IDENTIFIKASI TELUR NEMATODA USUS PADA DAUN KEMANGI
IDENTIFIKASI TELUR NEMATODA USUS PADA DAUN KEMANGI
BAB I
PENAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kecacingan
merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
Indonesia, karena berjangkit di sebagian wilayah Indonesia (Menkes RI, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO), lebih
dari 1,5 miliar orang atau 24,0% orang di dunia terinfeksi cacing yang
ditularkan melalui tanah. Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis,
dengan jumlah terbesar terjadi di Afrika sub-Sahara, Amerika, Cina, dan Asia
Timur (WHO, 2019). Prevalensi kecacingan di Indonesia berkisar 2,5%-62% dengan
rata-rata 30%. Infeksi cacing cambuk sebesar 6,4 juta, infeksi cacing gelang
sebesar 10,5 juta, infeksi cacing tambang 22,1 juta, dengan total infeksi
kecacingan sebesar 39 juta (Menkes RI, 2017).
Kecacingan dapat
disebabkan oleh nematoda usus, dimana manusia merupakan hospes beberapa spesies
cacing nematoda usus yang ditularkan melalui tanah. Spesies utama yang
menginfeksi manusia adalah Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale) (WHO, 2019). Satu ekor cacing dapat menghisap darah,
karbohidrat, dan protein dari tubuh manusia, sehingga dapat menyebabkan anemia,
lemas, mengantuk, malas belajar, IQ menurun, prestasi dan produktivitas menurun
(Kemenkes RI, 2010). Kecacingan pada anak-anak dapat berdampak pada gangguan
kemampuan belajar, sedangkan pada orang dewasa dapat menyebabkan menurunya
produktivitas kerja, dan dalam jangka panjang akan berakibat menurunnya
kualitas sumber daya manusia (Zulkoni, Akhsin, 2010:71).
Infeksi
kecacingan bermula dari telur yang dikeluarkan bersama tinja manusia dan
mencemari tanah. Telur yang dibuahi berkembang menjadi matang pada kondisi
tanah yang lembab dan teduh dalam waktu lebih kurang 3 minggu (Irianto, Koes,
2013). Infeksi terjadi apabila telur secara kebetulan tertelan oleh manusia melalui
tangan yang terkontaminasi telur karena
bermain di tanah dan tidak mencuci
tangan sebelum makan, selain itu infeksi dapat terjadi melalui telur yang
melekat pada sayuran dan tidak sengaja ikut tertelan bila sayuran tidak dimasak
dan tidak dicuci dengan air mengalir (WHO, 2019).
Sayuran mentah
atau sering disebut lalapan biasa disajikan bersama masakan Indonesia. Lalapan
biasanya dimakan dengan nasi dan lauk-pauk (ikan goreng, ayam goreng, dan
sambal). Sayur-sayuran yang biasa dihidangkan dalam keadaan mentah antara lain
selada, kacang panjang, timun, tomat, dan kemangi (Wikipedia, 2019). Kemangi
adalah tanaman yang memiliki banyak kandungan dengan beragam manfaat selain dikonsumsi sebagai lalapan
mentah, juga dapat digunakan sebagai pengobatan seperti mengatasi bau badan,
bau mulut, menyembuhkan panas dalam dan sariawan (Permadi, 2008).
Sayuran
(termasuk kemangi) dapat tercemar telur
nematoda usus pada saat penanaman sayuran seperti penggunaan air yang tercemar
tinja manusia danatau penggunaan tinja sebagai pupuk seperti yang pernah dilaporkan
bahwa adanya usaha pengembangan untuk meningkatkan hasil tanaman sayuran
menggunakan feses manusia, sehingga hal ini dapat menyebabkan sayuran sebagai
sumber infeksi telur cacing (Irianto, 2013).
Berdasarkan penelitian
telur nematoda usus pada sayuran kemangi yang dilakukan oleh Widjaja, Junus dkk
(2014) di Kota Palu, dari 93 daun
kemangi yang diperiksa menunjukkan 37 daun kemangi terkontaminasi telur
nematoda usus, (70,2%) terdapat telur Ascaris
lumbricoides, (16,2%) terdapat telur cacing tambang, (10,8%) terdapat
campuran telur Ascaris lumbricoides dan
cacing tambang, dan (2%) terdapat telur Ascaris
lumbricoides dan Trichuris trichiura.
Penelitian lain dilakukan oleh Wahab (2016)
di Kota Kendari menunjukkan hasil dari 31 daun kemangi ditemukan (6,45%)
terdapat telur Trichuris trichiura, (29,03%)
terdapat telur Ascaris lumbricoides dan
(22,58%) terdapat telur cacing tambang.
Jalan Raden Ajeng
Kartini dan Jalan Teuku Umar Kota Bandar Lampung merupakan jalan yang berada di
pusat kota, jalan menuju stasiun serta banyak pusat perbelanjaan, dan aktivitas
masyarakat yang beragam lainnya, salah satunya yaitu berjualan makanan. Daerah
yang cukup strategis untuk berjualan makanan, karena banyak orang yang melewati
jalan tersebut sehingga sangat memungkinkan banyak orang akan singgah dan
membeli makanan yang mereka jual seperti pecel lele. Warung pecel lele ini
hampir semua berdiri dengan tenda yang tidak permanen dan berada dipinggir
jalan sehingga belum memiliki sumber air mengalir. Sayuran mentah seperti daun
kemangi yang digunakan sebagai lalapan menurut Widjaja, dkk bila saat mencuci
sayuran hanya menggunakan air yang menggenang, atau air dalam wadah yang
digunakan mencuci secara berulang maka
dapat memungkinkan kotoran atau telur cacing masih melekat pada sayuran dan
tidak sengaja bisa tertelan bersamaan saat sayuran mentah tersebut dikonsumsi.
Sehubungan dengan uraian tersebut
maka penulis bertujuan untuk melakukan penelitian berjudul “Identifikasi Telur
Nematoda Usus pada Daun Kemangi (Ocimum basilicum)
di Warung Pecel Lele Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar Lampung Tahun
2020”
B.
Rumusan
Masalah Penelitian
Apakah ditemukan
telur Nematoda usus (Ascaris lumbricoides
dan Trichuris trichiura) pada
daun kemangi di warung pecel lele Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar
Lampung Tahun 2020.
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan Umum
Ditemukan telur Nematoda usus (Ascaris lumbricoides dan Trichuris
trichiura) pada daun kemangi di
warung pecel lele Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar Lampung Tahun 2020.
2.
Tujuan Khusus
a.
Diketahui
persentase warung pedagang pecel lele Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar
Bandar Lampung yang daun kemanginya tercemar telur Nematoda usus (Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura).
b.
Diketahui
persentase spesies telur Nematoda usus (Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura) pada daun kemangi di
warung pecel Jalan RA
Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar Lampung tahun 2020.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Dapat digunakan
sebagai sumber referensi dalam bidang Parasitologi untuk penelitian selanjutnya
mengenai Nematoda usus yang ditularkan melalui sayuran mentah.
2.
Manfaat Aplikatif
Memberi
informasi kepada dinas kesehatan tentang adanya telur nematoda usus pada daun
kemangi yang disediakan pedagang pecel di Kota Bandar Lampung sehingga dapat
menjadi acuan agar dapat dilakukan penyuluhan dan pengawasan terkait mutu
kebersihan makanan terutama sayuran mentah terhadap pedagang yang menyajikan
sayuran mentah.
E.
Ruang
Lingkup Penelitian
Penelitian ini bidang
Parasitologi. Jenis penelitian yaitu deskriptif dengan variabel daun kemangi
dan telur Nematoda usus (Ascaris
lumbricoides dan Trichuris trichiura).
Lokasi penelitian di Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar Lampung.
Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Parasitologi Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Tanjungkarang. Waktu penelitian pada Januari-Juni 2020. Populasi
berjumlah 20 warung pecel lele yang
menyediakan daun kemangi. Sampel adalah seluruh populasi. Pemeriksaan telur cacing
menggunakan cara pengendapan (sedimentasi) dengan aquadest. Analisis data
adalah univariat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan
Teori
1.
Nematoda Usus
Nematoda usus (intestinal) adalah
nematoda yang berhabitat di saluran pencernaan. Manusia merupakan hospes bagi
beberapa spesies nematoda usus. Terdapat beberapa spesies nematoda usus yang
tergolong Soil Transmitted helminth,
yaitu nematoda yang dalam siklus hidupnya untuk mencapai bentuk infektif
membutuhkan tanah (Safar, 2010). Nematoda usus yang penting dan dapat
menginfeksi manusia adalah Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, Ancylostoma duodenale, Necator americanus,
Strongyloides stercoralis, dan
beberapa spesies Trichostrongylus (Safar,
Rosdiana, 2010:137).
a.
Ascaris
lumbricoides
Ascaris
lumbricoides adalah salah satu jenis dari Soil Transmitted Helminthes, yaitu
cacing yang memerlukan perkembangan di dalam tanah untuk menjadi bentuk
infektif. Cacing ini disebut juga cacing gelang, banyak didapat di
daerah-daerah tropis dan sub tropis dengan keadaan daerah yang kebersihan dan
lingkungannya kurang baik (Irianto, Koes, 2013). Manusia adalah satu-satunya
hospes Ascaris lumbricoides. Cacing
ini ditemukan kosmopolit. Frekuensinya di Indonesia tinggi antara 60-90%.
Penyakit yang disebabkannya disebut askariasis (Sutanto, Inge, dkk, 2013).
Klasifikasi
Ascaris lumbricoides
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub-kelas : Phasmida
Ordo : Rhabdidata
Sub-ordo : Ascaridata
Familia : Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris
lumbricoides (Irianto, 2013).
1)
Morfologi Ascaris lumbricoides
Cacing dewasa jantan berukuran
panjang 10-31 cm, sedangkan cacing dewasa betina berukuran panjang 22-35 cm.
Cacing jantan bagian ujung ekor melingkar kearah ventral, dan mempunyai
sepasang spikula. Cacing betina ekornya lurus, pada 1/3 bagian anterior
tubuhnya memiliki cicin kopulasi (Prianto, dkk 2008:3).
Keterangan:
A. Cacing
dewasa betina
B. Cacing
dewasa jantan
Sumber: Prianto, dkk,
2008:4
Gambat
2.1 Cacing dewasa Ascaris lumbricoides
Telur yang dibuahi ketika keluar bersama
tinja manusia tidak infektif. Telur cacing ini ada yang dibuahi berukuran
sekitar 60 x 45 mikron berbentuk oval berdinding tebal dengan tiga lapisan dan
berisi embrio. Telur yang tidak dibuahi bentuknya
bulat lonjong tidak beraturan dengan ukuran sekitar 90 ´
40 mikron, dindingnya terdiri atas 2 lapisan dan dalamnya berisi granula. Telur
decorticated, telurnya tanpa lapisaan
albuminoid yang lepas karena proses mekanik (Prianto, dkk, 2008:3).
A
Sumber:
Prianto, dkk, 2008
Gambar 2.2 Telur cacing Ascaris lumbricoides.
Keterangan: (A) Telur tidak dibuahai, (B1) Telur
corticated, (B2) Telur Decorticated,
(C) Telur berisi embrio
(perbesaran 400x)
2)
Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
Seekor cacing betina dapat bertelur
sebanyak 100.000-200.000 butir sehari. Telur yang dibuahi dapat berkembang
menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu (Sutanto, Ing, dkk,
2013:8).
Bentuk
infektif tersebut bila tertelan manusia, menetas di usus halus. Larvanya
menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu ke
jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru, selanjutnya larva menembus
dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus dan masuk rongga alveolus,
kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus, dari trakea larva
menuju faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk
karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu
menuju ke usus halus. Larva berubah menjadi cacing dewasa di usus halus. Sejak
telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang
lebih 2-3 bulan (Sutanto, Inge, dkk, 2013:8).
Sumber: Sutanto, Inge,
dkk, 2013:7
Gambar 2.3 Siklus hidup
Ascaris lumbricoides.
3)
Patogenitas dan Gejala
Klinik Ascaris lumbricoides
Gejala yang ditimbulkan pada
penderita dapat disebabkan oleh larva, yang terjadi pada saat berada di paru.
Orang yang rentan, dapat terjadi perdarahan kecil di dinding alveolus dan
timbul gangguan pada paru yang disertai batuk, demam, dan eosinofilia. Keadaan
ini disebut sindrom Leoffler. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya
ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi (Sutanto,
Inge, dkk, 2013:8).
Infeksi berat, terutama pada anak
dapat terjadi gangguan penyerapan nutrisi dari makanan sehingga memperberat
keadaan malnutrisi. Efek yang serius bila cacing menggumpal dalam usus sehingga
terjadi penyumbatan usus (ileus).
Keadaan tertentu, cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks, atau ke
bronkus, dan dalam keadaan gawat darurat kadang-kadang perlu tindakan operatif
(Sutanto, Inge, dkk, 2013:8).
b.
Trichuris
trichiura
Trichuris
trichiura termasuk Nematoda usus yang biasa
dinamakan cacing cemeti atau cambuk, karena tubuhnya menyerupai cambuk dengan
bagian depan yang tipis dan bagian belakangnya jauh lebih tebal. Umunya, cacing
ini hidup di sekum manusia, sebagai penyebab trikuriasis dan tersebar secara
kosmopolit (Irianto, Koes, 2013:227).
Klasifikasi Trichuris
trichiura
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub-kelas : Aphasmidia
Ordo : Enoplida
Sub-ordo : Trichurata
Super familia : Trichuridae
Genus : Trichuris
Spesies : Trichuris
trichiura (Irianto, Koes, 2013:228).
1)
Morfologi Trichuris trichiura
Panjang cacing jantan sekitar 4 cm,
sedangkan panjang betina sekitar 5 cm. Tiga per lima bagian anterior tubuhnya
berbentuk langsing seperti tali cambuk, sedangkan dua per lima bagian posterior
tubuhnya lebih tebal mirip pegangan cambuk. Ekor cacing jantan melingkar ke
arah ventral. Badan bagian posterior cacing betina membulat, tumpul, berbentuk
seperti koma (Soedarto, 2011:192).
Keterangan:
1. Posterior
2. Anterior
Sumber: Soedarto, 2011:192
Gambar 2.4 Cacing
dewasa Trichuris trichiura.
Seekor cacing betina dalam satu
hari diperkirakan dapat bertelur antara 3.000-10.000 butir (Irianto, Koes,
2013). Telur berukuran 50 x 22 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan kedua
ujung menonjol, berdinding tebal dan berisi larva (Prianto, dkk, 2008:22).
Keterangan:
1. Operculum
2. Dinding
tebal
3. Larva
Sumber: Prianto; dkk,
2008:23
Gambar
2.5 Telur Trichuris trichiura (perbesaran
10 ´ 40).
2)
Siklus Hidup Trichuris trichiura
Telur yang dibuahi di keluarkan
dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 6 minggu
dalam lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan teduh. Telur
matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif. Cara
infeksi langsung bila secara kebetulan telur infektif tertelan oleh hospes.
Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus, sesudah
dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama
sekum. Cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari
tertelan sampai cacing dewasa betina bertelur lebih kurang 30-90 hari (Sutanto,
Inge, dkk, 2013:16).
Sumber: Sutanto, Inge, dkk, 2013:17
Gambar 2.6 Siklus hidup
Trichuris trichiura.
3)
Patogenitas dan Gejala
Klinik Trichuris trichiura
Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum, akan
tetapi juga ditemukan di kolon asendens. Cacing ini memasukkan kepalanya ke
dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan
peradangan mukosa usus. Perdarahan dapat terjadi di tempat perlekatan, cacing
ini juga menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
Penderita terutama anak-anak dengan infeksi Trichuris
trichiura yang berat dan menahun, menunjukkan gejala diare yang sering
dengan diselingi sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang
disertai prolapsus rektum. Infeksi berat Trichuris
trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lain atau protozoa. Infeksi
ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali
tanpa gejala (Sutanto, Inge, dkk, 2013:18).
2.
Diagnosa Laboratorium
Cara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan
pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis
askariasis, trikuriasis (Sutanto, Inge, dkk, 2013).
3.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah
terjadinya kontaminasi tanah oleh telur cacing seperti jangan buang air besar
di tanah, mencegah telur matang berkontak dengan makanan dan minuman, seperti
menjauhkan makanan dari serangga, saat panen perlu diperhatikan kebersihan
transportasi dan penyimpanan, serta cuci tangan sebelum makan (Irianto, Koes,
2013).
Melakukan pengobatan pada
penderita, dimaksudkan untuk menghilangkan sumber infeksi, pendidikan kesehatan
terutama mengenai kebersihan makanan dan pembuangan tinja manusia, dianjurkan
agar buang air besar tidak pada sembarang melainkan di toilet, mencuci tangan sebelum
makan, memasak makanan, sayuran, dan air dengan baik (Natadisastra, 2014).
4.
Kemangi
Kemangi merupakan tanaman semak tumbuh dekat dengan permukanan tanah dan
cukup rimbun. Tanaman ini tumbuh dengan tinggi 30-60 cm, apabila tumbuh subur
ketinggian tanaman kemangi dapat mencapai 1,1 m. Bentuk daunnya bervariasi,
memanjang, bulat telur, dan keriting dengan tepi daun sedikit bergerigi dan
ujung daun lancip (Rukmana, H. Rahmat, 2016).
Sumber: Rukman, H. Rahmat, 2016:64
Gambar
2.7 Tanaman Kemangi
Bagian yang
dimanfaatkan dari tanaman kemangi adalah seluruh bagian dapat digunakan sebagai
pengobatan dalam keadaan segar atau kering. Tanaman kemangi bermanfaat membantu
mengatasi ejakulasi dini, memperkuat daya tahan hidup sperma, mencegah
kemandulan, anticholinesterase, perangsang aktivitas saraf pusat dan analeptik,
melebarkan pembuluh darah kapiler, penguat hati, antihepatitis, merangsang
hormone esterogen, merangsang keluarnya horom androgen, merangsang faktor
kekebalan tubuh, mencegah pengentalan darah, melancarkan sirkulasi, menekan
saraf pusat, relaksasi otot polos, mencegah pengeroposan tulang, menurunkan
gula darah, mengatasi bau badan, bau keringat, bau mulut, menyembuhkan panas
dalam dan sariawan, juga dipakai sebagai peluruh haid, dan peluruh gas perut (Permadi,
2008). Daun kemangi juga sering dikonsumsi sebagai lalap mentah atau sebagai
sayuran urap yang juga mentah (Gayatri, 2008).
B.
Kerangka
Konsep
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis
Dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian
ini adalah deskriptif yaitu menggambarkan hasil identifikasi telur Nematoda
usus pada daun kemangi di warung pecel lele Jalan RA
Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar Lampung tahun 2020.
B. Lokasi
Dan Waktu Penelitian
Lokasi
penelitian di Jalan RA Kartini dan Jalan
Teuku Umar Bandar Lampung.
Pemeriksaan daun kemangi dilakukan di Laboratorium Parasitologi Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Tanjungkarang. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Juni
2020.
C. Populasi
dan Sampel Penelitian
1.
Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah 20 warung pecel lele yang menyediakan daun kemangi.
2.
Sampel
Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh populasi.
D. Variabel
Dan Definisi Operasinol
Variabel |
Definisi |
Alat
Ukur |
Cara
Ukur |
Hasil Ukur |
Skala Ukur |
Daun kemangi |
Lalapan mentah yang disediakan warung pecel lele |
Pengamatan |
Observasi |
1. Daun kemangi di Jalan RA Kartini 2. Daun Kemangi di Jalan Teuku Umar
|
Nominal |
Telur cacing Nematoda usus |
Telur cacing Nematoda usus pada daun kemangi di
warung pecel lele Jalan RA Kartini dan Jalan
Teuku Umar Bandar Lampung |
Mikroskop |
Pemeriksaan dengan cara pengendapan (Sedimentasi) |
Positif (+): Ditemukan telur cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura Negatif (-): Tidak ditemukan telur cacing |
Ordinal |
E. Pengumpulan
Data
Pengumpulan
data dilakukan menggunakan data primer yang merupakan hasil dari pemeriksaan
laboratorium telur nematoda usus pada daun kemangi di warung pecel lele Jalan RA
Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar Lampung. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan
data adalah sebagai berikut:
1.
Tahap
Pra Analitik
a.
Diurus
izin penelitian dari Poltekkes Tanjungkarang
b.
Peneliti
melakukan persiapan alat yang digunakan dalam penelitian, antara lain label,
alat tulis, masker, sarung tangan, beaker glass 100 mL, batang pengaduk,
pinset, cawan arloji, timbangan digital, tabung reaksi, rak tabung reaksi, sentrifuge, objek glass, deck glass, pipet
tetes, mikroskop, kantong plastik, dan bahan yang digunakan adalah aquadest dan
daun kemangi.
c.
Pengambilan
daun kemangi dilakukan dengan membeli lalapan daun kemangi di warung pecel lele
sepanjang Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar
Bandar Lampung pada malam hari sebanyak 8 gram tiap pedagang. Pembelian
daun kemangi pada 20 warung pecel lele dilakukan sekaligus dalam satu kali pengambilan. Daun
kemangi yang dibeli dimasukkan kedalam plastik yang telah diberi kode dan
dibawa ke Laboratorium Parasitologi Jurusan Analis Kesehatan keesokan harinya
untuk dilakukan pemeriksaa telur nematoda usus.
2.
Tahap
Analitik
Pemeriksaan telur
nematoda usus pada daun kemangi dengan cara konsentrasi pengendapan
(Sedimentasi)
2 gram daun kemangi
dimasukkan ke dalam beaker glass 100mL dan ditambahkan 50 mL aquadest lalu
didiamkan selama 45 menit, kemudian dipisahkan daun kemangi tadi dari air
rendaman menggunkan pinset. Aquadest yang digunakan untuk merendam tadi diaduk,
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai ¾ tabung dan disentrifuse
selama 5 menit. Hasil dari proses sentrifus adalah cairan jernih dan endapan.
Cairan
jernih dibuang dan
endapan diambil, kemudian diletakkan 1-2 tetes ke atas objek glass dan ditutup
dengan deck glass lalu diperiksa di bawah mikroskop (Dwinata, dkk, 2017).
3.
Tahap
Pasca Analitik
(+) Ditemukan
telur cacing Nematoda usus
(-) Tidak ditemukan telur cacing Nematoda
usus
F. Pengolahan
dan Analisis Data
1.
Pengolahan
Data
Data yang telah
dikumpulkan, dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian, selanjutnya disajikan
dalam bentuk tabel yang menggambarkan hasil identifikasi telur nematoda usus
pada daun kemangi di warung pecel lele Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar
Bandar Lampung.
2.
Analisis
Data
Data yang
diperoleh dianalisis guna mengetahui persentase setiap variabel yang diteliti.
a.
Persentase
warung pecel lele Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku
Umar Bandar Lampung yang daun kemanginya tercemar telur Nematoda usus (Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura).
P = ´ 100 %
Keterangan:
P = Persentase daun kemangi yang tercemar telur nematoda
usus
(Menkes RI, 2017).
b.
Persentase
spesies telur Nematoda usus (Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura) yang ditemukan pada
daun kemangi di warung pecel lele Jalan RA
Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar Lampung tahun 2020, menggunakan rumus:
1)
Ascaris lumbricoides
2)
Trichuris trichiura
(Menkes
RI, 2017).
G. Alur
Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian telur nematodan usus pada daun kemangi di warung pecel lele Jalan RA Kartini dan Jalan
Teuku Umar Bandar Lampung, dan tempat pemeriksaan daun kemangi di Laboratorium
Parasitologi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, yang
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
4.1 Persentase warung pecel lele Jalan
RA Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar Lampung
yang daun kemanginya tercemar telur Nematoda usus (Ascaris lumbricoides dan Trichuris
trichiura)
Hasil Pemeriksaan |
Warung Pecel Lele |
Total |
Persentase (%) |
|
Jalan RA Kartini |
Jalan Teuku Umar |
|||
Tercemar |
1 |
1 |
2 |
10 |
Tidak
tercemar |
6 |
12 |
18 |
90 |
Total |
7 |
13 |
20 |
100 |
Berdasarkan
tabel di atas menunjukkan hasil pemeriksaan mikroskopis, ditemukan 1 warung pecel lele di Jalan RA Kartini dan 1
warung pecel lele di Jalan Teuku Umar, yang daun kemanginya tercemar telur Nematoda
usus, sehingga dari 20 warung pecel lele yang menyediakan daun kemangi, yang
tercemar telur nematoda usus sebanyak 2
(10%) dan yang tidak dicemar telur nematoda usus sebanyak 18 (90%).
Tabel
4.2 Persentase spesies telur Nematoda usus (Ascaris
lumbricoides dan Trichuris trichiura)
yang ditemukan pada daun kemangi di warung pecel lele Jalan Raden Ajeng Kartini
dan Jalan Teuku Umar Bandar Lampung tahun 2020
Jenis Telur cacing |
Jalan Raden Ajeng Katini |
Jalan Teuku Umar |
Total |
Persentase (%) |
Ascaris
lumbricoides |
0 |
0 |
0 |
0 |
Trichuris
trichiura |
1 |
1 |
2 |
10 |
Tidak
Ditemukan Telur Nematoda Usus |
6 |
12 |
18 |
90 |
|
|
|
20 |
100 |
Tabel
di atas menunjukkan bahwa daun kemangi yang diperiksa dari warung pecel lele
Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar Lampung ditemukan 10% telur cacing
Trichuris trichiura.
B.
Pembahasan
Hasil identifikasi telur nematoda usus terhadap
daun kemangi yang disediakan oleh 20 warung pecel lele, ditemukan 1 warung
pecel lele di Jalan RA Kartini dan 1 warung pecel lele di Jalan Teuku Umar
Bandar Lampung yang daun kemanginya tercemar telur Nematoda usus, sehingga
terdapat sebanyak 2 warung pecel lele yang daun kemanginya tercemar telur
nematoda usus dengan persentase 10%. Hal yang memungkinkan telur nematoda usus
ditemukan pada daun kemangi adalah proses
pencucian daun kemangi. Berdasarkan data kuesioner (lampiran 6), pedagang pecel
lele yang daun kemanginya tercemar telur nematoda usus, mencuci sayuran daun
kemangi tidak menggunakan air mengalir dan tidak mencuci daun kemangi saat
sudah memilih bagian yang akan disajikan atau dalam keadaan masih terikat,
namun memcuci dengan cara merendam di dalam baskom, hal ini dapat meyebabkan
kotoran yang mulanya sudah terlepas dapat menempel kembali pada sayuran.
Menurut WHO (2019) telur nematoda usus
bisa tertelan melalui telur yang melekat pada sayuran, apabila sayuran tidak
dicuci dengan air mengalir. Hal ini akan menyebabkan peluang infeksi kecacingan
bagi yang memakannya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wantini (2019)
pada sayuran kemangi di warung pecel lele sepanjang Jalan ZA Pagar Alam Bandar
Lampung ditemukan 1 (8,3%) terkontaminasi telur nematoda usus.
Pencemaran kemangi juga dimungkinkan
terjadi pada saat penyimpanan kemangi tersebut. Berdasarkan data kuesioner
(lampiran 6), pedagang membeli sayuran tidak langsung pada petani melainkan
membeli di tempat lain seperti pasar. Sayuran kemangi pada saat di pasar juga
berpeluang tercemar telur nematoda usus, karena sayuran kemangi diletakkan
bersaaman dengan sayuran lain yang dapat memungkinkan terjadi kontaminasi
silang telur nematoda usus dari sayuran lain, dan menempel pada daun kemangi. Pencemaran
juga dapat terjadi pada saat penanaman, menurut Irianto, Koes (2013) sayuran mentah dapat
terkontaminasi telur nematoda usus pada saat penanaman seperti dalam penggunaan
air yang tercemar tinja manusia. Hal ini dapat memungkinkan telur menempel atau
mencemari daun kemangi, mengingat kemangi merupakan tanaman yang berdaun cukup
rimbun.
Hasil penelitian ini ditemukan
telur cacing Trichuris trichiura pada
daun kemangi yang disediakan pedagang pecel lele di Jalan RA Kartini dan
pedagang pecel lele di Jalan Teuku Umar dengan persentase sebesar 10%. Telur
berbentuk tempayan dengan semacam tonjolon pada kedua kutub. Dominasi ditemukannya telur Trichuris trichiura dalam penelitian ini
dapat dimungkinkan karena pencemaran pada daun kemangi baik pada saat penanaman
karena penggunaan air yang tercemar tinja manusia yaitu dari spesies telur Trichuris trichiura, meskipun pada
umumnya pencemaran telur nematoda usus pada sayuan paling banyak oleh spesies
telur Ascaris lumbricoides, karena
produksi telurnya yang terbilang cukup banyak sekitar 100.000-200.000 per hari.
Berdasarkan data
kuesioner (lampiran 6) diketahui 100% pedagang pecel lele memilih sayuran
kemangi yang bagus (segar, tidak busuk) saat dijual, 100% pedagang pecel lele
mencuci sayuran daun kemangi sebelum disajikan. Proses pencucian penting
dilakukan oleh pedagang pecel lele. Pencucian daun kemangi dengan air mengalir
dapat menyebabkan kotoran (termasuk telur nematoda usus) yang melekat pada
sayuran terlepas bersama air buangan yang mengalir tersebut. Hal ini dapat
memungkinkan hanya 2 warung pecel lele yang ditemukan daun kemanginya tercemar
telur nematoda usus, seperti yang disebutkan dalam penelitian Amal (2012) bahwa pencucian sayuran
menggunakan air yang mengalir akan melepas kotoran (termasuk telur cacing)
bersama air buangan yang mengalir.
Hal lain yang
dapat menjadi faktor tidak ditemukannya telur nematoda usus (termasuk telur Ascaris lumbricoides) yaitu memang tidak adanya pencemaran
telur nematoda usus baik pada saat penanaman kemangi maupun pada saat
penyimpanan sayuran kemangi bersamaan dengan sayur lainnya. Hal ini dapat
memungkinkan hanya 2 dari 20 warung pecel lele yang ditemukan daun kemanginya
tercemar telur nematoda usus.
Meskipun persentase cemaran daun kemangi
yang disediakan warung pecel lele di Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar Kota
Bandar Lampung rendah, tetap harus memperhatikan kebersihan sayuran mentah
sebelum dikonsumsi, karena apabila telur infektif yang mungkin saja masih
melekat pada sayuran mentah ikut termakan, maka dapat menyebabkan infeksi
kecacingan, menurut Kemenkes RI (2010) satu ekor cacing dapat menghisap darah,
karbohidrat, dan protein dari tubuh manusia, sehingga dapat menyebabkan anemia,
lemas, mengantuk, malas belajar, IQ menurun, prestasi dan produktivitas menurun.
BAB V
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil penelitian
yang telah dilakukan terhadap daun kemangi pada 20 warung pecel lele Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar
Bandar Lampung tahun 2020 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Persentase
warung pecel lele yang kemanginya tercemar telur Nematoda usus yaitu sebesar
10%.
2.
Persentase
spesies telur nematoda usus yang
ditemukan pada daun kemangi di warung pecel lele yaitu
sebesar 10% dengan spesies telur cacing Trichuris
trichiura.
B. Saran
Pedagang pecel
lele lebih memperhatikan lagi pencucian sayuran mentah sebelum disajikan, agar
kotoran termasuk telur nematoda usus ikut terlepas dari sayuran bersama air
mengalir saat dicuci.
DAFTAR PUSTAKA
Amal, A.
Wahyuniarti, 2012, Gambaran Kontaminasi
Telur Cacing Pada Daun kemangi Yang Digunakan Sebagai Sayuran Pada Warung Makan
Sari Laut Di Kel. Bulogading Kec. Ujung Pandang Kota Makassar. Tersedia: file:///D:/Atlm%20KTI%202%20sayuran/bahan/A.%20Wahyuniarti%20Amal.pdf [7
April 2020].
Dwinata, Made;
Ida Ayu P.A; Adi Suratma; dan Ida Bagus Made Oka, 2017, Modul Identifikasi Parasit Cacing. Bali: Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana.
Gayatri, 2008, Buku Pintar Cewek Pintar. Jakarta: GagasMedia
Irianto, Koes,
2013. Parasitologi Medis. Bandung:
Alfabeta
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Penyakit
Kecacingan. Tersedia: http://www.depkes.go.id/article/view/1135/penyakit-kecacingan-masihdianggap-sepele.html [01 Oktober 2019].
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 Tentang Penanggulangan
Cacingan. Tersedia: http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._15_ttg_Penanggulangan_Cacingan_.pdf [01 Oktober 2019].
Meisaraswati, KP
Dwi, 2018, Perbedaan Kontaminasi Nematoda
Usus Golongan Soil Transmitted Helminths
Pada Sayuran Kemangi Dengan Perlakuan Perendaman Larutan Naoh 0,2% Dan Deterjen Cair 10%. Tersedia: http://repository.setiabudi.ac.id/231/2/Skripsi%20Dwi.pdf
Munasari, Ani
Mei, 2018, Identifikasi Kontaminasi Telur
Nematoda STH (Soil Transmitted Helminth) Pada Sayuran Kangkung (Ipomoea aquatica) Dan Kemangi (Ocimum basilicum L ) di Pasar
Krian Kabupaten Sidoarjo. Tersedia:file:///D:/Atlm%20KTI%202%20sayuran/bahan/Ani%20Mei%20Munasari%20-%201501010000.pdf. [7
April 2020]
Natadisastra,
Djaenudin; Ridad Agoes, 2014, Parasitologi
Kedokteran. Jakarta: ECG.
Permadi, Adi,
2008, Membuat Kebun Tanaman Obat.
Jakarta: Pustaka Bunda
Prianto, Juni;
Tjahaya; Darwanto, 2008, Atlas
Parasitologi Kedokteran. Tersedia di: https://www.scribd.com/document/331707966/Atlas-Parasitologi-pdf [24
November 2019].
Rukmana, H.
Rahmat; dan H. Herdi Yudirachman, 2016, Untung
Berlipat dari Budi Daya Kemangi dan Salasih. Yogyakarta: Lily Publisher.
Safar, Rosdiana,
2010, Parasitologi Kedokteran. Bandung:
YRAMA WIDYA.
Soedarto, 2011, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta:
Sagung Seto.
Sutanto, Inge;
Is Suhariah I; Pudji K.S; Saleha S, 2013, Buku
Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: FKUI.
Wahab,
Fitri Maharani. 2016. Identifikasi Telur Cacing Trichuris
Trichiura Pada Daun Kemangi Di Beberapa Penjual Sari Laut Di Kota Kendari.
Tersedia: http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/240/1/KTI%20fitria.pdf [6 April 2020]
Wantini,
Sri; dan Eka Sulistianingsih, 2019, Hubungan
Higiene Sanitasi Terhadap Telur Nematoda Usus pada Lalapan Mentah di Warung
Pedagang Pecel Lele Sepanjang Jalan Z.A Pagar Alam Bandar Lampung. Tersedia:http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JANALISKES/article/view/1640/985 [7 April 2020]
Widjaja, Junus;
dkk, 2014, Prevalensi dan jenis telur
cacing soil transmitted helmints (STH) pada sayuran kemangi pedagang ikan bakar
di Kota Palu. Tersedia: file:///D:/Atlm%20KTI%202%20sayuran/bahan/21404-ID-prevalensi-dan-jenis-telur-cacing-soil-transmitted-helmints-sth-pada-sayuran-kem.pdf
[7
April 2020]
Wikipedia,
2019, Lalap. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Lalap [11
April 2020].
World Health
Organization, 2019, Soil-transmitted
helminth infections. Tersedia: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/soil-transmitted-helminth-infections [01 Oktober 2019].
Zulkoni, Akhsin,
2010, Parasitologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
L
A
M
P
I
R
A
N
KARTU KEGIATAN PENELITIAN
Nama : Asri Widya
Ariani
NIM :
1713453035
Judul
KTI :
Identifikasi Telur Nematoda Usus pada
Daun
Kemangi
di Warung Pecel Lele Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar Lampung Tahun
2020
Pembimbing
Utama : Sri Wantini, S.Pd.,
M.Kes
Pembimbing Pendamping : Dra. Marhama, M.Kes
Lampiran 4
Dokumentasi
Penelitian
Pedagang memcuci daun kemagi sebelum disajikan |
Salah satu warung pecel lele di pinggir jalan di Jalan RA
Karini |
|||
|
|
Hasil
Pemeriksaan |
|||||||
|
|
||||||
Telur cacing Trichuris
trichiura di bawah mikroskop perbesaran lensa objektif 40x |
Lampiran 5
KUESIONER
PENELITIAN
Identifikasi Telur Nematoda Usus pada
Daun Kemangai di Warung Pecel Lele Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Umar Bandar
Lampung Tahun 2020
Kode sampel :
Lokasi :
Pertanyaan:
1.
Apakah anda membeli sayuran kemangi langsung dari
petani sayur?
Ya Tidak
2.
Apakah anda memilih sayur kemangi yang bagus saat di
jual?
Ya Tidak
3.
Apakah anda mencuci kemangi sebelum disajikan?
Ya Tidak
4.
Apakah pencucian sayur kemangi dengan air yang
mengalir?
Ya Tidak
5.
Apakah
anda mencuci sayuran kemangi saat sudah memilih bagian yang akan disajikan?
Ya Tidak
(Sumber:
Meisaraswati, 2018)
Lampiran 6
Data Kuesioner
Data
hasil kuesioner yang telah terkumpul dan dikelompokkan, selanjutnya dianalisis,
dengan menggunkan rumus:
P =
Keterangan:
P =
Persentase
F =
Jumlah jawaban
N = Jumlah
responden
No |
Kode Sampel |
Wilayah |
Apakah
anda membeli sayuran kemangi langsung dari petani sayur? |
Apakah
anda memilih sayur kemangi yang bagus saat di jual? |
Apakah
anda mencuci kemangi sebelum disajikan? |
Apakah
pencucian sayur kemangi dengan air yang mengalir? |
Apakah
anda mencuci sayuran kemangi saat sudah memilih bagian yang akan disajikan? |
|||||
Ya |
Tidak |
Ya |
Tidak |
Ya |
Tidak |
Ya |
Tidak |
Ya |
Tidak |
|||
1. |
A1 |
Jalan Raden Ajeng Kartini |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
√ |
|
|
√ |
2. |
A2 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
√ |
|
√ |
|
|
3. |
A3 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
|
√ |
|
4. |
A4 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
√ |
|
√ |
|
|
5. |
A5 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
√ |
|
|
√ |
|
6. |
A6 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
√ |
|
√ |
|
|
7. |
A7 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
√ |
|
|
√ |
|
8. |
B1 |
Jalan Teuku Umar |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
√ |
|
9. |
B2 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
√ |
|
√ |
|
|
10. |
B3 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
√ |
|
|
11. |
B4 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
√ |
|
|
12. |
B5 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
|
√ |
|
13. |
B6 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
√ |
|
|
14. |
B7 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
√ |
|
|
15. |
B8 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
√ |
|
|
16. |
B9 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
|
√ |
|
17. |
B10 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
|
√ |
|
18. |
B11 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
√ |
|
|
19. |
B12 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
√ |
|
|
20. |
B13 |
|
√ |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
|
√ |
|
∑ |
0 |
20 |
20 |
0 |
20 |
0 |
7 |
13 |
12 |
8 |
||
Persentase (%) |
0 |
100 |
100 |
0 |
100 |
0 |
35 |
65 |
60 |
40 |
Bandar
Lampung, Mei 2020
Mengetahui, Pembimbing
Utama Sri Wantini, S.Pd., M.Kes |
Peneliti Asri Widya Ariani |
Lampiran 7
IDENTIFIKASI TELUR NEMATODA USUS PADA
DAUN KEMANGI DI WARUNG PECEL LELE JALAN RA KARTINI DAN JALAN TEUKU UMAR BANDAR
LAMPUNG TAHUN 2020
No |
Kode
Sampel |
Hasil |
||
Ada |
Tidak
Ada |
|||
Ascaris lumbricoides |
Trichuris trichiura |
|||
1. |
A1 |
|
|
ü |
2. |
A2 |
|
|
ü |
3. |
A3 |
|
ü |
|
4. |
A4 |
|
|
ü |
5. |
A5 |
|
|
ü |
6. |
A6 |
|
|
ü |
7. |
A7 |
|
|
ü |
8. |
B1 |
|
|
ü |
9. |
B2 |
|
|
ü |
10. |
B3 |
|
|
ü |
11. |
B4 |
|
|
ü |
12. |
B5 |
|
|
ü |
13. |
B6 |
|
|
ü |
14. |
B7 |
|
|
ü |
15. |
B8 |
|
|
ü |
16. |
B9 |
|
|
ü |
17. |
B10 |
|
|
ü |
18. |
B11 |
|
|
ü |
19. |
B12 |
|
|
ü |
20. |
B13 |
|
ü |
|
Frekuensi |
0 |
2 |
18 |
|
Jumlah |
20 |
Bandar
Lampung, Mei 2020
Mengetahui,
Pembimbing
Utama Sri Wantini, S.Pd.,
M.Kes NIP.
196601210319902002 |
Nursidah, Amd.AK |
Komentar
Posting Komentar