GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO) BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN GENEXPERT


GAMBARAN PENDERITA TUBERKULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO) BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN GENEXPERT



BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.  Latar Belakang

            Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global dan menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di dunia (WHO, 2018). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB). Kuman ini mudah menular lewat udara sehingga penyakit ini sering dikaitkan dengan penyakit paru walaupun sebenarnya kuman ini tidak hanya menyerang paru-paru saja (dr. Samuel S, 2019).

       Secara global kasus baru tuberkulosis tahun 2018 sebesar 7,0 juta meningkat dibandingkan pada tahun 2017 sebesar 6,4 juta dengan kematian tuberkulosis tahun 2018 secara global 1,5 juta pasien (WHO, 2019). Selain itu terdapat tantangan  yang perlu menjadi perhatian yaitu meningkatnya kasus Tuberkulosis Resisten Obat  (TB RO). Tuberkulosis Resisten Obat adalah keadaan dimana kuman Mycobacterium tuberculosis (MTB) sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan salah satu atau lebih Obat Anti Tuberculosis (OAT) (Kemenkes RI, 2019). Secara global pada tahun 2017 terdapat 558.000 kasus TB RO, dengan proporsi 3,5% kasus TB baru dan 18% sebelumnya kasus TB RO pengobatan ulang (WHO, 2018).

            Berdasarkan WHO Global Report 2018, Indonesia berada di peringkat tiga yang mempunyai beban tuberkulosis terbesar diantara 8 negara yaitu India (27%), China (9%), Indonesia (8%), Philippina (6%), Pakistan (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%) dan Afrika Selatan (3%). Pada Tahun 2018 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia sebanyak 566.623 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2017 yang sebesar 446.732 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 44% dari jumlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia (Kemenkes RI, 2019). Indonesia berada pada peringkat 8 dari 27 negara dengan beban TB Resisten Obat (TB RO) tertinggi. Berdasarkan WHO pada tahun 2017 diperkirakan di Indonesia terdapat 23.000 kasus TB RO, dengan proporsi 2.4% dari kasus TB RO baru dan 13% dari kasus TB RO pengobatan ulang (WHO, 2018).

            Penemuan jumlah kasus TB di Provinsi Lampung tahun 2018 meningkat sebanyak 15.969 jiwa dibandingkan pada tahun 2017 sebanyak 10.108 jiwa (Kemenkes RI, 2019). Ditemukan juga pada kasus tuberkulosis paru BTA positif tahun 2018 sebanyak 5.786 kasus dengan cakupan TB Paru BTA positif sembuh sebanyak 4.859 kasus (83,98%) dan pengobatan lengkap 2,68% dengan angka keberhasilan 86,66% (Kemenkes RI, 2018). Di Kabupaten Pringsewu tercatat kasus TB tahun 2015 tercatat sebanyak 275 kasus dan mengalami peningkatan di tahun 2016 menjadi 296 kasus (Dinkes Pringsewu, 2017).

       Penelitian sebelumnya yang dilakukan Azwar (2017) dari  jumlah sampel sebanyak 113 orang yang tersuspek TB RO didapatkan 57 orang (50%) dengan hasil Mycobacterium tuberculosis (MTB) tidak terdeteksi, 35 orang menunjukkan hasil MTB terdeteksi dengan keadaan MTB sensitif rifampisin, 19 orang (17%) yang menunjukan hasil MTB terdeteksi dengan MTB resisten rifampisin. Dimana Jumlah penderita TB RO berjenis kelamin laki-laki (84,2%) lebih banyak dibandingkan perempuan (15,8%).

       Terjadinya kasus TB RO karena rendahnya kepatuhan pasien dalam meminum obat (Kemenkes RI, 2015). Dengan demikian berdampak di keluarga maupun di masyarakat, tingkat daya tubuh seseorang yang rendah dapat menyebabkan mudah tertular sehingga kasus TB RO terus meningkat. Pada pasien TB tanpa pengobatan 50% diantaranya akan meninggal dunia (Kemenkes RI, 2016).

        Dengan adanya kasus TB RO semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani. Maka perlu adanya alat uji kepekaan obat dengan genexpert untuk memperluas akses terhadap penemuan pasien TB dengan resistensi OAT. Mengingat metode diagnostik konvensional yang ada saat ini rumit dan lambat.

          Pada tahun 2010 WHO pertama kali merekomendasikan penggunaan genexpert MTB/RIF dikarenakan banyak keuntungan yang didapat jika diagnosa TB menggunakan alat ini hasil pemeriksaan nya yang cepat dalam waktu 2 jam. Genexpert bukan hanya untuk mendeteksi resisten terhadap rifampisin namun juga dapat menentukan diagnosa awal TB sehingga penghematan biaya dapat diperoleh dengan tidak perlu pemeriksaan mikroskopis terlebih dahulu dengan bisa langsung diketahui melalui pemeriksaan genexpert (Kemenkes RI, 2016). Hasil penelitian skala besar menunjukkan bahwa pemeriksaan Genexpert MTB/RIF memiliki sensitivitas dan spesifisitas untuk diagnosis TB yang jauh lebih baik dibandingkan pemeriksaan mikroskopik serta mendekati kualitas diagnosis dengan pemeriksaan biakan kuman (Kemenkes RI, 2017).

        Kegunaan info gambaran penderita TB RO ini adalah untuk memberikan informasi dan masukan agar pemerintah lebih meningkatkan sosialisasi yang intensif tentang TB RO di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung, sehingga penemuan kasus dan penanganan TB RO di daerah-daerah menjadi lebih baik dan dapat mencegah terjadinya penularan  TB RO.

       RSUD Pringsewu adalah Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu yang terletak di Kabupaten Pringsewu, terdapat 9 kecamatan di wilayah kerja. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pringsewu merupakan rumah sakit umum rujukan kelas C yang terakreditasi di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung dan salah satu rumah sakit Provinsi Lampung di Kabupaten Pringsewu yang memiliki fasilitas pelayanan pemeriksaan TB dengan alat genexpert. RSUD Pringsewu ini merupakan rumah sakit rujukan pemeriksaan TB RO dari puskesmas dan rumah sakit lain yang belum memiliki TCM dengan genexpert di Kabupaten Pringsewu. Alat genexpert tersebut mulai dioperasikan di RSUD Pringsewu pada akhir tahun 2017. Hasil survey yang dilakukan di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler dengan alat Genexpert terdapat kurang lebih 64 pasien TB setiap bulannya.

      Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian Gambaran Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

 

 

B.  Rumusan Masalah

     Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Genexpert Di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019”.

C.  Tujuan Penelitian

       Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.    Tujuan Umum

            Mengetahui Gambaran Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

2.    Tujuan Khusus

a.    Mengetahui jumlah dan persentase Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan hasil pemeriksaan genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu tahun 2018-2019.

b.    Mengetahui jumlah dan persentase Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan jenis kelamin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu tahun 2018-2019.

c.    Mengetahui jumlah dan persentase Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO)  berdasarkan usia di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu tahun 2018-2019.

D.  Manfaat Penelitian

       Manfaat Penelitian ini adalah:

1.    Manfaat Teoritis

Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, meningkatkan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang tentang Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO). Serta mengembangkan kajian tentang pemeriksaan Tes Cepat Molekuler dengan alat genexpert guna diagnosis TB dan ketahanan terhadap rifampisin.

2.    Manfaat Aplikatif

Dapat memberikan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Pringsewu dan instansi terkait dalam mengembangkan dan menanggulangi program pemerintah tentang pengendalian tuberkulosis khususnya kegiatan pengendalian TB RO.

E.  Ruang Lingkup

       Ruang lingkup penelitian ini adalah Bakteriologi. Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-April 2020 di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu. Populasi adalah seluruh data pasien TB yang melakukan pemeriksaan sputum dengan alat genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019. Sampel adalah seluruh data penderita TB RO dengan dengan resisten terhadap rifampisin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019. Metode pemeriksaan ini menggunakan Tes Cepat Molekuler dengan alat Genexpert. Data penelitian ini diambil dari data laboratorium RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019. Analisa data adalah univariat

 


BAB II


TINJAUAN PUSTAKA                                  

 

 

A.  Tinjauan Teori

1.    Tuberkulosis (TB)

       Tuberkulosis atau yang lebih terkenal dengan singkatan TB merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini mampu hidup selama berbulan-bulan di tempat yang sejuk dan gelap. Kuman TB dapat  menimbulkan infeksi pada paru-paru sehingga disebut TB Paru, dibeberapa kasus, organ di luar paru dapat ikut terserang (St. Carolus, 2017). Tuberkulosis paru dapat muncul dalam bentuk batuk kronik, hemoptisis, demam, dan penurunan berat badan, atau sebagai pneumonia bakteria yang rekuen. Jika tidak diobati, infeksi dapat berkembang menjadi rangkaian penyakit yang kronik dan terus memburuk (Gillespie&Bamford, 2009).

2.    Mycobacterium tuberculosis

Klasifikasi bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah sebagai berikut:

Kingdom         : Bacteria

Phylum            : Actinobacteria

Ordo                : Actinomycetales

Subordo           : Corynebacterineae

Keluarga          : Mycobacteriaceae

Genus              : Mycobacterium

Spesies             : Mycobacterium tuberculosis (Velayati&Parissa, 2017).

 

 

 

 

 

                                    Sumber: Berger, 2019

                                                     Gambar 2.1 Mycobacterium tuberculosis.

       Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis adalah berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2-0,6 mikron. Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen, berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop. Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C (Kemenkes RI, 2016).

       Bakteri Tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100˚C selama 5-10 menit atau pada pemanasan 60˚C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 menit. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam (Widoyono, 2011).

a.    Gejala Klinis

       Gejala klinis yang terjadi tergantung pada jenis organ yang terinfeksi kuman ini. Infeksi paru-paru (tuberkulosis paru) akan menimbulkan gejala batuk-batuk kronis yang berdahak dan kadang-kadang berdarah (hemoptisis). Meskipun demikian sering penderita tidak menunjukkan gejala klinis atau keluhan yang nyata selama bertahun-tahun (asimtomatis) (Soedarto, 2009). Ada beberapa gejala yang umum diderita oleh penderita tuberkulosis diantaranya:

1.  Batuk. Batuk biasanya kronis dan  berdahak. Pada anak, dahak sulit dikeluarkan,    pada sebagian orang dapat terjadi batuk berdarah.

2. Penurunan berat badan. Gejala ini hampir sering ditemui pada penderita      tuberkulosis. Anak dengan tuberkulosis terkadang hanya mengalami penurunan berat badan tanpa adanya batuk.

3.  Keringat dimalam hari

4.  Demam, biasasnya ringan dan sering tidak diketahui sebabnya.

5.  Lemah dan lesu (dr. Samuel S, 2019).

b.    Sumber Penularan

       Sumber penularannya adalah pasien TB terutama pasien yang mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung kuman sebanyak 0-3500 M.tuberculosis. Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak 4500-1.000.000 Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2016).

       Percikan dahak yang amat kecil ini melayang-layang di udara dan mampu menembus dan bersarang dalam paru orang-orang disekitarnya. Penularan ini bisa terjadi di mana saja, termasuk perumahan yang bersih sekalipun. Bagi orang yang memiliki kekebalan baik, kuman TB yang  ada ditubuhnya tidak aktif, atau berada dalam keadaan tidur (dorman). Degan kondisi demikian, orang tersebut mengidap infeksi TB laten sehingga tidak ditemukan gejala apapun. Penderita TB laten juga tidak dapat menularkan kuman TB terhadap orang lain. Namun harus diingat, jika daya tahan tubuh penderita TB laten menurun, kuman TB akan menjadi aktif ( St. Carolus, 2017).

3.    TB RO

a.    Definisi

            Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) adalah keadaan dimana mycobacterium tuberculosis resisten paling sedikit terhadap satu obat anti tuberkulosis yaitu Isoniazid (INH), Rifampin (RIF), Pyrazinamide (PZA) atau Ethambutol (EMB). Arti resisten obat adalah bahwa obat anti tuberkulosis tidak lagi dapat membunuh bacteri Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan pada penyebab terjadinya resisten, resisten obat dapat terjadi secara primer atau sekunder.

1)   Resisten Primer: terjadi akibat penularan organisme resisten-obat dari penderita TB ke orang lain.

2)   Resisten sekunder: resisten yang terjadi karena pengobatan TB tidak dilakukan sesuai dengan pedoman pengobatan atau penderita tidak mengikuti aturan pengobatan (Soedarto, 2015).

b.    Penularan TB RO

       Penularan kuman TB RO seperti penularan kuman TB yang tidak resistan obat pada umumnya. Orang yang tertular (terinfeksi) kuman TB Resistan obat dapat berkembang menjadi sakit TB dan akan mengalami sakit TB RO dikarenakan yang ada di dalam tubuh pasien tersebut adalah kuman TB RO. Pasien TB RO dapat menularkan kuman TB yang resistan obat kepada masyarakat disekitarnya. Untuk diagnosis TB Resistan Obat (TB RO) dilakukan dengan menggunakan tes cepat dengan metode PCR (Genexpert), pemeriksaan biakan serta uji kepekaan kuman terhadap obat TB (Drugs Sensitivity Test/DST) (Kemenkes RI, 2019).

c.    Klasifikasi Resistensi Obat Tuberkulosis

          Terdapat 5 kategori resistensi terhadap obat anti TB, yaitu:

1)   Mono resistan (TB MR): Mycobacterium tuberculosis resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja.

2) Poli resistan (TB PR): Mycobacterium tuberculosis resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.

3) Multi drug resistant (TB MDR): Mycobacterium tuberculosis resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan, dengan atau tanpa diikuti resitan OAT lini pertama lainnya.

4) Extensive drug resistant (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin).

5) Resistan Rifampisin (TB RR): Mycobacterium tuberculosis resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat molekuler) atau metode fenotip (konvensional) (Kemenkes RI, 2016).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya TB Resistan Obat

       Faktor utama penyebab terjadinya resistansi kuman terhadap OAT adalah ulah manusia sebagai akibat tatalaksana pengobatan pasien TB yang tidak dilaksanakan dengan baik. Penatalaksanaan pasien TB yang tidak adekuat tersebut dapat ditinjau dari sisi:

a.    Pemberi jasa/petugas kesehatan, yaitu karena:

1)   Diagnosis tidak tepat,

2)   Pengobatan tidak menggunakan panduan yang tepat,

3)   Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat,

4)   Penyuluhan kepada pasien yang tidak adekuat

b.    Pasien, yaitu karena:

1)   Tidak mematuhi anjuran dokter/petugas kesehatan

2)   Tidak teratur menelan paduan OAT,

3)   Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya.

4)   Gangguan penyerapan obat

c.    Program Pengendalian TB , yaitu karena :

1)   Persediaan OAT yang kurang

2)   Kualitas OAT yang disediakan rendah (Pharmaco-vigillance) (Kemenkes RI, 2014).

5.  Epidemiologi

            WHO menyatakan 22 Negara dengan beban TB tertinggi di dunia 50% nya berasal dari negara- negara Afrika dan Asia serta Amerika (Brasil). Hampir semua Negara ASEAN masuk dalam kategori 22 negara tersebut kecuali Singapura dan Malaysia. Dari seluruh kasus di dunia, India menyumbang 30%, China 15% dan Indonesia 10% (Widoyono, 2011).

        Indonesia berada pada peringkat 8 dari 27 negara dengan beban TB RO terbanyak di dunia. Berdasarkan WHO pada tahun 2017 diperkirakan di Indonesia terdapat 558.000 kasus baru TB RO, dengan proporsi 3,5% kasus TB baru dan 18% sebelumnya kasus TB RO pengobatan ulang  (WHO, 2018). Perkiraan ini mendekati temuan survei resistensi obat pertama di Indonesia yang dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2006. Survey ini menghasilkan proporsi sebesar 1,8% dari kasus TB baru dan 16,7% dari kasus TB RO yang mendapatkan pengobatan ulang (Kemenkes RI, 2011).

6.    Diagnosa Laboratorium

a.    Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung

     Pemeriksaan dahak selain berfungsi untuk menegakkan diagnosis, juga untuk menentukan potensi penularan dan menilai keberhasilan pengobatan.

     Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan  3 contoh uji dahak yang dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

1) S (Sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.

2) P (Pagi): dahak ditampung pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur. Dapat dilakukan dirumah pasien atau di bangsal rawat inap bilamana pasien menjalani rawat inap. Pot dibawa dan diserahkan kepada petugas di fasyankes.

3)  S (Sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

b.  Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB

     Pemeriksaan tes cepat molekuler dengan alat genexpert MTB/RIF. TCM  merupakan sarana untuk penegakan diagnosis, namun tidak dapat dimanfaatkan untuk evaluasi hasil pengobatan.

c.  Pemeriksaan Biakan

Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media padat (Lowenstein-Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube) untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis. Pemeriksaan tersebut diatas dilakukan disarana laboratorium yang terpantau mutunya.

d.  Pemeriksaan uji kepekaan obat

Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi M.tb terhadap OAT. Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu/Quality Assurance (QA), dan mendapatkan sertifikat nasional maupun internasional.

       Dalam menjamin hasil pemeriksaan laboratorium, diperlukan contoh uji dahak yang berkualitas. Pada faskes yang tidak memiliki akses langsung terhadap pemeriksaan TCM, biakan, dan uji kepekaan, diperlukan sistem transportasi contoh uji. Hal ini bertujuan untuk menjangkau pasien yang membutuhkan akses terhadap pemeriksaan tersebut serta mengurangi risiko penularan jika pasien bepergian langsung ke laboratorium (Kemenkes RI, 2016).

 

 

 

 

 

 

 

7.    Suspek TB Resisten OAT

       Terduga TB RO adalah pasien yang memiliki risiko tinggi resistan terhadap OAT, yaitu pasien yang mempunyai gejala TB yang memiliki riwayat satu atau lebih di bawah ini:

a.    Pasien TB gagal pengobatan Kategori 2.

b.    Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan  pengobatan.

c.    Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar serta  menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua paling sedikit selama 1 bulan.

d.   Pasien TB gagal pengobatan kategori 1.

e.    Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah 2 bulan pengobatan.

f.     Pasien TB kasus kambuh (relaps), dengan pengobatan OAT kategori 1 dan kategori 2.

g.    Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai berobat/default).

h.    Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB RO, termasuk dalam hal ini warga binaan yang ada di Lapas/Rutan, hunian padat seperti asrama, barak, buruh pabrik.

i.      Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara bakteriologis maupun klinis terhadap pemberian OAT, (bila pada penegakan diagnosis awal tidak menggunakan TCM TB) (Kemenkes RI, 2016).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8.     Alur Diagnosis TB Resistan Obat

 

Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan OAT Lini 1 dan Lini 2

 

 

Lanjutkan Pengobatan TB RO

 

MTB Pos, Rif Indeterminate

 

MTB Pos, Rif Resistance

 

Pengobatan TB Lini 1

 

 

TB Pre XDR

 

 

TB RR;

TB MDR

 

 

Ulangi pemeriksaan TCM

 

 

Pengobatan TB RO dengan Paduan Baru

 

TB XDR

 

TB Terkonfirmasi Bakteriologis

 

TB RR

 

MTB Negatif

 

MTB Pos, Rif Sensitive

 

(Kemenkes RI, 2017).

 

9.    Tes Cepat Molekuler (Genexpert)

            Tes Cepat Molekuler satu-satunya tes cepat untuk diagnosis TB saat ini direkomendasikan oleh WHO adalah pengujian Genexpert MTB / RIF (Cepheid, AS). Ini dapat memberikan hasil dalam waktu 2 jam, dan pada awalnya direkomendasikan tahun 2010 untuk diagnosis TB paru pada orang dewasa. Sejak 2013, juga telah direkomendasikan untuk digunakan pada anak-anak dan untuk mendiagnosis bentuk-bentuk spesifik TB luar paru. Tesnya jauh lebih baik akurasi nya daripada mikroskopis dahak (WHO, 2018). 

             Pemeriksaan Genexpert MTB/RIF mampu mendeteksi DNA MTB kompleks secara kualitatif dari spesimen langsung, baik dari dahak maupun non dahak. Selain mendeteksi MTB kompleks, Pemeriksaan Genexpert MTB/RIF juga mendeteksi mutasi pada gen rpoB yang menyebabkan resistensi terhadap rifampisin. Pemeriksaan Genexpert MTB/RIF dapat mendiagnosis TB dan resistensi terhadap rifampisin secara cepat dan akurat, namun tidak dapat digunakan sebagai pemeriksaan lanjutan (monitoring) pada pasien yang mendapat terapi (Kemenkes RI, 2017). Metode Rapid test untuk TB RO akan mempersingkat waktu diagnosis pasien dengan waktu pemeriksaan hanya beberapa hari saja, sehingga pasien TB RO dapat segera mendapatkan pengobatan TB RO standar. Hal ini akan sangat krusial terutama untuk kasus-kasus yang membutuhkan penanganan secara cepat sehingga tidak ada lagi keterlambatan diagnosis dan pengobatan pasien TB RO (Kemenkes RI, 2011).

       Tes Cepat Molekuler merupakan metode deteksi molekuler berbasis nested real-time PCR untuk diagnosis TB. Saat ini, penggunaan TCM menjadi prioritas pemeriksaan TB karena mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

a. Sensitivitas tinggi.

b. Hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 2 jam.

c. Dapat digunakan untuk mengetahui hasil resistansi terhadap Rifampisin.

d. Tingkat biosafety rendah.

      Namun ternyata TCM juga memiliki keterbatasan yaitu Pemeriksaan TCM dengan Genexpert MTB/RIF tidak ditujukan untuk menentukan keberhasilan atau pemantauan pengobatan, Hasil negatif tidak menyingkirkan kemungkinan TB. Sehingga Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sejalan dengan pemeriksaan biakan MTB untuk menghindari risiko hasil negatif palsu dan untuk mendapatkan isolat MTB sebagai bahan identifikasi dan uji kepekaan (Kemenkes RI, 2017).

       Sistem Genexpert memberikan hasil pemeriksaan melalui pengukuran sinyal fluoresensi dan algoritme perhitungan otomatis. Hasil pemeriksaan TCM akan menunjukkan ada tidaknya DNA Mycobacterium tuberculosis kompleks dan ada tidaknya mutasi penyandi resistansi rifampisin, serta perhitungan semikuantitatif jumlah basil pada spesimen berdasarkan nilai Ct (high, <16; medium, 16–22; low, 22–28; very low, >28). Hasil dan Interpretasi Pemeriksaan TCM sebagai berikut:

Tabel 2.1 Hasil dan Interpretasi Pemeriksaan TCM

Hasil

Interpretasi

Tindak lanjut

Mtb Detected;

Rif Resistance Detected

 

1. DNA MTB terdeteksi

2. Mutasi gen rpoB terdeteksi, kemungkinan besar resistan terhadap rifampisin

Lanjutkan sesuai dengan alur diagnosis TB resistan obat

Mtb Detected;

Rif Resistance Not Detected

 

1. DNA MTB terdeteksi

2. Mutasi gen rpoB tidak terdeteksi. Kemungkinan besar sensitif terhadap rifampisin

Lanjutkan sesuai dengan alur diagnosis TB biasa

Mtb Detected;

Rif Resistance Indeterminate

 

1. DNA MTB terdeteksi

2. Mutasi gen rpoB / resistansi rifampisin tidak dapat ditentukan karena sinyal penanda resistansi tidak cukup terdeteksi

Ulangi pemeriksaan*) secepatnya menggunakan spesimen dahak baru dengan kualitas yang baik

Mtb Not Detected

 

DNA MTB tidak terdeteksi

Lanjutkan sesuai alur diagnosis TB

Invalid

 

Keberadaan DNA MTB tidak dapat ditentukan karena kurva SPC tidak menunjukan kenaikan jumlah amplikon, proses sampel tidak benar, reaksi PCR terhambat

Ulangi pemeriksaan dengan katrid dan spesimen dahak baru*), pastikan spesimen tidak terdapat bahan-bahan yang dapat menghambat PCR 

Error

 

Keberadaan DNA MTB tidak dapat ditentukan, quality control internal gagal atau terjadi kegagalan sistem

Ulangi pemeriksaan dengan katrid baru*), pastikan pengolahan spesimen sudah benar

No Result

 

Keberadaan DNA MTB tidak dapat ditentukan karena data reaksi PCR tidak mencukupi

Ulangi pemeriksaan dengan katrid baru*) 

  Keterangan:

*) Apabila terjadi Indeterminate/Invalid/Error/No Result maka hanya diperbolehkan untuk mengulang proses pemeriksaan sebanyak 1 kali (Kemenkes, 2017).

     Prosedur Pengoperasian Alat Genexpert sebagai berikut:

a.    Tahapan pre-run yang dilakukan sebelum sampel dimasukan ke dalam genexpert

1)   Buka segel sampel reagen (SR) dan penutup tabung yang berisi sampel dahak.

2)   Tuang SR ke dalam tabung dahak dengan volume SR dua kali volume dahak. Tutup kembali tabung dahak.

3)   Kocok kencang tabung dahak sebanyak 10-20 kali, lalu inkubasi selama 10 menit. Setelah itu kocok kuat kembali, lalu inkubasi kembali selama 6 menit. Setelah inkubasi, perhatikan kualitas dahak, apabila masih kental dan menggumpal tambahan waktu inkubasi 5-10 menit.

4)   Siapkan catridge Genexpert MTB/RIF. Beri identitas pada sisi kanan atau kiri catridge dengan menggunakan spidol atau sticker barcode.

5)   Buka penutup bagian atas catridge

6)   Pindahkan dahak yang sudah diperiksa menggunakan pipet yang disediakan. Isi pipet sampai melebihi tanda 2 ml yang ada pada pipet.

7)   Secara perlahan masukan pipet ke dalam ruang sampel yang terdapat pada catridge, lalu keluarkan dahak perlahan. Hindari pembentukan gelembung udara.

8)   Tutup rapat penutup catridge. Segera proses sampel menggunakan mesin genexpert.

b.      Prosedur Menyalakan dan menyiapkan system

1.    Nyalakan system secara berurutan: UPS- Instrumen GX-Komputer.

2.    Akan muncul tampilan pada layar, pilih username Chepeid-Admin dengan password cphd.

3.    Tunggu beberapa saat hingga software genexpert terbuka secara otomatis, konfirmasi NO pada tab Database management Task.

4.    Pastikan semua modul Available

c.     Prosedur Memulai Test:

1)   Klik Create Test

2)   Ikuti perintah untuk melakukan scanning barcode pada catridge dengan menekan tombol kuning pada scanner

3)   Masukkan identitas pasien

4)   Masukkan Identitas Sampel. Modul akan dipilih secara otomatis, jangan diubah

5)   Klik Start Test. Lampu indikator hijau pada modul akan berkedip

6)   Masukan catridge ke dalam modul

7)   Tutup rapat modul untuk memulai tes.

d.   Prosedur Mematikan Alat:

1)   Tutup softwere genexpert. Pilih NO pada semua kotak diaglog yang muncul.

2)   Shutdown Komputer seperti biasa. Tunggu sampai komputer mati.

3)   Matikan alat Genexpert dengan menekan tombol power di bagian belakang alat.

 

 

 

 

 

 

 

                                                                  

 (Sumber: Kemenkes RI, 2017)

          Gambar 2.2 Alat Genexpert MTB/RIF (TCM).

10.    Pengobatan

          Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Kemenkes RI, 2011). Saat ini terdapat peningkatan kecenderungan tuberkulosis yang resisten tehadap obat. Riwayat pengobatan yang tidak tuntas, tinggal di negara dengan insiden TB RO yang tinggi atau kegagalan untuk memberi respons klinis pada suatu regimen yang adekuat menunjukkan kemungkinan TB RO. Pengobatan untuk TB RO adalah dengan kombinasi lini kedua seperti aminoglikosida, fluorokuinolon, etionamida atau sikloserin, dan dipandu oleh uji kerentanan (Gillespie&Bamford, 2009).

         Pengobatan TB Resistan Obat lebih sulit jika dibandingkan dengan pengobatan kuman TB yang masih sensitif. Angka keberhasilan pengobatan tergantung kepada seberapa cepat kasus TB resistan obat ini teridentifikasi dan ketersediaan pengobatan yang efektif. TB resistan obat dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu sekitar 18-24 bulan. Harga obat TB lini kedua jauh lebih mahal (± 100 kali lipat dibandingkan pengobatan TB biasa) dan penanganannya lebih sulit. Selain panduan pengobatannya yang rumit, jumlah obatnya lebih banyak dan efek samping yang disebabkan juga lebih berat (Kemenkes RI, 2019).

a.    Jenis OAT untuk pengobatan TB RO

        Pengobatan pasien TB RO menggunakan panduan OAT DR yang terdiri dari OAT lini kedua dan lini pertama, yang dibagi dalam 5 kelompok berdasarkan potensi dan efikasinya, yaitu:

Tabel 2.2 Pengelompokan OAT

Golongan

Jenis

Obat

Golongan-1

Obat Lini Pertama

a.       Isoniazid (H)

b.       Rifampisin (R)

c.        Pirazinamid (Z)

d.       Etambutol (E)

e.        Streptomisin (S)

Golongan-2

Obat suntik lini kedua

a.       Kanamisin (Km)

b.       Amikasin (Am)

c.        Kapreomisin(Cm)

Golongan-3

Golongan Florokuinolon

a.       Levofloksasin (Lfx)

b.       Moksifloksasin(Mfx)

c.        Ofloksasin (Ofx)

Golongan-4

Obat bakteriostatik lini kedua

a.       Etionamid (Eto)

b.       Protionamid (Pto)

c.        Sikloserin (Cs)

d.       Terizidon (Trd)          

e.        Para amino salisilat (PAS)

Golongan-5

Obat yang belum terbukti efikasi-nya dan belum direkomendasikan oleh WHO untuk pengobatan standar TB RR/TB MDR

a.       Clofazimin (Cfz)

b.       Linezolid (Lzd)

c.        Amoksilin/Asam Klavulanat(Amx/Clv)

d.       Klaritromisin (Clr)

e.        Imipenem (Ipm).

(Sumber: Kemenkes RI, 2014)

 

B.  Kerangka Konsep

 

           

1.   Jenis Kelamin

2.   Usia

 

 


Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO)

 

           


           BAB III

                   METODE PENELITIAN

 

 

A.  Jenis dan Rancangan Penelitian

       Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu memberikan gambaran penderita TB RO berdasarkan jenis kelamin, usia yang tercatat di data laboratorium RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

B.  Lokasi dan Waktu Penelitian

           Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-April 2020.

C.  Subjek Penelitian

1.    Populasi

       Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien TB berjumlah 1285 orang yang melakukan pemeriksaan sputum dengan alat genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

2.    Sampel

       Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita TB RO dengan resisten rifampisin berjumlah 25 orang yang melakukan pemeriksaan dengan genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

D.  Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

No

Variabel Penelitian

Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

1.

Penderita TB RO

Penderita TB  yang Resisten terhadap Obat Anti Tuberkulosis di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

Observasi

Data hasil pemeriksaan dengan alat Genexpert

1.     tidak terdeteksi MTB

2.     MTB Positif/ Sensitif Rifampisin

3.     MTB Positif/ Resisten Rifampisin

Ordinal

 

 

 

 

2.

Jenis Kelamin

Tanda Seksualitas Penderita TB RO di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

Observasi

Data di Laboratorium

1.       Laki-laki

2.       Perempuan

Nominal

3.

Usia

Lama waktu hidup seseorang sejak lahir sampai menjadi penderita TB RO di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

Observasi

Data di Laboratorium

1.      0-14 tahun

2.      15-24 tahun

3.      25-34 tahun

4.      35-44 tahun

5.      45-54 tahun

6.      55-64 tahun

7.      ≥ 65 tahun

(Kemenkes RI, 2018)

Ratio

 

E.     Pengumpulan Data

       Data yang diambil merupakan data sekunder yang berasal dari hasil pemeriksaan laboratorium, pengumpulan data dilakukan dengan observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.    Melakukan penelusuran pustaka.

2.    Melakukan prasurvei penelitian di Laboratorium RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu.

3.    Peneliti meminta surat izin penelitian dari Poltekkes Tanjungkarang Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.

4.    Peneliti membawa surat izin penelitian ke RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu.

5.    Setelah disetujui RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu, Peneliti melakukan penelusuran data register laboratorium pemeriksaan Tes Cepat Molekuler meliputi nomor register laboratorium, kode pasien, usia, jenis kelamin di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019.

6.    Pengambilan data hasil pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (genexpert).

 

 

F.   Pengolahan data dan Analisis Data

1.    Pengolahan Data

       Data diolah dalam bentuk tabel dimana penderita TB RO dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan usia dan dilanjutkan dalam bentuk grafik untuk mengetahui jumlah penderita TB RO Tahun 2018-2019 di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu.

2.    Analisa Data

            Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis univariat dengan menghitung presentase Penderita TB RO berdasarkan jenis kelamin dan usia di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019 dengan rumus sebagai berikut:

a)    Penderita TB RO  =  

b)   Penderita TB RO berdasarkan jenis kelamin

     =   

c)    Penderita TB RO berdasarkan usia

     =     %


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

 

A.  Hasil Penelitian

        Pengambilan data penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019 di RSUD Pringsewu, dengan keterbatasan kondisi covid-19. Digunakan data tahun 2018-2019 yang meliputi Penderita TB RO, jenis kelamin, dan usia. Dengan hasil sebagai berikut:

1.    Penderita TB RO

      Berdasarkan hasil pemeriksaan genexpert di RSUD  Pringsewu Tahun 2018-2019 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan hasil pemeriksaan Genexpert di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019.

 

Tahun

Jumlah yang    diperiksa

        MTB Negatif

           MTB Positif

 

 

N

%

N

%

2018

519

364

70,13

155

29,87

2019

766

571

74,54

195

25,46

Total

1285

935

      72,76

350

27,24

       Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil pemeriksaan dengan alat genexpert dari 1285 orang yang diperiksa didapatkan hasil MTB Negatif sebanyak 935 orang (72,76%) dan MTB Positif 350 orang (27,23%).

 MTB Positif

Sensitif Rifampisin

Resisten Rifampisin

N

%

N

%

     155

147

94,84

8

5,16

     195

178

91,28

17

8,72

  Total  :     350

325

92,86

25

7,14

 

         Berdasarkan tabel distribusi penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan hasil pemeriksaan genexpert di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019 didapatkan penderita yang Positif MTB dengan keadaan MTB sensitif  rifampisin sebanyak 325 orang (92,86%) dan  resisten rifampisin sebanyak 25 orang (7,14%). 

     Gambar 4.1 Grafik Hasil Pemeriksaan Genexpert di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019.

     Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa grafik hasil pemeriksaan genexpert di RSUD Pringsewu tahun 2018-2019 didapatkan hasil MTB Negatif sebanyak 935 orang dan MTB Positif 350 orang. Dimana penderita yang Positif MTB dengan keadaan MTB sensitif rifampisin sebanyak 325 orang dan resisten rifampisin sebanyak 25 orang.

2.    Jenis Kelamin

      Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) dengan pemeriksaan genexpert berdasarkan jenis kelamin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

      Tabel  4.2   Jumlah dan persentase Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan jenis kelamin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

Tahun

Jumlah Penderita TB RO

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

%

Jumlah

%

2018

8

5

62,50

3

37,50

2019

17

11

64,70

6

35,30

Total

25

16

64,00

9

36,00

       Tabel 4.2 di atas menunjukan jumlah dan persentase penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) di RSUD Pringsewu tahun 2018-2019 terdapat laki-laki sebanyak 16 orang (64%) dan perempuan sebanyak 9 orang (36%).

         Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) dengan pemeriksaan genexpert berdasarkan jenis kelamin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019 dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut: 

                 Gambar 4.2 Grafik penderita TB RO berdasarkan jenis kelamin di RSUD Pringsewu Tahun

                                    2018-2019.

            Berdasarkan gambar 4.2 diketahui penderita TB RO di RSUD Pringsewu berdasarkan jenis kelamin mengalami peningkatan dari tahun 2018-2019 jenis kelamin laki-laki meningkat dari 5 orang menjadi 11 orang, diikuti jenis kelamin perempuan meningkat dari 3 orang menjadi 6 orang.

3.    Usia

       Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) dengan pemeriksaan genexpert berdasarkan usia di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019 dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

      Tabel  4.3 Jumlah dan persentase Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan   usia di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

Tahun

2018

2019

Total

Jumlah Penderita TB RO

8

17

25

 

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

0-14

0

0

0

0

0

0

15-24

0

0

1

5,88

1

4,00

25-34

0

0

1

5,88

1

4,00

35-44

4

50,00

5

29,42

9

36,00

45-54

1

12,50

5

29,42

6

24,00

55-64

3

37,50

4

23,52

7

28,00

≥65

0

0

1

5,88

1

4,00

          Berdasarkan Tabel 4.3 bahwa penderita TB RO di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019 berdasarkan usia dengan persentase tertinggi pada usia  35-44 tahun sebanyak 9 orang (36%) dan terendah pada usia 0-14 tahun yaitu tidak didapatkan penderita (0%).

Gambar 4.3 Grafik penderita TB RO berdasarkan usia di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019.

         Berdasarkan gambar 4.3 bahwa penderita TB RO di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019 berdasarkan usia dengan persentase tertinggi pada usia  35-44 tahun sebanyak 9 orang, kemudian diikuti kelompok usia 55-64 tahun sebanyak 7 orang, kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 6 orang, kelompok usia 15-24 tahun, 25-34 tahun dan ≥ 65 tahun sebanyak 1 orang, dan tidak didapatkan penderita TB RO pada usia 0-14 tahun.

B.  Pembahasan

1.    Penderita TB RO

         Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Genexpert di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019 yang tercantum pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dari 1285 orang yang melakukan pemeriksaan sputum didapatkan hasil MTB Negatif sebanyak 935 orang (72,76%) dan MTB Positif 350 orang (27,24%). Dimana penderita yang Positif MTB dengan keadaan MTB sensitif rifampisin sebanyak 325 orang (92,86%) dan  resisten rifampisin sebanyak 25 orang (7,14%). Penderita terdeteksi resisten rifampisin tercatat sebagai penderita TB RO dan dimulai dengan pengobatan standar TB RO. Kemudian sampel dirujuk ke BBLK untuk dilanjutkan pemeriksaan biakan dan identifikasi kuman MTB. Selama proses biakan, penderita TB RO diobati sesuai standar pengobatan TB RO sampai didapatkan hasil pemeriksaan biakan negatif. Penderita dengan keadaan tidak terdeteksi resisten rifampisin artinya kuman masih sensitif terhadap rifampisin. Penderita mulai atau melanjutkan pengobatan TB kategori 1 atau kategori 2 sesuai pengobatan sebelumnya. Pada penderita yang tidak terdeteksi MTB, lakukan penelusuran terhadap kemungkinan lain. Kemudian lanjutkan pengobatan apabila penderita dalam masa pengobatan sebelumnya.  Jika masih tetap dicurigai TB RO  maka dapat dilakukan pemeriksaan TCM ulang dengan sampel baru yang baik dan jumlah yang cukup untuk dilakukannya pemeriksaan.

            Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aristiani (2018) bahwa terjadinya TB RO terdapat hubungan yang signifikan dengan kepatuhan pasien minum obat, bahwa pasien TB dengan kepatuhan minum obat rendah memiliki 10,73 kali lebih besar untuk menjadi TB RO dibandingkan pasien dengan kepatuhan minum obat tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Janan (2019) bahwa kepatuhan minum obat, riwayat pengobatan TB sebelumnya dan kesesuaian dosis obat mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap peningkatan kejadian TB RO. Faktor-faktor lainnya yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap peningkatan kejadian TB RO adalah kontak dengan pasien TB, ketepatan diagnosa, DM, kondisi rumah, status pernikahan, status gizi, pendidikan dan pengetahuan.

            Hasil penelitian Tristiyana (2020) bahwa ada pengaruh pengetahuan, sikap, dan persepsi dalam mengonsumsi obat anti tuberculosis. Dari 48 responden yang diteliti, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 25 (52,08%) responden. Dari 25 responden tersebut, ada sebanyak 20 (80%) responden memiliki pengetahuan kurang dan tidak patuh minum obat dan sebanyak 5 (20%) responden memiliki pengetahuan kurang dan patuh minum obat. Pengetahuan mempunyai hubungan yang erat  dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya. Timbulnya minat dari diri seseorang dapat didorong oleh adanya pengetahuan yang baik yang mungkin saja diperoleh dari petugas kesehatan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin mempengaruhi ketaatan seseorang terhadap peraturan atau standar yang berlaku.  Pengetahuan yang baik lebih mendorong seseorang penderita untuk minum obat secara patuh, dan sebaliknya seseorang yang pengetahuannya kurang maka kecil kemungkinan untuk minum obat secara patuh. Sehingga pengetahuan yang kurang mempunyai peluang sebesar 4,233 kali untuk tidak patuh mengonsumsi obat anti tuberculosis, maka semakin  kurang  pengetahuan  semakin  banyak pasien yang tidak patuh mengonsumsi obat anti tuberculosis.

2.    Jenis Kelamin    

       Tabel 4.2 dan gambar 4.2 menunjukan jumlah penderita TB RO berdasarkan jenis kelamin bahwa laki-laki lebih banyak yaitu 16 orang (64%), sedangkan perempuan 9 orang (36%). Sejalan dengan penelitian Widiastuti (2017) dan Ayu (2019)  bahwa pasien tuberkulosis resisten obat pada jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan Aulia (2017) didapatkan jumlah penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan dikarenakan aktifitas yang lebih banyak diluar rumah diduga menjadi penyebab laki-laki lebih mudah tertular TB dan untuk memeriksakan diri juga lebih rendah dibandingkan perempuan. Perilaku hidup yang kurang sehat pada laki-laki seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang sehingga beresiko mudah tertular TB RO. Pada penelitian Aristiani (2018) terdapat hubungan kebiasaan merokok dengan pasien TB RO bahwa kebiasaan merokok memiliki resiko 7,63 kali lebih besar untuk menderita TB RO dibandingkan dengan pasien TB yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Selain itu dengan mengkonsumsi alkohol berisiko 9,05 kali lebih besar untuk menderita TB RO dibandingkan pasien TB yang tidak mengonsumsi alkohol.

3.    Usia

       Tabel 4.3 dan gambar 4.3 menunjukan jumlah penderita TB RO di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019 berdasarkan usia dengan persentase tertinggi pada usia  35-44 tahun sebanyak 9 orang (36%), kemudian diikuti kelompok usia 55-64 tahun sebanyak 7 orang (28%), kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 6 orang (24%), kelompok usia 15-24 tahun, 25-34 tahun dan ≥ 65 tahun sebanyak 1 orang (4%), dan tidak didapatkan penderita TB RO pada usia 0-14 tahun (0%). Pada penelitian ini data usia 0-14 tahun tidak didapatkan penderita TB RO disebabkan sulitnya mendapatkan sampel dahak yang purulen pada anak, mengingat untuk melakukan pemeriksaan menggunakan sampel dahak yang purulen.  Pada usia 35-44 tahun  menjadi total tertinggi penderita TB RO kemudian diikuti kelompok usia 55-64 tahun. Kelompok yang paling rentan tertular TB RO adalah kelompok usia dewasa yang juga merupakan kelompok usia produktif (Kemenkes, 2016).

       Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2017) menyebutkan bahwa rentang usia terbanyak pasien tuberkulosis resisten obat menurut kelompok usia berusia >45 tahun, kemudian 25-45 tahun dan ˂ 25 tahun, karena pada usia tersebut merupakan usia produktif yang rentan terhadap penularan tuberculosis di mana lebih banyak berinteraksi dengan orang lain dan mempunyai mobilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan terjadi penularan kepada orang lain dan lingkungan sekitar. Sejalan dengan penelitian oleh Ayu (2019) bahwa berdasarkan kelompok usia kasus tuberkulosis resisten obat mayoritas pada usia produktif yaitu usia dewasa (25-64 tahun) sebanyak 78,2%, kemudian diikuti usia remaja (12-24 tahun) sebanyak 18,7%, dan usia lanjut (≥ 65 tahun) sebanyak 3,1%

.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

 

 

A.  Simpulan

       Berdasarkan hasil pengolahan data diatas tentang gambaran penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan hasil pemeriksaan genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu tahun 2018-2019 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.    Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan hasil pemeriksaan genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu tahun 2018-2019 dari 1285 orang yang melakukan pemeriksaan sputum didapatkan hasil MTB Negatif sebanyak 935 orang (72,76%) dan MTB Positif 350 orang (27,24%). Dimana penderita yang Positif MTB dengan keadaan MTB sensitif rifampisin sebanyak 325 orang (92,86%) dan  resisten rifampisin sebanyak 25  orang (7,14%).

2.    Jumlah Penderita Tuberkulosis  Resisten Obat (TB RO) berdasarkan jenis kelamin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu tahun 2018-2019 yaitu terdapat jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (64%) dan perempuan sebanyak 9 orang (36%).

3.    Jumlah penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) di RSUD Pringsewu  Kabupaten Pringsewu tahun 2018-2019 berdasarkan persentase tertinggi pada usia  35-44 tahun sebanyak 9 orang (36%), kemudian diikuti kelompok usia 55-64 tahun sebanyak 7 orang (28%), kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 6 orang (24%), kelompok usia 15-24 tahun, 25-34 tahun dan ≥ 65 tahun sebanyak 1 orang (4%), dan tidak didapatkan penderita TB RO pada usia 0-14 tahun (0%).

B.  Saran

       Berdasarkan hasil penelitian TB RO di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu dapat disarankan bahwa:

1. Meningkatkan program penyuluhan oleh instansi terkait tuberkulosis tentang TB RO dan pentingnya kepatuhan meminum obat

     guna menghindari penularan tuberkulosis resistan obat lebih luas.

2.  Pada petugas Puskesmas di wilayah kerja yang memiliki penderita TB dengan 9 kriteria Suspek TB RO segera merujuk penderita untuk melakukan pemeriksaan resisten obat dengan alat genexpert, sehingga cepat mendapatkan pengobatan yang layak


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Aulia, Tusy Triwahyuni, Hidayat, 2017, Korelasi Antara Hasil Pemeriksaan Sputum BTA Dengan Hasil Pemeriksaan Genexpert Pada Pasien TB MDR Di RSUD dr. H Abdoel Moeloek periode tahun 2015-2016, Lampung: FK Universitas Malahayati.

Aristiani, Cynthia D, Wartono Magdalena, 2017, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Multi Drug Resistence Tuberculosis (MDR-TB), Jurnal Biomedika Dan Kesehatan Volume 1, Nomor 1.

Ayu, Mayang Sari, 2019, Analisis Pelayanan Terapeutik Pada Pasien Tuberkulosis Resisten Obat Di Kota Medan, Jurnal Jumantik Vol. 4, No. 2.

Azwar Gusti A, Noviana D, Hendriyono F.X, 2017, Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Multidrug-Resistant  Tuberculosis (MDR-TB) di RSUD Ulil Banjarmasin, Berkala Kedokteran Volume 13, Nomor 1.

Berger, Stephen, 2019. Tuberculosis: Global Status-2019 edition, Gideon Informatics, USA.

Carolus, St., 2017. Tuberkulosis Bisa Disembuhkan!, Jakarta: Gramedia, 96 halaman.

Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu, 2017,  Rencana Strategis Dinas Kesehatan Pringsewu Tahun 2017-2022, Pringsewu.

Gillespie, Stephen H; Bamford; Kathleen B; 2009. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 128 halaman.

Janan Miftakhul, 2019, Faktor-Faktor Risiko yang berhubungan dengan Peningkatan Prevalensi Kejadian TB MDR di Kabupaten Brebes Tahun 2011-2017, Berkala Kedokteran Volume 13, Nomor 1.

Kementerian Kesehatan RI, 2011, Programmatic Management Of Drug Resistance Tuberculosis Pengendalian tuberkulosis, Dit. Jen. P2PL.

Kementerian Kesehatan RI, 2011, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Dit. Jen. P2PL.

Kementerian Kesehatan RI, 2014, Petunjuk Teknis Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resisten Obat, Dit. Jen. P2PL.

Kementerian Kesehatan RI, 2015, Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh, Infodatin.

Kementerian Kesehatan RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis.

Kementerian Kesehatan RI, 2017, Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler, Jakarta: Petunjuk Teknis.

Kementerian Kesehatan RI, 2018, Profil Kesehatan Indonesia 2017, Jakarta: Pusdatin.

Kementerian Kesehatan RI, 2019, Profil Kesehatan Indonesia 2018, Jakarta: Pusdatin.

Sembiring, dr. Samuel, 2019. Indonesia Bebas Tuberkulosis, Jawa Barat: CV. Jejak

Soedarto, 2009, Penyakit Menular di Indonesia, Cetakan I, Jakarta: CV. Sagung Seto

Soedarto, 2015, Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta: CV. Sagung Seto

     Kementerian kesehatan RI, 2019, Manajemen Terpadu Pengendalian                         Tb Resistan Obat(MTPTRO),Tuberkulosis Indonesia. Tersedia at: https :// www.tbindonesia.or.id /page /view /22/ tb-mdr [Diakses Desember 2, 2019].

Tristiyana, Poppy Indah, Simanjoranga Asyiah, Asriwati, 2020, Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Penderita Tuberkulosis Paru Dalam Mengonsumsi Obat Anti Tuberkulosis, Jurnal Kedokteran STM, Volume 3, Nomor. 1.

     Velayati, A.A., dan Parissa F., 2017, Atlas  of Mycobacterium tuberculosis, Academic Press, London, United Kingdom.

Widiastuti, Erma N, Subronto Yanri, Promono Dibyo, 2017, Determinan kejadian multi-drug resistent tuberculosis di rumah sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, Berita Kedokteran Masyarakat Volume 33, Nomor 7.

Widoyono, 2011, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

World Health Organization, 2018, Global Tuberculosis Report 2018. Tersedia at: https://apps.who.int/iris/handle/10665/2744533 [Diakses September 27, 2019].

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 1

Data Hasil Pemeriksaan Genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu

Tahun 2018-2019

No

Tanggal

Kode Pasien

Usia

Jenis Kelamin

Hasil Pemeriksaan genexpert

L : Laki-laki

Negatif MTB

Positif MTB

P : Perempuan

Sensitif Rifampisin

Resisten Rifampisin

1

02/01/2018

001

56

L

 

 

2

04/01/2018

004

16

L

 

 

3

09/01/2018

006

33

P

 

 

4

11/01/2018

007

27

L

 

 

5

18/01/2018

010

71

P

 

 

6

25/01/2018

012

25

L

 

 

7

25/01/2018

014

53

L

 

 

8

01/02/2018

017

55

L

 

 

9

06/02/2018

021

32

L

 

 

10

08/02/2018

022

70

L

 

 

11

08/02/2018

024

23

P

 

 

12

08/02/2018

026

59

L

 

 

13

08/02/2018

027

43

P

 

 

14

13/02/2018

030

55

P

 

 

15

13/02/2018

031

49

L

 

 

16

22/02/2018

034

58

L

 

 

17

06/03/2018

040

57

L

 

 

18

08/03/2018

043

24

L

 

 

19

08/03/2018

044

58

L

 

 

20

08/03/2018

046

53

L

 

 

21

15/03/2018

048

29

L

 

 

22

15/03/2018

049

35

          P

 

 

23

10/04/2018

061

43

L

 

 

24

17/04/2018

071

55

L

 

 

25

19/04/2018

074

38

L

 

 

26

19/04/2018

075

33

L

 

 

27

24/04/2018

077

57

L

 

 

28

24/04/2018

080

45

P

 

 

29

26/04/2018

085

52

L

 

 

30

26/04/2018

089

74

L

 

 

31

03/05/2018

095

51

P

 

 

Tahun 2018

32

08/05/2018

098

33

L

 

 

33

15/05/2018

102

47

L

 

 

34

15/05/2018

108

36

P

 

 

35

31/05/2018

112

24

P

 

 

36

31/05/2018

113

68

L

 

 

37

31/05/2018

115

18

P

 

 

38

05/06/2018

122

28

L

 

 

39

05/06/2018

127

32

L

 

 

40

08/06/2018

135

35

L

 

 

41

09/06/2018

140

52

L

 

 

42

12/06/2018

143

42

P

 

 

43

17/06/2018

144

44

P

 

 

44

21/06/2018

150

40

L

 

 

45

21/06/2018

151

57

P

 

 

46

21/06/2018

153

22

P

 

 

47

22/06/2018

156

29

P

 

 

48

24/06/2018

158

55

L

 

 

49

26/06/2018

164

39

L

 

 

50

29/06/2018

169

24

L

 

 

51

02/07/2018

172

33

P

 

 

52

02/07/2018

173

53

L

 

 

53

03/07/2018

178

63

L

 

 

54

04/07/2018

182

14

L

 

 

55

04/07/2018

185

22

L

 

 

56

04/07/2018

186

42

L

 

 

57

06/07/2018

193

37

L

 

 

58

06/07/2018

194

70

L

 

 

59

10/07/2018

196

54

P

 

 

60

11/07/2018

200

16

L

 

 

61

12/07/2018

202

52

L

 

 

62

13/07/2018

207

50

P

 

 

63

18/07/2018

219

17

L

 

 

64

19/07/2018

222

32

L

 

 

65

21/07/2018

226

36

P

 

 

66

24/07/2018

231

16

P

 

 

67

24/07/2018

232

46

L

 

 

68

25/07/2018

239

58

L

 

 

69

25/07/2018

241

54

P

 

 

70

25/07/2018

243

48

L

 

 

71

26/07/2018

248

58

P

 

 

72

26/07/2018

250

71

L

 

 

73

27/07/2018

254

41

L

 

 

74

07/08/2018

273

63

L

 

 

75

07/08/2018

275

69

P

 

 

76

07/08/2018

279

35

L

 

 

77

09/08/2018

282

28

L

 

 

78

09/08/2018

284

45

L

 

 

79

10/08/2018

288

21

P

 

 

80

10/08/2018

289

50

L

 

 

81

11/08/2018

290

69

L

 

 

82

14/08/2018

293

39

L

 

 

83

15/08/2018

294

27

L

 

 

84

15/08/2018

296

27

L

 

 

85

16/08/2018

300

33

P

 

 

86

16/08/2018

301

59

P

 

 

87

31/08/2018

313

72

L

 

 

89

31/08/2018

314

73

L

 

 

90

03/09/2018

315

44

L

 

 

91

06/09/2018

325

34

L

 

 

92

06/09/2018

327

29

P

 

 

93

10/09/2018

334

32

P

 

 

94

10/09/2018

335

76

L

 

 

95

13/09/2018

338

36

L

 

 

96

12/09/2018

336

75

P

 

 

97

13/09/2018

337

50

L

 

 

98

15/09/2018

343

18

P

 

 

99

17/09/2018

345

35

L

 

 

100

18/09/2018

346

68

L

 

 

101

22/09/2018

354

53

L

 

 

102

25/09/2018

357

33

L

 

 

103

27/09/2018

361

58

L

 

 

104

29/09/2018 

362

55

P

 

 

105

01/10/2018

363

67

P

 

 

106

03/10/2018

366

58

L

 

 

107

06/10/2018

373

50

L

 

 

108

09/10/2018

376

28

L

 

 

109

11/10/2018

381

58

L

 

 

110

16/10/2018

382

26

L

 

 

111

23/10/2018

390

30

P

 

 

112

23/10/2018

393

43

L

 

 

113

25/10/2018

395

45

L

 

 

114

26/10/2018

397

58

P

 

 

115

27/10/2018

400

36

L

 

 

116

31/10/2018

403

36

P

 

 

117

01/11/2018

406

35

L

 

 

118

02/11/2018

408

67

L

 

 

119

05/11/2018

410

80

P

 

 

120

06/11/2018

412

58

L

 

 

121

06/11/2018

414

66

L

 

 

122

07/11/2018

415

7

L

 

 

123

07/11/2018

416

36

L

 

 

124

09/11/2018

418

58

L

 

 

125

12/11/2018

419

28

L

 

 

126

13/11/2018

423

46

P

 

 

127

13/11/2018

424

16

P

 

 

128

14/11/2018

426

51

L

 

 

129

15/11/2018

430

42

L

 

 

130

16/11/2018

431

48

L

 

 

131

22/11/2018

432

60

L

 

 

132

22/11/2018

433

43

L

 

 

133

22/11/2018

435

73

L

 

 

134

27/11/2018

441

35

L

 

 

135

27/11/2018

447

64

L

 

 

136

27/11/2018

448

53

L

 

 

137

28/11/2018

453

74

L

 

 

138

29/11/2018

454

19

L

 

 

139

29/11/2018

455

28

L

 

 

140

01/12/2018

461

65

P

 

 

141

03/12/2018

464

66

P

 

 

142

04/12/2018

465

48

P

 

 

143

04/12/2018

468

55

L

 

 

144

04/12/2018

470

32

L

 

 

145

06/12/2018

476

48

P

 

 

146

07/12/2018

484

65

L

 

 

147

13/12/2018

494

52

L

 

 

148

13/12/2018

495

57

L

 

 

149

14/12/2018

497

60

L

 

 

150

14/12/2018

498

26

L

 

 

151

17/12/2018

501

72

P

 

 

152

20/12/2018

508

44

P

 

 

153

20/12/2018

511

71

P

 

 

154

22/12/2018

519

41

L

 

 

155

31/12/2018

527

20

P

 

 

 

Jumlah yang diperiksa : 519 

Positif MTB :  155        (Positif/Sensitif RIF : 147              Positif/Resisten RIF : 8)           Negatif MTB : 364  

Data Hasil Pemeriksaan Genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu

Tahun 2018-2019

 

 

Tahun 2019

No

Tanggal

Kode Pasien

Usia

Jenis Kelamin

Hasil Pemeriksaan genexpert

L : Laki-laki

Negatif MTB

Positif MTB

P : Perempuan

Sensitif Rifampisin

Resisten Rifampisin

1

04/01/2019

008

66

L

 

 

2

07/01/2019

011

46

P

 

 

3

07/01/2019

013

30

L

 

 

4

07/01/2019

015

13

P

 

 

5

09/01/2019

016

50

P

 

 

6

09/01/2019

017

36

P

 

 

7

14/01/2019

026

48

L

 

 

8

18/01/2019

033

40

L

 

 

9

22/01/2019

042

63

L

 

 

10

24/01/2019

044

28

L

 

 

11

30/01/2019

051

36

P

 

 

12

30/01/2019

054

57

L

 

 

13

30/01/2019

055

32

P

 

 

14

26/01/2019

067

38

L

 

 

15

04/02/2019

062

23

P

 

 

16

06/02/2019

065

28

P

 

 

17

08/02/2019

068

53

L

 

 

18

08/02/2019

069

43

P

 

 

19

13/02/2019

084

51

L

 

 

20

14/02/2019

100

33

L

 

 

21

14/02/2019

101

47

L

 

 

22

14/02/2019

102

49

L

 

 

23

14/02/2019

103

47

P

 

 

24

18/02/2019

112

65

L

 

 

25

18/02/2019

113

34

P

 

 

26

18/02/2019

114

63

P

 

 

27

22/02/2019

120

54

P

 

 

28

23/02/2019

123

26

P

 

 

29

25/02/2019

126

54

L

 

 

30

27/02/2019

130

23

P

 

 

31

27/02/2019

131

43

P

 

 

32

04/03/2019

137

73

L

 

 

33

04/03/2019

138

39

L

 

 

34

05/03/2019

144

53

L

 

 

35

05/03/2019

145

50

P

 

 

36

06/03/2019

150

56

P

 

 

37

08/03/2019

156

48

L

 

 

38

12/03/2019

168

35

L

 

 

39

12/03/2019

169

43

L

 

 

40

12/03/2019

174

70

L

 

 

41

13/03/2019

177

50

P

 

 

42

13/03/2019

178

72

L

 

 

43

13/03/2019

179

80

L

 

 

44

13/03/2019

182

48

P

 

 

45

14/03/2019

184

54

P

 

 

46

14/03/2019

186

54

P

 

 

47

18/03/2019

200

69

P

 

 

48

18/03/2019

202

60

L

 

 

49

19/03/2019

207

56

L

 

 

50

19/03/2019

208

34

L

 

 

51

19/03/2019

210

49

L

 

 

52

20/03/2019

215

64

P

 

 

53

23/03/2019

221

57

L

 

 

54

27/03/2019

231

75

L

 

 

55

28/03/2019

237

52

P

 

 

56

02/04/2019

249

41

L

 

 

57

05/04/2019

252

63

P

 

 

58

06/04/2019

256

54

P

 

 

59

09/04/2019

261

22

L

 

 

60

10/04/2019

264

72

L

 

 

61

12/04/2019

274

51

L

 

 

62

15/04/2019

283

47

L

 

 

63

18/04/2019

293

51

L

 

 

64

20/04/2019

295

49

L

 

 

65

22/04/2019

297

31

P

 

 

66

23/04/2019

302

62

P

 

 

67

23/04/2019

303

31

L

 

 

68

24/04/2019

307

71

L

 

 

69

26/04/2019

315

65

P

 

 

70

27/04/2019

316

35

P

 

 

71

29/04/2019

319

28

L

 

 

72

03/05/2019

332

44

L

 

 

73

06/05/2019

334

67

L

 

 

74

06/05/2019

337

44

L

 

 

75

07/05/2019

342

64

L

 

 

76

08/05/2019

349

25

L

 

 

77

15/05/2019

366

49

P

 

 

78

16/05/2019

370

47

P

 

 

79

17/05/2019

377

41

P

 

 

80

17/05/2019

379

79

L

 

 

81

18/05/2019

380

56

L

 

 

82

18/05/2019

381

47

P

 

 

83

20/05/2019

386

45

L

 

 

84

24/05/2019

393

51

P

 

 

85

27/05/2019

396

81

L

 

 

86

27/05/2019

397

18

P

 

 

87

27/05/2019

399

76

P

 

 

88

28/05/2019

402

60

L

 

 

89

04/06/2019

405

37

L

 

 

90

11/06/2019

408

40

L

 

 

91

11/06/2019

411

63

P

 

 

92

12/06/2019

414

43

L

 

 

93

14/06/2019

419

27

P

 

 

94

16/06/2019

423

39

P

 

 

95

18/06/2019

430

48

P

 

 

96

18/06/2019

432

61

L

 

 

97

20/06/2019

440

40

L

 

 

98

25/06/2019

452

44

P

 

 

99

26/06/2019

454

60

L

 

 

100

28/06/2019

460

77

L

 

 

101

28/06/2019

461

25

P

 

 

102

01/07/2019

464

55

P

 

 

103

01/07/2019

467

37

P

 

 

104

02/07/2019

469

37

L

 

 

105

02/07/2019

470

36

P

 

 

106

02/07/2019

471

66

L

 

 

107

08/07/2019

482

74

P

 

 

108

09/07/2019

485

52

P

 

 

109

09/07/2019

487

48

P

 

 

110

11/07/2019

491

62

L

 

 

111

11/07/2019

493

68

L

 

 

112

13/07/2019

498

61

L

 

 

113

15/07/2019

500

41

L

 

 

114

16/07/2019

504

64

L

 

 

115

17/07/2019

509

21

L

 

 

116

18/07/2019

513

33

L

 

 

117

19/07/2019

515

16

P

 

 

118

22/07/2019

517

48

L

 

 

119

22/07/2019

518

43

L

 

 

120

23/07/2019

527

70

P

 

 

121

24/07/2019

529

34

L

 

 

122

25/07/2019

533

36

L

 

 

123

27/07/2019

535

18

L

 

 

124

29/07/2019

538

54

L

 

 

125

30/07/2019

539

55

P

 

 

126

31/07/2019

548

26

P

 

 

127

31/07/2019

550

46

L

 

 

128

31/07/2019

551

65

L

 

 

129

31/07/2019

552

45

L

 

 

130

31/07/2019

553

39

L

 

 

131

01/08/2019

552

28

L

 

 

132

06/08/2019

559

38

L

 

 

133

06/08/2019

560

67

L

 

 

134

07/08/2019

561

28

L

 

 

135

07/08/2019

563

33

P

 

 

136

09/08/2019

568

48

P

 

 

137

15/08/2019

579

22

P

 

 

138

17/08/2019

583

50

L

 

 

139

19/08/2019

585

46

L

 

 

140

19/08/2019

586

61

L

 

 

141

21/08/2019

587

56

L

 

 

142

22/08/2019

590

58

L

 

 

143

23/08/2019

593

54

L

 

 

144

23/08/2019

594

49

L

 

 

145

29/08/2019

599

50

L

 

 

146

02/09/2019

604

57

L

 

 

147

09/09/2019

615

39

P

 

 

148

19/09/2019

619

53

L

 

 

149

19/09/2019

620

23

P

 

 

150

18/09/2019

627

52

P

 

 

151

19/09/2019

631

62

L

 

 

152

28/09/2019

647

26

L

 

 

153

01/10/2019

652

79

L

 

 

154

01/10/2019

653

69

L

 

 

155

08/10/2019

658

39

P

 

 

156

08/10/2019

661

41

L

 

 

157

21/10/2019

671

42

L

 

 

158

23/10/2019

673

55

L

 

 

159

24/10/2019

677

48

L

 

 

160

28/10/2019

684

43

L

 

 

161

31/10/2019

689

56

P

 

 

162

31/10/2019

690

36

P

 

 

163

04/11/2019

695

56

L

 

 

164

07/11/2019

699

28

P

 

 

165

08/11/2019

701

58

P

 

 

166

11/11/2019

703

56

L

 

 

167

16/11/2019

716

26

P

 

 

168

21/11/2019

726

45

L

 

 

169

23/11/2019

734

52

P

 

 

170

23/11/2019

737

58

L

 

 

171

25/11/2019

739

54

P

 

 

172

30/11/2019

748

42

P

 

 

173

30/11/2019

749

40

L

 

 

174

30/11/2019

752

66

L

 

 

175

30/11/2019

753

62

L

 

 

176

03/12/2019

756

30

P

 

 

177

03/12/2019

757

40

L

 

 

178

03/12/2019

763

39

L

 

 

179

03/12/2019

764

35

L

 

 

180

10/12/2019

765

61

L

 

 

181

10/12/2019

766

52

L

 

 

182

10/12/2019

768

34

P

 

 

183

10/12/2019

769

54

P

 

 

184

11/12/2109

771

35

L

 

 

185

11/12/2019

772

65

L

 

 

186

12/12/2019

773

79

L

 

 

187

12/12/2019

774

51

P

 

 

188

13/12/2019

781

56

L

 

 

189

14/12/2019

785

41

L

 

 

190

16/12/2019

786

52

P

 

 

191

20/12/2019

799

26

L

 

 

192

26/12/2019

806

34

P

 

 

193

28/12/2019

808

60

P

 

 

194

28/12/2019

809

66

L

 

 

195

30/12/2019

816

32

L

 

 

 

Jumlah yang diperiksa : 766

Positif MTB : 195           (Positif/Sensitif RIF : 178            Positif/Resisten RIF : 17)       

Negatif MTB : 571                              

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 2

Prosedur Pengoperasian Tes Cepat Molekuler (Genexpert)

 

a.    Tahapan pre-run yang dilakukan sebelum sampel dimasukan ke dalam genexpert

1)   Buka segel sampel reagen (SR) dan penutup tabung yang berisi sampel dahak.

2)   Tuang SR ke dalam tabung dahak dengan volume SR dua kali volume dahak. Tutup kembali tabung dahak.

3)   Kocok kencang tabung dahak sebanyak 10-20 kali, lalu inkubasi selama 10 menit. Setelah itu kocok kuat kembali, lalu inkubasi kembali selama 6 menit. Setelah inkubasi, perhatikan kualitas dahak, apabila masih kental dan menggumpal tambahan waktu inkubasi 5-10 menit.

4)   Siapkan catridge Xpert MTB/RIF. Beri identitas pada sisi kanan atau kiri catridge dengan menggunakan spidol atau sticker barcode.

5)   Buka penutup bagian atas catridge

6)   Pindahkan dahak yang sudah diperiksa menggunakan pipet yang disediakan. Isi pipet sampai melebihi tanda 2 ml yang ada pada pipet.

7)   Secara perlahan masukan pipet ke dalam ruang sampel yang terdapat pada catridge, lalu keluarkan dahak perlahan. Hindari pembentukan gelembung udara.

8)   Tutup rapat penutup catridge. Segera proses sampel menggunakan mesin genexpert.

b.   Prosedur Menyalakan dan menyiapkan system

1.    Nyalakan system secara berurutan: UPS- Instrumen GX-Komputer.

2.    Akan muncul tampilan pada layar, pilih username Chepeid-Admin dengan password cphd.

3.    Tunggu beberapa saat hingga software genexpert terbuka secara otomatis, konfirmasi NO pada tab Database management Task.

4.    Pastikan semua modul Available

c.    Prosedur Memulai Test:

1)   Klik Create Test

2)   Ikuti perintah untuk melakukan scanning barcode pada catridge dengan menekan tombol kuning pada scanner

3)   Masukkan identitas pasien

4)   Masukkan Identitas Sampel. Modul akan dipilih secara otomatis, jangan diubah

5)   Klik Start Test. Lampu indikator hijau pada modul akan berkedip

6)   Masukan catridge ke dalam modul

7)   Tutup rapat modul untuk memulai tes.

d.   Prosedur Mematikan Alat:

1)   Tutup softwere genexpert. Pilih NO pada semua kotak diaglog yang muncul.

2)   Shutdown Komputer seperti biasa. Tunggu sampai komputer mati.

3)   Matikan alat Genexpert dengan menekan tombol power di bagian belakang alat.

 

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Genexpert

Hasil

Artinya

MTB Not Detected

Tidak terdeteksi DNA Mycobacterium tuberculosis

MTB Detected/

RIF Resistance Detected

Terdeteksi DNA Mycobacterium tuberculosis, dari sampel yang diperiksa resisten terhadap rifampisin

MTB Detected/

RIF Resistance Not Detected

Terdeteksi DNA Mycobacterium tuberculosis, dari sampel yang diperiksa sensitif terhadap rifampisin

MTB Detected/

RIF Resistance Indeterminate

Terdeteksi DNA Mycobacterium tuberculosis, dari sampel yang diperiksa resisten rifampisin tidak dapat ditentukan karena sinyal penanda resistensi tidak cukup terdeteksi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 3

Dokumentasi

 

 

 

 

 

 

 

     Alat Tes Cepat Molekuler (Genexpert, Barcode, Komputer, dan printer)

 

 

 

 

 

 

 

 

                          Genexpert                                         Catridge

 

 

 

 

 

 

              

                                                   Ruang Preparasi TCM

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambaran Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Genexpert di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019

 

Aulidita Wulan Suci, Wibowo Adi Sapta, Rodhiansyah Djayasinga

Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma Tiga

Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

 

Abstrak

Tuberculosis Resisten Obat (TB RO) adalah keadaan dimana kuman Mycobacterium tuberculosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan salah satu atau lebih Obat Anti Tuberculosis (OAT). TB RO terjadi karena rendahnya kepatuhan pasien dalam meminum obat. Dengan demikian berdampak dikeluarga maupun di masyarakat, tingkat daya tubuh seseorang yang rendah dapat menyebabkn mudah tertular sehingga kasus TB RO terus meningkat. Menurut WHO, Indonesia berada diperingkat 8 dari 27 negara dengan beban TB RO terbanyak di dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan hasil pemeriksaan genexpert  di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data pasien TB berjumlah 1285 orang yang melakukan pemeriksaan sputum dengan alat genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita TB RO dengan resisten rifampisin berjumlah 25 orang yang melakukan pemeriksaan dengan genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019. Hasil Penelitian yang diperoleh dari 1285 orang yang melakukan pemeriksaan sputum dengan genexpert didapatkan hasil MTB Negatif sebanyak 935 orang (72,76%) dan MTB Positif 350 orang (27,24%). Dimana penderita yang Positif MTB dengan keadaan MTB sensitif rifampisin sebanyak 325 orang (92,86%) dan  resisten rifampisin sebanyak 25  orang (7,14%). Berdasarkan jenis kelamin terdapat jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (64%) dan perempuan sebanyak 9 orang (36%), dan berdasarkan usia persentase tertinggi pada usia  35-44 tahun sebanyak 9 orang (36%), kemudian diikuti kelompok usia 55-64 tahun sebanyak 7 orang (28%), kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 6 orang (24%), kelompok usia 15-24 tahun, 25-34 tahun dan ≥ 65 tahun sebanyak 1 orang (4%), dan tidak didapatkan penderita TB RO pada usia 0-14 tahun (0%).

 

Kata kunci            : Tuberkulosis, Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO)

 

Description of Drug Resistant Tuberculosis (TB RO) Patiens Based on Genexpert Examination Results at RSUD Pringsewu in 2018-2019

 

Abstract

Drug-resistant tuberculosis (TB RO) is a condition where the Mycobacterium tuberculosis bacteria can no longer be killed with one or more anti-tuberculosis drugs (OAT). RO TB occurs due to the low compliance of patients in taking the drug. Thus the impact on the family and in the community, a person's low body power level can cause easily contracted so that the case of TB RO continues to increase. According to WHO, Indonesia is ranked 8th out of 27 countries with the highest TB RO burden in the world. The purpose of this study was to determine the description of patients with Drug Resistant Tuberculosis (TB RO) based on the results of genexpert examination at Pringsewu District Hospital 2018-2019. This research is descriptive. The population in this study were all TB patient data totaling 1285 people who performed sputum examinations with genexpert tools at Pringsewu District Hospital in Pringsewu in 2018-2019. The sample in this study is all data of patients with TB RO with rifampicin resistant amounted to 25 people who did an examination with genexpert in Pringsewu District Hospital in Pringsewu in 2018-2019. Research results obtained from 1285 people who did sputum examination with genexpert obtained as many as 935 Negative MTB results (72.76%) and Positive MTB 350 people (27.24%). Whereas Positive MTB patients with conditions of sensitive MTB rifampicin as many as 325 people (92.86%) and rifampicin resistant as many as 25 people (7.14%). Based on sex, there are 16 male (64%) and 9 female (36%) male sex, and based on age, the highest percentage is in the age of 35-44, 9 (36%), then followed by age group 55 -64 years as many as 7 people (28%), the age group of 45-54 years were 6 people (24%), the age group of 15-24 years, 25-34 years and ≥ 65 years were 1 person (4%), and not patients with TB RO were found at the age of 0-14 years (0%).

Keywords: Tuberculosis, Drug-Resistant Tuberculosis (TB RO)

 


 

 

 

 

Pendahuluan

  Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global dan menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di dunia (WHO, 2018). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB). Kuman ini mudah menular lewat udara sehingga penyakit ini sering dikaitkan dengan penyakit paru walaupun sebenarnya kuman ini tidak hanya menyerang paru-paru saja (dr. Samuel S, 2019).

       Secara global kasus baru tuberkulosis tahun 2018 sebesar 7,0 juta meningkat dibandingkan pada tahun 2017 sebesar 6,4 juta dengan kematian tuberkulosis tahun 2018 secara global 1,5 juta pasien (WHO, 2019). Selain itu terdapat tantangan  yang perlu menjadi perhatian yaitu meningkatnya kasus Tuberkulosis Resisten Obat  (TB RO). Tuberkulosis Resisten Obat adalah keadaan dimana kuman Mycobacterium tuberculosis (MTB) sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan salah satu atau lebih Obat Anti Tuberculosis (OAT) (Kemenkes RI, 2019). Secara global pada tahun 2017 terdapat 558.000 kasus TB RO, dengan proporsi 3,5% kasus TB baru dan 18% sebelumnya kasus TB RO pengobatan ulang (WHO, 2018).

            Berdasarkan WHO Global Report 2018, Indonesia berada di peringkat tiga yang mempunyai beban tuberkulosis terbesar diantara 8 negara yaitu India (27%), China (9%), Indonesia (8%), Philippina (6%), Pakistan (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%) dan Afrika Selatan (3%). Pada Tahun 2018 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia sebanyak 566.623 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2017 yang sebesar 446.732 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 44% dari jumlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia (Kemenkes RI, 2019). Indonesia berada pada peringkat 8 dari 27 negara dengan beban TB Resisten Obat (TB RO) tertinggi. Berdasarkan WHO pada tahun 2017 diperkirakan di Indonesia terdapat 23.000 kasus TB RO, dengan proporsi 2.4% dari kasus TB RO baru dan 13% dari kasus TB RO pengobatan ulang (WHO, 2018).

            Penemuan jumlah kasus TB di Provinsi Lampung tahun 2018 meningkat sebanyak 15.969 jiwa dibandingkan pada tahun 2017 sebanyak 10.108 jiwa (Kemenkes RI, 2019). Ditemukan juga pada kasus tuberkulosis paru BTA positif tahun 2018 sebanyak 5.786 kasus dengan cakupan TB Paru BTA positif sembuh sebanyak 4.859 kasus (83,98%) dan pengobatan lengkap 2,68% dengan angka keberhasilan 86,66% (Kemenkes RI, 2018). Di Kabupaten Pringsewu tercatat kasus TB tahun 2015 tercatat sebanyak 275 kasus dan mengalami peningkatan di tahun 2016 menjadi 296 kasus (Dinkes Pringsewu, 2017).

       Penelitian sebelumnya yang dilakukan Azwar (2017) dari  jumlah sampel sebanyak 113 orang yang tersuspek TB RO didapatkan 57 orang (50%) dengan hasil Mycobacterium tuberculosis (MTB) tidak terdeteksi, 35 orang menunjukkan hasil MTB terdeteksi dengan keadaan MTB sensitif rifampisin, 19 orang (17%) yang menunjukan hasil MTB terdeteksi dengan MTB resisten rifampisin. Dimana Jumlah penderita TB RO berjenis kelamin laki-laki (84,2%) lebih banyak dibandingkan perempuan (15,8%).

       Terjadinya kasus TB RO karena rendahnya kepatuhan pasien dalam meminum obat (Kemenkes RI, 2015). Dengan demikian berdampak di keluarga maupun di masyarakat, tingkat daya tubuh seseorang yang rendah dapat menyebabkan mudah tertular sehingga kasus TB RO terus meningkat. Pada pasien TB tanpa pengobatan 50% diantaranya akan meninggal dunia (Kemenkes RI, 2016).

        Dengan adanya kasus TB RO semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani. Maka perlu adanya alat uji kepekaan obat dengan genexpert untuk memperluas akses terhadap penemuan pasien TB dengan resistensi OAT. Mengingat metode diagnostik konvensional yang ada saat ini rumit dan lambat.

          Pada tahun 2010 WHO pertama kali merekomendasikan penggunaan genexpert MTB/RIF dikarenakan banyak keuntungan yang didapat jika diagnosa TB menggunakan alat ini hasil pemeriksaan nya yang cepat dalam waktu 2 jam. Genexpert bukan hanya untuk mendeteksi resisten terhadap rifampisin namun juga dapat menentukan diagnosa awal TB sehingga penghematan biaya dapat diperoleh dengan tidak perlu pemeriksaan mikroskopis terlebih dahulu dengan bisa langsung diketahui melalui pemeriksaan genexpert (Kemenkes RI, 2016). Hasil penelitian skala besar menunjukkan bahwa pemeriksaan Genexpert MTB/RIF memiliki sensitivitas dan spesifisitas untuk diagnosis TB yang jauh lebih baik dibandingkan pemeriksaan mikroskopik serta    mendekati kualitas diagnosis dengan pemeriksaan biakan kuman (Kemenkes RI, 2017).

        Kegunaan info gambaran penderita TB RO ini adalah untuk memberikan informasi dan masukan agar pemerintah lebih meningkatkan sosialisasi yang intensif tentang TB RO di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung, sehingga penemuan kasus dan penanganan TB RO di daerah-daerah menjadi lebih baik dan dapat mencegah terjadinya penularan  TB RO.

       RSUD Pringsewu adalah Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu yang terletak di Kabupaten Pringsewu, terdapat 9 kecamatan di wilayah kerja. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pringsewu merupakan rumah sakit umum rujukan kelas C yang terakreditasi di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung dan salah satu rumah sakit Provinsi Lampung di Kabupaten Pringsewu yang memiliki fasilitas pelayanan pemeriksaan TB dengan alat genexpert. RSUD Pringsewu ini merupakan rumah sakit rujukan pemeriksaan TB RO dari puskesmas dan rumah sakit lain yang belum memiliki TCM dengan genexpert di Kabupaten Pringsewu. Alat genexpert tersebut mulai dioperasikan di RSUD Pringsewu pada akhir    tahun 2017. Hasil survey yang dilakukan di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler dengan alat Genexpert terdapat kurang lebih 64 pasien TB setiap bulannya.

            Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui jumlah  dan persentase penderita tuberkulosis resisten obat (TB RO) berdasarkan hasil pemeriksaan genexpert di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019, mengetahui jumlah dan persentase Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Pringsewu tahun 2018-2019 dan mengetahui jumlah dan persentase Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan Usia di RSUD Pringsewu tahun 2018-2019

        Metode

         Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan variabel penelitian yaitu penderita tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan kelompok jenis kelamin dan usia yang diambil dari data di laboratorium di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019.

         Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien TB berjumlah 1285 orang yang melakukan pemeriksaan sputum dengan alat genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita TB RO dengan resisten rifampisin berjumlah 25 orang yang melakukan pemeriksaan dengan genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

       Data yang diambil merupakan data sekunder yang berasal dari hasil pemeriksaan laboratorium, pengumpulan data dilakukan dengan observasi.

       Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengambil data laboratorium hasil pemeriksaan Tes Cepat Molekuler dengan genexpert dan buku register laboratorium TB yaitu meliputi nomor register laboratorium, kode pasien, usia, jenis kelamin dan hasil pemeriksaan genexpert yaitu data penderita tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019.

        Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis univariat dengan menghitung presentase Penderita TB RO berdasarkan jenis kelamin dan usia di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

   Hasil

            Pengambilan data penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019 di RSUD Pringsewu, dengan keterbatasan kondisi covid-19. Digunakan data tahun 2018-2019 yang meliputi Penderita TB RO, jenis kelamin, dan usia.


 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan hasil pemeriksaan Genexpert di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019.


Tahun

Jumlah yang    diperiksa

        MTB Negatif

           MTB Positif

 

 

N

%

N

%

2018

519

364

70,13

155

29,87

2019

766

571

74,54

195

25,46

Total

1285

935

      72,76

350

27,24


 

      Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil pemeriksaan dengan alat genexpert dari 1285 orang yang diperiksa

MTB Positif

Sensitif Rifampisin

Resisten Rifampisin

N

%

N

%

     155

147

94,84

8

5,16

     195

178

91,28

17

8,72

  Total  :     350

325

92,86

25

7,14

 

     Berdasarkan tabel distribusi penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan hasil pemeriksaan genexpert di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019 didapatkan penderita yang

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Didapatkan hasil MTB Negatif sebanyak 935 orang (72,76%) dan MTB Positif 350 oang (27,23%).

 

Positif MTB dengan keadaan MTB sensitif  rifampisin sebanyak 325 orang (92,86%) dan  resisten rifampisin sebanyak 25 orang (7,14%). 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

Gambar 1 Grafik Hasil Pemeriksaan Genexpert di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019.


 

      Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa grafik hasil pemeriksaan genexpert di RSUD Pringsewu tahun 2018-2019 didapatkan hasil MTB Negatif sebanyak 935 orang dan MTB Positif 350 orang. Dimana penderita yang Positif MTB dengan keadaan MTB

 

 

 

 

sensitif rifampisin sebanyak 325 orang dan resisten rifampisin sebanyak 25 orang

2.    Jenis Kelamin

 

       Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) dengan pemeriksaan genexpert berdasarkan jenis kelamin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


 

   Tabel  2   Jumlah dan persentase Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan jenis  kelamin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.

Tahun

Jumlah Penderita TB RO

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

%

Jumlah

%

2018

8

5

62,50

3

37,50

2019

17

11

64,70

6

35,30

Total

25

16

64,00

9

36,00


      Tabel 2 di atas menunjukan jumlah dan persentase penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) di RSUD Pringsewu tahun 2018-2019 terdapat laki-laki sebanyak 16 orang (64%) dan perempuan sebanyak 9 orang (36%).

      Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) dengan pemeriksaan genexpert berdasarkan jenis kelamin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019 dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut: 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

           Gambar 2  Grafik penderita TB RO berdasarkan jenis kelamin di RSUD Pringsewu Tahun

                                       2018-2019.


       Berdasarkan gambar 2 diketahui penderita TB RO di RSUD Pringsewu berdasarkan jenis kelamin mengalami peningkatan dari tahun 2018-2019 jenis kelamin laki-laki meningkat dari 5 orang menjadi 11 orang, diikuti jenis kelamin perempuan meningkat dari 3 orang menjadi 6 orang.

2.    Usia

 

      Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) dengan pemeriksaan genexpert berdasarkan usia di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019 dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:


    Tabel  3 Jumlah dan persentase Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan   usia   di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019.


Tahun

2018

2019

Total

Jumlah Penderita TB RO

8

17

25

 

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

0-14

0

0

0

0

0

0

15-24

0

0

1

5,88

1

4,00

25-34

0

0

1

5,88

1

4,00

35-44

4

50,00

5

29,42

9

36,00

45-54

1

12,50

5

29,42

6

24,00

55-64

3

37,50

4

23,52

7

28,00

≥65

0

0

1

5,88

1

4,00


       Berdasarkan Tabel 3 bahwa penderita TB RO di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019 berdasarkan usia dengan persentase tertinggi pada usia  35-44 Tahun sebanyak 9 orang (36%) dan terendah pada usia 0-14 tahun yaitu tidak didapatkan penderita (0%).

 

 

 

 

 


       

 

 

 

 

 

 

 


       Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) dengan pemeriksaan genexpert berdasarkan Usia di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2018-2019 dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

 

 

 

 

:


Gambar 3 Grafik penderita TB RO berdasarkan usia di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019


    Berdasarkan gambar 3 bahwa penderita TB


RO di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019 berdasarkan usia dengan persentase tertinggi pada usia 35-44 tahun sebanyak 9 orang, kemudian diikuti kelompok usia 55-64 tahun sebanyak 7 orang, kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 6 orang, kelompok usia 15-24 tahun, 25-34 tahun dan ≥ 65 tahun sebanyak 1 orang, dan tidak didapatkan penderita TB RO pada usia 0-14 tahun.

 

Pembahasan

1.    Penderita TB RO

      Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Genexpert di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019 yang tercantum pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dari 1285 orang yang melakukan pemeriksaan sputum didapatkan hasil MTB Negatif sebanyak 935 orang (72,76%) dan MTB Positif 350 orang (27,24%). Dimana penderita yang Positif MTB dengan keadaan MTB sensitif rifampisin sebanyak 325 orang (92,86%) dan  resisten rifampisin sebanyak 25 orang (7,14%). Penderita terdeteksi resisten rifampisin tercatat sebagai penderita TB RO dan dimulai dengan pengobatan standar TB RO. Kemudian sampel dirujuk ke BBLK untuk dilanjutkan pemeriksaan biakan dan identifikasi kuman MTB. Selama proses biakan, penderita TB RO diobati sesuai standar pengobatan TB RO sampai didapatkan hasil pemeriksaan biakan negatif. Penderita dengan keadaan tidak terdeteksi resisten rifampisin

 

artinya kuman masih sensitif terhadap rifampisin. Penderita mulai atau melanjutkan pengobatan TB kategori 1 atau kategori 2 sesuai pengobatan sebelumnya. Pada penderita yang tidak terdeteksi MTB, lakukan penelusuran terhadap kemungkinan lain. Kemudian lanjutkan pengobatan apabila penderita dalam masa pengobatan sebelumnya.  Jika masih tetap dicurigai TB RO  maka dapat dilakukan pemeriksaan TCM ulang dengan sampel baru yang baik dan jumlah yang cukup untuk dilakukannya pemeriksaan.

            Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aristiani (2018) bahwa terjadinya TB RO terdapat hubungan yang signifikan dengan kepatuhan pasien minum obat, bahwa pasien TB dengan kepatuhan minum obat rendah memiliki 10,73 kali lebih besar untuk menjadi TB RO dibandingkan pasien dengan kepatuhan minum obat tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Janan (2019) bahwa kepatuhan minum obat, riwayat pengobatan TB sebelumnya dan kesesuaian dosis obat mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap peningkatan kejadian TB RO. Faktor-faktor lainnya yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap peningkatan kejadian TB RO adalah kontak dengan pasien TB, ketepatan diagnosa, DM, kondisi rumah, status pernikahan, status gizi, pendidikan dan pengetahuan.

            Hasil penelitian Tristiyana (2020) bahwa ada pengaruh pengetahuan, sikap, dan persepsi dalam mengonsumsi obat anti tuberculosis. Dari 48 responden yang diteliti, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 25 (52,08%) responden. Dari 25 responden tersebut, ada sebanyak 20 (80%) responden memiliki pengetahuan kurang dan tidak patuh minum obat dan sebanyak 5 (20%) responden memiliki pengetahuan kurang dan patuh minum obat. Pengetahuan mempunyai hubungan yang erat  dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya. Timbulnya minat dari diri seseorang dapat didorong oleh adanya pengetahuan yang baik yang mungkin saja diperoleh dari petugas kesehatan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin mempengaruhi ketaatan seseorang terhadap peraturan atau standar yang berlaku.  Pengetahuan yang baik lebih mendorong seseorang penderita untuk minum obat secara patuh, dan sebaliknya seseorang yang pengetahuannya kurang maka kecil kemungkinan untuk minum obat secara patuh. Sehingga pengetahuan yang kurang mempunyai peluang sebesar 4,233 kali untuk tidak patuh mengonsumsi obat anti tuberculosis, maka semakin  kurang  pengetahuan  semakin  banyak pasien yang tidak patuh mengonsumsi obat anti tuberculosis.

2.    Jenis Kelamin    

       Tabel 4.2 dan gambar 4.2 menunjukan jumlah penderita TB RO berdasarkan jenis kelamin bahwa laki-laki lebih banyak yaitu 16 orang (64%), sedangkan perempuan 9 orang (36%). Sejalan dengan penelitian Widiastuti (2017) dan Ayu (2019)  bahwa pasien tuberkulosis resisten obat pada jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan Aulia (2017) didapatkan jumlah penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan dikarenakan aktifitas yang lebih banyak diluar rumah diduga menjadi penyebab laki-laki lebih mudah tertular TB dan untuk memeriksakan diri juga lebih rendah dibandingkan perempuan. Perilaku hidup yang kurang sehat pada laki-laki seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang sehingga beresiko mudah tertular TB RO. Pada penelitian Aristiani (2018) terdapat hubungan kebiasaan merokok dengan pasien TB RO bahwa kebiasaan merokok memiliki resiko 7,63 kali lebih besar untuk menderita TB RO dibandingkan dengan pasien TB yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Selain itu dengan mengkonsumsi alkohol berisiko 9,05 kali lebih besar untuk menderita TB RO dibandingkan pasien TB yang tidak mengonsumsi alkohol.

3.    Usia

       Tabel 4.3 dan gambar 4.3 menunjukan jumlah penderita TB RO di RSUD Pringsewu Tahun 2018-2019 berdasarkan usia dengan persentase tertinggi pada usia  35-44 tahun sebanyak 9 orang (36%), kemudian diikuti kelompok usia 55-64 tahun sebanyak 7 orang (28%), kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 6 orang (24%), kelompok usia 15-24 tahun, 25-34 tahun dan ≥ 65 tahun sebanyak 1 orang (4%), dan tidak didapatkan penderita TB RO pada usia 0-14 tahun (0%). Pada penelitian ini data usia 0-14 tahun tidak didapatkan penderita TB RO disebabkan sulitnya mendapatkan sampel dahak yang purulen pada anak, mengingat untuk melakukan pemeriksaan menggunakan sampel dahak yang purulen.  Pada usia 35-44 tahun  menjadi total tertinggi penderita TB RO kemudian diikuti kelompok usia 55-64 tahun. Kelompok yang paling rentan tertular TB RO adalah kelompok usia dewasa yang juga merupakan kelompok usia produktif (Kemenkes, 2016).

       Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2017) menyebutkan bahwa rentang usia terbanyak pasien tuberkulosis resisten obat menurut kelompok usia berusia >45 tahun, kemudian 25-45 tahun dan ˂ 25 tahun, karena pada usia tersebut merupakan usia produktif yang rentan terhadap penularan tuberculosis di mana lebih banyak berinteraksi dengan orang lain dan mempunyai mobilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan terjadi penularan kepada orang lain dan lingkungan sekitar. Sejalan dengan penelitian oleh Ayu (2019) bahwa berdasarkan kelompok usia kasus tuberkulosis resisten obat mayoritas pada usia produktif yaitu usia dewasa (25-64 tahun) sebanyak 78,2%, kemudian diikuti usia remaja (12-24 tahun) sebanyak 18,7%, dan usia lanjut (≥ 65 tahun) sebanyak 3,1%.

     Simpulan dari penelitian ini yaitu Penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) berdasarkan hasil pemeriksaan genexpert di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu tahun 2018-2019 dari 1285 orang yang melakukan pemeriksaan sputum didapatkan hasil MTB Negatif sebanyak 935 orang (72,76%) dan MTB Positif 350 orang (27,24%). Dimana penderita yang Positif MTB dengan keadaan MTB sensitif rifampisin sebanyak 325 orang (92,86%) dan  resisten rifampisin sebanyak 25  orang (7,14%), Jumlah Penderita Tuberkulosis  Resisten Obat (TB RO) berdasarkan jenis kelamin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu tahun 2018-2019 yaitu terdapat jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (64%) dan perempuan sebanyak 9 orang (36%), dan Jumlah penderita Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) di RSUD Pringsewu  Kabupaten Pringsewu tahun 2018-2019 berdasarkan persentase tertinggi pada usia  35-44 tahun sebanyak 9 orang (36%), kemudian diikuti kelompok usia 55-64 tahun sebanyak 7 orang (28%), kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 6 orang (24%), kelompok usia 15-24 tahun, 25-34 tahun dan ≥ 65 tahun sebanyak 1 orang (4%), dan tidak didapatkan penderita TB RO pada usia 0-14 tahun (0%).

Daftar Pustaka

1.    Aulia, Tusy Triwahyuni, Hidayat, 2017, Korelasi Antara Hasil Pemeriksaan Sputum BTA Dengan Hasil Pemeriksaan Genexpert Pada Pasien TB MDR Di RSUD dr. H Abdoel Moeloek periode tahun 2015-2016, Lampung: FK Universitas Malahayati.

2.    Aristiani, Cynthia D, Wartono Magdalena, 2017, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Multi Drug Resistence Tuberculosis (MDR-TB), Jurnal Biomedika Dan Kesehatan Volume 1, Nomor 1.

3.    Ayu, Mayang Sari, 2019, Analisis Pelayanan Terapeutik Pada Pasien Tuberkulosis Resisten Obat Di Kota Medan, Jurnal Jumantik Vol. 4, No. 2.

4.    Azwar Gusti A, Noviana D, Hendriyono F.X, 2017, Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Multidrug-Resistant  Tuberculosis (MDR-TB) di RSUD Ulil Banjarmasin, Berkala Kedokteran Volume 13, Nomor 1.

5.    Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu, 2017,  Rencana Strategis Dinas Kesehatan Pringsewu Tahun 2017-2022, Pringsewu.

6.    Janan Miftakhul, 2019, Faktor-Faktor Risiko yang berhubungan dengan Peningkatan Prevalensi Kejadian TB MDR di Kabupaten Brebes Tahun 2011-2017, Berkala Kedokteran Volume 13, Nomor 1..

7.    Kementerian Kesehatan RI, 2015, Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh, Infodatin.

8.    Kementerian Kesehatan RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis.

9.    Kementerian Kesehatan RI, 2017, Pemeriksaan Tuberkulosis

Menggunakan Tes Cepat Molekuler, Jakarta: Petunjuk Teknis.

10.              Kementerian Kesehatan RI, 2018, Profil Kesehatan Indonesia 2017, Jakarta: Pusdatin.

11.                                 Kementerian Kesehatan RI, 2019, Profil Kesehatan Indonesia 2018, Jakarta: Pusdatin.

12.              Kementerian kesehatan RI, 2019, Manajemen Terpadu Pengendalian                         Tb Resistan Obat(MTPTRO),Tuberkulosis Indonesia. Tersedia at: https :// www.tbindonesia.or.id /page /view /22/ tb-mdr [Diakses Desember 2, 2019].

13.                                 Sembiring, dr. Samuel, 2019. Indonesia Bebas Tuberkulosis, Jawa Barat: CV. Jejak

14.              Tristiyana, Poppy Indah, Simanjoranga Asyiah, Asriwati, 2020, Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Penderita Tuberkulosis Paru Dalam Mengonsumsi Obat Anti Tuberkulosis, Jurnal Kedokteran STM, Volume 3, Nomor. 1.

15.              Widiastuti, Erma N, Subronto Yanri, Promono Dibyo, 2017, Determinan kejadian multi-drug resistent tuberculosis di rumah sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, Berita Kedokteran Masyarakat Volume 33, Nomor 7.

16.    World Health Organization, 2018, Global Tuberculosis Report 2018. Tersedia at: https://apps.who.int/iris/handle/10665/2744533 [Diakses September 27, 2019].

 


 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer