PENGARUH PEMBERIAN KONSUMSI JUS KACANG HIJAU DAN JUS JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN HAEMOGLOBIN
PENGARUH PEMBERIAN KONSUMSI JUS KACANG HIJAU DAN JUS JAMBU
MERAH TERHADAP PENINGKATAN HAEMOGLOBIN PADA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa Hb
yang beredar tidak dapat memenuhi funginya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh. Penurunan Hb dapat menyebabkan keadaan lesu, cepat lelah, palpitasi,
takikardi, sesak nafas, angina pectoris (Bakta, 2014). Prevalens anemia diperkirakan 9 persen di Negara –
Negara maju, sedangkan di Negara berkembang prevalensinya 43 persen. Anak-anak
dan wanita usia subur (WUS) adalah kelompok yang paling beresiko, dengan
perkiraan prevalensi anemia pada balita sebesar 47 persen, pada wanita hamil sebesar
42 persen, dan pada wanita yang tidak hamil usia 15-49 tahun sebesar 30 persen.
World Health Organization (WHO)
menargetkan penurunan prevalensi anemia pada WUS sebesar 50 persen pada tahun
2025. (WHO, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia dunia
berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar
26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI,
2013).WHO telah menetapkan
batas kadar Hb normal berdasarkan umur dan jenis kelamin, anak 6 bulan sampai 6
tahun batas nilai Hb 11,0 gr, anak 6 tahun sampai 14 tahun batas nilai Hb 12,0
gr, pria dewasa batas nilai Hb 13,0 gr, ibu hamil batas nilai Hb 11,0 gr,
wanita dewasa batas nilai Hb 12,0 gr (WHO dalam Arisman, 2010).
Anemia pada
remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik gangguan perilaku
serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
sel otak sehingga dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan
lapar. Konsentrasi belajar terganggu prestasi belajar menurun serta
mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah (Notoadmodjo, 2015).
Hemoglobin (Hb) adalah protein pembawa
oksigen di dalam sel darah merah, yang memberi warna merah pada sel darah merah
(Proverawati, 2011). Kadar Hb ialah ukuran pigmen respiratorik dalam
butiran-butiran darah merah, jumlah Hb dalam darah normal adalah kira-kira 15
gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen.Anemia
adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
dan eritrosit lebih rendah dari
normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah 14 -18 gr% dan
erittrosit 4,5 - 5,5 jt/mm3. Sedangkan pada wanita, hemoglobin normal adalah 12
– 16 gr% dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm3. Pada umumnya, anemia lebih sering
terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria. Yang sangat
disayangkan adalah kebanyakan penderita tidak tahu atau tidak menyadari. Bahkan
ketika tahu pun masih menganggap anemia sebagai masalah sepele (Aryani, 2012).
Data Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita
sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri
usia 10-18 tahun sebesar 42,1% dan usia 19- 45 tahun sebesar 39,5%. Wanita
mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada ibu hamil (SKRT,
2012). Menurut Data Riskesdas (2018) Prevalensi anemia di Indonesia yaitu sebesar
23,7%. Sedangkan prevalensi anemia di Indonesia berdasarkan karakteristik umur,
yaitu umur 5-14 tahun sebesar 26,8%, umur 15-24 tahun sebesar 32,0%, umur 25-34
tahun sebesar 15,1%, dan umur 35-44 tahun sebesar 16,7% (Riskesdas, 2018).
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan
menderita anemia. Di Indonesia, prevalensi anemia masih cukup tinggi. Hal ini
pernah ditunjukkan Depkes (2005) di mana penderita anemia pada remaja putri
berjumlah 26,50%, wanita usia subur (WUS) 26,9%; ibu hail 40,1%, dan anak
balita 47,0%. Tidak jauh berbeda tentang pernyataan WHO Regional Office SEASERO yang menyatakan bahwa 25-40 % remaja putri
menjadi penderita anemia defisiensi zat besi tingkat ringan sampai berat di
Asia Tenggara (Kusin, 2002). Berdasarkan survey Kesehatan Rumah Tangga (1995),
prevalansi anemia remaja putri di Indonesia adalah 57,1% (Aryani, 2012).
Menurut Notoadmodjo (2015) Remaja merupakan salah satu
kelompok rentan gizi. Dikarenakan pada masa ini adalah masa yang pertumbuhan
yang sangat pesat. Wanita usia subur cenderung menderita anemia dikarenakan
wanita mengalami menstruasi setiap bulan, dan ini akan diperberat jika asupan
zat besi dari makanan sehari-hari rendah. Wanita usia subur yang mengalami
anemia gizi besi akan mudah sakit karena daya tahan tubuh yang rendah sehingga
produktivitas kerja rendah. (Permenkes, 2014).
Menurut Proverawati (2011), Penyebab anemia yaitu penghancuran
sel darah merah yang berlebihan, kehilangan darah, penurunan
produksi sel darah merah. Penderita anemia merasalesu, lemah, letih, lunglai,
sering mengeluh pusing dan mata berkunang – kunang terutama saat berdiri atau
bangun dari duduk. (Arisman,2010).
Remaja putri harus diperhatikan kebutuhan zat besinya,
karena kebutuhan zat besi akan terus meningkat dengan datangnya menarche (Rangen, 1997, dalam Aryani,
2012). Kehilangan zat besi yang dibutuhkan wanita berjumlah sama yaitu sekitar
0,8 mg perhari. Namun, wanita dewasa mengalami kehilangan tambahan akibat menstruasi dan hal ini menaikkan
kebutuhan rata – rata setiap harinya sehingga zat besi yang harus diserap
adalah 1,4 mg per hari, jumlah memenuhi 90% kebutuhan pada wanita yang sedang
menstruasi, untuk memenuhi kebutuhan yang 10% lagi diperlukan absorpsi harian
paling sedikit 2,4 mg zat besi guna mengimbangi kehilangan yang sangat tinggi
pada saat menstruasi (Gibney, 2009 dalam Sulistiyawati, 2015).
Menurut Aryani (2012) Upaya pencegahan anemia yaitu
banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging,
ikan, ayam, hati, dan telur), dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau
tua, kacang – kacangan, dan tempe), banyak makan – makanan sumber vitamin C
yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi seperti jambu, jeruk,
tomat, dan nanas, minum 1 tablet penambah darah setiap hari saat mengalami
haid. Tablet tambah darah merupakan tablet yang diberikan pada wanita usia
subur sebanyak 1 kali seminggu dalam upaya pencegahan anemia. (Permenkes,
2014).
Menurut
pemberian Susanti (2019) Pemberian konsumsi makanan yang banyak mengandung zat
besi itu sangat penting untuk meningkatkan kadar Hb seperti telur, susu, hati,
ikan, daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran
berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun ubi jalar) dan buah buahan (jeruk,
jambu biji dan pisang).ada suatu cara lain yang dapat meningkatkan hemoglobin
di dalam tubuh yakni dengan pemberian nutrisi dengan melengkapi asupan mikro
nutrien penting yakni zat besi (NCCN 2010). Tetapi permasalahannya adalah besi
yang berasal dari bahan makanan nabati memiliki tingkat penyerapan yang rendah
sehingga upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan diiringi
mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C (Islamiyah 2006) dalam Huda
(2016).
Meningkatkan hemoglobin di dalam
tubuh yakni dengan pemberian nutrisi dengan melengkapi asupan mikro nutrien
penting yakni zat besi (NCCN 2010). Tetapi permasalahannya adalah besi yang
berasal dari bahan makanan nabati memiliki tingkat penyerapan yang rendah
sehingga upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan diiringi
mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C (Islamiyah 2006) dalam Huda, 2016.
Hal
ini juga sejalan dengan pendapat Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (2018),
yang menyatakan bahwa konsumsi buah kacang hijau dan jambu biji sebanyak 250
ml/hari sebagai sumber zat besi dan sumber vitamin C dapat membantu
meningkatakan zat besi serta penyerapan zat besi,akan tetapi jika asupan
vitamin C rendah,dapat memberikan implikasi terhadap kadar hemoglobin remaja.
Salah satu
makanan yang dapat mencegah defisiensi zat besi yaitu kacang hijau, Kacang
hijau merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung zat-zat yang
diperlukan untuk pembentukkan sel darah sehingga dapat mengatasi efek penurunan
Hb. Kacang hijau dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah
anemia karena kandungan fitokimia dalam kacang hijau sangat lengkap sehingga
dapat membantu proses hematopoiesis. Kacang hijau juga memiliki kandungan
vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium
banyak terdapat pada kacang hijau (Astawan, 2009).
Kacang
hijau (Vigna Radiata) sudah sangat
popular bagi kita. Kacang hijau masuk suku polong – polongan dan mengandung
banyak sekali manfaat dalam kehidupan manusia, baik untuk dikonsumsi
sehari–hari yang diolah dalam berbagai bentuk makanan dan minuman, maupun untuk
kesehatan.Kacang hijau mudah ditemukan di Indonesia karena termasuk salah satu
tumbuhan khas tropis (Akbar,2015) dalam Farida (2017).
Menurut
Sulistyowati (2015) Zat besi farmakologis dapat digantikan dengan bahan alami
salah satunya berasal dari jambu biji merah yang mengandung zat besi dan kaya
akan vitamin C. Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya
dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan
dan minuman. Jambu biji sebagai bahan makanan mengandung nutrisi yang lengkap
dan di setiap 100 gram jambu biji mengandung besi 1,10 mg, lemak 0,30 gram,
Vitamin C 87,00 mg , protein 0, 90 mg dan kalsium 14,00 gram dan memenuhi
standar gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh untuk
kesehatan. (Cahyono, 2010).
Salah satu buah yang dapat
meningkatkan kadar hemoglobin adalah buah jambu biji, kandungan zat kimia dalam
jambu biji adalah asam amino (tripofan, lisin), kalsium, fosfor, besi,
belerang, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C, kandungan mineral yang ada di
dalam buah jambu biji dapat mengatasi penderita anemia (kekurangan darah merah)
karena di dalam buah jambu biji merah mengandung juga zat mineral yang dapat
memperlancar proses pembentukan hemoglobin sel darah merah. Kandungan mineral seperti
magnesium, tembaga dan mangan. Mangan digunakan oleh tubuh sebagai faktor rekan
untuk enzim antioksidan, suproksida dismutase. Tembaga dibutuhkan dalam
produksi sel darah merah. (Lestari, 2018).
Berdasarkan
hasil
penelitian pengaruh
pemberian jus jambu biji merah
(psidium guajava.l)
terhadap kadar hemoglobin
dan ferritin
serum penderita anemia remaja
putri dimana
hasil penelitiannya yaitupemberian jus jambu
biji merah
dapat
meningkatkan
kadar
hemoglobin dan
ferritin serum penderitaanemia remaja putri.
Dianjurkan
setiap hari
mengkonsumsi
makanan
yang tinggi zat
besi dengan
jus
jambu biji
merah
secara teratur (Pagdya,
2017).
Angka
kejadian anemia di Lampung pada tahun
2013 mencapai 57,1%. Anemia pada remaja putri masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena prevalensinya lebih dari 15%. Angka kejadian anemia
didapatkan anemia pada balita umur 0-5 tahun sebesar 40,5%, usia sekolah
sebesar 26,5%, Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 39,5%, pada ibu hamil sebesar
43,5% (Dinkes Lampung, 2015).
Menurut hasil Riskesdas
(2013) Secara keseluruhan prevalensi pada remaja di provinsi Lampung
terjadi 10,9% berada di bawah prevalensi nasional (13,6%). Dapat dilihat
terdapat 5 kabupaten dengan angka prevalensi di atas angka prevalensi provinsi
yakni kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Kota Metro,
Lampung Utara. Terdapat 3 Kabupaten/kota yang memiliki prevalensi yang lebih
tinggi dari prevalensi nasional yakni Lampung Selatan 21,9%, Lampung Utara
21,8% dan kota metro 15,1%
.
Remaja sebaiknya mengkonsumsi makanan
yang seimbang dengan kebutuhan yang disesuaikan oleh umur. Remaja harus juga
memperhatikan frekuensi makan dan jumlah porsi makanan dari jenis karbohidrat,
protein hewani, protein nabati, buah – buahan khususnya yang banyak mengandung
zat besi. Tetapi hal ini kemungkinan tidak terjadi di pesantren atau pondok,
sehingga menjadi salah satu faktor penyebab anemia di pondok pesantren. Hal ini
dikarenakan pemenuhana gizi remaja putri yang ada di dalam asrama sudah
disesuaikan dengan aturan yang berlaku di pondok pesantren, tanpa terkecuali
termasuk menu makanan yang dikonsumsi oleh remaja putri(Ginting, 2016).
Menurut
Notoadmodjo (2015) upaya untuk membina kesehatan gizi remaja dapat dilakukan
melalui sekolah (UKS), karena kelompok ini pada umumnya berada di bangku
sekolah menengah pertama maupun umum (SLTP atau SMU).
Berdasarkan
hasil wawancara kepada pengurus asramadi Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah
Sukadamai, didapatkan bahwa pola makan sehari-hari siswi berupa sayur-sayuran
seperti kangkung, pare, bayem, dan sayur-sayuran hijau lainnya. Dengan
karbohidrat telur, dan terkadang ayam, daging yang belum tentu ada dalam
sebulan sekali. Keluhan yang sering dialami oleh siswi dalam 1 tahun terakhir
yaitu siswi sering mengeluh lelah, letih, lesu, dan pusing. Pola istirahat
siswi asrama dengan jadwal tidur pukul 22.00 WIB, pukul 03.00 WIB seluruh siswi
dibangunkan untuk sholat tahajud, dan dilanjutkan dengan jadwal mengaji. Pola
PHBS siswi pondok bersih-bersih asrama setiap hari, dan bersih-bersih akbar
setiap minggu.
Berdasarkan
hasil prasurvey yang dilakukandi Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, Dari 13 remaja yang dilakukan survey
kadar haemoglobin di dapatkan 2 siswi dengan Hb normal yaitu
(12,0gr%),(12,5gr%) Dan didapati 2 sisiwi dengan kadar hb 11gr/% yaitu
(11,5gr%),(11,3gr%). Kemudian
didapati kadar hb siswi dengan kadar hb 10gr% yaitu (
10gr%),(10,1gr%),(10,5gr%),(10,3gr%),(10,1gr%). Terdapat 3 sisiwi12 dengan
Kadar hb 9gr% yaitu (9gr%), (9gr%),(9,5gr%), dan terdapat 1 siswi dengan kadar
hb (8,4gr%) Maka d simpulkan beberapa siswi dengan haemoglobin tidak normal.
Berdasarkan
data diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pemberian
konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu
biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di Yayasan
Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2020.
1.2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu “pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap
peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia diYayasan Pondok Pesantren
Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.”
1.3.
Tujuan
Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahui pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus
jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di
Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2020
1.3.2. Tujuan Khusus
1.
Diketahui rata-rata
Hb remaja pada kelompok ekprimen (jus
kacang hijau dan jus jambu biji + Fe ) pada remaja putri dengan anemia di
Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2020.
2.
Diketahui rata-rata Hb remaja
pada kelompok kontrol (Fe) pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok
Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2020.
3.
Diketahui pengaruh
pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan
kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah
Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.
1.4.
Manfaat
Penelitian
1.4.1.
Manfaat
Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi para petugas kesehatan guna
meningkatkan mutu pelayanan pada remaja
putri untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
1.4.2.
Manfaat
Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dan masukan dalam mengetahui Untuk Mengetahui rata-rata kadar Hbsebelumdiberikan jus kacang hijau dan
jus jambu biji pada remaja putri
dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.
1.5.
Ruang
Lingkup Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan
pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukandengan menggunakan lembar
observasi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian true eksperimen atau eksperimen semu dengan two group pretest-postest With
Control dimana peneliti melakukan observasi pertama (pretes). Subjek pada penelitian ini
adalah remaja putri di Yayasan Pondok Pesantren AL-Ishlah, Penelitian dilakukan
di Lampung selatan.
Penelitian telah di lakukan
pada
bulan Februari - Juli tahun 2020.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1 Anemia Pada Remaja
2.1.1
Definisi
Anemia
didefinisikan sebagai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah sesuai batas
yang direkomendasikan (WHO, 2007). Anemia secara fungsional didefinisikan
sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red
cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan dengan
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) (Bakta, 2014).
2.1.2
Klasifikasi
Rujukan cut-off anemia balita 6-59 bulan adalah
kadar hemoglobin dibawah 11,0 g/dl. Anak usia sekolah 5-12 tahun dianggap
anemia bila kadar hemoglobinnya < 11,5 g/dl. Sementara itu, laki-laki
berusia > 15 tahun dianggap mengalami anemia bila kadar hemoglobin < 13
g/dl dan wanita usia > 15 tahun tidak
hamil mengalami anemia bila kadar hemoglobin < 12 g/dl. Wanita hamil
dianggap anemia jika hemoglobin < 11 gr/dl (WHO, 2011).
2.1.3
Penyebab
Anemia
Anemia
gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat
gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang
berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem didalam molekul hemoglobin,
vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke
dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi membran sel darah merah
(Almatsier, 2011). Penyebab lainnya kurangnya asupan zat besi adalah karena
pola konsumsi masyarakat Indonesia yang masih didominasi sayuran sebagai sumber
zat besi (non heme iron). Sedangkan daging dan protein hewani lain (ayam dan
ikan) yang diketahui sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron), jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat di pedesaan
sehingga hal ini menyebabkan rendahnya penggunaan dan penyerapan zat besi
(Sediaoetama, 2003).
Menurut Proverawati
(2011) Anemia dapat di sebabkan oleh yaitu :
a.
Penghancuran Sel
Darah Merah Yang Berlebihan
Sel-sel darah
normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui darah ke seluruh
tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang belum matur (muda) dapat juga
disereksi ke dalam darah. Sel darah yang usianya muda biasanya gampang
pecah/lisis sehingga terjadi anemia. Penghancuran sel darah yang berlebihan
dapat disebabkan oleh :
1)
Masalah dengan
sumsum tulang seperti tulang sepert limfoma,leukemia,atau multiple myeloma.
2)
Masalah dengan
sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan kerusakan sel – sel darah merah.
3)
Kemoterapi
4)
Penyakit kronis :
AIDS
b.
Kehilangan Darah
Kehilangan darah dapat disebabkan oleh:
1)
Perdarahan:
mensturasi,persalinan.
2)
Penyakit: malaria.
3)
Penyakit kronis
seperti kanker,kolitus ulserativa,atau rheumatoid arthritis.
4)
Kehilangan darah
(misalnya, dari periode mensturasi berat atau boroklambung).
c.
Penurunan Produksi
Sel Darah Merah
Jumlah sel darah yang direproduksi dapat menurun ketika terjadi kerusakan
pada daerah sumsum tulang, atau bahan dasar produksi tidak tersedia.Penurunan
produksi sel darah dapat terjadi akibat :
1)
Obat-obatan/racun
(obat penekan sumsum tulang: kortikosteroid).
2)
Diet yang
rendah,vegetarian ketat.
3)
Gagal ginjal
4)
Genetik beberapa
bentuk anemia,seperti talasemia
1.
Kehamilan. (Proverawati, 2011)
Menurut Poltekkes Depkes Jakarta (2012) Remaja putri mudah terserang
anemia karena :
1. Pada umumnya masyarakat Indonesia
( termasuk remaja putri ) lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang
kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga
kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
2. Remaja putri biasanya ingin tampil
langsing sehingga, membatasi asupan makanannya.
3. Setiap hari manusia kehilangan zat
besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui feses.
4. Remaja putri mengalami haid setiap
bulam, dimana kehilangan zat besi +- 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat
besi lebih banyak dari pria.(Poltekekes Depkes, 2012)
Secara umum ada tiga
penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu:
1. Kehilangan darah secara
kronis, sebagai dampak pendarahan kronis
2. Asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan
tidak adekuat
3. Peningkatan kebutuhan akan zat besi
untuk pembentukan sel darah merah (Arisman, 2007).
2.1.4
Dampak
Anemia pada Remaja
Priyanto
(2018) menyebutkan bahwa dampak anemia pada remaja putri dalam jangka pendekadalah
1.
menurunkan konsentrasi belajar,
2.
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan,
3.
menurunkan kemampuan fisik dan aktivitas
kerja,
4.
dan memberikan dampak negatif bagi
sistem saluran pencernaan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, dan imunitas.
Dampak
anemia jangka panjang bagi remaja putri adalah
1.
meningkatnya risiko melahirkan bayi
dalam kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau prematur, dan pendarahan
sebelum dan saat melahirkan.
2.
Dampak anemia jangka panjang lainnya
yaitu berisiko terjadinya abortus dan cacatbawaan.
Kebutuhan remaja
putri terhadap asupan zat besi lebih banyak dibandingkan dengan kelompok
lainnya karena zat besi tersebut berguna dalam proses regenerasi zat besi yang
telah terbuang bersama darah menstruasi dan juga untuk mendukung proses
pertumbuhan serta pematangan secara seksual. Status gizi remaja putri merupakan
kunci keberhasilan kelangsungan hidup mereka dan anak-anak yang dilahirkan pada
masa depan karena keadaan kesehatan, gizi, dan mental berpengaruh terhadap
keadaan kehamilan (Priyanto, 2018).
Komplikasi
dari anemia gizi besi beragam antara lain gagal jantung kongestif hal ini
dikarenakan otot jantung kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri
dengan beban kerja jantung yang meningkat, konfusi kanker, penyakit ginjal,
gondok, gangguan pembentukan heme (pigmen pembentukan warna merah pada darah
yang mengandung zat besi), kelainan jantung rematoid, meningitis, gangguan
sistem kekebalan tubuh dan sebagainya (Rahmawati, 2011).
2.1.5
Penanganan
2.1.5.1 Terapi
Farmakologi
Menurut
Bakta (2014) Setelah diagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi terhadap anemia
defisiensi besi dapat berupa:
1.
Terapi kausal: tergantung penyebabnya,
misalnya: pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia.
Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia kambuh kembali.
2.
Pemberian preparat besi untuk mengaganti
kekurangan besi dalam tubuh:
a.
Besi per oral: merupakan obat pilihan
pertama karena efektif, murah, dan aman,. Preparat yang tersedia, yaitu:
1)
Ferrous
sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah
dan efektif). Dosis: 3 x 200 mg.
2)
Ferrous
gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succiente,
harga lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek samping hampir sama.
Preparat besi oral sebaiknya diberikan
saat lambung kosong.tetapi efek samping lebih banyak dibandingkan dengan pemberian
setelah makan. Efek samping dapat berupa mual, muntah, serta konstipasi.
Pengobatan diberikan sebanyak 6 bulan setelah kadar hemoglobin normal untuk
mengisi cadangan besi tubuh. Kalau tidak, anemia sering kambuh kembali.
b.
Besi parenteral
Efek samping lebih berbahaya, serta
harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu:
a)
mintoleransi oral berat;
b)
Kepatuhan obat berkurang;
c)
Kolitis ulserativa;
d) Perlu
peningkatan Hb secara cepat ( misal preoprasi, hamil trisemester akhir).
Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb
sekarang) x BB x 3
Preparat yang tersedia: iron dextran complex, iron sorbitol citric acid complax. Dapat
diberikan secara intramuskuler dalam atau intravena pelan. Efek samping: reaksi
anafilaksis, flebitas, sakit kepala,
flushbing, mual, muntah, nyeri perut, dan sinkop. Dosis besi parenteral:
harus dihitung dengan tepat karena besi berlebihan akan membahayakan pasien.
Besarnya dosis dapat dihitung dari rumus dibawah ini:
3.
Pengobatan lain
1)
Diet: sebaiknya diberikan makanan
bergizi dengan tinggi protein terutama berasal dari protein hewani
2)
Vitamin c: vitamin c diberikan 3 x 100
mg per hari untuk meningkatkan absorpsi
besi
3)
Transfusi darah: anemia kekurangan besi
jarang memerlukan transfusi darah, indikasi pemberian transfusi darah pada
anemia kekurangan besi adalah:
(1) Adanya
penyakit jantung anermik dengan ancaman payah jantung
(2) Anemia
yang sangat simtomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing yang sangat
mencolok
(3) Penderita
memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat, seperti pada kehamilan
trisemester akhir atau preoprasi.
Jenis darah yang
doberikan adalah PRC (packed red cell)
untuk mengurangi bahaya overload.
Sebagai premedikasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemid intravena.
4.
Pengobatan
Pengobatan harus ditujukan pada penyebab anemia, dan
mungkin termasuk :
a.
Transfuse
darah.
b.
Kortikosteroid
atau obat –obatan lainnya yang menekan system kekebalan tubuh.
c.
Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat sel – sel
darah.
d.
Suplemen
zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineralnya.
Menurut Poltekkes Depkes Jakarta (2012) upaya – upaya untuk mencegah
anemia antara lain sebagai berikut :
1.
Makan
– makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, dan telur); dan daari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau
tua, kacang – kacangan, dan tempe).
2.
Banyak
makan – makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan
zat besi, misalnya : jambu, jeruk, tomat, dan nanas.
3.
Minum
1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid.
4.
Bila
merasakan adanya tanda dan gejala anemia, sesegara konsultasi ke dokter untuk
dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.
2.1.5.2 Terapi
Non Farmakologi
Upaya
mencegah anemia dan peningkatan kadar hemoglobin menurut Aryani (2012) ialah:
1.
Konsumsi makanan mengandung besi
a.
Hewani :
1)
Daging
2)
Ayam
3)
Hati
4)
Telur
b.
Nabati
1)
Sayuran berwarna hijau tua
2)
Kacang –kacangan (Kacang hijau, kacang
merah , kacang kedelai)
3)
Tempe
2.
Konsumsi makanan sumber vitamin C
1)
Jambu
2)
Jeruk
3)
Tomat
4)
Nanas
5)
Madu
3.
Minum 1 tablet FE setiap hari
(Aryani,2012).
Upaya
pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamil yaitu terfokus pada
pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil. Menurut Permenkes No 88
Tahun 2012 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu
hamil, bahwa untuk melindungi wanita usia subur dan ibu hamil dari kekurangan
gizi dan mencegah terjadinya anemia gizi besi maka perlu mengonsumsi tablet
tambah darah (Kemenkes RI, 2013).
Sumber
makanan kaya zat besi dan asam folat umumnya terdapat pada sumber protein
hewani seperti hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum
sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat di Indonesia. Pemberian tablet
tambah darah sebagai salah satu upaya penting dalam pencegahan dan
penanggulangan anemia yang merupakan cara yang efektif karena dapat mencegah
dan menanggulangi anemia akibat kekurangan zat besi dan atau asam folat. Tablet
tambah darah merupakan tablet yang diberikan kepada wanita usia subur dan ibu
hamil. Bagi wanita usia subur diberikan sebanyak 1 (satu) kali seminggu dan 1
(satu) kali sehari selama haid dan untuk ibu hamil diberikan setiap hari selama
masa kehamilannya atau minimal 90 (sembilan puluh) tablet (Permenkes, 2014).
sehingga masih belum semua laboratorium memilikinya (Bakta, 2014).
2.1.6
Upaya
Peningkatan Kadar haemoglobin
1.
Zat Besi
Zat besi (Fe) merupakan
mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam
hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam sintesa haemoglobin (Hb)
(Arisman, 2010). Seorang ibu yang dalam masa kehamilannya telah menderita
kekurangan zat besi tidak dapat memberi cadangan zat besi kepada bayinya dalam
jumlah yang cukup untuk beberapa bulan pertama. Meskipun bayi itu mendapat air
susu dari ibunya, tetapi susu bukanlah bahan makanan yang banyak mengandung zat
besi karena itu diperlukan zat besi untuk mencegah anak menderita anemia
(Proverawati, 2011).
Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat menimbulkan gejala-gejala seperti mual, nyeri didaerah lambung, kadang
terjadi diare dan sulit buang air besar, pusing bau logam (Bakta,
2014). Selain itu setelah
mengkonsumsi tablet tersebut, tinja akan berwarna hitam, namun hal ini tidak
membahayakan. Frekuensi efek samping tablet zat besi ini tergantung pada dosis
zat besi dalam pil, bukan pada bentuk campurannya. Semakin tinggi dosis yang
diberikan maka kemungkinan efek samping semakin besar.
2.
Sumber
Zat Besi
Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari hem
dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya antara 5-10%
tetapi penyerapannya hanya5%. Makanan hewani seperti daging, ikan dan ayam
merupakan sumber utama zat besi hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan
Hb. Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti sayur-sayuran,
biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan (Proverawati,
2011).
Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat
besi. Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat besi yaitu
balita, anak sekolah, wanita usia subur dan ibu hamil. Pemberian suplemen
tablet zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhan akan zat besi
yang sangat besar, sedangkan asupan dari makan saja tidak dapat mencukupi
kebutuhan tersebut. Makanan yang banyak mengandung zatbesi antara lain daging,
terutama hati dan jeroan, apricot, prem kering, telur, polong kering, kacang
tanah dan sayuran berdaun hijau (Arisman, 2010).
3.
Sumber Makanan yang Mengandung Zat Besi
Zat besi yang
berasal dari hewani
yaitu; daging, ayam,
ikan, telur.Zat besi yang
berasal dari nabati
yaitu;kacang-kacangan, sayuran hijau, dan pisang
ambon.Keanekaragaman konsumsi makanan
berperan penting dalam membantu meningkatkan
penyerapan Fe didalam
tubuh. Kehadiran protein hewani,
viTrimesterin C, Vitamin A, Asam folat, zat
gizi mikro lain
dapat meningkatkan penyerapan
zat besi dalam tubuh.
Manfaat lain dari
mengkonsumsi makanan sumber zat
besi adalah terpenuhinya
kecukupan vitamin A, karena
makanan sumber zat
besi biasanya juga
merupakan sumber vitamin A (Arisman, 2010).
Penyerapan besi dipengaruhi
oleh banyak faktor.
Protein hewani dan vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam
kalsium, magnesium dapat
mengikat Fe sehingga
mengurangi jumlah serapan. Karena itu sebaiknya tablet Fe ditelan bersamaan dengan makanan
yang dapat memperbanyak
jumlah serapan, sementara makanan
yang mengikat Fe sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan
dalam waktu bersamaan.
Disamping itu, penting pula diingat, tambahan besi sebaiknya
diperoleh dari makanan (Proverawati, 2011).
2.2 Hemoglobin
2.2.1
Pengertian
Hemoglobin adalah protein pembawa
oksigen di dalam sel darah merah, yang memberi warna merah pada sel darah
merah. Hb memiliki peran penting dalam mengantar oksigen ke seluruh bagian
tubuh untuk konsumsi dan membawa kembali karbon dioksida kembali ke paru menghembuskan
nafas keluar dari tubuh. Jika kadar hemoglobin terlalu rendah, prosese ini
terganggu, sehingga tubuh memiliki tingkat oksigen yang rendah (Proverawati,
2011).
Kandungan Hb yang rendah dengan
demikian mengindekasikan anemia, bergantung pada metode yang digunakan, nilai
Hb menjadi akurat sampai 2-3%. Gejala anemia berupa lemah, kurang nafsu makan,
kurang energi, konsenstrasi menurun, sakit kepala, mudah trinfeksi penyakit,
mata kunang-kunang, selain itu kelopak mata,bibir, dan kuku tampak pucat.
Penanggulangan ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi
serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari (Bakta, 2014).
Kadar Hb ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran
darah merah, jumlah Hb dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100
ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen, batas normal nilai Hb
untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara
setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar Hb normal berdasarkan umur dan jenis kelamin
(WHO dalam Arisman, 2010).
Haemoglobin mengikat 2 proton untuk setiap
kehilangan 4 molekul oksigen dan dengan demikian turut memberikan Perbedaan
yang berarti pada kemampuan pendaparan darah. Dalam paru, proses tersebut
berlangsung terbalik yaitu seiring oksigen berikatan dengan haemoglobin yang
berada dalam keadaan tanpa oksigen (deoksigenasi), proton dilepas dan bergabung
dengan bikarbonat sehingga terbentuk asam karbonat, dengan bantuan enzim
karbonik anhidrase, asam karbonat membentuk gas CO2 yang kemudian
dihembuskan keluar (Bakta, 2014).
Tabel 2.1
Batas Kadar Hemoglobin
Kelompok Umur |
Batas Kadar Hemoglobin (gr/dl) |
Anak
6 bulan-6 tahun |
11,0 |
Anak
6 tahun-14 tahun |
12,0 |
Pria
dewasa |
13,0 |
Ibu
hamil |
11,0 |
Wanita
dewasa |
12,0 |
Sumber : WHO dalam
Arisman 2010
2.2.2
Pemeriksaan Kadar Haemoglobin
Di antara metode yang paling sering digunakan di
laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih
adalah metode sianmethaemoglobin. Pada metode Sahli, Hb dihidrolisis dengan HCl menjadi globin
ferroheme. Ferrohemeoleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi
ferrihemeyang segera bereaksi dengan ion CI membentuk ferrihemechloridyang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna
coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya
dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbedaan, warna standar dibuat
konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin
dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan
warna standar. Disamping faktor mata, faktor lain misalnya ketajaman,
penyinaran dan sebagainya dapat memperbedaani hasil pembacaan (Laksmi, 2008).
Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang
belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli
ini masih memadai dan bila pemeriksanya telah terlatih hasilnya dapat
diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah metode sianmethaemoglobin. Pada
metode ini haemoglobin dioksidasi oleh kalium
ferrosianidamenjadi methaemoglobin yang
kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN2-) membentuk sianmethaemoglobinyang berwarna merah. Intensitas warna dibaca
dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan
alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun fotometer saat ini masih
cukup mahal, sehingga masih belum semua laboratorium memilikinya (Bakta, 2014).
2.2.3
Siklus Besi dalam Tubuh
Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang
tertutup yang diatur oleh besarnya besi yang diserap usus, sedangkan kehilangan
besi fisiologik bersifat tetap. Besi yang diserap usus setiap hari berkisar
antara 1-2 mg, ekskresi besi terjadi dalam jumlah yang sama melalui eksfoliasi
epitel. Besi dari usus dalam bentuk transferin akan bergabung dengan besi yang
dimobiliéasi dari makrofag dalam sumsum tulang sebesar 22 mg untuk dapat
memenuhi kebutuhan eritropoesis sebanyak 24 mg per hari. Eritrosit yang
terbentuk secara efektif yang akan beredar melalui sirkulasi memerlukan besi 17
mg, sedangkan besi sebesar 7 mg akan dikembalikan ke makrofag karena terjadinya
eritropoesis inefektif (hemolisis intramedular). Besi yang terdapat pada
eritrosit yang beredar, setelah mengalami proses penuaan juga akan dikembalikan
pada makrofag sumsum tulang sebesar 17 mg sehingga dapat dilihat suatu
lingkaran tertutup (closed circuit)
yang sangat eflsien, seperti yang dilukiskan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1
Skeman Sikluas
Pertukaran Besi dalam Tubuh
Sumber : Bakta
(2014)
2.3 Remaja
2.3.1
Definisi
Remaja
yang dalam bahasa aslinya disebut adolenscence, berasal dari bahasa
Latin adolenscence yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan
(Sarwono, 2013). Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa, serta sebagai titik awal proses reproduksi,
sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Varney, 2006). Masa remaja adalah masa
transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Batasan
usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun, sedangkan menurut Depkes RI
batasan usia remaja adalah antara 10 sampai 19 dan belum kawin.
World Health Organization (WHO)
mendefinisikan remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2013). Individu akan mengalami perkembangan
psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi
peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.
Berdasarkan beberapa pengertian remajayang telah dikemukakan
para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang
sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan
ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan
sosial.
2.3.2 Batasan Usia Remaja
Terdapat
batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan
perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku
dewasa. Tahapan pengelompokan usia remaja dapat dibagi menjadi tiga (Sarwono (2013), yaitu:
1.
Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja
mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang
sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat
ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan
pola kekanak-kanakannya. Selain itu, pada masa ini remaja sering merasa sunyi,
ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa. Menurut WHO Remaja awal adalah usia 11-13 tahun.
2.
Remaja Pertengahan (15-18
Tahun)
Kepribadian remaja pada masa
ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu
kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai
menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis
dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal ini
rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja
menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah
laku yang dilakukannya. Selain itu, pada masa ini remaja menemukan diri sendiri
atau jati dirinya. Sedangkan menurut WHO remaja pertengahan adalah usia 14-18
tahun.
3.
Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah
mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola
hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah
hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian
tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
2.3.3
Ciri – ciri Remaja
Menurut Hurlock (2009) usia remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu yang dibedakan menjadi 8 periode, yaitu
1.
Masa
periode penting
Pada
periode remaja ini adalah periode yang sangat penting baik langsung maupun
jangka panjang karena perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan
cepatnya perkembangan mental terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan
itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap,
nilai, dan minat baru.
2.
Masa
periode peralihan
Setiap
periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan
peran yang harus dilaksanakan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak
dan juga bukan seorang dewasa. Di lain pihak status remaja yang tidak jelas ini
juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya
hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling
sesuai dengan dirinya.
3.
Masa
periode perubahan
Pada
masa periode perubahan ada 4 perubahan yang sama dan hampir bersifat universal.
Pertama, meningginya emosi yang interaksinya bergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat, dan peran
yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan menimbulkan masalah baru.
Ketiga, berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah.
Keempat, sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap perubaha. Mereka
menginginkan dan menuntut kebebasan tapi mereka sering takut bertanggung jawab
atas akibatnya dan merugikan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung
jawab ini.
4.
Masa
periode bermasalah
Pada
periode ini ada 2 alasan bagi masalah itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak,
masalah kanak-kanak sebagian terselesaikan oleh orangtua dan guru, sehingga
kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena
para remaja merasa dirinya mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya
sendiri dan menolak bantuan orang lain.
5.
Masa
mencari identitas
Pada
tahun-tahun aawal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap
penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan
identitas diri dan tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam
segala hal seperti sebelumnya. Tetapi status remaja yang mendua dalam
kebudayaan Amerika saat ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan krisis
identitas atau masalah identitas ego pada remaja.
6.
Masa
usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan streotip budaya bahwa remaja adalah
anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya atau cenderung merusak,
menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda,
takut bertanggung jawab, dan bersikap untuk simpatik terhadap perilaku remaja
yang normal.
7.
Masa
yang tidak realistic
Remaja
cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang dia inginkan
dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang
tidak realistik ini tidak hanya bagi keluarganya dan teman-temannya menyebabkan
emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja.
8.
Masa
ambang menuju dewasa
Semakin
mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk
meninggalkan stereotip belasan tahun
dan memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
2.3.4
Perkembangan Fisik pada
Remaja
Masa remaja
merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada
masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis.
Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang
pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula orang
dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah dengan menunjukkan gejala primer
dan sekunder dalam pertumbuhan remaja. Diantara perubahan-perubahan fisik tersebut
dibedakan menjadi dua yaitu:
1.
Ciri-ciri seks primer
Ciri-ciri seks primer pada
remaja adalah pada remaja laki-laki sudah bias melakukan fungsi reproduksi bila
telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki
usia antara 10-15 tahun, dan pada remaja perempuan bila sudah mengalami menarche
(menstruasi). Menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat
kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak
mengandung darah.
2.
Ciri-ciri seks sekunder
Tanda-tanda fisik sekunder
merupakan tanda-tanda badaniah yang membedakan pria dan wanita. Pada wanita biasnyaa
ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi dan anggota
badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus, dan lurus
berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap
tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, haid, dan tumbuh bulu- bulu ketiak.
Pada laki-laki bisa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu
kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, bulu
kemaluan menjadi keriting, tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis,
jenggot), tumbuh bulu ketiak, rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap,
tumbuh bulu di dada.
Tabel.
2.2
Kebutuhan
Gizi pada Remaja
Kelompok
Umur |
BB (kg) |
TB (cm) |
Energi (kkal) |
Protein (g) |
Vit.A (RE) |
Vit.D (µg) |
Vit.E (mg) |
Tiamin (mg) |
Riboflavin (mg) |
Niasin (mg) |
Asam
Folat (µg) |
Piridoksin (mg) |
Vit.B12 (µg) |
Vit.C (mg) |
Kalsium (mg) |
Besi (mg) |
Zinc (mg) |
Laki-laki |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10-12
th |
35 |
138 |
2050 |
50 |
600 |
5 |
11 |
1 |
1 |
12 |
300 |
1,3 |
1,8 |
50 |
1000 |
13 |
14 |
13-15
th |
46 |
150 |
2400 |
60 |
600 |
5 |
15 |
1,2 |
1,2 |
14 |
400 |
1,3 |
2,4 |
75 |
1000 |
19 |
17,4 |
16-18
th |
55 |
160 |
2600 |
65 |
600 |
5 |
15 |
1,3 |
1,3 |
16 |
400 |
1,3 |
2,4 |
90 |
1000 |
15 |
17 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Wanita |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10-12
th |
37 |
2050 |
2050 |
50 |
600 |
5 |
11 |
1 |
1 |
12 |
300 |
1,2 |
1,8 |
50 |
1000 |
20 |
12,6 |
13-15
th |
48 |
2400 |
2350 |
57 |
600 |
5 |
15 |
1,1 |
1 |
13 |
400 |
1,2 |
2,4 |
65 |
1000 |
26 |
15,4 |
16-18
th |
50 |
2600 |
2200 |
50 |
600 |
5 |
15 |
1,1 |
1 |
14 |
400 |
1,2 |
2,4 |
75 |
1000 |
26 |
14 |
Sumber : Aryani,
(2012)
2.4 Kacang Hijau
Kacang hijau dikenal
dengan beberapa nama, seperti “mungo”,”mungbean”,”green bean” dan “mung”. Di indonesia, kacang hijau juga memiliki
beberapa nama daerah, seperti artak (Madura),
kacang wills (Bali), buwe (Flores), tibowang cadi (Makassar). Buah kacang hijau merupakan polong bulat
memanjang antara 6-15 cm. Di dalam setiap buah terdapat 5-10 biji kacang hijau.
Biji tersebut ada yang mengkilap dan ada pula yang kusam, tergantung jenisnya.
Biji
kacang hijau berbentuk bulat atau lonjong, umumnya berwarna hijau, tetapi ada
juga yang berwarna kuning, coklat, atau berbintik-bintik hitam. Dua jenis
kacang hijau paling terkenal adalah golden
gram dan green gram. Golden gram merupakan kacang hijau yang
berwarna keemasan, dalam bahasa botaniya disebut Phaseoulus aureus. Sedangkan yang berwarna hijau atau green gram disebut Phaseolus radiatus.
Biji
kacang hijau terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%) dan sisanya adalah
lembaga (2%). Kotiledon banyak
mengandung pati dan serat, sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan
lemak. Dalam perdagangan kacang hijau di Indonesia hanya dikenal dua macam mutu
yaitu kacang hijau biji besar dan biji kecil. Kacang hijau biji besar digunakan
untuk bubur dan tepung, sedangkan yang berbiji kecil digunakan untuk pembuatan
tauge.
2.4.1
Kandungan
Gizi
Komposisi kimia kacang
hijau sangat beragam, tergantung varietas, faktor genetik, iklim, maupun
lingkungan. Karbohidrat merupakan komponen terbesar (lebih dari 55%) biji
kacang hijau, yeng terdiri dari pati, gula, dan serat. Pati pada kacang hijau
memiliki daya cerna yang sangat tinggi yaitu 99,8% sehingga sangat baik
dijadikan bahan makanan bayi dan anak balita yang sistem pencernaannya belum
sempurna orang dewasa.
Berdasarkan jumlahnya, protein merupakan penyusun utama kedua
setelah karbohidrat. Kacang hijau mengandung 20-25% protein. Protein pada
kacang hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%. Daya cerna yang tidak
terlalu tinggi tersebut disebabkan oleh adanya zat antigizi, seperti
antitripsin dan tanin (polifenol). Untuk meningkatkan daya cerna protein
tersebut, kacang hijau harus diolah terlebih dahulu melaluli proses pemasakan
seperti perebusan, pengukusan, dang sangrai. Protein kacang hijau kaya asam
amino leusin, arginin, isoleusin, valin, dan lisin, meskipun proteinnya
dibatasi oleh asam amino bersulfur seperti metionin dan sistein. Namun,
dibandingkan jenis kacang lainnya,
Tabel.2.3
Komposisi Gizi
Kacang Hijau dan Tauge Kacang Hijau
Zat Gizi |
Biji Kacang Hijau |
Tauge Kacang Hijau |
Energi
(kkal) |
345 |
23 |
Protein
(g) |
22,2 |
2,9 |
Lemak
(g) |
1,2 |
0,2 |
Karbohidrat
(g) |
62,9 |
4,1 |
Kalsium
(mg) |
125 |
29 |
Fosfor
(mg) |
320 |
69 |
Besi
(mg) |
6,7 |
0,8 |
Vitamin
A (SI) |
157 |
10 |
Vitamin
B1 (mg) |
0,64 |
0,07 |
Vitamin
C(mg) |
6 |
15 |
Sumber
: Direktorat Gizi, Depkes RI (1992)
Tabel. 2.4
Komposisi Kimia
Berbagai Produk Olahan Kacang Hijau
Komponen (per 100 g bahan) |
Tepung |
Pati |
Protein Isolat |
MI |
Kue Kering |
Air
(g) |
6,23 |
7,31 |
6,80 |
10,50 |
3,02 |
Protein
(g) |
20,15 |
0,19 |
70,85 |
0,18 |
9,02 |
Lemak
(g) |
0,80 |
0,01 |
1,01 |
1,01 |
25,9 |
Abu
(g) |
2,07 |
0,34 |
3,93 |
0,33 |
2,08 |
Serat
kasar (g) |
1,04 |
0,28 |
0,32 |
0,27 |
1,04 |
Karbohidrat
(g) |
69,71 |
91,87 |
17,09 |
88,71 |
58,94 |
Energi
(kkal) |
367 |
368 |
361 |
356 |
505 |
Sumber : Prabhavat (1986)
Kandungan metion dan
sistein pada kacang hijau lebih tinggi. Kesimbangan asam amino pada kacang
hijau mirip dan sebanding dengan kedelai.
Kandungan lemak galam
kacang hijau relatif sedikit (11-1,2%). Keadaan ini menguntungkan sebab dengan
kandungan lemak yang rendah, kacang hijau dapat disimpan lebih lama
dibandingkan kcang-kacangan lainnya. Lemak kacang hijau sebagian besar tersusun
atas asam lemak tidak jenuh oleat
(20,8%),linolet (16,3%) dan linolenat (37,5%). Linolenat dan
linolenat merupakan asam lemak esensial yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan
dan perkembangan bayi dan anak.
Kacang hijau juga
mengandung vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium,
dan laium banyak terdapat pada kacang hijau. Kalsium banyak terdapat pada
bagian kulit biji, diikuti bagian lembaga dan paling sedikit pada bagian
kotiledon. Sebaliknya, fosfor banyak terdapat pada bagian lembaga. Zat besi
paling banyak terdapat pada bagian embrio dan kulit biji. Vitamin yang paling
banyak terkandung pada kacang hijau adalah thiamin (B), riboflavin (B2), dan niasin
(B3).
Kacang
hijau juga merupakan sumber serat pangan (dietary
fiber). Kadar serat dalam kacang hijau mempunyai peranan yang sangat
penting untuk mencegah terjadinya sembelit (susah buang air besar) sera
berbagai penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan.
2.4.2
Pemanfaatan
Kacang Hijau
a.
Kecambah kacang hijau
b.
Tepung kecambah kacang hijau
c.
Tepung kacang hijau
d.
Makanan tradisional
e.
Pati kacang hijau (tepung hunkwe)
f.
Protein isolat
g.
Makanan bayi
h.
Sari kacang hijau
Kacang hijau dapat di jadikan
beberapa macam olahan. Olahan kacak hijau seperti bubur kacang hijai, sari
kacang hijau, sari kacang hijau merupakan minuman yang padat gizi dan
berkhasiat untuk kesehatan. (Astawan,2009).
2.4.3 Cara Penyajian
Cara penyajian minuman
kacang hijau menururt Amalia (2016)
100gram kacang
hijau di tambah 2 sendok makan gula
pasir500 cc air.Kacang Hijau dicuci bersih , Rendam kacang hijau dengan air
hingga pecah kirakira 1jam, Setelah itu rebus 500 cc air hingga mendidih, lalu
masukkan rendaman kacang hijau, Tunggu sampai lunak, lalu masukkan gula pasir.
Aduk sampai gula larut, lalu matikan apinya. Tunggu sampai dingin, Setelah itu
bisa disajikan diminum 1 kali sehari yaitu pagi hari dan siang hari
(Amalia,2016).
2.5
Jambu biji
2.5.1
Pengertian
Ada bermacam – macam jenis jambu
biji. Tiga di antaranya yang paling terkenal adalah jambu Bangkok, jambu apel,
jambu merah, jambu sukun, dan jambu sari. Jambu biji sangat baik bagi kesehatan
karena mengandung vitamin C yang lebih banyak dibandingkan buah – buahan
lainnya. sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan. Jambu biji juga
mengandung serat yang tinggi sehingga baik bagi pencernaan. Selain itu, jambu
biji mengandung pectin yang tinggi sehingga berkhasiat mengikat kolestrol dan
asam empedu dalam usus sekaligus membantu mengeluarkannya.
2.5.2 Cara pembuatan
Jus jambu biji dapat dibuat dengan cara berikut ini.
Menurut Hadimarta (2015) pembuatan jus jambu biji sebagai terapi
peningkatan kadar haemoglobin.Tahap awal dilakukan dengan pengumpulan bahan
baku jambu biji merah. Kemudian buah jambu biji merah dikupas, dipotong dan dipisahkan dengan biji buahnya. Jus jambu
biji merah dibuat dengan mengambil sari dari daging buah tanpa biji yang bersih
dan segar, kemudian dimasukkan dalam blender tanpa penambahan air atau bahan
apapun lainnya. Pemberian Perlakuan Jus
Jambu Biji Merah Setiap responden kelompok perlakuan diberikan diberikan 100 gram jambu merah yang diolah
menjadi jus selama 7hari.
2.5.3
Manfaat, Kegunaan, dan Kandungan Gizi Jambu Biji
Jambu biji memiliki beberapa
kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah
menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman (juice, selai atau jam, kembang gula, nectar, chutney, setup dan lain sebagainya). Selain itu buah jambu juga
bermanfaat untuk pengobatan (terapi) bermacam – macam penyakit, seperti
memperlancar pencernaan, menurunkan kolestrol, antioksidan, menghilangkan rasa
lelah dan lesu, demam berdarah, dan sariawan.
Jambu biji sebagai bahan makanan
mengandung nutrisi yang lengkap dan memenuhi standar gizi untuk memenuhi
kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh untuk kesehatan. Jambu biji merupakan
sumber vitamin C yang tinggi dibandingkan dengan buah lainnya. Seperti kita
ketahui vitamin C sangat baik untuk antioksidan. Kandungan nuttrisi atau
kompisisi kimia jambu biji secara lengkap
(Cahyono,2010).
Table 2.5
Kandungan nutrisi dalam buah jambu
biji setiap 100 gram bahan yang dapat dimakan.
No |
Jumlah zat gizi |
Banyaknya kandungan gizi |
1. |
Energi |
49,00 kal |
2. |
Protein |
0, 90 gram |
3. |
Lemak |
0, 30 gram |
4. |
Karbohidrat |
12,20 gram |
5. |
Kalsium |
14,00 gram |
6. |
Fosfor |
28,00 mg |
7. |
Serat |
5,60 gram |
8. |
Besi |
1,10 mg |
9. |
Vitamin A |
4,00 RE |
10. |
Vitamin B1 (thiamin) |
0,05 mg |
11. |
Vitamin B2 (riboflavin) |
0,04 mg |
12. |
Vitamin C |
87,00 mg |
13. |
Vitamin B3 (niasin) |
1.10 gram |
Sumber : Emma S. Wirakusumah, 1994
Serat yang terkandung dalam buah jambu biji juga cukup tinggi. Serat
tersebut baik untuk memperlancar pencernaan dan kesehatan saluran pencernaan.
Jambu biji selain mengandung zat – zat gizi (nutrisi) tersebut di atas, juga
mengandung prektin dan tanin. Prektin yang terkandung dalam jambu biji berguna
untuk bahan pembuat “gel” atau “jeli”. Pektin juga bermanfaat obat untuk
menurunkan kolesterol dalam darah. Pectin dapat mengikat kolesterol dan asam
empedu dalam usus dan membantu pengeluarannya. Sementara itu, tanin di dalam
tubuh berfungsi memperlancar sistem pencernaan dan sirkulasinya
dalam darah dapat menyerang virus. Tanin adalah suatu senayawa nongizi, senyawa
tersebut (tanin) menimbulkan rasa sepat dalam buah, terutama buah yang masih
muda (mentah)(Cahyono,2010).
2.6 Cara Pemberian jus kacang hijau dan
jambu biji
1.
Kacang Hijau dicuci bersih,
2.
Rendam kacang hijau dengan
air hingga pecah ± 1 jam.
3.
Setelah itu rebus 500 cc air
hingga mendidih
4.
rendaman 100gram kacang
hijau, Tunggu sampai lunak, lalu masukkan gula pasir.
5.
Aduk sampai gula larut, lalu
matikan apinya.
6.
Tunggu sampai dingin,
7.
Hitung total pemberian jus jambu
8.
Tahap awal dilakukan dengan pengumpulan
bahan baku jambu biji merah.
9.
Kemudian buah jambu biji merah dikupas,
dipotong dan dipisahkan dengan biji
buahnya.
10.
Jus jambu biji merah dibuat dengan
mengambil sari dari daging buah tanpa biji yang bersih dan segar, kemudian
dimasukkan dalam blender tanpa penambahan air atau bahan apapun lainnya.
11.
Pemberian Perlakuan Jus Jambu Biji Merah
12.
Setiap responden diberikan 100gram
13.
Setelah itu bisa disajikan
250 ml selama 7 hari.
(Amalia 2016, Rusdi (2018) dan Purwaningrum
(2018).
2.7 Perbedaan Kacang Hijau dan jambu
Biji terhadap Peningkatan Haemoglobin
Salah satu jenis
kacang-kacangan yang mengandung zat besi tinggi adalah kacang hijau. (vigna radiata). Kacang hijau sangat
bermanfaat bagi kesehatan ibu hamil dan menyusui, juga untuk menunjang masa
pertumbuhan anak. Kandungan zat besi dalam kacang hijau paling banyak terdapat
pada embrio dan kulit bijinya (Astawan, 2009) dengan jumlah kandungan zat besi
pada kacang hijau sebanyak 6,7 mg per 100 gram kacang hijau dan salah satu
bentuk penyajian kacang hijau yang paling efektif adalah dengan sari kacang
hijau, yaitu air dan ampasnya disaring dan dipisahkan sehingga minuman tersebut
padat gizi.
Heltty (2008)
menunjukkan bahwa pemberian jus kacang hijau dapat meningkatkan kadar
hemoglobin dan sel darah pada pasien kanker dengan kemoterapi. Mengkonsumsi dua
cangkir kacang hijau dalam setiap hari berarti telah mengkonsumsi 50% kebutuhan
besi dalam setiap hari yaitu 18 mg dan dapat meningkatkan kadar hemoglobin
selama 2 minggu.
Kacang hijau
mengandung zat besi sebanyak 2,25 mg
dalam setiap setengah cangkir kacang hijau. Kacang hijau juga mengandung fitat
sebesar 2,19%. Fitat dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga dianjurkan
untuk merendam kacang hijau sebelum mengolahnya. Pengolahan kacang hijau
melalui perendaman sebelumnya bertujuan untuk memudahkan penyerapan zat besi
yang diperlukan untuk maturasi selsel darah. Biji kacang hijau yang telah
direbus atau diolah dan kemudian dikonsumsi mempunyai daya cerna yang tinggi
dan rendah daya flatulensinya.
Hemaglutinin dapat menggumpalkan sel darah merah dan bersifat toksik.
Toksisitas
hemaglutinin dapat dihancurkan melalui proses
pemanasan pada suhu 100ºC. Asam fitat dapat membentuk kompleks dengan Fe atau
unsur-unsur mineral, terutama Zn, Mg, dan Ca menjadi bentuk yang tidak larut dan
sulit diserap tubuh sehingga mengurangi ketersediannya dalam tubuh karena
menjadi sangat sulit dicerna. Proses fermentasi dapat meningkatkan ketersediaan
unsur besi bagi tubuh. Hal ini penting untuk mencegah anemia gizi besi (Astawan
2009).
Kacang
hijau sebagai salah satu bahan yang digunakan diketahui mengandung asam folat,
vitamin B1, riboflavin, vitamin B6,
asam pantothenat, niasin, potassium,
fosfor, mangan, selenium, dan zat besi. Kandungan vitamin B1 di dalam
kacang hijau mampu mengubah karbohidrat menjadi energi. Zat besi yang
terkandung di dalam kacang hijau juga berperan dalam mengurangi efek kemoterapi
yaitu anemia (Heltty 2008).
Zat
ini mampu membantu proses hemopoesis dimana zat besi diangkut oleh darahmenuju
sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah merah tubuh. Penyerapan zat besi
yang terkandung di dalam kacang hijau tidak seutuhnyadapat diserap secara
maksimal oleh tubuh. Hal ini perlu dibantu dengan vitamin Cyang bermanfaat
dalam penyerapan zat besi. Kandungan vitamin C tinggi terkandungdi dalam jambu
biji. Vitamin C diketahui dapat membantu meningkatkan penyerapan besi dengan
mereduksi besi dalam bahan pangan dari bentuk ferri menjadi ferrodalam usus
halus sehingga lebih mudah diabsorsbsi. Selain itu vitamin C juga dapat menghambat
pembentukan hemosiderin yang sulit dimobilisasi oleh zat besi. Selainitu dengan
adanya vitamin C, absorbsi besi dalam k dalam keadaan non heme dapat meningkat
empat kali lipat dalam tubuh (Almatsier 2001). Penelitian ini telah membuktikan
bahwa campuran kedua jus mampu bekerja secara maksimal dan terjadi peningkatan
Hb pada pasien. Islamiyah (2006) juga membuktikan bahwa campuran 75% jus kacang
hijau dengan 25% jus jambu biji terbukti meningkatkan kadar Hb secara
signifikan.
Setiap bulan
wanita akan mengalami menstruasi, pada saat menstruasi akan mengalami
kehilangan banyak darah dan hilangnya zat besi secara bersamaan pada saat darah
keluar sehingga tubuh tidak bisamenjaga keseimbangan zat besi dan wanita lebih
cenderung mengalami anemia saat menstruasi. Untuk mengatasi anemia solusi yang tepat yaitu mengkonsumsi jus jambu
biji yang setiap 100 gram mengandung 0,26 mg zat besi (Padya, 2013). Wanita
yang sedang menstruasi membutuhkan zat besi 1,4 mg/ hari (Gibney,2009). Untuk
memenuhi kebutuhan zat besi saat menstruasi dapat membuat jus jambu biji dengan
400 gram jambu biji yang diminum sekali setiap hari selama 3 hari pertama
mesntruasi dimana darah keluar banyak.
Buah jambu biji merah mengandung
senyawa yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah, antara lain : zat
besi, vitamin C, vitamin A, tembaga dan fosfor. Zat besi merupakan mineral yang
diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi dalam
tubuh bisa membuat seseorang mengalami penurunan system kekebalan tubuh dan
sering merasa lesu. Hal ini juga merupakan salah satu penyebab anemia. Zat besi
dengan vitamin C membentuk askorbat besi kompleks yang larut dan mudah diserap
oleh organ – organ pada tubuh manusia. Pengubahan zat besi non-heme dalam
membentuk senyawa etabolis Ferri menjadi Ferro akan semakin besar bila pH di
dalam lambung semakin asam. Vitamin C dapat menambah keasaman sehingga membantu
meningkatkan penyerapan zat besi sebanyak 30% (Sianturi, 2012). Selain penting
untuk kesehatan mata, vitamin A juga penting untuk jumlah sel darah merah.
Vitamin Amembantu dalam memobilisasi zat besi untuk dimasukkan kedala
hemoglobin untuk mengangkut oksigen (Suharno D, 1993 dalam Sianturi, 2012).
Mineral, tembaga dan fosfor berperan dalam memelihara kesehatan dan fungsi sel
darah merah. Tembaga membantu dalam metabolisme zat besi sedangkan fosfor
membantu hemoglobin dala pengiriman oksigen ke jaringan tubuh (Turnlund JR,
2006 dalam Sianturi, 2012).
2.8
Kerangka
teori
Kerangka teori dalam penelitian ini sebagai berikut :
Gambar 2.2
Kerangka Teori Dampak
anemia pada remaja putri dalam jangka pendek : 1.
menurunkan konsentrasi belajar,
2.
mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan, 3.
menurunkan kemampuan fisik dan
aktivitas kerja, 4.
dan memberikan dampak negatif
bagi sistem saluran pencernaan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, dan
imunitas. Dampak
anemia jangka panjang bagi remaja putri : 1.
meningkatnya risiko melahirkan
bayi dalam kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau prematur, dan
pendarahan sebelum dan saat melahirkan. 2.
Dampak anemia jangka panjang
lainnya yaitu berisiko terjadinya abortus dan cacat bawaan.
Sumber : Bakta
(2014), Aryanti (2012), dan Priyanto (2018)
2.9
Kerangka
Konsep
Berdasarkan
kerangka teori yang telah disebutkan bahwa banyak faktor yang berhubungan
dengan peningkatan kadar Haemoglobin.
Dikarenakan keterbatasan waktu penelitian serta dari reponden, maka penulis
membatasi penelitian ini dengan meneliti yaitu : Kacang hijau dan Penignkatan kadar
haemoglobin.
Gambar 2.3
Kerangka Konsep
Pre Kelompok Kontol Post
Pre Kelompok Eksperimen Post
2.10
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
Ada pengaruh pemberian
konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada
remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian yang dapat diartikan sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat
positifisme digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1
Waktu
Penelitian
Waktu
penelitian
telah dilaksanakan dari
bulan Februari - Juli2020
3.2.2
Tempat
Penelitian
Tempat
penelitian telah
di laksanakan di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.
3.3
Rancangan
Penelitian
Rancangan
penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian true eksperimen dengan two
group pretest-postest With Control dimana peneliti
melakukan observasi pertama (pretes)
kemudian peneliti menguji perubahan perubahan yang terjadi setelah adanya
perlakuan, dalam desain ini tidak ada kelompok kontrol (pembanding) (Riyanto,
2017).
Rancangan tersebut digambarkan
sebagai berikut :
Kelompok :
01-----------X1---------02
01-----------X2---------02
Keterangan
01 : kadar Hb
X1 : pemberian tablet Fe 1 kali
dalam seminggu dan perlakuan berupa pemberian minuman kacang hijau & jus jambu merah
X2 : pemberian tablet Fe 1 kali dalam
seminggu
02 : kadar Hb
3.4
Populasi
dan Sampel
3.4.1
Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh
siswi putridi Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020 kelas I,II,III berjumlah 77 siswi.
3.4.2
Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2016).Menurut Gay dan Diehl dalam Hendryadi
(2012) apabila penelitian eksperimental sampel minimum adalah 15-20 subyek per grup. Pada penelitian ini, setelah dilakukan pemeriksaan kadar
haemoglobin didapatkan sampel 40 remaja
dengan pembagian, sebagai barikut:
20 orang sebagai
kelompok eksperimen
20 orang sebagai
kelompok kontrol
Dimana 20 remaja
yang akan dilakukan perlakuan pemberian kacang hijau dan jus jambu
biji sebagai kelompok eksperimen dan 20 remaja tanpa perlakuan
sebagai kelompok kontrol.
3.4.3
Teknik
Sampling
Teknik sampling
yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana sampel yang akan diambil
sesuia dengan kriteria yang diinginkan
(Sugiyono, 2016). Kriteria-kriteria yang mendukung atau sesuai dengan
penelitian.
Kriteria Inklusi:
1.
Remaja putri di Yayasan Pondok Pesantren
Al-Ishlah
2.
Bersedia menjadi responden
3.
Kadar HB < 12 g/dL
4.
Tidak
mengkonsumsi jus jambu dan kacang hijau
Kriteria
eksklusi :
1. Sedang
menstruasi
2.
Tidak memiliki penyakit kelainan darah
(leukimia)
3.5 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1.
Variabel bebas (independen) yaitu : kacang hijau dan jambu biji merah
2.
Variabel terikat (dependen) yaitukadar
Hb.
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Definisi
Operasional Variabel
Variabel |
Definisi
Operasional |
Alat
Ukur |
Cara
Ukur |
Hasil
Ukur |
Skala
Ukur |
Terikat
Kadar Hb |
Kadar Hb
ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah
merahbatas normal, nilai Hb untuk remaja adalah 12 gr/dl |
Hb Digital (Easy touch) |
Melakukan pengukuran kadar Hb sebelum dan sesudah
intervensi |
9,0 – 12,8 gr/dl |
Ratio |
Bebas Jus
Kacang Hijau |
Jus kacang hijau 250 ml diminum 1 kali
sehari yaitu pada sore hari selama 7 hari |
Gelas Ukur |
Observasi
|
- |
- |
Jus Jambu biji |
Jus Jambu biji yang diberikan sebagai terapi
kadar haemoglobin dengan. Pemberian Perlakuan Jus Jambu Biji Merah Setiap
responden diberikan 100% jus jambu biji merah dengan volume 3 ml/kg BB
dikonsumsi sebanyak 1 kali / hari selama 7 hari. |
Gelas Ukur |
Observasi
|
- |
- |
3.7
Pengumpulan
Data
Pada
penelitian ini teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan lembar
observasi yaitu dilakukan dengan
pengukuran dari responden untuk mengetahui peningkatan kadar haemoglobin.
1.
Pre
test
a.
Dilakukan pengukuran kadar haemoglobin yang sudah di siapkan oleh
peneliti kepada responden untuk mengetahui kadar haemoglobin kepada kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada
hari pertama.
b.
Penulisan hasil ukur kadar heamoglobin
yang telah dilakukan pengecekkan sebelum intervensi dan mengisi karakteristik
di lembar Observasi yang telah dibuat oleh peneliti.
2.
Perlakuan
a.
Konsumsi tablet Fe 1 kali dalam seminggu
untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Fe di berikan pada hari pertama
intervensi pada kelompok intervensi dan kontrol.
b.
Konsumsi jus jambu merah dengantakaran 100 gram jambu biji ditambahkan dengan
takaran 100 gram kacang hijau dan di campur dengan air sehingga menjadi 250 ml
yang d minum 1kali sehari.
c.
Konsumsi minuman kacang hijau dan jus
jambu merah dilakukan selama 7 hari berturu-turut untuk kelompok intervensi.
d.
Didokumentasikan dengan mengisi lembar
observasi.
e.
Pengisian lembar observasi di bantu oleh
pengurus asrama yang 1x24 bersama santri untuk memantau konsumsi minuman kacang
hijau dan jus jambu merah sesuai dengan jadwal pemberian, takaran dan SOP.
3.
Post
test
a.
Pengambilan data dilakukan setelah
dilakukannya pemberian minuman kacang hijau dan jus jambu merah di Yayasan
Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
b.
Dilakukan pengukuran kadar haemoglobin ulang setelah pemberian
intervensi (selama 7 hari) pada hari ke 10 responden kelompok intervensi.
c.
Dilakukan pengukuran kadar haemoglobin ulang setelah pemberian pada
hari ke 10 responden
kelompok kontrol.
d.
Dilakukan dengan pengukuran heamoglobin dan pengisian lembar
observasi yang sudah disiapkan oleh peneliti kepada responden untuk mengetahui
perubahan kadar heamoglobin kelompok
intervensi setelah perlakukan dan kelompok kontrol.
3.8
Pengolahan
Data
Setelah
lembar observasi diisi, dilakukan pengolahan data dengan sistem komputer
melalui tahap-tahap sebagai berikut.
3.8.1
Editing
Tahapan
ini dilakukan untuk meneliti kelengkapan hasil observasi yang telah dilakukan
(Arikunto, 2010). Setelah lembar observasi di isi, kemudian diperiksa apakah
semua telah terisi secara jelas.
3.8.2
Processing
Pengetikan hasil
skala nyeri dilembar observasikedalam program pengolahan data. Data yang telah
dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data telah bersih dari
kesalahan, sehingga siap untuk dianalisa. (Supardi, 2013).
3.8.3
Cleaning
Dilakukan
pengecekan data yang sudah di-entry
apakah ada kesalahan atau tidak. Jika semua data dari setiap sumber telah
dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
(Notoatmodjo, 2012).
3.8.4
Tabulating
Tabulating, yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan ke dalam
tabel-tabel agar mudah dipahami.
3.9
Analisa
Data
Analisa data pada penelitian ini dengan memanfaatkan
perangkat lunak komputer. Adapun analisis yang dilakukan terbagi dua, yaitu:
3.9.1
Analisis Univariat
Analisa
univariat adalah analisis satu variabel dapat disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi, ukuran penyebaran dan nilai rata-rata (Supardi, 2013). Analisa
univariat digunakan untuk mempersiapkan analisis selanjutnya.
3.9.2
Analisis
Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel dapat disajikan dalam bentuk tabel silang atau kurva untuk melihat
hubungan kedua variabel tersebut. Uji statistik yang dipilih tergantung dari
skala variabel independen dan dependen yang digunakan (Supardi, 2013). Dalam
penelitian ini, setelah data dari post
perlakuan, maka :Langkah awal adalah data hasil skala ditabulasikan pada
tabel.Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara pre dan post
perlakuan. Persyaratan dalam menggunakan uji beda (t-test) (Hastono,
2016), yaitu:
1.
Setelah itu peneliti mengolah data
menggunakan uji t (t-test). Teknik statistik parametris
yang digunakan untuk menguji komparatif sampel yang kedua datanya berbentuk
ratio atau interval adalah t-test.
2.
Mensyaratkan data berdistribusi normal
Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal,
ada 3 cara untuk mengetahuinya yaitu :
a.
Dilihat
dari grafik histogram dan kurve normal, bila bentuknya menyerupai bel shape,
berarti distribusi normal.
b.
Menggunakan
nilai sweeknes dan standar errornya, bila nilai sweeknes dibagi standar error menghasilkan angka ≤ 2, maka
distribusinya normal.
c.
Uji kolmogorov smirnov,bila hasil uji signifikan (p value> 0,05) maka distribusi
normal. Namun uji kolmogorov sangat
sensitif dengan jumlah sampel, maksudnya : untuk jumlah sampel yang besar uji kolmogorov cenderung menghasilkan uji
yang signifikan (yang artinya bentuk distribusinya tidak normal) (Hastono,
2016).
3.
Menganalisis data variabel bersifat
numerik
Berdasarkan hasil perhitungan statistic Penggunaan t-test dan didapat hasil, bila t-test
hitung lebih kecil (<) dari t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang
artinya tidak terdapat Perbedaan antara variabel. bila t-test hitung lebih
besar (>) dari t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya
terdapat Perbedaan antara variable
Dalam penelitian ini
digunakan uji t dependent dengan tingkat kemaknaan 0,05 dengan
pengertian apabila :
a.
P value ≤0,05 maka terdapat Perbedaan yang
bermakna atau Ha diterima.
b.
P value >
0,05 maka Perbedaantidak bermakna atau Ha ditolak.
c.
Berdasarkan hasil perhitungan statistic Penggunaan t-test dan didapat hasil, bila t-test
hitung lebih kecil (<) dari t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang
artinya tidak terdapat Perbedaan antara variabel. bila t-test hitung lebih
besar (>) dari t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya
terdapat Perbedaan antara variabel.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Karakteristik remaja
putri di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2020
Karakteristik
|
Kategori |
Jumlah |
% |
Umur |
15
tahun |
16 |
40,0 |
16
tahun |
24 |
60,0 |
|
Berat
Badan |
≤
50 Kg |
23 |
57,5 |
>50
Kg |
17 |
42,5 |
|
Siklus
haid |
28
hari |
32 |
80,0 |
30
hari |
8 |
20,0 |
|
Total |
40 |
100 |
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui dari 40 responden sebanyak 24 (60,0%)
responden dengan usia 16 tahun dan sebanyak 16 (40%) responden dengan usia 15
tahun. Dari 40 responden, sebanyak 23 (57,5%) responden dengan berat badan ≤
50 Kg dan sebanyak 17 (42,5%) responden dengan berat badan >50 Kg. Dari 40
responden sebanyak 32 (80%) responden dengan siklus haid 28 hari dan sebanyak 8
(20%) responden dengan siklus haid selama 30 hari.
4.1.2
Analisis Univariat
1.
Rata-rata
Hb remaja pada kelompok ekperimen (jus
kacang hijau dan jus jambu biji )
Rata-rata
Hb remaja yang mengonsumsi jus kacang hijau
dan jus jambu biji pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren
Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Rata-rata
Hb remaja pada kelompok ekperimen (jus kacang
hijau dan jus jambu biji ) di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai
Kecamatan
Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020
Hb kelompok eksperimen |
N |
Mean |
Beda
mean |
Min |
Max |
SD |
Sebelum pemberian |
20 |
10,4 |
,7050 |
9,0 |
11,6 |
0,749 |
Setelah
Pemberian |
11,1 |
10,0 |
12,8 |
0,733 |
Berdasarkan tabel
4.2diketahui
rata-rata Hb pada kelompok yang mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu
biji sebelum
konsumsi jus kacang hijau dan jambu biji adalah 10,4 gr/dldengan standar deviasi 0,749, setelah mengkonsumsi
rata-rata Hb sebesar 11,1 gr/dl dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,70
gr/dl.
2.
Rata-rata
Hb remaja pada kelompok kontrol (Fe )
Rata-rata Hb remaja yang tidak mengonsumsi jus kacang
hijau dan jus jambu biji pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok
Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2020 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.3
Rata-rata
Hb remaja pada kelompok kontrol (FE ) di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah
Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2020
Hb kelompok kontrol (diberikan
tablet Fe) |
N |
Mean |
Beda
Mean |
Min |
Max |
SD |
Sebelum pemberian |
20 |
10,4 |
,330 |
8,4 |
12.2 |
0,999 |
Setelah
Pemberian |
10,7 |
8,8 |
12,8 |
1,019 |
||
|
|
|
|
|
|
Berdasarkan tabel 4.3diketahui rata-rata Hb
pada kelompok yang tidak mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji pada
pengukuran pertama adalah 10,4
gr/dldengan standar deviasi 0,999,
saat pengukuran kedua rata-rata Hb sebesar 10,7 gr/dl dengan rata-rata
peningkatan sebesar 0,33 gr/dl.
4.1.3
Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian
analisis pada penelitian ini jelas sudah dipenuhi karena sampel penelitian
diambil secara kriteria
inkulsi terhadap
Remaja. Untuk mengetahui tingkat ketepatan dalam pengambilan sampel, maka
dilakukan pengujian persyaratan analisis yang lain yaitu uji normalitas. Selanjutnya, uji normalitas diuraikan sebagai berikut:
Tabel
4.4
Uji
Normalitas data penelitian Eksperimen
Eksperimen |
Skewnees |
Std. Error |
Skewness: Std Error |
Ket |
sebelum |
0,020 |
0,512 |
0,039063 |
Normal |
sesudah |
0.563 |
0,512 |
0,763618 |
Normal |
Berdasarkan tabel 4.4
diatas masing-masing variabel mempunyai nilai skewness dan standar eror, bila nilai skewness di
bagi standar errornya menghasilkan angka ≤2, maka distribusi normal, bila data
berdistribusi normal maka dapat dilanjutkan untuk uji ( t dependen).
Tabel
4.5
Uji
Normalitas data penelitian Kontrol
Kontrol |
Skewnees |
Std. Error |
Skewness: Std Error |
Ket |
Sebelum |
0,244 |
0,512 |
0,476563 |
Normal |
Sesudah |
0.277 |
0,512 |
0,375705 |
Normal |
Berdasarkan tabel 4.5
diatas masing-masing variabel mempunyai nilai skewness dan standar eror, bila nilai skewness di
bagi standar errornya menghasilkan angka ≤2, maka distribusi normal, bila data
berdistribusi normal maka dapat dilanjutkan untuk uji ( t dependen).
4.1.4
Analisis
Bivariat
Analisis
yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau
dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan
anemia dengan menggunakan uji statistik t dengan taraf kesalahan (α) 5%
kemudian diprogram dengan sistem komputer menggunakan program SPSS for windows.
Tabel 4.6
Pengaruh
pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan
kadar Hb pada remaja putri dengan anemia
Kelompok |
beda Mean |
SD |
Std. Eror mean |
P-
Value |
|
Eksperimen |
,7050 |
,3236 |
,0724 |
,000 |
|
Kontrol |
,330 |
,2830 |
,0633 |
,000 |
|
Berdasarkan hasil analisis uji bivariat
pada table 4.6 diatas, hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,000
(p-value < α = 0,05) yang berarti ada pengaruh pemberian konsumsi jus kacang
hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan
anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020. terlihat pada tabel beda selisih rata
rata kelompok kontrol sebesar 0,33 gr/dl dan terlihat bahwa pada kelompok
eksperimen memiliki peningkatan yang lebih banyak yaitu sebesar 0,7 gr/dl jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol
Tabel 4.7
Perbedaan hasil
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol
|
Rerata |
Nilai p |
Perbedaan rerata IK95% |
Peningkatan
HB pada kelompok intervensi |
,7050 |
0,000 |
,3750 (0,1804-0,5696) |
Peningkatan
HB pada kelompok kontrol |
,3300 |
|
Berdasarkan tabel 4.7 hasil penelitian diketahui terdapat
nilai beda mean sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen sebesar
0,70 gr/dl sedangkan kelompok kontrol sebesar 0,33 gr/dl. Hasil statistik
didapati p-value sebesar 0,000 yang artinya ada pengaruh pemberian konsumsi jus
kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri
dengan anemia (p–valueα 0,05). terlihat nilai beda mean pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebesar 0,37gr/dl.
4.2 Pembahasan
4.2.1
Pembahasan Univariat
a.
Rata-rata
Hb remaja pada kelompok ekperimen (jus kacang
hijau dan jus jambu biji ) di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata Hb
pada kelompok yang mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji sebelum konsumsi jus kacang hijau dan
jambu biji adalah 10,4
gr/dl dengan standar deviasi 0,749,
setelah mengkonsumsi rata-rata Hb sebesar 11,1 gr/dl dengan rata-rata
peningkatan sebesar 0,70 gr/dl..
Hemoglobin
adalah protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah, yang memberi warna
merah pada sel darah merah. Hb memiliki peran penting dalam mengantar oksigen
ke seluruh bagian tubuh untuk konsumsi dan membawa kembali karbon dioksida
kembali ke paru menghembuskan nafas keluar dari tubuh. Jika kadar hemoglobin
terlalu rendah, prosese ini terganggu, sehingga tubuh memiliki tingkat oksigen
yang rendah (Proverawati, 2011).
Hemoglobin
(Hb) adalah protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah, yang memberi
warna merah pada sel darah merah (Proverawati, 2011). Kadar Hb ialah ukuran pigmen
respiratorik dalam butiran-butiran darah merah, jumlah Hb dalam darah
normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya
disebut 100 persen.Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah 14 -18 gr% dan erittrosit 4,5 - 5,5
jt/mm3. Sedangkan pada wanita, hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr% dengan
eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm3. Pada umumnya, anemia lebih sering terjadi pada
wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria. Yang sangat disayangkan
adalah kebanyakan penderita tidak tahu atau tidak menyadari. Bahkan ketika tahu
pun masih menganggap anemia sebagai masalah sepele (Aryani, 2012).
Kadar Hb normal umumnya berbeda
pada laki-laki dan perempuan.Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai
kadar Hb kurang dari 13,5 gram/100 ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang
dari 12,0 gram/100 ml. Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum
terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu
rendah ( Proverawati 2011).
Meningkatkan
hemoglobin di dalam tubuh yakni dengan pemberian nutrisi dengan melengkapi
asupan mikro nutrien penting yakni zat besi (NCCN 2010). Tetapi permasalahannya
adalah besi yang berasal dari bahan makanan nabati memiliki tingkat penyerapan
yang rendah sehingga upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
diiringi mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C (Islamiyah 2006) dalam
Huda, 2016. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional (2018), yang menyatakan bahwa konsumsi buah
kacang hijau dan jambu biji sebanyak 250 ml/hari sebagai sumber zat besi dan
sumber vitamin C dapat membantu meningkatakan zat besi serta penyerapan zat
besi,akan tetapi jika asupan vitamin C rendah,dapat memberikan implikasi
terhadap kadar hemoglobin remaja.
Menurut pemberian
Susanti (2019) Pemberian konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi itu
sangat penting untuk meningkatkan kadar Hb seperti telur, susu, hati, ikan,
daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna
hijau tua (kangkung, bayam, daun ubi jalar) dan buah buahan (jeruk, jambu biji
dan pisang).ada suatu cara lain yang dapat meningkatkan hemoglobin di dalam
tubuh yakni dengan pemberian nutrisi dengan melengkapi asupan mikro nutrien
penting yakni zat besi (NCCN 2010). Tetapi permasalahannya adalah besi yang
berasal dari bahan makanan nabati memiliki tingkat penyerapan yang rendah
sehingga upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan diiringi
mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C (Islamiyah 2006) dalam Huda
(2016).
Salah satu makanan yang
dapat mencegah defisiensi zat besi yaitu kacang hijau, Kacang hijau merupakan
salah satu bahan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan untuk
pembentukkan sel darah sehingga dapat mengatasi efek penurunan Hb. Kacang hijau
dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah anemia karena
kandungan fitokimia dalam kacang hijau sangat lengkap sehingga dapat membantu
proses hematopoiesis. Kacang hijau juga memiliki kandungan vitamin dan mineral.
Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium banyak terdapat pada
kacang hijau (Astawan, M. (2009)
Zat besi farmakologis
dapat digantikan dengan bahan alami salah satunya berasal dari jambu biji merah
yang mengandung zat besi dan kaya akan vitamin C. Jambu biji memiliki beberapa
kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah
menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman (Sulistiyowati, S. (2015)
Berdasarkan hasil penelitian
pengaruh pemberian
jus jambu biji merah
(psidium guajava.l)
terhadap kadar hemoglobin
dan ferritin
serum penderita anemia remaja
putri dimana
hasil penelitiannya yaitupemberian jus jambu
biji merah
dapat
meningkatkan
kadar
hemoglobin dan
ferritin serum penderitaanemia remaja putri.
Dianjurkan
setiap hari
mengkonsumsi
makanan
yang tinggi zat
besi dengan
jus
jambu biji
merah
secara teratur (Pagdya,
2017).
Menurut peneliti
berkurangnya kadar Hb atau terjadinya Anemia yang terjadi pada remaja dapat
dipengaruhi oleh usia yaitu usia remaja putri sangat memperhatikan bentuk
badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan Zat besi yang berasal
dari hewani yaitu; daging, ayam, ikan, telur. Remaja sebaiknya mengkonsumsi
makanan yang seimbang dengan kebutuhan yang disesuaikan oleh umur. Remaja harus
juga memperhatikan frekuensi makan dan jumlah porsi makanan dari jenis
karbohidrat, protein hewani, protein nabati, buah – buahan khususnya yang
banyak mengandung zat besi.
Menurut Priyanto
(2018) Anemia lebih sering terjadi pada remaja perempuan dibandingkan dengan
remaja laki-laki. Hal ini dikarenakan remaja putri kehilangan zat besi (Fe)
saat menstruasi sehingga membutuhkan lebih banyak asupan zat besi (Fe).
Perilaku remaja putri yang mengkonsumsi makanan nabati lebih banyak
mengakibatkan asupan zat besi belum mencukupi kebutuhan zat besi harian.
Kebiasaan remaja putri yang ingin tampil langsing menjadikan remaja tersebut
membatasi asupan makanan hariannya yang mengakibatkan remaja putri mudah
terserang anemia
Berdasarkan
penjelasan diatas maka peneliti berpendapat bahwa jus kacang hijau dan jus
jambu biji dapat berpengaruh terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri yang
mengalami anemia. Hal ini didukung oleh faktor lain yang mempengaruhi
peningkatan kadar hemoglobin pada responden penelitian yaitu dikarenakan, pola
makan, aktivitas ibu, gizi, Pola istirahat, serta didukung oleh tidak adanya
riwayat penyakit infeksi pada remaja putri di Yayasan Pondok Pesantren
Al-Ishlah yang menjadi responden,
sehingga hasil yang didapatkan dapat tercapai dengan optimal.
b.
Rata-rata Hb remaja pada kelompok kontrol (FE ) di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah
Sukadamai Kecamatan Natar KabupatenLampung Selatan Tahun 2020
Dari hasil penelitian
diketahui rata-rata Hb pada kelompok yang tidak mengkonsumsi jus kacang hijau
dan jus jambu biji pada pengukuran pertama adalah 10,4 gr/dl dengan standar deviasi 0,999, saat
pengukuran kedua rata-rata Hb sebesar 10,7 gr/dl dengan rata-rata peningkatan
sebesar 0,33 gr/dl
Sejalan dengan Hasil
penelitianAmalia (2016) menunjukkan
bahwa rata-rata kadar hemoglobin(Hb) 9,6 gr/dl atau mengalami anemia ringan
sebelum pemberian minuman kacang hijau, dan rata-rata kadar hemoglobin (Hb)
10,6 gr/dl atau tidak anemia setelah pemberian minuman kacang hijau. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian Sugiarto (2014)
dengan hasil penelitian didapatkan nilai mean kadar hemoglobin remaja sebelum mengkonsumsi bubur kacang hijau
adalah 9,99 gr/dl dan sesudah pemberian bubur kacang hijau didapatkan nilai
mean kadar hemoglobin sebesar 10,44.
Menurut Notoadmodjo (2015) Remaja merupakan salah satu kelompok rentan
gizi. Dikarenakan pada masa ini adalah masa yang pertumbuhan yang sangat pesat.
Wanita usia subur cenderung menderita anemia dikarenakan wanita mengalami
menstruasi setiap bulan, dan ini akan diperberat jika asupan zat besi dari
makanan sehari-hari rendah. Wanita usia subur yang mengalami anemia gizi besi
akan mudah sakit karena daya tahan tubuh yang rendah sehingga produktivitas
kerja rendah. (Permenkes, 2014)
Menurut
Notoadmodjo (2015) Remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi.
Dikarenakan pada masa ini adalah masa yang sangat pertumbuhan yang sangat
pesat. Wanita usia subur cenderung menderita anemia dikarenakan wanita
mengalami menstruasi setiap bulan, dan ini akan diperberat jika asupan zat besi
dari makanan sehari-hari rendah. Wanita usia subur yang mengalami anemia gizi
besi akan mudah sakit karena daya tahan tubuh yang rendah sehingga
produktivitas kerja rendah. (Permenkes, 2014).
Energi pada remaja
sangat mempengaruhi pertumbuhaan tubuh, jika asupan tidak kuat dapat
menyebabkan seluruh fungsional remaja ikut menderita. Antara lain, derajat
metabolisme yang buruk, tingkat efektifitas, tampilan fisik, dan kematangan
seksual. Usia remaja merupakan usia dimana terdapat perubahan- perubahan
hormonal dimana perubahan struktur fisik dan psikologis mengalami perubahan
drastis. Masalah gizi yang utama yang dialami oleh para remaja diantaranya
yaitu anemia defisiensi zat besi, kelebihan berat badan/obesitas dan kekurangan
zat gizi. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya konsumsi makanan olahan yang
nilai gizinya kurang, namun memiliki banyak kalori sebagai faktor pemicu
obesitas pada usia remaja. Konsumsi jenis-jenis junk foodmerupakan penyebab
para remaja rentan sekali kekurangan zat gizi (Handayani, 2018).
Salah satu upaya yang
telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah anemia pada remaja
adalah melalui pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) berupa zat besi (60
mg FeSO4 ) dan asam folat (0,25 mg). WHO telah merekomendasikan konsumsi tablet
besi untuk Wanita Usia Subur (WUS) menstruasi adalah secara intermittent (1
kali/minggu), dengan dosis TTD 60 mg elemental besi dan 2,8 mg asam folat
selama 12 minggu/3 bulan dengan jeda tiga bulan. Jadi suplementasi diberikan
dua kali setahun selama tiga bulan, sehingga jumlah total tablet yang diberikan
selama suplementasi adalah 24 tablet/tahun (WHO 2011)
Hasil studi tersebut
menunjukkan bahwa suplementasi besi secara mingguan secara signifikan dapat
meningkatkan status besi pada remaja putri dengan meningkatnya kadar hemoglobin
secara signifikan, terdapat pula kenaikan yang sedikit pada remaja yang
konsumsi Fe, hal ini di karenakan perbedaan metode pemberian, lama waktu
suplementasi sehingga berbeda pula jumlah suplemen yang dikonsumsi, serta
perbedaan tingkat kepatuhan konsumsi suplemen.
Pada hakekatnya gizi merupakan salah satu faktor
penentu kualitas sumberdaya manusia. Kecukupan zat gizi sangat diperlukan oleh
setiap individu sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga
usia lanjut. Kecukupan gizi dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
aktifitas, berat badan dan tinggi badan. Keadaan gizi seseorang merupakan
gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yangcukup lama dan tercermin
dari nilai status gizinya.
Pendidikan gizi yang diberikan pada studi ini
harapannya dapat memengaruhi pola konsumsi pangan subjek yang akan berdampak
pada peningkatan kadar hemoglobin. kondisi defisiensi zat besi dapat
mempercepat penyerapan zat besi. Besi yang terserap pertama-tama digunakan
untuk menormalkan konsentrasi hemoglobin plasma, sehingga dapat berperan
penting dalam suplai oksigen pada jaringan/sel.
Menurut pendapat peneliti berkurangnya kadar Hb atau Terjadinya Anemia yang terjadi
pada remaja dapat dipengaruhi oleh usia yaitu usia remaja putri sangat
memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan
Zat besi
yang berasal dari
hewani yaitu; daging,
ayam, ikan, telur. Zat besi
yang berasal dari
nabati yaitu;kacang-kacangan,
sayuran hijau, dan pisang ambon.
4.3.1 Pembahasan Bivariat
Hasil
uji statistik didapatkan p-value = 0,000 (p-value < α = 0,05) yang
berarti ada pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji
terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok
Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2020. Dengan nilai mean sebelum perlakuan sebesar 10,4 dan mean setelah
perlakuan sebesar 10,859 terjadi peningkatan kadar Hb sebesar 0,637 point.
Menurut Aryanti (2011), cara meningkatkan
kadar Hb dalam tubuh yaitu meningkatkan konsumsi makanan bergizi yakni makanan
yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani ( daging, ikan , ayam
,hati ,telur) dan bahan makanan nabati ( sayuran berwarna hijau tua ,
kacang-kacangan, tempe) sumber zat besi adalah daging berwarna merah (sapi,
kambing, domba) , buncis , sayuran hijau ,telur, kacang-kacangan ,sea food.
Sumber folat adalah buah segar ,sayuran hijau, kembang kol, hati , ginjal,
produk olahan susu. Sebaiknya sayuran dikonsumsi mentah atau setengah matang.
Sumber vitamin B12 adalah daging , hati, ginjal, tiram, keju dan telur.makan
buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (tomat,jeruk,nanas) sangat
bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Dan jika dibutuhkan
minum tablet tambah darah seminggu sekali atau setiap hari selama haid.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Astawan (2009) bahwa kacang hijau
selain memiliki kandungan zat besi, vitamin c, dan zat seng yang berperan dalam
penanganan anemia defisiensi besi. Kacang hijau juga mengandung vitamin A
sebesar 7 mcg dalam setengah cangkirnya.Kekurangan vitamin A dapat meperburuk
anemia defisiensi besi.Pemberian suplementasi vitamin A memiliki efek
menguntungkan pada anemia defisiensi besi. Vitamin A memiliki banyak peran di
dalam tubuh, antara lain untuk pertumbuhan dan diferensiasi sel
progenitoreritrosit, imunitas tubuh terhadap infeksi dan mobilisasi cadangan
zat besi seluruh jaringan. Interaksi vitamin A dengan zat besi bersifat
sinergis. Berdasarkan jumlahnya , protein merupakan penyusunan utama kedua
setelah karbohidrat. Kacang hijau mengandung 20-25% protein.Protein pada kacang
hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%.Daya cerna yang tidak terlalu
tinggi tersebut disebabkan oleh adanya zat antigizi, seperti anti tripsin dan
tanin (polifenol). Untuk meningkatkan daya cerna protein tersebut, kacang hijau
harus diolah terlebih dahulu melalui proses pemasakan, seperti perebusan,
pengukusan, dan sangrai.(Astawan M,2009).
Kacang Hijau merupakan sumber
makanan yang mengandung sumber protein, kaya serat, rendah karbohidrat,
mengandung lemak sehat, kaya vitamin vitamin seperti vitamin B lain,seperti
riboslavin,B6,asam pantothenat,serta niasin.vitamin yang terkandung
didalamnyamembanrtu meningkatkan energy dan metabolisme tubuh dan mineral kaya
enzim aktif.Setelah mempelajari uraian diatas faktor yang mempengaruhi
peningkatan kadar Hb dalam darah , maka peneliti hanya memfokuskan pada
kebutuhan nutrisi remaja yaitu dengan pemberian minuman kacang hijau pada
mahasiswa karena kacang hijau mengandung zat besi yang dapat meningkatkan kadar
Hb dalam darah.
Jambu
biji sebagai bahan makanan mengandung nutrisi yang lengkap dan memenuhi standar
gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh untuk kesehatan. Jambu biji merupakan sumber
vitamin C yang tinggi dibandingkan dengan buah lainnya. Seperti kita ketahui
vitamin C sangat baik untuk antioksidan. Kandungan nuttrisi atau kompisisi
kimia jambu biji secara lengkap (Cahyono,2010).
Hasil penelitian di
dapatkan dari seluruh responden di dapatkan usia antara 15 sebanyak 16 (40%)
responden dan 16 tahun sebanyak 24 (60%).
Hal ini sejalan dengan
penelitian Indartanti (2014) bahwa Usia 12-18 tahun termasuk dalam masa
peralihan dari remaja awal ke remaja akhir yang merupakan masa pencarian
identitas dan remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kecemasan akan
bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak makan atau memilih makan di luar.
Kebiasaan ini dapat mengakibatkan remaja mengalami kerawanan pangan yang
berhubungan dengan asupan zat gizi yang rendah dan berisiko pada kesehatannya
termasuk anemia.
Hasil penelitian
Sebagian besar remaja dengan berat badan < 50 kg sebanyak 23 (57,5%).
Berat badan akan
berhubungan dengan status gizi, Status
gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat antara konsumsi, penyerapan dan
penggunaan zat-zat gizi atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat
gizi dalam tubuh. Asupan energi kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu
tertentu akan menyebabkan terjadi penurunan status gizi, bila asupan energi
seimbang akan membantu memelihara status gizi normal dan jika asupan energi
berlebihan atau berkurangnya pengeluaran energi berpotensi terjadinya
kegemukan.19 Asupan zat gizi mikro tidak mempengaruhi status gizi berdasarkan
IMT/U karena memiliki kandungan energi yang sedikit, dan jika terjadi
kekurangan mungkin sudah berlangsung lama (Sari, 2017)
Menurut Proverawati (2011), Penyebab anemia yaitu penghancuran sel darah merah yang berlebihan, kehilangan darah, penurunan produksi sel darah merah. Penderita anemia
merasalesu, lemah, letih, lunglai, sering mengeluh pusing dan mata berkunang –
kunang terutama saat berdiri atau bangun dari duduk. (Arisman,2010).Remaja putri harus diperhatikan kebutuhan zat besinya,
karena kebutuhan zat besi akan terus meningkat dengan datangnya menarche (Rangen, 1997, dalam Aryani,
2012). Kehilangan zat besi yang dibutuhkan wanita berjumlah sama yaitu sekitar
0,8 mg perhari. Namun, wanita dewasa mengalami kehilangan tambahan akibat menstruasi dan hal ini menaikkan
kebutuhan rata – rata setiap harinya sehingga zat besi yang harus diserap
adalah 1,4 mg per hari, jumlah memenuhi 90% kebutuhan pada wanita yang sedang
menstruasi, untuk memenuhi kebutuhan yang 10% lagi diperlukan absorpsi harian
paling sedikit 2,4 mg zat besi guna mengimbangi kehilangan yang sangat tinggi
pada saat menstruasi (Gibney, 2009 dalam Sulistiyawati, 2015).
Menurut
Aryani (2012) Upaya pencegahan anemia yaitu banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur),
dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang – kacangan, dan
tempe), banyak makan – makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi seperti jambu, jeruk, tomat, dan nanas, minum
1 tablet penambah darah setiap hari saat mengalami haid. Tablet tambah darah merupakan
tablet yang diberikan pada wanita usia subur sebanyak 1 kali seminggu dalam
upaya pencegahan anemia. (Permenkes, 2014).
Salah satu
makanan yang dapat mencegah defisiensi zat besi yaitu kacang hijau, Kacang
hijau merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung zat-zat yang
diperlukan untuk pembentukkan sel darah sehingga dapat mengatasi efek penurunan
Hb. Kacang hijau dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah
anemia karena kandungan fitokimia dalam kacang hijau sangat lengkap sehingga
dapat membantu proses hematopoiesis. Kacang hijau juga memiliki kandungan
vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium
banyak terdapat pada kacang hijau (Astawan, 2009).
Kacang
hijau (Vigna Radiata) sudah sangat
popular bagi kita. Kacang hijau masuk suku polong – polongan dan mengandung
banyak sekali manfaat dalam kehidupan manusia, baik untuk dikonsumsi
sehari–hari yang diolah dalam berbagai bentuk makanan dan minuman, maupun untuk
kesehatan.Kacang hijau mudah ditemukan di Indonesia karena termasuk salah satu
tumbuhan khas tropis (Akbar,2015) dalam Farida (2017).
Menurut
Sulistyowati (2015) Zat besi farmakologis dapat digantikan dengan bahan alami
salah satunya berasal dari jambu biji merah yang mengandung zat besi dan kaya
akan vitamin C. Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya
dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan
dan minuman. Jambu biji sebagai bahan makanan mengandung nutrisi yang lengkap
dan di setiap 100 gram jambu biji mengandung besi 1,10 mg, lemak 0,30 gram,
Vitamin C 87,00 mg , protein 0, 90 mg dan kalsium 14,00 gram dan memenuhi standar
gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh untuk kesehatan.
(Cahyono, 2010).
Salah
satu buah yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin adalah buah jambu biji,
kandungan zat kimia dalam jambu biji adalah asam amino (tripofan, lisin), kalsium,
fosfor, besi, belerang, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C, kandungan mineral
yang ada di dalam buah jambu biji dapat mengatasi penderita anemia (kekurangan
darah merah) karena di dalam buah jambu biji merah mengandung juga zat mineral
yang dapat memperlancar proses pembentukan hemoglobin sel darah merah. Kandungan mineral seperti
magnesium, tembaga dan mangan. Mangan digunakan oleh tubuh sebagai faktor rekan
untuk enzim antioksidan, suproksida dismutase. Tembaga dibutuhkan dalam
produksi sel darah merah. (Lestari, 2018).
Menurut peneliti, pemberian
konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji ini diberikan satu kali dalam
sehari selama tujuh hari sebanyak 1 gelas,
Pada penelitian ini untuk pengukuran kadar Hb pada remaja putri yaitu pada hari pertama sebelum mengkonsumsi
dan hari kedelapan setelah mengkonsumsi yang didapatkan bahwa remaja putri yang mengkonsumsi
justerlihatadanya
perubahan pada kadar hemoglobin remaja putri
sebelum dilakukan perlakuan dan setelah dilakukan perlakuan, dari
perlakuan tersebut dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa remaja putri yang mengkonsumsi
mengalami peningkatan kadar hb yang signifikan dimana terlihat dari nilai rata
–rata dan beda mean lebih tinggi setelah perlakuan.
Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa
secara keseluruhan responden mengalami peningkatan kadar Hb yang terendah mengalami peningkatan sebanyak 0.2gr/dl dan tertinggi sebanyak 1,5
gr/dl. Ketidakseragam
hasil ini dimungkinkan adanya faktor –faktor lain yang mempengaruhi kondisi
remaja putri seperti asupan makanan,
kemungkinan pada remaja putri yang
mengalami peningkatan kadar Hb tinggi karena selain remaja putri mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu
biji remaja putri juga mengkonsumsi
makanan lain yang mengandung tinggi zat besi yang tidak dapat dikontrol oleh
peneliti.
Pada
kelompok kontrol terlihat adanya 1 orang yang mengalami penurunan sebesar
0,2gr/dl, sebanyak2 orang yang tidak mengalami kenaikan Hb dan kenaikan
tertinggi sebesar 0,8 gr/dl, menurut
peneliti kadar Hb remaja pengalami
penurunandapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, C, folat, riboplafin dan B12 yang tidak
peneliti kontrol, karena pada kelompok kontrol peneliti hanya memberikan
penyuluhan terkait dengan konsumsi yang sebaiknya di makan namun peneliti tidak
melakukan observasi asupan yang di makan oleh responden.
Berdasarkan pendapat
dari peneliti bahwa kebutuhan gizi remaja diperlukan, dikarenakan remaja masih dalam
proses pertumbuhan. Apabila remaja kekurangan zat besi atau anemia dapat
menggangu proses pertumbuhan dan konsentrasi belajar, remaja harus lebih peduli
pada kesehatan diri sendiri, untuk mengikuti pendidikan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan dan anjuran untuk minum tablet fe 1 tablet
setiap minggu sebagai upaya pencegahan anemia, karena remaja putri mengalami
menstruasi disetiap bulannya, yang menjadi sebab terbesar anemia pada remaja
putri. dalam hal ini petugas kesehatan dapat berperan untuk mengurangi kejadian
anemia remaja dengan memberikan penyuluhan berupa asupan nutrisi yang tepat
bagi remaja sehingga remaja tidak
mengalami anemia, peningkatan pengetahuan
remaja terhadap makanan yang mengandung zat besi tinggi terutama jus
kacang hijau dan jambu biji.
Menurut peneliti bahwa
faktor penyebab dari anemi pada remaja sangat banyak di mulai dari kebiasaan
atau pola makan remaja sehari hari, pola makan remaja yang di batasi karena
ingin tampil kurus atau melakukan diit akan berakibat lama kelamaan menjadi
anemia. Pola makan menjadi tolak ukur anemia pada remaja normal atau remaja
yang tidak memiliki penyakit kelainan darah, infeksi. Perbaikan pola makan,
dengan gizi seimbang remaja, mengkonsumsi tablet Fe sesuai anjuran tenaga
kesehatan kemudian melakukan konsumsi jus jambu dan kacang hijau secara rutin,
olahraga teratur, tidak melakukan diit yang ketat, pola tidur yang baik,
istirahat yang cukup sesuai aktifitas akan menjaga remaja dari anemia.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut
1.
Rata-rata
Hb pada kelompok yang mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji sebelum konsumsi jus kacang hijau dan
jambu biji adalah 10,4
gr/dl, setelah mengkonsumsi rata-rata Hb sebesar 11,1 gr/dl dengan rata-rata
peningkatan sebesar 0,70 gr/dl.
2.
Rata-rata-rata Hb pada kelompok yang
tidak mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji pada pengukuran pertama adalah 10,4 gr/dl, saat pengukuran kedua
rata-rata Hb sebesar 10,7 gr/dl dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,33 gr/dl.
3.
Ada pengaruh
pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan
kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah
Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020 (p–value<
0,05).
5.2
Saran
1.
Bagi
Remaja
b.
Remaja diharapkan lebih peduli pada
kesehatan sendiri, Remaja dapat meningkatkan pengetahuan tentang anemia dan
cara mencegah serta menanggulangi anemia remaja, seperti mendengarkan
penyuluhan tentang pemenuhan gizi dengan makan-makanan yang banyak mengandung
Fe,. Serta menambah wawasan tentang alternative yang mudah dilakukan oleh
remaja dirumah ,sehingga diketahuinya manfaat jus kacang hijau dan jus jambu
biji, sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif dalam peningkatan kadar Hb
remaja selain mengkonsumsi sayuran lain.
c.
Remaja dapat membuat menu
makanan yang dapat diselingi dengan pemberian jus kacang hijau dan jus jambu
biji, membuat makanan yang beraneka ragam dengan gizi yang seimbang namun tidak
mahal saat di rumah.
2.
Bagi Tenaga
Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat
memberikan konseling pada remaja tentang anemia dan cara pencegahannya serta
memantau kadar HB pada remaja.
3.
Bagi tempat
penelitian
Membuat menu makanan yang dapat diselingi
dengan pemberian jus kacang hijau dan jus jambu biji sehingga dapat
meningkatkan kadar Hb remaja yang sedang menjalani pendidikan. Peningkatan
kinerja pegawai yang ada di bagian makanan, dengan membuat makanan yang
beraneka ragam dengan gizi yang seimbang namun tidak mahal.
4.
Bagi Peneliti
Lanjutan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi untuk melakukan penelitian yang serupa, ataupun mengembangkan
penelitian serupa dengan menambah variable baru ataupun terapi baru dalam
meningkatkan kadar Haemoglobin pada remaja .
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Amalia, 2016. Efektifitas Minuman Kacang Hijau Terhadap
Peningkatan Kadar Hb. Dosen Kebidanan Stikes Muhammadiyah Lamongan.
Arikunto, S.
2010. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Arisman,2012.Gizi
Dalam Daur Kehidupan.Jakarta : EGC
Aryani, 2012. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
Astawan, Made. 2009. Sehat dengan
Hidangan Kacang dan
Biji-Bijian. Jakarta: Penebar Swadaya
Atikah,
Proverawati.2011. Anemia Dan Anemia Kehamilan. NuhaMerdeka:Jogjakarta
Bakta, I Made. 2007. Hematologi
Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Cahyono, B. 2010. Sukses Budi Daya
Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan. Andi, Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2016). Profil Kesehatan Lampung 2015. Lampung
Farida (2017) Pengaruh pemberian
kacang hijau terhadap kelancaran produksi asi ibu post partum diwilayah kerja
puskesmas pelambuan banjar masin. Banjarmasin: Unversitas muhamadiah
banjarmasin
Hardimarta (2016) Pengaruh jus jambu biji merah dalam
meningkatkan kadar haemoglobin .Semarang : Akademi analis
kesehatan 17 Agustus 1945.
Hastono. 2016. Analisa data pada
bidang kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Heltty (2008) pengaruh jus kacang
hijau terhadap kadar haemoglobin dan jumlah sel darah merah dalam konteks
asuhan keperawatan pasien dalam konteks asuhan keperawatan pasien kanker dengan
kemoterapi , depok universitas indonesia
Hendryadi (2012) Menentukan
populasi dan sampel sederhana.Diakses pada tanggal 30 Mei 2018.http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli.
Huda (2016) pengaruh jus kacang hijau terhadap kadar
haemoglobin dan jumlah sel darah merah dalam konteks asuhan keperawatan pasien
dalam konteks asuhan keperawatan pasien kanker dengan kemoterapi , depok
universitas indonesia School of Nursing, University of Riau
Kementrian Kesehatan RI (2013). Riset
kesehatan dasar 2013. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI (2016). Profil
Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta.
Laksmi, Purwita W, Mansjoer A, Alwi I, Setiati S, et al. penyakit-penyakit pada kehamilan : peran seorang internis. Jakarta : Interna Publishing
Lestari, I. P., Lipoeto, N. I.,
& Almurdi, A. (2018). Hubungan
Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada Murid SMP Negeri 27 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3), 507-511.
Manuaba, I. B. G. (2010). Memahami
kesehatan reproduksi wanita (2 ed.). Jakarta: EGC
Mariyona (2016). Pengaruh Pemberian Jus Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L) Terhadap Kadar Hemoglobin Dan Ferritin
Serum Pada Penderita Anemia Remaja Putri Di Panti Asuhan Tri Murni Kota Padang Panjang 2016. Fakultas
Kedokteran Univeritas Andalas Padang
2017
Maulina .(2015).Pengaruh Pemberian
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin
Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar. Fakultas
Kedokteran Universitas Malikussaleh
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2015. Ilmu kesehatan masyarakat . Jakarta : RinekaCipta.
Pagdya, H. N. R. (2017). Pengaruh Pemberian
Jus Jambu Biji Merah (Psidium Guajava. L) Terhadap Kadar Hemoglobin Dan
Ferritin Serum Penderita Anemia (Doctoral Dissertation, UNIVERSITAS
ANDALAS).
Retnorini (2017) . Pengaruh Pemberian Tablet Fe Dan Sari
Kacang Hijau Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil. Midwifery Magelang
Riyanto, (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika.
Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina
Pustaka.
Soepardi, Sudibyo
2013. Metodologi riset keperawatan .
Jakarta: TIM
Sugiyono. (2016). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.
Sulistyawati. (2015). pengaruh
jambu biji merah terhadap kadar HB saat menstruasi pada mahsiswa DIII Kebidanan
Stikes muhamadiah lamongan
Susanti, D., Doni, A. W., &
Amalia, Y. (2019). The Effect Of Giving Boiled Chicken Eggs And Papaya Fruit On
The Improvement Of Hemoglobin Levels In Anemia Students. SANITAS:
Jurnal Teknologi dan Seni Kesehatan, 10(2), 148-162.
World Health Organization. (2014). Global
Nutrition Targets 2025: Anaemia policy brief. WHO reference number:
WHO/NMH/NHD/14.4. https://www.who.int/nutrition/publications/globaltargets2025_policybrief_anaemia/en/
LAMPIRAN
Informed
Consent
LEMBAR PENJELASAN KEPADA
CALON SUBJEK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Annisa Rahmawati
Institusi : Prodi DIV Kebidanan Malahayati
Alamat : Natar , Lampung Selatan
Adalah Mahasiswa Prodi DIV Kebidanan Universitas Malahayati Bandar
Lampung, pada kesempatan ini saya akan melakukan penelitian tentang “Pemberian Jus Kacang Hijau dan Jus Jambu Merah Terhadap
Peningkatan Haemoglobin Pada Remaja putri di Yayasan
Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2020”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh pemberian jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan
haemoglobin pada remaja putri. Besar harapan saya agar remaja berkenan untuk
berpartipasi dalam penelitian ini dengan mengisi lembar kuisioner.
A.
Kesukarelaan untuk mengikuti
penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian
ini tanpa ada paksaan. Bila anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas
untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa menggangu proses hubungan dengan
peneliti atau sangsi apapun. Jika anda tidak bersedia untuk berpartisipasi maka
tidak akan mengganggu hubungan dengan peneliti maupun
denganinstansidenganpeneliti.
B.
Prosedur Penelitian
Apabila anda
bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, anda diminta menandatanangi
lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk anda simpan dan satu untuk
peneliti. Prosedur penelitiannya yaitu anda akan dilakukan pengukuran kadar Hb remaja pada kelompok kontrol dan
eksperimen serta pemberian FE pada kelompok kontrol dan eksperimen, kemudian
melakukan pemberian jus jambu dan kacang hijau pada kelompok ekperimen, pada
hari ke 10 mengukur kadar HB remaja kembali pada kelompok kontrol dan
eksperimen
C.
Kewajiban Subyek Penelitian
Sebagai subyek
penelitian, bapak/ibu/saudara/saudari, berkewajiban mengikuti aturan atau
petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas,
bapak/ibu/saudara/saudari, dipersilahkan bertanya kepada peneliti.
D.
Risiko dan Efek Samping dan
Penanganannya
Tidak ada efek
samping maupun resiko dalam penelitian ini
E.
Manfaat
Berpartisipasi
dalam penelitian ini , Anda akan mengetahui cara meningkatkan kadar HB
F.
Kerahasiaan
Tidak ada
informasi pribadi akan disertakan pada kuesioner. Data kuesioner dikembalikan
secara anonim dan tanggapan elektronik tidak dapat dilacak ke pengirim.
G.
Kompensasi
Penelitian tidak
menyediakan dana (kompensasi) untuk
responden.
H.
Informasi Tambahan
responden
diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas terkait dengan
penelitian ini. Jika sewaktu-waktu memerlukan penjelasan lebih lanjut adik-adik
dapat menghubungi saya selaku ketua peneliti (082289928635)
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Semua penjelasan
tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah di jawab
oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan, saya dapat
menanyakan kepada Annisa Rahmawati di no telephone (082289928635)
Denganmenandatanganiformulirini,
saya atas nama
...............................setujuuntukikutsertadalampenelitian
ini dan menyatakan bahwa memiliki
siklus haid yang normal yakni (28-32 hari) dan tidak sedang haid.
Lampung Selatan, April 2020
Tanda tangan (subyek) Tanda tangan Peneliti
________________________
(Nama Lengkap :……………) ( Annisa Rahmawati )
INSTRUMEN PENELITIAN
LEMBAR OBSERVASI
Nama :
Usia :
BB :
Siklus Haid : 28/32 hari ....................
Tanggal intervensi :
Kadar HB sebelum
intervensi |
Kadar Hb setelah
intervensi |
|
|
PEMBERIAN
JUS KACANG HIJAU DAN JAMBU BIJI MERAH |
|
PENGERTIAN |
Memberikan terapi jus kacang hijau dan jambu
biji dengan peningkatan kadar
haemoglobin |
TUJUAN |
Mempercepat peningkatan kadar Haemoglobin |
KEBIJAKAN |
Mulai diberikan pada remaja |
PETUGAS |
Peneliti |
PERALATAN |
Bahan untuk/orang 1.
100 gr kacang hijau 2.
2 sendok makan gula pasir 3.
500 cc air. 4.
Jambu biji merah |
PROSEDUR
PELAKSANAAN |
1.
Kacang Hijau dicuci bersih , 2.
Rendam kacang hijau dengan air hingga pecah ± 1 jam. 3.
Setelah itu rebus 500cc air hingga mendidih, lalu masukkan 4.
rendaman 100gram kacang hijau, Tunggu sampai lunak, lalu
masukkan gula pasir. 5.
Aduk sampai gula larut, lalu matikan apinya. 6.
Tunggu sampai dingin, 7.
Hitung total pemberian jus jambu 8.
Tahap awal dilakukan dengan pengumpulan bahan baku
jambu biji merah. 9.
Kemudian buah jambu biji merah dikupas,
dipotong dan dipisahkan dengan biji
buahnya. 10.
Jus jambu biji merah dibuat dengan mengambil sari
dari daging buah tanpa biji yang bersih dan segar, kemudian dimasukkan dalam
blender tanpa penambahan air atau bahan apapun lainnya. 11.
Pemberian Perlakuan Jus Jambu Biji Merah 12.
Setiap responden diberikan 100gram 13. Setelah itu bisa disajikan 250 ml selama 7
hari. |
Sumber
: Amalia 2016, Rusdi (2018) dan Purwaningrum (2018)
PELAKSANAAN PENELITIAN |
|
|
|
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR |
|
PENGERTIAN |
Memberikan terapi kacang hijau dan jambu biji
merah dengan peningkatan kadar hemoglobin |
TUJUAN |
Mempercepat peningkatan kadar hemoglobin |
KEBIJAKAN |
Mulai diberikan kepada remaja |
PETUGAS |
Peneliti |
PROSEDUR PELAKSANAAN |
A. Tahap pra interaksi 1. menanyakan kesiapan pasien 2. siapkan alat dan bahan 3. menyiapkan alat B. Tahap pre terapi 1. menjelaskan prosedur pelaksanaan 2. melakukan pemiraksaan kadar hemoglobin menggunakan
( easytouch GCH) 3. melakukan pencatatan C. tahap kerja Berikan jus jambu dan kacang hijau selama 7 hari D. Tahap Post Terapi 1. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan 2. Mengukur kembali kadar hemoglobin menggunakan ( easytouch
GCH) 3. Melakukan pencatatan |
Lembar Observasi
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda ceklist
setiap responden mengonsumsi jus jambu dan kacang hijau
No. |
Nama |
Pemberian
Jus Jambu Merah dan kacang hijau Hari
Ke |
Keterangan (lengkap/tidak) |
||||||
1 Jam: |
2 Jam: |
3 Jam: |
4 Jam: |
5 Jam: |
6 Jam: |
7 Jam: |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*diisini
oleh pengurus asrama
NAMA |
UMUR |
BB |
Siklus
Haid |
TOTAL Pemberian Jus JambuMerah dan kacang hijau |
HB PRE INTERVENSI |
HARI KE -1 |
HARI KE-2 |
HARI KE-3 |
HARI KE-4 |
HARI KE-5 |
HARI KE- 6 |
HARI KE-7 |
HB POST INTERVENSI |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lembar Observasi
*diisi
oleh peneliti
LEMBAR
KONSUL
NAMA : ANNISA RAHMAWATI
NPM : 19340005P
JUDUL : PENGARUH PEMBERIAN JUS KACANG HIJAU DAN JUS JAMBU MERAH
TERHADAP PENINGKATAN HAEMOGLOBIN PADA
REMAJA DI YAYASAN PONDOK PESANTREN AL-ISHLAH SUKADAMAI KECAMATAN NATAR
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2020
Pembimbing I:
Ratna Dewi Putri,SST.,M.Kes
Hari
/ Tanggal |
Catatan
Pembimbing |
Paraf |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
HASIL PENELITIAN
Statistics |
||||
|
hb
sebelum eksperimen |
hb
setelah eksperimen |
rata-rata
peningkatan kelompok eksperimen |
|
N |
Valid |
20 |
20 |
20 |
Missing |
0 |
0 |
0 |
|
Mean |
10,420 |
11,125 |
,705 |
|
Std. Error of Mean |
,1676 |
,1640 |
,0724 |
|
Median |
10,350 |
11,100 |
,700 |
|
Mode |
9,7a |
10,5 |
,6a |
|
Std. Deviation |
,7495 |
,7333 |
,3236 |
|
Variance |
,562 |
,538 |
,105 |
|
Skewness |
-,020 |
,563 |
,623 |
|
Std. Error of Skewness |
,512 |
,512 |
,512 |
|
Kurtosis |
-,794 |
-,104 |
,519 |
|
Std. Error of Kurtosis |
,992 |
,992 |
,992 |
|
Range |
2,6 |
2,8 |
1,3 |
|
Minimum |
9,0 |
10,0 |
,2 |
|
Maximum |
11,6 |
12,8 |
1,5 |
|
Sum |
208,4 |
222,5 |
14,1 |
|
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown |
Frequency
Table
hb
sebelum eksperimen |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
9,0 |
1 |
5,0 |
5,0 |
5,0 |
9,3 |
1 |
5,0 |
5,0 |
10,0 |
|
9,7 |
2 |
10,0 |
10,0 |
20,0 |
|
9,8 |
1 |
5,0 |
5,0 |
25,0 |
|
9,9 |
1 |
5,0 |
5,0 |
30,0 |
|
10,0 |
1 |
5,0 |
5,0 |
35,0 |
|
10,2 |
2 |
10,0 |
10,0 |
45,0 |
|
10,3 |
1 |
5,0 |
5,0 |
50,0 |
|
10,4 |
1 |
5,0 |
5,0 |
55,0 |
|
10,5 |
1 |
5,0 |
5,0 |
60,0 |
|
10,7 |
1 |
5,0 |
5,0 |
65,0 |
|
10,8 |
1 |
5,0 |
5,0 |
70,0 |
|
10,9 |
1 |
5,0 |
5,0 |
75,0 |
|
11,1 |
1 |
5,0 |
5,0 |
80,0 |
|
11,3 |
1 |
5,0 |
5,0 |
85,0 |
|
11,5 |
2 |
10,0 |
10,0 |
95,0 |
|
11,6 |
1 |
5,0 |
5,0 |
100,0 |
|
Total |
20 |
100,0 |
100,0 |
|
hb
setelah eksperimen |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
10,0 |
1 |
5,0 |
5,0 |
5,0 |
10,2 |
1 |
5,0 |
5,0 |
10,0 |
|
10,3 |
1 |
5,0 |
5,0 |
15,0 |
|
10,5 |
3 |
15,0 |
15,0 |
30,0 |
|
10,7 |
1 |
5,0 |
5,0 |
35,0 |
|
10,8 |
1 |
5,0 |
5,0 |
40,0 |
|
10,9 |
1 |
5,0 |
5,0 |
45,0 |
|
11,1 |
2 |
10,0 |
10,0 |
55,0 |
|
11,2 |
1 |
5,0 |
5,0 |
60,0 |
|
11,3 |
2 |
10,0 |
10,0 |
70,0 |
|
11,5 |
1 |
5,0 |
5,0 |
75,0 |
|
11,7 |
1 |
5,0 |
5,0 |
80,0 |
|
11,8 |
1 |
5,0 |
5,0 |
85,0 |
|
12,1 |
1 |
5,0 |
5,0 |
90,0 |
|
12,2 |
1 |
5,0 |
5,0 |
95,0 |
|
12,8 |
1 |
5,0 |
5,0 |
100,0 |
|
Total |
20 |
100,0 |
100,0 |
|
rata-rata
peningkatan kelompok eksperimen |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
,2 |
1 |
5,0 |
5,0 |
5,0 |
,3 |
2 |
10,0 |
10,0 |
15,0 |
|
,4 |
2 |
10,0 |
10,0 |
25,0 |
|
,5 |
1 |
5,0 |
5,0 |
30,0 |
|
,6 |
3 |
15,0 |
15,0 |
45,0 |
|
,7 |
3 |
15,0 |
15,0 |
60,0 |
|
,8 |
2 |
10,0 |
10,0 |
70,0 |
|
,9 |
2 |
10,0 |
10,0 |
80,0 |
|
1,0 |
2 |
10,0 |
10,0 |
90,0 |
|
1,2 |
1 |
5,0 |
5,0 |
95,0 |
|
1,5 |
1 |
5,0 |
5,0 |
100,0 |
|
Total |
20 |
100,0 |
100,0 |
|
Histogram
Descriptives |
||||
|
Statistic |
Std.
Error |
||
hb sebelum eksperimen |
Mean |
10,420 |
,1676 |
|
95% Confidence Interval for Mean |
Lower Bound |
10,069 |
|
|
Upper Bound |
10,771 |
|
||
5% Trimmed Mean |
10,433 |
|
||
Median |
10,350 |
|
||
Variance |
,562 |
|
||
Std. Deviation |
,7495 |
|
||
Minimum |
9,0 |
|
||
Maximum |
11,6 |
|
||
Range |
2,6 |
|
||
Interquartile Range |
1,2 |
|
||
Skewness |
-,020 |
,512 |
||
Kurtosis |
-,794 |
,992 |
||
hb setelah eksperimen |
Mean |
11,125 |
,1640 |
|
95% Confidence Interval for Mean |
Lower Bound |
10,782 |
|
|
Upper Bound |
11,468 |
|
||
5% Trimmed Mean |
11,094 |
|
||
Median |
11,100 |
|
||
Variance |
,538 |
|
||
Std. Deviation |
,7333 |
|
||
Minimum |
10,0 |
|
||
Maximum |
12,8 |
|
||
Range |
2,8 |
|
||
Interquartile Range |
1,1 |
|
||
Skewness |
,563 |
,512 |
||
Kurtosis |
-,104 |
,992 |
||
rata-rata peningkatan kelompok eksperimen |
Mean |
,705 |
,0724 |
|
95% Confidence Interval for Mean |
Lower Bound |
,554 |
|
|
Upper Bound |
,856 |
|
||
5% Trimmed Mean |
,689 |
|
||
Median |
,700 |
|
||
Variance |
,105 |
|
||
Std. Deviation |
,3236 |
|
||
Minimum |
,2 |
|
||
Maximum |
1,5 |
|
||
Range |
1,3 |
|
||
Interquartile Range |
,5 |
|
||
Skewness |
,623 |
,512 |
||
Kurtosis |
,519 |
,992 |
T-Test
Paired
Samples Statistics |
|||||
|
Mean |
N |
Std.
Deviation |
Std.
Error Mean |
|
|
hb setelah eksperimen |
11,125 |
20 |
,7333 |
,1640 |
hb sebelum eksperimen |
10,420 |
20 |
,7495 |
,1676 |
Paired
Samples Test |
||||||||
|
Paired
Differences |
t |
df |
Sig.
(2-tailed) |
||||
Mean |
Std.
Deviation |
Std.
Error Mean |
95%
Confidence Interval of the Difference |
|||||
Lower |
Upper |
|||||||
hb setelah eksperimen - hb sebelum eksperimen |
,7050 |
,3236 |
,0724 |
,5536 |
,8564 |
9,743 |
19 |
,000 |
Statistics |
||||
|
hb
kelompok kontrol pengukuran 1 |
hb
kelompok kontrol pengukuran 2 |
rata-rata
peningkatan kelompok kontrol |
|
N |
Valid |
20 |
20 |
20 |
Missing |
0 |
0 |
0 |
|
Mean |
10,430 |
10,760 |
,330 |
|
Std. Error of Mean |
,2235 |
,2280 |
,0633 |
|
Median |
10,400 |
10,700 |
,400 |
|
Mode |
10,4a |
10,0a |
,6 |
|
Std. Deviation |
,9995 |
1,0195 |
,2830 |
|
Variance |
,999 |
1,039 |
,080 |
|
Skewness |
,244 |
,277 |
-,246 |
|
Std. Error of Skewness |
,512 |
,512 |
,512 |
|
Kurtosis |
-,120 |
-,043 |
-1,141 |
|
Std. Error of Kurtosis |
,992 |
,992 |
,992 |
|
Range |
3,8 |
4,0 |
1,0 |
|
Minimum |
8,4 |
8,8 |
-,2 |
|
Maximum |
12,2 |
12,8 |
,8 |
|
Sum |
208,6 |
215,2 |
6,6 |
|
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown |
Frequency
Table
hb
kelompok kontrol pengukuran 1 |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
8,4 |
1 |
5,0 |
5,0 |
5,0 |
9,4 |
2 |
10,0 |
10,0 |
15,0 |
|
9,6 |
2 |
10,0 |
10,0 |
25,0 |
|
9,8 |
2 |
10,0 |
10,0 |
35,0 |
|
10,2 |
2 |
10,0 |
10,0 |
45,0 |
|
10,4 |
3 |
15,0 |
15,0 |
60,0 |
|
10,6 |
1 |
5,0 |
5,0 |
65,0 |
|
10,8 |
3 |
15,0 |
15,0 |
80,0 |
|
11,8 |
2 |
10,0 |
10,0 |
90,0 |
|
12,2 |
2 |
10,0 |
10,0 |
100,0 |
|
Total |
20 |
100,0 |
100,0 |
|
hb
kelompok kontrol pengukuran 2 |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
8,8 |
1 |
5,0 |
5,0 |
5,0 |
9,4 |
1 |
5,0 |
5,0 |
10,0 |
|
9,6 |
1 |
5,0 |
5,0 |
15,0 |
|
10,0 |
2 |
10,0 |
10,0 |
25,0 |
|
10,2 |
2 |
10,0 |
10,0 |
35,0 |
|
10,5 |
1 |
5,0 |
5,0 |
40,0 |
|
10,6 |
2 |
10,0 |
10,0 |
50,0 |
|
10,8 |
2 |
10,0 |
10,0 |
60,0 |
|
11,0 |
2 |
10,0 |
10,0 |
70,0 |
|
11,2 |
2 |
10,0 |
10,0 |
80,0 |
|
11,8 |
1 |
5,0 |
5,0 |
85,0 |
|
12,3 |
1 |
5,0 |
5,0 |
90,0 |
|
12,4 |
1 |
5,0 |
5,0 |
95,0 |
|
12,8 |
1 |
5,0 |
5,0 |
100,0 |
|
Total |
20 |
100,0 |
100,0 |
|
rata-rata
peningkatan kelompok kontrol |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
-,2 |
1 |
5,0 |
5,0 |
5,0 |
,0 |
4 |
20,0 |
20,0 |
25,0 |
|
,1 |
2 |
10,0 |
10,0 |
35,0 |
|
,2 |
1 |
5,0 |
5,0 |
40,0 |
|
,4 |
5 |
25,0 |
25,0 |
65,0 |
|
,6 |
6 |
30,0 |
30,0 |
95,0 |
|
,8 |
1 |
5,0 |
5,0 |
100,0 |
|
Total |
20 |
100,0 |
100,0 |
|
Histogram
Descriptives |
||||
|
Statistic |
Std.
Error |
||
hb kelompok kontrol pengukuran 1 |
Mean |
10,430 |
,2235 |
|
95% Confidence Interval for Mean |
Lower Bound |
9,962 |
|
|
Upper Bound |
10,898 |
|
||
5% Trimmed Mean |
10,444 |
|
||
Median |
10,400 |
|
||
Variance |
,999 |
|
||
Std. Deviation |
,9995 |
|
||
Minimum |
8,4 |
|
||
Maximum |
12,2 |
|
||
Range |
3,8 |
|
||
Interquartile Range |
1,2 |
|
||
Skewness |
,244 |
,512 |
||
Kurtosis |
-,120 |
,992 |
||
hb kelompok kontrol pengukuran 2 |
Mean |
10,760 |
,2280 |
|
95% Confidence Interval for Mean |
Lower Bound |
10,283 |
|
|
Upper Bound |
11,237 |
|
||
5% Trimmed Mean |
10,756 |
|
||
Median |
10,700 |
|
||
Variance |
1,039 |
|
||
Std. Deviation |
1,0195 |
|
||
Minimum |
8,8 |
|
||
Maximum |
12,8 |
|
||
Range |
4,0 |
|
||
Interquartile Range |
1,1 |
|
||
Skewness |
,277 |
,512 |
||
Kurtosis |
-,043 |
,992 |
||
rata-rata peningkatan kelompok kontrol |
Mean |
,330 |
,0633 |
|
95% Confidence Interval for Mean |
Lower Bound |
,198 |
|
|
Upper Bound |
,462 |
|
||
5% Trimmed Mean |
,333 |
|
||
Median |
,400 |
|
||
Variance |
,080 |
|
||
Std. Deviation |
,2830 |
|
||
Minimum |
-,2 |
|
||
Maximum |
,8 |
|
||
Range |
1,0 |
|
||
Interquartile Range |
,6 |
|
||
Skewness |
-,246 |
,512 |
||
Kurtosis |
-1,141 |
,992 |
Paired
Samples Test |
||||||||
|
Paired
Differences |
t |
df |
Sig.
(2-tailed) |
||||
Mean |
Std.
Deviation |
Std.
Error Mean |
95%
Confidence Interval of the Difference |
|||||
Lower |
Upper |
|||||||
hb kelompok kontrol pengukuran 2 - hb kelompok kontrol
pengukuran 1 |
,3300 |
,2830 |
,0633 |
,1975 |
,4625 |
5,214 |
19 |
,000 |
Group Statistics |
|||||
|
kode 0 kelompok eksperimen, kode 1 kelompok kontrol |
N |
Mean |
Std.
Deviation |
Std.
Error Mean |
|
,0 |
20 |
,705 |
,3236 |
,0724 |
1,0 |
20 |
,330 |
,2830 |
,0633 |
Independent
Samples Test |
|||||||
|
t-test
for Equality of Means |
||||||
t |
df |
Sig.
(2-tailed) |
Mean
Difference |
Std.
Error Difference |
95%
Confidence Interval of the Difference |
||
Lower |
Upper |
||||||
perbedaan kelompok |
3,901 |
38 |
,000 |
,3750 |
,0961 |
,1804 |
,5696 |
3,901 |
37,338 |
,000 |
,3750 |
,0961 |
,1803 |
,5697 |
no |
Kelompok eksperimen |
no |
kelompok kontrol |
||||
sebelum |
sesudah |
selisih |
sebelum |
sesudah |
selisih |
||
1 |
11,3 |
12,8 |
1,5 |
1 |
10,4 |
10,6 |
0,2 |
2 |
10,5 |
11,2 |
0,7 |
2 |
9,6 |
9,6 |
0 |
3 |
10,9 |
11,3 |
0,4 |
3 |
10,4 |
10,5 |
0,1 |
4 |
11,5 |
12,1 |
0,6 |
4 |
9,8 |
10,2 |
0,4 |
5 |
9,7 |
10,5 |
0,8 |
5 |
10,2 |
11 |
0,8 |
6 |
9,9 |
10,3 |
0,4 |
6 |
9,4 |
10 |
0,6 |
7 |
9 |
10 |
1 |
7 |
9,8 |
10,2 |
0,4 |
8 |
10,2 |
10,8 |
0,6 |
8 |
11,8 |
11,8 |
0 |
9 |
11,1 |
11,3 |
0,2 |
9 |
12,2 |
12,8 |
0,6 |
10 |
9,8 |
10,5 |
0,7 |
10 |
10,8 |
10,8 |
0 |
11 |
10,2 |
10,7 |
0,5 |
11 |
10,2 |
10,6 |
0,4 |
12 |
11,5 |
11,8 |
0,3 |
12 |
9,4 |
10 |
0,6 |
13 |
10,3 |
11,5 |
1,2 |
13 |
8,4 |
8,8 |
0,4 |
14 |
10,4 |
11,1 |
0,7 |
14 |
10,6 |
11,2 |
0,6 |
15 |
11,6 |
12,2 |
0,6 |
15 |
9,6 |
9,4 |
-0,2 |
16 |
9,7 |
10,5 |
0,8 |
16 |
10,4 |
11 |
0,6 |
17 |
10 |
10,9 |
0,9 |
17 |
10,8 |
11,2 |
0,4 |
18 |
10,7 |
11,7 |
1 |
18 |
11,8 |
12,4 |
0,6 |
19 |
9,3 |
10,2 |
0,9 |
19 |
12,2 |
12,3 |
0,1 |
20 |
10,8 |
11,1 |
0,3 |
20 |
10,8 |
10,8 |
0 |
LEMBAR OBSERVASI
NO |
NAMA |
UMUR |
BB |
SIKLUS HAID |
TOTAL Pemberian Jus Jambu Merah Dan Kacang
Hijau |
HB PRE INTERVENSI |
Hari Ke-1 |
Hari Ke-2 |
Hari Ke-3 |
Hari Ke-4 |
Hari Ke-5 |
Hari Ke-6 |
Hari Ke-7 |
Hb Post Intervensi |
1. |
Muslimatun |
16 Th |
49 Kg |
28 |
250 |
11,3 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
12,8 |
2. |
Ana Wati |
15 Th |
60 Kg |
28 |
250 |
10.5 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
11,2 |
3. |
Lilin |
16 Th |
48 Kg |
28 |
250 |
10,4 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
11,3 |
4. |
Rosita |
15 Th |
55 Kg |
28 |
250 |
11,5 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
12,1 |
5. |
Mar’atul |
16 Th |
45 Kg |
28 |
250 |
9,7 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
10,5 |
6. |
Ulfa |
15Th |
40 Kg |
28 |
250 |
9,9 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
10,3 |
7. |
Ratna |
15Th |
47 Kg |
28 |
250 |
9,0 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
10,0 |
8. |
Nabila |
15 Th |
44 Kg |
28 |
250 |
10,2 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
18,8 |
9. |
Asti |
15 Th |
51 Kg |
28 |
250 |
11,7 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
11,3 |
10. |
Tri |
16 Th |
55Kg |
28 |
250 |
9,8 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
10,5 |
11. |
Nelly |
15 Th |
53 Kg |
28 |
250 |
10,2 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
10,7 |
12. |
Enita |
16 Th |
40Kg |
28 |
250 |
11,5 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
11,8 |
13. |
Dwi Nur |
16 Th |
52 Kg |
28 |
250 |
10,3 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
11,5 |
14. |
Atik |
16 Th |
42Kg |
28 |
250 |
10,4 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
11,1 |
15. |
Mellya |
16 Th |
49Kg |
28 |
250 |
17,6 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
12,2 |
16. |
Vika |
15Th |
58Kg |
28 |
250 |
9,7 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
10,5 |
17. |
Rantika |
16 Th |
48Kg |
28 |
250 |
10,0 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
10,9 |
18. |
Indri |
16 Th |
53Kg |
28 |
250 |
10,7 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
11,7 |
19. |
Suci |
16 Th |
55Kg |
28 |
250 |
9,3 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
10,2 |
20. |
rosyidah |
16 Th |
45Kg |
28 |
250 |
10,8 |
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
11,1 |
Diisi oleh
peneliti
LEMBAR OBSERVASI
NO |
NAMA |
UMUR |
BB |
SIKLUS HAID |
TOTAL Pemberian Jus Jambu Merah Dan Kacang
Hijau |
HB PRE INTERVENSI |
HARI KE-1 |
HARI KE-2 |
HARI KE-3 |
HARI KE-4 |
HARI KE-5 |
HARI KE-6 |
HARI KE-7 |
HB POST INTERVENSI |
1. |
Nn. A |
15 Th |
45 |
28 |
FE |
10,4 |
|
|
|
|
|
|
|
10,6 |
2. |
Nn. B |
15 Th |
48 |
28 |
FE |
9,6 |
|
|
|
|
|
|
|
9,6 |
3. |
Nn. E |
15 Th |
42 |
28 |
FE |
10,4 |
|
|
|
|
|
|
|
10,5 |
4. |
Nn. U |
16 Th |
50 |
28 |
FE |
9,8 |
|
|
|
|
|
|
|
10,2 |
5. |
Nn. I |
16 Th |
51 |
28 |
FE |
10,2 |
|
|
|
|
|
|
|
11 |
6. |
Nn. J |
14 Th |
53 |
28 |
FE |
9,4 |
|
|
|
|
|
|
|
10 |
7. |
Nn. J |
15Th |
55 |
28 |
FE |
9,8 |
|
|
|
|
|
|
|
10,2 |
8. |
Nn. N |
15 Th |
57 |
28 |
FE |
11,8 |
|
|
|
|
|
|
|
11,8 |
9. |
Nn. S |
15Th |
40 |
28 |
FE |
12,2 |
|
|
|
|
|
|
|
12,8 |
10. |
Nn. R |
16Th |
42 |
28 |
FE |
10,8 |
|
|
|
|
|
|
|
10,8 |
11. |
Nn. T |
14 Th |
43 |
28 |
FE |
10,2 |
|
|
|
|
|
|
|
10,6 |
12 |
Nn. R |
16Th |
44 |
28 |
FE |
9,4 |
|
|
|
|
|
|
|
10 |
13. |
Nn.R |
15Th |
46 |
28 |
FE |
8,4 |
|
|
|
|
|
|
|
8,8 |
14. |
Nn.H |
16Th |
51 |
28 |
FE |
10,6 |
|
|
|
|
|
|
|
11,2 |
15. |
Nn. W |
16 Th |
60 |
28 |
FE |
9,6 |
|
|
|
|
|
|
|
9,4 |
16. |
Nn. W |
16 Th |
64 |
28 |
FE |
10,4 |
|
|
|
|
|
|
|
11 |
17. |
Nn, M |
15 Th |
39 |
28 |
FE |
10,8 |
|
|
|
|
|
|
|
11,2 |
18. |
Nn. T |
15 Th |
43 |
28 |
FE |
11,9 |
|
|
|
|
|
|
|
12,4 |
19. |
Nn. S |
15Th |
47 |
28 |
FE |
12,2 |
|
|
|
|
|
|
|
12,3 |
20. |
Nn Oj |
16 Th |
54 |
28 |
FE |
10,8 |
|
|
|
|
|
|
|
10,8 |
Diisi oleh peneliti
Komentar
Posting Komentar