengaruhi tidak terjadinya penurunan tekanan darah dan
denyut jantung yaitu responden tidak menyukai jenis
musik klasik, terapi musik yang diberikan hanya 1 kali, diagnosa pasien yang
berbeda, usia, dan jenis kelamin.
B. Saran
Dilihat
dari hasil penelitian literature review
yang dilakukan oleh peneliti, pada akhirnya ingin memberi saran dan diharapkan
dapat diterima oleh berbagai pihak yang terkait sebagai berikut:
1.
Bagi Pelayanan Keperawatan
Terapi musik klasik mozart
dan musik klasik lainnya dengan menggunakan durasi minimal 15 menit dalam
pemberian waktu intervensi selama 2 hari diharapakan dapat menjadi salah satu
intervensi keperawatan dalam menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat diperkenalkan
kepada peserta didik mengenai mereview literature dan terapi musik klasik mozart dapat dijadikan sebagai salah satu terapi nonfarmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pada pasien pre operasi
dan
lansia hipertensi dengan menggunakan durasi lagu minimal 15
menit dan pemberian intervensi selama 2 hari sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan peserta didik yang
lebih luas dalam
penanganan menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini direkomendasikan
untuk peneliti selanjutnya dalam mereview jurnal tentang pengaruh
terapi musik terhadap penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung
dengan jenis musik lainnya selain musik klasik. Jika peneliti melakukan
penelitian pada responden
diharapkan dalam melakukan terapi musik klasik mozart maupun musik klasik lainnya menggunakan durasi lagu minimal
15 menit
dan pemberian intervensi selama 2 hari. Selain itu, peneliti diharapkan lebih
memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan tidak terjadinya penurunan
tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pada responden seperti jenis musik
yang tidak disukai, pemberian intervensi satu kali, diagnosa yang berbeda-beda,
usia, dan jenis kelamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Anamudzi, M. A. (2019). Studi Literatur Pengaruh
Aktivitas Jalan Kaki Terhadap Tingkat Kebugaran Fisik. http://eprints.umm.ac.id/52026/60/PENDAHULUAN.pdf
Armansyah, & Anggreny, Y.
(2012). Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Respon Fisiologis pada Pasien
yang Mengalami Kecemasan Praoperatif Ortopedi . Jurnal Kesehatan
Komunitas, Vol. 1, No. 4, Hal 205-209, Mei.
Darliana, D. (2008). Pengaruh
Terapi Musik Terhadap Respon Stres Psikofisiologis Pasien Yang Menjalani
Coronary Angiograhy Di Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit Umum Cipto
Mangunkusumo.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-10/126562-Devi%20Darliana.pdf.
Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Galangpress.
Elvandari, D. R. (2015). Pengaruh Musik Klasik Terhadap Kenyamanan
Pemustaka Di UPT Perpustakaan Universitas Pancasakti Kota Tegal Jawa Tengah .https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jip/article/view/9349/9076
F, N. M., Rusyani, Y., & Hermawati, E. (2018). Pengaruh Terapi Musik
Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Posyandu Lansia Desa
Waleg Girimarto Wonogiri. Jurnal Ilmu Kesehatan Stikes Duta Gama Klaten,
volume 10, Nomor 2, Hal. 1-9.
Grace, P. A., & Borley, N. R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah.
PT Gelora Aksara Pratama.
Herawati, N., Kurniati Maya Sari., W., & MurtiNingsih, A. T. (2018).
Pengaruh Terapi Msuk Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Di Kelurahan Simpang Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas KTK
Kota Solok. MENARA Ilmu, Vol. XII, No. 3 April 2018, Hal 91-98.
Kozier. (2009). Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses & Praktik.
Jakarta: Buku Kedokteran ECG.
Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses & Praktik.
Jakarta: Buku Kedokteran ECG.
Mahatidanar, A. (2016). Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lasia Penderita Hipertensi.http://digilib.unila.ac.id/21703/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf.
Maryunani, A. (2014). Asuhan Keperawatan Perioperatif-Pre Operasi
(Menjelang Pembedahan). Jakarta Timur: CV. TRANS INFO MEDIA.
Melfianora.
(2019). Penulisan Karya Ilmiah Dengan Studi Literatur. Hal.
1-3.
Mulfiroh, S., & Wahyuningsih. (2018). Penerapan Terapi Musik
Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Di Rumah Sakit
Darah K.R.M.T Wongsonegoro.
https://www.researchgate.net/publication/334501415_PENERAPAN_TERAPI_MUSIK_TERHADAP_PENURUNAN_KECEMASAN_PADA_PASIEN_PRE_OPERASI_FRAKTUR_DI_RUMAH_SAKIT_DARAH_KRMT_WONGSONEGORO
Naja, M. K. (2018). Penerapan Terapi Musik Relaksasi Klasik Dalam
Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Pasien Pre Operasi
Laparatomi Di Rumah Sakit Roemani Semarang.http://repository.unimus.ac.id
Nurkhasanah, C. (2018). Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Murottal
Al-Qur'an Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Ekstraksi Gigi Di Klinik
Bedah Mulut RSGM Universitas Jember.http://epository.unej.ac.id/
Perry, & Potter. (2009). Fundamental Keperawatan, Buku 2,Ed.7.
Jakarta: Salemba Medika.
Perry, & Potter. (2009). Fundamental Keperawatan, Buku 3, Ed. 7.
Jakarta: Salemba Medika.
Rahayu, A. S. (2017). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap
Perubahan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea Di Ruang
Bersalin RSUD Kota Madiun.
Rahmayati, E., & Handayani, R. S. (2017). Perbedaan Pengaruh Terapi
Psikoreligius dengan Terapi Musik Klasik terhadap Kecemasan Pasien Pre
Operatif di RSUD dr. H. Abdul Moeloek. Jurnal Kesehatan, Vol VIII, Nomor
2, Hal 191-198, Agustus.
Ramadhani, R. (2014). Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Sectio Caesar Di RSKD Ibu Dan Anak
Siti Fatimah Makassar.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2012). Buku Ajar Keperawatan
Dasar. Jakarta: Buku Kedokteran ECG .
Rubai, A. (2018). Pengaruh Pemberian Murrotal Al-Qur'an terhadap Tekanan
darah Dan Frekuensi Denyut Jantung Pasien Pre Operasi di Ruang Tunggu Klien
(Holding Room) Rumah sakit Islam Sultan Agung Semarang.http://repository.unimus.ac.id/1708/1/MANUCRIPT.pdf
Saing, S. K. (2007). Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan
Darah .http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/6277/Saloma1.pdf
Saputry, F. E. (2017). Pengaruh Pemberian Murrotal Al-Qur'an Dan Musik
Klasik Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Pra Operasi.
Sholilah, N. A. (2019). Studi Literatur Penggunaan Minyak Tea
Tree(Melaleuca Alternifolia) Dalam Perawatan Luka.http://eprints.umm.ac.id/52916/1/PENDAHULUAN.pdf
Siregar, A. Z., & Harahap, N.
(2019). Strategi dan Teknik Penulisan Karya Ilmiah dan Publikasi.
Yogyakarta : DEEPUBLISH CV BUDI UTAMA.
Siswoyo, Setyowati, S., & A'la, M. Z. (2017). Pengaruh Terapi
Murrotal Al-Qur'an terhadap Tekanan Darah Pasien Pre Operasi Katarak dengan
Hipertensi di Ruang Tulip Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jamber. e-Jurnal
Pustaka Kesehatan, Vol.5 (no.1) Januari.
Notoatmodjo. (2018). Metodelogi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Solehati, T., & Kosasih, C. E. (2015). Konsep Dan Aplikasi
Relaksasi Dalam Keperawatan Maternitas. Bandung: PT Refika Aditama.
Supriyadi. (2016). COMMUNITY OF PRACTITIONERS : SOLUSI ALTERNATIF
BERBAGI. Lentera Pustaka 2, Hal 83-93.
Suwanto, Basri, A. H., & Umalekhoa, M. (2016). Efektivitas Klasik
Musik Terapi Dan Murrotal Terapi Untuk Menurunkan Tingkat Pasien Kecemasan
Pre Operasi Operation. Journals of Ners Community, Vol. 7, No,2, Hal.
173-187.
Waryanuarita, I. (2017). Pengaruh Pemberian Terapi MusikTerhadap
Kecemasan Pasien Pre General Anastesi Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Yansyari,
N. (2019). Studi Literatur Tentang Hubungan Intensitas Penggunaan Media
Sosial Dengan Kualitas Tidur Pada Remaja.http://eprints.umm.ac.id/52650/1/PENDAHULUAN.pdf
Lampiran
Lampiran 1
LEMBAR CATATAN DAFTAR JURNAL
NO. |
JUDUL JURNAL DAN PENULIS |
TAHUN TERBIT |
POPULASI
SAMPEL |
TEKNIK
SAMPLING |
INTERVENSI |
HASIL |
1.
|
Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Respon Fisiologis Pada Pasien Yang Mengalami Kecemasan Pra operatif
Ortopedi Author
: Armansyah dan Yecy Anggreny |
2012 |
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pra operasi ortopedi dengan jumlah
sampel 30 orang. |
Desain penelitian adalah pra-eksperiment
dengan menggunakan purposive sampling. |
Pada penelitian ini,
pengumpulan data menggunakan lembar
observasi kecemasan dan lembar observasi respon fisiologis secara langsung
kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan
diteliti. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa alat mekanik
yaitu earphone/ headset dan sphygmomanometer digital yang sudah
melalui uji kalibrasi alat. Terapi dengan musik klasik dilakukan sebelum responden
operasi dengan durasi ±30 menit. Terapi musik yang diberikan hanya satu kali.
Analisis data dilakukan secara univariatdan bivariat dengan uji paired
sample t-test untuk membandingkan dua mean sebelum dan setelah dilakukan
terapi musik klasik dan uji wilcoxon untuk membandingkan perbedaan dua
median sebelum dan setelah diberikan terapi musik klasik. |
Hasil penelitian didapatkan mean
tekanan darah sistolik pra-test
adalah 120,2 mmHg, sedangkan mean tekanan darah sistolik post-test adalah 119,6 mmHgdengan
nilai p value= 0,227 dan untuk
mean tekanan darah diastolik pra-test
adalah 74,1 mmHg, sedangkan mean tekanan darah diastolik post-test adalah 73,2 mmHg dengan
hasil ukur menunjukkan nilai p value=0,133.
Hal ini menunjukkan bahwa musik klasik tidak berpengaruh terhadap tekanan
darah sistolik dan diastolik pada pasien pra operasi ortopedi. Sedangkan uji
statistik perubahan respon fisiologis didapatkan mean frekuensi denyut
jantung pra-test adalah 81,8 x/menit, sedangkan mean frekuensi
denyut jantung post-test adalah 79 x/menit dengan hasil ukur menunjukkan nilai pvalue=0,005. Detak
jantung dapat berubah akibat jenis musik yang berbeda. Hal ini
menunjukkan musik klasik memiliki pengaruh signifikan terhadap frekuensi
denyut jantung pada pasien pra operasi ortopedi. |
2.
|
Perbedaan Pengaruh Terapi Psikoreligius
Dengan Terapi Musik Klasik Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Author: El Rahmayati dan Ririn Sri
Handayani |
2016 |
Besar sampel sebanyak 80 orang
yang dibagi ke dalam 2 grup yakni grup yang diberikan intervensi musik klasik
dan grup yang diberikan terapi psiko-religius dengan musik religi dan
Murrotal Al-Qur’an Surah Arrahman. |
Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain quasi-experimental
dengan desain pre. Teknik pengambilan sampel (sampling)
yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan metode non probability
purposive sampling. |
Pada penelitian ini responden
penelitian akan dilakukan pengukuran tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
intervensi pada saat menjelang operasi dengan mengukur tanda-tanda vital.
Kelompok intervensi dibagi ke dalam 2 grup yakni grup yang diberikan
intervensi musik klasik dan grup yang diberikan terapi psiko-religius dengan
musik religi dan Murrotal Al-Quran Surah Arrahman. Pengumpulan data dilakukan
dengan survey menggunakan instrumen Zung Self Anxiety Rating Scale (ZSARS)
sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji statistik t-test
independent dengan menetapkan
nilai alpha 0,05 dan 95% CI. |
Hasil penelitian ini adalah
tekanan darah sistolik responden rata-rata sebelumm perlakuan adalah 121,76
mmHg dan diastolik rata-rata 78,73 mmHg dengan rentang tekanan darah sistolik
antara 95-200 mmHg dan diastolik 50-120 mmHg. Setelah perlakuan rata-rata
tekanan darah sistolik responden turun menjadi 117,85 mmHg dengan renang
91-200 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik juga turun menjadi 76,99 mmHg
dengan rentang 55-120 mmHg. Frekuensi denyut nadi responden sebelum perlakuan
rata-rata 83,26 x/ menit dengan rentang frekuensi denyut nadi sebanyak 60-102
x/menit. Setelah perlakuan rata-rata frekuensi denyut nadi responden
menurun menjadi 82,05 x/menit dengan rentang frekuensi 72-96 x/menit.
Kelompok perlakuan menggunakan musik klasik adalah -0,050 denganSD 4,596
dan SE-mean 0,727. Sedangkan selisih rata-rata skor ZSRAS pada
kelompok perlakuan menggunakan terapi psiko-religius (mendengarkan Murrotal Qur’an Surah Ar-rahman
atau mendengarkan musik religi Kristen) adalah 2,25dengan SD 4,721 dan
SE-Mean 0,746. Hasil analisis bivariat dengan t-test independent pada
alpha 0,05 dan CI 95% didapatkan p-value sebesar
0,05 (<alpha) dengan demikian hasil analisis bivariat memutuskan
hipotesis penelitian gagal ditolak atau ada perbedaan pengaruh terapi
psikoreligius dengan terapi musik klasik terhadap penurunan kecemasan (skor ZSRAS)
pada pasien pre operatif. |
3.
|
Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan
Simpang Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas KTK Kota Solok Author: Netty Herawati, Kurniati Maya
Sari.,WD, dan Armanda Tri MurtiNingsih |
2018 |
Besar populasi pada penelitian
ini adalah 18 responden hipertensi di Kelurahan Simpang Rumbio yang dibagi
menjadi 3 katagori yaitu tekanan darah ringan, sedang dan berat dengan jumlah
masing-masing 6 responden. |
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif, menggunakan desain quasi-eksperiment dengan rancangan
penelitian one group pre-test post-test design. |
Penelitian ini mengungkap
hubungan sebab akibat dengan cara melibat satu kelompok subjek, kelompok
subjek di observasi pada tekanan darah sebelum di intervensi. Kemudian
dilakukan terapi musik klasik dengan
irama yang dihasilkan memiliki tempo 60 ketukan permenit. Setelah itu,
dilakukan intervensi dan diobservasi lagi setelah di intervensi. Analisa data
mengunakan uji paired t-test dan
wilcoxon. |
Pada penelitisn ini didapatkan
hasil untuk kategori tekanan darah ringan rata-rata tekanan darah sistolik
sebelum terapi musik klasik adalah 144,67 mmHg
dengan standar deviasi 3,933 Setelah terapi musik klasik terjadi penurunan
tekanan darah sistolik dimana rata-rata tekanan darah sistolik menjadi 140,00
mmHg dengan standar deviasi 3,899. Dan perbedaan tekanan darah sebelum dan
setelah terapi musik klasik pada lansia hipertensi di dapatkan nilai pvalue
=0,001(<0,05). Untuk hasil tekanan darah sedang rata-rata rank tekanan
darah sistolik sebelum terapi musik klasik adalah 0.00 mmHg dengan Z hitung
0,00, Setelah terapi musik klasik dimana rata-rata tekanan darah sistolik
dengan rara-rata rank 3,50 mmHg dengan Z hitung 21,00. Dan nilai p value=0,023(<0,055).
Angka ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara tekanan darah sistolik
sebelum dan setelah terapi musik klasik. Dan penelitian pada tekanan darah
berat didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi musik klasik
adalah 181,17 mmHg dengan standar
deviasi 1,169 Setelah terapi musik klasik terjadi penurunan tekanan darah
sistolik dimana rata-rata tekanan darah sistolik menjadi 180,83 mmHg dengan
standar deviasi 1.472. Dan perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah terapi
musik klasik pada lansia hipertensi didapatkan nilai pvalue=0,175(˃0,05).
Disimpulkan bahwa dari ketiga katagori diatas, 2 diantaranya tekanan darah
ringan dan sedang mengalami penurunan sedangkan untuk tekanan darah berat
tidak ada pengaruh penurunan tekanan darah. |
4.
|
Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Waleng
Girimarto Wonogiri Author:
Muhammad Nur F, Yeni Rusyani
dan Erlina Hermawati |
2018 |
Besar populasi dalam penelitian
ini adalah lansia di Posyandu Desa Waleng
jumlah sampel penelitian 30 lansia. |
Jenis penelitian ini adalah pre-eksperiment
dengan desain penelitian one group pre-test post-test. |
Pada penelitian ini,
menggunakan 1 kelompok penelitian. Sebelum dilakukan terapi musik dilakukan
pengukuran tekanan darah terlebih dahulu untuk menentukan katagori tekanan
darah. Terapi musik klasik dilakukan menggunakan musik klasik mozart
selama 30 menit. Setelah itu, dilakukan kembali pengukuran tekanan darah pada
lansia. Analisa data yang digunakan adalah uji Wilcoxon hasil p=
0,000 (p<0,05). Instrumen
yang digunakan sudah dilakukan uji validitas dengan content validity
dan didapatkan hasil rata-rata 0,8 (tinggi) yang berarti layak untuk
digunakan sebagai instrumen penelitian. |
Hasil penelitian ini didapatkan
karakteristik responden menurut jenis
kelamin mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 80%. Tekanan
darah pada lansia sebelum diberikan terapi musik klasik di posyandu lansia
Desa Waleng sebagian besar dalam kategori hipertensi rendah (140-159 mmHg)
sebanyak 23 responden (76,7%). Tekanan darah pada lansia setelah diberikan
terapi musik klasik di posyandu lansia Desa Waleng sebagian besar dalam
kategori hipertensi normal tinggi (<140 mmHg) sebanyak 20 responden
(66,7%). Pada penelitian ini terlihat juga bahwa pasien yang di indikasikan
mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi) sesudah diberikan terapi musik klasik mozart (post-test) ini terlihat lansia merasa nyaman dan rileks saat
diberikan terapi musik klasik mozart. Disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian terapi musik mozart
terhadap penurunan tekanan darah lansia di posyandu lansia Desa Waleng
ditandai dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). |
5.
|
Penerapan Terapi Musik
Relaksasi Klasik Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Asuhan
Keperawatan Pasien Pre Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Roemani Semarang Author:
Muhammad Khoerun Naja |
2018 |
Sampel study kasus adalah
pasien cemas pre operasi laparatomi di Rumah
Sakit Roemani Semarang terdiri dari 2 responden dewasa. |
Desain
studi kasus adalah deskriptive study, dengan pendekatan pre-test
and post-test design. |
Pada penelitian ini, Instrumen
pengumpulan data dalam aplikasi ini menggunakan alat ukur tingkat kecemasan Visual
Analogue Scale for Anxiety (VAS-A). Peneliti melakukan pre test dengan
mengkaji kecemasan pasien menggunakan alat ukur kecemasan. Selain itu
peneliti juga mengkaji frekuensi nadi dan respiratory rate pada klien
untuk menguatkan hasil pengkajian kecemasan, mengatur posisi pasien, meminta
pasien untuk mendengarkan musik relaksasi klasik Piano Canon In D karya Pachelbels menggunakan headphone yang telah disiapkan selama
15 menit, kemudian melakukan post-test dengan mengukur kecemasan
pasien tersebut lagi, menghitung frekuensi nadi dan respiratory rate. |
Penelitian ini mendapatkan
hasil, pada pengukuran tekanan darah pada pasien 1 tekanan darah pre-test 140/90 mmHg dan post-test 140/90 mmHg, sedangkan pasien
ke 2 pre-test 130/90 mmHg dan post-test 130/ 90 mmHg. Dari hasil
tersebut bahwa disimpulkan nilai antara pre dan post tetap. Sedangkan pada pengukuran denyut nadi pada pasien 1 pre-test 102 x/menit dan post-test 83 x/menit, pasien yang ke 2
pre-test 97 x/menit dan post-test 75 x/menit. Yang artinya
terapi musik klasik sangat pengaruh terhadap denyut jantung. Berdasarkan
hasil penerapan terapi musik relaksasi klasik dalam menurunkan tingkat
kecemasan pada asuhan keperawatan pasien pre operasi laparatomi di rumah
sakit roemani semarang dapat ditarik simpulan: gambaran terapi mendengarkan
musik relaksasi klasik Piano Canon In D karya Pachelbels pada kecemasan pasien pre operasi laparatomi di Rumah
Sakit Roemani Semarang selama minimal 15 menit adalah tingkat kecemasan
pasien turun setelah diberikan terapi musik relaksasi klasik dari skala cemas
sedang menjadi ringan. |
6.
|
Penerapan Terapi Musik Terhadap
Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Di Rumah Sakit Darah
K.R.M.T Wongosonegoro Author: Susi mulfiroh dan Wahyuningsih |
2018 |
Populasi dalam penelitian ini
adalah 2 responden. Metode penulisan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini
menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan studi kasus. |
- |
Pada penelitian ini dilakukan
selama 2 hari pada 2 pasien tersebut. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan
tekanan darah dan denyut jantung. Setelah itu baru melakukan penerapan terapi
musik selama tiga kali dalam waktu 1 jam dengan menggunakan musik klasik.
Kemudian, setelah terapi musik klasik dilakukan pengukuran kembali tekanan
darah dan denyut jantung responden. |
Pada penelitian ini didapatkan
hasil pada pasien 1 pre-test tekanan darah 130/70 mmHg,
nadi 82x/mnt dan post-test tekanan
darah 130/90 mmHg, nadi 82x/mnt sedangkan pada pasien 2 pre-test tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82x/mnt dan post-test tekanan darah 120/90 mmHg,
nadi 80x/mnt. Dapat dilihat pengaruh terapi musik klasik terhadap tekanan
darah dan denyut jantung tidak memberikan efek yang signifikan. Tetapi untuk
kecemasannya dapat memberikan efek penurunan kecemasan pasien pre operasi. |
7.
|
Pengaruh Musik Kasik Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Author: Saloma Klementina Saing |
2007 |
Besar populasi dalam penelitian
ini 60 siswa dengan tekanan darah normal dan 28 siswa tekanan darah tinggi
(hipertensi) dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diberikan musik
klasik sebanyak 44 siswa dan kelompok yang tidak diberikan musik klasik
sebanyak 44 siswa. Populasi penelitian ini adalah anak-anak remaja berusia 15
tahun sampai 17 tahun. |
Desain penelitian ini merupakan
penelitian analitik yang dilakukan secara eksperimental dengan jenis
penelitian pre-test post-test control
group design dengan menggunakan teknik consecutive sempling. |
Penelitian ini sebelum musik
diperdengarkan terlebih dahulu setiap siswa diwajibkan mengisi kuesioner
kemudian dilakukan pemeriksaan fisik meliputi berat badan, tinggi badan,
serta pengukuran tekanan darah dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan stetoskop sebelum dan sesudah terapi musik
klasik. Musik klasik yang digunakan adalah musik The Four Seasons karya Vivaldi selama 30 menit dengan
menggunakan volume rendah sampai sedang (kira-kira 60 sampai 70 ketuk/menit).
Kelompok dibagi menjadi dua yaitu kelompok intervensi diberikan terapi musik
klasik dan kelompok tidak diberikan terapi musik dan untuk menentukan sampel
siswa yang akan dimasukkan kedalam kelompok musik dan kelompok yang tanpa
musik dengan bilangan acak 0 sampai 9. Apabila program komputer mengeluarkan
bilangan 0 sampai 4 dimasukkan ke kelompok musik dan apabila keluar bilangan
5 sampai 9 dimasukkan ke dalam kelompok tanpa musik. Data diolah secara
statistik menggunakan SPSS dengan uji statistik t berpasangan dan uji Wilcoxon. Batas kemaknaan sebesar 5%
dikatakan bermakna apabila p <0,05. |
Hasil penelitian ini didapatkan
uji t berpasangan dan uji wilcoxon
digunakan untuk meniai rata-rata tekanan darah sistol dan diastol setelah
perlakuan antara kelompok tanpa musik dan kelompok musik. Sebelum perlakuan
tekanan darah sistol dan diastol kelompok tidak diberikan musik sebesar
121,14 mmHg dan 79,68 mmHg sedangkan didapatkan rata-rata tekanan darah
sistol dan diastol kelompok tidak diberikan musik sesudah perlakuan sebesar
116,77 mmHg dan 77,45 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistol dan diastol pada
kelompok diberi musik sebelum perlakuan sebesar 124,47 mmHg dan 81,05 mmHg
sedangkan sesudah perlakuan mendapatkan hasil 114,86 mmHg dan 75,00 mmHg. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistol kelompok diberi
musik dan tidak diberi musik, namun secara statistik tidak bermakna
(p=0,072). Demikian juga halnya terjadi penurunan darah diastol pada kelompok
diberi musik dan tidak diberi musik, namun secara statistik bermakna (p=0,008). Untuk perbedaan rata-rata
tekanan darah sistol dan diastol sebelum dan sesudah perlakuan antara
kelompok tidak diberikan musik dan diberikan musik terjadi penurunan secara
statistik bermakna (p=0,0001).
Rata-rata penurunan tekanan darah sistol dan diastol diberikan musik sebesar
9,41 mmHg dan 6,05 mmHg sedangkan penurunan tekanan darah sistol dan diastol
diberikan musik 4,37 mmHg dan 2,23 mmHg. |
8.
|
Pengaruh
Pemberian Murrotal Al-Qur’an Dan Musik Klasik Terhadap Tekanan Pada Pasien
Pra Operasi Author: Feby
Eka Saputry |
2017 |
Subjek
penelitian yang digunakan pada penelitian ini
sebanyak 6 orang responden. Dengan 3 orang responden diperdengarkan
Murottal Al-Qur’an dan 3 orang lainnya diperdengarkan musik klasik. |
Pada penelitian
ini tidak menggunakan kelompok kontrol melainkan menggunakan kelompok
intervensi yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu yang pertama kelompok Murrotal
Al-Qur’an dan yang kedua menggunakan musik klasik mozart. |
Pada
penelitian ini, Responden A, B dan C diperdengarkan murottal Al-Qur’an
sedangkan responden D, E dan F diperdengarkan musik klasik mozart dengan ritme pelan dengan
menggunakan earphone. Terlebih dahulu mengukur tekanan darah responden
sebelum diperdengarkan Murottal Al-Qur’an maupun musik klasik mozart dengan ritme pelan, setelah itu
memperdengarkan Murottal Al-Qur’an pada responden dengan menggunakan earphone
dengan volume yang dibutuhkan (diinginkan) dengan intensitas bunyi sebesar 80
dB dengan pemutaran 5 kali selama 15 menit, kemudian mengukur tekanan darah
responden setelah diperdengarkan Murottal Al-Qur’an, begitupula dengan responden yang
diperdengarkan musik klasik mozart
dengan ritme pelan, lalu mencatat hasil yang diperoleh dalam tabel pengamatan
serta mengulangi kegiatan tersebut pada responden yang lain. |
Hasil dalam
penelitian ini , responden D sebelum diperdengarkan bunyi memiliki tekanan
darah 120/60 mmHg dan kemudian setelah diperdengarkan musik klasik tekanan
darah responden menjadi 130/80 mmHg pada hari pertama dan tekanan darah
sebelum diperdengarkan bunyi musik klasik yaitu 110/70 mmHg dan setelah
diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 120/80 mmHg pada
hari kedua. Pada responden E sebelum diperdengarkan bunyi memiliki tekanan
darah 120/70 mmHg dan kemudian setelah diperdengarkan musik klasik tekanan
darah responden menjadi 130/80 mmHg pada hari pertama dan tekanan darah
sebelum diperdengarkan bunyi musik
klasik yaitu 120/70 mmHg dan setelah diperdengarkan musik klasik tekanan
darah responden menjadi 130/80 mmHg pada hari kedua. Pada responden F sebelum
diperdengarkan bunyi memiliki tekanan darah 150/90 mmHg dan kemudian setelah
diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden menjadi 140/80 mmHg pada
hari pertama dan tekanan darah sebelum diperdengarkan bunyi musik klasik yaitu
150/70 mmHg dan setelah diperdengarkan musik klasik tekanan darah responden
menjadi 140/80 mmHg pada hari kedua. Disimpulkan bahwa bunyi Murottal
Al-Qur’an dan musik klasik dengan intensitas 80 dB dapat memberi pengaruh
terhadap tekanan darah. Memberikan perubahan sebesar 10 hingga 30 mmHg menuju tekanan
darah normal selama dua hari. |
9.
|
Pengaruh
Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita
Hipertensi Author: Andhika
Mahatidanar H. dan Khairun Nisa |
2017 |
Penelitian
ini besar populasi sebanyak 50 orang responden. |
Sampel
diambil menggunakan teknik concesutive sampling. Penelitian ini
menggunakan metode quasi-eksperimental
dengan pendekatan pre-test and post-test tanpa kelompok kontrol. |
Penelitian
ini, sebelum intervensi dilakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu.
Kemudian dilakukan terapi musik dengan menggunakan musik klasik. Setelah
dilakukan intervensi, responden dilakukan pengukuran kembali tekanan darah. |
Pada
penelitian ini didapatkan hasil menunjukan bahwa tekanan darah sistolik
sebelum diberi terapi musik klasik diperoleh angka rata-rata 149,5 mmHg
Sedangkan tekanan diastolik diperoleh angka rata-rata sebesar 90,7 mmHg.
Rerata tekanan sistolik responden setelah diberi terapi musik klasik lebih
rendah bila dibandingkan dengan rerata sebelum diterapi, yaitu 145,2 mmHg.
Rerata tekanan diastolik setelah diterapi juga menunjukan nilai yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan rerata sebelum diterapi, yaitu 86,4 mmHg.
Pada penelitian ini, karaterisitik
usia responden dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu usia 45-50 tahun
(27,5%), usia 51-55 tahun (25%), dan usia 56-60 tahun (47,5%). Kelompok usia
56-60 tahun merupakan kelompok responden dengan penderita penyakit
hipertensi terbanyak. Berdasarkan penelitian
yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa musik klasik dapat
menurunkan tekanan darah pada lansia dengan rerata penurunan tekanan sisolik
sebesar 4,3 mmHg dan diastolik sebesar 4,4 mmHg. Tiga responden tidak terjadi
penurunan tekanan darah dikarenakan tidak dapat berkonsentrasi dan tidak
bersikap tenang serta kurang rileks ketika diberi terapi musik klasik. Sebagian responden tersebut adalah perempuan telah
mengalami menopause. Salah satu teorinya menyebutkan faktor pemicu hipertensi
pada perempuan adalah menopause. Menopause menyebabkan fungsi ovarium normal
berangsur-angsur menghilang dan kadar esterogen turun pasca menopause. Hal
ini menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL),
sementara reseptor LDL berkurang, sehingga menyebabkan tekanan darah
meningkat. |
10.
|
Pengaruh
Terapi Musik Klasik Dan Murrotal Al-Qur’an Terhadap Kecemasan Pasien Sebelum
Ekstrakti Gigi Klinik Bedah Mulut RSGM Universitas Jember Author: Citrayuli
Nurkhasanah |
2018 |
Sampel
penelitian berjumlah 30 orang pasien indikasi ekstraksi gigi di Klinik Bedah
Mulut RSGM Universitas Jember. Sampel penelitian terdiri dari 2 kelompok
yaitu kelompok yang diberikan terapi musik klasik Sonata In D Mayor For Two
Pianos dan kelompok yang diberi terapi Murrotal Al-Qur’an surat Al-Insyirah
dan terjemahannya. |
Jenis
penelitian ini adalah quasy-eksperimental
dengan rancangan penelitian pre-test
post-test. |
Pada
penelitian ini, sebelum terapi musik dilakukan pengukuran tekanan darah
menggunakan tensi meter air raksa. Pengukuran tekanan darah dilakukan 3 kali
pengulangan dengan jeda antara tiap pengukuran 2-3 menit. Subyek dibagi menjadi
2 kelompok yakni kelompok terapi musik klasik dengan menggunakan musik klasik
Sonata In D Mayor For Two Pianos dan kelompok terapi Murrotal Al-Qur’an
selama 5 menit dengan menggunakan aerphone
yang terpasang di mp3 player.
Setelah slsai terapi, dilakukan pengukuran tekanan darah kembali. Data yang
diperoleh diuji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnow dan uji homogenitas menggunakan uji levene. Apabila data distribusi normal
dan homogen (p>0,05) maka dilakukan uji parametrik terhadap perbedaan adanya
perubahan kecemasan sebelum dan setelah pemberian terapi dari masing-masing
kelompok menggunakan paired t-test.
Untuk melihat perbedaan perubahan kecemasan setelah dilakukan terapi musik
klasik dan terapi Murrotal Al-Qur’an dilakukan uji parametrik menggunakan independent t-test. |
Penelitian
ini didapatkan hasil uji paired t-test
pada nilai tekanan darah masing-masing kelompok perlakuan pre dan post
intervensi adalah p sistol musik
klasik 0,132 diastol musik klasik 0,148 , sistol Murrotal Al-Qur’an 0,000 dan
diastol Murrotal Al-Qur’an 0,000. Hasil uji indepedent t-test pada nilai tekanan darah antara 2 kelompok
perlakuan pre dan post intervensi adalah p sistol musik klasik dan Murrotal
Al-Qur’an 0,000 dan diastol musik klasik dan Murrotal Al-Qur’an 0,000.
Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa mendengarkan musik
klasik dan Murrotal Al-Qur’an dapat menurunkan kecemasan pasien sebelum
destraksi gigi. Murrotal Al Qur’an lebih baik dibandingkan terapi musik
klasik. |
Lampiran 2
Jadwal
Penelitian Tahun 2020
Kegiatan |
Sep |
Okt |
Nov |
Des |
Jan |
Feb |
Mar |
Apr |
Mei |
Juni |
Pembuatan Proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengajuan Proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Seminar Proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perbaikan Proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengumpulan Data Jurnal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyelesaian Laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyerahan Laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Seminar Hasil |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perbaikan dan Penyerahan Laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lampiran 3
Lampiran 4
Komentar
Posting Komentar