PENGARUH PEMBERIAN KONSUMSI JUS KACANG HIJAU DAN JUS JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN HAEMOGLOBIN

 


PENGARUH PEMBERIAN KONSUMSI JUS KACANG HIJAU DAN JUS JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN HAEMOGLOBIN PADA

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.      Latar Belakang

Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa Hb yang beredar tidak dapat memenuhi funginya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Penurunan Hb dapat menyebabkan keadaan lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas, angina pectoris (Bakta, 2014). Prevalens anemia diperkirakan 9 persen di Negara – Negara maju, sedangkan di Negara berkembang prevalensinya 43 persen. Anak-anak dan wanita usia subur (WUS) adalah kelompok yang paling beresiko, dengan perkiraan prevalensi anemia pada balita sebesar 47 persen, pada wanita hamil sebesar 42 persen, dan pada wanita yang tidak hamil usia 15-49 tahun sebesar 30 persen. World Health Organization (WHO) menargetkan penurunan prevalensi anemia pada WUS sebesar 50 persen pada tahun 2025. (WHO, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013).WHO telah menetapkan batas kadar Hb normal berdasarkan umur dan jenis kelamin, anak 6 bulan sampai 6 tahun batas nilai Hb 11,0 gr, anak 6 tahun sampai 14 tahun batas nilai Hb 12,0 gr, pria dewasa batas nilai Hb 13,0 gr, ibu hamil batas nilai Hb 11,0 gr, wanita dewasa batas nilai Hb 12,0 gr (WHO dalam Arisman, 2010).

            Anemia pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar. Konsentrasi belajar terganggu prestasi belajar menurun serta mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah (Notoadmodjo, 2015).

Hemoglobin (Hb) adalah protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah, yang memberi warna merah pada sel darah merah (Proverawati, 2011). Kadar Hb ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah merah, jumlah Hb dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen.Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah 14 -18 gr% dan erittrosit 4,5 - 5,5 jt/mm3. Sedangkan pada wanita, hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr% dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm3. Pada umumnya, anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan penderita tidak tahu atau tidak menyadari. Bahkan ketika tahu pun masih menganggap anemia sebagai masalah sepele (Aryani, 2012).

Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 42,1% dan usia 19- 45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada ibu hamil (SKRT, 2012). Menurut Data Riskesdas (2018) Prevalensi anemia di Indonesia yaitu sebesar 23,7%. Sedangkan prevalensi anemia di Indonesia berdasarkan karakteristik umur, yaitu umur 5-14 tahun sebesar 26,8%, umur 15-24 tahun sebesar 32,0%, umur 25-34 tahun sebesar 15,1%, dan umur 35-44 tahun sebesar 16,7% (Riskesdas, 2018).

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Di Indonesia, prevalensi anemia masih cukup tinggi. Hal ini pernah ditunjukkan Depkes (2005) di mana penderita anemia pada remaja putri berjumlah 26,50%, wanita usia subur (WUS) 26,9%; ibu hail 40,1%, dan anak balita 47,0%. Tidak jauh berbeda tentang pernyataan WHO Regional Office SEASERO yang menyatakan bahwa 25-40 % remaja putri menjadi penderita anemia defisiensi zat besi tingkat ringan sampai berat di Asia Tenggara (Kusin, 2002). Berdasarkan survey Kesehatan Rumah Tangga (1995), prevalansi anemia remaja putri di Indonesia adalah 57,1% (Aryani, 2012).

Menurut Notoadmodjo (2015) Remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Dikarenakan pada masa ini adalah masa yang pertumbuhan yang sangat pesat. Wanita usia subur cenderung menderita anemia dikarenakan wanita mengalami menstruasi setiap bulan, dan ini akan diperberat jika asupan zat besi dari makanan sehari-hari rendah. Wanita usia subur yang mengalami anemia gizi besi akan mudah sakit karena daya tahan tubuh yang rendah sehingga produktivitas kerja rendah. (Permenkes, 2014).

Menurut Proverawati (2011), Penyebab anemia yaitu penghancuran sel darah merah yang berlebihan, kehilangan darah, penurunan produksi sel darah merah. Penderita anemia merasalesu, lemah, letih, lunglai, sering mengeluh pusing dan mata berkunang – kunang terutama saat berdiri atau bangun dari duduk. (Arisman,2010).

Remaja putri harus diperhatikan kebutuhan zat besinya, karena kebutuhan zat besi akan terus meningkat dengan datangnya menarche (Rangen, 1997, dalam Aryani, 2012). Kehilangan zat besi yang dibutuhkan wanita berjumlah sama yaitu sekitar 0,8 mg perhari. Namun, wanita dewasa mengalami kehilangan tambahan  akibat menstruasi dan hal ini menaikkan kebutuhan rata – rata setiap harinya sehingga zat besi yang harus diserap adalah 1,4 mg per hari, jumlah memenuhi 90% kebutuhan pada wanita yang sedang menstruasi, untuk memenuhi kebutuhan yang 10% lagi diperlukan absorpsi harian paling sedikit 2,4 mg zat besi guna mengimbangi kehilangan yang sangat tinggi pada saat menstruasi (Gibney, 2009 dalam Sulistiyawati, 2015).

            Menurut Aryani (2012) Upaya pencegahan anemia yaitu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur), dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang – kacangan, dan tempe), banyak makan – makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi seperti jambu, jeruk, tomat, dan nanas, minum 1 tablet penambah darah setiap hari saat mengalami haid. Tablet tambah darah merupakan tablet yang diberikan pada wanita usia subur sebanyak 1 kali seminggu dalam upaya pencegahan anemia. (Permenkes, 2014).

            Menurut pemberian Susanti (2019) Pemberian konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi itu sangat penting untuk meningkatkan kadar Hb seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun ubi jalar) dan buah buahan (jeruk, jambu biji dan pisang).ada suatu cara lain yang dapat meningkatkan hemoglobin di dalam tubuh yakni dengan pemberian nutrisi dengan melengkapi asupan mikro nutrien penting yakni zat besi (NCCN 2010). Tetapi permasalahannya adalah besi yang berasal dari bahan makanan nabati memiliki tingkat penyerapan yang rendah sehingga upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan diiringi mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C (Islamiyah 2006) dalam Huda (2016).

Meningkatkan hemoglobin di dalam tubuh yakni dengan pemberian nutrisi dengan melengkapi asupan mikro nutrien penting yakni zat besi (NCCN 2010). Tetapi permasalahannya adalah besi yang berasal dari bahan makanan nabati memiliki tingkat penyerapan yang rendah sehingga upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan diiringi mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C (Islamiyah 2006) dalam Huda, 2016. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (2018), yang menyatakan bahwa konsumsi buah kacang hijau dan jambu biji sebanyak 250 ml/hari sebagai sumber zat besi dan sumber vitamin C dapat membantu meningkatakan zat besi serta penyerapan zat besi,akan tetapi jika asupan vitamin C rendah,dapat memberikan implikasi terhadap kadar hemoglobin remaja.

Salah satu makanan yang dapat mencegah defisiensi zat besi yaitu kacang hijau, Kacang hijau merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan untuk pembentukkan sel darah sehingga dapat mengatasi efek penurunan Hb. Kacang hijau dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah anemia karena kandungan fitokimia dalam kacang hijau sangat lengkap sehingga dapat membantu proses hematopoiesis. Kacang hijau juga memiliki kandungan vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium banyak terdapat pada kacang hijau (Astawan, 2009).

Kacang hijau (Vigna Radiata) sudah sangat popular bagi kita. Kacang hijau masuk suku polong – polongan dan mengandung banyak sekali manfaat dalam kehidupan manusia, baik untuk dikonsumsi sehari–hari yang diolah dalam berbagai bentuk makanan dan minuman, maupun untuk kesehatan.Kacang hijau mudah ditemukan di Indonesia karena termasuk salah satu tumbuhan khas tropis (Akbar,2015) dalam Farida (2017).

Menurut Sulistyowati (2015) Zat besi farmakologis dapat digantikan dengan bahan alami salah satunya berasal dari jambu biji merah yang mengandung zat besi dan kaya akan vitamin C. Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Jambu biji sebagai bahan makanan mengandung nutrisi yang lengkap dan di setiap 100 gram jambu biji mengandung besi 1,10 mg, lemak 0,30 gram, Vitamin C 87,00 mg , protein 0, 90 mg dan kalsium 14,00 gram dan memenuhi standar gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh untuk kesehatan. (Cahyono, 2010).

            Salah satu buah yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin adalah buah jambu biji, kandungan zat kimia dalam jambu biji adalah asam amino (tripofan, lisin), kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C, kandungan mineral yang ada di dalam buah jambu biji dapat mengatasi penderita anemia (kekurangan darah merah) karena di dalam buah jambu biji merah mengandung juga zat mineral yang dapat memperlancar proses pembentukan hemoglobin sel darah merah. Kandungan mineral seperti magnesium, tembaga dan mangan. Mangan digunakan oleh tubuh sebagai faktor rekan untuk enzim antioksidan, suproksida dismutase. Tembaga dibutuhkan dalam produksi sel darah merah. (Lestari, 2018).

            Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pemberian jus jambu biji merah (psidium guajava.l) terhadap kadar hemoglobin dan ferritin serum penderita anemia remaja putri dimana hasil penelitiannya  yaitupemberian jus jambu biji merah dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan ferritin serum penderitaanemia remaja putri. Dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi dengan jus jambu biji merah secara teratur (Pagdya, 2017).

            Angka kejadian anemia di Lampung  pada tahun 2013 mencapai 57,1%. Anemia pada remaja putri masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya lebih dari 15%. Angka kejadian anemia didapatkan anemia pada balita umur 0-5 tahun sebesar 40,5%, usia sekolah sebesar 26,5%, Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 39,5%, pada ibu hamil sebesar 43,5% (Dinkes Lampung, 2015).

            Menurut hasil Riskesdas (2013) Secara keseluruhan prevalensi  pada remaja di provinsi Lampung terjadi 10,9% berada di bawah prevalensi nasional (13,6%). Dapat dilihat terdapat 5 kabupaten dengan angka prevalensi di atas angka prevalensi provinsi yakni kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Kota Metro, Lampung Utara. Terdapat 3 Kabupaten/kota yang memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari prevalensi nasional yakni Lampung Selatan 21,9%, Lampung Utara 21,8% dan kota metro 15,1% .

            Remaja sebaiknya mengkonsumsi makanan yang seimbang dengan kebutuhan yang disesuaikan oleh umur. Remaja harus juga memperhatikan frekuensi makan dan jumlah porsi makanan dari jenis karbohidrat, protein hewani, protein nabati, buah – buahan khususnya yang banyak mengandung zat besi. Tetapi hal ini kemungkinan tidak terjadi di pesantren atau pondok, sehingga menjadi salah satu faktor penyebab anemia di pondok pesantren. Hal ini dikarenakan pemenuhana gizi remaja putri yang ada di dalam asrama sudah disesuaikan dengan aturan yang berlaku di pondok pesantren, tanpa terkecuali termasuk menu makanan yang dikonsumsi oleh remaja putri(Ginting, 2016).

            Menurut Notoadmodjo (2015) upaya untuk membina kesehatan gizi remaja dapat dilakukan melalui sekolah (UKS), karena kelompok ini pada umumnya berada di bangku sekolah menengah pertama maupun umum (SLTP atau SMU).

Berdasarkan hasil wawancara kepada pengurus asramadi Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai, didapatkan bahwa pola makan sehari-hari siswi berupa sayur-sayuran seperti kangkung, pare, bayem, dan sayur-sayuran hijau lainnya. Dengan karbohidrat telur, dan terkadang ayam, daging yang belum tentu ada dalam sebulan sekali. Keluhan yang sering dialami oleh siswi dalam 1 tahun terakhir yaitu siswi sering mengeluh lelah, letih, lesu, dan pusing. Pola istirahat siswi asrama dengan jadwal tidur pukul 22.00 WIB, pukul 03.00 WIB seluruh siswi dibangunkan untuk sholat tahajud, dan dilanjutkan dengan jadwal mengaji. Pola PHBS siswi pondok bersih-bersih asrama setiap hari, dan bersih-bersih akbar setiap minggu.

Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukandi Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, Dari 13 remaja yang dilakukan survey kadar haemoglobin di dapatkan 2 siswi dengan Hb normal yaitu (12,0gr%),(12,5gr%) Dan didapati 2 sisiwi dengan kadar hb 11gr/% yaitu (11,5gr%),(11,3gr%). Kemudian didapati kadar hb siswi dengan kadar hb 10gr% yaitu ( 10gr%),(10,1gr%),(10,5gr%),(10,3gr%),(10,1gr%). Terdapat 3 sisiwi12 dengan Kadar hb 9gr% yaitu (9gr%), (9gr%),(9,5gr%), dan terdapat 1 siswi dengan kadar hb (8,4gr%) Maka d simpulkan beberapa siswi dengan haemoglobin tidak normal.

            Berdasarkan data diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pemberian konsumsi  jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.

 

1.2.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu “pengaruh pemberian konsumsi  jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia diYayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.”

 

1.3.      Tujuan Penelitian

1.3.1.      Tujuan Umum

Diketahui pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020

 

1.3.2.      Tujuan Khusus

1.        Diketahui rata-rata Hb remaja pada kelompok ekprimen (jus kacang hijau dan jus jambu biji + Fe ) pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.

2.        Diketahui   rata-rata Hb remaja pada kelompok kontrol (Fe) pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.

3.        Diketahui pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.

 

 

1.4.      Manfaat Penelitian

1.4.1.      Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para petugas  kesehatan guna meningkatkan mutu pelayanan pada remaja putri untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

1.4.2.      Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam mengetahui Untuk Mengetahui rata-rata kadar Hbsebelumdiberikan jus kacang hijau dan  jus jambu biji   pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.

1.5.      Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini di lakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukandengan menggunakan lembar observasi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian true eksperimen atau eksperimen semu dengan two group pretest-postest With Control dimana peneliti melakukan observasi pertama (pretes). Subjek pada penelitian ini adalah remaja putri di Yayasan Pondok Pesantren AL-Ishlah, Penelitian dilakukan di Lampung selatan. Penelitian telah di lakukan pada bulan Februari - Juli tahun 2020.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

 

2.1  Anemia Pada Remaja

2.1.1        Definisi

Anemia didefinisikan sebagai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah sesuai batas yang direkomendasikan (WHO, 2007). Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan dengan penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) (Bakta, 2014). 

2.1.2        Klasifikasi

Rujukan cut-off anemia balita 6-59 bulan adalah kadar hemoglobin dibawah 11,0 g/dl. Anak usia sekolah 5-12 tahun dianggap anemia bila kadar hemoglobinnya < 11,5 g/dl. Sementara itu, laki-laki berusia > 15 tahun dianggap mengalami anemia bila kadar hemoglobin < 13 g/dl dan wanita usia  > 15 tahun tidak hamil mengalami anemia bila kadar hemoglobin < 12 g/dl. Wanita hamil dianggap anemia jika hemoglobin < 11 gr/dl (WHO, 2011).

 

 

 

 

2.1.3        Penyebab Anemia

Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem didalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi membran sel darah merah (Almatsier, 2011). Penyebab lainnya kurangnya asupan zat besi adalah karena pola konsumsi masyarakat Indonesia yang masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi (non heme iron). Sedangkan daging dan protein hewani lain (ayam dan ikan) yang diketahui sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron), jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat di pedesaan sehingga hal ini menyebabkan rendahnya penggunaan dan penyerapan zat besi (Sediaoetama, 2003). 

Menurut Proverawati (2011) Anemia dapat di sebabkan oleh yaitu :

a.    Penghancuran Sel Darah Merah Yang Berlebihan

Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang belum matur (muda) dapat juga disereksi ke dalam darah. Sel darah yang usianya muda biasanya gampang pecah/lisis sehingga terjadi anemia. Penghancuran sel darah yang berlebihan dapat disebabkan oleh :

1)        Masalah dengan sumsum tulang seperti tulang sepert limfoma,leukemia,atau multiple myeloma.

2)        Masalah dengan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan kerusakan sel – sel darah merah.

3)        Kemoterapi

4)        Penyakit kronis : AIDS

b.        Kehilangan Darah

Kehilangan darah dapat disebabkan oleh:

1)        Perdarahan: mensturasi,persalinan.

2)        Penyakit: malaria.

3)        Penyakit kronis seperti kanker,kolitus ulserativa,atau rheumatoid arthritis.

4)        Kehilangan darah (misalnya, dari periode mensturasi berat atau boroklambung).

c.         Penurunan Produksi Sel Darah Merah

Jumlah sel darah yang direproduksi dapat menurun ketika terjadi kerusakan pada daerah sumsum tulang, atau bahan dasar produksi tidak tersedia.Penurunan produksi sel darah dapat terjadi akibat :

1)        Obat-obatan/racun (obat penekan sumsum tulang: kortikosteroid).

2)        Diet yang rendah,vegetarian ketat.

3)        Gagal ginjal

4)        Genetik beberapa bentuk anemia,seperti talasemia

1.        Kehamilan. (Proverawati, 2011)

Menurut Poltekkes Depkes Jakarta (2012) Remaja putri mudah terserang anemia karena :

1.   Pada umumnya masyarakat Indonesia ( termasuk remaja putri ) lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.

2.   Remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga, membatasi asupan makanannya.

3.   Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui feses.

4.   Remaja putri mengalami haid setiap bulam, dimana kehilangan zat besi +- 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pria.(Poltekekes Depkes, 2012)

Secara umum ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu:

1.   Kehilangan darah secara kronis, sebagai dampak pendarahan kronis

2.   Asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat

3.   Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah (Arisman, 2007).

 

2.1.4        Dampak Anemia pada Remaja

Priyanto (2018) menyebutkan bahwa dampak anemia pada remaja putri dalam jangka pendekadalah

1.      menurunkan konsentrasi belajar,

2.      mengganggu pertumbuhan dan perkembangan,

3.      menurunkan kemampuan fisik dan aktivitas kerja,

4.      dan memberikan dampak negatif bagi sistem saluran pencernaan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, dan imunitas.

Dampak anemia jangka panjang bagi remaja putri adalah

1.      meningkatnya risiko melahirkan bayi dalam kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau prematur, dan pendarahan sebelum dan saat melahirkan.

2.      Dampak anemia jangka panjang lainnya yaitu berisiko terjadinya abortus dan cacatbawaan.

Kebutuhan remaja putri terhadap asupan zat besi lebih banyak dibandingkan dengan kelompok lainnya karena zat besi tersebut berguna dalam proses regenerasi zat besi yang telah terbuang bersama darah menstruasi dan juga untuk mendukung proses pertumbuhan serta pematangan secara seksual. Status gizi remaja putri merupakan kunci keberhasilan kelangsungan hidup mereka dan anak-anak yang dilahirkan pada masa depan karena keadaan kesehatan, gizi, dan mental berpengaruh terhadap keadaan kehamilan (Priyanto, 2018).

Komplikasi dari anemia gizi besi beragam antara lain gagal jantung kongestif hal ini dikarenakan otot jantung kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat, konfusi kanker, penyakit ginjal, gondok, gangguan pembentukan heme (pigmen pembentukan warna merah pada darah yang mengandung zat besi), kelainan jantung rematoid, meningitis, gangguan sistem kekebalan tubuh dan sebagainya (Rahmawati, 2011).

2.1.5        Penanganan

2.1.5.1  Terapi Farmakologi

Menurut Bakta (2014) Setelah diagnosis ditegakkan maka dibuat rencana  pemberian terapi, terapi terhadap anemia defisiensi  besi dapat berupa:

1.        Terapi kausal: tergantung penyebabnya, misalnya: pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia kambuh kembali.

2.        Pemberian preparat besi untuk mengaganti kekurangan besi dalam tubuh:

a.         Besi per oral: merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman,. Preparat yang tersedia, yaitu:

1)        Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan efektif). Dosis: 3 x 200 mg.

2)        Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succiente, harga lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek samping hampir sama.

Preparat besi oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong.tetapi efek samping lebih banyak dibandingkan dengan pemberian setelah makan. Efek samping dapat berupa mual, muntah, serta konstipasi. Pengobatan diberikan sebanyak 6 bulan setelah kadar hemoglobin normal untuk mengisi cadangan besi tubuh. Kalau tidak, anemia sering kambuh kembali.

b.   Besi parenteral

Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu:

a)   mintoleransi oral berat;

b)   Kepatuhan obat berkurang;

c)   Kolitis ulserativa;

d)  Perlu peningkatan Hb secara cepat ( misal preoprasi, hamil trisemester akhir).

Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 3

 
Preparat yang tersedia: iron dextran complex, iron sorbitol citric acid complax. Dapat diberikan secara intramuskuler dalam atau intravena pelan. Efek samping: reaksi anafilaksis, flebitas, sakit kepala, flushbing, mual, muntah, nyeri perut, dan sinkop. Dosis besi parenteral: harus dihitung dengan tepat karena besi berlebihan akan membahayakan pasien. Besarnya dosis dapat dihitung dari rumus dibawah ini:

 

3.        Pengobatan lain

1)        Diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama berasal dari protein hewani

2)        Vitamin c: vitamin c diberikan 3 x 100 mg per hari untuk  meningkatkan absorpsi besi

3)        Transfusi darah: anemia kekurangan besi jarang memerlukan transfusi darah, indikasi pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah:

(1) Adanya penyakit jantung anermik dengan ancaman payah jantung

(2) Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing yang sangat mencolok

(3) Penderita memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat, seperti pada kehamilan trisemester akhir atau preoprasi.

Jenis darah yang doberikan adalah PRC (packed red cell) untuk mengurangi bahaya overload. Sebagai premedikasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemid intravena.

4.        Pengobatan

Pengobatan harus ditujukan pada penyebab anemia, dan mungkin termasuk :

a.         Transfuse darah.

b.        Kortikosteroid atau obat –obatan lainnya yang menekan system kekebalan tubuh.

c.         Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat sel – sel darah.

d.        Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineralnya.

Menurut Poltekkes Depkes Jakarta (2012) upaya – upaya untuk mencegah anemia antara lain sebagai berikut :

1.        Makan – makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan daari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang – kacangan, dan tempe).

2.        Banyak makan – makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya : jambu, jeruk, tomat, dan nanas.

3.        Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid.

4.        Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, sesegara konsultasi ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.

2.1.5.2  Terapi Non Farmakologi

Upaya mencegah anemia dan peningkatan kadar hemoglobin menurut Aryani (2012) ialah:

1.   Konsumsi makanan mengandung besi

a.         Hewani :

1)        Daging

2)        Ayam

3)        Hati

4)        Telur

b.        Nabati

1)        Sayuran berwarna hijau tua

2)        Kacang –kacangan (Kacang hijau, kacang merah , kacang kedelai)

3)        Tempe

2.      Konsumsi makanan sumber vitamin C

1)        Jambu

2)        Jeruk

3)        Tomat

4)        Nanas

5)        Madu

3.      Minum 1 tablet FE setiap hari (Aryani,2012).

Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamil yaitu terfokus pada pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil. Menurut Permenkes No 88 Tahun 2012 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil, bahwa untuk melindungi wanita usia subur dan ibu hamil dari kekurangan gizi dan mencegah terjadinya anemia gizi besi maka perlu mengonsumsi tablet tambah darah (Kemenkes RI, 2013).

Sumber makanan kaya zat besi dan asam folat umumnya terdapat pada sumber protein hewani seperti hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat di Indonesia. Pemberian tablet tambah darah sebagai salah satu upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan anemia yang merupakan cara yang efektif karena dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan zat besi dan atau asam folat. Tablet tambah darah merupakan tablet yang diberikan kepada wanita usia subur dan ibu hamil. Bagi wanita usia subur diberikan sebanyak 1 (satu) kali seminggu dan 1 (satu) kali sehari selama haid dan untuk ibu hamil diberikan setiap hari selama masa kehamilannya atau minimal 90 (sembilan puluh) tablet (Permenkes, 2014).

sehingga masih belum semua laboratorium memilikinya (Bakta, 2014).

2.1.6        Upaya Peningkatan Kadar haemoglobin

1. Zat Besi

Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam sintesa haemoglobin (Hb) (Arisman, 2010). Seorang ibu yang dalam masa kehamilannya telah menderita kekurangan zat besi tidak dapat memberi cadangan zat besi kepada bayinya dalam jumlah yang cukup untuk beberapa bulan pertama. Meskipun bayi itu mendapat air susu dari ibunya, tetapi susu bukanlah bahan makanan yang banyak mengandung zat besi karena itu diperlukan zat besi untuk mencegah anak menderita anemia (Proverawati, 2011).

Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat menimbulkan gejala-gejala seperti mual, nyeri didaerah lambung, kadang terjadi diare dan sulit buang air besar, pusing bau logam (Bakta, 2014). Selain itu setelah mengkonsumsi tablet tersebut, tinja akan berwarna hitam, namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek samping tablet zat besi ini tergantung pada dosis zat besi dalam pil, bukan pada bentuk campurannya. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka kemungkinan efek samping semakin besar.

2.      Sumber Zat Besi

Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya antara 5-10% tetapi penyerapannya hanya5%. Makanan hewani seperti daging, ikan dan ayam merupakan sumber utama zat besi hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan Hb. Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan (Proverawati, 2011).

Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat besi. Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat besi yaitu balita, anak sekolah, wanita usia subur dan ibu hamil. Pemberian suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhan akan zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari makan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Makanan yang banyak mengandung zatbesi antara lain daging, terutama hati dan jeroan, apricot, prem kering, telur, polong kering, kacang tanah dan sayuran berdaun hijau (Arisman, 2010).

3.      Sumber Makanan yang Mengandung Zat Besi

Zat  besi  yang  berasal  dari  hewani  yaitu;  daging,  ayam,  ikan, telur.Zat  besi  yang  berasal  dari  nabati  yaitu;kacang-kacangan, sayuran hijau, dan pisang ambon.Keanekaragaman  konsumsi  makanan  berperan  penting  dalam membantu  meningkatkan  penyerapan  Fe  didalam  tubuh.  Kehadiran protein hewani, viTrimesterin C, Vitamin A, Asam folat, zat  gizi  mikro  lain  dapat  meningkatkan  penyerapan  zat  besi dalam  tubuh.  Manfaat  lain  dari  mengkonsumsi  makanan sumber  zat  besi  adalah  terpenuhinya  kecukupan  vitamin  A, karena  makanan  sumber  zat  besi  biasanya  juga  merupakan sumber vitamin A (Arisman, 2010).

Penyerapan  besi  dipengaruhi  oleh  banyak  faktor.  Protein hewani dan vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium,  magnesium  dapat  mengikat  Fe  sehingga  mengurangi jumlah serapan. Karena itu sebaiknya tablet Fe  ditelan bersamaan dengan  makanan  yang  dapat  memperbanyak  jumlah  serapan, sementara makanan yang mengikat Fe sebaiknya dihindarkan, atau tidak  dimakan  dalam  waktu  bersamaan.  Disamping  itu,  penting pula diingat, tambahan besi sebaiknya diperoleh dari makanan (Proverawati, 2011).

 

2.2    Hemoglobin

2.2.1        Pengertian

Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah, yang memberi warna merah pada sel darah merah. Hb memiliki peran penting dalam mengantar oksigen ke seluruh bagian tubuh untuk konsumsi dan membawa kembali karbon dioksida kembali ke paru menghembuskan nafas keluar dari tubuh. Jika kadar hemoglobin terlalu rendah, prosese ini terganggu, sehingga tubuh memiliki tingkat oksigen yang rendah (Proverawati, 2011).

Kandungan Hb yang rendah dengan demikian mengindekasikan anemia, bergantung pada metode yang digunakan, nilai Hb menjadi akurat sampai 2-3%. Gejala anemia berupa lemah, kurang nafsu makan, kurang energi, konsenstrasi menurun, sakit kepala, mudah trinfeksi penyakit, mata kunang-kunang, selain itu kelopak mata,bibir, dan kuku tampak pucat. Penanggulangan ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari (Bakta, 2014).

Kadar Hb ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah merah, jumlah Hb dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen, batas normal nilai Hb untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar Hb  normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2010).

Haemoglobin mengikat 2 proton untuk setiap kehilangan 4 molekul oksigen dan dengan demikian turut memberikan Perbedaan yang berarti pada kemampuan pendaparan darah. Dalam paru, proses tersebut berlangsung terbalik yaitu seiring oksigen berikatan dengan haemoglobin yang berada dalam keadaan tanpa oksigen (deoksigenasi), proton dilepas dan bergabung dengan bikarbonat sehingga terbentuk asam karbonat, dengan bantuan enzim karbonik anhidrase, asam karbonat membentuk gas CO2 yang kemudian dihembuskan keluar (Bakta, 2014).

Tabel 2.1

Batas Kadar Hemoglobin

Kelompok Umur

Batas Kadar Hemoglobin (gr/dl)

Anak 6 bulan-6 tahun

11,0

Anak 6 tahun-14 tahun

12,0

Pria dewasa

13,0

Ibu hamil

11,0

Wanita dewasa

12,0

Sumber : WHO dalam Arisman 2010

 

 

 

2.2.2        Pemeriksaan Kadar Haemoglobin

Di antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode sianmethaemoglobin. Pada metode Sahli, Hb dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferrohemeoleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferrihemeyang segera bereaksi dengan ion CI membentuk ferrihemechloridyang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbedaan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Disamping faktor mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat memperbedaani hasil pembacaan (Laksmi, 2008).

Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli ini masih memadai dan bila pemeriksanya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah metode sianmethaemoglobin. Pada metode ini haemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianidamenjadi methaemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN2-) membentuk sianmethaemoglobinyang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga masih belum semua laboratorium memilikinya (Bakta, 2014).

2.2.3        Siklus Besi dalam Tubuh

Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang tertutup yang diatur oleh besarnya besi yang diserap usus, sedangkan kehilangan besi fisiologik bersifat tetap. Besi yang diserap usus setiap hari berkisar antara 1-2 mg, ekskresi besi terjadi dalam jumlah yang sama melalui eksfoliasi epitel. Besi dari usus dalam bentuk transferin akan bergabung dengan besi yang dimobiliéasi dari makrofag dalam sumsum tulang sebesar 22 mg untuk dapat memenuhi kebutuhan eritropoesis sebanyak 24 mg per hari. Eritrosit yang terbentuk secara efektif yang akan beredar melalui sirkulasi memerlukan besi 17 mg, sedangkan besi sebesar 7 mg akan dikembalikan ke makrofag karena terjadinya eritropoesis inefektif (hemolisis intramedular). Besi yang terdapat pada eritrosit yang beredar, setelah mengalami proses penuaan juga akan dikembalikan pada makrofag sumsum tulang sebesar 17 mg sehingga dapat dilihat suatu lingkaran tertutup (closed circuit) yang sangat eflsien, seperti yang dilukiskan pada gambar 2.1.

 

 

 

 

Gambar 2.1

Skeman Sikluas Pertukaran Besi dalam Tubuh

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : Bakta (2014)

 

2.3    Remaja

2.3.1        Definisi

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolenscence, berasal dari bahasa Latin adolenscence yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan (Sarwono, 2013). Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, serta sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Varney, 2006). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun, sedangkan menurut Depkes RI batasan usia remaja adalah antara 10 sampai 19 dan belum kawin.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2013). Individu akan mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Berdasarkan beberapa pengertian remajayang telah dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

 

2.3.2  Batasan Usia Remaja

Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Tahapan pengelompokan usia remaja dapat dibagi menjadi  tiga (Sarwono (2013), yaitu:

1.        Remaja Awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu, pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa. Menurut WHO Remaja awal adalah usia 11-13 tahun.

2.        Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu, pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya. Sedangkan menurut WHO remaja pertengahan adalah usia 14-18 tahun.

3.        Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.

2.3.3   Ciri – ciri Remaja

Menurut Hurlock (2009) usia remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang dibedakan menjadi 8 periode, yaitu

1.        Masa periode penting

Pada periode remaja ini adalah periode yang sangat penting baik langsung maupun jangka panjang karena perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.

2.        Masa periode peralihan

Setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilaksanakan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Di lain pihak status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

 

3.        Masa periode perubahan

Pada masa periode perubahan ada 4 perubahan yang sama dan hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang interaksinya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan menimbulkan masalah baru. Ketiga, berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap perubaha. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tapi mereka sering takut bertanggung jawab atas akibatnya dan merugikan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab ini.

4.        Masa periode bermasalah

Pada periode ini ada 2 alasan bagi masalah itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah kanak-kanak sebagian terselesaikan oleh orangtua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa dirinya mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang lain.

5.        Masa mencari identitas

Pada tahun-tahun aawal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal seperti sebelumnya. Tetapi status remaja yang mendua dalam kebudayaan Amerika saat ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan krisis identitas atau masalah identitas ego pada remaja.

6.        Masa usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan streotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya atau cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda, takut bertanggung jawab, dan bersikap untuk simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

7.        Masa yang tidak realistic

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang dia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini tidak hanya bagi keluarganya dan teman-temannya menyebabkan emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja.

8.        Masa ambang menuju dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

 

2.3.4  Perkembangan Fisik pada Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah dengan menunjukkan gejala primer dan sekunder dalam pertumbuhan remaja. Diantara perubahan-perubahan fisik tersebut dibedakan menjadi dua yaitu:

1.        Ciri-ciri seks primer

Ciri-ciri seks primer pada remaja adalah pada remaja laki-laki sudah bias melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun, dan pada remaja perempuan bila sudah mengalami menarche (menstruasi). Menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.

2.        Ciri-ciri seks sekunder

Tanda-tanda fisik sekunder merupakan tanda-tanda badaniah yang membedakan pria dan wanita. Pada wanita biasnyaa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi dan anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus, dan lurus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, haid, dan tumbuh bulu- bulu ketiak. Pada laki-laki bisa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, bulu kemaluan menjadi keriting, tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu di dada.


Tabel. 2.2

Kebutuhan Gizi pada Remaja

 

Kelompok Umur

BB

(kg)

TB

(cm)

Energi

(kkal)

Protein

(g)

Vit.A

(RE)

Vit.D

(µg)

Vit.E

(mg)

Tiamin

(mg)

Riboflavin

(mg)

Niasin

(mg)

Asam Folat

(µg)

 

Piridoksin

(mg)

Vit.B12

(µg)

Vit.C

(mg)

Kalsium

(mg)

Besi

(mg)

Zinc

(mg)

Laki-laki

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

10-12 th

35

138

2050

50

600

5

11

1

1

12

300

1,3

1,8

50

1000

13

14

13-15 th

46

150

2400

60

600

5

15

1,2

1,2

14

400

1,3

2,4

75

1000

19

17,4

16-18 th

55

160

2600

65

600

5

15

1,3

1,3

16

400

1,3

2,4

90

1000

15

17

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Wanita

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

10-12 th

37

2050

2050

50

600

5

11

1

1

12

300

1,2

1,8

50

1000

20

12,6

13-15 th

48

2400

2350

57

600

5

15

1,1

1

13

400

1,2

2,4

65

1000

26

15,4

16-18 th

50

2600

2200

50

600

5

15

1,1

1

14

400

1,2

2,4

75

1000

26

14

 

 

Sumber : Aryani, (2012)


 

2.4    Kacang Hijau

Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti “mungo”,”mungbean”,”green bean” dan “mung”. Di indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama daerah, seperti artak (Madura), kacang wills (Bali), buwe (Flores), tibowang cadi (Makassar). Buah kacang hijau merupakan polong bulat memanjang antara 6-15 cm. Di dalam setiap buah terdapat 5-10 biji kacang hijau. Biji tersebut ada yang mengkilap dan ada pula yang kusam, tergantung jenisnya.

            Biji kacang hijau berbentuk bulat atau lonjong, umumnya berwarna hijau, tetapi ada juga yang berwarna kuning, coklat, atau berbintik-bintik hitam. Dua jenis kacang hijau paling terkenal adalah golden gram dan green gram. Golden gram merupakan kacang hijau yang berwarna keemasan, dalam bahasa botaniya disebut Phaseoulus aureus. Sedangkan yang berwarna hijau atau green gram disebut Phaseolus radiatus.

            Biji kacang hijau terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%) dan sisanya adalah lembaga (2%). Kotiledon banyak mengandung pati dan serat, sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan lemak. Dalam perdagangan kacang hijau di Indonesia hanya dikenal dua macam mutu yaitu kacang hijau biji besar dan biji kecil. Kacang hijau biji besar digunakan untuk bubur dan tepung, sedangkan yang berbiji kecil digunakan untuk pembuatan tauge.

 

 

2.4.1        Kandungan Gizi

Komposisi kimia kacang hijau sangat beragam, tergantung varietas, faktor genetik, iklim, maupun lingkungan. Karbohidrat merupakan komponen terbesar (lebih dari 55%) biji kacang hijau, yeng terdiri dari pati, gula, dan serat. Pati pada kacang hijau memiliki daya cerna yang sangat tinggi yaitu 99,8% sehingga sangat baik dijadikan bahan makanan bayi dan anak balita yang sistem pencernaannya belum sempurna orang dewasa.

     Berdasarkan jumlahnya, protein merupakan penyusun utama kedua setelah karbohidrat. Kacang hijau mengandung 20-25% protein. Protein pada kacang hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%. Daya cerna yang tidak terlalu tinggi tersebut disebabkan oleh adanya zat antigizi, seperti antitripsin dan tanin (polifenol). Untuk meningkatkan daya cerna protein tersebut, kacang hijau harus diolah terlebih dahulu melaluli proses pemasakan seperti perebusan, pengukusan, dang sangrai. Protein kacang hijau kaya asam amino leusin, arginin, isoleusin, valin, dan lisin, meskipun proteinnya dibatasi oleh asam amino bersulfur seperti metionin dan sistein. Namun, dibandingkan jenis kacang lainnya,

Tabel.2.3

Komposisi Gizi Kacang Hijau dan Tauge Kacang Hijau

Zat Gizi

Biji Kacang Hijau

Tauge Kacang Hijau

Energi (kkal)

345

23

Protein (g)

22,2

2,9

Lemak (g)

1,2

0,2

Karbohidrat (g)

62,9

4,1

Kalsium (mg)

125

29

Fosfor (mg)

320

69

Besi (mg)

6,7

0,8

Vitamin A (SI)

157

10

Vitamin B1 (mg)

0,64

0,07

Vitamin C(mg)

6

15

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1992)

Tabel. 2.4

Komposisi Kimia Berbagai Produk Olahan Kacang Hijau

Komponen

 (per 100 g bahan)

Tepung

Pati

Protein Isolat

MI

Kue Kering

Air (g)

6,23

7,31

6,80

10,50

3,02

Protein (g)

20,15

0,19

70,85

0,18

9,02

Lemak (g)

0,80

0,01

1,01

1,01

25,9

Abu (g)

2,07

0,34

3,93

0,33

2,08

Serat kasar (g)

1,04

0,28

0,32

0,27

1,04

Karbohidrat (g)

69,71

91,87

17,09

88,71

58,94

Energi (kkal)

367

368

361

356

505

Sumber : Prabhavat (1986)

Kandungan metion dan sistein pada kacang hijau lebih tinggi. Kesimbangan asam amino pada kacang hijau mirip dan sebanding dengan kedelai.

Kandungan lemak galam kacang hijau relatif sedikit (11-1,2%). Keadaan ini menguntungkan sebab dengan kandungan lemak yang rendah, kacang hijau dapat disimpan lebih lama dibandingkan kcang-kacangan lainnya. Lemak kacang hijau sebagian besar tersusun atas asam lemak tidak jenuh oleat (20,8%),linolet (16,3%) dan linolenat (37,5%). Linolenat dan linolenat merupakan asam lemak esensial yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak.

Kacang hijau juga mengandung vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium, dan laium banyak terdapat pada kacang hijau. Kalsium banyak terdapat pada bagian kulit biji, diikuti bagian lembaga dan paling sedikit pada bagian kotiledon. Sebaliknya, fosfor banyak terdapat pada bagian lembaga. Zat besi paling banyak terdapat pada bagian embrio dan kulit biji. Vitamin yang paling banyak terkandung pada kacang hijau adalah thiamin (B), riboflavin (B2), dan niasin (B3).

Kacang hijau juga merupakan sumber serat pangan (dietary fiber). Kadar serat dalam kacang hijau mempunyai peranan yang sangat penting untuk mencegah terjadinya sembelit (susah buang air besar) sera berbagai penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan.

2.4.2        Pemanfaatan Kacang Hijau

a.    Kecambah kacang hijau

b.    Tepung kecambah kacang hijau

c.    Tepung kacang hijau

d.   Makanan tradisional

e.    Pati kacang hijau (tepung hunkwe)

f.     Protein isolat

g.    Makanan bayi

h.    Sari kacang hijau

Kacang hijau dapat di jadikan beberapa macam olahan. Olahan kacak hijau seperti bubur kacang hijai, sari kacang hijau, sari kacang hijau merupakan minuman yang padat gizi dan berkhasiat untuk kesehatan. (Astawan,2009).

2.4.3   Cara Penyajian

Cara penyajian minuman kacang hijau menururt Amalia (2016)

100gram kacang hijau  di tambah 2 sendok makan gula pasir500 cc air.Kacang Hijau dicuci bersih , Rendam kacang hijau dengan air hingga pecah kirakira 1jam, Setelah itu rebus 500 cc air hingga mendidih, lalu masukkan rendaman kacang hijau, Tunggu sampai lunak, lalu masukkan gula pasir. Aduk sampai gula larut, lalu matikan apinya. Tunggu sampai dingin, Setelah itu bisa disajikan diminum 1 kali sehari yaitu pagi hari dan siang hari (Amalia,2016).

2.5    Jambu biji

2.5.1        Pengertian

Ada bermacam – macam jenis jambu biji. Tiga di antaranya yang paling terkenal adalah jambu Bangkok, jambu apel, jambu merah, jambu sukun, dan jambu sari. Jambu biji sangat baik bagi kesehatan karena mengandung vitamin C yang lebih banyak dibandingkan buah – buahan lainnya. sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan. Jambu biji juga mengandung serat yang tinggi sehingga baik bagi pencernaan. Selain itu, jambu biji mengandung pectin yang tinggi sehingga berkhasiat mengikat kolestrol dan asam empedu dalam usus sekaligus membantu mengeluarkannya.

2.5.2 Cara pembuatan

Jus jambu biji dapat dibuat dengan cara berikut ini.

Menurut Hadimarta (2015) pembuatan jus jambu biji sebagai terapi peningkatan kadar haemoglobin.Tahap awal dilakukan dengan pengumpulan bahan baku jambu biji merah. Kemudian buah jambu biji merah dikupas, dipotong  dan dipisahkan dengan biji buahnya. Jus jambu biji merah dibuat dengan mengambil sari dari daging buah tanpa biji yang bersih dan segar, kemudian dimasukkan dalam blender tanpa penambahan air atau bahan apapun lainnya.  Pemberian Perlakuan Jus Jambu Biji Merah Setiap responden kelompok perlakuan diberikan  diberikan 100 gram jambu merah yang diolah menjadi  jus selama 7hari.

2.5.3        Manfaat, Kegunaan, dan Kandungan Gizi Jambu Biji

Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman (juice, selai atau jam, kembang gula, nectar, chutney, setup dan lain sebagainya). Selain itu buah jambu juga bermanfaat untuk pengobatan (terapi) bermacam – macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan kolestrol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan sariawan.

Jambu biji sebagai bahan makanan mengandung nutrisi yang lengkap dan memenuhi standar gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh untuk kesehatan. Jambu biji merupakan sumber vitamin C yang tinggi dibandingkan dengan buah lainnya. Seperti kita ketahui vitamin C sangat baik untuk antioksidan. Kandungan nuttrisi atau kompisisi kimia jambu biji secara lengkap (Cahyono,2010).

Table 2.5

Kandungan nutrisi dalam buah jambu biji setiap 100 gram bahan yang dapat dimakan.

No

Jumlah zat gizi

 

Banyaknya kandungan gizi

1.

Energi 

49,00 kal

2.

Protein

0, 90 gram

3.

Lemak

0, 30 gram

4.

Karbohidrat

12,20 gram

5.

Kalsium

14,00 gram

6.

Fosfor

28,00 mg

7.

Serat

5,60 gram

8.

Besi

1,10 mg

9.

Vitamin A

4,00 RE

10.

Vitamin B1 (thiamin)

0,05 mg

 

11.

Vitamin B2 (riboflavin)

0,04 mg

12.

Vitamin C

87,00 mg

13.

Vitamin B3 (niasin)

1.10 gram

Sumber : Emma S. Wirakusumah, 1994

Serat yang terkandung dalam buah jambu biji juga cukup tinggi. Serat tersebut baik untuk memperlancar pencernaan dan kesehatan saluran pencernaan. Jambu biji selain mengandung zat – zat gizi (nutrisi) tersebut di atas, juga mengandung prektin dan tanin. Prektin yang terkandung dalam jambu biji berguna untuk bahan pembuat “gel” atau “jeli”. Pektin juga bermanfaat obat untuk menurunkan kolesterol dalam darah. Pectin dapat mengikat kolesterol dan asam empedu dalam usus dan membantu pengeluarannya. Sementara itu, tanin di dalam tubuh berfungsi memperlancar sistem pencernaan dan sirkulasinya dalam darah dapat menyerang virus. Tanin adalah suatu senayawa nongizi, senyawa tersebut (tanin) menimbulkan rasa sepat dalam buah, terutama buah yang masih muda (mentah)(Cahyono,2010).

 

2.6      Cara Pemberian jus kacang hijau dan jambu biji

1.         Kacang Hijau dicuci bersih,

2.         Rendam kacang hijau dengan air hingga pecah ± 1 jam.

3.         Setelah itu rebus 500 cc air hingga mendidih

4.         rendaman 100gram kacang hijau, Tunggu sampai lunak, lalu masukkan gula pasir.

5.         Aduk sampai gula larut, lalu matikan apinya.

6.         Tunggu sampai dingin,

7.         Hitung total pemberian jus jambu

8.         Tahap awal dilakukan dengan pengumpulan bahan baku jambu biji merah.

9.         Kemudian buah jambu biji merah dikupas, dipotong  dan dipisahkan dengan biji buahnya.

10.     Jus jambu biji merah dibuat dengan mengambil sari dari daging buah tanpa biji yang bersih dan segar, kemudian dimasukkan dalam blender tanpa penambahan air atau bahan apapun lainnya.

11.     Pemberian Perlakuan Jus Jambu Biji Merah

12.     Setiap responden diberikan 100gram 

13.     Setelah itu bisa disajikan 250 ml selama 7 hari.

 (Amalia 2016, Rusdi (2018) dan Purwaningrum (2018).

2.7      Perbedaan Kacang Hijau dan jambu Biji terhadap Peningkatan Haemoglobin

Salah satu jenis kacang-kacangan yang mengandung zat besi tinggi adalah kacang hijau. (vigna radiata). Kacang hijau sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu hamil dan menyusui, juga untuk menunjang masa pertumbuhan anak. Kandungan zat besi dalam kacang hijau paling banyak terdapat pada embrio dan kulit bijinya (Astawan, 2009) dengan jumlah kandungan zat besi pada kacang hijau sebanyak 6,7 mg per 100 gram kacang hijau dan salah satu bentuk penyajian kacang hijau yang paling efektif adalah dengan sari kacang hijau, yaitu air dan ampasnya disaring dan dipisahkan sehingga minuman tersebut padat gizi.

Heltty (2008) menunjukkan bahwa pemberian jus kacang hijau dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan sel darah pada pasien kanker dengan kemoterapi. Mengkonsumsi dua cangkir kacang hijau dalam setiap hari berarti telah mengkonsumsi 50% kebutuhan besi dalam setiap hari yaitu 18 mg dan dapat meningkatkan kadar hemoglobin selama 2 minggu.

Kacang hijau mengandung  zat besi sebanyak 2,25 mg dalam setiap setengah cangkir kacang hijau. Kacang hijau juga mengandung fitat sebesar 2,19%. Fitat dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga dianjurkan untuk merendam kacang hijau sebelum mengolahnya. Pengolahan kacang hijau melalui perendaman sebelumnya bertujuan untuk memudahkan penyerapan zat besi yang diperlukan untuk maturasi selsel darah. Biji kacang hijau yang telah direbus atau diolah dan kemudian dikonsumsi mempunyai daya cerna yang tinggi dan rendah daya flatulensinya. Hemaglutinin dapat menggumpalkan sel darah merah dan bersifat toksik. 

Toksisitas hemaglutinin dapat dihancurkan melalui proses pemanasan pada suhu 100ºC. Asam fitat dapat membentuk kompleks dengan Fe atau unsur-unsur mineral, terutama Zn, Mg, dan Ca menjadi bentuk yang tidak larut dan sulit diserap tubuh sehingga mengurangi ketersediannya dalam tubuh karena menjadi sangat sulit dicerna. Proses fermentasi dapat meningkatkan ketersediaan unsur besi bagi tubuh. Hal ini penting untuk mencegah anemia gizi besi (Astawan 2009).

Kacang hijau sebagai salah satu bahan yang digunakan diketahui mengandung asam folat, vitamin B1, riboflavin, vitamin B6, asam pantothenat, niasin, potassium, fosfor, mangan, selenium, dan zat besi. Kandungan vitamin B1 di dalam kacang hijau mampu mengubah karbohidrat menjadi energi. Zat besi yang terkandung di dalam kacang hijau juga berperan dalam mengurangi efek kemoterapi yaitu anemia (Heltty 2008).

Zat ini mampu membantu proses hemopoesis dimana zat besi diangkut oleh darahmenuju sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah merah tubuh. Penyerapan zat besi yang terkandung di dalam kacang hijau tidak seutuhnyadapat diserap secara maksimal oleh tubuh. Hal ini perlu dibantu dengan vitamin Cyang bermanfaat dalam penyerapan zat besi. Kandungan vitamin C tinggi terkandungdi dalam jambu biji. Vitamin C diketahui dapat membantu meningkatkan penyerapan besi dengan mereduksi besi dalam bahan pangan dari bentuk ferri menjadi ferrodalam usus halus sehingga lebih mudah diabsorsbsi. Selain itu vitamin C juga dapat menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit dimobilisasi oleh zat besi. Selainitu dengan adanya vitamin C, absorbsi besi dalam k dalam keadaan non heme dapat meningkat empat kali lipat dalam tubuh (Almatsier 2001). Penelitian ini telah membuktikan bahwa campuran kedua jus mampu bekerja secara maksimal dan terjadi peningkatan Hb pada pasien. Islamiyah (2006) juga membuktikan bahwa campuran 75% jus kacang hijau dengan 25% jus jambu biji terbukti meningkatkan kadar Hb secara signifikan.

Setiap bulan wanita akan mengalami menstruasi, pada saat menstruasi akan mengalami kehilangan banyak darah dan hilangnya zat besi secara bersamaan pada saat darah keluar sehingga tubuh tidak bisamenjaga keseimbangan zat besi dan wanita lebih cenderung mengalami anemia saat menstruasi. Untuk mengatasi anemia solusi yang tepat yaitu mengkonsumsi jus jambu biji yang setiap 100 gram mengandung 0,26 mg zat besi (Padya, 2013). Wanita yang sedang menstruasi membutuhkan zat besi 1,4 mg/ hari (Gibney,2009). Untuk memenuhi kebutuhan zat besi saat menstruasi dapat membuat jus jambu biji dengan 400 gram jambu biji yang diminum sekali setiap hari selama 3 hari pertama mesntruasi dimana darah keluar banyak.

Buah jambu biji merah mengandung senyawa yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah, antara lain : zat besi, vitamin C, vitamin A, tembaga dan fosfor. Zat besi merupakan mineral yang diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi dalam tubuh bisa membuat seseorang mengalami penurunan system kekebalan tubuh dan sering merasa lesu. Hal ini juga merupakan salah satu penyebab anemia. Zat besi dengan vitamin C membentuk askorbat besi kompleks yang larut dan mudah diserap oleh organ – organ pada tubuh manusia. Pengubahan zat besi non-heme dalam membentuk senyawa etabolis Ferri menjadi Ferro akan semakin besar bila pH di dalam lambung semakin asam. Vitamin C dapat menambah keasaman sehingga membantu meningkatkan penyerapan zat besi sebanyak 30% (Sianturi, 2012). Selain penting untuk kesehatan mata, vitamin A juga penting untuk jumlah sel darah merah. Vitamin Amembantu dalam memobilisasi zat besi untuk dimasukkan kedala hemoglobin untuk mengangkut oksigen (Suharno D, 1993 dalam Sianturi, 2012). Mineral, tembaga dan fosfor berperan dalam memelihara kesehatan dan fungsi sel darah merah. Tembaga membantu dalam metabolisme zat besi sedangkan fosfor membantu hemoglobin dala pengiriman oksigen ke jaringan tubuh (Turnlund JR, 2006 dalam Sianturi, 2012).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.8         Kerangka teori

Kerangka teori  dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.2

Kerangka Teori

Dampak anemia pada remaja putri dalam jangka pendek :

1.     menurunkan konsentrasi belajar,

2.     mengganggu pertumbuhan dan perkembangan,

3.     menurunkan kemampuan fisik dan aktivitas kerja,

4.     dan memberikan dampak negatif bagi sistem saluran pencernaan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, dan imunitas.

Dampak anemia jangka panjang bagi remaja putri :

1.     meningkatnya risiko melahirkan bayi dalam kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau prematur, dan pendarahan sebelum dan saat melahirkan.

2.     Dampak anemia jangka panjang lainnya yaitu berisiko terjadinya abortus dan cacat bawaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber : Bakta (2014), Aryanti (2012), dan Priyanto (2018)

 

 

 

 

2.9         Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah disebutkan bahwa banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kadar Haemoglobin. Dikarenakan keterbatasan waktu penelitian serta dari reponden, maka penulis membatasi penelitian ini dengan meneliti yaitu :  Kacang hijau dan Penignkatan kadar haemoglobin.

 

Gambar 2.3

Kerangka Konsep

 

                     Pre                        Kelompok Kontol                           Post

 


                       

Pre                          Kelompok Eksperimen                  Post

 

 

 

 

 


2.10     Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ada pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.


BAB III

METODE PENELITIAN

 

3.1    Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat positifisme digunakan untuk meneliti  pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016).

 

3.2    Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1        Waktu Penelitian

Waktu penelitian telah dilaksanakan dari bulan Februari - Juli2020

3.2.2        Tempat Penelitian

Tempat penelitian telah di laksanakan di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020.

 

3.3     Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian true eksperimen dengan two group pretest-postest With Control dimana peneliti melakukan observasi pertama (pretes) kemudian peneliti menguji perubahan perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan, dalam desain ini tidak ada kelompok kontrol (pembanding) (Riyanto, 2017).

Rancangan tersebut digambarkan sebagai berikut :

Kelompok       :          

 01-----------X1---------02

01-----------X2---------02

Keterangan

01            : kadar Hb

X1          : pemberian tablet Fe 1 kali dalam seminggu dan perlakuan berupa pemberian minuman kacang hijau & jus jambu merah

X2          : pemberian tablet Fe 1 kali dalam seminggu

02            : kadar Hb

 

3.4         Populasi dan Sampel

3.4.1        Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi putridi Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020 kelas I,II,III berjumlah 77 siswi.

3.4.2        Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2016).Menurut Gay dan Diehl dalam Hendryadi (2012) apabila penelitian eksperimental sampel minimum adalah 15-20 subyek per grup. Pada penelitian ini, setelah dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin didapatkan  sampel 40 remaja dengan pembagian, sebagai barikut:

20 orang sebagai kelompok eksperimen

20 orang sebagai kelompok kontrol

Dimana 20 remaja yang akan dilakukan perlakuan pemberian kacang hijau dan jus jambu biji sebagai kelompok eksperimen dan 20 remaja tanpa perlakuan sebagai kelompok kontrol.

3.4.3        Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana sampel yang akan diambil sesuia dengan kriteria yang diinginkan  (Sugiyono, 2016). Kriteria-kriteria yang mendukung atau sesuai dengan penelitian.

Kriteria Inklusi:

1.        Remaja putri di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah

2.        Bersedia menjadi responden

3.        Kadar HB < 12 g/dL

4.        Tidak mengkonsumsi  jus jambu dan kacang hijau

Kriteria eksklusi :

1.      Sedang menstruasi

2.      Tidak memiliki penyakit kelainan darah (leukimia)

 

3.5    Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini  adalah:

1.    Variabel bebas (independen) yaitu : kacang hijau dan jambu biji merah

2.    Variabel terikat (dependen) yaitukadar Hb.

 

 

 

3.6    Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel

Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

Terikat

Kadar Hb

Kadar Hb ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah merahbatas normal, nilai Hb untuk remaja adalah 12 gr/dl

Hb Digital

(Easy touch)

Melakukan pengukuran kadar Hb sebelum dan sesudah intervensi

9,0 – 12,8 gr/dl

Ratio

Bebas

Jus Kacang Hijau

Jus kacang hijau 250 ml diminum 1 kali sehari yaitu pada sore hari selama 7 hari

Gelas Ukur

Observasi

 

       -

 

      -

Jus Jambu biji

Jus Jambu biji yang diberikan sebagai terapi kadar haemoglobin dengan. Pemberian Perlakuan Jus Jambu Biji Merah Setiap responden diberikan 100% jus jambu biji merah dengan volume 3 ml/kg BB dikonsumsi sebanyak 1 kali / hari selama 7 hari.

Gelas Ukur

Observasi

 

 

 

      -

 

 

 

      -

 

3.7         Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan lembar observasi  yaitu dilakukan dengan pengukuran dari responden untuk mengetahui peningkatan kadar haemoglobin.

 

 

 

1.         Pre test

a.       Dilakukan pengukuran kadar haemoglobin yang sudah di siapkan oleh peneliti kepada responden untuk mengetahui kadar haemoglobin kepada kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada hari pertama.

b.      Penulisan hasil ukur kadar heamoglobin yang telah dilakukan pengecekkan sebelum intervensi dan mengisi karakteristik di lembar Observasi yang telah dibuat oleh peneliti.

2.         Perlakuan

a.         Konsumsi tablet Fe 1 kali dalam seminggu untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Fe di berikan pada hari pertama intervensi pada kelompok intervensi dan kontrol.

b.        Konsumsi jus jambu merah dengantakaran 100 gram jambu biji ditambahkan dengan takaran 100 gram kacang hijau dan di campur dengan air sehingga menjadi 250 ml yang d minum 1kali sehari.

c.         Konsumsi minuman kacang hijau dan jus jambu merah dilakukan selama 7 hari berturu-turut untuk kelompok intervensi.

d.        Didokumentasikan dengan mengisi lembar observasi.

e.         Pengisian lembar observasi di bantu oleh pengurus asrama yang 1x24 bersama santri untuk memantau konsumsi minuman kacang hijau dan jus jambu merah sesuai dengan jadwal pemberian, takaran dan SOP.

 

 

3.         Post test

a.       Pengambilan data dilakukan setelah dilakukannya pemberian minuman kacang hijau dan jus jambu merah di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

b.      Dilakukan pengukuran kadar haemoglobin ulang setelah pemberian intervensi (selama 7 hari) pada hari ke 10 responden kelompok intervensi.

c.       Dilakukan pengukuran kadar haemoglobin ulang setelah pemberian pada hari ke 10 responden kelompok kontrol.

d.         Dilakukan dengan pengukuran heamoglobin dan pengisian lembar observasi yang sudah disiapkan oleh peneliti kepada responden untuk mengetahui perubahan kadar heamoglobin kelompok intervensi setelah perlakukan dan kelompok kontrol.

 

3.8         Pengolahan Data

Setelah lembar observasi diisi, dilakukan pengolahan data dengan sistem komputer melalui  tahap-tahap sebagai berikut.

3.8.1        Editing

Tahapan ini dilakukan untuk meneliti kelengkapan hasil observasi yang telah dilakukan (Arikunto, 2010). Setelah lembar observasi di isi, kemudian diperiksa apakah semua  telah terisi secara jelas.

 

 

3.8.2        Processing

Pengetikan hasil skala nyeri dilembar observasikedalam program pengolahan data. Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data telah bersih dari kesalahan, sehingga siap untuk dianalisa. (Supardi, 2013).

3.8.3        Cleaning

Dilakukan pengecekan data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Jika semua data dari setiap sumber telah dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan (Notoatmodjo, 2012).

3.8.4        Tabulating

Tabulating, yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan ke dalam tabel-tabel agar mudah dipahami.

3.9         Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini dengan memanfaatkan perangkat lunak komputer. Adapun analisis yang dilakukan terbagi dua, yaitu:

3.9.1        Analisis Univariat

Analisa univariat adalah analisis satu variabel dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, ukuran penyebaran dan nilai rata-rata (Supardi, 2013). Analisa univariat digunakan untuk mempersiapkan analisis selanjutnya.

3.9.2        Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel dapat disajikan dalam bentuk tabel silang atau kurva untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut. Uji statistik yang dipilih tergantung dari skala variabel independen dan dependen yang digunakan (Supardi, 2013). Dalam penelitian ini, setelah data dari post perlakuan, maka :Langkah awal adalah data hasil skala ditabulasikan pada tabel.Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara pre dan  post  perlakuan. Persyaratan dalam menggunakan uji beda (t-test) (Hastono, 2016), yaitu:

1.        Setelah itu peneliti mengolah data menggunakan uji t (t-test). Teknik statistik parametris yang digunakan untuk menguji komparatif sampel yang kedua datanya berbentuk ratio atau interval adalah t-test.

2.        Mensyaratkan data berdistribusi normal

Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal, ada 3 cara untuk mengetahuinya yaitu :

a.         Dilihat dari grafik histogram dan kurve normal, bila bentuknya menyerupai bel shape, berarti distribusi normal.

b.        Menggunakan nilai sweeknes dan standar errornya, bila nilai sweeknes dibagi standar error menghasilkan angka ≤ 2, maka distribusinya normal.

c.         Uji kolmogorov smirnov,bila hasil uji signifikan (p value> 0,05) maka distribusi normal. Namun uji kolmogorov sangat sensitif dengan jumlah sampel, maksudnya : untuk jumlah sampel yang besar uji kolmogorov cenderung menghasilkan uji yang signifikan (yang artinya bentuk distribusinya tidak normal) (Hastono, 2016).

3.        Menganalisis data variabel bersifat numerik

Berdasarkan  hasil perhitungan statistic Penggunaan t-test dan didapat hasil, bila t-test hitung lebih kecil (<) dari t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya tidak terdapat Perbedaan antara variabel. bila t-test hitung lebih besar (>) dari t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat Perbedaan antara variable

Dalam penelitian ini digunakan uji t dependent  dengan tingkat kemaknaan 0,05 dengan pengertian apabila :

a.     P value ≤0,05 maka terdapat Perbedaan yang bermakna atau Ha diterima.

b.    P value > 0,05 maka Perbedaantidak bermakna atau Ha ditolak.

c.    Berdasarkan  hasil perhitungan statistic Penggunaan t-test dan didapat hasil, bila t-test hitung lebih kecil (<) dari t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya tidak terdapat Perbedaan antara variabel. bila t-test hitung lebih besar (>) dari t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat Perbedaan antara variabel.


 


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

 

4.1         Hasil Penelitian

4.1.1   Karakteristik Responden

Tabel 4.1

Karakteristik remaja putri di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020

Karakteristik

Kategori

Jumlah

%

Umur

15 tahun

16

40,0

16 tahun

24

60,0

Berat Badan

≤ 50 Kg

23

57,5

>50 Kg

17

42,5

Siklus haid

28 hari

32

80,0

30 hari

8

20,0

Total

40

100

 

Berdasarkan tabel 4.1, diketahui dari 40 responden sebanyak 24 (60,0%) responden dengan usia 16 tahun dan sebanyak 16 (40%) responden dengan usia 15 tahun. Dari 40 responden, sebanyak 23 (57,5%) responden dengan berat badan ≤ 50 Kg dan sebanyak 17 (42,5%) responden dengan berat badan >50 Kg. Dari 40 responden sebanyak 32 (80%) responden dengan siklus haid 28 hari dan sebanyak 8 (20%) responden dengan siklus haid selama 30 hari.

 

 

 

4.1.2   Analisis Univariat

1.        Rata-rata Hb remaja pada kelompok ekperimen (jus kacang hijau dan jus jambu biji )

Rata-rata Hb remaja yang mengonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Rata-rata Hb remaja pada kelompok ekperimen (jus kacang hijau dan jus jambu biji ) di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020

 

Hb kelompok eksperimen

N

Mean

Beda mean

Min

Max

SD

Sebelum pemberian

 

20

10,4

,7050

9,0

11,6

0,749

Setelah Pemberian

11,1

10,0

12,8

0,733

 

Berdasarkan tabel 4.2diketahui rata-rata Hb pada kelompok yang mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji sebelum konsumsi jus kacang hijau dan jambu biji adalah 10,4 gr/dldengan standar deviasi 0,749, setelah mengkonsumsi rata-rata Hb sebesar 11,1 gr/dl dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,70 gr/dl.

2.        Rata-rata Hb remaja pada kelompok kontrol (Fe )

Rata-rata Hb remaja yang tidak mengonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut:

 

Tabel 4.3

Rata-rata Hb remaja pada kelompok kontrol  (FE ) di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten

 Lampung Selatan Tahun 2020

Hb kelompok kontrol (diberikan tablet Fe)

N

Mean

Beda Mean

Min

Max

SD

Sebelum pemberian

20

10,4

,330

8,4

12.2

0,999

Setelah Pemberian

10,7

8,8

12,8

1,019

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan tabel 4.3diketahui rata-rata Hb pada kelompok yang tidak mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji pada pengukuran pertama adalah 10,4 gr/dldengan standar deviasi 0,999, saat pengukuran kedua rata-rata Hb sebesar 10,7 gr/dl dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,33 gr/dl.

4.1.3        Pengujian Persyaratan Analisis

Pengujian analisis pada penelitian ini jelas sudah dipenuhi karena sampel penelitian diambil secara kriteria inkulsi terhadap Remaja. Untuk mengetahui tingkat ketepatan dalam pengambilan sampel, maka dilakukan pengujian persyaratan analisis yang lain yaitu uji normalitas.  Selanjutnya, uji  normalitas diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.4

Uji Normalitas data penelitian Eksperimen

 

Eksperimen

Skewnees

Std. Error

Skewness: Std Error

Ket

sebelum

0,020

0,512

0,039063

Normal

sesudah

0.563

0,512

0,763618

Normal

 

Berdasarkan tabel 4.4 diatas masing-masing variabel mempunyai nilai skewness  dan standar eror, bila nilai skewness di bagi standar errornya menghasilkan angka ≤2, maka distribusi normal, bila data berdistribusi normal maka dapat dilanjutkan untuk uji ( t dependen).

 

Tabel 4.5

Uji Normalitas data penelitian Kontrol

 

Kontrol

Skewnees

Std. Error

Skewness: Std Error

Ket

Sebelum

0,244

0,512

0,476563

Normal

Sesudah

0.277

0,512

0,375705

Normal

 

Berdasarkan tabel 4.5 diatas masing-masing variabel mempunyai nilai skewness  dan standar eror, bila nilai skewness di bagi standar errornya menghasilkan angka ≤2, maka distribusi normal, bila data berdistribusi normal maka dapat dilanjutkan untuk uji ( t dependen).

 

4.1.4        Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia dengan menggunakan uji statistik t dengan taraf kesalahan (α) 5% kemudian diprogram dengan sistem komputer menggunakan program SPSS for windows.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 4.6

Pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia

 

Kelompok

beda Mean

SD

Std. Eror mean

P- Value

Eksperimen

,7050

,3236

,0724

,000

Kontrol

,330

,2830

,0633

,000

 

Berdasarkan hasil analisis uji bivariat pada table 4.6 diatas, hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,000 (p-value < α = 0,05) yang berarti ada pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020. terlihat pada tabel beda selisih rata rata kelompok kontrol sebesar 0,33 gr/dl dan terlihat bahwa pada kelompok eksperimen memiliki peningkatan yang lebih banyak yaitu sebesar 0,7 gr/dl jika dibandingkan dengan kelompok kontrol

Tabel 4.7

Perbedaan hasil kelompok intervensi dengan kelompok kontrol

 

 

Rerata

Nilai p

Perbedaan rerata IK95%

Peningkatan HB pada kelompok intervensi

,7050

0,000

,3750

(0,1804-0,5696)

Peningkatan HB pada kelompok kontrol

,3300

 

 

Berdasarkan tabel 4.7 hasil penelitian diketahui terdapat nilai beda mean sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen sebesar 0,70 gr/dl sedangkan kelompok kontrol sebesar 0,33 gr/dl. Hasil statistik didapati p-value sebesar 0,000 yang artinya ada pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia (p–valueα 0,05). terlihat  nilai beda mean pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebesar 0,37gr/dl.

4.2  Pembahasan

4.2.1        Pembahasan Univariat

a.         Rata-rata Hb remaja pada kelompok ekperimen (jus kacang hijau dan jus jambu biji ) di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata Hb pada kelompok yang mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji sebelum konsumsi jus kacang hijau dan jambu biji adalah 10,4 gr/dl dengan standar deviasi 0,749, setelah mengkonsumsi rata-rata Hb sebesar 11,1 gr/dl dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,70 gr/dl..

Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah, yang memberi warna merah pada sel darah merah. Hb memiliki peran penting dalam mengantar oksigen ke seluruh bagian tubuh untuk konsumsi dan membawa kembali karbon dioksida kembali ke paru menghembuskan nafas keluar dari tubuh. Jika kadar hemoglobin terlalu rendah, prosese ini terganggu, sehingga tubuh memiliki tingkat oksigen yang rendah (Proverawati, 2011).

Hemoglobin (Hb) adalah protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah, yang memberi warna merah pada sel darah merah (Proverawati, 2011). Kadar Hb ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah merah, jumlah Hb dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen.Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah 14 -18 gr% dan erittrosit 4,5 - 5,5 jt/mm3. Sedangkan pada wanita, hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr% dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm3. Pada umumnya, anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan penderita tidak tahu atau tidak menyadari. Bahkan ketika tahu pun masih menganggap anemia sebagai masalah sepele (Aryani, 2012).

Kadar Hb normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan.Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar Hb kurang dari 13,5 gram/100 ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100 ml. Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah ( Proverawati 2011).

Meningkatkan hemoglobin di dalam tubuh yakni dengan pemberian nutrisi dengan melengkapi asupan mikro nutrien penting yakni zat besi (NCCN 2010). Tetapi permasalahannya adalah besi yang berasal dari bahan makanan nabati memiliki tingkat penyerapan yang rendah sehingga upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan diiringi mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C (Islamiyah 2006) dalam Huda, 2016. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (2018), yang menyatakan bahwa konsumsi buah kacang hijau dan jambu biji sebanyak 250 ml/hari sebagai sumber zat besi dan sumber vitamin C dapat membantu meningkatakan zat besi serta penyerapan zat besi,akan tetapi jika asupan vitamin C rendah,dapat memberikan implikasi terhadap kadar hemoglobin remaja.

Menurut pemberian Susanti (2019) Pemberian konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi itu sangat penting untuk meningkatkan kadar Hb seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun ubi jalar) dan buah buahan (jeruk, jambu biji dan pisang).ada suatu cara lain yang dapat meningkatkan hemoglobin di dalam tubuh yakni dengan pemberian nutrisi dengan melengkapi asupan mikro nutrien penting yakni zat besi (NCCN 2010). Tetapi permasalahannya adalah besi yang berasal dari bahan makanan nabati memiliki tingkat penyerapan yang rendah sehingga upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan diiringi mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C (Islamiyah 2006) dalam Huda (2016).

Salah satu makanan yang dapat mencegah defisiensi zat besi yaitu kacang hijau, Kacang hijau merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan untuk pembentukkan sel darah sehingga dapat mengatasi efek penurunan Hb. Kacang hijau dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah anemia karena kandungan fitokimia dalam kacang hijau sangat lengkap sehingga dapat membantu proses hematopoiesis. Kacang hijau juga memiliki kandungan vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium banyak terdapat pada kacang hijau (Astawan, M. (2009)

Zat besi farmakologis dapat digantikan dengan bahan alami salah satunya berasal dari jambu biji merah yang mengandung zat besi dan kaya akan vitamin C. Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman (Sulistiyowati, S. (2015)

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pemberian jus jambu biji merah (psidium guajava.l) terhadap kadar hemoglobin dan ferritin serum penderita anemia remaja putri dimana hasil penelitiannya  yaitupemberian jus jambu biji merah dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan ferritin serum penderitaanemia remaja putri. Dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi dengan jus jambu biji merah secara teratur (Pagdya, 2017).

Menurut peneliti berkurangnya kadar Hb atau terjadinya Anemia yang terjadi pada remaja dapat dipengaruhi oleh usia yaitu usia remaja putri sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan Zat besi yang berasal dari hewani yaitu; daging, ayam, ikan, telur. Remaja sebaiknya mengkonsumsi makanan yang seimbang dengan kebutuhan yang disesuaikan oleh umur. Remaja harus juga memperhatikan frekuensi makan dan jumlah porsi makanan dari jenis karbohidrat, protein hewani, protein nabati, buah – buahan khususnya yang banyak mengandung zat besi.

Menurut Priyanto (2018) Anemia lebih sering terjadi pada remaja perempuan dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini dikarenakan remaja putri kehilangan zat besi (Fe) saat menstruasi sehingga membutuhkan lebih banyak asupan zat besi (Fe). Perilaku remaja putri yang mengkonsumsi makanan nabati lebih banyak mengakibatkan asupan zat besi belum mencukupi kebutuhan zat besi harian. Kebiasaan remaja putri yang ingin tampil langsing menjadikan remaja tersebut membatasi asupan makanan hariannya yang mengakibatkan remaja putri mudah terserang anemia

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti berpendapat bahwa jus kacang hijau dan jus jambu biji dapat berpengaruh terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri yang mengalami anemia. Hal ini didukung oleh faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kadar hemoglobin pada responden penelitian yaitu dikarenakan, pola makan, aktivitas ibu, gizi, Pola istirahat, serta didukung oleh tidak adanya riwayat penyakit infeksi pada remaja putri di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah yang menjadi  responden, sehingga hasil yang didapatkan dapat tercapai dengan optimal.

 

b.        Rata-rata Hb remaja pada kelompok kontrol  (FE ) di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar KabupatenLampung Selatan Tahun 2020

Dari hasil penelitian diketahui rata-rata Hb pada kelompok yang tidak mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji pada pengukuran pertama adalah 10,4 gr/dl dengan standar deviasi 0,999, saat pengukuran kedua rata-rata Hb sebesar 10,7 gr/dl dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,33 gr/dl

Sejalan dengan Hasil penelitianAmalia (2016)  menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin(Hb) 9,6 gr/dl atau mengalami anemia ringan sebelum pemberian minuman kacang hijau, dan rata-rata kadar hemoglobin (Hb) 10,6 gr/dl atau tidak anemia setelah pemberian minuman kacang hijau. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sugiarto (2014)  dengan hasil penelitian didapatkan nilai mean kadar hemoglobin remaja  sebelum mengkonsumsi bubur kacang hijau adalah 9,99 gr/dl dan sesudah pemberian bubur kacang hijau didapatkan nilai mean kadar hemoglobin sebesar 10,44.

Menurut Notoadmodjo (2015) Remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Dikarenakan pada masa ini adalah masa yang pertumbuhan yang sangat pesat. Wanita usia subur cenderung menderita anemia dikarenakan wanita mengalami menstruasi setiap bulan, dan ini akan diperberat jika asupan zat besi dari makanan sehari-hari rendah. Wanita usia subur yang mengalami anemia gizi besi akan mudah sakit karena daya tahan tubuh yang rendah sehingga produktivitas kerja rendah. (Permenkes, 2014)

Menurut Notoadmodjo (2015) Remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Dikarenakan pada masa ini adalah masa yang sangat pertumbuhan yang sangat pesat. Wanita usia subur cenderung menderita anemia dikarenakan wanita mengalami menstruasi setiap bulan, dan ini akan diperberat jika asupan zat besi dari makanan sehari-hari rendah. Wanita usia subur yang mengalami anemia gizi besi akan mudah sakit karena daya tahan tubuh yang rendah sehingga produktivitas kerja rendah. (Permenkes, 2014).

Energi pada remaja sangat mempengaruhi pertumbuhaan tubuh, jika asupan tidak kuat dapat menyebabkan seluruh fungsional remaja ikut menderita. Antara lain, derajat metabolisme yang buruk, tingkat efektifitas, tampilan fisik, dan kematangan seksual. Usia remaja merupakan usia dimana terdapat perubahan- perubahan hormonal dimana perubahan struktur fisik dan psikologis mengalami perubahan drastis. Masalah gizi yang utama yang dialami oleh para remaja diantaranya yaitu anemia defisiensi zat besi, kelebihan berat badan/obesitas dan kekurangan zat gizi. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya konsumsi makanan olahan yang nilai gizinya kurang, namun memiliki banyak kalori sebagai faktor pemicu obesitas pada usia remaja. Konsumsi jenis-jenis junk foodmerupakan penyebab para remaja rentan sekali kekurangan zat gizi (Handayani, 2018).

Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah anemia pada remaja adalah melalui pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) berupa zat besi (60 mg FeSO4 ) dan asam folat (0,25 mg). WHO telah merekomendasikan konsumsi tablet besi untuk Wanita Usia Subur (WUS) menstruasi adalah secara intermittent (1 kali/minggu), dengan dosis TTD 60 mg elemental besi dan 2,8 mg asam folat selama 12 minggu/3 bulan dengan jeda tiga bulan. Jadi suplementasi diberikan dua kali setahun selama tiga bulan, sehingga jumlah total tablet yang diberikan selama suplementasi adalah 24 tablet/tahun (WHO 2011)

Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa suplementasi besi secara mingguan secara signifikan dapat meningkatkan status besi pada remaja putri dengan meningkatnya kadar hemoglobin secara signifikan, terdapat pula kenaikan yang sedikit pada remaja yang konsumsi Fe, hal ini di karenakan perbedaan metode pemberian, lama waktu suplementasi sehingga berbeda pula jumlah suplemen yang dikonsumsi, serta perbedaan tingkat kepatuhan konsumsi suplemen.

Pada hakekatnya gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumberdaya manusia. Kecukupan zat gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga usia lanjut. Kecukupan gizi dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat badan dan tinggi badan. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yangcukup lama dan tercermin dari nilai status gizinya.

Pendidikan gizi yang diberikan pada studi ini harapannya dapat memengaruhi pola konsumsi pangan subjek yang akan berdampak pada peningkatan kadar hemoglobin. kondisi defisiensi zat besi dapat mempercepat penyerapan zat besi. Besi yang terserap pertama-tama digunakan untuk menormalkan konsentrasi hemoglobin plasma, sehingga dapat berperan penting dalam suplai oksigen pada jaringan/sel.

Menurut pendapat peneliti berkurangnya kadar Hb atau Terjadinya Anemia yang terjadi pada remaja dapat dipengaruhi oleh usia yaitu usia remaja putri sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan Zat  besi  yang  berasal  dari  hewani  yaitu;  daging,  ayam,  ikan, telur. Zat  besi  yang  berasal  dari  nabati  yaitu;kacang-kacangan, sayuran hijau, dan pisang ambon.

 

4.3.1   Pembahasan Bivariat

Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,000 (p-value < α = 0,05) yang berarti ada pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020. Dengan nilai mean sebelum perlakuan sebesar 10,4 dan mean setelah perlakuan sebesar 10,859 terjadi peningkatan kadar Hb sebesar 0,637 point.

Menurut Aryanti (2011), cara meningkatkan kadar Hb dalam tubuh yaitu meningkatkan konsumsi makanan bergizi yakni makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani ( daging, ikan , ayam ,hati ,telur) dan bahan makanan nabati ( sayuran berwarna hijau tua , kacang-kacangan, tempe) sumber zat besi adalah daging berwarna merah (sapi, kambing, domba) , buncis , sayuran hijau ,telur, kacang-kacangan ,sea food. Sumber folat adalah buah segar ,sayuran hijau, kembang kol, hati , ginjal, produk olahan susu. Sebaiknya sayuran dikonsumsi mentah atau setengah matang. Sumber vitamin B12 adalah daging , hati, ginjal, tiram, keju dan telur.makan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (tomat,jeruk,nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Dan jika dibutuhkan minum tablet tambah darah seminggu sekali atau setiap hari selama haid.

Hal ini sesuai dengan pendapat Astawan (2009)   bahwa kacang hijau selain memiliki kandungan zat besi, vitamin c, dan zat seng yang berperan dalam penanganan anemia defisiensi besi. Kacang hijau juga mengandung vitamin A sebesar 7 mcg dalam setengah cangkirnya.Kekurangan vitamin A dapat meperburuk anemia defisiensi besi.Pemberian suplementasi vitamin A memiliki efek menguntungkan pada anemia defisiensi besi. Vitamin A memiliki banyak peran di dalam tubuh, antara lain untuk pertumbuhan dan diferensiasi sel progenitoreritrosit, imunitas tubuh terhadap infeksi dan mobilisasi cadangan zat besi seluruh jaringan. Interaksi vitamin A dengan zat besi bersifat sinergis. Berdasarkan jumlahnya , protein merupakan penyusunan utama kedua setelah karbohidrat. Kacang hijau mengandung 20-25% protein.Protein pada kacang hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%.Daya cerna yang tidak terlalu tinggi tersebut disebabkan oleh adanya zat antigizi, seperti anti tripsin dan tanin (polifenol). Untuk meningkatkan daya cerna protein tersebut, kacang hijau harus diolah terlebih dahulu melalui proses pemasakan, seperti perebusan, pengukusan, dan sangrai.(Astawan M,2009).

Kacang Hijau merupakan sumber makanan yang mengandung sumber protein, kaya serat, rendah karbohidrat, mengandung lemak sehat, kaya vitamin vitamin seperti vitamin B lain,seperti riboslavin,B6,asam pantothenat,serta niasin.vitamin yang terkandung didalamnyamembanrtu meningkatkan energy dan metabolisme tubuh dan mineral kaya enzim aktif.Setelah mempelajari uraian diatas faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar Hb dalam darah , maka peneliti hanya memfokuskan pada kebutuhan nutrisi remaja yaitu dengan pemberian minuman kacang hijau pada mahasiswa karena kacang hijau mengandung zat besi yang dapat meningkatkan kadar Hb dalam darah.

Jambu biji sebagai bahan makanan mengandung nutrisi yang lengkap dan memenuhi standar gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh untuk kesehatan. Jambu biji merupakan sumber vitamin C yang tinggi dibandingkan dengan buah lainnya. Seperti kita ketahui vitamin C sangat baik untuk antioksidan. Kandungan nuttrisi atau kompisisi kimia jambu biji secara lengkap (Cahyono,2010).

Hasil penelitian di dapatkan dari seluruh responden di dapatkan usia antara 15 sebanyak 16 (40%) responden dan 16 tahun sebanyak 24 (60%).

Hal ini sejalan dengan penelitian Indartanti (2014) bahwa Usia 12-18 tahun termasuk dalam masa peralihan dari remaja awal ke remaja akhir yang merupakan masa pencarian identitas dan remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak makan atau memilih makan di luar. Kebiasaan ini dapat mengakibatkan remaja mengalami kerawanan pangan yang berhubungan dengan asupan zat gizi yang rendah dan berisiko pada kesehatannya termasuk anemia.

Hasil penelitian Sebagian besar remaja dengan berat badan < 50 kg sebanyak 23 (57,5%).

Berat badan akan berhubungan dengan status gizi,  Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat antara konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam tubuh. Asupan energi kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan terjadi penurunan status gizi, bila asupan energi seimbang akan membantu memelihara status gizi normal dan jika asupan energi berlebihan atau berkurangnya pengeluaran energi berpotensi terjadinya kegemukan.19 Asupan zat gizi mikro tidak mempengaruhi status gizi berdasarkan IMT/U karena memiliki kandungan energi yang sedikit, dan jika terjadi kekurangan mungkin sudah berlangsung lama (Sari, 2017)

Menurut Proverawati (2011), Penyebab anemia yaitu penghancuran sel darah merah yang berlebihan, kehilangan darah, penurunan produksi sel darah merah. Penderita anemia merasalesu, lemah, letih, lunglai, sering mengeluh pusing dan mata berkunang – kunang terutama saat berdiri atau bangun dari duduk. (Arisman,2010).Remaja putri harus diperhatikan kebutuhan zat besinya, karena kebutuhan zat besi akan terus meningkat dengan datangnya menarche (Rangen, 1997, dalam Aryani, 2012). Kehilangan zat besi yang dibutuhkan wanita berjumlah sama yaitu sekitar 0,8 mg perhari. Namun, wanita dewasa mengalami kehilangan tambahan  akibat menstruasi dan hal ini menaikkan kebutuhan rata – rata setiap harinya sehingga zat besi yang harus diserap adalah 1,4 mg per hari, jumlah memenuhi 90% kebutuhan pada wanita yang sedang menstruasi, untuk memenuhi kebutuhan yang 10% lagi diperlukan absorpsi harian paling sedikit 2,4 mg zat besi guna mengimbangi kehilangan yang sangat tinggi pada saat menstruasi (Gibney, 2009 dalam Sulistiyawati, 2015).

Menurut Aryani (2012) Upaya pencegahan anemia yaitu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur), dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang – kacangan, dan tempe), banyak makan – makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi seperti jambu, jeruk, tomat, dan nanas, minum 1 tablet penambah darah setiap hari saat mengalami haid. Tablet tambah darah merupakan tablet yang diberikan pada wanita usia subur sebanyak 1 kali seminggu dalam upaya pencegahan anemia. (Permenkes, 2014).

Salah satu makanan yang dapat mencegah defisiensi zat besi yaitu kacang hijau, Kacang hijau merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan untuk pembentukkan sel darah sehingga dapat mengatasi efek penurunan Hb. Kacang hijau dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah anemia karena kandungan fitokimia dalam kacang hijau sangat lengkap sehingga dapat membantu proses hematopoiesis. Kacang hijau juga memiliki kandungan vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium banyak terdapat pada kacang hijau (Astawan, 2009).

Kacang hijau (Vigna Radiata) sudah sangat popular bagi kita. Kacang hijau masuk suku polong – polongan dan mengandung banyak sekali manfaat dalam kehidupan manusia, baik untuk dikonsumsi sehari–hari yang diolah dalam berbagai bentuk makanan dan minuman, maupun untuk kesehatan.Kacang hijau mudah ditemukan di Indonesia karena termasuk salah satu tumbuhan khas tropis (Akbar,2015) dalam Farida (2017).

Menurut Sulistyowati (2015) Zat besi farmakologis dapat digantikan dengan bahan alami salah satunya berasal dari jambu biji merah yang mengandung zat besi dan kaya akan vitamin C. Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Jambu biji sebagai bahan makanan mengandung nutrisi yang lengkap dan di setiap 100 gram jambu biji mengandung besi 1,10 mg, lemak 0,30 gram, Vitamin C 87,00 mg , protein 0, 90 mg dan kalsium 14,00 gram dan memenuhi standar gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh untuk kesehatan. (Cahyono, 2010).

Salah satu buah yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin adalah buah jambu biji, kandungan zat kimia dalam jambu biji adalah asam amino (tripofan, lisin), kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C, kandungan mineral yang ada di dalam buah jambu biji dapat mengatasi penderita anemia (kekurangan darah merah) karena di dalam buah jambu biji merah mengandung juga zat mineral yang dapat memperlancar proses pembentukan hemoglobin sel darah merah. Kandungan mineral seperti magnesium, tembaga dan mangan. Mangan digunakan oleh tubuh sebagai faktor rekan untuk enzim antioksidan, suproksida dismutase. Tembaga dibutuhkan dalam produksi sel darah merah. (Lestari, 2018).

Menurut peneliti, pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji ini diberikan satu kali dalam sehari selama tujuh hari sebanyak 1 gelas,  Pada penelitian ini untuk pengukuran kadar Hb pada remaja putri   yaitu pada hari pertama sebelum mengkonsumsi dan hari kedelapan setelah mengkonsumsi yang didapatkan bahwa remaja putri  yang mengkonsumsi justerlihatadanya perubahan pada kadar hemoglobin remaja putri  sebelum dilakukan perlakuan dan setelah dilakukan perlakuan, dari perlakuan tersebut dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa remaja putri  yang mengkonsumsi mengalami peningkatan kadar hb yang signifikan dimana terlihat dari nilai rata –rata dan beda mean lebih tinggi setelah perlakuan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara keseluruhan  responden mengalami peningkatan kadar Hb yang terendah mengalami peningkatan sebanyak 0.2gr/dl dan tertinggi sebanyak 1,5 gr/dl. Ketidakseragam hasil ini dimungkinkan adanya faktor –faktor lain yang mempengaruhi kondisi remaja putri  seperti asupan makanan, kemungkinan pada remaja putri  yang mengalami peningkatan kadar Hb tinggi karena selain remaja putri  mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji remaja putri  juga mengkonsumsi makanan lain yang mengandung tinggi zat besi yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti.

Pada kelompok kontrol terlihat adanya 1 orang yang mengalami penurunan sebesar 0,2gr/dl, sebanyak2 orang yang tidak mengalami kenaikan Hb dan kenaikan tertinggi sebesar 0,8 gr/dl, menurut peneliti kadar Hb remaja  pengalami penurunandapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, C, folat, riboplafin dan B12 yang tidak peneliti kontrol, karena pada kelompok kontrol peneliti hanya memberikan penyuluhan terkait dengan konsumsi yang sebaiknya di makan namun peneliti tidak melakukan observasi asupan yang di makan oleh responden.

Berdasarkan pendapat dari peneliti bahwa kebutuhan gizi remaja  diperlukan, dikarenakan remaja masih dalam proses pertumbuhan. Apabila remaja kekurangan zat besi atau anemia dapat menggangu proses pertumbuhan dan konsentrasi belajar, remaja harus lebih peduli pada kesehatan diri sendiri, untuk mengikuti pendidikan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan anjuran untuk minum tablet fe 1 tablet setiap minggu sebagai upaya pencegahan anemia, karena remaja putri mengalami menstruasi disetiap bulannya, yang menjadi sebab terbesar anemia pada remaja putri. dalam hal ini petugas kesehatan dapat berperan untuk mengurangi kejadian anemia remaja dengan memberikan penyuluhan berupa asupan nutrisi yang tepat bagi remaja  sehingga remaja tidak mengalami anemia, peningkatan pengetahuan  remaja terhadap makanan yang mengandung zat besi tinggi terutama jus kacang hijau dan jambu biji.

Menurut peneliti bahwa faktor penyebab dari anemi pada remaja sangat banyak di mulai dari kebiasaan atau pola makan remaja sehari hari, pola makan remaja yang di batasi karena ingin tampil kurus atau melakukan diit akan berakibat lama kelamaan menjadi anemia. Pola makan menjadi tolak ukur anemia pada remaja normal atau remaja yang tidak memiliki penyakit kelainan darah, infeksi. Perbaikan pola makan, dengan gizi seimbang remaja, mengkonsumsi tablet Fe sesuai anjuran tenaga kesehatan kemudian melakukan konsumsi jus jambu dan kacang hijau secara rutin, olahraga teratur, tidak melakukan diit yang ketat, pola tidur yang baik, istirahat yang cukup sesuai aktifitas akan menjaga remaja dari anemia.

 

 

 

 

 


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

 

5.1         Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut

1.        Rata-rata Hb pada kelompok yang mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji sebelum konsumsi jus kacang hijau dan jambu biji adalah 10,4 gr/dl, setelah mengkonsumsi rata-rata Hb sebesar 11,1 gr/dl dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,70 gr/dl.

2.        Rata-rata-rata Hb pada kelompok yang tidak mengkonsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji pada pengukuran pertama adalah 10,4 gr/dl, saat pengukuran kedua rata-rata Hb sebesar 10,7 gr/dl dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,33 gr/dl. 

3.        Ada pengaruh pemberian konsumsi jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri dengan anemia di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020 (p–value< 0,05).

5.2         Saran   

                  1.      Bagi Remaja

b.      Remaja diharapkan lebih peduli pada kesehatan sendiri, Remaja dapat meningkatkan pengetahuan tentang anemia dan cara mencegah serta menanggulangi anemia remaja, seperti mendengarkan penyuluhan tentang pemenuhan gizi dengan makan-makanan yang banyak mengandung Fe,. Serta menambah wawasan tentang alternative yang mudah dilakukan oleh remaja dirumah ,sehingga diketahuinya manfaat jus kacang hijau dan jus jambu biji, sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif dalam peningkatan kadar Hb remaja selain mengkonsumsi sayuran lain.

c.       Remaja dapat membuat menu makanan yang dapat diselingi dengan pemberian jus kacang hijau dan jus jambu biji, membuat makanan yang beraneka ragam dengan gizi yang seimbang namun tidak mahal saat di rumah.

                  2.      Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan konseling pada remaja tentang anemia dan cara pencegahannya serta memantau kadar HB pada remaja.

                  3.      Bagi tempat penelitian

Membuat menu makanan yang dapat diselingi dengan pemberian jus kacang hijau dan jus jambu biji sehingga dapat meningkatkan kadar Hb remaja yang sedang menjalani pendidikan. Peningkatan kinerja pegawai yang ada di bagian makanan, dengan membuat makanan yang beraneka ragam dengan gizi yang seimbang namun tidak mahal.

                  4.      Bagi Peneliti Lanjutan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang serupa, ataupun mengembangkan penelitian serupa dengan menambah variable baru ataupun terapi baru dalam meningkatkan kadar Haemoglobin pada remaja .

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Almatsier, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Amalia2016. Efektifitas Minuman Kacang Hijau Terhadap Peningkatan Kadar Hb. Dosen Kebidanan Stikes Muhammadiyah Lamongan.

Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Arisman,2012.Gizi Dalam Daur Kehidupan.Jakarta : EGC

Aryani2012. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.

Astawan, Made. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Jakarta: Penebar Swadaya

Atikah, Proverawati.2011. Anemia Dan Anemia Kehamilan. NuhaMerdeka:Jogjakarta

Bakta, I Made. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Cahyono, B. 2010. Sukses Budi Daya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan. Andi, Yogyakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2016). Profil Kesehatan Lampung 2015. Lampung

Farida (2017) Pengaruh pemberian kacang hijau terhadap kelancaran produksi asi ibu post partum diwilayah kerja puskesmas pelambuan banjar masin. Banjarmasin: Unversitas muhamadiah banjarmasin

Hardimarta (2016) Pengaruh jus jambu biji merah dalam meningkatkan kadar haemoglobin .Semarang : Akademi analis kesehatan 17 Agustus 1945.

Hastono. 2016. Analisa data pada bidang kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Heltty (2008) pengaruh jus kacang hijau terhadap kadar haemoglobin dan jumlah sel darah merah dalam konteks asuhan keperawatan pasien dalam konteks asuhan keperawatan pasien kanker dengan kemoterapi , depok universitas indonesia 

Hendryadi (2012) Menentukan populasi dan sampel sederhana.Diakses pada tanggal 30 Mei 2018.http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli.

Huda (2016) pengaruh jus kacang hijau terhadap kadar haemoglobin dan jumlah sel darah merah dalam konteks asuhan keperawatan pasien dalam konteks asuhan keperawatan pasien kanker dengan kemoterapi , depok universitas indonesia  School of Nursing, University of Riau

Kementrian Kesehatan RI (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta.

LaksmiPurwita W, Mansjoer A, Alwi I, Setiati S, et al. penyakit-penyakit pada kehamilan : peran seorang internis. Jakarta : Interna Publishing

Lestari, I. P., Lipoeto, N. I., & Almurdi, A. (2018). Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada Murid SMP Negeri 27 PadangJurnal Kesehatan Andalas6(3), 507-511.

Manuaba, I. B. G. (2010). Memahami kesehatan reproduksi wanita (2 ed.). Jakarta: EGC

Mariyona (2016). Pengaruh Pemberian Jus Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L) Terhadap Kadar Hemoglobin Dan Ferritin Serum Pada Penderita Anemia Remaja Putri Di Panti Asuhan Tri Murni  Kota Padang Panjang 2016. Fakultas Kedokteran Univeritas Andalas  Padang 2017

Maulina .(2015).Pengaruh Pemberian Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar. Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2015. Ilmu kesehatan masyarakat . Jakarta : RinekaCipta.

Pagdya, H. N. R. (2017). Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Merah (Psidium Guajava. L) Terhadap Kadar Hemoglobin Dan Ferritin Serum Penderita Anemia (Doctoral Dissertation, UNIVERSITAS ANDALAS).

Retnorini (2017) . Pengaruh Pemberian Tablet Fe Dan Sari Kacang Hijau Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil. Midwifery Magelang

Riyanto, (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika.

Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Soepardi, Sudibyo 2013. Metodologi riset keperawatan . Jakarta: TIM

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Sulistyawati. (2015). pengaruh jambu biji merah terhadap kadar HB saat menstruasi pada mahsiswa DIII Kebidanan Stikes muhamadiah lamongan

Susanti, D., Doni, A. W., & Amalia, Y. (2019). The Effect Of Giving Boiled Chicken Eggs And Papaya Fruit On The Improvement Of Hemoglobin Levels In Anemia Students. SANITAS: Jurnal Teknologi dan Seni Kesehatan10(2), 148-162.

World Health Organization. (2014). Global Nutrition Targets 2025: Anaemia policy brief. WHO reference number: WHO/NMH/NHD/14.4. https://www.who.int/nutrition/publications/globaltargets2025_policybrief_anaemia/en/

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Description: Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\ANISA\IMG_20200909_0047.jpg

 

 

Description: Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\ANISA\IMG_20200909_0048.jpg

Description: Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\ANISA\IMG_20200909_0049.jpg

Description: Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\ANISA\IMG_20200909_0050.jpg

 

 

Informed Consent

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

 

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama                    :  Annisa Rahmawati

Institusi                :  Prodi DIV Kebidanan Malahayati

Alamat                 : Natar , Lampung Selatan

Adalah Mahasiswa Prodi DIV Kebidanan Universitas Malahayati Bandar Lampung, pada kesempatan ini saya akan melakukan penelitian tentang “Pemberian Jus Kacang Hijau dan Jus Jambu Merah Terhadap Peningkatan Haemoglobin Pada Remaja putri di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap peningkatan haemoglobin pada remaja putri. Besar harapan saya agar remaja berkenan untuk berpartipasi dalam penelitian ini dengan mengisi lembar kuisioner.

A.    Kesukarelaan untuk mengikuti penelitian

Anda  bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa menggangu proses hubungan dengan peneliti atau sangsi apapun. Jika anda tidak bersedia untuk berpartisipasi maka tidak akan mengganggu hubungan dengan peneliti maupun denganinstansidenganpeneliti.

 

 

B.     Prosedur Penelitian

Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, anda diminta menandatanangi lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk anda simpan dan satu untuk peneliti. Prosedur penelitiannya yaitu anda akan dilakukan pengukuran kadar Hb remaja pada kelompok kontrol dan eksperimen serta pemberian FE pada kelompok kontrol dan eksperimen, kemudian melakukan pemberian jus jambu dan kacang hijau pada kelompok ekperimen, pada hari ke 10 mengukur kadar HB remaja kembali pada kelompok kontrol dan eksperimen

C.     Kewajiban Subyek Penelitian

Sebagai subyek penelitian, bapak/ibu/saudara/saudari, berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas, bapak/ibu/saudara/saudari, dipersilahkan bertanya kepada peneliti.

D.    Risiko dan Efek Samping dan Penanganannya

Tidak ada efek samping maupun resiko dalam penelitian ini

E.     Manfaat

Berpartisipasi dalam penelitian ini , Anda akan mengetahui cara meningkatkan kadar HB

F.      Kerahasiaan

Tidak ada informasi pribadi akan disertakan pada kuesioner. Data kuesioner dikembalikan secara anonim dan tanggapan elektronik tidak dapat dilacak ke pengirim.

 

G.    Kompensasi

Penelitian tidak menyediakan dana (kompensasi)  untuk responden.

H.    Informasi Tambahan

responden diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas terkait dengan penelitian ini. Jika sewaktu-waktu memerlukan penjelasan lebih lanjut adik-adik dapat menghubungi saya selaku ketua peneliti (082289928635)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah di jawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan, saya dapat menanyakan kepada Annisa Rahmawati di no telephone (082289928635)

Denganmenandatanganiformulirini, saya atas nama ...............................setujuuntukikutsertadalampenelitian ini dan menyatakan bahwa memiliki siklus haid yang normal yakni (28-32 hari) dan tidak sedang haid.

                                                  Lampung Selatan,                   April 2020

Tanda tangan (subyek)                                                 Tanda tangan Peneliti

 

________________________

(Nama Lengkap :……………)                                     ( Annisa Rahmawati  )

 

 

 

 

 

INSTRUMEN PENELITIAN

LEMBAR OBSERVASI

Nama  :

Usia     :

BB       :

Siklus Haid     : 28/32 hari ....................

Tanggal intervensi :

Kadar HB sebelum intervensi

Kadar Hb setelah intervensi

 

 

 

 

 

 

 

 

PEMBERIAN JUS KACANG HIJAU DAN JAMBU BIJI MERAH

PENGERTIAN

Memberikan terapi jus kacang hijau dan jambu biji  dengan peningkatan kadar haemoglobin

TUJUAN

Mempercepat peningkatan kadar Haemoglobin

KEBIJAKAN

Mulai diberikan pada remaja

PETUGAS

Peneliti

PERALATAN

Bahan untuk/orang

1.    100 gr kacang hijau

2.    2 sendok makan gula pasir

3.    500 cc air.

4.    Jambu biji merah

 

PROSEDUR PELAKSANAAN

1.      Kacang Hijau dicuci bersih ,

2.      Rendam kacang hijau dengan air hingga pecah ± 1 jam.

3.      Setelah itu rebus 500cc air hingga mendidih, lalu masukkan

4.      rendaman 100gram kacang hijau, Tunggu sampai lunak, lalu masukkan gula pasir.

5.      Aduk sampai gula larut, lalu matikan apinya.

6.      Tunggu sampai dingin,

7.       Hitung total pemberian jus jambu

8.       Tahap awal dilakukan dengan pengumpulan bahan baku jambu biji merah.

9.       Kemudian buah jambu biji merah dikupas, dipotong  dan dipisahkan dengan biji buahnya.

10.    Jus jambu biji merah dibuat dengan mengambil sari dari daging buah tanpa biji yang bersih dan segar, kemudian dimasukkan dalam blender tanpa penambahan air atau bahan apapun lainnya.

11.    Pemberian Perlakuan Jus Jambu Biji Merah

12.    Setiap responden diberikan 100gram 

13.   Setelah itu bisa disajikan 250 ml selama 7 hari.

 

Sumber : Amalia 2016, Rusdi (2018) dan Purwaningrum (2018)

 

 

 

 

PELAKSANAAN PENELITIAN

 

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGERTIAN

Memberikan terapi kacang hijau dan jambu biji merah dengan peningkatan kadar hemoglobin

TUJUAN

Mempercepat peningkatan kadar hemoglobin

KEBIJAKAN

Mulai diberikan kepada remaja

PETUGAS

Peneliti

PROSEDUR

PELAKSANAAN

A.    Tahap pra interaksi

1.      menanyakan kesiapan pasien

2.      siapkan alat dan bahan

3.      menyiapkan alat

 

B.     Tahap pre terapi

1.      menjelaskan prosedur pelaksanaan

2.      melakukan pemiraksaan kadar hemoglobin menggunakan ( easytouch GCH)

3.      melakukan pencatatan

 

C.     tahap kerja

Berikan jus jambu dan kacang hijau selama 7 hari

 

D.    Tahap Post Terapi

1.      Mengevaluasi tindakan yang dilakukan

2.      Mengukur kembali kadar hemoglobin menggunakan ( easytouch GCH)

3.      Melakukan pencatatan


Lembar Observasi

 

Petunjuk pengisian :

Berilah tanda ceklist setiap responden mengonsumsi jus jambu dan kacang hijau

No.

Nama

Pemberian Jus Jambu Merah dan kacang hijau  Hari Ke

Keterangan

(lengkap/tidak)

1

Jam:

2

Jam:

3

Jam:

4

Jam:

5

Jam:

6

Jam:

7

Jam:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*diisini oleh pengurus asrama

 

NAMA

UMUR

BB

Siklus Haid

TOTAL Pemberian Jus JambuMerah  dan kacang hijau

HB PRE INTERVENSI

HARI KE -1

HARI KE-2

HARI KE-3

HARI KE-4

HARI KE-5

HARI KE- 6

HARI KE-7

HB POST INTERVENSI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lembar Observasi

 

*diisi oleh peneliti

 


LEMBAR KONSUL

NAMA : ANNISA RAHMAWATI

NPM     : 19340005P

JUDUL : PENGARUH PEMBERIAN JUS KACANG HIJAU DAN JUS JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN HAEMOGLOBIN PADA  REMAJA DI YAYASAN PONDOK PESANTREN AL-ISHLAH SUKADAMAI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2020

 

Pembimbing I: Ratna Dewi  Putri,SST.,M.Kes

Hari / Tanggal

Catatan Pembimbing

Paraf

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HASIL PENELITIAN

 

Statistics

 

hb sebelum eksperimen

hb setelah eksperimen

rata-rata peningkatan kelompok eksperimen

N

Valid

20

20

20

Missing

0

0

0

Mean

10,420

11,125

,705

Std. Error of Mean

,1676

,1640

,0724

Median

10,350

11,100

,700

Mode

9,7a

10,5

,6a

Std. Deviation

,7495

,7333

,3236

Variance

,562

,538

,105

Skewness

-,020

,563

,623

Std. Error of Skewness

,512

,512

,512

Kurtosis

-,794

-,104

,519

Std. Error of Kurtosis

,992

,992

,992

Range

2,6

2,8

1,3

Minimum

9,0

10,0

,2

Maximum

11,6

12,8

1,5

Sum

208,4

222,5

14,1

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

 

Frequency Table

 

 

hb sebelum eksperimen

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

9,0

1

5,0

5,0

5,0

9,3

1

5,0

5,0

10,0

9,7

2

10,0

10,0

20,0

9,8

1

5,0

5,0

25,0

9,9

1

5,0

5,0

30,0

10,0

1

5,0

5,0

35,0

10,2

2

10,0

10,0

45,0

10,3

1

5,0

5,0

50,0

10,4

1

5,0

5,0

55,0

10,5

1

5,0

5,0

60,0

10,7

1

5,0

5,0

65,0

10,8

1

5,0

5,0

70,0

10,9

1

5,0

5,0

75,0

11,1

1

5,0

5,0

80,0

11,3

1

5,0

5,0

85,0

11,5

2

10,0

10,0

95,0

11,6

1

5,0

5,0

100,0

Total

20

100,0

100,0

 

 

 

 

 

hb setelah eksperimen

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

10,0

1

5,0

5,0

5,0

10,2

1

5,0

5,0

10,0

10,3

1

5,0

5,0

15,0

10,5

3

15,0

15,0

30,0

10,7

1

5,0

5,0

35,0

10,8

1

5,0

5,0

40,0

10,9

1

5,0

5,0

45,0

11,1

2

10,0

10,0

55,0

11,2

1

5,0

5,0

60,0

11,3

2

10,0

10,0

70,0

11,5

1

5,0

5,0

75,0

11,7

1

5,0

5,0

80,0

11,8

1

5,0

5,0

85,0

12,1

1

5,0

5,0

90,0

12,2

1

5,0

5,0

95,0

12,8

1

5,0

5,0

100,0

Total

20

100,0

100,0

 

 

 

rata-rata peningkatan kelompok eksperimen

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

,2

1

5,0

5,0

5,0

,3

2

10,0

10,0

15,0

,4

2

10,0

10,0

25,0

,5

1

5,0

5,0

30,0

,6

3

15,0

15,0

45,0

,7

3

15,0

15,0

60,0

,8

2

10,0

10,0

70,0

,9

2

10,0

10,0

80,0

1,0

2

10,0

10,0

90,0

1,2

1

5,0

5,0

95,0

1,5

1

5,0

5,0

100,0

Total

20

100,0

100,0

 

 

 

 

 

Histogram

 

 

 

 

 

 

 

 

Descriptives

 

Statistic

Std. Error

hb sebelum eksperimen

Mean

10,420

,1676

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

10,069

 

Upper Bound

10,771

 

5% Trimmed Mean

10,433

 

Median

10,350

 

Variance

,562

 

Std. Deviation

,7495

 

Minimum

9,0

 

Maximum

11,6

 

Range

2,6

 

Interquartile Range

1,2

 

Skewness

-,020

,512

Kurtosis

-,794

,992

hb setelah eksperimen

Mean

11,125

,1640

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

10,782

 

Upper Bound

11,468

 

5% Trimmed Mean

11,094

 

Median

11,100

 

Variance

,538

 

Std. Deviation

,7333

 

Minimum

10,0

 

Maximum

12,8

 

Range

2,8

 

Interquartile Range

1,1

 

Skewness

,563

,512

Kurtosis

-,104

,992

rata-rata peningkatan kelompok eksperimen

Mean

,705

,0724

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

,554

 

Upper Bound

,856

 

5% Trimmed Mean

,689

 

Median

,700

 

Variance

,105

 

Std. Deviation

,3236

 

Minimum

,2

 

Maximum

1,5

 

Range

1,3

 

Interquartile Range

,5

 

Skewness

,623

,512

Kurtosis

,519

,992

 

T-Test

 

 

Paired Samples Statistics

 

Mean

N

Std. Deviation

Std. Error Mean

 

hb setelah eksperimen

11,125

20

,7333

,1640

hb sebelum eksperimen

10,420

20

,7495

,1676

 

 

Paired Samples Test

 

Paired Differences

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower

Upper

hb setelah eksperimen - hb sebelum eksperimen

,7050

,3236

,0724

,5536

,8564

9,743

19

,000

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Statistics

 

hb kelompok kontrol pengukuran 1

hb kelompok kontrol pengukuran 2

rata-rata peningkatan kelompok kontrol

N

Valid

20

20

20

Missing

0

0

0

Mean

10,430

10,760

,330

Std. Error of Mean

,2235

,2280

,0633

Median

10,400

10,700

,400

Mode

10,4a

10,0a

,6

Std. Deviation

,9995

1,0195

,2830

Variance

,999

1,039

,080

Skewness

,244

,277

-,246

Std. Error of Skewness

,512

,512

,512

Kurtosis

-,120

-,043

-1,141

Std. Error of Kurtosis

,992

,992

,992

Range

3,8

4,0

1,0

Minimum

8,4

8,8

-,2

Maximum

12,2

12,8

,8

Sum

208,6

215,2

6,6

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

 

Frequency Table

 

 

hb kelompok kontrol pengukuran 1

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

8,4

1

5,0

5,0

5,0

9,4

2

10,0

10,0

15,0

9,6

2

10,0

10,0

25,0

9,8

2

10,0

10,0

35,0

10,2

2

10,0

10,0

45,0

10,4

3

15,0

15,0

60,0

10,6

1

5,0

5,0

65,0

10,8

3

15,0

15,0

80,0

11,8

2

10,0

10,0

90,0

12,2

2

10,0

10,0

100,0

Total

20

100,0

100,0

 

 

 

 

 

 

 

 

 

hb kelompok kontrol pengukuran 2

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

8,8

1

5,0

5,0

5,0

9,4

1

5,0

5,0

10,0

9,6

1

5,0

5,0

15,0

10,0

2

10,0

10,0

25,0

10,2

2

10,0

10,0

35,0

10,5

1

5,0

5,0

40,0

10,6

2

10,0

10,0

50,0

10,8

2

10,0

10,0

60,0

11,0

2

10,0

10,0

70,0

11,2

2

10,0

10,0

80,0

11,8

1

5,0

5,0

85,0

12,3

1

5,0

5,0

90,0

12,4

1

5,0

5,0

95,0

12,8

1

5,0

5,0

100,0

Total

20

100,0

100,0

 

 

 

rata-rata peningkatan kelompok kontrol

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

-,2

1

5,0

5,0

5,0

,0

4

20,0

20,0

25,0

,1

2

10,0

10,0

35,0

,2

1

5,0

5,0

40,0

,4

5

25,0

25,0

65,0

,6

6

30,0

30,0

95,0

,8

1

5,0

5,0

100,0

Total

20

100,0

100,0

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Histogram

 

 

 

 

 

 

 

Descriptives

 

Statistic

Std. Error

hb kelompok kontrol pengukuran 1

Mean

10,430

,2235

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

9,962

 

Upper Bound

10,898

 

5% Trimmed Mean

10,444

 

Median

10,400

 

Variance

,999

 

Std. Deviation

,9995

 

Minimum

8,4

 

Maximum

12,2

 

Range

3,8

 

Interquartile Range

1,2

 

Skewness

,244

,512

Kurtosis

-,120

,992

hb kelompok kontrol pengukuran 2

Mean

10,760

,2280

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

10,283

 

Upper Bound

11,237

 

5% Trimmed Mean

10,756

 

Median

10,700

 

Variance

1,039

 

Std. Deviation

1,0195

 

Minimum

8,8

 

Maximum

12,8

 

Range

4,0

 

Interquartile Range

1,1

 

Skewness

,277

,512

Kurtosis

-,043

,992

rata-rata peningkatan kelompok kontrol

Mean

,330

,0633

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

,198

 

Upper Bound

,462

 

5% Trimmed Mean

,333

 

Median

,400

 

Variance

,080

 

Std. Deviation

,2830

 

Minimum

-,2

 

Maximum

,8

 

Range

1,0

 

Interquartile Range

,6

 

Skewness

-,246

,512

Kurtosis

-1,141

,992

 

Paired Samples Test

 

Paired Differences

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower

Upper

hb kelompok kontrol pengukuran 2 - hb kelompok kontrol pengukuran 1

,3300

,2830

,0633

,1975

,4625

5,214

19

,000

 

 

 

Group Statistics

 

kode 0 kelompok eksperimen, kode 1 kelompok kontrol

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

 

,0

20

,705

,3236

,0724

1,0

20

,330

,2830

,0633

 

 

Independent Samples Test

 

t-test for Equality of Means

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower

Upper

perbedaan kelompok

3,901

38

,000

,3750

,0961

,1804

,5696

3,901

37,338

,000

,3750

,0961

,1803

,5697

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

no

Kelompok eksperimen

no

kelompok kontrol

sebelum

sesudah

selisih

sebelum

sesudah

selisih

1

11,3

12,8

1,5

1

10,4

10,6

0,2

2

10,5

11,2

0,7

2

9,6

9,6

0

3

10,9

11,3

0,4

3

10,4

10,5

0,1

4

11,5

12,1

0,6

4

9,8

10,2

0,4

5

9,7

10,5

0,8

5

10,2

11

0,8

6

9,9

10,3

0,4

6

9,4

10

0,6

7

9

10

1

7

9,8

10,2

0,4

8

10,2

10,8

0,6

8

11,8

11,8

0

9

11,1

11,3

0,2

9

12,2

12,8

0,6

10

9,8

10,5

0,7

10

10,8

10,8

0

11

10,2

10,7

0,5

11

10,2

10,6

0,4

12

11,5

11,8

0,3

12

9,4

10

0,6

13

10,3

11,5

1,2

13

8,4

8,8

0,4

14

10,4

11,1

0,7

14

10,6

11,2

0,6

15

11,6

12,2

0,6

15

9,6

9,4

-0,2

16

9,7

10,5

0,8

16

10,4

11

0,6

17

10

10,9

0,9

17

10,8

11,2

0,4

18

10,7

11,7

1

18

11,8

12,4

0,6

19

9,3

10,2

0,9

19

12,2

12,3

0,1

20

10,8

11,1

0,3

20

10,8

10,8

0

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


LEMBAR OBSERVASI

 

NO

NAMA

UMUR

BB

SIKLUS HAID

TOTAL Pemberian Jus Jambu Merah Dan Kacang Hijau

HB PRE INTERVENSI

Hari Ke-1

Hari Ke-2

Hari Ke-3

Hari Ke-4

Hari Ke-5

Hari Ke-6

Hari Ke-7

Hb Post Intervensi

1.

Muslimatun

16 Th

49 Kg

28

250

11,3

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

12,8

2.

Ana Wati

15 Th

60 Kg

28

250

10.5

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

11,2

3.

Lilin

16 Th

48 Kg

28

250

10,4

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

11,3

4.

Rosita

15 Th

55 Kg

28

250

11,5

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

12,1

5.

Mar’atul

16 Th

45 Kg

28

250

9,7

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

10,5

6.

Ulfa

15Th

40 Kg

28

250

9,9

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

10,3

7.

Ratna

15Th

47 Kg

28

250

9,0

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

10,0

8.

Nabila

15 Th

44 Kg

28

250

10,2

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

18,8

9.

Asti

15 Th

51 Kg

28

250

11,7

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

11,3

10.

Tri

16 Th

55Kg

28

250

9,8

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

10,5

11.

Nelly

15 Th

53 Kg

28

250

10,2

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

10,7

12.

Enita

16 Th

40Kg

28

250

11,5

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

11,8

13.

Dwi Nur

16 Th

52 Kg

28

250

10,3

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

11,5

14.

Atik

16 Th

42Kg

28

250

10,4

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

11,1

15.

Mellya

16 Th

49Kg

28

250

17,6

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

12,2

16.

Vika

15Th

58Kg

28

250

9,7

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

10,5

17.

Rantika

16 Th

48Kg

28

250

10,0

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

10,9

18.

Indri

16 Th

53Kg

28

250

10,7

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

11,7

19.

Suci

16 Th

55Kg

28

250

9,3

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

10,2

20.

rosyidah

16 Th

45Kg

28

250

10,8

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

11,1

 

Diisi oleh peneliti

 

 

 

 

 

LEMBAR OBSERVASI

 

NO

NAMA

UMUR

BB

SIKLUS HAID

TOTAL Pemberian Jus Jambu Merah Dan Kacang Hijau

HB PRE INTERVENSI

HARI KE-1

HARI KE-2

HARI KE-3

HARI KE-4

HARI KE-5

HARI KE-6

HARI KE-7

HB POST INTERVENSI

1.

Nn. A

15 Th

45

28

FE

10,4

 

 

 

 

 

 

 

10,6

2.

Nn. B

15 Th

48

28

FE

9,6

 

 

 

 

 

 

 

9,6

3.

Nn. E

15 Th

42

28

FE

10,4

 

 

 

 

 

 

 

10,5

4.

Nn. U

16 Th

50

28

FE

9,8

 

 

 

 

 

 

 

10,2

5.

Nn. I

16 Th

51

28

FE

10,2

 

 

 

 

 

 

 

11

6.

Nn. J

14 Th

53

28

FE

9,4

 

 

 

 

 

 

 

10

7.

Nn. J

15Th

55

28

FE

9,8

 

 

 

 

 

 

 

10,2

8.

Nn. N

15 Th

57

28

FE

11,8

 

 

 

 

 

 

 

11,8

9.

Nn. S

15Th

40

28

FE

12,2

 

 

 

 

 

 

 

12,8

10.

Nn. R

16Th

42

28

FE

10,8

 

 

 

 

 

 

 

10,8

11.

Nn. T

14 Th

43

28

FE

10,2

 

 

 

 

 

 

 

10,6

12

Nn. R

16Th

44

28

FE

9,4

 

 

 

 

 

 

 

10

13.

Nn.R

15Th

46

28

FE

8,4

 

 

 

 

 

 

 

8,8

14.

Nn.H

16Th

51

28

FE

10,6

 

 

 

 

 

 

 

11,2

15.

Nn. W

16 Th

60

28

FE

9,6

 

 

 

 

 

 

 

9,4

16.

Nn. W

16 Th

64

28

FE

10,4

 

 

 

 

 

 

 

11

17.

 Nn, M

15 Th

39

28

FE

10,8

 

 

 

 

 

 

 

11,2

18.

Nn. T

15 Th

43

28

FE

11,9

 

 

 

 

 

 

 

12,4

19.

Nn. S

15Th

47

28

FE

12,2

 

 

 

 

 

 

 

12,3

20.

Nn Oj

16 Th

54

28

FE

10,8

 

 

 

 

 

 

 

10,8

 

Diisi oleh peneliti

 

 

 

 

 

 

 


Description: Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\ANISA\IMG_20200909_0051.jpg

Description: Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\ANISA\IMG_20200909_0052.jpg

Description: Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\ANISA\IMG_20200909_0053.jpg Description: Description: \\YP1-120F2E3F7CF\SharedDocs\ANISA\IMG_20200909_0054.jpg

Komentar

Postingan Populer